Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA

MINAT IBU UNTUK MEMILIH IMPLANT SEBAGAI ALAT

KONTRASEPSIDI KELURAHAN MADRAS HULU

KECAMATAN MEDAN POLONIA

TAHUN 2013

ERMI WITASANO BR. LUMBAN GAOL

125102062

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Fator-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi

ABSTRAK

Ermi Witasano

Latar belakang: Pada saat ini Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai masalah lajunya pertumbuhan penduduk, sehingga penduduk diharapkan dapat mengontrol jumla anak dan mengatur jarak kelairan. Untuk itu diperlukan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan penggunaanya jangka panjang yang dapat dijadikan pilihan untuk dipertimbangkan yaitu kontrasepsi implant.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan madras Hulu Kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

Metodelogi: Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode yang bersifat deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 146 pasangan usia subur. Pengambilan sampel diambil dengan tehnik consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan medan Polonia. Hasil penelitian; Diperoleh sebagian besar responden berusia 31-40 tahun 43,8%, lebih banyak berpendidikan SMA 40.4%, paling banyak responden memiliki ekonomi rendah yaitu sebanyak 47,3%, sumber informasi 75,3% dari tenaga kesehatan, Lebih banyak berpengetahuan cukup 56,8%,dan lebih banyak responden bersikap 71,9% negative atau menolak terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor sikap dan ekonomi mempengaruhi rendahnya minat ibu memilih implant sebagi alat kontrasepsinya, untuk itu kepada petugas kesehatan dalam memberikan informasi, penyuluhan atau melakukan konseling kepada pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi jangka panjang khususnya kontrasepsi implant harus tepat dan benar, dan kepada petugas kesehatan agar bekerjasama dengan BKKBN, guna mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 untuk menekan jumlah penduduk.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013”

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu dan memberikan arahan serta masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik

3. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada penulis

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis 5. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawata

Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi penulis semangat dan motivasi


(6)

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang mmembangun dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga semua bantuan, kritik dan saran yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Medan, Juli 2013 Peneliti

Ermi Witasano 125102062


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... A. Telaah Pustaka ... 7

1. Sejarah Keluarga Berencana ... 7

2. Pola Dasar Kebijakan Program Keluarga Berencana ... 8

3. Defenisi Keluarga Berencana ... 9

4. Pengertian Kontrasepsi ... 9

5. Akseptor Keluarga Berencana ... 10

6. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant ... 10

a. Defenisi Akseptor Implant ... 10

b. Mekanisme Kerja ... 10

c. Jenis-Jenis Implant ... 10

d. Indikasi Dan Kontra Indikasi KB Implant ... 11

e. Keuntungan Dan Kerugian KB Implant ... 12

f. Waktu Pemasangan KB Implant ... 12

g. Efeksamping KB Implant ... 13

h. Tehnik Pemasangan dan Pencabutan KB Implant ... 14

B. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Memilih KB Implan ... 22

1. Pendidikan ... 22


(8)

BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konseptual ... 31

B. Definisi Operasional ... 32

BAB IV : METODE PENELITIAN... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi Dan Sampel ... 34

C. Tempat Penelitian ... 36

D. Waktu Penelitian ... 36

E. Etika Penelitian ... 36

F. Alat Pengumpulan Data ... 37

G. Uji Validitas Dan Realibilitas ... 39

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

I. Tehnik Dan Analisis Data ... 41

BAB V : HASIL DAN PEMBAHAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasa ... 48

BAB VI : KESIMPULAN DAN PENELITIAN A. Kesimpulan ... 52

B. Sarana ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 42 DAFTAR LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi operasional ... Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristi umur, metode KB dan suku Table 5.2 Distribusi responden berdasarkan faktor tingkat pendidikan forma ... Table 5.3 Distribusi responden berdasarkan faktor tingkat ekonomi ... Table 5.4 Distribusi responden berdassarkan faktor sumber informasi ... Table 5.5 Distribusi responden berdasarkan faktor pengetahuan ... Table 5.6 Distribusi responden berdasarkan faktor sikap ...


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Pernyataan Konten Validity

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 6 : Surat izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Lampiran 7 : Surat Balasan Penelitian Dari Kantor Camat Medan Polonia Lamparan 8 : Daftar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah


(12)

Fator-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi

ABSTRAK

Ermi Witasano

Latar belakang: Pada saat ini Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai masalah lajunya pertumbuhan penduduk, sehingga penduduk diharapkan dapat mengontrol jumla anak dan mengatur jarak kelairan. Untuk itu diperlukan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan penggunaanya jangka panjang yang dapat dijadikan pilihan untuk dipertimbangkan yaitu kontrasepsi implant.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan madras Hulu Kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

Metodelogi: Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode yang bersifat deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 146 pasangan usia subur. Pengambilan sampel diambil dengan tehnik consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan medan Polonia. Hasil penelitian; Diperoleh sebagian besar responden berusia 31-40 tahun 43,8%, lebih banyak berpendidikan SMA 40.4%, paling banyak responden memiliki ekonomi rendah yaitu sebanyak 47,3%, sumber informasi 75,3% dari tenaga kesehatan, Lebih banyak berpengetahuan cukup 56,8%,dan lebih banyak responden bersikap 71,9% negative atau menolak terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor sikap dan ekonomi mempengaruhi rendahnya minat ibu memilih implant sebagi alat kontrasepsinya, untuk itu kepada petugas kesehatan dalam memberikan informasi, penyuluhan atau melakukan konseling kepada pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi jangka panjang khususnya kontrasepsi implant harus tepat dan benar, dan kepada petugas kesehatan agar bekerjasama dengan BKKBN, guna mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 untuk menekan jumlah penduduk.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Salah satu metoda Kelurga Berencana (KB) adalah Implant. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet elastis yang mengandung hormon, (Kamus Kebidanan, 2005).

Dari sekian banyak masalah saling berkaitan yang dihadapi manusia dalam perempatan abad terakhir, laju prtumbuhan penduduk yang cepat merupakan masalah satu yang besar. Angka kematian bayi dan anak-anak telah banyak berkurang karena sanitasi dan pengendalian penyakit yang lebih baik, menyebabkan jumlah yang bertahan hidupn meningkat, hinggah mencapai tahu-tahun reproduktif mereka dan melahirkan keturuna(Liewellyn, 2005).

Di negara yang kaya, tingkat pertumbuhan populasi menurun karena wanita(dan pria) memilih anak sedikit dan, dengan menggunakan metode pengendalian kelahiran dapat mempunyai keluarga yang kecil. Sebaliknya dinegara sedang berkembang yang


(14)

pasangan membatasi jumlah keluarga. Ini karna anak dilihat sesuatu yang berharga di dalam masyarakat, anak-anak juga dihargai karena mereka menunjukkan maskulinitas pria. Tetapi di negara-negara ini pun, wanita mengiginkan jumlah anak yang sedikit, sehinggah keinginan membatasi jumlah keluarga sebenarnya ada. Selain itu, juga ada kesadaran bahwa jika kelahiran diberi jarak antara 2 dan 3 tahun, maka kesehatan dan sejahteraan setiap anak dan ibunya, memperoleh keuntungan(Derek, 2005).

Keluarga Berencana, merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita meskipun tidak slalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan keluraga berencana, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutahan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain, seta juga repronsif terhadap bebagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkata dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedimikian tinggi akibat kehamilan, yang dialami oleh wanita di negara berkembang(Marge, 1997)

Sejarah keberhasilan pada abad ke 20 saat ini hampir 60 % pasangan usia subur (PUS) di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi. Hingga saat ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 milyar dan lebih dari 120 juta wanita negara berkembang tidak memiliki cara mencegah kehamilan. Pada awal tahun 2000, para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 234,1 juta Angka ini merupakan proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan program Keluarga

Berencana (KB) dalam menurunkan fertilitas pada periode 1997-2000 terus berlanjut. Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari


(15)

mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut (Saroha, 2009).

Berdasarkan hasil SDKI jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus ini adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun. Jumlah presentasi KB aktif 75,36% (SDKI 2007). Berdasarkan fakta utama KB, pengguna alat KB/ cara KB pada perempuan perna kawin pada umur 15-49 tahun 53,9%, perempuan perna kawin usia reproduktif yang tidak menggunakan alat/cara KB untuk mencegah atau menunda kehamilan 19% dan yang perna ber KB tetapi sekarang tidak menggunakan sebesar 27,1%(Wijaya, 2011,¶ 9). Jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2002-2003 meliputi peserta KB Suntik 27,8%, Pil KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, Metode operasi Wanita (MOW) 3,7% , Metode Operasi Pria (MOP) 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%, dan sisanya merupakan peserta KB tradisional


(16)

yang masing-masing menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain 0,5%.

Berdasarkan hasil presurvey di Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana pada tahun 2012 di Kota Medan jumlah PUS sebanyak 330.376 pasanganyan g menjadi peserta KB aktif pada bulan oktober sebanyak 220.270 yakni peserta KB IU D sebanyak 29.320 peserta, Metode Operasi Wanita sebanyak 13.469 peserta, Metode Operasi Pria 2.182 peserta, Kondom13.198 peserta,Implant 5.686 peserta, Suntik 77.176 peserta dan Pil sebanyak 69.239 peserta. Sementara PUS yang bukan peserta KB ada sebanyak 716.739 yakni 73.863 jumlah pasangan usia subur yang sedang hamil, 213.653 jumlah pasangan usia subur yang Ingin Mempunyai Anak Segera (IAS), 249.586 jumlah pasangan usia subur Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL), 179.637 jumlah pasangan usia subur yang ingin anak ditunda (BPPKB, 2012).

Berdasarkan data Laporan Puskesmas polonia (2012) jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di kecamatan Medan polonia sebanyak 7.368. Yang terbagi menjadi 5 desa/kelurahan yaitu kelurahan Polonia sebanyak 3031 PUS, yang menggunakan KB implant 267 orang (8,86%), kelurahan Sari Rejo sebanyak 3069 PUS, yang menggunakan KB implant 274 (8,92), kelurahan Suka Dame sebanyak 595 PUS, yang menggunakan KB implant 38 orang (6,38), kelurahan Anggrung sebanyak 354 PUS, yang menggunakan KB implant 13 orang (3,67), kelurahan Madras Hulu sebanyak 319 PUS, yang menggunakan KB implant 1 orang (0,03%), sedangkan jumlah akseptor KB di wilayah ini tahun 2012 adalah akseptor KB Pil 1.735 orang (33,83%) Suntik 1.561 (30,44%) Implant 536 orang (10,45%), IUD 500 (9,75) orang Metode Operasi Wanita (MOW) 346 orang (06,75%) dan Matode Oprasi Pria (MOP) 47 orang (0,92%).


(17)

Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi masih rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu. jumlah PUS di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia sebanyak 319 PUS. Jumlah PUS peserta KB aktif 229 orang, yang menggunakan KB implant 1 orang dan jumlah PUS yang bukan peserta KB 89 orang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan peneliti diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia 2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia Tahun 2013.


(18)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rendahnya minat ibu untuk memilih implant sabagai alat kontrasepsi berdasarkan faktor pendidikan formal di Kelurahan Madras Hulu kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

b. Mengetahui rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi berdasarkan faktor ekonomi di Kelurahan Madras Hulu kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

c. Mengetahui rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi berdasarkan faktor sumber informasi di Kelurahan Madras Kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

d. Mengetahui rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi berdasarkan faktor pengetahuan di Kelurahan Madras Hulu kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

e. Mengetahui rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi berdasarkan faktor sikap di Kelurahan Madras Kecamatan Medan Polonia tahun 2013.


(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan KB terutama alat Kontrasepsi Implant.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi panduan atau bahan perbandingan untuk penelitian yang akan datang dan sebagai bahan bacaan bagi institusi pendidikan dalam keagiatan proses belajar.

3. Bagi Mahasiwi D-IV Kebidanan

Sebagai informasi pengembangan ilmu pengetahuan asuhan kebidanan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi.

4. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat dapat menjadi sumber pengetahuan, saran dan masukan bagiakseptor KB dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai alat kontrasepsi implant.

5. Bagi Pemerintah

Untuk membantu pemerintah dalam menggalakan pelaksanaan progaram KB (Keluarga Berencana).


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Sejarah Keluarga Berencana

Pada zaman Yunani Kuno Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain atau minyak. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim. Umpamanya dengan memasukkan rumput daun-daunan atau sepotong kain perca ke dalam vagina (Arum, 2011).

Di Indonesia sejak dulu sudah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia KB modern mulai dipakai sejak tahu 1953. pada waktu itu sekelompok orang kesehatan kebidanan dan tokoh masyarakat namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang KB maka akan membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PBKI) dan bergerak membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan KB yang sampai sekarang masih aktif membantu program KB nasional yang dikoordinir oleh Bidang Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (Arum, 2011).

Arah kebijakan pelayanan KB yang bermutu dituangkan dalam GBHN 1993. Hal serupa tentang pentingnya peningkatan kualitas program KB ditegaskan


(21)

kembali pada GBHN 1999 menjelaskan bahwa kebijaksanaan kependudukan di Indonesia dilakukan melalui upaya-upaya pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, serta peningkatan kualitas program KB. Visi program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera( NKKBS), dengan anak dua cukup, laki-laki perempuan sama saja dikembangkan menjadi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya menghormati hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas Keluarga (Pinem, 2005).

2. Pola Dasar Kebijakan Program Keluarga Berencana

Pola dasar kebijakan program KB pada saat ini adalah :

a. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia 20 tahun

b. Menjarangkan kelahiran dan menganjurkan

a. Catur warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak b. Panca warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak c. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama di dalam usia reproduksi sehat

waktu umur ibu 20 sampai 30 tahun


(22)

3. Definisi Keluarga Berencana

Definisi KB menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dengan membatasi kelahiran. Sedangkan definisi keluarga berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite 1970, adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami untuk :

a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval diantara kelahiran

e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dalam unsur suami istri f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem, 2009).

4. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah mencegah terjadinya pembuahan (konsepsi) dengan cara alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).

Syarat-syarat Kontrasepsi

a. aman pemakaiannya dan dipercaya b. efek samping yang tidak merugikan

c. lama kerjanya dapat diatur sesuai dengan keinginan d. tidak mengganggu hubungan seksual

e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya


(23)

f. cara penggunaannya sederhana

g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas

h. dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998)

5. Akseptor Keluarga Berencana a. Pengertian Akseptor

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti program keluarga berencana (KB) (kamus Besar bahasa Indonesia, Edisi III, 2005).

6. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant a. Pengertian implan

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet elastis yang mengandung hormon, (Kamus Kebidanan, 2005).

b. Mekanisme kerja

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran lendir, servik dan menghalangi migrasi spermatozoa dan menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi (Manuaba, 1998).


(24)

c. Jenis-jenis implant a. Norplant

Norplant adalah alat kontrasepsi terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan lama kerja 5 tahun.

b. Implanon

Implanon adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang yang dapat melindungi pemakai selama 3 tahun. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel.

c. Jadena dan Indoplant

Jadena dan indoplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang melindungi pemakai selama 3 tahun. Jadena dan indoplant ini terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogestrel.

(Pinem, 2009)

d. Indikasi dan kontra indikasi KB implant

a. Indikasi metode KB implant

• Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.

• Mengiginkan kontrasepsi dengan efektivitasa tinggi dan jangka panjang.

b. Kontra indikasi metode KB implant  Kehamilan atau diduga hamil

 Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya  Trombofeblitis aktif atau penyulit trombo emboli


(25)

 Penyakit hati akut

 Tumor hati jinak atau ganas

 Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara  Tumor atau neoplasma ginekologik

 Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Pinem, 2009).

e. Keuntungan dan Kerugian KB Implant

a. Keuntungan Metode KB Implant yaitu :

a) Efektivitas tinggi 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan. b) Perlindungan jaka panjang (sampai 5 tahun).

c) Pengebalian kesuburan yang cepat. d) Tidak perlu pemeriksaan dalam.

e) Tidak mengandung horm estrogen, sehingga tidak mengandung efek samping yang disebabkan oleh estrogen.

f) Tidak menggagu kegiatan senggama. b. Kerugian Metode KB implant

a) Perdarahan haid yang tidak teratur, seperti amenore, perdarahan bercak.

b) Perubahan perasaan mood dan kegelisaan .

c) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.

d) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menularan seksual termasuk HIV/AIDS.


(26)

f) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-abatan tuberculosis atau obat epilepsy(Ellya, 2010)

f. Waktu Pemasangan KB Implant

Waktu terbaik untuk insersi atau pemasangan KB implant adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari setelah haid

g. Efek samping KB implant

a. Pengertian efek samping

Efek samping adalah suatu kelainan yang terjadi akibat suatu pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi. Jadi yang dimaksud dengan efek samping KB implant adalah semua kelainan yang terjadi akibat pemakaian alat kontrasepsi KB implant (Sarwono, 1999).

b. Bentuk Efek Samping KB implant

c. Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah gangguan menstruasi atau perubahan pola haid, terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi (Mochtar, 1998).

Yang paling sering terjadi karena efek samping KB implant ini adalah: a) Bertambahan hari-hari perdarahan dalam 1 siklus.

b) Perdarahan bercak (spotting) c) Berkurangnya panjang siklus haid

d) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan bercak.


(27)

Umumnya perubahan-perubahan haid tidak mempunyai efek yang membahayakan akseptor, meskipun terjadi perdarahan lebih sering dari pada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah, perdarahan hebat jarang terjadi, dan efek samping lainnya dari pemakaian implant ini adalah sedikit peningkatan berat badan (Hartanto, 2004).

h. Teknik Insersi/Pemasangan dan Pencabutan KB Implant

Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau lengan bawah, kira-kira 6 – 8 cm di atas atau di bawah siku melalui insersi tunggal, dalam bentuk kipas dan dimasukkan tepat di bawah kulit (Hartanto, 2004). Menurut Manuaba (1998) prinsip pemasangan susuk KB adalah “dipasang pada lengan kiri atau pemasangan seperti kipas mekar dengan enam kapsul”. Sebelum tehnik insersi KB implant dilakukan maka harus dipersiapkan misalnya : kontrasepsi implant yang terdiri dari enam kapsul silastik dengan panjang masing-masing 34 mm dan lebar 2,4 mm serta lebih kurang 36 mg levonogestrel.

1) Sabun antiseptik 2) Kasa steril 3) Cairan antiseptik 4) Anastesi lokal 5) Kain steril 6) Sebuah trokar


(28)

9) Sebuah skalpel dengan ujung yang tajam

a. Teknik pemasangan implant yaitu :

1) Cuci daerah insersi, lakukan tindakan antiseptic dan tutup sekitar daerah insersi dengan kain teril.

2) Lakukan anastesi lokal (lidocain 1%) pada daerah insersi, mula-mula lakukan suntikan anastesi pada daerah insisi, kemudian anastesi diperluas sampai keenam atau dua daerah sepanjang 4 – 4,4 cm

3) Daerah pisau scapel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku.

4) Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda batas pada trokar, satu dekat ujung trokar, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm. trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan di atas dan tanpa merubah sudut pemasukan.

5) Masukan implant ke dalam trokarnya. Dengan batang pendorong implant di dorong perlahan-lahan ke ujung trokar sampai terasa adanya tahanan, dengan batang pendorong tetap stasioner, trocar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas dekat ujung trokar terlihat pada insisi dan terasa implantnya “meloncat keluar” dari trokarnya. Jangan dikeluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implant sudah berada pada tempatnya dengan baik.

6) Ubah arah trokar sehingga implant berikutnya berada 150 dari implant sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implant sebelumnya. Masukan kembali trokar sepanjang pinggir jari tengah sampai ke garis batas dekat pangkal trokar. Masukan implant ke dalam trokar, selanjutnya sampai pada


(29)

butir kelima, ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implant telah terpasang.

7) Setelah semua implant terpasang lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plaster.

8) Luka insisi ditutup dengan kering, lalu lengan dibalut dengan kasa steril untuk mencegah perdarahan. Daerah insisi dibiarkan kering dan tetap bersih selama tiga hari(Hartanto, 2004).

b. Teknik Pencabutan KB Implant

Alat yang diperlukan sama dengan alat insersi, hanya ditambah dengan dua pasang forceps, satu model lurus dan satu model bengkok. Teknik pencabutan KB implant yaitu:

1) Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku) kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut sama, maka insisi dibuat pada tepat insisi waktu pemasangan. Sebelum menentukan lokasi pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama (hal ini mencegah terpotongnya kapsul pada saat insisi). 2) Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang

4 mm dengan menggunakan scalpel, jangan membuat insisi yang besar.

3) Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat tempat insisi.

4) Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi. Masukan klem lengkung (mosquito atau crile) dengan kelengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul


(30)

5) Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lingkungan jepitan mengarah ke kulit teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilinginya.

6) Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi, sambil menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Masukan lagi klem lengkung (lingkungan jepit mengarah ke kulit) sampai berada di bawah ujung kapsul di dekat ujungnya (5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.

7) Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok dengan kain steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul. Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai kain steril, dapat dengan menggunakan skapel secara ber hati-hati. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari skapel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.

8) Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua , lepas klem pertama, dan cabut kapsul secara perlahan, dan hati-hati dengan klem kedua. Kapsul akan mudah dicabut karena jaringan ikat yang mengelilinginya tidak melekat pada kawat silikon. Bila kapsul sulit dicabut pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa dan skapel.

9) Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut, gunakan tehnik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Sebelum mengakhiri tindakan,


(31)

hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut, tunjukkan keenam kapsul kepada klien, hal ini sangat penting untuk menyakinkan klien.

Metode pencabutan KB implant tehnik “U” :

Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik "U", merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem di-perkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm. (Gambar 1)

Gambar 1. Klem pemegang implant Norplant

Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul. Selanjutnya cuci tangan dan pakai sarung tangan steril atau DTT. Usap lengan dengan larutan antiseptik dan suntikkan obat anestesi lokal seperti yang telah diuraikan sebelumnya (Persiapan dan Tindakan sebelum pencabutan).


(32)

a. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 mm dari ujung kapsul dekat siku.

Gambar 2. Lokasi insisi pada tehnik U

b. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan skalpel.

c. Masukkan ujung klem pemegang implant Norplant secara hati-hati melalui luka insisi. (Dengan teknik ini tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul se-perti pada metode standar).

d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.


(33)

e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul (Gambar 20-39). Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi (1) dan balikkan pegangan klem 180° ke arah bahu klien (2) untuk memaparkan ujung bawah kapsul.

Gambar 4. Menjepit kapsul dan membalik klem

f. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok--gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut (Gambar 20-32). Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel.

g. Gunakan klem lengkung (Mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut kapsul dengan pelan-pelan dan hati-hati (Gambar 20-35). Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.


(34)

jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam dari scalpel.

h. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya.

Metode pencabutan KB implant tehnik “Pop Out” (Darney, Klaise, dan Walker):

Cara ini merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak terlalu muda untuk mengerjakannya.

a. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu klien) yang telah dipilih tadi dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2 - 3 mm) di atas ujung kapsul dengan menggunakan skalpel.


(35)

b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah tempat insisi.

Gambar 6. Menempatkan posisi ujung bawah kapsul berada di bawah insisi

c. Masukkan ujung tajam skapel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.


(36)

d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.

Gambar 8. Memaparkan ujung bawah kapsul

e. Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul (pop out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut.


(37)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap KB Implant a) Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), Pendidikan adalah suatu kemahiran menyerap pengetahuan. Sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemampuan ini sangat berhubungan erat dengan sikap seseorang pengetahuan seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya, sedangkan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola fikir dan perilaku masyarakat menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

b. Tujuan Pendidikan

Adapun tujuan pendidikan menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan dan pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

c. Sasaran Pendidikan

Sasaran pendidikan merupakan objek dari pendidikan melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik.


(38)

d. Tingkat Pendidikan

Dalam sistem pendidikan nasional mulai tahun 1992 dicanangkan wajib belajar 9 tahun untuk sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama (Depdikbud, 1992), kemudian ditetapkan jenjang pendidikan formal yaitu: a) Sekolah Dasar (SD/MI) dan pendidikan yang sederajat.

b) Sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP) dan pendidikan yang sederajat.

c) Sekolah Menengah Umum (SMU/MA) dan pendidikan yang sederajat d) Perguruan Tinggi

b) Pengetahuan

Menurut Mubarak(2011) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Mubarak (2011) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adoption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng


(39)

(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(40)

4) Analisis (analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.


(41)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

c) Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dengan kategori:

a. Tenaga kesehatan

b. Media elektronik

c. Media cetak

d. Keluarga

d) Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, cakupan urusan keuangan rumah tangga (organisasi negara). Persoalan yang bersifat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi seseorang dalam suatu masyarakat biasanya adalah persoalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.


(42)

Penggolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu :

1) Tingkat atas (Upper Class)

Yang menduduki upper class (tingkat atas) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang tinggi dan juga mereka yang memiliki barang berharga seperti uang, tanah, emas, mobil, dan sebagainya. Biasanya pekerjaan mereka seperti wiraswasta, banker, manager dan sebagainya.

2) Tingkat menengah (Middle Class)

Yang menduduki middle Class (tingkat menengah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kepemilikan barang-barang berharga terbatas seperti tabungan. Pekerjaan mereka pada umumnya pegawai negeri, pedagang dan sebagainya.

3) Tingkat bawah (Lower Class)

Yang menduduki lower class (tingkatan bawah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka pun tidak tetap. Biasanya pekerjaan mereka seperti buruh, pedagang dan sebagainya.

Ekonomi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan perbulan responde menurut Berdasarkan hasil Survei Sosial


(43)

Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010 dari BPS Kota Medan di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Rendah apabila penghasilan kurang dari Rp 1.000.000

b. Menengah apabila penghasilan Rp 1.100.000 – Rp 3.000.000 c. Tinggi apabila penghasilan lebih dari 3.000.000

e) Sikap

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Allport (1954) yang dikutip oleh Mubarak (1997) menjelaskan bahwa sikap IBI mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan


(44)

keyakinan dan emosi sangat memegang peranan penting sebagai contoh misalnya seorang ibu mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya) pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dam keyakinan ibu bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya, untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Seperti halnya dalam pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang untuk mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tersebut, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus objek tersebut.


(45)

Pada variabel sikap ini peneliti menggunakan skala linkert sebagai alat ukur variabel. Pada skala linkert disediakan lima alternatif jawaban, dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala linkert item ada yang bersifat favorable (positif) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya, ada juga yang bersifat unfavorable (negatif) terhadap masalah yang diteliti. Alternatif yang positif terhadap masalah penelitian :

 Sangat setuju skore 5  Setuju skore 4  Ragu-ragu skore 3  Tidak setuju skore 2  Sangat tidak setuju skore 1

Alternatif penelitian terhadap item yang negatif terhadap permasalahan penelitian :

 Sangat setuju skore 1  Setuju skore 2  Ragu-ragu skore 3  Tidak setuju skore 4  Sangat tidak setuju skore 5

Untuk penelitian yang netral yakni angka 3 boleh dihilangkan, sehingga jenjang menjadi empat (Machfoedz, 2005)


(46)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi yaitu dimana yang menjadi faktor independen dalah faktor mempengaruhi dan yang menjadi faktor dependen adalah kontrasepsi implant:

1. Tingkat pendidikan formal ibu terhadap pemakaian KB implant di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.

2. Tingkat ekonomi terhadap pemakaian KB implant di di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.

3. Sumber informasi ibu terhadap pemakaian KB implant di Kecamatan di kelurahan Madras Hulu Medan Polonia

4. Tingkat pengetahuan ibu terhadap pemakaian KB implant di di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.

5. Sikap ibu terhadap pemakaian KB implant di Kecamatan di kelurahan Madras Hulu Medan Polonia


(47)

Skema 1: kerangka konseptual penelitian

Minat ibu terhadap pemakaian implant Sumber Informasi

Tingkat ekonomi

Tinka pendidikan formal

Tingkat pengetahuan


(48)

B. Definisi Operasional Variabel

Tabel 1: TabelDefinisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pendidikan Tingkat pendidikan adalah suatu jenjang formal

diikuti/diperoleh dalam pendidikan terakhir ibu dan mendapatkan ijazah

Kuesioner Pengisiaan kuesioner oleh responden Pendidikan dalam penelitian ini dikelompok-kan mulai dari :

a.Tidak tamat SD b.SD/sederajat c.SMP/sederajat d.SMA/sederajat e.PT/sederajat

Ordinal

2 Ekonomi Tingkat penghasilan keluarga adalah penghasilan keluarga yang diperoleh perbulan

Kuesioner Pengisiaan kuesioner oleh responden Pengahasilan dikategarikan sebagai berikut:

d. Rendah apabila penghasilan kurang dari Rp 1.000.000

e. Menegah apabila penghasilan

1.100.000 - 3.000.000

f. Tinggi apabila penghasilan lebih dari

3.000.000


(49)

3 Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi

perantara dalam penyampaian informasi,

merangsang pikiran

Kesioner Pengisiaan kuesioner oleh responden

Sumber informasi dengan kategori: a. Tenaga kesehatan b. media elektonik c. Media cetak d. Keluarga

Nominal

4 Pengetahuan Segala sesuatu yg diketahui ibu tentang definisi KB,

kebijakan program KB, pengertian alat kontrasepsi implant, jenis-jenis implant, indikasi dan kontra indikasi KB implant, keuntungan dan kerugian KB implant, efek samping KB implant.

Kuesioner Pengisiaan kuesioner oleh responden Setelah dilakukan penskoran untuk masing-masing pertanyaan:

a. baik (jika benar 76-100% dari 15 pertanyaan 12-15 soal)

b. cukup (jika benar 56-75% dari 15

pertanyaan 9-11 soal) c. kurang (jika benar<

55% Dari 15 pertanyaan <8 soal

Nominal

5 Sikap Sikap ibu adalah pendapat ibu atas pertanyaan yang akan disetujui atau tidak yang mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif terhadap KB implant. a.STS (sangat tidak

setuju) bernilai 1 b.TS (Tidak setuju)

bernilai 2

c.S(setuju) bernilai 3 d.SS (sangat setuju)

Kuesioner Pengisiaan kuesioner oleh responden Dilakukan penilaian berdasarkan skala linkert: Dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :

1. Sikap positif (menerima) apabila nilai skornya kurang dari 20

2. Sikap negatif (menolak) apabila nilai skornya lebih dari 20


(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian KB implant di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Soekidjo Notoanmodjo (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.

Menurut pendapat Mubarak (2011), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.Maka penulis menarik kesimpulan populasi adalah suatu subjek/objek yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi adalah jumlah PUS di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia sebanyak 319 PUS. Jumlah PUS peserta KB aktif selain implant 229 orang, yang menggunakan KB implant 1 oarang dan jumlah PUS yang bukan peserta KB 89 orang.


(51)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi dengan menggunakan tehnik consecutive sampling yaitu cara pengambilan sampling dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehinggah jumlah sampel terpenuhi ( Hidayat,2010 ).

Dengan menggunakan rumus didapat sampel sejumlah 146 orang dengan rumus sebagai berikut:

� = �

1 +�(�2)

� = 229

1 + 229(0,052)

� = 229 1 + 0,57 � = 229

1,57

� = 145,8≈146 Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel


(52)

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi didefenisikan sebagai karekteristik utama dari target populasi yang terkait dengan masalah penelitian. Karekteristik ini dapat meliputi karekteristik demografi, klinis, geografi, dan administratif maupun rentang waktu (Hidayat, 2010).

1) Ibu yang menggunakan alat kontrasepsi selain implant. 2) Sehat jasmani dan rohani.

3) Dapat membaca b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian karena berbagai alasan antara lain :

1) Tidak menggisi Kuesioner dengan benar

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia.

D. Waktu Penelitian


(53)

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pembimbing.selanjutnya peneliti mengajukan permohonan kepada dinas kesehatan kota Medan, Setelah mendapat surat izin dari dinas kesehatan kota medan yang ditujuh ke puskesmas Medan Polonia, melakukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas Medan Polonia.

Kemudian peneliti menemui responden setelah responden mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian yaitu bahwa data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan, maka secara sukarela responden menandatangani lembar persetujuan dan pengisian kuesioner. Peneliti menghormati hak responden untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada responden diberi kode tanpa mencantumkan nama responden. Dalam pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kusioner.


(54)

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner dan disusun secara literatur tertutup sehingga responden hanya memilih jawaban yang ada.

1. Untuk variabel tingkat pendidikan

Alat ukur yang digunakan adalah angket yang disusun dalam satu pertanyaan dan pertanyaan tersebut mempunyai empat alternatif jawaban yang harus dijawab oleh responden. Hasilnya dikelompokkan menjadi :

a. SD/sederajat b. SLTP/sederajat c. SLTA/sederajat d. PT/sederajat

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel tingkat pendidikan ini adalah skala ordinal.

2. Untuk variabel tingkat ekonomi

Alat ukur yang digunakan adalah angket yang diberikan kepada responden yang terdiri dari satu pertanyaan dan pertanyaan ini mempunyai empat alternatif jawaban. Hasil pertanyaan responden ini dikelompokkan menjadi :

g. Rendah adalah penghasilan per bulan kurang dari Rp 1.000.000 h. Menengah untuk penghasilan per bulan Rp. 1.100.000 – 3.000.000 i. Tinggi untuk penghasilan per bulan lebih dari Rp 3.000.000

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel tingkat pendapatan keluarga ini adalah skala nominal.


(55)

3. Untuk variabel sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dengan kategori:

a. Tenaga Kesehatan b. Media elektronik c. Media Cetak d. Keluarga

4. Untuk variabel tingkat pengetahuan

Alat ukur yang digunakan adalah angket yang ditujukan kepada para responden. Pada variabel tingkat pengetahuan ini setiap item pertanyaan terdapat dua alternatif jawaban yaitu baik dan kurang. Bila jawaban responden benar maka diberikan skor 1 dan bila jawaban responden salah maka diberikan skor 0.

a. Baik , jika benar 76-100% (jawaban benar 12-15 soal) b. Cukup , jika benar 56-75% (jawaban benar 8-11 soal)

c. Kurang , jika benar < 55% (jawaban benar kurang dari 7 soal) Adapun pertanyan-pertanyaan dalam kuisioner ini adalah : a. Pengertian kontrasepsi implant

b. Mekanisme KB implant c. Jenis KB implant

d. Keuntungan dan Kerugian KB implant e. Indikasi dan kontra indikasi


(56)

5. Untuk variabel sikap ibu

Alat ukur yang digunakan adalah angket/kuesioner yang terdiri dari 10 dimana setiap item setuju terdapat empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk jawaban sangat setuju mendapat skor nilai 4, jawaban setuju skor nilainya 3, jawaban tidak setuju skor nilai 2, dan jawaban sangat tidak setuju nilainya 1. Skala pengukuran untuk variabel sikap ini digunakan skala nominal.

a. Sangat tidak baik 0-25%, jika 0-2 jawaban setuju b. Tidak baik 25-50%, jika 2-4 jawaban setuju c. Baik 50-75%, jika 4-6 jawaban setuju

d. sangat baik 75-100% jika 6-10 jawaban setuju

G. Uji Validitas dan Realiabilitas a. Uji Validitas

Uji validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur aspek yang perlu diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2010).

Sebelum mengumpulkan data, harus dilakukan uji coba dengan cara menguji validitas dengan uji validitas dan dikonsultasikankan kepada dosen pembimbing Febrina Oktavinola Kaban SST, M.Keb serta di content validity. Nilai koefisien dari instrumen penelitian yang di content validity pada pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih KB implant sebagai alat kontrasepsi dengan valid nilai CVI (Content Validity Index) adalah 0,95.


(57)

b. Uji Realiabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Setelah pertanyaan dinyatakan valid, analisa selanjutnya adalah uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai Alpha. Dengan ketentuan bila nilai r Alpha > konstanta (0,6) maka instrumen tersebut reliabel (Riyanto, 2009). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.. Nilai koefisien dikatakan reliabel apabila koefisien alpha≥ 0,7.

H. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Progaram Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan surat permohonan izin kepada kepala badan penelitian (Pemerintahan Kota Medan). Kemudian permohonan izin tersebut dikirim ke kepala camat Medan polonia. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data. Peneliti menemui responden di tempat penelitian.

Pada saat penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang tujuan, proses dan manfaat penelitian. Jika mereka setuju menjadi responden, responden menandatangani surat persetujuan. Kemudian peneliti


(58)

memberikan instrumen untuk mengumpulkan data yaitu berupa kuesioner demografi dan kuesioner pertanyaan tentang pengetahuan menarche. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut. Agar pengumpulan data dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti mengawasi dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.

I. Tehnik dan Analisis Data a. Pengelohan data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data, proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data terkumpul. b. Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Tabulating

Merupakan pengolahan data yang telah didapatkan. Dalam pengolahan data ini disusundan ditampilkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

d. Data Entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer (Hidayat, 2010).


(59)

b. Analisis data

Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari variabel-variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel.


(60)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengerahui rendahnya minat untuk ibu memilih KB implant sebagai alat kontrasepsi di Kelurahan Madras Hulu kecamatan Medan Polonia tahun 2013. Dilakukan mulai Februari – Mei 2013 sebanyak 146 Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengunakan alat kontrasepsi selain implat.

Telah dilakukan penelitian ini pada 146 PUS untuk mengetahi faktor-faktor yang mempengerahui rendahnya minat untuk ibu memilih KB implant sebagai alat kontrasepsinya dengan hasil sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Peneliti menggolongkan karakteristik responden berdasarkan usia, metode KB dan suku. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Berdasrkan table 5.1 hasil yang diperoleh paling banyak responden berusia 31-40 tahun 64 orang (43,8%), paling banyak responden menggunakan Pil 58 orang (39,7%) tidak ada responden yang menggunakan kontrasepsi implant, berdasarkan suku responden paling banyak bersuku jawa 70 orang (50,8%).


(61)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Usia, Metode KB, Suku)

No Karakteristik Frekuensi Presentase

1. Usia

20-30 tahun 31-40 tahun

41-50 tahun 51-55 tahun

57 64 24 1 39,0 43,8 16,4 0,7

Total 146 100

2 Metode KB 100

Pil suntik spiral kontap Kondom Implant 58 49 5 11 13 0 39,7 33,6 3,4 7,5 15,8 0

Total 146 100

3 Suku

Jawa Batak Cina Melayu Sunda 70 36 10 29 1 47,9 24,7 6,8 19,9 0,7


(62)

2. Berdasarkan Faktor Tingkat Pendidikan Formal PUS

Berdasarkan table 5.2 tingkat pendidikan formal responden paling banyak berpendidikan SMA 55 orang (40,8%) dan paling sedikit responden berpendidikan tidak tamat SD 3 orang (1.7%).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan Formal Frekuensi Presentase

Tidak tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 20 52 55 12 2,1 13,7 35,6 40,4 8,2

Total 146 100

3. Berdasarkan Faktor Tingkat Ekonomi PUS

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui faktor ekonomi responden paling banyak berpenghasilan rendah sebanyak 69 orang (47,3%), dan responden yang penghasilan tinggi sebanyak 12 orang (10%). 47.3

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat Ekonomi

Penghasilan Frekuensi Presentase

Rendah Menegah Tinggi 69 62 15 47.3 42,7 10,3


(63)

4. Berdasarkan Faktor Sumber Informasi

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil responden memperoleh sumber informasi alat kontrasepsi paling banyak dari tenaga kesehatan sebanyak 110 orang (75,3%), dan paling sedikit responden memperoleh sumber informasi alat kontrasepsi dari media cetak sebanyak 3 orang (2,1%).

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sumber Informasi

Sumber Informasi Frekuensi Presentase

Tenaga kesehatan Media Elektronik Media Cetak Keluarga 110 22 3 11 75,3 15,1 2,1 7,5

Total 146 100

5. Berdasarkan FaktorTingkat Pengetahuan PUS

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui responden yang paling banyak berpengetahuan cukup sebanyak 83 orang (56,8%) dan kurang sebanyak 5 orang (3,4%).

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Presentase

Baik Cukup Kurang 58 83 5 39,7 56,8 3,4


(64)

6. Berdasarkan Faktor Sikap PUS

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Peryantaan Sikap

No Pernyataan Pilihan Jawaban

Sangat Tidak Setujuh

Tidak Setujuh

Setujuh Sangat Setujuh

F % F % F % F %

1. Metode KB implant atau susuk penggunaan

jangka panjang. 2 1,4 28 19,2 80 54,8 36 24,7 2. Metode KB implant atau susuk adalah alat

kontrasepsi yang aman dan efektif

9 6,2 33 22,6 71 48,6 33 22,6 3. Metode KB implant atau susuk merupakan

KB yang sederhana dan tidak memerlukan perawatan rutin

13 8,9 45 30,8 60 41,1 28 19,2 4. Metode KB implant atau susuk alat

kontrasepsi yang harganya tidak terjangkau oleh masyarakat

17 11.6 54 37,0 61 41.8 14 9.6 5. Metode KB implant atau susuk alat

kontrasepsi yang sulit didapatkan oleh masyarakat

13 8.9 37 25,3 62 42.5 34 23.3 6. Metode KB implant atau susuk proses

penyembuhannya sangat lama 8 5.5 55 37.7 55 37.7 28 19.2 7. Penggunaan metode KB implant atau susuk

dapat mengganggu aktivitas ibu sehari- hari 8 5.5 52 35.6 57 39.0 29 19.9 8. Ada rasa sakit pada saat pembiusan atau

insisi Pemasangan metode KB implant atau susuk

9 6.2 47 32.2 53 36.3 37 25.3 9. Ada rasa takut dan cemas pada pemasangan

metode KB implant atau susuk 7 4.8 43 29.5 47 32.2 49 33.6 10. Apakah ibu cemas dengan efek samping


(65)

Berdasarkan table 5.6 diperoleh hasil paling banyak responden besikap negatif sebanyak 105 orang (71,5) dan reponden bersikap positif sebanyak 41 orang (28,1%).

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sikap

Sikap Frekuensi Presentase

Positif Negatif

41 105

28,1 71,9


(66)

B. Pembahasan

1. Faktor tingkat pendidikan formal

Berdasarkan table 5.2 hasil penelitian ini lebih banyak diperoleh Pasangan Usia Subur di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia berpendidkan SMA sebanyak 55 orang (40,4%), dan lebih sedikit tidak tamat SD sebanyak 2 orang (1,7%).

Berdasarkan data tersebut pendidikan merupakan suatu potensi untuk memanfaatkan pengetahuan dan bahan informasi dari luar untuk mengerti dan memahami kualitas dari alat kontrasepsi yang dipakai. Pendidikan adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru (Sukijo Notoadmodjo, 1997).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dosriani (2012) yang juga mendapatkan paling banyak tingkat pendidikan SMA sebanyak 28 orang (70%) dari 40 responden, dan tidak ada responden yang menggunaka alat kontrasepsi implant. Penelitian ini mendapat bahwa tingkat pendidikan formal tidak mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagi alat kontrasepsinya.


(67)

2. Faktor Tingkat Ekonomi

Berdasarkan berdasarkan table 5.3 hasil penelitian keseluruhan responden mempunyai penghasilan perbulan kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 69 responden (47.3%) yang termasuk dalam tingkat ekonomi rendah, dan responden yang berpendapatan tinggi perbulan lebih dari Rp. 3.000.0000 sebanyak 15 orang (10,3%).

Alasan pasangan usia subur tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsi implant dikarenakan harganya tidak terjangkau atau mahal. Meskipun pemerintah memberikan pelayana alat kontasepsi gratis kepada pasangan usia subur atau masyaraka, tetapi tidak mudah untuk memperoleh alat kontrasepsi tersebut karena harus melengkapi persyarata-persyaratan dan harus menunggu lama.

Menurut pendapat Sutisna (2003) menyatakan prevalensi penggunaan kontrasepsi dikalangan PUS dengan tingkat pendapatan yang rendah masih jauh tertinggal dibandingkan dengan PUS tinggkat pendapatan yang tinngi. Dengan kata lain individu dengan tinggkat pendapatan yang tinggi cendrung memilih untuk menggunakan jenis kontrasepsi tingkat efektifitasnya tinggi dan bertahan dalam jangka panjang atau waktu lama yaitu implant, IUD, dan metode kontap.

Herlinda (2008) di Puskesmas Melur Pekanbaru paling banyak berpendapatan menengah sebanyak 48 responden (52,7%), sama sekali responden tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsinya. Penelitian ini mendapat bahwa faktor ekonomi mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.


(68)

3. Faktor Sumber Informasi

Berdasarkan table 5.4 hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh paling banyak informasi yang diperoleh Pasangan Usia Subur di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia dari tenaga kesehatan sebanyak 94 orang (78,3%) dan minoritas mendapatkan informasi tentang KB Implant dari media cetak sebanyak 3 orang (2,1%).

Tenaga kesehatan dalam memberikan informasi atau penyuluhan tentang alat kontrasepsi khususnya alat kontrasepsi implant kepada pasangan usia subur sudah benar dan tepat, tetapi untuk memutuskan pemakaian alat kontasepsi adalah pasangan usia subur itu sendiri.

Salah satu aspek terpenting dalam meningkatkan keberhasilan KB dan kesehatan reproduksi perempuan dengan melakukan konseling. Dengan konseling petugas kesehatan dapat membantu klien untuk memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan, jika memberikan tehnik konseling yang baik dan memberikan informasi yang tepat, maka klien akan lebih yakin dan merasa lebih puas dalam menetukan jenis kontrasepsinya (Yulifa, 2009).

Khairina (2010). sumber informasi paling banyak ibu memperoleh informasi dari tenaga kesehatan berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (37,5%). Dalam penelitian (2009) sebanyak 19 orang (63,33%) di Puskesmas Grajagan mendapatkan informasi dari media elektronik tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Hanya satu responden yang menggunakan alat kontrasepsi implant. Hal ini faktor informasi tidak mempengaruhi responden memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.


(69)

4. Faktor Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan table 5.5 hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh untuk tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur di Kelurahan Madras Kecamatan Medan Polonia terdapat sebanyak 83 orang (56,7%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan hanya 5 orang (3,4%) yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan bertambah banyaknya penyuluhan maka akan bertambah pula pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sehingga tingkat kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya kesehatan dapat meningkat. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang luas khususnya tentang kesehatan maka seseorang itu akan cenderung dan senantiasa meningkatkan kesehatan diri, keluarga serta lingkungannya.

Hasil penelitian Fauziyah (62%) dari 51 responden di BPS Sri Tawang Sapto Hastuti Semolowaru Elok Surabaya mempunyai tingkat pengetahuan kurang, hanya 1 responden yang menggunakan alat kontrasepsi implant.

Dalam penelitian Andria (2010) bahwa pengetahuan responden paling banyak cukup 67%. Demikian juga penelitian Marliza (2010) di Kelurahan Terjun paling banyak pengetahuan cukup sebanyak 56,3%, tidak ada responden yang menggunakan implant sebagi alat kontrasepsinya. Hal ini tingkat pengetahuan tidak mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.


(70)

5. Faktor Sikap

Berdasarka tabel 5.6 hasil penelitian yang didapat mengenai sikap Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan implant di Kelurahan Madras Kecamatan Medan Polonia sebanyak 105 orang (71,9 %) yang mempunyai sikap menolak terhadap KB implant.

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diperoleh sebanyak 62 orang (42,5%), memilih pernyataan No.5 bahwa alat kontrasepsi implant sulit didapatkan oleh masyarakat atau pasangan usia subur, karena membutuhkan proses dan waku yang lama untuk memperoleh alat kontrasepsi gratis dari pemerintah. Dan diperoleh sebanyak 61 orang (41,1%), memilih pernyataan No.6 bahwa alat kontrasepsi harganya tidak terjangkau atau mahal dibandingkan dengan alat kontrasepsi seperti Pil, suntik dan kondom

Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), menyatakan bahwa sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap positif/negatif tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dan merupaka perilaku tertutup.

Anggreini (2006) di Bangunrejo paling banyak responden sebanyak 53 orang (65,4% ) menolak terhadap penggunaan kontrasepsi implant. Tidak ada responden yang menggunakan alat kontarasepsi implant. Dalam penelitian ini sikap sangat mempengaruhi responden untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsinya.


(71)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Faktor pendidikan formal terbanyak adalah SMA sederajat yaitu 55 orang (40,4%). b. Faktor ekonomi terbanyak adalah berpenghasilan rendah yaitu 69 orang (47,3%) . c. Faktor Sumber informasi terbanyak adalah dari tenaga kesehatan yaitu 110 orang

(75,3%) .

d. Faktor pengetahuan terbanyak adalah berpengetahuan cukup yaitu 83 orang (56,8%).

e. Faktor sikap terbanyak adalah sikap negatif (menolak) yaitu 105 orang (71,9%).

B. Saran a. Bagi PUS

Diharapkan kepada PUS ntuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi implant dan diharapkan agar PUS lebih memahami akan penggunaan dan manfaat alat kontrasepsi KB implant, sehingga para akseptor tidak perlu lagi merasa takut dan khawatir bila ingin menggunakan/menjadi akseptor KB implant. Diharapkan juga untuk para PUS untuk mengikuti berbagai macam penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan khususnya mengenai KB implant.


(72)

b. Tenaga kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya mengenai manfaat penggunaan KB implant sehingga para akseptor tidak perlu lagi merasa cemas dan khawatir bila ingin menggunakan/menjadi akseptor KB implant.

c. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi, selain itu juga peneliti mengharapkanr pada peneliti selanjutnya diteliti secara spesifik faktot – faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Arum, D, Sujiyatini. (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogyakarta : Muha Medika

Danim, S (2003). Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : EGC

Dosriani, Selli (2012) Hubungan Pengetahuan Akseptor Keluarga BerencanaDengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Puskesmas Helvetia Medan diambil pada tanggal 25 juni 2013

ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme/.../402

Ellya, E., et al. (2010). Kesehatan Reproduksi dan Wanita. Jakarta: Trans info medika. Everett, S. (2008). Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif, Jakarta: EGC. Hartanto, A. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan. Hidayat, A. A (2010). Metode penelitian kebidanan dan tehnik analisa data. Jakarta : Salemba Medika.

Heriawan, R. (2010).Pendapatan Pekerja Indonesia Tahun 2010/2011 diambil tanggal

18 januari 2013 dari website

Fauziyah,( 2012) Anita Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant Di Bps Sri Tawang Sapto Hastuti Amd.Keb Semolowaru Elok Surabaya di ambil pada tanggal 27 juli 2013

Khairina, Dina (2010)Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Suntik Di Dusun XVII Desa Saentis Kec. Percut Sei. Tuan Kab.Deli Serdang diambil tanggal 28 Juni 2013


(74)

Machfoed, I., et al. (2005). Aat Ukur Penelitian. Jakarta: Fitramaya.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Marliza, Anantasia.,(2010)., Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu

UntukMemilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi Di KelurahanTerjun:http://repository.u su.ac. id/hande/123456789/19183

Meilani, N., et al. (2010). Pelayanan Keluarga berencana. Yogyakarta : Fitramaya. Mubarak, W. I. (2011). Promosi Untuk kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Mochtar, R. (1989). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2005) .Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasih. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pinem, S. (2009). Kesehatan dan Reproduksi. Jakarta : Trans Media

Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina pustaka

Herlindai, Ria. (2006). Faktor – Faktor yang Mendasari Akseptor KB Tidak Memilih Implant Sebagai Alat kontrasepsi di RW III Kedung Sari Wilayah Kerja Puskesmas Melur Pekanbaru.

Saifuddin, A. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina pustaka.

Siswosudarmo, HS., et al. (2001). Teknologi Kontrasepsi, Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Soekidjo, N.(2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, jakarta: Renika Cipta Speroff, L, Philip Darney. (2005). Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta: EGC


(75)

Sutisna, (2002). Perilaku Konsumen dan Komunikasih Pemasaran, Bandung: PT Remaja.

Suratun, (2008). Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media

Varney, H., et al. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed-4, Vol. 1. Jakarta : EGC Wijaya. (2011). Beberapa data (proxy) kesehatan indonesia tahun 2010/2011 diambil tanggal 18 januari 2013 dari website


(76)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Salam sejahtera buat kita semua

Dengan hormat

Nama saya Ermi witasano, sedang menjalani pendidikan D-IV di Program Bidan Pendidk Fakultas keperawatan USU. Saya seang melakukan penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia Tahun 2013”

Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite 1970, adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami untuk Mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dalam unsur suami istri. menentukan jumlah anak dalam keluarga(Saroha 2009).

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet elastis yang mengandung hormon, (Kamus Kebidanan, 2005). Waktu terbaik untuk pemasangan KB implant adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari, atau tidak diduga sedang hamil.


(77)

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Cara kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran lendir, servik dan menghalangi spermatozoa masuk ke rahim dan menyebabkan situasi rahim tidak siap menjadi tempat prkembangan embrio/janin (Manuaba, 1998)

KB implnt sangat cocok untuk usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak, mengiginkan kontrasepsi dengan efektivitasa tinggi dan jangka panjang, dan tidak cocok untuk Kehamilan atau diduga hamil, Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus. Keuntungan KB implant adalah tingakat keefektifitasannya 90% kehamilan per 100 perempuan,perlindungan jangka panjang 5 tahun, tidak menggangu hubungan suami istri, sedangkan kerugian KB implant Perdarahan haid yang tidak teratur atau perdarahan bercak dan Perubahan perasaan mood dan kegelisaan(Eva, 2010).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi.

Saya akan melakukan wawancara terstruktur kepada saudari tentang :

a. Data demografi

b. Kuesioner tentang pengetahuan KB implant

c. Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi berdasarkan pendidikan ibu, pengetahuan ibu, ekonomi ibu, sikap ibu terhadap pemilihan kB implant sebagai alat kontrasepsi.


(78)

Partisipasi saudara bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.untuk penelitian ini saudari tidak akan dikenakan biaya apa pun. Bila saudari membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya:

Nama : Ermi Witasano

Alamat : Jl. Murni gg. Setia kawan No 15 f Setia budi Mean No Hp : 085362148820

Terimakasih saya ucapkan kepada saudari yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan saudari dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami sediakan.


(79)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul faktor – faktor mempengaruhi minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Saya tidak akan menuntut terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini. Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar dan tanpa ada paksaan siapapun.

Responden Peneliti

(___________________)

Nim : 125102062 (Ermi witasano)


(80)

LEMBAR KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT IBU UNTUK MEMILIH IMPLANT SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI DI

KECAMATAN MEDAN POLONIA I. Identitas Responden

No. Responden : Diisi oleh peneliti 1. Nama :

2. Umur : Tahun 3. Metode KB :

II. Petunjuk pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik.

2. Pilihlah jawaban salah satu dipilihan dengan memeberi check list (√)

3. Apa bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti yang memberikan pertanyaan

III. Kuesioner penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrasepsi

A. Pendidikan terakhir :

a. Tidak tamat SD b. SD

c. SMP d. SMA


(81)

B. Sumber informasi

a. Petugas kesehatan b. Media elektronik b. Media cetak c. Keluarga

C. Pendapatan Perbulan :

j. Rendah apabila penghasilan per bulan kurang dari Rp 1.000.000 k. Menengah apabila penghasilan per bulan Rp. 1.100.000 – 3.000.000 l. Tinggi apabila penghasilan per bulan Rp 3.000.000

D . Pengetahuan Ya Tidak

Pertanyaan

1 Apakah keluarga berencana itu adalah suatu usaha untuk menjarangkan kehamilan

2 Apakah keluarga berencana itu bertujuan untuk mengurangi angka kelahiran

3 Apakah kontrasepsi implant atau susuk adalah kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit

4 Apakah keuntungan kontrasepsi implant atau susuk tersebut untuk memperlambat kesuburan ?

5 Apakah kontrasepsi implant atau susuk menggangu pada saat berhubungan intim

6 Apakah kontrasepsi implant atau susuk merupakan kontrasepssi jangka panjang


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : Ermi Witasano Lumban Gaol

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Tandun, 24 Oktober 1989

Agama : Kristen Protestan

Anak : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Kota Batak, Riau

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Hadan Lumban Gaol

Pekerjaan : Wirasawasta

Nama Ibu : Masda Simanjuntak

Alamat : Kota Batak, Riau

III. RIWYAT PENDIDKAN

Tahun 1997 – 2003 : SD Negeri 032 Sei Garo Kec. Tapung Kab. Kampar

Tahun 2003 – 2005 : SMP Swasta LKMD Kec.Tapung Kab.

Kampar

Tahun 2005 – 2008 : SMA Negri 1 Kec. Tapung Kab.

Kampar .

Tahun 2008 – 2011 : Pendidikan Diploma III Akademi kebidana Imelda medan

Tahun 2012 – 2013 : Pendidikan D – IV Bidan Pendidikan Fakultas Keperawatan USU


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

5 79 91

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 26

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 1 26

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk Memilih Implant sebagai alat kontrasepsi di kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan polonia Tahun 2013

0 0 3