KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM PENINGKATAN KARAKTER PESERTA DIDIK (Studi Multi Situs di MIN Model Prigi Trenggalek dan MIN Tunggangri Tulungagung) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung
1
BAB 1V
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data1. Paparan data di MIN Model Prigi Trenggalek
a. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaaan dalam peningkatan karakter peserta didik
Pendidikan karakter di MIN Model Prigi Trenggalek
terintegrasi dalam mata pelajaran dan juga pada kegiatan diluar
mata pelajaran. Diantara bentuk pendidikan karakter diluar
kegiatan belajar mengajar yakni melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan yang sudah terprogramkan. Kegiatan kegamaan di lembaga MIN Model Prigi Trenggalek bukanlah sesuatu yang
menjadi pelengkap atau tambahan, melainkan kegiatan
keagamaan dilembaga berlabel islam merupakan keharusan atau yang menjadi ciri khas. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi budaya yang sengaja dirancang untuk meningkatkan karakter peserta didik.
Sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Madrasah tentang gambaran umum kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik sebagai berikut:
(2)
77
Untuk kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter
peserta didik di madrasah kami meliputi: kegiatan mengucapkan salam dan bermusafahah dengan bapak ibu
guru ketika tiba di sekolah, membaca Al qur’an/Juz amma sebelum pembelajaran, sholat dhuha berjamaah pada pukul 09.00-09.30 wib, kegiatan sholat dhuhur berjamaah pukul 12.20 wib, seni baca al qur’an yang meliputi : tahfidz, qiroat,
baca tulis Al- Qur’an, kaligrafi dan kesenian hadrah1.
Senada dengan hal tersebut juga dikemukakan oleh ibu Heti Marini, yang mengatakan bahwa
Bentuk kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter
peserta didik yaitu mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan bapak ibu guru ketika tiba di madrasah, membaca
juz amma sebelum memulai pelajaran, sholat dhuha
berjamaah, sholat dhuhur berjamaah, kegiatan tahfidz, baca tulis Al Qur’an, kesenian hadrah, dan qiroat.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti
lakukan di MIN Model Prigi Trenggalek , bentuk-bentuk kegiatan
keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik
diantaranyan meliputi kegiatan mengucapkan salam dan
bermusafahah dengan bapak ibu guru pada waktu tiba di sekolah, membaca Al Qur’an sebelum pelajaran dimulai, sholat dhuha berjamaah, sholat dhuhur berjamaah, tahfidz, qiroat, bimbingan sholat, dan kegiatan hadrah.
1) Mengucapkan salam dan bermusafahah dengan bapak ibu guru pada waktu tiba di sekolah
1
Wawancara dengan Bpk Drs. Jamaluddin, M.Ag, kepala MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 Maret 2017
(3)
Kegiatan musafahah merupakan salah satu bentuk wahana untuk mempererat persaudaraan antara bapak ibu guru dengan peserta didik. selain itu, juga menanamkan pada diri siswa sikap disiplin. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Kepala Madrasah berikut ini :
Kegiatan mengucap salam dan bermusafahah setiap pagi merupakan wahana untuk mempererat tali persaudaraan (silaturahim) antara guru dan peserta didik. Disamping itu juga melatih anak untuk berbakti kepada orang tua serta
terbiasa bersikap disiplin.2
Adapun dokumentasi untuk memperkuat temuan ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kegiatan mengucap salam dan bermusafahah dengan bapak ibu guru
Maksud dan tujuan dilaksanakan mengucap salam dan bermusafahah ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan (silaturahim) antara guru dan peserta didik, berbakti kepada orang tua dan melatih sikap disiplin.
2
Wawancara dengan Bpk Drs Jamaluddin Malik ,M.A Kepala MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 Maret 2017
(4)
2) Sholat Dhuha
Kegiatan sholat Dhuha di MIN Model Prigi Trenggalek dilaksanakan oleh siswa kelas III-VI pada pukul 09.00 wib di masjid. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Muslim sebagai berikut;
Untuk sholat dhuha disini diprogramkan untuk kelas III-VI mbak, yaitu setiap hari kecuali hari jum’at. Kegiatan
ini bertujuan untuk mendidik anak agar terbiasa
melakukan sholat sunah.3
Hal senada juga dikemukakan oleh Bpk Rois selaku wakil kurikulum MIN Model Prigi Trenggalek sebagai berikut:
Dengan adanya sholat Dhuha ini diharapkan dalam jiwa anak memahami akan pentingnya sholat Dhuha, sehingga tanpa ditegurpun sebagian anak pada waktu sholat Dhuha
langsung bergegas ke masjid.4
Hal senada juga dikemukakan oleh Attania salah satu siswa kelas VI A sebagai berikut:
Ketika bel istirahat berbunyi, saya dan teman”
berdoa kemudian bergegas menuju ke masjid untuk
mengambil air wudhu, sebelum melaksanakan
sholat Dhuha, salah satu bapak guru membimbing
kami melafalkan surat Asy Syams samapi selesai,
kemudian bapak guru menjadi imam dalam sholat
Dhuha yang dilakukan dengan berjamaah.5
3
Wawancara dengan Bpk Muslim selaku seksi keagamaan MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 Maret 2017
4
Wawancara dengan Bpk Rois,S.Pd selaku waka kurikulum MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 Maret 2017
5
Wawancara dengan Attania siswa kelas VI A MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 Maret 2017
(5)
Adapun dokumentasi kegiatan sholat Dhuha yang
peneliti ambil sebagai berikut:6
Gambar 1.2 Kegiatan Sholat Dhuha berjamaah
Maksud dan tujuan di laksanakan sholat Dhuha ini adalah agar peserta didik memiliki hati yang lunak/lembut, mempunyai sikap tawadhu’ kepada bapak ibu guru, melatih disiplin anak, dan disamping itu, fadhilah dari sholat Dhuha ini adalah menghindari sifat kikir sehingga memiliki sikap dermawan, sabar, ilmu dan amal. Sehingga peserta didik mempunyai karakter akhlakul karimah.
3) Sholat Dhuhur Berjamaah
Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan di MIN Model
Prigi Trenggalek pada jam 12.00 WIB. Sholat dhuhur
dilaksanakan oleh kelas III-VI di dalam masjid. Sebelum dilakukan sholat dhuhur anak-anak berwudhu, kemudian salah satu siswa maju ke depan untuk mengumandangkan adzan. Dua orang bapak ibu guru mengawasi pelaksanaan sholat
6
(6)
dhuhur dibelakang. Hal ini merupakan salah satu peningkatan karakter bagi anak, karena disekolah setiap harinya diterapkan
sholat, maka diharapkan anak-anak terbiasa melaksanakan
sholat wajib dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan bapak Muslim selaku seksi kegamaan sebagai berikut :
Sholat dhuhur disini dilaksanakan oleh kelas III-VI agar
anak tertib dan disiplin dalam melaksanakan sholat
fardhu. Sehingga tanpa disuruhpun anak sadar akan
kewajibannnya 7
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil ketika
kegiatan sholat Dhuhur di MIN Model Prigi Trenggalek.8
Gambar 1.3 Kegiatan Sholat Dhuhur Berjamaah
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Rois selaku waka Kurikulum MIN Model Prigi Trenggalek sebagai berikut:
Sholat Dhuhur diprogramkan untuk kelas III-VI, hal ini dimaksudkan agar anak menyadari akan kewajibannnya,
7
Wawancara dengan Bpk Muslim , S.Ag selaku seksi kegiatan keagamaan MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 27 Maret 2017
8
(7)
yaitu bahwa sholat wajib itu harus dikerjakan oleh setiap
muslim9
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Febrizia siswa kelas VI A sebagai berikut:
Sholat Dhuhur dilaksanakan pada pukul 12.00 wib bu, siswa yang rame pada waktu sholat, biasanya setelah selesai sholat dhuhur, disuruh sholat lagi, kebanyakan yang suka ramai
pada waktu sholat itu anak laki-laki bu.10
Maksud dan tujuan dilaksanakan sholat Dhuhur berjamaah adalah agar anak terbiasa tertib dan tepat waktu dalam melaksanakan sholat fardhu baik di sekolah maupun di rumah.
4) Tahfidz
Kegiatan Tahfidz dilaksanakan oleh anak kelas III-VI. Dengan adanya kegiatan tahfidz anak-anak apabila sudah lulus diharapkan hafal juz 30.
Sebagaimana dengan hasil wawancara dengan ibu Heti Marini sebagai berikut:
Kegiatan tahfidz ini dilakukan seminggu dua kali yaitu hari selasa dan kamis. Waktunya pukul 13.00-15.00 WIB. Dengan adanya kegiatan tahfidz ini, lulus kelas VI
anak-anak diharapkan hafal juz 30.11
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Rois selaku waka kurikulum MIN Model Prigi Trenggalek sebagai berikut:
9
Wawancara dengan Bpk Rois selaku waka kurkulum Min Model Prigi Trenggalek pada tanggal 27 Maret 2017
10
Wawancara dengan Febrizia siswa kelas VIA DI min Model Prigi Trenggalek pada tanggal 27 Maret 2017
11
(8)
Kegiatan tahfidz kami programkan agar anak-anak terbiasa menghafal Al Qur’an dan hafal juz 3012
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Attania salah satu siswa kelas VI A MIN Model Prigi Trenggalek sebagai berikut:
Seminggu dua kali kami mengikuti program tahfidz bu, harinya Selasa dan Kamis, kita mempunyai kartu tahfidh yang digunakan untuk setor surat yang dihafalkan pada pertemuan sebelumnya, biasanya kita setor 4-5 ayat dari
surat yang dihafalkan.13
Senada dengan hasil wawancara dengan Bapak Muslim berikut ini:
Dengan adanya program tahfidz ini, diharapkan anak-anak senang dan gemar menghafalkan surat-surat pendek
dalam Al- Qur’an. Harapan kami setelah lulusdari
Madrasah kami anak-anak hafal juz 30 dengan baik dan lancar.14
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil pada waktu kegiatan tahfidh di MIN Model Prigi Trenggalek
.
12
Wawancara dengan Bpk Rois, Spd selaku waka kurikulum MIN TModel Prigi Trenggalek pada tanggal 10 April 2017
13
Wawancara dengan Attania siswa kelas VI A MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 10 April 2017
14
Wawancara dengan Bpk Muslim, S.Ag selaku seksi keagamaan di MIN Model Prigi Trengalek pada tanggal 10 April 2017
(9)
Gambar 1.4 Kegiatan Tahfidh
Maksud dan tujuan kegiatan tahfidh dilaksanakan di MIN Model Prigi Trenggalek adalah agar peserta didik setelah lulus dari kelas VI hafal juz 30 dari Al Qur’an.
5) Qiro’at
Untuk menanamkan peserta didik agar cinta Al Qur’an
Salah satunya dengan diadakan qiro’at. Qiro’at dilaksanakan seminggu dua kali, yaitu hari Kamis dan Sabtu.
Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Kepala
Madrasah sebagai berikut:
Iya mbak, dengan seni qiro’at ini akan membangun karakter peserta didik untuk cinta Al Qur’an , sehingga anak dengan senang hati akan membiasakan membaca
al quran dalam kehidupan sehari-hari.15
Hal senada juga dikuatkan oleh Bapak Muslim sebagai berikut:
Dalam kegiatan qiro’at ini, diikuti oleh siswa kelas III-VI
bu, mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan
15
Wawancara dengan Bpk Jamaluddin Malik,M.A selaku Kepala MIN Model Prigi Trenggalek
(10)
qiro’at ini, kegiata qiroat ini dilaksanakan agar anak gemar dengan seni qiro’at.16
Hal ini dikuatkan oleh Tania seorang siswa kelas VI b sebagai berikut:
Dengan adanya qiro’at kami selalu senang untuk
membaca Al Qur’an, tanpa disuruhpun kami membaca
dengan senang hati.17
Berikut Dokumentasi yang peneliti ambil pada kegiatan qiro’at di MIN Model Prigi Trenggalek18
Gambar 1.5 Kegiatan Qiro’at
Maksud dan tujuan kegiatan qiro’at dilaksanakan adalah
untuk melestarikan seni dan budaya Qur’ani bangsa Indonesia.
6) Baca Tulis Al Qur’an
Kegiatan BTA ini dilaksanakan oleh kelas 1-V.
Pelaksanaannya dalam satu minggu dua kali , untuk kelas I-III dilaksanakan pada hari selasa dan kamis pukul 13.00-14.00
16
Wawancara dengan BpkMuslim, S.Ag selaku seksi keagamaan MIN Model Prigi Trenggalaek pada tanggal 29 Maret 2017
17
Wawancara dengan Tania, siswi kelas VI B MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017
18
(11)
WIB. Sedangkan untuk kelas III-V dilaksanakan pada hari selasa dan kamis pada pukul 14.00-15.00 WIB.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Heti Marini sebagai berikut:
Melalui kegiatan Baca Tulis Al Qur’an, diharapkan
siswa gemar menulis al Qur’an dengan benar dan baik.
19
Hal senada juga diungkapkan oleh Bpk Rois sebagai berikut:
Kegiatan Baca Tulis Al Qur’an ini kami programkan ,
agar anak- anak terbiasa menulis huruf arab dengan baik dan teliti, sehingga anak’’ terbiasa menulis huruf arab
dengan teliti, baik dan benar.20
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil ketika kegiatan Baca Tulis Alqur’an di MIN Model Prigi Trenggalek21
Gambar 1.6 Kegiatan Baca Tulis Al Qur’an
19
Wawancara dengan Ibu Heti Marini , S.Pd.I, selaku guru di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 21 April 2017.
20
Wawancara dengan bapak Ris, S.Pd, selaku Waka kurikulum MIN Model Prigi Trenggalek, pada tanggal 23 April 2017
21
(12)
Maksud dan tujuan dilaksanakan kegiatan Baca Tulis Al Qur’an agar siswa terbiasa menulis huruf arab dengan baik dan benar. Disamping itu dapat menumbuhkan karakter anak yang disiplin, teliti, kreatif dan imajinatif.
7) Kegiatan Seni Hadrah
Kegiatan seni hadrah ini dilaksanakan satu minggu 2 kali., Yaitu hari kamis dan Jum’at pukul 13.00-15.00 WIB. Melalui kegiatan Hadrah ini anak-anak gemar melantunkan sholawat kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Kepala Madrasah sebagai berikut:
Kegiatan hadrah ini dilaksanakan dengan tujuan anak-anak, agar selalu mengagungkan Allah dan junjungan Nabi kita Muhammad SAW sehingga anak-anak senatiasa
menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun
hasanah dalam kehidupan sehari-harinya.22
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Muslim, S.Ag sebagai berikut:
Anak-anak sangat antusias dalam kegiatan hadrah ini,
salah satu tujuan kegiatan hadrah ini melestarikan
kesenian islam yang juga merupakan budaya bangsa.23
Hal senada juga dikemukakan oleh Febrizia sebagai berikut:
22
Wawancara dengan Bpk Drs. Jamaluddin Malik, M.A kepala MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017
23
Wawancara dengan Bpk Muslim, S.Ag selaku seksi keagamaan di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 maret 2017
(13)
Kami sangat senang mengikuti kegiatan Hadrah ini bu, karena dengan hadrah ini kita banyak membaca sholawat kepada jujnjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti’kan syafaat-Nya besok dihari kiamat.24
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil ketika kegiatan hadrah di MIN Model Prigi Trenggalek 25
Gambar 1.7 Kegiatan Hadrah
Maksud dan tujuan hadrah dilaksanakan di MIN Model Prigi adalah untuk menumbuh kembangkan bakat siswa dalam bidang seni. Gemar melantunkan Sholawat kepada Nabi
Muhammad SAW, serta menumbuhkembangkan karakter
siswa yang peduli sosial dan religius.
8) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
Untuk menanamkan jiwa religius pada peserta didik, salah satunya dengan memperingati Hari Besar Islam. Selain itu, peringatan hari besar islam diharapkan turut menjaga dan
24
Wawancara dengan Febrizia siswa kelas VI b MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017
25
(14)
mengembangkan potensi generasi muda yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama agar menjadi generai muda yang berbakti kepada agama dan bangsa.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Rois selaku waka kurikulum di MIN Model Prigi Trenggalek sebagai berikut:
Peringatan Hari Besar Islam di madrasah kami ini dimaksudkan agar peserta didik terbiasa memperingati para auliya’ maupun anbiya’ yang telah memperjuangkan agama islam, Sehingga Peserta didik selau berpegang
teguh pada agama islam.26
Hal tersebut dikuatkan oleh ungkapan Bapak Muslim sebagai berikut:
Peringatan Hari Besar Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik,sehingga peserta didik akan selalu menghargai dan
memperingati para pejuang dan pembela agama islam.27
Adapun dokumentasi tentang Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI) di MIN Model Prigi sebagai berikut:
26
Wawancara dengan Bpk Rois, S.Pd selaku waka kurikulum MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017
27
Wawancara dengan Bpk Muslim selaku seksi keagamaan MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017
(15)
Gambar 1.8 Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
Maksud dan tujuan Peringatan Hari Besar Islam
dilaksanakan adalah memberikan motivasi kepada generasi
penerus agar selalu memegang teguh tali agama dan dapat membentengi diri dengan keimanan dan ketaqwaaan.
9) Istighotsah
Kegiatan Istighosah di MIN Model Prigi Trenggalek dilaksanakan pada hari jum’at pagi oleh kelas VI dengan bimbingan bapak guru.
Hal tersebut dikemukakan oleh Bapak Kepala Madrasah Sebagai berikut:
Setiap hari Jum’at pagi setelah Sholat Dhuha, khusus
kelas VI mengadakan istighotsah yang dipimpin oleh bapak guru, tujuannya meminta pertolongan kepada Allah SWT, selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta dimudahkan segala urusan oleh Allah SWT, baik urusan
didunia maupun urusan akhirat.28
28
Hasil wawancara denagn Bpk Drs.Jamaluddin Malik,M.A SELAKU Kepala MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017.
(16)
Hal senada juga dikemukakan oleh Attania berikut ini:
Iya bu, kami dari kelas VI setiap hari Jum’at pagi setelah
sholat Dhuha melaksanakan istighosah di masjid yang
dipimpin oleh bapak guru, dengan istighotsah ini
membiasakan kita untuk meminta pertolongan dan
perlindungan hanya kepada Allah SWT.29
Adapun dokumentasi kegiatan istighotsah di MIN Model
Prigi Trenggalek sebagai beriku:30
Gambar 1.9 Kegiatan Istighotsah
Maksud dan tujuan kegiatan istighotsah adalah untuk membiasakan siswa agar selalu meminta pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah SWT.
b. Proses Kegiatan Keagamaan dalam peningkatan karakter Peserta Didik
Proses kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter
peserta didik , yaitu melalui kegiatan keagamaan yang sudah terprogramkan, melalui uswatun hasanah bapak/ibu guru, melaui motivasi, pemberian pengetahuan melalui pelajaran, pemberian hukuman yang bernuansa mendidik yakni dengan sistem poin dan bentuk hukuman bernuansa islami, melalui buku penghubung atau
29
Hasil wawancara dengan Attania siswi kelas VI B MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 29 Maret 2017.
30
(17)
kerjasama dengan orang tua wali dan membimbing dalam setiap kegiatannya.
1) Pembiasaan yang bernuansa islami
Pembiasaan merupakan strategi yang cukup berperan
besar dalam pendidikan karakter anak. MIN Model Prigi
Trenggalek menggunakan pembiasaan rutin setiap harinya
dalam menanamkan karakter anak didik, Berikut hasil
wawancara dengan Bapak Jamaludin Malik mengenai cara pembiasaan.
Salah satu proses kegiatan keagamaan yaitu dengan
pembiasaan – pembiasaan setiap harinya mbak, jadi
dengan kegiatan yang berbasis pembiasaan anak tanpa disadari dengan mudah akan dapat menghafal doa-doa,
surat-surat pendek, adab dalam makan, bersalaman
dengan guru sewaktu tiba dan pulang sekolah, terbiasa
berdoa sebelum dan sehabis kegiatan dan lainnya.31
Hal tersebut dikuatkan oleh hasil wawancara dengan bapak Muslim sebagai berikut:
Proses kegiatan keagamaan yang kami laksanakan
diantaranya melalui kegiatan pembiasaan mbak, setiap
pagi setiba di madrasah anak-anak dibiasakan
bermusafahah dengan bapak /ibu guru, berdoa kemudian membaca membaca juz amma sebelum memulai KBM,
sehingga anak-anak tanpa disuruhpun sudah terbiasa
melakukan kegiatan pembiasaan setiap harinya.32
31
Wawancara dengan Bpk Jamaluddin Malik, M.A selaku Kepala MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 21 April 2017
32
Wawancara dengan Bpk Muslim, S.Ag selaku seksi keagamaan di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 21 April 2017
(18)
Hal senada juga dikemukakan oleh Febrizia sebagai berikut:
Setiap hari sewaktu tiba dan pulang sekolah kami bermusafahah dengan bapak ibu guru bu, setelah masuk kelas kami berdoa dilanjutkan membaca juz amma, pada waktu istirahat kami sholat Dhuha, pukul 12.00 wib kami sholat Dhuhur, sehingga tanpa diperintah bapak ibu guru
kami mengikutinya dengan senang hati bu.33
Dari hasil wawancara diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pembiasaan yang di laksanakan di MIN Model Prigi
Trenggalek meliputi: bermusafahah dengan bapak/ibu guru
ketika tiba disekolah, berdoa dan membaca juz’amma ketika masuk kelas, Sholat Dhuha pada waktu istirahat dan Sholat Dhuhur pada pukul 12.00 WIB.
Adapun dokumentasi kegiatan pembiasaan adalah
sebagai berikut:34
Gambar 2.1 Kegiatan Pembiasaan bermusafahah setiap pagi
33
Wawancara dengan Febrizia siswa kelas VIa MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 April 2017
34
(19)
2) Pemberian Hukuman/Reward
Salah satu strategi di MIN Model Prigi trenggalek dalam peningkatan karakter peserta didik yaitu pemberian hukuman dan teguran.
Hasil wawancara dengan Bapak Muslim sebagai berikut:
Bagi siswa yang melanggar peraturan juga ada hukuman
mbak, tapi hukumannya bersifat mendidik, misalnya
kalau pada waktu sholat anak-anak ramai, maka setelah selesai sholat, anak-anak itu disuruh sholat lagi, selain itu juga ada hukuman yang berupa poin, klu sudah terkumpul beberapa poin, maka anak disuruh menulis salah satu
surat pendek.35
Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan ibu Heti Marini berikut ini:
Kalau kelas besar maka langsung dikasih punishman. Disini sistemnya poin bu, jadi ketika ada anak melakukan kesalahan, maka guru langsung memberikan poin. Jika sholat kok rame, guru lansung memberi kebijakan yaitu poin sesuai kesalahannya, nanti jika poinnya sudah terkumpul maka akan ada 10 sanksi
menulis surat apa gitu.36
Hal ini dibenarkan juga oleh salah satu siswa kelas VI B yang bernama Attania berikut ini:
Ndak berani rame bu, nanti dikasih poin bu kalo rame. Trus kalau tidak mengerjakan PR dikasih poin, kalau berkata kotor kepada teman dikasih poin, nanti poinnya
kalau genap 10 dikasih hukuman bu. Hukumannya
35
Hasil wawancara dengan Bpk Muslim, S.Ag selaku seksi keagamaan di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 April 2017
36
Wawancara dengan Bpk Muslim, S.Ag selaku seksi keagamaan di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 21 April 2017
(20)
terkadang menulis surat, membaca istighfar. Nanti kalau
genap 100 orang tuanya akan dipanggil bu.37
Penerapan hukuman ini dirasa lebih efektif dari pada hukuman yang bersifat fisik seperti jeweran atau cubitan terhadap anak. Harapan dari penerapan hukuman ini adalah semoga seluruh kegiatan di sekolahan bisa berjalan dengan lancar dan anak-anak bisa meraih prestasi yang memuaskan.
Adapun dokumentasi penerapan hukuman di MIN Model
Prigi Trenggalek sebagai berikut:38
Gambar 2.2 Penerapan hukuman bagi siswa 3) Keteladanan (Uswah Hasanah)
Keteladanan bapak/ ibu guru maupun kepala sekolah merupakan salah satu strategi guru dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Model Prigi Trenggalek. Keteladanan guru dalam bertindak, berbicara, berpakaian sering ditiru, oleh anak didiknya, maka guru di MIN Model Prigi harus juga
37
Wawancara denga Attania siswa kelas VIb MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 27 April 2017
38
(21)
datang tepat waktu, yaitu sepuluh menit sebelum bel berbunyi,
memberikan keteladanan dalam melakukan sholat dhuhur
berjamah bersama siswa di Masjid, dan sebagainya.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Rois berikut ini:
Kalau uswah hasanah itu kan contoh yang baik ya mbak itu sangat perlu, seperti pagi itu guru juga harus datang pagi, sebelum jam tujuh kurang sepuluh menit guru sudah harus tiba disekolah, jadi guru mencontohi anak-anak untuk datang tepat waktu, lalu piket anak-anak-anak-anak tidak hanya disuruh saja tetapi guru disini juga ada jadwal piket nyapu bersama anak-anak, jadi guru tidak hanya sekedar ngomong tetapi juga ikut memberi contoh, bapak kepala sekolah sering juga ikut memberi contoh, bapak kepala sekolah sering juga ikut menyapu bersama anak-anak, lalu kalau salim itu harus dibiasakan pakae tangan dua dan
yang dicium bukan pipi tetapi nose (hidung), kalu pake
hidung itu kesannya anak agak membungkuk sehingga
melatih sopan santun anak.39
Hal senada juga di kemukakan oleh Ibu Heti Marini sebagai berikut:
Ya mbak, guru harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, misalnya pada waktu sholat Dhuha
dan Sholat Dhuhur, guru bersama-sama siswa
melaksanakan sholat berjamaah dimasjid.40
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka peran
keteladanan sangat berpengaruh terhadap peningkatan karakter peserta didik, tanpa adanya keteladanan yang baik dari gurunya
39
Wawancara dengan Ibu Heti Marini, S.Pd.I selaku guru MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 27 April 2017
40
Wawancara dengan Bpk Rois, S. Pd.I selaku WAKA Kurikulum di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 27 April 2017
(22)
anak tidak akan dengan semangat melakukan program-program yang diadakan disekolah. Dengan keteladanan yang baik anak akan menjadikan guru sebagai figure dan model yang patut dicontoh
Adapun dokumentasi tentang uswah hasanah di MIN
Model Prigi Trenggalek sebagai berikut:41
Gambar 2.3 Guru sebagai uswatun hasanah
4) Kerjasama dengan orang tua
Salah satu proses dalam meningkatkan karakter peserta didik, MIN Model Prigi melakukan kerjasama dengan orang tua siswa. Bentuk kerjasama tersebut yaitu mengisi buku penghubung yang meliputi mengawasi sholat anaknya dalam
bentuk menandatangani buku penghubung setiap harinya.
41
(23)
Selain itu ada pertemuan wali murid yaitu berkaitan dengan problem solving.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh bapak Jamaluddin berikut:
Problem solving itu ada. Nanti setiap pengambilan rapot ada problem solving sama wali murid. Bagaimana anak disekolah, nanti dirumah ada pengarahan, kalau orang tua ada keluhan atau disekolah ada informasi tentang anaknya itu ada buku penghubung setiap harinya. Setiap hari orang
tua juga harus menandatangani buku penghubung
anaknya tentang kegiatan anak dirumah dan sholat lima waktu. Hal ini dilakukan agar bisa memantau anak didik ketika dirumah. Sholat maghrib sholat apa tidak, nanti dicentang kalau tidak ya dikasih strep. Disekolah setiap harinya dicek. Jadi sekolah juga tahu orang tua juga tahu, semisal dari rumah anak agak sakit, bisa ditulis dibuku
penghubung.42
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Muslim sebagai berikut :
Hubungan atau kerja sama antara wali murid sangat diperlukan mbak, guna mengontrol anak didik ketika dirumah. Karena ketika anak dirumah sekolah tidak tahu anak melaksanakan sholat apa tidak, anak belajar atau tidak, sehingga ketika anak dirumah sekolah mengharapkan bapak/ibu wali murid
mengawasi dan selalu membimbing kegiatan anaknya.43
Adapun dokumentasi kegiatan problem solving di MIN Model
Prigi sebagai berikut:44
42
Wawancara dengan Bpk Drs. Jamaluddin Malik, M.A selaku kepala MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 25 April 2017
43
Wawancara dengan bapak Muslim S.Ag selaku seksi keagamaan pada tanggal 25 April 2017
44
(24)
Gambar 2.4 Kegiatan Problem Solving
Maksud dan tujuan problem solving dilaksanakan di MIN Model Prigi Trenggalek adalah agar silaturahmi antara pihak madrasah dengan wali murid terjalin dengan baik. Sehingga kedua pihak bisa terus memantau peserta didik ketika di sekolah dan dirumah.Disekolah yang memantau perkembangan peserta didik adalah guru, sedangkan yang bertugas memantau perkembangan peserta didik dirumah adalah wali murid ( orang tua).
c. Sistem Evaluasi Kegiatan Keagamaan dalam Peningkatan Karakter Peserta didik
Sebuah kegiatan didalamnya pastilah mempunyai tujuan yang diharuskan mampu membuat siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan melalui sebuah kegiatan tersebut, seperti halnya pelaksanaan kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik ini
(25)
Kegiatan ini pun juga harus mempunyai kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan keagamaan ini tidak lain adalah agar siswa bisa lebih meningkatkan sikap, tingkah laku dan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi, khusunya karakter peserta didik. Mengingat bahwa untuk keadaan yang sekarang ini yang sangat memprihatinkan terutama pada kebiasaaan-kebiasaan yang anak muda lakukan yang lebih condong kepada hal yang bersifat duniawi misalnya saja untuk melakukan shalat berjama’ah pastilah mereka jarang melakukannya ketika dirumah. Apabila mereka tidak dibina sejak dini maka akan sulit untuk mengendalikan kebiasaan-kebiasaan mereka yang kurang baik khususnya kegiatan keagamaan.
Hal ini berdasarkan pada hasil wawancara Bapak Drs. Jamaluddin M.Ag ,bahwasanya:
Kami membuat kegiatan ini ya memang untuk meningkatkan karakter peserta didik. Dimana kami sebagai pihak sekolah yang berperan untuk melindungi peserta didik kami agar menjadi manusia yang baik, Melalui Kegiatan ini memang sangat diharapkan agar para siswa menjadi berkualitas. Dengan tujuan yang seperti itu yang menjadi tolok ukur keberhasilannya adalah dengan meningkatnya kebiasaan-kebiasaan atau budaya religius yang mereka miliki. Misalnya saja dengan mengikuti kegiatan sholat berjamaah mereka akan rutin untuk melakukan sholat berjamaah. Nah dari situ akan terlihat mbak ya, bahwa upaya yang di lakukan lambat laun akan membawa efek
positif didalam diri siswa45.
45
Wawancara dengan Bpk Drs. Jamaluddin M.A, selaku kepal a MIN Model Prigi Trenggalek, pada tanggal 25 April 2017.
(26)
Penilaian program kegiatan keagamaan menekankan pada penilaian /tes tindakan yang dapat mengungkapkan tingkat unjuk perilaku belajar/kerja siswa. Penetapan tingkat keberhasilan untuk kegiatan keagamaan didasarkan atas standar minimal tingkat penguasaan kemampuan yang disyaratkan dan dan bersifat individual. Penilaian secara inklusif mempertimbangkan pembentukan kepribadian yang terintegrasi, jiwa kemandirian, sikap dan etos perilaku belajar dan disiplin siswa dalam kegiatan keagamaan.
Perilaku itu juga mempertimbangkan kemahiran dalam pemecahan masalah dan berkomunikasi, mempertimbngkan standart keadilan dan keragaman secara individual bagi setiap siswa.dan mempertimbangkan tingkat partisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan yang dilakukan. Penilaian dilakukan dengan memandang bobot yang sama baik terhadap proses dan hasil akhir dari setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kegiatan keagamaan ini adalah kistiqomahan atau keantusiasan siswa yang bertambah dalam mengikuti kegiatan. Karena dengan bertambahnya antusias siswa maka akan bertambah keinginannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya khususnya menjadi pribadi yang berkarakter.
Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan Bapak Muslim, menjelaskan bahwa:
(27)
Bertambahnya keaktifan siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut juga bisa dijadikan evaluasi. Karena dengan keadaan yang seperti itu, maka perserta didik sudah
antusias mengikuti kegiatan tersebut. Selanjutnya untuk
mengukur keberhasilannya bisa dilihat dari hasil-hasil event atau lomba yang ada atau juga bisa dilihat ya piala-pialanya banyak kan. Itu sudah cukup dan sangat menggembirakan bagi
pihak sekolah.46
Hasil petikan wawancara dengan Febrizia siswa kelas VI A menyebutkan bahwa :
Saya dulu diawal sholat Dhuha dan Dhuhur bolos terus. Lalu saya mulai merasa malu karena jika saya bolos saya akan mendapat hukuman. Lalu saya memilih untuk mengikuti shalat jama’ah terus. Eh lama kelamaan bu saya tidak penah membolos lagi dan ketika diluar sekolah pun saya selalu merasa ingin shalat berjamaah daripada shalat sendiri”.47
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelaksanaan kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik adalah keistiqomahan atau keantusiasan siswa yang meningkat dalam mengikuti kegiatan keagamaan.
Adapun dokumentasi penilaian kegiatan keagamaan di MIN Model
Prigi Trenggalek sebagai berikut:48
46
Wawancara dengan Bpk Muslim, S.Ag selaku sekasi keagamaan MINmodel Prigi Trenggalek pada tanggal 17 April 2017
47
Wawancara dengan Febrizia siswa kelas VI B MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 17 April 2017
48
(28)
Gambar 2.5 Rapor Kegiatan keagamaan
2. Paparan data di MIN Tunggangri Tulungagung
a. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan dalam Peningkatan Karakter Peserta Didik
Situs kedua dalam penelitian ini yakni dilakukan pada lembaga MIN Tunggangri Tulungagung . Peneliti mengadakan wawancara tentang bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Tunggangri Kalidawir. Berikut penuturan bapak Hardiono selaku kepala sekolah di MIN Tunggangri Tulungagung mengenai gambaran umum kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Tunggangri Tulungagung.
Untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan di madrasah kami ini, untuk meningkatkan karakter anak yang pertama adalah kita budayakan setiap pagi masuk gerbang dan pulang sekolah bermushafahah atau bersalaman dengan bapak /ibu guru,
kemudian masuk kelas berdo’a yang dipimpin oleh bapak ibu
guru jam pertama, kemudian tiap hari pagi, istirahat dan ketika pulang melalui mediasi speaker diputarkan alunan-alunan mulai dari asmaul husna, lantunan-lantunan syair mutiara hikmah,
(29)
sholawat-sholawat dan lain-lain kita dengungkan, jadi pagi hari anak datang itu sudah mendengarkan lantunan-lantunan.Ini merupakan peningkatan karakter bagi anak. Kemudian, kalau waktunya jum’at anak itu semua yang kelas 3,4,5, dan 6 saya giring ke mushola untuk sholat Dhuha, tahlil, istighosah, kemudian diteruskan dengan Tahfidhul Qur’an, kami mendatangkan seorang hafidh dan hafidhoh, target saya kelas 1 dan kelas 4 tiap hari itu adalah menghafalkan juz amma, sehingga waktu kenaikan kelas sudah hafal, ketika pagi waktunya olahraga,
didepan masjid itu kumpul dulu hafalan bersama juz amma.49
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa lembagaMIN Tunggangri merupakan salah satu lembaga yang berusaha mengedepankan peningkatan karakter peserta didik. Peningkatan karakter peserta didik di MIN Tunggangri Kalidawir terimplementasi pada proses pembelajaran di kelasdan kegiatan ekstra maupun agama diluar jam pelajaran. Bentuk kegiatan tersebut diantaranya dengan membudayakan bermushafahah dengan bapak/ibu guru ketika tiba disekolah, berdo’a dan membaca surat-surat pendek yang dipimpin bapak /ibu jam pertama, sholat Dhuha, yasin tahlil, istighosah, tahfidz dan sholat Dhuhur berjamaah.
Kegiatan –kegiatan keagamaan yang sudah menjadi budaya
sekolah tersebut memang sengaja dirancang agar tercipta peningkatan karakter yang kelak siswa tidak hanya mampu memahami konsep saja melainkan praktik keagamaan dan terbiasa bertindak sesuai akhlak mulia. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak keala madrasah, bahwasanya selain pembiasaan-pembiasaan keagamaan setiap harinya,
49
Wawancara dengan Bapak Hardiono, kepala MIN Tunggangri Kalidawir pada tanggal 25 Maret 2017.
(30)
terdapat hari yang memang satu hari itu digunakan sebagai pembelajaran agama.
Berikut cuplikan wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak Hardiono:
Hari jum’at ke 123 itu saya buat semuanya adalah pembelajaran
agama, sedangkan hari sabtu jam ke 1 2 kegiatan ekstra olahraga
atau fullday santai. Kadang saya pakai lari-lari keliling
masyarakat, pakai jalan-jalan, permainan, sehingga anak-anak salut, orang tua salut, masyarakat salut, inilah mediasi. Kemudian kalau dhuhur adalah rutinitas sholat berjamaah ini adalah peningkatan karakter, budaya-budaya yang baik, islami kita tanamkan. Dimanapun ketemu bersalaman karena kita latih seperti itu.50
Temuan ini dikuatkan oleh hasil observasi yang peneliti lakukan yaitu sebagaimana yang tertulis dalam catatan observasi berikut ini:
Pada hari jum’at, tanggal 31 Maret 2017
Peneliti datang dilembaga MIN Tunggangri jam 06.25 WIB. Terlihat Bapak Hardiono sudah nampak berdiri didekat gerbang dengan wajah tersenyum sembari menyambut dan bermushafahah dengan siswa yang datang. Kemudian bel berbunyi anak-anak memasuki kelas mereka masing-masing. Nampak kelas IV, V, dan VI bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat Dhuha,yasin dan tahlil dan tahfidzul Qur’an.51
Hal senada dengan wawancara yang peneliti lakukan bersama bu Elfi Badriana (guru kelas IV sekaligus pembimbing tahfidz) yang sasat itu peneliti temui setelah beliau berdua menemani siswa MIN Tunggangri ketika kegiatan pagi dimasjid pada hari jum’at.
50
Wawancara dengan Bpk Drs.H.Hardiono,M.Ag kepala MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 25 Maret 2017.
51
(31)
Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan disini lumayan banyak mbak, kaitannya dalam rangka peningkatan karakterb anak diantaranya ada sholat Dhuha, yasin tahlil, hafalan surat pendek, asmaul husna, doa sehari-hari beserta hadist-hadist, sholat dhuhur berjama’ah, PHBI, pondok ramadhan,tahfidz khususnya kelas 1 dan IV mbak, lalu ada juga pembinaan qiro’at tapi tidak di lakukan pada jam sekolah mbak tapi hanya beberapa siswa di
masjid selatan sana.52
Berdasarakan hasil wawancara dan observasi di MIN Tunggangri
tersebut, bentuk-bentuk kegiatan kegiatan keagamaan dalam
peningkatan karakter peserta didik di MIN Tunggangri Tulungagung diantaranya yaitu:
1) Bermusafahah dengan bapak ibu guru ketika tiba disekolah
Berikut dokumentasi peneliti tentang kegiatan bermusafahah di
MIN Model Prigi Trenggalek 53
Gambar 2.1 Kegiatan bermusafahah
52
Wawancara denganIbu Elvi Badriana, S.Pd. I selaku guru di MIN Model Prigi pada tanggal 31 Maret 2017.
53
(32)
Maksud dan tujuan dilaksanakan kegiatan bermusafahah ini untuk menjaga tali silaturahim antara guru dan siswa.sehingga dapat menumbuhkan karakter siswa yang menghormati dan berbakti kepada guru dan orang tua.
2) Sholat Dhuha
Sholat Dhuha dilakukan setiap hari Jum’at pagi untuk kelas
IV-VI setelah bel berbunyi anak-anak baik putra maupun putri segera menuju masjid dan mengambil air wudhu. Mereka masuk masjid dan langsung membentuk shaf untuk shalat berjamaah. Sholat Dhuha ini dilaksanakan dengan khusyu’ secara siri kecuali niat sholat Dhuha.Diawal dibaca keras bersama-sama. Kegiatan sholat Dhuha dilakukan sebanyak empat rakaat dengan dua salam. Setelah selesai mereka berdzikir dan dilanjut dengan berdo’a bersama-sama. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Sulistyowati
sebagai berikut:
Disini sholat Dhuha dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi
mbak,dengan pelaksanaan sholat dhuha secara berjama’ah empat rakaat satu salam. Anak-anak dibiasakan untuk melaksanakan sholat Dhuha dipagi hari agar memiliki hati
yang luna’, tawadhu’ dan hormat kepada bapak/ibu guru. Niat
sholat dan do’a setelah sholat Dhuha dibaca bersama-sama agar mereka dapat dengan benar melafalkan niat sholat
dhuha.54
54
Wawancara dengan Ibu Sulistyowati, S.Pd , selaku waka kurikulum di MIN Model Prigi Trenggalek pada tanggal 31 April 2017
(33)
Temuan ini dikuatkan dengan catatan observasi peneliti di MIN Tunggangri Tulungagung berikut ini:
Pada hari Jum’at tanggal 7 April 2017 di pagi hari, anak-anak
dengan tertib langsung membentuk shaf sholat berjama’ah, terlihat dua guru dibelakang shaf putri yang juga ikut sholat berjama’ah sholat dhuha dan satu guru laki-laki dibelakang shaf putra dan juga lima anak perempuan yang sedang berhalangan tidak shalat. Ketika imam sholat tiba dan semua sudah siap melaksanakan sholat, maka semua berdiri dan niat diabaca keras kemudian mereka sholat tanpa ada seorang siswa pun bertingkah aneh atau senggol-senggolan dengan temannya. Setelah selesai mereka berdzikir bersama dan kemudian dengan suara lantang mereka membaca doa sesudah sholat dhuha dengn dibimbing oleh imam sholat. Terlihat mereka dengan kompak dan semua terlihat sudah hafal dengan do’a
sesudah sholat Dhuha.55
Berikut dokumentasi kegiatan sholat Dhuha yang peneliti
ambil ketik melakukan observasi di MIN Tunggangri
Tulungagung56.
Gambar 2.2 Kegiatan Sholat Dhuha
Maksud dan tujuan dilaksanakan sholat dhuha ini adalah agar peserta didikmemiliki hati yang lunak/lembut, mempunyai sikap
55
Observasi di MIN Tunggangri Tulungagung, pada tanggal 7 April 2017
56
(34)
tawadhu’ dan hormat kepadabapak/ibu guru, melatih disiplin anak, dan disamping itun pula fadilah dari sholat dhuha ini adalah menghindari sifat kikir sehingga memiliki sikap kaya hati, sabar, ilmu dan amal. Sehingga peserta didik terbiasa dan terbentuk karakter dan watak peserta didik yang berakhlak mulia.
3) Yasin dan Tahlil
Kegiatan yasin tahlil merupakan salah satu wahana dalam pengembangan pendidikan karakter anak,yaitu menanamkan sikap religius pada anak. Kegiatan yasin dan tahlil di MIN Tunggangri dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah sholat Dhuha. Kegiatan ini biasanya dipimpin oleh seorang guru dan terkadang oleh salah seorang siswa kelas VI yang dianggap sudah mahir membaca
bacaaan Al-Qur’an. Mereka membaca yasin dan tahlil bersama-sama
dengan nada tartil sesuai dengan apa yang dilagukan imam yasin. Sebelum dimulai pembacaan yasin, imam tahlil memimpin berdoa menghususkan pada leluhur yang sudah meninggal atau hidiyah Al Fatihah dan juga berdo’a agar dimudahkan dalam menuntut ilmu serta menjad ilmu yang bermanfaat.
Hal ini sesuai hasil wawancara dengan ibu Sulistyowati, sebagai berikut:
Kegiatan yasin tahlil merupakan salah satu bentuk juga dalam karakter anak, utamanaya untuk meningkatkan religius siswa. Kegiatan ini diawali dengan hidiyah al-Fatihah kepada leluhur
(35)
serta juga doa agar semua dimudahkan dalam mencari ilmu dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Terkadang yang
memimpin tahlil siswa terkadang juga gurunya mbak.57
Kegiatan ini berlangsung kuranglebih sampai jam pelajaran ketiga selesai. Setelah itu anak-anak berdiri dan anak perempuan mengemasi mukenanya. Langsung tanpa sudah tidak menunggu perintah dari yang paling depan terlebih dahulu menuju barisan belakang dan yang terakhir menuju pintun keluar bersalaman dengan bapak/ibu guru yang ada.
Temuan dikuatkan dengan catatan observasi peneliti di MIN Tunggangri Tulungagung pada hari Jum’at yaitu sebagai berikut:
Pada hari Jum’at, 7 April 2017. Kegiatan yasin tahlil dilakukan dengan kondusif dan semua siswa membaca yasin dan tahlil dengan semangat mengikuti imam yang opada waktu itu dipimpin olehbapak Sutiyono.Siswa-siswi membaca yasin sendiri dan anak yang memeng benar-benar lupa tidak
membawa disuruh memakai Al-Qur’an yang ada di masjid.58
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil ketika siswa MIN
Tunggangri Tulungagung melakukan kegiatan Yasin dan Tahlil59
57
Wawancara dengan Ibu Sulistyowati , S.Pd.I selaku Waka kurikulum di MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 17 April 2017.
58
Observasi di MIN Tunggangri Tulungagung, pada tanggal 21 April 2017
59
(36)
Gambar 2.3 Kegiatan Yasin dan Tahlil
Maksud dan tujuan kegiatan yasin dan tahlil ini adalah agar anak-anak terbiasa berzikir yang bertujuan mandoakan keluarga yang telah wafat. Sehungga setelah ketika kelas 6, peserta didik bisa megimami tahlil.
4) Hafalan Surat Pendek(Juz Amma) dan Tahfidz
Kegiatan hafalan surat pendek dilakukan di MIN Tunggangri dengan cara pembiasaan setiap harinya ketika sebelum dimulai pembelajaran dikelas. Program Tahfidz di MIN Tunggangri Tulungagung diprogramkan untuk anak kelas 1 dan IV, setiap satu minggu anak melakukan setoran ayat dan setiap hari dibaca berulang dari ayat yang pertama.
Kegiatan ini dibimbing oleh para tahfidz, dngan mdetode drill, demonstrasi guru, berpasangan dengan teman sebaya, klasikal juga individu. Anak didik diharuskan setor hafalan dengan memakai
(37)
kartu tahfidz seminggu sekali. Untuk kelas I hari selasa dan rabu. Setiap ayat diulang sebanyak sebelas kali, dengan kata perkata dalam setiap ayat di drill lalu digandeng sampai membentuk kalimat.
Selain itu ketika istirahat diputarkan di audio bacaan yang ditahfidzkan, sehingga ketika anak-anak istirahat makan jajanpun mereka dapat mendengarkan maupun hafalan bersama teman-temannnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan anak-anak dapat tertanamkan
rasa cinta mereka terhadap Al Qur’an dan dapat dengan fasih
membaca Al Qur’an denganb baik dan benar. Sehingga sekeluarnya mereka dari MIN Tunggangri Tulungagung mereka sudah cukup mempunyai modal dan benteng dalam era pergaulan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bu Elfi Badriana berikut:
Dengan adanya tahfidz Al-qur’an, setiap kata perkata diulang
beberapa kali lalu digabung membentuk satu ayat dan dibaca berulang. Kemudian, dibaca dengan nada tartil hal ini dapat
menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap al Qur’an dan
memudahkan mereka dalam mnghafal. Sehngga sekeluarnya mereka dari sini ditargetkan juz 30 insyaallah sudah hafal. Hal
ini dapat menjadi modal bagi siswa.60
60
Wawancara dengan Ibu Elvi Badriana, S.Pd.I selaku seksi keagamaan di MIN T unggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017
(38)
Berikut dolumentasi yang peneliti ambil ketika kegiatan
tahfidz di MIN Tunggangri Tulungagung61
Gambar 2.4 Hafalan surat pendek dan tahfidz
5) Sholat Dhuhur berjamaah
Sholat dhuhur berjamaah di MIN Tunggangri Tulungagung diikuti oleh siswa kelas IV-VI dan bapak ibu guru setiap hari pukul 12.00 WIB yang merupakan istirahat kedua, karena setelah sholat berjamaah masih ada satu jam pelajaran lagi. Sholat Dhuhur di MIN Tunggangri dilaksanakan diawal waktu Dhuhur, hal ini diprogramkan karena untuk melatih dan membiasakan peserta didik untuk sholat diawal waktu dan membiasakan siswa untuk sholat berjamaah. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan bu Elfi Badriana berikut:
Disini kami melaksanakan sholat Dhuhur ketikaawal biasanya jam12.00WIB. Atau pokoknya sudah manjing Dhuhur
61
(39)
mbak.Hal ini dilakukan karena melatih siswa untuk sholat
diawal waktu.62
Hal ini dikuatkan dengan catatan observasi di MIN Tunggangri Kalidawiir berikut:
Pada hari Sabtu, 22 April 2017 peneliti tepat pukul 12.00 WIB atau awal waktu sholat Dhuhur bel dibunyikan kemudian anak-anak langsung menuju ke masjid yang berada dipojojk utara sekolah. Mereka kemudian antri bergantian mengamil air wudhu. Salah satu dari anak laki-laki bergiliran setiap harinya mengumandangkan adzan, setelah itu melantunkan pujian-pujian islami sembari menunggun antrian wudhu dan selanjutnya iqomah. Anak-anak melaksdanakan sholat dhuhur dengan tertib, dengan niat sholat dibaca lantang bersama-sama. Setelah salam, , anak-anak langsung membaca dzikir bersama-sama setelah itu berdo’a.63
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peserta didik MIN TunggangriTulungagung melalui pembiasaan sholat Dhuhur
diharapkan dapat melaksanakan sholat berjamaah dengan khusyu’
dan ketika adzan dijawab bersama-sama, serta setelah sholat membaca dzikir disertai do’a.
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil ketika siswa siswi
MIN Tunggangri melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah64
62
Wawancara dengan Ibu Elfi Badriana, S.Pd.I selaku seksi keagamaan di MIN Tunggangri pada tanggal 21 April 2017
63
Observasi, penelti di MIN Tunggangri pada tanggal 22 April 2017.
64
(40)
Gambar 2.5 Kegiatan sholat Dhuhur
Kegiatan sholat Dhuhur berjamasetiap harinya dilakukan di MIN Tunggangri agar anak terbiasa melaksanakan Sholat Dhuhur diawal waktu, anak terbiasa disiplin,, dan juga anak terbiasa sholat berjamaah dirumah maupun masyarakat.
6) PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).
Kegiatan PHBI termasuk kegiatan bulanan atau yang dilakukan di MIN Tunggangri Tulungagung ketika ada perinagtan
hari-hari besar islam diantaranya yaitu: peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad, Peringatan mauled Nabi Muhammad, Peringatan Nuzulul Qur’an, penyembelihan hewan Qurban (Idul Adha) dan lain sebagainya.
Seperti yang peneliti amati, ketika pada hari Rabu, 23 April 2017 MIN Tunggangri mengadakan acara peringatan Isra’ Mi’raj di sekolah. Anak-anak disuruh membawa dua buah nasi kotak, satu nasi dimakan untuk diri sendiri dan yang satu lagi untuk dikumpulkan
(41)
dibagikan ke tetangga sekolahan. Anak didik juga disuruh membawa alas duduk semisal Koran atau bisa yang lainnya.
Acara ini di isi dengan tampilan religi dari grup samproh, sholawat Al Faruq dan qiraat, yang semuanya adalah buah karya dari anak-anak MIN Tunggangri Tulungagungdengan dibimbing oleh bapak/ibu guru. Kemudian acara selanjutnya yakni ceramah
diisi sendiri oleh bapak kepala madrasah yakni Bapak Hardiono.65
Isi ceramahnya cukup menarik yakni tentang seputar isra’
mi’raj. Anak didik pertama ditanya tentang siapa yang tertib sholat jama’ah di mushola atau masjid?. Pertanyaan ini menanamkan sikap jujur anak, karena ketika mereka angkat tangan dan disuruh maju kedepan mereka akan dikasih hadiah oleh bapak Hardiono sebesar
Rp.10.000, seketika itu hanya yang
benar-benar anak Yang sering sholat jama’ah yang angkat tangan
dan dikasih hadiah. Sedangkan anak yang memang tidak berjama’ah tidak berani angkat tangan.
Ceramah ini juga memberikan kesempatan kepada anak didik yang berani dan bisa. Kepala Madrasah dalam ceramahnya
memberikan pertanyaan apakah yang dimaksud dengan isra’ mi’raj,
apa saja hikmahnya, dan bagaimana gambaran yang diperlihatkan kepada nabi ketika isra’ mi’raj. Anak didik yang berani dan tepat
65
(42)
menjawab memang dikasih sebuah penghargaan meskipun hanyasenilai Rp. 2000 mereka sangat antusias angkat tangan.
Melalui kegiatan Peringatan Hari Besar Islam ini dapat menumbuhkan karakter anak yaitu sikap berani tampil didepan umum jujur,disiplin, dan tanggungjawab. Selain itu, menumbuhkan rasa senangnya mereka dalma memperingati hari besar dalam islam serta mengetahui makna dibalik sejarah hari besar tersebut.
Berikut dokumentasi di MIN Tunggangri dalam kegiatan
Peringatan Hari Besar Islam66
Gambar 2.6 Peringatan Hari Besar Islam
7) Jum’at Amal
Kegiatan melatih siswa untuk memiliki rasa dermawan dan berlatih makna ikhlas untuk meyisihkan sebagian dari uang saku mereka. Jum’at amal dilakukan seetiap hari Jum’at, dengan
66
(43)
menggunakan tempat roti kaleng bekas yng ditutup kemudian dikasih lubang kecil diatas yang sekiranya cukup untuk memasukkan uang. Setiap kaleng tersebut, ditulis kelas masing-masing dan diedarkan atau anak-anak MIN Tunggangri sering menyebutnya dengan kaleng keliling. Mereka sudah menyiapkan sebagian uang saku mereka untuk dimasukkan. Dengan wajah tersenyum dan uang seikhlas mereka Rp.2000.
Hal ini sesuai dengan wawancara yang peneliti peroleh berikut:
Ketika hari Jum’at disini ada jum’at amal mbak, hal ini
dilakukan setiap hari Jum’at serta melatih anak-anak untuk
menyisihkan sedikit uang saku mereka untuk amal jum’at. Sehingga hal ini diharapkan agar anak-anak terlatih dan terbiasa bersikap dermawan dan suka beramal. Tidak harus banyak tetapi ia memasukkan uang mereka terserah mereka
yang penting dengan niat ikhlas.67
Hal senada juga di ungkapakan oleh Lutfi Syafaatul Zahro An Nisa’ sebagai berikut:
Ya bu setiap jum’at pagi ada jum’at amal untuk kegiatan
sosial, dengan jum’at amal kita akan terbiasa melakukan sifat
sosial, peduli sesama, dan membantu orang yang
membutuhkan, kami menyisihkan sebagian uang saku kami,
seikhlasnya bu.68
Adapun dokumentasi kegiatan jum’at amal di MIN
Tunggangri sebagai berikut;69
67
Wawancara dengan Ibu Sulistyowati,S.Pd.I selaku Waka kurikulum min Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017.
68
Wawancara dengan Lutfi syafaatul Zahro An Nisa’ kelas IV B MIN Tunggangri Tulungagung pad tanggal 21 April 2017.
69
(44)
Gambar 2.7 Kegiatan Jum’at Amal
8) Pondok Romadhan
Kegiatan pondok Ramadhan merupakan salah satu wahana dalam peningkatan karakter. Anak dilatih untuk mandiri, disiplin memiliki sikap berani, religious dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh siswa kelas IV-VI selama tiga hari di MIN Tunggangri Tulungagung.
Ketika bulan Ramadhan anak-anak dikasih buku Ramadhan yang isinya tentang kegiatan siswa sehari-hari di bulan Ramadhan. kegiatan sholat lima waktu, sholat tarawih yang ditandatangani orang tua, kegiatan tadarus Al Qur’an di masjid dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan cuplikan wawancara denga bu Sulistyorini berikut:
Kegiatan pondok Ramadhan dapat melatih siswa untuk menumbuhkan sifat mandiri, tanggungjawab, juga religius siswa. Ketika pondok ramadhan ada juga buku pondok romadlon yang berisi tentang materi keislaman serta catatan kolom sholat, puasa tadarus Al Qur’an. Dalam hal ini melatih
anak-anak bersikap jujur.70
70
Wawancara dengan Ibu Sulistyowati, S.Pd, selaku Waka kurikulum di MIN Tunggangri Tulugngagung pada tanggal 20 April 2017
(45)
Adapun dokumentasi kegiatan pondok Ramadhan di MIN
Tunggangri Tulungagung adalah sebagai berikut:71
Gambar 2.7 Kegiatan Pondok Romadlon
9) Pembinaan Qiro’at
Pembinaan qiro’at ini dilakukan hanya beberapa siswa yang
memang mempunyai bakat dan ingin menekuni bidang qio’at. Pembinaan qiro’at ini tidak dilakukan di sekolah, melainkan mengadakan kerjasama dengan orang lain yang diadakan setiap hari minggu pagi di masjid Jami’ Kalidawir Kegiatan inbanyak memberi manfaat kepada lembaga MIN Tunggangri,diantaranya ketika ada lomba maka tinggal melatih dan ketika ada kegiatan acara dapat
pembacaan ayat suci Al-qur’an dapat diwakili oleh anak didik dari
lembaganya sendiri. Kegiatan ini juga menanamkan siswa untuk
cinta Al Qur’an.
71
(46)
Hal senada di kemukakan oleh dikemukakan oleh Bapak Hardiyono berikut ini;
Untuk kegiatan qiroat ini tidak dilakukan di madrasah, tetapi kami bekerjasama dengan pihak luar yang mengadakan kegiatan ini di masjid Jami’ Kalidawir, anak didik yang menginginkan seni qiroat, kami persilahkan untuk mengikuti
kegiatan tersebut mbak. 72
Hal senada di kemukakan oleh Laila Nur Hidayati salah satu siswa di MIN Tunggangri Kalidawir berikut ini:
Kegiatan qiroat ini dilaksanakan pada hari Minggu pagi bu, tempatnya dimasjid Jami’ Kalidawir, saya dan teman-teman
mengikutinya, karena saya senang dengan qiroat bu.73
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil ketika kegiatan qiro’at di masjid Jami’ Kalidawir Tulungagung 74
Gambar 2.9 Kegiatan Qiroat
Adapun maksud dan tujuan kegiatan qiroat ini agar siswa dapat membaca dengan baik dan benar, meningkatkan cakrawala bahasa siswa dan mengenali lambing bunyi bahasa dan
72
Wawancara dengan Bpk Drs. H. Hardiyono,M.Ag selaku kepala MIN Tumnggangri Tulungagung pada tanggal 20 April 2017
73
Wawancara dengan Laila Nur Hidayati selaku siswi di MIN Tunggangri Tulungagnug pada tanggal 22 April 2017
74
(47)
melafalkannya dengan baik dan benar,serta menumbuhkembangkan rasa cinta anak terhadap Al Qur’an
10) Seni Sholawat
Seni sholawat yang diadakan di MIN Tunggangri Kalidawir banyak diminati oleh siswa, karena dengan seni sholawat ini akan menggali potensi peserta didik dibidang seni.
Hal senada dikemukakan oleh Bapak Hardiono berikut ini:
Seni sholawat di madrasah ini dilaksanakan untuk menggali potensi siswa dalam bidang seni, dengan seni
sholawat maka menumbuhkembangkan sifat religius
peserta didik, yaitu memanjatkan sholawat kepada junjungan kita ,Nabi Muhammad saw, yang senantiasa kita nanti’kan syafaat-nya dihari kiamat kelak75.
Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Elvi Badriana berikut ini:
Untuk menggali potensi siswa dibidang seni, salah satunya adalah melalui kegiatan sholawat, anak-anak banyak yang
berminat untuk mengikuti kegiatan sholawat ini mbak76
Hal senada juga dikemukakan oleh salah satu siswa yang mengikuti kegiatan sholawat ini:
Ya bu, kita mengikuti kegiatan sholawat ini dengan semangat,
dengan bersholawat hati kami merasa damai bu.77
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil ketika kegiatan seni
sholawat di MIN Tunggangri Kalidawir sebagai berikut:78
75
Wawancara dengan Bpk Drs. H. Hardiyono,M.Ag selaku Kepala MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 20 April 2017.
76
Wawancara dengan Ibu Elvi Badriana, S.Pd.I selaku seksi keagamaan di MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 20 April 2017
77Wawancara dengan Fina Ni’matul agniya selaku siswi kelas 4a di MIN Tunggangri
(48)
Gambar 2.9 Kegiatan Seni Sholawat
Berdasarkan uraian bentuk-bentuk kegiatan keagamaan yang ada di MIN Tunggangri diatas, peran kegiatan keagamaan di MIN Tunggangri Kalidawir sangat besar dalam peningkatan karakter anak. Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan memperoleh pengetahuan religious, bersikap toleran, disiplin, dermawan, sikap saling menghargai dan lain sebagainya yang dikemas dalam setiap kegiatannya.
b. Proses Kegiatan Keagamaan dalam Peningkatan Karakter Peserta didik
Dalam peningkatan karakter peserta didik, maka dibutuhkan proses yang dapat melatih anak untuk menjadi anak didik yang berkarakter sesuai tujuan pendidikan di Indonesia. Kunci utama pendidkan karakter anak didik di MIN Tunggangri Tulungagung yaitu dimulai dari sikap disiplin, Tidak hanya yang harus disiplin muridnya akan tetapi guru dalam suatu hal harus disiplin. Karena displin adalah kunci utama sebuah kesuksesan. Hal ini
78
(49)
sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak kepala sekolah, yakni sebagai berikut :
Untuk proses yang pertama kita tanamkan adalah disiplin, tertib waktu, berpakaian rapi, saya itu sering kali menjumpai anak yang rambutnya panjang atau dibuat yang aneh-aneh itu langsung saya ambilkan gunting, dan juga misalkan ada anak yang telat maka saya jejer atau kalau ada sampah saya suruh ngambilin sampah lima puluh sampah, itu merupakan peningkatan karakter. Tidak hanya siswa saja yang harus disiplin, guru juga harus sdatang tepat waktu, ketika sering
terlambat, maka ketika rapat itu mesti saya sindir.79
Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Elfi Badriana berikut:
Prosesnya ya melalui kegiatan-kegiatan keagamaan itulah kita tingkatkan karakter siswa yang baik-baik, sehingga melaluin pembiasaan setiap harinya mereka sudah terbiasa melaukukan hal-hal positif, juga melaluin keteladanan guru itu juga sangat penting mabak,keteladana guru sanagat berpengaruh karena anak-anak masih suka meniru terlebih dari apa yang dilakukan gurunya, guru pada saat kegiatan tersebut berlangsung juga karakteristik anak-anak yang bervariasi guru ya gitu mabka harus ngomel juga terkadang, yang satu sudah bisa diam yang bagian sana belum. Agak memaksa siswa didepan untuk berbuat hal yang positif, agar nantinya mereka juga
bertindak suatu hal yang positif pula.80
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di MIN
Tunggangri Tulungagung proses kegiatan keagamaan dalam
peningkatan karakter peserta didik yaitu melalui
pembiasaan, keteladanan guru, pemberian hukuman dan
reward, penanaman konsep pengetahuan tentang keislaman,
79
Wawancara dengan Bpk Drs.H.Hardiono,M.Ag selaku Kepala MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017
80
Wawancara dengan Ibu Elvi Badriana, S.Pd.I selaku seksi keagamaan di MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017
(50)
dan kerjasamadengan orang tua/wali murid. Proses-proses tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Pembiasaan
Kegiatan pembiasaan dilakukan setiap harinya di MIN Tunggangri Tulungagung dengan tujuan agar anak didik tidak hanya mengerti tentang konsep agama saja, melainkan disamping faham tentang konsep pengetahuan yang diajarkan, maka siswa juga harus praktik dan terbiasa melakukannya. Strategi pembiasaan ini juga dalam rangka peningkatan karakter agar anak terbiasa disekolah dan juga dirumah melakukan tindakan-tindakan yang berkarakter.
Hasil wawancara dengan Bapak Kepala Madrasah berikut ini:
Pembiasaan yang ada di MIN Tunggangri diantaranya yaitu datang tepat waktu dan bermushafahah dengan bapak/ibu guru, membaca doa sebelum dan sesudah memulai kegiatan, pembiasaan sholat Dhuha, pembiasaan membaca dzikir setelah usai sholat, terbiasa sholat dhuhur berjamaah diawal waktu, pembiasaan cinta membaca Al Qur’an dan menghafalkan juz amma, dan lain sebagainya.81
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh ibu Husnin Niyati wali kelas III ketika peneliti temui sewaktu habis membimbing anak berbaris didepan kelas sebelum masuk kelas.
Ya seperti ini anak-anak saya biasakan baris rapi sebelum masuk kelas dan bersalaman dengan guru jam pertama, kemudian berdo’a dan membaca surat-surat pendek dan hadist juga. Hal ini dapat
81
Wawancara dengan Bpk Drs.H.Hardiyono, selaku Kepala MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 25 April 2017
(51)
membiasakan siswa untuk berlatih disiplin dan lain sebagainya
sehingga melalui pembiasaan dapat kita tanamkan karakter anak.82
Hal senada dikemukakan oleh Lutfi Syafaatul ZahroAn Nisa berikut ini;
Setiap pagi, setiba disekolah kami bersalaman dengan bapak/ibu guru, kami senang bu, dengan bersalaman setiapa pagi dengan bapak/ibu guru maka melatih kita untuk selalu hormat dan patuh pada bapak/ibu guru, sebagaimana kita patuh dan hormat pada
orang tua kami dirumah bu.83
Berikut dokumentasi yang peneliti ambil ketika observasi kegiatan
pembiasaan pagi di MIN Tunggangri Tulungagung.84
Gambar 3.1 Pembiasaan setiap pag
Gambar 2.10 Pembiasaan bermusafahah dengan bapak /ibu guru
2) Keteladanan guru
Keteladanan guru dilakukan oleh guru MIN Tunggangri beserta karyawan juga kepala sekolah dalam setiap hal, mulai dari sikap bertutur kata, berpakaian, bertindak, dan meneladani atau memberi contoh
82
Wawancara dengan bu Husnin Niati.S.Pd.I selaku guru di MIN Tunggangri Kalidawir pada tanggal 25 April 2017.
83
Wawancara dengan Lutfi Syafaatul Zahro An Nisa’ selaku siswi kelas IV A di MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 25 April 2017
84
(52)
kegiatan tentang program-program yang diterapkan kepada anak didiknya disekolah. Keteladanan guru memang sangat berpengaruh pada anak didik disekolah. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Hardiono selaku kepala sekolah sebagai berikut:
Guru-guru yang ikut andil dalam setiap kegaiatan mbak, jika muridnya disuruh tapi gurunya saja tidak bertindak maka ya percum tak bergun (percuma tak berguna). Guru-guru disini mesti saya suruh ikut berjama’ah, datang tepat waktu dan berpakaian rapi. Karena guru merupakan figure yang dicontoh yang dicontoh anak didiknya. Dan anak-anak itu sangat kritis mbak, jadi misal siswa telat saja dihukum loh gurunya telat kok tidak dihukum. Jadi sangat penting keteladanan guru dalam peningkatan karakter peserta didik.85
Adapun dokumentasi keteladanan guru di MIN
TunggangriTulungagung sebagai berikut:86
Gambar 3.2 Keteladanan guru dalam kegiatan yasin dan tahlil
85
Wawancara dengan Bpk Drs. H. Hardiyono,M.Ag selaku Kepala MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017
86
(53)
3) Hukuman dan Hadiah
Salah satu proses dalam peningkatan karakter yang diterapkan di MIN Tunggangri Tulungagung adalah pemberian hukuman dan
terkadang pemberian reward.
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sulistyowati
Salah satu cara menciptakan sifat kondusif anak ketika sedang berada dimasjid yaitu melalui teguran atau juga hukuman. Kebijakan guru pada sholat dhuhur maupun sholat Dhuha berlangsung yaitu menginformasikan keanak ketika akan masuk masjid,memberikan motivasi juga sanksi. Jadi, ketika berada dibelakang ketika ada murid yang ramai atau senggol-senggolan dengan temannya maka anak yang ramai tersebut ketika kegiatan telah usai disuruh tinggal dulu dan akan diberi sanksi dan teguran
mbak.87
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Kepala Madrasah berikut ini:
Selain teguran yang sifatnya mendidik, kami juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi, agar mereka semangat dan terus mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya
mbak88
Berikut dokumentasi pemberian reward oleh Bpk Kepala MIN
Tunggangri Tulungagung kepada siswa yang berprestasi89
87
Wawancara dengan Ibu Sulistyowati, S.Pd selaku Waka Kurikulum di MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017
88
Wawancara dengan Bpk Drs.H. Hardiyono, M.Ag selaku Kepala MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017
89
(54)
Gambar 3.2 Pemberian reward kepada siswa yang berprestasi
4) Melalui penanaman pengetahuan
Penanaman konsep pengetahuan di MIN Tunggangri
ditanamkanmelalui pembelajaran didlam kelas, selain itu juga melalui ceramah-ceramah disaat ada kegiatan keagamaan, mengundang mubaligh pada saat peringatan PHBI dan mendatangkan motivator.
Pemberian konsep pengetahuan kepada anak merupakan upaya guru dalam menanamkan konsep pengetahuan tentang ketauhidan, akidah,akhlak dan lain-lain. Penanaman konsep pengetahuan tentang religious dilakukan pada saat proses KBM dikelas melalui mata pelajaran
Akidah Akhlak, fiqih dan Al Qur’an Hadits.
Disamping melalui mata pelajaran agama guru juga menghubungkan materi umum dengan ke Esa an Allah. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh bu Sulistyorini berikut:
(55)
Selain pemberian hukuman, terkadang anak juga perlu dikasih reward mbak, agar ia juga termotivasi melakukan hal yang positif. Reward bukan hanya hadiah mbak, namun ucapan-ucapan bagus pintar itu saja anak-anak sudah senang sekali. Biasanya pak Har sering ngasih anak hadiah berupa uang berapa dua ribu, kadang ya dikasih pensil dan sebagainya mabak itu bentuk ungkapan pujian kepada anak agar anak termotifasi dan terbiasa berbuat hal yang positif.90
5) Kerjasama dengan orang tua wali
Keluarga dan sekolah merupakan benteng utama secara terus menerus harus menjalin komunilkasi produktif dalam rangka melakukan pembiasaan dan pembinaan karakter anak. Rumah adalah lingkungan pertama dan utama seorang anak.
MIN Tunggangri melakukan kerjasama dengan orang tua wali murid dalam membimbing dan mengawasi kegiatan anaknya dirumah. Ketika ada kumpulan dengan wali murid, semisal pembagian rapor, perpisahan kelas VI maupun agenda yang lain dalam ceramah atau sambutan kepala sekolah maupun guru memberikan pesan kepada orang tua wali agar mendampingi anaknya tentan gkegiatan-kegiatan positif misalnya sholat anak, dirumah ngaji, belajar, dan tindakan anak yang lain.
Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan bapak Hardiono berikut:
Keluarga memang juga menentukan karakter dari anak didik kita, sehingga kami sering melakukan kerja sama dengan wali murid misalnya sewaktu pembagian rapot, perpisahan atau pertemuan
90
(56)
yang lain kita sisipkan pesan moral dan benar-benar orang tua
harus mengawasi dan membimbing anak didiknya.91
c. Sistem Evaluasi Kegiatan Keagamaan dalam Peningkatan Karakter Peserta Didik
Sistem evaluasi kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter
peserta didik menurut wawancara dengan Ibu Sulistyorini sebagai berikut.
Evaluasi melalui sikap spiritual. Kita sudah menggunakan K13 itu ada sikap spiritual nya, selain itu ada pengamatan guru. K13 sudah diterapkan di kelas 1,II, IV, dan V sedangkan kelas 3 dan 6 belum. Untuk kelas 3 dan 6 K13 untuk pendidikan agama.seperti AL Qur’an
Hadist, dan lain-lain. Untuk kelas 1,2,4 dan 5 tematik semua.92
Berikut hasil wawancara dengan Bapak Hardiono :
Monitoring dan evaluasi secara umum diarahkan intuk
mengetahui keefektivan pelaksanaan program pendidikan
karakter secara periodik setiap semester dan satu tahunan. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi (1) Adanya berbagai peyimpangan dalam proses pendidikan karakter mbak, selanjutynya hal tersebut menjadikan umpan balik untuk perbaikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi,(2) Tingkat pencapaian kinerja sesuai dengan indicator kinerja kunci yang ditetapkan oleh setiap sekolah
mbak. Indikator tersebut berfungsi untuk memberikan
pertimbangan tentang prilaku untuk nilai tertentu telah menjadi
perilaku yang dimiliki peserta didik.93
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Elvi Badriana:
Sistem evaluasi kegiatan kegamaan yang diterapkan di madrasah kami selama ini adalah untuk kegiatan tahfidh ada buku yang khusus menilai hafalan surat-surat dala juz 30 atau disebut dengan kartu tahfidh.94
91
Wawancara dengan Bpk Drs. H. Hardiono , M.Ag selaku kepala MIN Tunggangri pada tanggal 21 April 2017
92
Wawancara dengan Ibu Sulistyorini, S.Pd selaku seksi keagamaan di MIN Tunggangri Tulungagung pada tanggal 21 April 2017.
93
Wawancara dengan Bpk Drs. H. Hardiono, M. Ag selaku kepala MIN Tunggangri pada tanggal 21 April 2017
94
Wawancara dengan Ibu Elvi Badriana, S.Pd.I selaku seksi keagamaan di MIN Tunggangi pada tanggal 21 April 2017
(57)
Adapun dokumentasi peneliti tentang evaluasi kegiatan tahfidh
sebagai berikut:95
Gambar 3.3 Buku Tahfidh
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, sistem evaluasi bagi peserta didik kelas 1, 2, 4,dan 6 sudah menggunakan K13 yang dalam K13 tersebut ada penilaian sikap spiritual peserta didik, sedangkan untuk kelas 3 dan 6 melalui pendidikan agama, seperti al Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, dan lain-lain.
95
(58)
B. Temuan Penelitian
1.Temuan dalam situs
Setelah peneliti melakukan pengamatan, interview, dan hasil dokumentasi dari beberapa informan terkait dengan kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Model Prigi Trenggalek dan MIN Tunggangri Tulungagung, peneliti mendapatkan temuan sebagai berikut:
a. Temuan Situs di MIN Model Prigi Trenggalek
1. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Model Prigi Trenggalek
a. Bentuk kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didikl di MIN Model Prigi Trenggalek meliputi: kegiatan mengucap salam dan
bermusafahah dengan bapak/ibui guru, memebaca Al Qur’an/ Juz amma
sebelum pelajaran dimulai, sholat Dhuha berjamaah, sholat Dhuhur
berjamaah, tahfidz, qiroat, baca tulis Al Qur’an, dan kesenian hadrah.
b. Kegiatan mengucap salam dan berjabat tangan dengan bapak/ibu guru dilakukan setiap pagi hari, ketika peserta didik tiba di sekolah.
c. Kegiatan sholat Dhuha di MIN Model Prigi Trenggalek dilaksanakan oleh kelas III-VI , sebelum sholat Dhuha dilaksanakan, peserta didik
beserta bapak ibu guru berwudhu, kemudian anak-anak dengan bimbingan bapak/ibu guru melantunkan surat As-Syams secara bersama- sama, kemudian sholat Dhuha berjamaah.
d. Kegiatan sholat Dhuhur di MIN Model Prigi Trenggalek diprogramkan untuk kelas III-VI pada pukul 12.00 WIB.
e. Kegiatan tahfidz di MIN Model Prigi Trenggalek diprogramkan untuk kelas III-VI, sehingga setelah lulus peserta didik diharapkan hafal juz 30. f. Kegiatan PHBI di MIN Model Prigi Trenggalek dikemas dengan
penanaman konsep pengetahuan tentang sejarah keislaman dan hikmah peringatan hari besar tersebut melalui ceramah serta menumbuhkan rasa berani, jujur dan tanggungjawab ssiswa melalui pertanyaan dengan diberi sebuah reward.
2. Proses kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Model Prigi Trenggalek
a. Kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Model Prigi Trenggalek meliputi: pembiasaan yang bernuansa islami,
(1)
bertujuan agar peserta didik memiliki hati yang lunak/lembut, mempunyai sikap tawadhu’ kepada bapak ibu/guru, dermawan dan disiplin. Sholat Dhuhur berjamaah bertujuan agar anak terbiasa tertib dan tepat waktu dalam melaksanakan sholat fardhu, baik dirumah maupun disekolah. Tahfidh bertujuan agar peserta didik setelah lulus dari kelas VI hafal juz 30 dari Al Qur’an. Seni hadrah bertujuan untuk menumbuhkan bakat siswa dalam bidang seni, PHBI bertujuan memeberikan motivasi kepada generasi pennerusv agar selalu memegang teguh tali agama dan dapat membentengi diri dengan keimanan dan ketaqwaan. Istighosah bertujuan agar siswa terbiasa meminta pertolongan dan perlinduingan hanya kepada Allah SWT.
kaya hati, sabar, ilmu, dan amal. Kegiatan yasin dan tahlil bertujauan agar peserta didik terbiasa berdzikir dan mendoakan keluarga yang telah wafat, sehingga ketika kelas VI, peserta didik mampu mengimami tahlil. Hafalan Surat Pendek ( Juz Amma) dan tahfidz bertujuan agar tertanam rasa cinta membaca Al Qur’an dengan fasih dan benar. Sholat Dhuhur berjamaah bertujuan agar siswa terbiasa melaksanakan sholat fardhu di awal waktu baik dirumah maupun disekolah, PHBI bertujuan agar peserta didik mengetahui makna dibalik sejarah hari besar tersebut, jum’at amal bertujuan untuk melatih siswa memiliki rasa dermawan dan berlatih ikhlas untuk menyisihkan sebagian dari uang saku mereka, pondok Romadlon bertujuan agar siswa mandiri, disiplin, memiliki sikap berani, religius, dan lain sebagainya. Qiroat bertujuan agar siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar dan meningkatkan cakrawala bahasa siswa serta mengenali lambing bunyi bahas dan melafalkannya dengan baik dan benar. Seni sholawat bertujuan untuk menggali potensi peserta didik dalam bidang seni.
B. Proses kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di
MIN Model Prigi Trenggalek dan MIN Tunggangri Tulungagung
Situs I Situs II Berdasarkan hasil temuan bahwa
analisis terhadap proses kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Model Prigi Trenggalek meliputi: pembiasaan yang bernuansa islami,
Berdasarkan hasil temuan bahwa analisis terhadap proses kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta didik di MIN Tunggangri Tulungagung meliputi: pembiasaan, keteladanan guru,
(2)
pemberian hukuman dan reward, keteladanan (uswah hasanah), dan kerjasama dengan orang tua/wali murid. Pembiasaan yang dilaksanakan meliputi: bermusafahah dengan bapak/ibu guru ketika tiba di sekolah, berdoa dan membaca Juz Amma ketika masuk kelas, sholat Dhuha pada jam istirahat, dan sholat Dhuhur pada pukul 12.00 WIB. Pemberian hukuman berupa punishman/point, kalau sudah terkumpul beberapa point, maka anak disuruh menulis salah satu surat pendek. Keteladanan (uswah hasanah), ketika guru memprogramkan kegiatan kepada anak didiknya, maka guru juga harus ikut melakukan program tersebut. Hukuman yang diberikan bersifat mendidik, yakni menulis surat pendek sebnayak 5 sampai 10 kali, sholat taubat 2 rakaat dimasjid. Reward diberikan kepada anak didik yang sungguh-sungguh, reward juga berupaa ucapan bagus, pintar, dan sebagainya. Penanaman konsep pengetahuan tentang karakter ditanamkan melaluin pembelajaran didalam kelas melalui mata pelajaran agama maupun umum, selain itu juga melalui ceramah disaat kegiatan keislaman. Kerjasama dengan orang tua/wali murid bertujuan untuk mengawasi dan mengontrol anak didik melalui buku penghubung nengenai kegiatan sholat dan kegiatan anak dirumah yang setiap hari ditandatangani oleh orang tua/wali murid, dan problem solving dan pertemuan wali murid yang berupa pesan dari kepala madrasah maupun bapak/ibu guru wali kelas.
pemberian hukuman dan reward (hadiah),kerjasama dengan orang tua/wali murid, dan melalui penanaman konsep pengetahuan tentang keislaman. Proses pembiasaan yang dilaksanakan meliputi: pembiasaan bermusafahah setipa pagi, datang tepat waktu, pembiasaan membaca doa, asmaul husna, dan surat-surat pendek sholat Dhuha, Jum’at amal, dan sholat Dhuhur di awal waktu dan berjamaah. Keteladanan guru dilaksanakan oleh guru MIN Tunggangri Tulungagung besert akryawan serta kepala madrasah dalam setiap hal, mulai dari sikap bertutur kata, berpakaian, dan bertindak. Hukuman dan teguran diberikan setelah kegiatan selesai. Reward diberikan kepada anak didik yang sungguh-sungguh, reward tak jarang berupa sedikit uang maupun ucapan-ucapan bagus, pintar, dan lain sebagainya. Penanaman konsep pengetahuan diintegrasikan mellaui pembelajaran didalam kelas, serta melalui ceramah-ceramah disaat kegiatan keagamaan. Kerjasama dengan orang tua/wali murid bertujuan untuk mengawasi dan mengontrol anak didiknya melalui pertemuan dengan orang tua/wali murid yang berupa pesan dari kepala madrasah maupun bapak/ibu guru wali kelas.
(3)
c. Sistem evaluasi kegiatan keagamaan dalam peningkatan karakter peserta
didik di MIN Model Prigi Trenggalek dan MIN Tunggangri Tulungagung
Situs I Situs II
Berdasarkan hasil temuan bahwa analisis sistem evaluasi kegiatan keagamaan di MIN Model Prigi Trenggalek melalui: a) pengamatan terhadap sikap dan tingkah laku (karakter siswa) dan b) evaluasi dalam bentuk nilai.
Berdasarkan hasil temuan bahwa analisis sistem evaluasi kegiatan keagamaan di MIN Tunggangri Tulungagung melalui: a) penilaian sikap spiritual, dan b) pengamatan.
c. Proposisi
1. Proposisi penelitian tentang bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dalam
Peningkatan karakter peserta didik sebagai berikut:
P. I . I Bentuk kegiaan keagamaan meliputi: Mengucap salam dan
bermusafahah dengan bapak/ibu guru pada waktu tiba di sekolah,
sholat Dhuha, sholat Dhuhur berjamaah, tahfidz, kegiatan seni
Hadrah, baca tulis Al Qur’an, PHBI, dan istighosah.
P. 1. 2 Bentuk kegiatan keagamaan meliputi: bermusafahah dengan bapak/
ibu guru ketika tiba di sekolah, sholat Dhuha, yain dan tahlil,
hafalan surat pendek ( Juz Amma) dan tahfidz, sholat Dhuhur
(4)
qiroat, dan seni sholawat.
2. Proposisi penelitian tentang proses kegiatan keagamaan dalam peningkatan
karakter peserta didik
P. 2. 1 Proses kegiatan keagamaan peserta didik akan mampu meningkatkan
karakter peserta didik jika seluruh komponen memahami dan
melaksanakan program yang telahg ditetapkan.
P. 2. 2 Proses kegiatan keagamaan akan mampu meningkatkan karakter
peserta didik jika ditunjang oleh pembiasaan, keteladanan guru,
kerjasama dengan orang tua/wali murid, dan penanaman kegiatan
islami yang telah diprogramkan.
3. Proposisi penelitian tentang sistem evaluasi kegiatan keagamaan dalam
peningkatan karakter peserta didik
P. 3. 1 Sistem evaluasi melalui pengamatan keantusiasan dan keistiqomahan
siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan.
P. 3. 2 Sistem evaluasi preserta didik kelas 1, 2, 3, 4, dan 5 melalui penilaian
sikap spiritual dalam K 13. Sedangkan untuk kelas 3 dan 6 melalui
(5)
(6)