Analisis Pengaruh Efesiensi Operasi, Resiko Kredit, Resiko Pasar, dan Modal Terhadap Kinerja Bank Asing di Indonesia (2008 – 2013)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perekonomian suatu negara erat kaitannya dengan keberadaan sektor perbankan. Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara (Suyatno dan Thomas, 1997). Sistem keuangan adalah kumpulan dari pasar, individu, institusi, ketentuan perundangan, peraturan, dan teknik dimana obligasi, saham, dan surat berharga lainnya diperdagangkan, jasa-jasa keuangan dihasilkan, dan tingkat bunga ditentukan (Rose dan Milton, 2006).

Perbankan adalah media yang menjembatani antara sektor moneter dengan sektor riil. Perbankan merupakan intermediator dalam menampung dana yang berlebih dari masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Peran perbankan dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk membantu pengalokasian agar alokasi dana dapat efisien. Selain itu, perbankan juga memiliki kemampuan untuk mengetahui masalah informasi asimetris yang terjadi di pasar kredit. Sebagai penghubung antara investor dan pengusaha ,perbankan mampu memberikan informasi yang seimbang antara kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi bank sebagai perantara (intermediary), sehingga kepercayaan masyarakat luas sebagai nasabah kian bertambah (Tuah, 2007).

Di Indonesia bank-bank dengan kepemilikan asing terbagi dalam tiga kelompok, yaitu yang beroperasi: (i) sebagai kantor cabang (disebut sebagai bank asing); (ii) sebagai anak perusahaan (subsidiary), baik melalui joint venture


(2)

dengan bank domestik (disebut bank campuran), atau melalui merger dan akuisisi pada bank domestik yang terjadi pada periode paska krisis 1997 (program divestasi); dan (iii) sebagai kantor perwakilan. Sampai dengan Juni 2004, jumlah bank asing di Indonesia sebanyak 11 bank, hanya bertambah 1 bank dengan beroperasinya kembali Bank of China pada April 2003, dan bank campuran sebanyak 20 bank, menurun dibandingkan dengan jumlah sebelum krisis (tidak termasuk bank dengan kepemilikan asing melalui program divestasi). Pada umumnya, sebagai bank asing, maka strategi pelaksanaan kegiatan operasional serta kebijakan yang diterapkan bank-bank tersebut akan cenderung sarat dengan kepentingankepentingan kantor pusatnya di luar negeri. Setiap rencana ke depan maupun operasionalnya akan lebih banyak tergantung pada keputusan kantor pusat atau kantor regional.

Perbedaan utama antara bank asing dan bank campuran adalah pada bentuk hukumnya. Bank asing tetap berbadan hukum mengikuti kantor pusatnya di luar negeri dan merupakan bagian penting dari organisasi kantor pusatnya Konsekuensinya, segala kebijakan keuangan bank asing amat tergantung dari kantor pusatnya, dan pada umumnya penyaluran kredit diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar (Pigott,1986), seperti juga yang terjadi pada bank asing di Indonesia yang penyaluran kreditnya cenderung pada perusahaan multinasional yang juga mendapat pembiayaan dari kantor pusatnya. Sementara itu, bank campuran berbadan hukum lokal, di Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas atau PT, dan secara hukum merupakan entity yang terpisah dari kantor induknya.


(3)

Pada dasarnya kebijakan dan pengaturan oleh Bank Indonesia terhadap bank asing dan bank campuran bersifat equal. Seluruh ketentuan yang berlaku, termasuk ketentuan kehati-hatian, diterapkan secara seragam untuk seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, baik bank domestik, bank campuran maupun bank asing. Perbedaan pengaturan terdapat pada modal. Untuk bank dengan badan hukum Indonesia, mengikuti undang-undang PT, dan modal usaha tercatat pada neraca bank sebagai modal disetor, sedangkan untuk bank asing dengan badan hukum mengikuti kantor pusatnya, maka modal usaha tercatat pada neraca sebagai antar kantor dan disebut sebagai dana usaha. Pembatasan yang diterapkan terhadap bank asing berupa pembatasan secara geografis dalam membuka kantor, yaitu hanya diperbolehkan pada ibukota propinsi.

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan kelebihan dananya di bank dengan pihak yang kekurangan dana (deficit unit) yang meminjam dana ke bank. Fungsi intermediasi ini akan berjalan baik apabila surplus unit dan deficit unit memiliki kepercayaan terhadap bank. Berjalannya fungsi intermediasi perbankan akan meningkatkan penggunaan dana. Dana yang telah dihimpun kemudian akan disalurkan ke masyarakat dalam berbagai bentuk aktivitas produktif. Aktivitas produktif ini kemudian akan meningkatkan output dan lapangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Muharam dan Purvitasari, 2007).


(4)

Perbankan pada periode waktu tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya ke dalam laporan keuangan. Laporan keuangan suatu bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki serta kinerja manajemen bank (Kasmir, 2004). Pelaporan kinerja keuangan bank ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak yaitu pihak pemegang saham, pemerintah, manajemen, investor dan masyarakat luas. Pemegang saham berkepentingan untuk melihat kemajuan bank yaitu kemampuan dalam menciptakan laba dan pengembangan aset yang dimiliki. Pemerintah berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter, mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan, dan menilai sampai sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu. Pelaporan kinerja keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Investor memerlukan laporan kinerja keuangan bank sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Bagi masyarakat luas penilaian kinerja keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap dana yang disimpan di bank.

Lewat Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1999, bank asing diperbolehkan memiliki saham sampai dengan 99%, hal ini untuk memberi sinyal bahwa Indonesia menarik untuk investasi ketika sedang krisis (Infobank, September 2009). Latar belakang dari dibukanya kesempatan bank asing beroperasi di Indonesia berkaitan dengan perlunya kebutuhan akan modal asing serta diharapkan mampu mendorong perbankan dan perekonomian nasional.


(5)

Berdasar ketentuan Bank Umum yang berlaku, tidak ada perbedaan perlakuan antara bank domestik dan bank asing. Perbedaan bank domestik dan bank asing ada pada bentuk badan hukum dan pengaturan modal. Bank domestik berbadan hukum Indonesia, mengikuti Undang-Undang Perseroan Terbatas, dan modal usaha tercatat sebagai modal disetor pada neraca bank. Sedangkan bank asing tetap berbadan hukum mengikuti kantor pusatnya di luar negeri, dan modal usaha tercatat pada pos antar kantor di neraca dan disebut sebagai dana usaha (Hadad, Santoso, dan Alisjahbana 2004). Segmen usaha bank asing terutama adalah segmen korporasi (corporate banking) dan penyediaan jasa di bidang investment bank yang menawarkan jasa di bidang pasar modal.

Perbedaan kepemilikan antara bank domestik dan bank asing sangat berpengaruh karena pemilik memiliki kewenangan besar untuk memilih siapa yang akan duduk dalam manajemen dan selanjutnya menentukan arah kebijakan bank. Tujuan akhir dari pengelolaan bank adalah profit motives dari pemilik atau pemegang saham, karena itu pemilik bank akan memilih manajemen yang diharapkan mampu menjalankan usaha bank dengan baik dan menguntungkan.

Alasan pemilihan bank asing dalam penelitian ini adalah karena bank asing dari segi kepemilikan berbeda, namun ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengaturan bank berlaku juga bagi di bank asing sama halnya , seperti giro wajib minimum, kewajiban penyedian modal minimum, loan to deposit ratio, dan ketentuan-ketentuan lain terkait tingkat kesehatan bank. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mendirikan kantor cabang bank di seluruh wilayah


(6)

Indonesia. Perubahan jumlah kantor bank asing di Indonesia periode 2008-2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Bank Asing di Indonesia dan Jumlah Kantor Bank Asing

No. Nama Bank Asing Jumlah Kantor Bank Asing

(2008-2013)

1 Deutsche Bank Ag 2

2 The Hongkong & Shanghai b.c, ltd 53

3 The Bank Of Tokyo-Mitsubishi UFJ, ltd 9

4 Standard Chartered Bank 30

5 Jp Morgan Chase Bank, n.a 1

6 Bank Of China Limited 8

7 Bangkok Bank, pcl 2

8 Citibank, n.a 23

9 Bank Of America, n.a 1

10 The Royal Bank Of Scotland, n.v 2

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (OJK) tahun 2009-2013, (diolah)

Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan bisnis dunia perbankan cukup ketat. Tujuan dari pengembangan jaringan melalui pendirian kantor cabang adalah untuk mempermudah akses nasabah, menjamin stabilitas pertumbuhan usaha, menjaga service level quality dikarenakan pertumbuhan bisnis yang tidak diimbangi dengan jaringan kantor yang luas dapat menurunkan kualitas pelayanan, dan mendukung pertumbuhan kinerja perusahaan.

Penilaian tingkat kesehatan bank adalah salah satu cara untuk mengukur tingkat kinerja perbankan. Berdasar Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif


(7)

dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Analisis profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang nota bene profit motif (Mawardi, 2005). Rasio profitabilitas menunjukkan seberapa efektif perusahaan dikelola dalam penggunaan aktiva perusahaan (Mabruroh, 2004). Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total aset. Keuntungan (laba) yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki. ROA yang menurun menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba) menurun, begitu pula sebaliknya. Semakin besar ROA maka semakin besar profitabilitas perusahaan yang berarti kinerja perusahaan semakin baik. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan perbankan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank adalah efisiensi operasi, risiko kredit, risiko pasar, dan modal. Rasio Biaya Operasi di Bagi Biaya Operasional BOPO merupakan ukuran bagi efisiensi perbankan yang dihitung berdasarkan perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Efisiensi operasi mempengaruhi kinerja bank yaitu menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Semakin kecil rasio BOPO maka


(8)

semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat. Sebaliknya semakin besar rasio BOPO maka bank kurang mampu menekan biaya operasional yang menimbulkan bank kurang efisien mengelola sumber daya yang ada di perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.

Risiko kredit merupakan risiko yang mungkin diderita bank akibat dari tidak dilunasinya kredit yang telah diberikan bank kepada debitur. Rasio yang digunakan dalam menghitung risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL) yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan bank kepada debitur. Rasio NPL yang meningkat mengindikasikan kinerja perbankan adalah semakin buruk (Nugraheni dan Hapsoro, 2007). Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio NPL maka kinerja keuangan bank semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.

Menurut Mawardi (2005) salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin (NIM). Semakin tinggi NIM maka pendapatan bunga atas aktiva produktif meningkat, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA.


(9)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio keuangan yang menunjukkan permodalan bank yaitu sejauh mana permodalan bank mampu menyerap aktiva bank yang mengandung risiko. Rasio CAR menunjukkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber di luar bank (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Jika modal yang dimiliki oleh bank mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak terhindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA.

Data rata-rata rasio ROA, BOPO, NPL, NIM dan CAR bank asing di Indonesia periode 2009-2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Domestik Periode 2009-2013 (dalam persen)

Periode Bank asing

CAR NIM BOPO ROA NPL

2009 32,11 3,32 78,78 3,54 7,4

2010 27,08 2,73 88,61 3,05 3,5

2011 26,00 3,08 83,24 3,55 2,5

2012 30,89 3,46 80,79 3,06 3,7

2013 33,49 2,65 83,06 2,92 4,4


(10)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh resiko kredit (NPL) terhadap kinerja keuangan

(ROA) bank asing?

2. Bagaimankah pengaruh efesiensi (BOPO) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing?

3. Bagaimanakah pengaruh resiko pasar (NIM) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing?

4. Bagaimankah pengaruh modal (CAR) terhadap kinerja keuangan bank asing?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh efisiensi operasi (BOPO) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

2. Menganalisis pengaruh risiko kredit (NPL) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

3. Menganalisis pengaruh risiko pasar (NIM) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

4. Menganalisis pengaruh modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

5. Menganalisis perbedaan pengaruh efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), dan modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing


(11)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah :

1. Bagi penulis

Penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan menulis dalam melakukan penelitian serta menganalisis masalah sesuai dengan teori-teori dan ilmu yang di dapatkan penulis selama proses perkuliahan.

2. Bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan dan gambaran kepada masyarakat tentang kinerja keuangan bank asing di Indonesia periode 2009-2013.

3. Pihak emiten

Dapat menjadi referensi dan masukan dalam mengambil keputusan dalam rangka memaksimalkan kinerja keuangan dan meningkatkan return pemegang saham.

4. Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada calon investor dalam mengambil keputusan investasi saham perbankan. 5. Bagi akademisi

Diharapkan dapat menjadi acuan dan mendukung penelitian lebih lanjut mengenai rasio keuangan yang memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perbankan.


(1)

Indonesia. Perubahan jumlah kantor bank asing di Indonesia periode 2008-2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Bank Asing di Indonesia dan Jumlah Kantor Bank Asing

No. Nama Bank Asing Jumlah Kantor Bank Asing

(2008-2013)

1 Deutsche Bank Ag 2

2 The Hongkong & Shanghai b.c, ltd 53 3 The Bank Of Tokyo-Mitsubishi UFJ, ltd 9

4 Standard Chartered Bank 30

5 Jp Morgan Chase Bank, n.a 1

6 Bank Of China Limited 8

7 Bangkok Bank, pcl 2

8 Citibank, n.a 23

9 Bank Of America, n.a 1

10 The Royal Bank Of Scotland, n.v 2 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (OJK) tahun 2009-2013, (diolah)

Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan bisnis dunia perbankan cukup ketat. Tujuan dari pengembangan jaringan melalui pendirian kantor cabang adalah untuk mempermudah akses nasabah, menjamin stabilitas pertumbuhan usaha, menjaga service level quality dikarenakan pertumbuhan bisnis yang tidak diimbangi dengan jaringan kantor yang luas dapat menurunkan kualitas pelayanan, dan mendukung pertumbuhan kinerja perusahaan.

Penilaian tingkat kesehatan bank adalah salah satu cara untuk mengukur tingkat kinerja perbankan. Berdasar Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif


(2)

dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Analisis profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang nota bene profit motif (Mawardi, 2005). Rasio profitabilitas menunjukkan seberapa efektif perusahaan dikelola dalam penggunaan aktiva perusahaan (Mabruroh, 2004). Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total aset. Keuntungan (laba) yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki. ROA yang menurun menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba) menurun, begitu pula sebaliknya. Semakin besar ROA maka semakin besar profitabilitas perusahaan yang berarti kinerja perusahaan semakin baik. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan perbankan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank adalah efisiensi operasi, risiko kredit, risiko pasar, dan modal. Rasio Biaya Operasi di Bagi Biaya Operasional BOPO merupakan ukuran bagi efisiensi perbankan yang dihitung berdasarkan perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Efisiensi operasi mempengaruhi kinerja bank yaitu menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Semakin kecil rasio BOPO maka


(3)

semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat. Sebaliknya semakin besar rasio BOPO maka bank kurang mampu menekan biaya operasional yang menimbulkan bank kurang efisien mengelola sumber daya yang ada di perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.

Risiko kredit merupakan risiko yang mungkin diderita bank akibat dari tidak dilunasinya kredit yang telah diberikan bank kepada debitur. Rasio yang digunakan dalam menghitung risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL) yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan bank kepada debitur. Rasio NPL yang meningkat mengindikasikan kinerja perbankan adalah semakin buruk (Nugraheni dan Hapsoro, 2007). Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio NPL maka kinerja keuangan bank semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA.

Menurut Mawardi (2005) salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin (NIM). Semakin tinggi NIM maka pendapatan bunga atas aktiva produktif meningkat, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA.


(4)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio keuangan yang menunjukkan permodalan bank yaitu sejauh mana permodalan bank mampu menyerap aktiva bank yang mengandung risiko. Rasio CAR menunjukkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber di luar bank (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Jika modal yang dimiliki oleh bank mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak terhindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, yang berarti kinerja keuangan bank semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA.

Data rata-rata rasio ROA, BOPO, NPL, NIM dan CAR bank asing di Indonesia periode 2009-2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Domestik Periode 2009-2013 (dalam persen)

Periode Bank asing

CAR NIM BOPO ROA NPL

2009 32,11 3,32 78,78 3,54 7,4

2010 27,08 2,73 88,61 3,05 3,5

2011 26,00 3,08 83,24 3,55 2,5

2012 30,89 3,46 80,79 3,06 3,7

2013 33,49 2,65 83,06 2,92 4,4


(5)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh resiko kredit (NPL) terhadap kinerja keuangan

(ROA) bank asing?

2. Bagaimankah pengaruh efesiensi (BOPO) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing?

3. Bagaimanakah pengaruh resiko pasar (NIM) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing?

4. Bagaimankah pengaruh modal (CAR) terhadap kinerja keuangan bank asing?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh efisiensi operasi (BOPO) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

2. Menganalisis pengaruh risiko kredit (NPL) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

3. Menganalisis pengaruh risiko pasar (NIM) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

4. Menganalisis pengaruh modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing.

5. Menganalisis perbedaan pengaruh efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), dan modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank asing


(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah :

1. Bagi penulis

Penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan menulis dalam melakukan penelitian serta menganalisis masalah sesuai dengan teori-teori dan ilmu yang di dapatkan penulis selama proses perkuliahan.

2. Bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan dan gambaran kepada masyarakat tentang kinerja keuangan bank asing di Indonesia periode 2009-2013.

3. Pihak emiten

Dapat menjadi referensi dan masukan dalam mengambil keputusan dalam rangka memaksimalkan kinerja keuangan dan meningkatkan return pemegang saham.

4. Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada calon investor dalam mengambil keputusan investasi saham perbankan. 5. Bagi akademisi

Diharapkan dapat menjadi acuan dan mendukung penelitian lebih lanjut mengenai rasio keuangan yang memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perbankan.