T PKKH 1303235 Chapter5
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan program konseling keluarga berbasis family quality of life untuk
meningkatkan keterampilan anak tunagrahita,. Kesimpulan pertama berkaitan
dengan kondisi objektif anak, kesimpulan kedua berkaitan dengan kondisi objektif
keluarga, kesimpulan ketiga berkaitan dengan program konseling keluarga, dan
kesimpulan keempat berkaitan dengan hasil uji keterlaksanaan program konseling
keluarga untuk meningkatkan keterampilan bina diri anak tunagrahita.
Kesimpulan yang diambil ini merupakan kesimpulan berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada sebuah keluarga sebagai subjek dalam penelitian ini. Kesimpulan
ini hanya berlaku bagi keluarga tersebut. Kesimpulan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kondisi objektif anak
Anak tunagrahita dalam penelitian ini termasuk dalam klasifikasi anak
tunagrahita sedang. Perkembangannya dapat diketahui sejak bayi karena
mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik dan intelektual, serta
ia memiliki keterlambatan dalam keterampilan bina diri, namun ia dapat
memahami instruksi sederhana sehingga dapat diberikan latihan untuk
meningkatkan keterampilan bina diri, khususnya dalam hal memakai baju dan
sepatu dengan benar, mandi dan membersihkan badan setelah bak/bab dengan
mandiri.
2. Kondisi Objektif Keluarga
Kondisi objektif
keluarga menunjukkan bahwa keluarga yang
menjadi subjek dalam penelitian ini kurang memiliki pemahaman terhadap
kondisi perkembangan anak tunagrahita, kebingungan dalam melatih
keterampilan bina diri anak, dan kurangnya keterlibatan dari seluruh anggota
keluarga dalam membimbing dan melatih anak menuju keterampilan bina diri
68
Neny Widyana, 2015
PROGRAM KONSELING KELUARGA BERBASIS FAMILY QUALITY OF LIFE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN B
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
yang optimal. Kondisi ekonomi yang lemah menjadi alasan keluarga untuk
tidak memberikan penanganan yang optimal bagi perkembangan anak sejak
masih bayi sampai sekarang, di usia anak sudah mencapai 14 tahun. Orang
tua membiarkan anak berkembang sendiri tanpa ada stimulasi, program
aktivitas sehari-hari, pelatihan atau terapi khusus untuk meningkatkan potensi
yang tentunya dimiliki oleh seorang anak tunagrahita.
3. Program konseling keluarga
Program konseling ini dirancang berdasarkan hasil asesmen dan
kondisi objektif anak dan keluarga yang telah dikaji dalam penelitian ini.
Program konseling keluarga berbasis family quality of life dimaksudkan untuk
menjadi panduan bagi keluarga agar terwujud sebuah keluarga yang
berkualitas dimana mereka dapat menikmati waktu bersama dan melakukan
aktifitas yang bermakna secara bersama-sama pula. Isi program konseling
keluarga meliputi 8 program utama yaitu memberikan penjelasan tentang
perkembangan psikologis anak dan keterampilan bina dri yang harus dimiliki
anak saat ini, memberikan penjelasan tentang pentingnya membangun
komunikasi yang efektif dengan semua anggota keluarga, mengembangkan
keterampilan dalam melatih bina diri anak khususnya dalam memakai baju,
mandi dan toilet training, mendorong orang tua agar terbuka dan mau
mendengarkan saran/masukan dari sekolah demi perkembangan anak,
menjelaskan pentingnya mencontohkan dan melibatkan anak dalam kegiatan
keagamaan, memberikan gambaran tentang potensi yang dimiliki anak,
menyediakan waktu bersama anak dan sesekali mengajak rekreasi bersama,
dan menjelaskan pentingnya melibatkan anak berinteraksi dengan masyarakat
sekitar.
4. Hasil uji pelaksanaan program konseling
Konseling keluarga memberi dampak positif terhadap persepsi dan
perlakuan keluarga terhadap anak. Dalam penelitian ini, kondisi awal
keluarga yang tadinya tidak memahami aspek perkembangan psikologis anak
tunagrahita dan keterampilan bina diri yang harus dimiliki anak tunagrahita
menjadi paham dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga.
Selain itu adanya motivasi dan kesadaran dari setiap anggota keluarga untuk
70
terlibat dan saling membantu dalam memberikan stimulasi bagi anak
memberikan dampak yang positif bagi meningkatnya keterampilan bina diri
anak.
B. Rekomendasi
Program koseling keluarga ini disusun sebagai panduan bagi keluarga
untuk meningkatkan keterampilan bina diri anak tunagrahita. Program
konseling keluarga ini direkomendasikan kepada pihak-pihak yang secara
langsung berperan dalam pelaksanaan program konseling, antara lain:
1. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
positif terkait dengan upaya untuk memahami perkembangan psikologi
anak sejalan dengan tugas kemandirian yang harus dimiliki anak sesuai
dengan potensi yang dimiliki anak. Selain itu sebaiknya semua anggota
keluarga lebih aktif dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
dan membangun interaksi yang aktif dengan para guru agar orang tua
lebih memahami dan mengetahui perlunya kerjasama yang baik dalam
mengatasi permasalahan keterampilan bina diri anak tunagrahita.
2. Bagi sekolah, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,
perlu adanya program konseling keluarga untuk orang tua sebagai
penunjang keberhasilan pembelajaran, khususnya dalam keterampilan bina
diri anak. Untuk itu program yang sudah disusun dapat dijadikan sebagai
panduan dan pelengkap program kerja yang ada di sekolah, sekaligus
sebagai panduan dalam program konseling anak tunagrahita.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan program konseling keluarga berbasis family quality of life untuk
meningkatkan keterampilan anak tunagrahita,. Kesimpulan pertama berkaitan
dengan kondisi objektif anak, kesimpulan kedua berkaitan dengan kondisi objektif
keluarga, kesimpulan ketiga berkaitan dengan program konseling keluarga, dan
kesimpulan keempat berkaitan dengan hasil uji keterlaksanaan program konseling
keluarga untuk meningkatkan keterampilan bina diri anak tunagrahita.
Kesimpulan yang diambil ini merupakan kesimpulan berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada sebuah keluarga sebagai subjek dalam penelitian ini. Kesimpulan
ini hanya berlaku bagi keluarga tersebut. Kesimpulan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kondisi objektif anak
Anak tunagrahita dalam penelitian ini termasuk dalam klasifikasi anak
tunagrahita sedang. Perkembangannya dapat diketahui sejak bayi karena
mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik dan intelektual, serta
ia memiliki keterlambatan dalam keterampilan bina diri, namun ia dapat
memahami instruksi sederhana sehingga dapat diberikan latihan untuk
meningkatkan keterampilan bina diri, khususnya dalam hal memakai baju dan
sepatu dengan benar, mandi dan membersihkan badan setelah bak/bab dengan
mandiri.
2. Kondisi Objektif Keluarga
Kondisi objektif
keluarga menunjukkan bahwa keluarga yang
menjadi subjek dalam penelitian ini kurang memiliki pemahaman terhadap
kondisi perkembangan anak tunagrahita, kebingungan dalam melatih
keterampilan bina diri anak, dan kurangnya keterlibatan dari seluruh anggota
keluarga dalam membimbing dan melatih anak menuju keterampilan bina diri
68
Neny Widyana, 2015
PROGRAM KONSELING KELUARGA BERBASIS FAMILY QUALITY OF LIFE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN B
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
yang optimal. Kondisi ekonomi yang lemah menjadi alasan keluarga untuk
tidak memberikan penanganan yang optimal bagi perkembangan anak sejak
masih bayi sampai sekarang, di usia anak sudah mencapai 14 tahun. Orang
tua membiarkan anak berkembang sendiri tanpa ada stimulasi, program
aktivitas sehari-hari, pelatihan atau terapi khusus untuk meningkatkan potensi
yang tentunya dimiliki oleh seorang anak tunagrahita.
3. Program konseling keluarga
Program konseling ini dirancang berdasarkan hasil asesmen dan
kondisi objektif anak dan keluarga yang telah dikaji dalam penelitian ini.
Program konseling keluarga berbasis family quality of life dimaksudkan untuk
menjadi panduan bagi keluarga agar terwujud sebuah keluarga yang
berkualitas dimana mereka dapat menikmati waktu bersama dan melakukan
aktifitas yang bermakna secara bersama-sama pula. Isi program konseling
keluarga meliputi 8 program utama yaitu memberikan penjelasan tentang
perkembangan psikologis anak dan keterampilan bina dri yang harus dimiliki
anak saat ini, memberikan penjelasan tentang pentingnya membangun
komunikasi yang efektif dengan semua anggota keluarga, mengembangkan
keterampilan dalam melatih bina diri anak khususnya dalam memakai baju,
mandi dan toilet training, mendorong orang tua agar terbuka dan mau
mendengarkan saran/masukan dari sekolah demi perkembangan anak,
menjelaskan pentingnya mencontohkan dan melibatkan anak dalam kegiatan
keagamaan, memberikan gambaran tentang potensi yang dimiliki anak,
menyediakan waktu bersama anak dan sesekali mengajak rekreasi bersama,
dan menjelaskan pentingnya melibatkan anak berinteraksi dengan masyarakat
sekitar.
4. Hasil uji pelaksanaan program konseling
Konseling keluarga memberi dampak positif terhadap persepsi dan
perlakuan keluarga terhadap anak. Dalam penelitian ini, kondisi awal
keluarga yang tadinya tidak memahami aspek perkembangan psikologis anak
tunagrahita dan keterampilan bina diri yang harus dimiliki anak tunagrahita
menjadi paham dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga.
Selain itu adanya motivasi dan kesadaran dari setiap anggota keluarga untuk
70
terlibat dan saling membantu dalam memberikan stimulasi bagi anak
memberikan dampak yang positif bagi meningkatnya keterampilan bina diri
anak.
B. Rekomendasi
Program koseling keluarga ini disusun sebagai panduan bagi keluarga
untuk meningkatkan keterampilan bina diri anak tunagrahita. Program
konseling keluarga ini direkomendasikan kepada pihak-pihak yang secara
langsung berperan dalam pelaksanaan program konseling, antara lain:
1. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
positif terkait dengan upaya untuk memahami perkembangan psikologi
anak sejalan dengan tugas kemandirian yang harus dimiliki anak sesuai
dengan potensi yang dimiliki anak. Selain itu sebaiknya semua anggota
keluarga lebih aktif dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah
dan membangun interaksi yang aktif dengan para guru agar orang tua
lebih memahami dan mengetahui perlunya kerjasama yang baik dalam
mengatasi permasalahan keterampilan bina diri anak tunagrahita.
2. Bagi sekolah, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,
perlu adanya program konseling keluarga untuk orang tua sebagai
penunjang keberhasilan pembelajaran, khususnya dalam keterampilan bina
diri anak. Untuk itu program yang sudah disusun dapat dijadikan sebagai
panduan dan pelengkap program kerja yang ada di sekolah, sekaligus
sebagai panduan dalam program konseling anak tunagrahita.