EKSPERIMENTASI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN THINK PAIR SHARE DENGAN GUIDED NOTE TAKING PADA RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT SISWA | Kusuma Wardani | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10773 22694 1 SM

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

EKSPERIMENTASI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
DAN THINK PAIR SHARE DENGAN GUIDED NOTE TAKING
PADA RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI
ADVERSITY QUOTIENT SISWA
Rizky Anggar Kusuma Wardani1, Mardiyana2, Dewi Retno Sari Saputro3
1

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret
2,3
Dosen Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret
(rizky.wardani92@gmail.com1) (mardiyana@staff.uns.ac.id 2) (dewi.rss@gmail.com3)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh masingmasing model pembelajaran, adversity quotient (AQ) dan interaksi antara keduanya
terhadap prestasi belajar matematika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental semu dengan desain faktorial 3 ×3. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran
2016/2017 yang menggunakan kurikulum KTSP. Sampel penelitian ini diperoleh
dengan cara Stratified Cluster Random Sampling . Instrumen yang digunakan angket
adversity quotient (AQ) dan tes prestasi belajar matematika. Teknik analisis data

menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dan dilanjutkan uji
komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Model pembelajaran TAI-GNT
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model
pembelajaran TPS-GNT dan model pembelajaran langsung-GNT, sedangkan model
pembelajaran TPS-GNT dan model pembelajaran langsung-GNT menghasilkan
prestasi belajar matematika yang sama, (2) siswa AQ Climber menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa AQ Camper dan Quitter , sedangkan siswa
AQ Camper menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa AQ Quitter , (3) pada masing-masing model pembelajaran, siswa AQ Climber
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa AQ Camper
dan Quitter , sedangkan siswa AQ Camper mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa AQ Quitter , (4) pada masing-masing kategori AQ,
model pembelajaran TAI-GNT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada model pembelajaran TPS-GNT dan langsung-GNT, sedangkan model
pembelajaran TPS-GNT dan model pembelajaran langsung-GNT menghasilkan
prestasi belajar matematika yang sama.
Kata kunci: TAI, TPS, Guided Note Taking, Adversity Quotient, Prestasi
Belajar Matematika


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas
untuk menghadapi problema dalam kehidupan sehari-hari di era globalisasi saat ini.
Pendidikan juga dipandang sebagai sarana melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif,
bertanggung jawab, produktif, dan berbudi luhur. Berbagai upaya dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Tetapi berbagai upaya tersebut
tampaknya belum berhasil meningkatkan mutu pendidikan tanah air, khususnya pada
mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil data nilai Ujian Nasional (UN) tahun
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

13

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

2014/2015 untuk tingkat SMP Negeri di Kabupaten Magetan menunjukkan rata-rata nilai
matematika masih berada di bawah rata-rata nilai matematika Provinsi dan Nasional yaitu
untuk rata-rata tingkat Provinsi 61,92, rata-rata tingkat nasional 56,60 dan rata-rata

tingkat Kabupaten Magetan 47,48.
Pandangan siswa tentang pelajaran matematika sulit dan menakutkan adalah hal
yang cukup beralasan yang menyebabkan nilai matematika rendah. Salah satu faktor yang
menyebabkan matematika sulit, baik dalam mempelajari maupun mengajarkannya adalah
karena objeknya yang abstrak sebagai ciri khas dari matematika, khususnya pada relasi
dan fungsi. Michiel, et al. (2012) menyatakan “The concept of function is a central but
difficult topic in a secondary school mathematics curriculum”, artinya konsep fungsi
pada pembelajaran matematika merupakan topik yang penting tetapi untuk sekolah
menengah merupakan topik yang sulit. Menurut Subini (2013: 35), salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya prestasi belajar tersebut adalah model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Belum semua guru mampu memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Akibatnya, terdapat
kecenderungan guru masih menggunakan pembelajaran langsung pada setiap kompetensi
yang diajarkan. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif karena tidak diberi
kesempatan untuk menemukan sendiri suatu konsep yang mereka pelajari. Puteh, et al.
(2014: 237) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “teaching and learning should take
place effectively to enable students to acquire knowledge and develop skills for their
future career needs”, artinya mengajar dan belajar harus secara efektif agar siswa

memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan untuk masa depan karier

mereka. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran diperlukan suatu model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Misalnya, dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Tran (2012: 86-99), menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif mengedepankan interaksi sosial, meningkatkan aktivitas, ingatan dan prestasi
peserta didik. Selain itu, penelitian Araban, et al. (2012) menyatakan “Teacher must more
pay attention to practical approach such as cooperative learning and apply these
methods in classrooms to improve cognitive an d affective outputs of students”, artinya

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar kognitif maupun afektif siswa
karena kerjasama dalam kelompok mampu membuat siswa menjadi lebih percaya diri
sehingga prestasi belajar mereka menjadi lebih baik. Kemudian hasil penelitian Bayraktar
(2011) menyatakan:
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

14

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id


Cooperative learning method has a positive effect on students academic
knowledge, performing skills and approach to the lesson and it is more effective
than the traditional command method in terms of active attendance, cooperating,
sharing and social attendance which scales their social skills up, improving
interpersonal communication skills, increasing performance and having more
academic success.

Menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya memberikan efek positif
pada pengetahuan akademik siswa, tetapi juga meningkatkan keaktifan, kerjasama,
ketrampilan sosial, komunikasi interpersonal, kinerja dan kesuksesan dalam akademik.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI). Ciri khas TAI yaitu menggabungkan antara kemampuan individu dengan kerja
kelompok serta adanya tes formatif dan tes unit. Pada setiap tes, siswa diharuskan
menggunakan kemampuan individunya untuk menjawab keseluruhan soal tes, kemudian
jawaban tes tersebut didiskusikan dan dibahas oleh pasangan dalam kelompoknya. Jika
pasangannya kelompoknya merasa bingung, maka diskusikan dengan seluruh anggota
kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban
anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif lain adalah model pembelajaran Think Pair Share
(TPS). Model pembelajaran TPS dirancang dalam bentuk diskusi yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan berkomunikasi siswa dan mendorong
partisipasi mereka dalam kelas (Azlina, 2010:23). Tahapan Think diharapkan siswa bisa
berpikir sendiri-sendiri atau menjawab soal yang diberikan oleh guru. Tahapan Pair ,
siswa berdiskusi secara berpasangan dan mendiskusikan apa yang sudah dipikirkan dan
tahapan Share, siswa berbagi hasil diskusi dengan seluruh siswa satu kelas kemudian
memadukannya serta membuat kesimpulan bersama. Hal ini dimaksudkan supaya siswa
lebih terbuka dengan teman sebayanya dalam memecahkan permasalahan yang mereka
hadapi. Hal ini juga berpotensi menumbuhkan keterampilan sosial di antara pasangan
siswa tersebut. Salah satu bentuk keterampilan sosial tersebut adalah keterampilan
bekerja sama. Keterampilan ini perlu dikembangkan untuk menunjang kelancaran proses
pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan partisipasi peserta didik.
Untuk mengoptimalkan penerapan model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik
untuk memodifikasi model pembelajaran TAI dan TPS tersebut dengan Guide Note
Taking (GNT). GNT adalah guru menyiapkan suatu bagan yang dapat mem-bantu siswa

dalam membuat catatan-catatan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran (Zaini
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016


15

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

dkk. 2008: 32). GNT memberikan kesempatan pada siswa dalam belajar secara aktif,
serta merespon dan ikut terlibat dengan materi yang dibahas. Siswa akan menghasilkan
catatan yang lengkap dan akurat, sehingga dengan mempelajari kembali catatan tersebut,
siswa akan memperoleh nilai yang lebih tinggi. Guru menggunakan GNT untuk
meningkatkan daya ingat siswa (Kiewra, 2001: 23). Hal ini juga didukung oleh Lopiccolo
(2011: 29) menyatakan bahwa siswa yang diberikan catatan terbimbing dapat menangkap
informasi dari guru selama ceramah berlangsung dan menggunakannya untuk belajar
dalam menghadapi ujian. Collingwood dan Hughes (2002:175) menyatakan bahwa
penggunaan catatan terbimbing membantu siswa lebih berkonsentrasi dalam menerima
materi pelajaran.
Selain itu, karena berdasarkan pengamatan di lapangan, kebanyakan guru sering
menggunakan model pembelajaran langsung dan banyak penelitian mengenai
pembelajaran langsung, diantaranya yaitu penelitian Ayuningrum (2016) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran TPS lebih baik daripada model pembalajaran

langsung, penelitian Pambudi (2016) yang menyatakan bahwa model pembelajaran TAI
lebih baik daripada model pembalajaran langsung, dan penelitian Budiastuti (2013) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran TPS dan TAI lebih baik daripada model
pembelajaran langsung. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga mengeksperimentasikan
model pembelajaran langsung dengan GNT. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh
pembelajaran langsung dengan GNT terhadap prestasi belajar.
Rendahnya prestasi belajar matematika dimungkinkan tidak hanya dipengaruhi
oleh model pembelajaran. Terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar
siswa, salah satunya yaitu Adversity Quotient (AQ). Menurut Stoltz (2004) AQ yaitu
suatu kecerdasan atau kemampuan dalam merubah, atau mengolah sebuah permasalahan
atau kesulitan dan menjadikanya sebuah tantangan yang harus diselesaikan agar tidak
menghalangi cita-cita dan prestasi yang ingin diraih. AQ merupakan suatu ukuran untuk
mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan/masalah untuk data diberdayakan
menjadi peluang. AQ dapat menjadi indikator untuk mengukur seberapa kuatkah
seseorang dapat terus bertahan dalam menghadapi kesulitan dalam permalahan, sampai
pada akhirnya orang tersebut dapat keluar sebagai pemenang, mundur ditengah jalan atau
bahkan tidak mau menerima tantangan sedikitpun. Phoolka (2012: 67) “AQ is the
predictor of succes of a person in face of adversity, how he behaves in a tough situation,
how he controls the situation, is he able to find the corect origin of the problem, whether
he takes his due ownership in that situation, does he try to limit the effects of adversity

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

16

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

and how optimistic he is that the adversity will eventually end”, artinya "AQ adalah suatu

keberhasilan/ kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan, bagaimana ia
berperilaku dalam situasi yang sulit, bagaimana ia mengontrol situasi, bagaimana dia
mampu memecahkan masalah, apakah dia pantang menyerah dalam menghadapi
kesulitan dan bagaimana optimis dia bahwa kesulitan itu akhirnya akan berakhir ". AQ
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu AQ climber, camper, dan quitter . AQ climber
merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus bertahan dan berjuang menghadapi
berbagai macam hal yang akan terus menerjang. AQ camper merupakan kelompok orang
yang sudah memiliki kemauan untuk berusaha menghadapai masalah dan tantangan yang
ada, namun ketika di tengah jalan mereka masih menyerah. AQ quitter merupakan
kelompok orang yang kurang memiliki kemauan untuk menerima tantangan. Hasil

penelitian Huijuan (2009) dalam The International Journal of Indian Psychology
menyebutkan bahwa “… in college students revealed a significant relationship between
AQ and academic performance”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat hubungan
antara AQ dengan hasil akademik siswa, sehingga kemungkinan akan terjadi perbedaan
hasil akademik jika dilihat berdasarkan AQ seseorang.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: 1) manakah yang menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik antara model pembelajaran TAI-GNT, TPSGNT dan model langsung-GNT, 2) manakah yang menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik, siswa dengan AQ climber , camper , atau quitter , 3) pada
masing-masing model pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih
baik antara siswa dengan AQ climber , camper , atau quitter , 4) pada masing-masing
kategori AQ, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
antara model pembelajaran TAI-GNT, TPS-GNT atau model langsung-GNT.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu yang dirancang dengan
desain faktorial 3x3. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri seKabupaten Magetan yang menggunakan KTSP, dan sampelnya diambil dengan teknik
stratified cluster random sampling . Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bendo,

SMP Negeri 1 Takeran, dan SMP Negeri 2 Bendo yang masing-masing diambil tiga kelas
sebagai kelas eksperimen. Banyak sampel dalam penelitian ini adalah 238 siswa yang

meliputi 80 siswa kelas eksperimen 1, 78 siswa kelas eksperimen 2, dan 80 siswa kelas

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

17

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

eksperimen 3. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model pembelajaran dan AQ
siswa, dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar matematika.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai matematika
siswa pada ulangan akhir semester genap tahun pelajaran 2015/2016, metode angket
digunakan untuk mengetahui data kategori AQ siswa dan metode tes digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa pada materi relasi dan fungsi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket AQ dengan bentuk skala
likert dan tes prestasi belajar matematika berupa pilihan ganda.
Data kemampuan awal siswa yang diperoleh dengan metode dokumentasi
selanjutnya diuji normalitas, homogenitas dan uji keseimbangan untuk mengetahui ketiga
populasi memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak. Uji keseimbangan
menggunakan uji analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Uji prasyarat analisis
pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan Lilliefors dan uji homogenitas
dengan uji Bartlett, sedangkan uji hipotesisnya menggunakan uji analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode
Scheffe’ jika hipotesis nol ditolak. (Budiyono, 2015:170-217).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal siswa diperoleh bahwa
ketiga populasi memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah eksperimen, diperoleh
data prestasi belajar matematika yang kemudian dilakukan uji analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama yang sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap data tes prestasi belajar matematika pada relasi dan fungsi.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji analisis
variansi dua jalan dengan sel tak sama. Beikut rangkuman uji analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber
Model Pemb.(A)
AQ (B)
Interaksi (AB)
Galat (error)
Total

JK
dk
RK
Fobs

1974,2502
2
987,1251
11,5779
3
2500,6609
2 12500,3305 146,6148
3
137,6929
4
34,4232
0.4037 2,37
19524,4616 229
85,2597
46637,0656 237

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

Keputusan
H0A ditolak
H0A ditolak
H0AB tdk ditolak

18

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 1, diperoleh bahwa: (1) efek utama A (model pembelajaran),
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapatkan model
pembelajaran TAI-GNT, TPS-GNT, dan langsung-GNT, (2) terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa kategori climbers, campers, dan quitters, (3) tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dan AQ siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Karena H0A ditolak dan H0B ditolak, maka dilakukan uji komparasi ganda antar
baris dan antar kolom. Untuk keperluan uji komparasi ganda, berikut disajikan
rangkuman data rerata sel dan rerata marginal pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal
Model Pembelajaran
TAI-GNT
TPS-GNT
Langsung-GNT
Rerata Marginal

Adversity Quotient (AQ)
Climber
Camper
Quitter
84,3200
77,1250
59,3043
81,0909
72,2162
54,1053
75,6522
70,9189
52,6000
80,4571
73,2453
55,5484

Rerata Marginal
74,2500
70,3077
67,7000

1. Komparasi Rerata Antar Baris
Uji komparasi ganda dengan metode Scheffe’ dilakukan untuk menentukan model
pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik.
Rangkuman perhitungan uji komparasi ganda antar baris ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris
H0
=
1. =
2. =
1.

2.
3.
3.

Fobs

Ftabel

Keputusan Uji

7,1992
20,1279
3,1499

6
6
6

H0 ditolak
H0 ditolak
H0 tdk ditolak

Simpulan


1. ≠
1.

2.

=

2.
3.
3.

Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda antar baris pada Tabel 3,
diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran TAI-GNT menghasilkan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran TPS-GNT dan
model pembelajaran langsung-GNT, sedangkan model pembelajaran TPS-GNT
menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran
langsung-GNT.
Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran TAI-GNT dapat meningkatkan
aktivitas dan keinginan belajar siswa baik secara individu maupun kelompok untuk
memahami materi serta pada model TAI-GNT terlihat kerjasama yang baik antar
siswa dalam satu kelompok dimana setiap kelompok bertanggung jawab atas
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

19

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

anggotanya masing-masing baik dari kemampuan memahami materi tersebut maupun
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Selain itu dengan adanya berbagai tes
dan penghargaan pada setiap kelompok membuat siswa lebih banyak latihan-latihan
soal dan termotivasi untuk lebih baik, sedangkan model pembelajaran TPS-GNT
hanya ada proses pembelajaran kelompok, tidak diberikan tes individu, sehingga
kemampuan individu siswa kurang terlihat dan siswa juga kurang banyak latihan soal
secara mandiri. Hal ini didukung oleh penelitian Nneji (2011: 2), “Team assisted
individualized strategy was found to be more effective because students had the
opportunity to work together in teams, share views and opinions, and engage in

brainstorming on problems”, artinya TAI lebih efektif karena siswa mempunyai
kesempatan bekerja sama dalam tim, berbagi pandangan dan opini serta mengaitkan
pendapat dalam masalah. Hal ini juga didukung penelitian Gazali (2012) diperoleh
hasil bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran TAI-GNT dinyatakan lebih
efektif daripada model pembelajaran langsung. Untuk model pembelajaran TPS-GNT
dan model pembelajaran Langsung-GNT menghasilkan prestasi belajar matematika
sama dikarenakan model memiliki kemiripan yaitu pada model TPS-GNT proses
diskusinya 2 orang. Pada pembelajaran langsung-GNT, meski tidak ada penekanan
untuk diskusi kelompok, tapi dalam pengamatan lapangan seringkali siswa itu
berdiskusi dengan teman sebangkunya. Dari hasil ini kedua model sama-sama
dilakukan oleh 2 orang. Selain itu media yang diberikan juga sama. Hanya saja yang
membedakan pada pembelajaran langsung-GNT tidak ada presentasinya. Karena
kesamaan inilah yang mengakibatkan model pembelajaran TPS-GNT dan model
pembelajaran langsung-GNT menghasilkan prestasi belajar yang sama.
2. Berdasarkan hasil perhitungan anava diperoleh bahwa H0B ditolak. Oleh karena itu,
perlu dilakukan uji komparasi rerata antar kolom. Rangkuman hasil uji komparasi
ganda antar baris disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
H0
=
.1 =
.2 =
.1

.2
.3
.3

Fobs
25,7183
239,2634
143,6941

Ftabel
6
6
6

Keputusan Uji
H0 ditolak
H0 ditolak
H0 ditolak

Simpulan


.2 ≠
.1 ≠
.1

.2
.3
.3

Berdasarkan Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom Tabel 4
diperoleh simpulan bahwa siswa dengan AQ climber menghasilkan prestasi belajar
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

20

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

matematika yang lebih baik daripada siswa dengan AQ camper dan quitter , sedangkan
siswa dengan AQ camper menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa dengan AQ quitter.
Hal ini dikarenakan siswa dengan AQ climber adalah siswa siswa yang terus
berusaha untuk menyelesaikan masalah dan memahami materi karena mereka pantang
menyerah untuk memahami materi dan memecahkan masalah matematika yang
dihadapinya, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik, sedangkan siswa
dengan AQ camper yaitu siswa yang berusaha mengerjakan dengan baik tetapi mereka
kurang berani untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit dan menyerah
ditengah perjalanannya menyelesaikan soal, sedangkan siswa dengan AQ quitters
adalah siswa yang kurang memiliki semangat dalam menyelesaikan masalah yang
lebih sulit, mereka cenderung tidak mau berusaha mencari cara menyelesaikan
masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi (2016) yang
menyatakan bahwa siswa dengan AQ climber menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik daripada AQ camper dan quitter, siswa dengan AQ camper menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada AQ quitter . Hasil penelitian
Huijuan (2009) menyebutkan bahwa “… in college students revealed a significant
relationship between AQ and academic performance ”. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut terdapat hubungan antara AQ dengan hasil akademik siswa sehingga
kemungkinan akan terjadi perbedaan hasil akademik jika dilihat berdasarkan AQ
seseorang. Stoltz (2004: 85) bahwa siswa yang memiliki AQ tinggi pola responnya
lebih konstruktif unggul, serta merespon bahwa kesulitan dianggap sebagai peluang
(Stoltz, 2004: 94), dan mereka yang AQ-nya tinggi sebagai orang yang paling memilik
motivasi.
Berdasarkan hasil perhitungan anava diperoleh bahwa H0AB tdk ditolak, sehingga
tidak perlu dilakukan uji komparasi rerata antar sel pada baris dan kolom yang sama.
Hasil yang diperoleh yaitu pada setiap model pembelajaran, siswa dengan AQ Climber
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai AQ Camper
dan Quitter , sedangkan siswa yang mempunyai AQ Camper mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai AQ Quitter .
Hasil lain yang diperoleh yaitu pada setiap kategori AQ, model pembelajaran TAIGNT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model
pembelajaran TPS-GNT, model pembelajaran TAI-GNT menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa yang dikenai model pembelajaran langsungSEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

21

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

GNT, dan model pembelajaran TPS-GNT menghasilkan prestasi belajar matematika yang
sama dengan model pembelajaran langsung-GNT.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran TAI-GNT menghasilkan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran TPS-GNT dan model
pembelajaran langsung-GNT, sedangkan model pembelajaran TPS-GNT menghasilkan
prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran langsung-GNT, 2)
siswa dengan AQ climber menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa dengan AQ camper dan quitter , sedangkan siswa dengan AQ camper
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan AQ
quitter, 3) pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan AQ climber

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan AQ
camper dan quitter , sedangkan siswa dengan AQ camper menghasilkan prestasi belajar

matematika yang lebih baik daripada siswa dengan AQ quitter , 4) pada masing-masing
kategori AQ, model pembelajaran TAI-GNT menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada model pembelajaran TPS-GNT dan model pembelajaran
langsung-GNT, sedangkan model pembelajaran TPS-GNT menghasilkan prestasi belajar
matematika yang sama dengan model pembelajaran langsung-GNT.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut.
Pada menyampaikan materi matematika guru perlu memperhatikan model pembelajaran
yang akan digunakan karena tidak semua materi dapat diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran yang sama. Guru seharusnya memilih model yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Banyak model pembelajaran yang dapat
digunakan, di antaranya model pembelajaran TAI dan TPS yang bisa di modifikasi lagi
agar lebih menarik. Pemilihan model pembelajaran sangat diperlukan agar siswa tidak
merasa bosan di dalam kelas. Guru juga perlu mengetahui bahwa setiap siswa memiliki
AQ yang berbeda-beda. Guru seharusnya dapat membantu siswa mengoptimalkan AQ
yang dimiliki sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan memperhatikan AQ
dalam pemilihan model pembelajaran diharapkan seluruh siswa dapat aktif di dalam
proses belajar mengajar. Bagi peneliti yang lain dapat menggunakan tinjauan yang lain
misalkan kecerdasan logis matematika, gaya belajar, kecerdasan spasial, ataupun yang
lainnya agar dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam peningkatan
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

22

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

prestasi belajar matematika siswa. Hasil penelitian ini hanya sebatas materi relasi dan
fungi sehingga bagi calon peneliti dapat mencoba menerapkan model pembelajaran TAIGNT, TPS-GNT, Langsung-GNT pada materi yang lain dengan mempertimbangkan
kesesuaian model dan materi yang dipilih.
DAFTAR PUSTAKA
Araban, S., Zainalipour, H., Saadi, R.H.S., Javdan, M., & Sezide, K. (2012). Studi of
Cooperative Learning Effect on Self-Efficacy and Academic Achievement in
English Lesson of High School Student.Journal of Basic and Applied Scientific
Research. 2(9).8524-8526.
Ayuningrum, R., (2016). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament dan Think Pair Share Ditinjau dari Kecerdasan Logis
Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2015/2016. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika , 4(5), 549-562.
Azlina, N. A. N. (2010). CELLs : Supporting Collaborative Activities Among Students
And Teachers Through The Use Of Think Pair Share Technique. IJCSI
International Journal Of Computer Science . 7(5), 18-29.
Bayraktar, G. (2011). The effect of cooperative learning on students’ approach to general
gymnastics course and academic achievements. Educational Research and Review,
6(1). 67-71.
Budiyono. (2015). Statistika untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Budiastuti, S.A., (2013). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share dan Team Assisted Individualization pada materi trigonometri Ditinjau
dari Minat Belajar Matematika Siswa SMK. Surakarta : Tesis UNS.
Collingwood, V & Hughes, D. C. (2002). Effects Of Three Types Of University Lecture
Notes On Student Achievement. Journal Of Educational Psychology. 70(1). 175179.
Huijuan, Z. (2009). The adversity quotient and academic performance among college
students at St. Joseph’s College, Quezon City (Bachelor thesis, St. Joseph’s
College, New York, United States).
Kiewra, K.A. (2001). Investigating Notetaking And Review: A Depth of Processing
Alternative. Educational Psychologist. 20(1). 23-32.
Lopiccolo, O. S. (2011). Implementing Guided Note Taking To Improve Student
Learning Of Energy Saving Construction Techniques. Journal Of Educational
Technology Systems. 19. 29-30.
Michiel, D., Paul, D., Koeno, G., Peter, B., & Helen, R. (2012). Tool Use And The
Development Of The Function Concept : From Repeated Calculations To
Functional Thinking. International Journal Of Science And Mathematics
Education, 10, 1243-1267.
Nneji, L. (2011). Impact of Framing and Team Assisted Individualized Instructional
Strategies Students’ Achievement in Basic Science in the North Central Zone of
Nigeria. Knowledge Review. 23(4). 1-8.
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

23

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika....................ISBN: 978-602-6122-20-9
hal 13-24 November 2016..........................................................................http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Pambudi, P.A., (2016). Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperative Tipe Jigsaw
dan Teams Assisted Individualization (TAI) pada materi system persamaan linear
dua variabel (SPLDV) Ditinjau Adversity Quotient (AQ) Siswa kelas VIII. Tesis :
UNS.
Phoolka, S. & Kaur, N. 2012. Adversity Quotient: A New Paradigm to Explore,
International Journal of Contemporary Busines Studies, 3(4): 2156 – 7507.
Puteh M., Ahmad, C. C. N., Noh M.N., Adnan, M., & Ibrahim M. H. (2014). The
Classroom Physical Environment and Its Relation to Teaching and Learning
Comfort Level. International Journal of Social and Humanity. 5(3): 237-240.
Subini, N. (2013).Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Yogyakarta: Javalitera.
Stoltz, P. G. 2004. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang . Jakarta:
Gramedia.
Tran, V. D. (2012). Effect of Cooperative Learning on Students at An Giang University
in Vietnam. International Educational Studies. 5(1).86-99.
Zaini, H. Munthe, B, dan Aryani, S. A. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani.

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FKIP UNS Rabu, 16 November 2016

24

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Jigsaw Dan Tai (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Kemampuan Prasyarat Siswa SMP Ne

0 0 15

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI JIGSAW DAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Jigsaw Dan Tai (Team Assisted Individualization) Ditinjau Dari Kemampuan Prasyarat Siswa SMP Ne

0 1 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN THINK PAIR SHARE DENGAN GUIDED NOTE TAKING PADA RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL | Cahyono | 6767 14389 1 SM

0 1 12

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL | Cahyono | 9217 19606 1 SM

0 0 12

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

0 0 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL | Sari | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10839 22790 1 SM

1 2 12

EKSPERIMENTASI GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DENGAN ASSESSMENT FOR LEARNING MELALUI PEER-ASSESSMENT PADA RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI KEPERCAYA | Sah | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10774 22696 1 SM

0 0 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DAN JIGSAW II DENGAN GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT SISWA SMP | ‘Ain | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10853 22818 1 SM

0 0 13

EFEKTIVITAS GUIDED DISCOVERY SETTING THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN TOLERANSI | Apino | Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10902 22912 1 SM

0 0 12