contoh makalah bahasa indonesia tentang MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN

MAKALAH
BAHASA INDONESIA

“MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN”

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kritik dan
saran sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
I.2 Tujuan
I.3 metode penulisan
BAB II :PEMBAHASAN
Mahalnya Biaya Pendidikan :

1. Anggaran Biaya Pendidikan
2. Biaya Pendidikan
3. Mutu Pendidikan di Indonesia
4. Sumber Biaya
5. Unsur Biaya
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kunci kesuksesan dengan pendidikan kualitas hidup rakyat itu
dpat di lihat. PerekonomianIndonesia semakin tak menentu, Krisis multi dimensional yang terus
membelenggu negara kita tak kunjung ada ujungnya,belum nampakadanya tandatanda Bangsa kita akan terbebas dari krisis multidimensional ini. Kehidupan masyarakat semakin
menderita. Segala jenis kebutuhan sudah tak terjangkau lagi oleh masyarakat miskin. Kelaparan
terjadi di banyak tempat di Indonesia, masalah kesehatan,pendidikan juga merupakan
masalah bangsa ynag belum dapat ditemukan solusinya. Biaya untuk kesehatan dan pendidikan
semakin mahal. Untuk mejadikan Negara kita sebagai Negara yang maju, berhasil dibutuhkan
generasi penerus yang sehat dan berwawasan luas.


Pendidikan sebagai salah satu elemen yang sangat penting dalam
mencetak generasi penerus bangsa juga masih jauh dari yangdiharapkan. Masalah disana-sini
masih sering terjadi. Namun yang paling jelas adalah
masalah mahalnya biaya pendidikan sehingga tidakterjangkau bagi masyarakat dikalangan
bawah. Seharusnya pendiikan merupakan hak seluruh
rakyat Indonesia seperti yang terdapat dalamPembukaan UUD 1945 yang
berbunyi salah satu tujuan Negara kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini mempunyai
konsekuensi bahwa Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia
untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan yang layak.Maka tentu saja Negara dalam hal ini
Pemerintah harus mengusahakan agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan merupakan faktor kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan. Biaya pendidikan
sekarang ini tidak murah lagi karena dilihat dari penghasilan
rakyat Indonesia setiap harinya. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di
perguruan tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai sekolah menengah
keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah
mendapatBantuan Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya
pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Pendidikan di Indonesia masih meupakan investasi yang mahal sehingga diperlukan perencanaan
keuangan serta disiapkan dana pendidikan sejak dini. Setiap keluarga harus memiliki perencanaan
terhadap keluarganya sehingga dengan adanya perencanaan keuangansejak awal maka

pendidikan yang diberikan pada anak akan terus sehingga anak tidak akan putus sekolah.
Tanggung jawab orang tua sangatlah berat karena harus membiayai anak sejak
dia lahir sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Mahalnya biaya pendidikan sekarang ini dan banyak masyarakat yang berada dibawah garis
kemiskinan sehingga tidak begitu peduli atau memperhatikan pentingnya pendidikan bagi sang
buah hatinya, sehingga membuat anak putus sekolah, anak tersebut hanya mendapat
pendidikan sampai pada jenjang sekolah menengah pertama artau
sekolah menengah keatas. Padahal pemerintah inginmenuntaskan wajib
belajar sembilan tahun. Jika masalah ini tidak mendapat perhatian maka
program tersebut tidak akan terealisasi.Banyak anak yang putus sekolah karena orang tua tidak
mampu untuk menyekolahkan anaknya.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan Makalah ini adalah:
1. Apa dampak mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat?
2. Bagaimana cara mengatasi dampak mahalnya biaya pendidikan?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai:
1. Dampak mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat.
2. Cara mengatasi dampak mahalnya biaya pendidikan.
BAB II

KONDISI PENDIDIKAN
Anggaran Pendidikan Di Indonesia
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus.

Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran
pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah


Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi pembaharuan sistem
pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan
pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.

Sesuai dengan visi tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Anggaran Pendidikan
Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, pemerintah harus
menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Anggaran pendidikan adalah alokasi
anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan
alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak
termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang

menjadi tanggung jawab pemerintah.
Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total
anggaran belanja negara. Sehingga anggaran pendidikan dalam UU Nomor 41/2008 tentang APBN
2009 adalah sebesar Rp 207.413.531.763.000,00 yang merupakan perbandingan alokasi
anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp
1.037.067.338.120.000,00.
Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut disamping untuk memenuhi amanat
Pasal 31 Ayat (a) UUD 1945, juga dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal
13 Agustus 2008 Nomor 13/PUU-VI I 2008. Menurut putusan Mahkamah Konstitusi, selambatlambatnya dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009, Pemerintah dan DPR harus telah memenuhi
kewajiban konstitusionalnya untuk menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk
pendidikan.

Selain itu, Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian anggaran pendidikan 20 persen
dari APBN Tahun Anggaran 2009 agar UU APBN Tahun Anggaran 2009 yang memuat anggaran
pendidikan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sejalan dengan amanat UUD
1945.
Hal tersebut harus diwujudkan dengan sungguh-sungguh, agar Mahkamah Konstitusi tidak
menyatakan bahwa keseluruhan APBN yang tercantum dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat yang disebabkan oleh adanya bagian dari UU APBN,
yaitu mengenai anggaran pendidikan, yang bertentangan dengan UUD 1945.

Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang melalui beIanja pemerintah
pusat dan melalui transfer ke daerah. Untuk yang melaui belanja pemerintah pusat dialokasikan
kepada Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama dan dua belas Kementerian
Negara/Lembaga lainnya (Departemen PU, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Perpustakaan
Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen
ESDM, Departemen Perhubungan, Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan, Badan Pertanahan Nasional, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan
Tenaga Nuklir Nasional, Bagian Anggaran 69).
Sementara untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah adalah DBH
Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan Dana Otonomi Khusus
Pendidikan
MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kualitas pendidikan di indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks
pengembangan manusia makin menurun. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke
12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memliki daya saing yang rendah dan masih menurut surfai
dari lembaga yang sama indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin
teknologi dari 53 negara di Indonesia .
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain:
1. Masalah efektifitas
2. Efisiensi

3. Standardisasi Pengajaran.
Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di indonesia pada umumnya. Adapun
permasalahan khusus dalam pendidikan dunia yaitu:
1) Rendahnya Sarana Fisik.
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya
rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap
sementara laboratorium tidk standar pemakaian teknologi informasi tidak memadahi dan
sebagainya. masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, perustakaan, laboratorium
dan sebagainya.
2) Rendahnya kualitas guru.
Keadaan guru di indoesia sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tuasnya. Buku itu saja, sebagian guru di
indonesia bahkan di nyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan
dengan tingkatpendidikan guru itu sendiri. Data balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari
sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8 % yang berpendidikan diploma D2- kependidikan keatas.
Selain itu dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 3,8% yang berpendidikan diploma D3-

Kependidikan keatas. Di tingkat sekolah menengah dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki
pendidikanS1-Keatas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang
berpendidikan S2-keatas (3,48% berpendidikan S3)

3) Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
indonesia. Idealnya seorang guru menerima gaji bulanan sebesar Rp 3 jta. Sekarang, pendapatan
rata-rata guru PNS perbulan sebesar Rp 1,5 juta. Guru bantu Rp 460 rbu, dan guru honorer di
sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu perjam dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak
guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi
les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mi rebus, pedagang buku atau LKS, Pedaang
pulsa ponsel.
4) Rendanya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu( Rendahnya sarana fisik, kualitas guru dan kesejahteraan
guru) pencapaian prestasi menjadi tidak memuaskan. Anak-anak Indonesia ternyata hanya
mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran hal ni mungkin karena mereka sangat terbiasa
mengerjakan soal pilihan ganda.
5) Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam
usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber day mnusia secara
keseluruhan olleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat
untuk mengtasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6) Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya
yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan mulai dari TK hingga
perguruan tinggi membuat masyarakat miskin tidak mempunyai pilihan lain keculi tidak
bersekolah. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah atau gratis. Pemerintahlah yang
sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setaiap warganya memperoleh pendidikan dan
menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi
kenyataannya pemerintah jutru ingin berkilah dari tanggung jawab padahal keterbatasan dana
tidak dapat dijadikan alasan pemerintah untuk “cuci tangan”
3. SUMBER PENDIDIKAN
Anggaran pada dasarnya terdiri dari dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi
penerimaan atau perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari
setiap sumber dana. Besarnya, dalam pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-sumber biaya
itu dibedakan dalam tiap golongan, yaitu pemerintah, masyarakat, orang tua dan sumber-sumber
lain (Nanang Fattah 2006: 48).
Dalam penetapan biaya pendidikan, pengeluaran biaya atas dasar keterangan yang diperoleh dari
sumber-sumber dibawah ini:
(1)Sumber dari pemerintah
Sumber anggaran penyelenggaranan sekolah adalah tersedianya degan jelas sumber anggaran
sekolah yang berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sumber utama biaya
pendidikan di sekolah adalah pajak yang dimasukan dalam bentuk APBN dan APBD. John dan

Morphet (1979) mengatakan: “Bentuk pajak yang diperuntukan untuk membiayai pendidikan

antara lain pajak kekayaan, pajak penghasilan perorangan, pajak pendapatan penjualan, pajak
kendaraan bermotor dan lain sebagainya”.
Biaya pendidikan dari pemerintah pusat yang berasal dari APBN dan APBD, anggaran yang
bersumber dari pemerintah pusat dialokasikan dalam APBN secara nasional yang didistribusikan
keseluruhan daefah tingkat 1. APBN rutin adalah anggaran dari pemeritah pusat untuk membiayai
kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK). APBN Pembangunan adalah
anggaran dari pemerintah pusat untuk membiayai kegitan pembangunan yang tercantum dalam
Daftra Isian Proyek (DIP). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peratuan
Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (UU Otonomi Daerah 1999:97).
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
pemerintah propinsi dan kabupaten kota dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
(UU Otonomi Daerah: 98). Dengan diberlakukannya UU No 22 tahun 1999 dan UUNo. 25 tahun
1999 maka setiap daerah punya kewajiban untuk mengalokasikan dana tersebut untuk keperluan
pendidikan disetiap daerah, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dana yang diperoleh
sekolah direalisakan dalam bentuk SBPP (Sumbangan Bantuan Pembinaan Pendidikan). DBO (Dana
Bantuan Oprasional), OPF (Operasional pembanguna dan Fasilitas). Dana penunjang pendidikan
yaitu dana yang diterima oleh sekolah dari Pemerintah daerah tingkat I yang merupakan bagian
setoran SPP yang dikembalikan.
Anggaran ini terdapat di SLTP dan SLTA, tetapi mulai tahun 1994 dengan diberlakukanya wajar
diknas 9 tahun maka SPP untuk tingkat SLTP dihapuskan diganti dengan dana DPP. Pada dasarnya
dana penunjang dari Dinas Pendidikan ini sebenarnya berasal dari kekuatan orang tua siswa unfnk
mendukung program kegiatan pendidikan yang dianggap amat penting, karena orang tua terlibat
langsung terhadap program pendidikan di sekolah dimana sekolah itu berada. Karena orang tua
berkepentingan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anaknya.
Sejak Juli 2005 anggaran dari dana DPP diganti dengan BOS (Bantuan Operasinal Sekolah) melalui
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) bidang pendidikan.
Cita-cita luhur dari pemerintah dan DPR untuk mengimplementasikan pasal 34 UU Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi bahwa "Pemerintah dan pemerintah Daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya".
(2) Sumber dari Masyarakat
Sumber dana dari masyarakat adalah biaya yang diperoleh dari masyarakat melalui iuran komite
sekolah. Bantuan komite sekolah dibebankan kepada anak yang masih mengikuti pelajaran di
sekolah yang ditetapkan besarnya setiap siswa, digunakan untuk membantu memenuhi
kebutuhan sekolah.
Dengan berlakunya otonomi daerah yang akan berdampak pada otonomi pendidikan maka peran
masyarakat dalam berpartisifasi dalam pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Ikut sertanya
masyarakat dalam dunia pendidikan baik di dalam pengelolaan maupun dalam pembiayaan harus
disadari adanya kesadaran bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang sehingga akan
memotivasi masyarakat untuk memberikan bantuan terhadap pendidikan tanpa adanya praduga
bahwa pendidikan adalah pemborosan yang harus dibayar dengan harga yang sangat mahal.
(3) Sumber-sumber lain
Pembiayaan pendidikan bisa juga diperoleh dari dana Bantuan Luar Negeri (BLN) adalah semua
bantuan yang berupa pinjaman (Loan Credit), atau pemberian (Grand/hibah) dari Negara asing

yang diterima oleh pemerintah sebagai bantuan yang dimanfaatkan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan.
Dana pengelolaan sekolah tidak akan dapat dikelola jika sumbangannya tidak jelas, oleh karena
itu untuk dapat menyusun suatu rencana kerjaan memperoleh hasil kerja yang bermutu tentu saja
sumber-sumber dana harus jelas, sehingga dapat dilakukan prediksi untuk menentukan target dan
tujuan yang akan dicapai. Untuk itu diperlukan strategi mencari sumber dana program sekolah,
strategi yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan, antara lain;
1). Mengadakan ekstrakurikuler yang berkualitas, contohnya Lomba karya Ilmiah untuik
memperoleh sponsorship untuk pendaan sekolah.
2). Menyelenggarakan kursus luar sekolah misalnya menyelenggarakan kursus computer, kursus
bahasa Inggris, kursus akuntansi, Pesertanya bukan siswa sendiri juga masyarakat yang ditarik
iuran
3). Membuat koperasi sekolah yang modalnya berasal dari sisiwa, guru dan pemerintah dan
dikelola secara profesionla. Koperasi yang dibentuk di sekolah merupakan suatu unit usaha yang
diharapkan akan berdampak positif baik ditinjau dari segi bisnis, karena menurut salah seorang
pengurus koperasi guru dan koperasi siswa sebenamya kalau koperasi diurus secara baik dan
dioptimalkan akan mamapu memberikan sumbangan sebagai contoh dikemukakan bahwa anakanak yang titip barang saja sudah mampu membiayai sekolahnya, hanya sampai sekarang belum
terpikirkan kalau koperasi bisa menunjang dana KBM. Koperasi disisi lain akan dapat dijadikan
tempat latihan siswa memeproleh ketrampilan dikaitkan dengan kurikulum berbasisi kompetensi.
Koperasi sekolah akan memberi dampak positif kepada orang tua, karena siswa sebagai pemilik
modal akan mendapat pelayanan belajar dengan baik melalui sisa hasil usaha dari koperasi.
Sebagai gambaram salah satu koperasi yang ada sekarang mampu memberikan sisa hasil usaha
kepada setiap guru rata-rata antara Rp. 300.000,- sampai Rp. 350.000,- juga memberikan sisa
hasil usaha kepada siswa, kalau dana ini dihimpun untuk meningkatkan KBM, doharapkan orang
tua akan lebih puas dibanding dengan hanya sekedar menerima sisa hasil usaha yang dibcrikan
pada saat anak meninggalkan sekolah.
4). Pada saat ini mencari dana tambahan untuk meningkatkan KBM melalui kopperasi, adalah hal
yang paling mungkin mengingat hampir setiap sekolah mempunyai koperasi, tetapi belum
dimanfaatkan secara maksimal sehingga kurang sesuai dengan tujuan pembentukannya
2.Unsur-unsur biaya pendidikan
Ketentuan pembiayaan pendidikan perlu didasarkan atas kebutuhan biaya penyelenggaraan
pendidikan setiap daerah yang berdasarkan atas biaya yang sama, juga alokasi setiap daerah
ditetapkan berdasarkan jumlah sekolah, kelas, murid, dan pegawai sekolah. Penentuan biaya unit
baku (standar unit cost) berdasarkan kecenderungan harga standar hanya merupakan perkiraan
kasar dari biaya sesungguhnya. Anggaran didasarkan pada biaya operasional yang nyata.
Permasalahan yang dihadapi dalam penentuan biaya menyangkut perubahan dalam upah dan
harga yang menentukan analisis yang terperinci dari setiap unit-unit operasional. Masalah lain
yang terjadi dalam pembiayaan pendidikan, yaitu tujuan maupun skala prioritas suatu program
yang sudah ditetapkan seringkali mengalami perubahan kebijakan.Unsur-unsur biaya
pendidikannya antara lain:
Biaya Operasional Pendidikan (BOP)
Hampir seluruh univ ersitas meminta kepada mahasiswa-mahaiswinya untuk membayar BOP
setiap semester. Besarnyabiaya BOP ditentukan oleh jumlah SKS (Sistem Kredir per Semester)
yang kamu ambil. Sebagai contoh, di UGM pada tahun ini satu SKS biayanya adalah Rp60.000,00,

sehingga jika kamu mengambil 20 SKS dalam satu semester maka kamu harus membayar sebesar
Rp1.200.000,00.
Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP)
Spp adalah biaya yang harus kamu bayar tiap semester, selain biaya BOP. Besarnya SPP ditiap
universitas berbeda-beda. Sebagai contoh SPP di UGM pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp500.000,00 per semester.
Biaya awal ketika masuk pertama kali
Biaya awal ketika masuk pertama kali biasanya cukup besar akan tetapi hanya dibayarkan sekali
dan mencakup sumbangan pengembangan pendidikan, pendaftaran asuransi kesehatan,
pembelian jaket almamater dll. Besarnya biaya awal ini sangat tergantung dengan universitas dan
bidang studi yang kamu pilih. Untuk lebih jelasnya akan lebih baik jika kamu mengecek website
universitas yang kamu inginkan untuk mengetahui detail biaya yang perlu kamu persiapkan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lemahnya pendidikan saat ini di sebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia sekaligus
lemahnya ekonomi ,pemerintah berusaha untuk mengurangi atau mencoba mengatasi
permasalahan diatas dengan mengeluarkan bantuan dana operasional sekolah. Namun saat ini
bantuan tersbut belum bisa menjadi solusi tapi sebagai bangsa yang dasarnya pancasila maka
pendidikan itu tanggung jawab kita semua biaya di tanggung kita bersama apalagi bagi mereka
yang mampu, di dalam islampun juga sudah di terangkan untuk setiap manusia saling tolongmenolong dalam kebaikan. Biaya pendidikan di Indonesia setiap tahun mengalami kenaikan,
seharusnya upaya pemerintah tidak menaikkan biaya pendidikan tapi memperbaiki mutu
pendidikan melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik yang
berkualitas, karena pendidikan bukan hanya di peruntukan untuk kalangan orang kaya saja, tetapi
pendidikan itu berlaku untuk semua kalangan.
2. Saran
Demikian makalah yang kami susun dan masih banyak kekurangannya. Penulis yakin bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan oleh karenanya saran dan kritik
anda yang membangun dan masukan buat kami yang akan menjadikan makalah ini akan lebih
baik. Amin.