POLA PENYEBARAN (Nepenthes spp.) DI GUNUNG ROREKAUTIMBU KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Khalid | Jurnal Warta Rimba 6343 20995 1 PB

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 9-14

POLA PENYEBARAN (Nepenthes spp.) DI GUNUNG ROREKAUTIMBU
KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU
Idham Khalid¹, Sri Ningsih Mallombasang², Irmasari².
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi: pondipondi2206@yahoo.co.id
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Abstract
Nepenthes spp. is a species of vegetation lives in nature and known to be currently threatened.
The species is unique for being the prey of insects. The lack of information regarding its
distribution on Lore Lindu National Park (LLNP) lead this research to study such the issue. The

research aims to study the distribution of the species living within the park particularly on the
Rorekautimbu Mount. The results of the research is expected to enrich information regarding
flora and fauna database to improve conservation program lead by the LLNP. The research was
conducted from March – May 2014 located on trekking lane of The Rorekautimbu Mount.
Purposive sampling method was applied during the research. Data regarding coordinate,
elevation and the number of individuals were collected through direct observation using
transect of 10 m x 10 m each plot. During the research, three species of nepenthes were found.
They were N. maxima Rein. ex Nees, N. tentaculata Hook.f., and N. pitopangii Lee. They were
identified at the elevation of 1,800 – 2,330 MSL and contagiously distributed based on Morisita
Index (Iδ) with Ip > 0. The distribution pattern of the three species listed above can be described
as, respecively, Ip > 0.5526, Ip > 0.4846, and Ip > 0.4267.
Keywords: distribution pattern, Nepenthes, Lore Lindu National Park
”Endemic Bird Area ”), pusat keanekaragaman
tumbuhan (CPD/”Center of Plant Diversity”),
serta sebagai wilayah ekologi global 200
(Global 200 Ecoregions-G200 ES) yang
dikembangkan oleh WWF-US melalui
pertimbangan karena kawasan tersebut
memiliki contoh-contoh ekosistem yang luar
biasa yang menyimpan kekayaan spesies

dengan endemisitas spesies yang tinggi,
keunikan taksonomi yang tinggi dan
fenomena ekologi serta evolusi yang luar
biasa (TNC, 2002 dalam Pitopang, 2012).
Selain itu, kawasan konservasi ini
memiliki keanekaragaman jenis flora yang
sangat tinggi, hal ini tersirat dari berbagai
laporan inventarisasi yang dilakukan beberapa
ahli botani. Akan tetapi informasi tentang
taksonomi, ekologi, dan kajian etnobotaninya
belumlah lengkap, masih banyak jenis flora
Lore Lindu yang belum terekam dalam
pustaka yang ada. Salah satu jenis flora yang
termasuk dalam kategori tumbuhan yang
dilindungi adalah Nepenthes spp. dan
keberadaannya di alam cenderung terancam
punah.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Taman Nasional merupakan kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan,
pendidikan,
menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi alam (UU
Nomor 5 Tahun 1990).
Taman Nasional Lore Lindu merupakan
salah satu Taman Nasional di Indonesia yang
terdapat di Propinsi Sulawesi Tengah dengan
luas 229.177,5 ha. Kawasan konservasi ini
merupakan salah satu perwakilan untuk
keanekaragaman
hayati
di
bioregion
Wallacea. Kawasan konservasi ini juga
merupakan salah satu dari 10 hotspot untuk

keanekaragaman hayati yang unik di dunia,
dan telah mendapat banyak predikat atau
julukan karena potensi dan keunikan yang
dimilikinya, diantaranya adalah sebagai cagar
biosfer (tahun 1977 oleh MAB-UNESCO),
nominasi sebagai “World Heritage Site”
(UNESCO), kawasan burung endemik (EBA-

9

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 9-14

alam cenderung terancam punah. Namun
sampai dengan saat ini belum ada informasi
mengenai Pola Penyebaran Nepanthes spp.

yang berada di Taman Nasional Lore Lindu
khususnya di Gunung Rorekautimbu.
Dari penjelasan di atas, dapat dirumuskan
bahwa masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana Pola Penyebaran Nepenthes spp. di
Gunung Rorekautimbu Kawasan Taman
Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah?
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Pola Penyebaran Nepenthes spp. Di Gunung
Rorekautimbu Kawasan Taman Nasional Lore
Lindu Sulawesi Tengah.
Penelitian
ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna dalam
penyediaan database flora Taman Nasional
Lore Lindu dan sumber informasi dalam
pengelolaan dan upaya konservasi Taman
Nasional Lore Lindu.


Nepenthes terkenal sebagai tumbuhan
yang unik dan langka yang ada di Indonesia.
Menurut Peraturan Meteri Kehutanan No. P.
57/Menhut. II/2008, Nepenthes merupakan
jenis tumbuhan yang termasuk dalam CITES
Appendix I tahun 2003 dan II. Tanaman yang
terdaftar di dalamnya merupakan jenis-jenis
yang telah terancam punah, sehingga
perdagangan internasional spesimen yang
berasal dari habitat alam harus dijaga dengan
ketat dan hanya diperbolehkan untuk
kepentingan non komersial tertentu dengan
izin khusus. Azwar dkk (2006) menyatakan,
Nepenthes terkenal sebagai tumbuhan yang
mampu memangsa serangga, oleh karena itu
tumbuhan ini digolongkan sebagai tumbuhan
karnivora.
Selain itu tumbuhan kantong
semar ini memiliki keunikan yang lain yaitu
bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya.

Witarto
(2006)
menambahkan,
kemampuannya yang unik dan asalnya yang
dari negara tropis itu menjadikan kantong
semar sebagai tanaman hias pilihan yang
eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan
Australia. Menurut Wulandari (2007), selain
berfungsi sebagai tanaman hias Nepenthes
juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai
indikator iklim, sebagai tanaman obat
tradisional, sumber air bagi petualang, dan
sebagai pengganti tali untuk pengikat.
Sampai dengan saat ini tercatat terdapat
103 jenis kantong semar yang sudah
dipublikasikan, 64 jenis diantaranya berada di
Indonesia (Firstantinovi dan Karjono, 2006
dalam Sukmadijaya dkk, 2009). Dari 64 jenis
yang hidup di Indonesia, sedikitnya 9 jenis
terdapat di Pulau Sulawesi, dimana 5

diantaranya merupakan tumbuhan endemik
pulau ini (N. eymae., N. glabrata., N. hamata
J.R Turnbull., N. pitopangii Lee., dan
N.tomoriana Danser.) dan 4 jenis lainnya,
meskipun asli Sulawesi namun bisa
ditemukan di pulau lainnya (N.gracilis Korth.,
N.maxima Reinw.ex Nees., N.mirabilis (Lour)
Druce.,
dan
N.tentaculata
Hook.f.)
(Alamendah’s, 2010).
Rumusan Masalah
Taman Nasional Lore Lindu memiliki
keanekaragaman jenis flora yang sangat
tinggi. Salah satu jenis flora yang termasuk
dalam kategori tumbuhan yang dilindungi
adalah Nepenthes spp. dan keberadaannya di

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret s/d bulan Mei 2014 di sekitar jalur
pendakian Gunung Rorekautimbu pada
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu
Sulawesi Tengah.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah; GPS (Global
Positioning System) untuk menentukan titik
koordinat, parang untuk membersihkan arah
rintisan, alat tulis menulis untuk mencatat
hasil penelitian, kamera digunakan untuk
pengambilan gambar, tali raffia untuk
membuat plot, altimeter untuk menentukan
ketinggian, tally sheet data yang didapat di
lapangan diolah dalam bentuk tabulasi.
Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Pengumpulan data primer pada penelitian

ini dilakukan secara survei dengan teknik
pengambilan data dilakukan secara sengaja
(Purposive
Sampling)
(Melati
2007).
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati
dan mengambil data pada setiap lokasi
ditemukan tumbuhan Nepenthes spp. dengan
cara membuat plot berukuran 10 m x 10 m
untuk setiap plot. Data yang diambil berupa
titik koordinat, ketinggian tempat dan jumlah

10

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373

Hal: 9-14

 Id  Mu 
I p  0.5  0.5

 Mu 
Bila pada selang kepercayaan 95% nilai Ip:
a. Ip < 0, maka pola sebaran adalah seragam
(uniform)
b. Ip = 0, maka pola sebaran adalah acak
(random)
c. Ip > 0, maka pola sebaran adalah agregatif
atau mengelompok (clumped)

setiap individu Nepenthes spp. yang berada di
dalam plot pengamatan.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder berisi tentang
keadaan umum lokasi, kependudukan dan
sosial budaya masyarakat sekitar lokasi
penelitian. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara studi literatur yang meliputi
buku, laporan penelitian, skripsi, tesis dan
jurnal ilmiah lainnya.
Analisa Data
Pola penyebaran Nepenthes spp. dianalisis
dengan menggunakan Indeks Morisita (I�).
Adapun
tahapan
penghitungan
dengan
menggunakan Rumus Indeks Morisita (Iδ)
adalah:

Mu
Mc

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan data yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan ditemukan
sebanyak 3 jenis Nepenthes yang tumbuh
dengan pola penyebaran mengelompok.
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Pola Penyebaran Nepenthes spp.

 x2  x 

2
 (x)  x 

= n
=
=

 20.975;df  n   x i

 x i   1

 20.025;df

 n   xi

 x i   1

Keterangan:
Iδ = Indeks Morisita
Mu = Indeks Pola Sebaran Seragam
Mc = Indeks Pola Sebaran Agregatif
N = Plot Pengamatan
xi = Jumlah individu dalam unit
contoh ke-i.
Kaidah keputusan untuk menentukan bentuk
pola sebaran organisme yang diamati adalah
sebagai berikut:
a. Bila nilai I δ  Mc  1.0, maka Ip dihitung
dengan menggunakan persamaan:
 Id  Mc 
I p  0.5  0.5

 n  Mc 
b. Bila nilai Mc > Id  1.0, maka Ip dihitung
dengan menggunakan persamaan:

No.

Spesies

Nilai Ip

Pola
Penyebaran

1.

N.maxima
Reinw.ex Nees.

0,5226

Mengelompok

2.

N.tentaculata
Hook.f.

0,4846

Mengelompok

3.

N.pitopangii
Lee.

0,4627

Mengelompok

Dari hasil tabel di atas menunjukkan
bahwa pola penyebaran tumbuhan Nepenthes
spp. yang berada di Gunung Rorekautimbu
berdasarkan Indeks Morisita (I�) berada pada
kategori hasil nilai Ip > 0 (lebih dari nol) yang
menurut Krebs (1989), masuk dalam kategori
mengelompok. Untuk tumbuhan Nepenthes
maxima Reinw.ex Nees. memiliki nilai Ip
sebesar 0,5226, untuk tumbuhan Nepenthes
tentaculata Hook.f. memiliki nilai Ip sebesar
0,4846, dan untuk tumbuhan Nepenthes
pitopangii Lee. memiliki nilai Ip sebesar
0,4627.
Pembahasan
Penyebaran populasi berperan penting
dalam penyebaran secara geografi dari
tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu
daerah dimana mereka belum menempatinya.
Pola penyebaran juga dipengaruhi oleh
kondisi tempat tumbuh dan adanya interaksi
jenis. Kondisi lingkungan setiap habitat
berbeda-beda, tidak menutup kemungkinan

 Id  1 
I p  0.5

 Mc  1 
c. Bila nilai Mc 1.0 > Id > Mu, maka Ip dihitung
dengan menggunakan persamaan:
 Id  1 
I p  0.5

 Mu  1 
d. Bila nilai Mc 1.0 > Mu > Id, maka Ip
dihitung dengan menggunakan persamaan:

11

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 9-14

akan ada persaingan maupun kerjasama antar
individu untuk mendapatkan makanan
tergantung bagaimana makhluk hidup itu
sendiri menyesuaikan diri agar dapat bertahan
hidup.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengamatan di lapangan, ditemukan spesies
Nepenthes pada elevasi 1800-2330mdpl
dengan jumlah individu 240 yang terdiri dari
3 jenis. Sesuai dengan penelitian Sangkala
(2013), bahwa terdapat tiga jenis Nepenthes
yang tumbuh di Gunung Rorekautimbu
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, yaitu:
N.maxima Reinw.ex Nees., N.tentaculata
Hook.f., dan N.pitopangii Lee. Individu yang
paling banyak ditemukan yaitu N.tentaculata
Hook.f. sebanyak 133 idividu pada elevasi
2000 – 2160 m dpl, N.maxima Reinw.ex
Nees. ditemukan pada elevasi 2020–2330 m
dpl sebanyak 75 individu, dan yang paling
sedikit yaitu N.pitopangii Lee. sebanyak 32
individu dan hanya ditemukan di dua tempat
pada elevasi 1800 m dpl dan elevasi 2080 m
dpl.
N.tentaculata Hook.f. dan N.maxima
Reinw.ex Nees. yang ditemukan di lapangan
memiliki
kesamaan
tempat
tumbuh
dikarenakan kedua jenis ini lebih menyukai
tempat-tempat terbuka maupun ternaungi di
hutan lumut dengan intensitas cahaya tinggi
yang bersuhu dingin (lembab), dapat tumbuh
secara terestrial di tanah yang berbatuan dan
juga dapat tumbuh di antara semak, pakupakuan atau tumbuhan lain. Hal ini Sesuai
dengan pendapat Mansur (2006), bahwa
N.tentaculata
Hook.f.
dan
N.maxima
Reinw.ex Nees. umumya hidup di hutan
lumut, tumbuh secara terestrial di tempat
terbuka maupun ternaungi.
Kedua jenis Nepenthes ini yang
ditemukan di lapangan
juga dapat
berinteraksi dengan pepohonan yang ada di
sekitarnya untuk menunjang pertumbuhannya
karena kedua jenis Nepenthes ini panjang
batangnya bisa mencapai 5-6 meter.

Gambar 1. Nepenthes tentaculata Hook.f.
yang
ada
di
Gunung
Rorekautimbu Kawasan Taman
Nasional Lore Lindu

Gambar 2. Nepemthes maxima Reinw.ex
Nees. yang ada di Gunung
Rorekautimbu Kawasan Taman
Nasional Lore Lindu.

12

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 9-14

Sementara itu, Nepenthes pitopangii Lee.
memiliki panjang batang maksimal 2 meter
dan lebih menyukai tempat tumbuh yang
ternaungi dengan intensitas cahaya sedang
dan tidak memisahkan diri dari populasinya.
Menurut Ramadhan (2013), hal ini
dikarenakan tumbuhan Nepenthes pitopangii
Lee. berinteraksi langsung dengan tumbuhan
Gleichenia truncata (paku-pakuan) yang lebat
yang memiliki batang tidak terlalu besar dan
berbatang
banyak
sehingga
dapat
mempermudah sulur Nepenthes mengikat
batang
agar
kantung/picher
tetap
bergelantungan sehingga tidak ada kompetisi
yang kuat antar individu anggota populasi.
Nepenthes pitopangii
Lee. yang
ditemukan di lapangan berada di bawah
naungan paku-pakuan sehingga Nepenthes
yang tumbuh membentuk koloni.

baik secara generatif maupun vegetatif.
Reproduksi generatif dengan menggunakan
biji dibantu oleh angin dan serangga. Biji-biji
yang tertiup angin jatuh tidak jauh dari
induknya karena keberadaan pohon-pohon di
sekitarnya dapat membatasi gerak penyebaran
biji sehingga Nepenthes tumbuh secara
mengelompok. Pola repruduksi vegetatif
Nepenthes dengan pembentukan tunas juga
dapat menyebabkan adanya pertumbuhan
individu baru dan akan terbentuk secara
mengelompok.
Indriyanto
(2006)
menambahkan, bahwa suatu jenis tumbuhan
yang berproduksi secara vegetatif akan hidup
secara mengelompok pada suatu daerah
tertentu.
Pola
penyebaran
secara
mengelompok juga dapat disebabkan oleh
sekelompok spesies yang memiliki kebutuhan
cahaya, kelembaban, air dan unsur hara yang
sama dan dimungkinkan hanya dapat hidup di
daerah tertentu dan sifat masing-masing jenis
Nepenthes
dalam
merespon
kondisi
lingkungan yang berbeda-beda.
Keadan iklim yang berada di Gunung
Rorekautimbu memiliki kondisi suhu udara
minimum 18˚ dan suhu maksimum 28˚, serta
kelembaban udara minimum 46% dan
maksimum 94% (Natalia, 2014). Gunung
Rorekautimbu masuk bagian timur kawasan
Taman Nasional Lore Lindu yang mempunyai
tipe iklim B (agak musiman) dengan curah
hujan berkisar antara 344-1400 mm/ tahun,
dan kecepatan angin rata-rata 3,6 km/jam.
Individu
Nepenthes
yang
tumbuh
mengelompok mampu bertahan terhadap
pengaruh kegiatan angin yang berlebihan dan
mampu mengurangi kehilangan air secara
lebih efektif (Munawaroh, 2012).

Gambar 3.

Nepenthes pitopangii Lee. Yang
ada di Gunung Rorekautimbu
Kawasan Taman Nasional Lore
Lindu
Adam et. all (2011) mengemukakan,
Nepenthes cenderung tumbuh mengelompok
dengan kepadatan yang tinggi di habitat yang
terbuka. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Nepenthes akan tumbuh mengelompok pada
kondisi habitat yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Hal ini sesuai dengan
penelitian di lapangan dimana tumbuhan
Nepenthes banyak ditemukan di sekitar jalur
pendakian Gunung Rorekautimbu yang
merupakan daerah yang cukup terbuka dengan
intensitas cahaya yang cukup.
Menurut Baloari dkk (2013), terbentuknya
pola penyebaran secara mengelompok
dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik
maupun abiotik seperti kondisi habitat tempat
tumbuhnya, tekstur tanah, pola reproduksi

KESIMPULAN
Terdapat tiga jenis Nepenthes di lokasi
penelitian yaitu: N.maxima Reinw.ex Nees. ,
N.tentaculata Hook.f., dan N.pitopangii Lee.
pada elevasi 1806-2325 mdpl dengan pola
penyebaran secara mengelompok. Untuk
tumbuhan Nepenthes maxima Reinw.ex Nees.
memiliki nilai Ip sebesar 0,5226, untuk
tumbuhan Nepenthes tentaculata Hook.f.
memiliki nilai Ip sebesar 0,4846, dan untuk
tumbuhan Nepenthes pitopangii Lee. memiliki
nilai Ip sebesar 0,4627.

13

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 9-14

Peraturan
Meteri
Kehutanan
No.P.57/Menhut.II/2008.
Pitopang R. 2012. Struktur dan Komposisi
Vegetasi Pada Tiga Zona Elevasi di
Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi
Tengah Indonesia. Jurnal Natural
Science Desember 2012 Vol. 1.(1) 85105
Ramadhan M.F. 2013. Autekologi Nepenthes
pitopangii Lee. Di Kawasan Taman
Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.
Skripsi.
Jurusan Biologi Fakultas
MIPA Universitas Tadulako. Tidak
dipublikasikan.
Sangkala, E.A.O. 2013. Keanekaragaman
Kantong Semar (Nepenthes spp.) di
Gunung Rorekautimbu Kawasan Taman
Nasional Lore Lindu. Skripsi. Fakultas
Kehutanan Universitas Tadulako. Tidak
Dipublikasikan.
Sukmadijaya D, Dinarti D, Isnaini Y. 2009.
Pertumbuhan Planlet Kantong Semar
(Nepenthes rafflesiana Jack.) Pada
Beberapa Media Tanam Selama Tahap
Aklimatisasi.http://repository.ipb.ac.id/
bitstream/handle/123456789/35481/den
dih%20sukmadijaya.pdf;jsessionid= FF
DDC311C5B43D60F8C510CED7C99A
AD?sequence= 1. Diakses tanggal 20
nopember 2014.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya, Jakarta.
Witarto A.B. 2006. Protein Pencerna di
Kantong Semar. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Koran Tempo.
Wulandari S. 2007. Sukses Bertanam
Kantong Semar. Sinar Cemerlang
Abadi, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Adam JH, Hafiza AH, Afiq MAJ, Siti N,
Ahmad T, Wan MRI, 2011. Spesies
Composition and Dispersion Pattern Of
Pitcher Plant Recorded from Rantau
Abang in Marang District Terengganu
State of Malaysia. International Journal
of Botany 7 (2): 162-169.
Azwar F, Adi K, Teten RS. 2006. Kantung
Semar (Nepenthes sp.) di Hutan
Sumatera Tanaman Unik yang Semakin
Langka. Konservasi dan Rehabilitasi
Sumberdaya Hutan: Prosiding Ekspose
Hasil-hasil penelitian, 2007.
Alamedah’s, 2010. Jenis-jenis Tanaman
Bunga Kantong Semar Sulawei.
http://Alamendah.org/2010/12/15/JenisJenis-Tanaman-Bunga-Kantong-SemarSulawesi/.
Diakses
tanggal
19
September 2013.
Baloari G, Linda R, Mukarlina. 2013.
Keanekaragaman Jenis dan Pola
Distribusi Nepenthes spp. di Gunung
Semahung Kecamatan Sengah Temila
Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont.
Vol. 2(1):1-6 diakses tanggal 30 April
2013.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology.
Harper Collins Publisher , Inc. New
York.
Mansur M, 2006. Nepenthes Kantung Semar
yang Unik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Melati F.F. 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Munawaroh S. 2012, Keanakaragaman, Pola
Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes di
Hutan Kerangas Kabupaten Belitung
Timur Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Skripsi. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Natalia D. 2014. Pola Penyebaran Kantong
Semar (Nepenthes tentaculata Hook.f.)
Di Gunung Rorekautimbu Kawasan
Taman Nasional Lore Lindu. Skripsi.
Fakultas
Kehutanan
Universitas
Tadulako. Tidak dipulikasikan.

14

Dokumen yang terkait

ANALISIS VEGETASI HABITAT ANGGREK DI SEKITAR DANAU TAMBING KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Febriliani | Jurnal Warta Rimba 1958 5725 1 PB

1 5 9

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA AREAL DONGI-DONGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Nugroho | Jurnal Warta Rimba 1957 5721 1 PB

0 0 10

STUDI VEGETASI PADA HABITAT TARSIUS (Tarsius Sp.) DI DESA KAMARORA KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Ekawati | Jurnal Warta Rimba 1955 5713 1 PB

0 1 7

KARAKTERISTIK FISIK HABITAT TARSIUS (Tarsius dentatus) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Krisnatalia | Jurnal Warta Rimba 1944 5669 1 PB

1 1 10

BIOMASSA DAN KARBON TUMBUHAN BAWAH SEKITAR DANAU TAMBING PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Ariani | Jurnal Warta Rimba 3589 11300 1 PB

0 1 7

CADANGAN KARBON TANAH SEKITAR DANAU TAMBING DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Megawati | Jurnal Warta Rimba 3583 11276 1 PB

0 0 8

POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR (Nepenthes tentaculata Hook.F) DI GUNUNG ROREKAUTIMBU KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Natalia | Jurnal Warta Rimba 3573 11239 1 PB

0 2 10

KARAKTERISTIK BIOFISIK HABITAT TARSIUS (Tarsius pumilus) DI GUNUNG ROREKATIMBU KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH | Sandego | Jurnal Warta Rimba 3570 11227 1 PB

0 1 10

KARAKTERISTIK FISIK HABITAT LEDA (Eucalyptus deglupta) DI JALUR PENDAKIAN GUNUNG NOKILALAKI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Annisah | Jurnal Warta Rimba 3613 11371 1 PB

0 1 7

BIOMASSA DAN KARBON POHON DI SEKITAR DANAU TAMBING PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU DESA SEDOA KECAMATAN LORE UTARA KABUPATEN POSO | Marjan | Jurnal Warta Rimba 7283 24276 1 PB

0 0 7