Survey Pendahuluan Bitumen Padat Daerah Bukitsusah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau

SURVAI PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DERAH BUKITSUSAH
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

Oleh:
Dahlan Ibrahim
Subdit Batubara, DIM

SARI
Daerah Bukitsusah termasuk kedalam Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi dan
Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Secara geografis terletak diantara
00°45’00” - 01°00’00” LS dan 101°50’00” - 102°05’00” BT, meliputi wilayah seluas lebih kurang 75.000 ha.
Survai pendahuluan endapan bitumen padat ini adalah salah satu upaya dalam mendukung kebijakan
diversifikasi energi. Endapan bitumen padat didefinisikan sebagai batuan sedimen klastik halus biasanya berupa
serpih yang kaya kandungan organik dan dapat diekstraksi menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi.
Keterdapatan endapan ini pada beberapa cekungan sedimentasi di Indonesia diperkirakan cukup potensial.
Daerah Bukitsusah merupakan salah satu daerah yang diperkirakan mempunyai potensi endapan bitumen
padat.
Informasi geologi daerah Bukitsusah mengacu pada Peta Geologi Lembar Rengat dan Peta Geologi
Lembar Solok, Sumatera. Daerah ini secara geologi terletak pada peralihan antara Cekungan Sumatera Tengah
dan Cekungan Sumatera Selatan dengan batas kedua cekungan diperkirakan adalah suatu tinggian batuan alas
yang dikenal sebagai Pegunungan Tigapuluh.

Stratigrafi daerah Bukitsusah tersusun oleh seri batuan Pra Tersier, Tersier dan Kuarter yaitu Formasi
Gangsal, Formasi Lakat, Formasi Tualang, Formasi Gumai, Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan
Formasi Kasai.
Dari penyelidikan lapangan endapan bitumen padat ditemukan pada Formasi Lakat berumur Oligosen
Akhir – Miosen Awal. Lapisan bitumen padat terbentuk pada suatu struktur antiklin asimetris berarah sumbu
Baratlaut – Tenggara dengan kemiringan sayap sekitar 34° di bagian utara dan sekitar 29° di bagian selatan.
Ketebalan lapisan bervariasi antara 1,00 – 2,00 m. Hasil analisis retort menunjukkan kandungan minyak
bervariasi antar 10 – 110 l/ton, perhitungan sumberdaya bitumen padat menghasilkan jumlah sumberdaya
tereka sebesar lebih kurang 1,072 juta ton.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Selama beberapa dasawarsa terakhir laju
konsumsi dan kebutuhan energi nasional meningkat
dengan cukup pesat, seiring dengan meningkatnya
pemakaian energi untuk keperluan industri,
transportasi dan rumahtangga. Di sisi lain terdapat
keterbatasan jumlah cadangan energi konvensional
khususnya minyakbumi.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut
pemerintah telah mencanangkan kebijakan efisiensi
dan diversifikasi energi, antara lain dengan
mendorong penggunaan sumber energi lain di luar
minyakbumi seperti gas-alam, batubara, gambut,
panas bumi, tenaga air, tenaga surya dan lainnya.
Disamping itu juga pemerintah juga berupaya
mencari bahan energi lain yang bersumber dari alam
di luar yang telah diketahui selama ini, salah satunya
adalah endapan bitumen padat.
Endapan bitumen padat adalah terminilogi
dalam bahasa Indonesia untuk istilah oil shale. Istilah
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

ini digunakan di lingkungan Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral (DIM), didefinisikan sebagai
sebagai batuan sedimen klastik halus biasanya berupa
serpih dengan kandungan material organik dalam
kuantitas yang cukup signifikan dan bisa diekstrasi
menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi

yang berpotensi ekonomis.
Salah satu daerah yang diperkirakan
mengandung endapan bitumen padat adalah Daerah
Bukitsusah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau dan dalam tahun anggaran 2005 Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral berencana akan
melakukan kegiatan survai pendahuluan endapan
bitumen padat di daerah tersebut. Kegiatan ini
dibiayai oleh Proyek Daftar Isian Pelaksana Anggaran
(DIPA) tahun 2005

Maksud dan Tujuan
Survai pendahuluan endapan bitumen padat
dimaksudkan untuk memperoleh data-data awal dari
endapan bitumen padat yang antara lain meliputi
lokasi dan koordinat singkapan, ketebalan,
BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

kedudukan, penyebaran dan kualitas dari endapan

bitumen padat disamping aspek-aspek geologi lainnya
yang dapat menunjang penafsiran bentuk geometris
dari endapan bitumen padat di daerah tersebut.
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi
sumberdaya bitumen padat di daerah tersebut yang
antara lain mencakup : Kuantitas, kualitas dan prospek
pengembangan di masa mendatang.
Hasil survai ini diharapkan akan menambah
informasi mengenai potensi bahan galian khususnya
endapan bitumen padat di daerah Kabupaten Kuantan
Singingi dan Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau,
sehingga akan menjadi masukan bagi daerah
bersangkutan.
Disamping
itu
kegiatan
ini
dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan dan
penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya
Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya

Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
Lokasi Penyelidikan
Daerah penyelidikan terletak di Kabupaten
Kuantan Singingi dan sebagian di Kabupaten Indragiri
Hulu, Provinsi Riau. Dibatasi oleh koordinat geografis
00°45’00” - 01°00’00” Lintang Selatan dan
101°50’00” – 102°05’00” Bujur Timur dengan luas
daerah penyelidikan sekitar 75.000 ha.
Lokasi daerah penyelidikan terletak lebih
kurang 80 km ke arah Tenggara Kota Talukkuantan,
ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi atau sekitar 200
km ke arah Selatan Kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi
Riau. Pencapaian lokasi dapat dilakukan melalui jalan
darat Pekanbaru – Talukkuantan – Lubukjambi –
Lokasi atau Pekanbaru – Airmolek – Simpangnapal –
Lokasi.

Keadaan Lingkungan
Daerah survai secara administratif sebagian

termasuk kedalam Kecamatan Kuantan Mudik,
Kabupaten Kuantan Singingi, meliputi Desa-Desa
Sungai Besar dan Ibul, sebagian lagi termasuk
Kecamatan Batang Peranap dan Kecamatan Batang
Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, meliputi DesaDesa Pesajian dan Lubuk Kandis. Wilayah survai
terletak cukup jauh dari pusat desa, pemukiman
penduduk umumnya berupa dusun-dusun kecil
terpencil atau pondok peladang maupun pekerja kayu.
Penduduk yang mendiami daerah ini suku Melayu
Riau dan pendatang dari daerah lain seperti Suku
Jawa, Minang, Batak dan lainnya. Di pedalaman
masih terdapat suku Kubu yang bertempat tinggal di
hutan dan sebagian masih hidup secara nomad.
Sarana dan prasarana yang tersedia masih minim, baik
penerangan, komunikasi, logistik maupun sekolah.
Jaringan jalan umumnya merupakan jalan tanah bekas
perusahaan kayu dan perkebunan. Kondisi jalan masih
berupa jalan tanah dengan kondisi tidak begitu baik.
Pada saat survai adalah awal musim hujan, kondisi
jalan menjadi rusak, licin dan berlumpur. sehingga


PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

cukup menyulitkan dalam hal transportasi dan
mobilitas kerja.
Lahan di daerah ini sebagian merupakan
hutan rimba dan hutan belukar. Daerah Perbukitan di
bagian tengah yaitu sekitar Bukitsusah merupakan
hutan lindung dengan kondisi berupa hutan lebat dan
jarang ditempuh oleh penduduk. Satwa yang hidup di
daerah ini cukup beragam antara lain rusa, gajah,
babihutan, tapir, berbagai jenis burung. Binatang buas
seperti harimau dan beruang juga masih cukup
banyak, sebagian areal ini terutama di lereng dan
puncak perbukitan dengan kondisi hutan yang masih
lebat dikenal merupakan daerah koloni harimau.
Dengan makin berkurangnya areal hutan akibat
penebangan yang kurang terkontrol dan makin
sempitnya tempat hidup satwa dilindungi khususnya
harimau maka akhir-akhir ini ada usulan sebagian

daerah ini dijadikan hutan suaka alam. Beberapa kali
kasus masyarakat yang jadi korban harimau di daerah
ini merupakan salah satu dasar untuk usulan tersebut.
Sebagaimana daerah Sumatera lainnya
daerah ini beriklim tropis, tingkat kelembaban tinggi,
temperatur berkisar antara 26° - 32° C dengan curah
hujan cukup tinggi. Musim hujan biasanya
berlangsung pada bulan Oktober – April, curah hujan
rendah biasanya terjadi pada Juli – Agustus.

Penyelidik Terdahulu
Penyelidik terdahulu yang pernah melakukan
penyelidikan geologi di daerah ini antara lain adalah
Suwarna, dkk, 1994 (Puslitbang Geologi, Bandung)
dan Silitonga, dkk, 1995 (Puslitbang Geologi,
Bandung).
Suwarna, dkk, 1994, melakukan penyelidikan
geologi regional di bagian timur daerah penyelidikan
dan hasilnya dirangkum dalam publikasi Peta Geologi
Lembar Rengat, Sumatera, terbitan Puslitbang

Geologi Bandung. Demikian juga dengan Silitonga,
dkk, 1995, yang menyelidiki geologi regional bagian
barat dan dirangkum dalam Peta Geologi Lembar
Solok, Sumatera. Kedua penulis menerangkan daerah
survai antara lain tersusun oleh seri batuan sedimen
Tersier berumur dari Oligosen Akhir – Plistosen yang
diantaranya terendapkan di lingkungan yang
memungkinkan terbentuknya endapan bitumen padat.
Beberapa perusahaan suasta juga pernah
melakukan penyelidikan geologi dalam rangka
penyelidikan batubara namun hasil peneyelidikan
tidak dipublikasikan secara terbuka.

GEOLOGI UMUM
Informasi mengenai geologi regional daerah
survai antara lain mengenai tektonik dan fisiografi,
struktur geologi dan stratigrafi regional termasuk
penamaan formasi diperoleh dari publikasi Puslitbang
Geologi Bandung yaitu Peta Geologi Lembar Rengat,


BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

Sumatera, (Suwarna, dkk., 1994) dan Peta Geologi
Lembar Solok, Sumatera (Silitonga, dkk., 1995).
Secara tektonik Pulau Sumatera terletak di
sepanjang tepi baratdaya Lempeng Benua Sundaland.
Menurut Hamilton (1979) penunjaman kerak
samudera yang mendasari Samudera Indonesia
umumnya terjadi ke arah utara-timurlaut miring ke
bawah P. Sumatera, dengan kecepatan sekitar 6 cm
per tahun (Le Pichon, 1968).
Di bagian timur Sumatera dan berlanjut ke
Laut Cina, pada bagian busur belakang terbentuk
jalur-jalur cekungan yang memanjang berumur
Kenozoikum, diantaranya adalah Cekungan Sumatera
Tengah dan Cekungan Sumatera Selatan.
Wilayah penyeldikan secara geologi terletak
pada peralihan antara Cekungan Sumatera Tengah dan
Cekungan Sumatera Selatan. Walaupun batuan yang
yang membentuk bagian utara dan baratlaut Lembar

Rengat terdapat di dalam Cekungan Sumatera Tengah
dan di bagian tenggara terdapat di dalam Cekungan
Sumatera Selatan, batas antara kedua cekungan
tersebut tidak jelas, tetapi diperkirakan ditandai
dengan tinggian batuan alas yamg kenampakan
permukaannya berupa Pegunungan Tigapuluh.
Stratigrafi
Menurut Suwarna dkk. (Puslitbang Geologi,
1991) stratigrafi Lembar Rengat tersusun oleh batuanbatuan Pra Tersier berumur Permokarbon, Tersier,
Kuarter dan Batuan terobosan asam. Batuan Pra
Tersier di daerah ini terdiri atas seri batuan metamorf
derajat sedang yang membentuk Pegunungan
Tigapuluh, yaitu Formasi Gangsal, Formasi
Pengabuhan dan Formasi Mentulu termasuk Anggota
Condong. Hubungan stratigrafi antara formasi-formasi
di atas tidak jelas, kemungkinan saling menjemari dan
berumur sama. Batuan terobosan umumnya terdapat di
Pegunungan Tigapuluh, terdiri atas Granit-biotit,
granodiorit, aplit dan pegmatit. Batuan terobosan ini
diperkirakan berumur Trias Akhir sampai Kapur
Awal.
Batuan Tersier terdiri atas Formasi Kelesa,
Formasi Lakat, Formasi Tualang, Formasi Gumai,
Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim, Formasi
Kasai dan Formasi Kerumutan yang berumur mulai
Eosen – Oligosen hingga Plio – Plistosen.
Endapan Kuarter merupakan endapan
termuda yang menutupi daerah tersebut terdiri atas
Endapan Aluvium, undak sungai, endapan rawa dan
kipas aluvial berumur Plistosen – Holosen.
Struktur Geologi
Struktur geologi regional daerah ini
umumnya adalah perlipatan dan sesar. Perlipatan
berupa antiklin dan sinklin berarah umum Baratlaut –
Tenggara, sedangkan sesar merupakan sesar mendatar
dan sesar normal dengan arah umum : BaratBaratlaut–
TimurTenggara, Baratlaut – Tenggara, UtaraBaratlaut

SelatanTenggara
UtaraTimurlaut

SelatanBaratdaya dan Timurlaut – Baratdaya.
Pensesaran ini umumnya lebih berkembang pada
batuan Pra Tersier.
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

Indikasi Endapan Bitumen Padat
Sebagaimana telah dijelaskan daerah survai
antara lain tersusun oleh seri batuan sedimen Tersier
antara lain Formasi Lakat berumur Oligosen Akhir –
Miosen Awal. Dari penelitian terdahulu antara lain
Kajian Terpadu Cekungan Pengendapan Bitumen
Padat di Indonesia (Sukardjo, dkk, 2003, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral) dinyatakan
bahwa Formasi Lakat pada Cekungan Sumatera
Selatan diperkirakan merupakan salah satu formasi
yang berpotensi mengandung endapan bitumen padat
sehingga penyelidikan lapangan lebih difokuskan
terhadap Formasi Lakat yang tersingkap di daerah ini.

KEGIATAN PENYELIDIKAN
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan
dapat dibedakan atas pekerjaan lapangan dan
pekerjaan kantor. Pekerjaan lapangan antara lain
meliputi pemetaan geologi permukaan dan
pengambilan conto bitumen. Pekerjaan kantor
meliputi pengujian conto batubara di laboratorium,
penyusunan laporan dan presentasi hasil penyelidikan.

Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan yang
meliputi beberapa jenis kegiatan yaitu :






dilakukan

Mencari lokasi singkapan batuan yang
diperkirakan mengandung bitumen padat yang
umumnya terkandung pada batuan klastik
bertekstur
halus
seperti
serpih
atau
batulempung. Salah satu cara untuk mendeteksi
kandungan bitumen padat adalah dengan
membakar batuan dan tercium bau khas minyak.
Mengukur Jurus, kemiringan dan ketebalan dari
lapisan bitumen padat tersebut serta mengamati
lapisan sekitarnya
Mengambil conto batuan yang diperkirakan
mengandung bitumen padat untuk kepentingan
analisa.
Mengamati aspek-aspek geologi lainnya yang
dapat menunjang penafsiran bentuk geometris
dari endapan bitumen padat.

Analisis Laboratorium
Analisis conto bitumen padat di laboratorium
adalah untuk mengetahui kualitas bitumen padat
khususnya kandungan minyak (analisis retorting).
Conto batubara diambil dari conto hasil sumur-uji.
Jenis analisis meliputi analisis kimia, fisika dan
petrografi.
Analisis kimia dilakukan terdiri atas analisis
proksimat dan ultimat dengan parameter yang di
analisis antara lain kandungan moisture (IM, FM,
TM), kandungan zat terbang (VM), kandungan abu
(Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total (St).
Analisis fisika terutama untuk mengetahui nilai kalori
BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

(CV), berat jenis (SG), sedangkan analisis petrografi
terutama untuk mengetahui kandungan maseral, nilai
reflektansi vitrinit dan kandungan mineral (lempung,
oksida besi, pirit).
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan ditutupi oleh batuan Pra
Tersier, Tersier dan Kuarter dengan sedimen-sedimen
Tersier mendominasi dengan sebaran mencapai sekitar
80 %. Endapan Kuarter tersingkap di bagian selatan
dan utara sedangkan batuan Pra Tersier tersingkap
sedikit di lereng selatan dari Bukitsusah yang
merupakan tinggian batuan alas..
Berdasarkan kenampakan bentang alam
daerah penyelidikan dapat dibedakan atas tiga satuan
morfologi yaitu : Perbukitan bergelombang rendah,
Perbukitan bergelombang sedang – terjal, Dataran.
Perbukitan bergelombang rendah dominan di
daerah ini. Elevasinya sekitar 50 – 100 m dpl,
ditempati oleh batuan Formasi Airbenakat, Formasi
Muaraenim dan Formasi Kasai. Perbukitan
bergelombang sedang – terjal terletak di bagian
tengah, umumnya ditempati oleh Formasi Gumai,
Formasi Tualang, Formasi Lakat dan Formasi
Gangsal. Dataran terhampar sedikit di bagian selatan,
ditempati oleh Aluvium sebagai endapan permukaan.
Stratigrafi daerah Bukitsusah dan sekitarnya
tersusun oleh seri Batuan Pra Tersier, Tersier dan
Kuarter. Batuan Pra Tersier adalah Formasi Gangsal.
berumur Perm. Batuan Tersier terdiri atas Formasi
Lakat, Formasi Tualang, Formasi Gumai, Formasi
Airbenakat dan Formasi Muaraenim yang berumur
Oligosen Akhir – Pliosen sedangkan endapan Kuarter
terdiri atas Formasi Kasai.dan Aluvium.
Formasi Gangsal terdiri atas batusabak, filit,
kuarsit dan marbel. Batuan formasi ini merupakan
batuan malihan berumur Perm yang merupakan
batuan alas cekungan.
Formasi Lakat tersusun di bagian bawah oleh
konglomerat polimik dan batupasir kuarsa,
batulempung, batulanau, tufa dan lensa batubara.
Bagian atas adalah perselingan batupasir kuarsa dan
batulempung,
lanau,
serpih
dan
karbonan,
mengandung siderit. Formasi Lakat diperkirakan
berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal.
Formasi Tualang menindih selaras Formasi
Lakat dan tersusun di bagian bawah oleh batulempung
bersisipan batupasir kuarsa, setempat gampingan dan
lanauan, lensa batupasir gampingan, halus,
mengandung glaukonit dan muskovit. Bagian atas
adalah Batupasir kuarsa bersisipan batulempung,
batulumpur berpirit dan batupasir glaukonitan.
Formasi Tualang diperkirakan berumur Miosen Awal.
Formasi Gumai menindih selaras Formasi
Tualang dan litologinya tersusun oleh serpih,
batulempung dan batulumpur bersisipan batupasir dan
batulanau, mengandung lensa batugamping mikrit.
Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal –
Miosen Tengah.
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

Formasi Airbenakat menindih selaras
Formasi Gumai dan tersusun oleh perselingan
batulempung, batupasir, serpih dan batulanau,
berisisipan batupasir tufaan, lensa batupasir kuarsa
dan lignit. Formasi Airbenakat diperkirakan berumur
Miosen Tengah – Miosen Akhir.
Formasi Muaraenim menindih selaras
Formasi Airbenakat dan tersusun oleh perselingan
batupasir tufaan, batulempung tufaan, serpih tufaan
dan tufa, bersisipan lignit, oksida besi. Formasi ini
diperkirakan berumur Miosen Akhir – Pliosen.
Formasi Kasai terletak tak selaras di atas
Formasi Muaraenim, litologinya terdiri atas batupasir
tufaan, batupasir kuarsa, konglomerat polimik, tufa,
batulempung tufaan, batupasir tufaan dan batupasir
kerikilan – kerakalan. Formasi Kasai diperkirakan
berumur Pliosen.- Plistosen.
Endapan Aluvium merupakam endapan
permukaan dan umumnya tersingkap di daerah aliran
sungai besar.
Struktur geologi yang memepengaruhi
daerah ini secara umum mengikuti pola struktur
geologi regional. Perlipatan berupa sinklin dan
antiklin dengan arah sumbu relatif Baratlaut –
Tenggara, sesar terdiri atas sesar mendatar, sesar naik
dan sesar normal dengan arah Baratlut – Tenggara,
Timurlaut – Baratdaya dan Barat – Timur.
Potensi Endapan Bitumen Padat
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu
Formasi Lakat di daerah ini diperkirakan merupakan
salah satu formasi pembawa bitumen padat, sehingga
penyelidikan lebih difokuskan terhadap formasi ini
walaupun
tidak
mengabaikan
kemungkinan
keberadaan bitumen padat pada formasi lainnya.
Sebaran Formasi Lakat terbentuk pada suatu struktur
antiklin berarah sumbu relatif Baratlaut – Tenggara,
sebagai formasi yang lebih tua kedudukannya terletak
pada daerah inti sumbu antiklin. Dari pengamatan di
lapangan dan berdasarkan informasi Suwarna, dkk.
(1994) Formasi Lakat di daerah ini dapat dibagi atas
dua bagian : Bagian Atas dan Bawah. Endapan
Bitumen ditemukan pada Formasi Lakat bagian atas.
Hasil pemetaan geologi dan penyelidikan
lapangan telah mengamati sekitar 17 singkapan
batuan bertekstur halus antara lain serpih,
batulempung dan batulanau terutama di sekitar
sungai-sungai yang berhulu dari Bukitsusah yaitu S.
Peladangan, S. Kelawaran, S. Kandis dan S. Cenaku.
Lintasan pengamatan sungai ini antara lain memotong
sebaran beberapa formasi antara lain : Formasi Kasai,
Formasi Muaraenim, Formasi Airbenakat, Formasi
Gumai, Formasi Tualang dan Formasi Lakat. Dari
pengamatan tersebut diperoleh hasil bahwa batuan
sedimen bertekstur halus terindikasi bitumen padat
terkandung pada Formasi Lakat, tepatnya pada bagian
atas formasi ini. Endapan bitumen dicirikan oleh
serpih berwarna kelabu – coklat, keras, getas, jika
dibakar menyala dan mengeluarkan bau khas minyak,
serpih
ini
merupakan
sisipan-sisipan
pada
batulempung kelabu.
BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

Kualitas
Enam conto bitumen padat telah dianalisa di
Laboratorium Penguji Fisika – Kimia Mineral dan
Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung. Jenis pengujian adalah Analisis
Retort yang meliputi : kandungan minyak, kandungan
air dan berat jenis (Specific Gravity) batuan dan
minyak. Disamping itu dilakukan juga analisis
petrografi yang bertujuan anatara lain untuk
mengetahui tingkat kematangan, maseral dan
kandungan organik dari conto batuan.

Dari 6 conto bitumen padat, 3 conto
diantaranya mengandung minyak antar 10 - 110 l/ton,
3 conto kandungan minyaknya tidak terdeteksi.
Kandungan minyak conto serpih di sayap selatan
antiklin tampaknya lebih besar walaupun satu conto
tidak terdeteksi sedangkan dari 3 conto pada sayap
sinklin bagian utara hanya 1 conto yang mengandung
minyak. Dari kenyataan ini ternyata kandungan
minyak lapisan bitumen ini cukup variatif yang
kemungkinan mencerminkan kondisi pra, saat atau
setelah pengendapan yang bervariasi.

Tabel 1. Hasil Analisis Retort Bitumen Padat Daerah Bukitsusah
Kandungan l/ton

Specific Gravity

No.

Kode
Conto

Air

Minyak

Batuan

Minyak

1

BS-01

75

tt

2,49

-

2

BS-02

140

tt

2,48

-

3

BS-03

80

10

2,51

-

4

BS-04

110

100

1,6

-

5

BS-05

35

tt

3

-

6

BS-06

80

110

1,68

-

tt = tidak terdeteksi

Sumber Daya
Penghitungan sumber daya bitumen padat
dilakukan terhadap bitumen yang memiliki kandungan
minyak dengan kriteria :







P = Panjang lapisan ke arah jurus dihitung
hingga 500 m dari singkapan terluar
L = Lebar lapisan ke arah kemiringan
dihitung hingga kedalaman 50 m

Prospek
Pemanfaatan
Bitumen Padat

1.

Kualitas lapisan bitumen di daerah ini secara
setempat memiliki kandungan minyak yang
cukup baik walaupun dengan terdapat
beberapa nilai yang bervariasi.

2.

Kuantitas endapan bitumen padat yang
berpotensi cukup baik tidak memiliki
dimensi yang cukup besar baik dari segi
penyebaran dan ketebalan.

3.

Akumulasi endapan bitumen padat terdapat
dalam hutan lindung dan kemungkinan akan
ditingkatkan menjadi suaka alam, kondisi
daerah ini termasuk daerah yang sulit
dijangkau karena jauh dari akses jalan dan
medan yang cukup sulit dicapai.

4.

Pengembangan selanjutnya tidak disarankan
di daerah ini namun dapat dipertimbangakan
untuk menyelidiki Formasi Lakat yang
terdapat di sebelah timur daerah penyelidikan
yang termasuk Kabupaten Indragiri Hulu.

Sumberdaya = P x L x T x BJ

Berdasarkan kriteria di atas diperoleh
sumberdaya endapan bitumen padat di daerah
Bukitsusah adalah 1.071.902 ton atau sekitar 1,072
juta ton yang dikategorikan sebagai sumberdaya
tereka

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

Pengembangan

Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan
ditunjang dengan pengujian conto bitumen di
laboratorium beberapa hal yang dapat dinformasikan :

T = Ketebalan lapisan dianggap ketebalan
singkapan terdekat
BJ = Berat Jenis adalah hasil analisis
laboratorium.

dan

BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH


KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penyelidikan dapat disimpulkan
sebagai berikut :



Daerah Bukitsusah terletak pada transisi
antara Cekungan Sumatera Selatan dan
Sumatera Tengah, dimana kedua cekungan
ini merupakan cekungan Tersier yang
berpotensi mengandung endapan bitumen
padat.










Endapan bitumen padat terdapat pada
Formasi Lakat berumur Oligosen Akhir –
Miosen
Ditemukan satu lapisan bitumen padat
dengan ketebalan bervariasi antara 1,00 –
2,00 m yang terbentuk pada suatu struktur
antiklin berarah sumbu relatif Baratlaut –
Tenggara. Bitumen padat memeperlihatkan
ciri fisik : serpih, berwarna kelabu – coklat
tua, keras, getas, merupakan sisipan-sisipan
pada batulempung kelabu.
Analisis Retort menunujukkan kandungan
minyak antara 10 –110 l/ton, kandungan
minyak lebih tinggi pada sayapa antiklin
sebelah selatan

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

Sumberdaya bitumen padat di daerah ini
sekitar 1,072 juta ton merupakan sumber
daya tereka.
Lokasi yang terletak dalam kawasan hutan
lindung dengan pencapaian serta medan yang
sulit menjadi kendala untuk pengembangan
lebih lanjut.
Disarankan untuk menyelidiki daerah
sebaran Formasi Lakat di sebelah Timur dari
daerah penyelidikan yang termasuk ke dalam
Kabupaten Indragiri Hulu.

DAFTAR PUSTAKA
Silitonga, P.H., dkk, 1995, Peta Geologi Lembar
Solok, Sumatera, Puslitbang Geologi,
Bandung.
Sukardjo, dkk, 2003, Kajian Terpadu Cekungan
Pengendapan Bitumen Padat di Indonesia,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral.
Suwarna, N., dkk, 1994, Peta Geologi Lembar Rengat,
Sumatera,Puslitbang Geologi
Bandung

BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

A UT
ARA

A

L

A

BAGANSIAPIAPI

SUM
ATER

2° 00" LU

M

Y

S

I A

BATUPANJANG
UJUNGTANJUNG
DUMAI

1° 00" LU

P RO
VINS
I

SEDINGINAN
BENGKALIS

DURI
P. PADANG

BALAIPUNGUT
DALUDALU

KOTATENGAH

P. RANGSANG

P.KARIMUN
TANJUNG BALAI KARIMUN

SELATPANJANG

PASIRPANGARAIAN
KOTAL AMA

MINAS
P.KENDUR

SUNGAIAPIT

SIAKSRIINDRAPURA

GADING
P. PENYELER

ROKAN

0° 00"

PR
O

UJ UNGBATU

PEKANBARU

BANGKINANG

PANGKALANBUNUT
RANTAU

LANGGAN

VI

KUALAKAMPAR

N
SI

TELUKMERANTI
LIPATKAIN

SU
M
AT
E

RA

MANDAH

KUALANAPUH

TEMBILAHAN

MUARALEMBU

AIRMOLEK
RENGAT

BA
R
AT

BASERAH
CERINTI

TEMPULING
PERANAP

TELUKKUANTAN

ENOK

SEBERIDA

LUBUKJAMBI

PULAUKIJANG
KERITANG

1° 00" LS

KUALATUNGKAL

LOKASI DAERAH PENYELIDIKAN

100° 00" BT

PROVINSI JAMBI
101° 00" BT

102° 00" BT

103° 00" BT

PETA LOKASI DAERAH BUKIT SUSAH, KUANSING, PROVINSI RIAU

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan Bukitsusah

KUARTER

PLI STOSEN

PEMERI AN

FORMASI

UMUR

KASAI

Batupasir
tufaan,batupasir
kuarsa,konglomerat
polimik,tufa,batulempung
tufaan
batupasir,kerakalan.

MUARA

Perselingan batupasir tufaan,serpih
tufaan,tufa,lensa batubara

LI NGKUNGAN
PENGENDAPAN

Sungai,danau

PLI OSEN
ENI M
AKHI R

AWAL

T E R S I E R

TENGAH

MI OSEN

AI R
BENAKAT

Perselingan batulempung,batupasir,
serpih,batulanau,sisipan
batupasir,lensa batupasir,kuarsa
lignit

Laut dangkal - darat

Serpih,batulempung,sisipan
batupasir,
karbonan,gampingan,kaya foram

Sub litoral - Batial

GUMAI

TUALANG

LAKAT
OLI GOSEN

Pra Tersier

Transisi darat - laut
dangkal

GANGSAL

A. Batupasir kuarsitan,batulempung,
batulempung kaya pirit,batupasir
Peralihan Sub litoral
glukonit
- Sublitoral luar
B. Batulempung dan batupasir
kuarsa,gampingan,lanauan
A. Batupasir kuarsa,batulempung
serpih, lanau,karbonan,pirit,kayu
terkersikan
B. Konglomerat polimik,Batupasir
kuarsa,batulempung,tufa,batu
lanau,lensa batubara
Batu sabak, filit, kuarsit, marbel

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

Fluviatil,
lakustrin,
payau,dataran pasang
surut

---------

BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH

Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Penyelidikan

PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005

BI TUMEN PADAT – BUKI TSUSAH