PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DAERAH ROKAN
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT
DAERAH ROKAN, PROVINSI RIAU
Rahmat Hidayat dan Dede Ibnu S.
KPP Energi Fosil
SARI
Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk memetakan batuan dari formasi pembawa bitumen padat di
Daerah Rokan serta mengetahui potensi dan sumberdayanya.
Daerah penyelidikan secara administratif termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten
Rokan Hulu (Kecamatan Ujung Batu, Tandun, Kabun dan Rokan IV Koto) dan Kabupaten Kampar
(Kecamatan XIII Koto Kampar dan Tapung Hulu), Provinsi Riau. Secara geografis daerah ini terletak
diantara koordinat 100°30’00” - 100°55’00” BT dan 00°20’00” - 00°45’00” LU.
Secara umum daerah inventarisasi tersusun oleh kelompok batuan sedimen berumur Tersier dan
sebagian kecil batuan sedimen, metamorf dan batuan intrusi berumur praTersier. Struktur yang
berkembang di daerah Rokan dipengaruhi oleh Sistem Sesar Semangko. Sesar mendatar dekstral ini
berarah baratlaut – tenggara, dimana daerah Rokan berada di bagian timur dari sesar ini.
Bitumen padat di daerah penyelidikan diperkirakan terdapat pada batuan sedimen klastik halus terdiri
dari serpih abu-abu, batulempung abu – abu karbonatan, batulanau dan batupasir halus. Ketebalan
lapisan batuan antara 0,2 – 2,2 m dengan arah sebaran lapisan umumnya berarah baratlaut - tenggara,
sesuai dengan arah penyebaran formasi pembawanya yaitu Formasi Telisa.
Hasil analisis retort menunjukkan kandungan minyak bervariasi antara 2 – 13 liter/ton dan
perhitungan sumberdaya bitumen padat yang terdapat di daerah Rokan ini berjumlah lebih dari 1 Juta
ton dengan kategori tereka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan minyak bumi sebagai sumber energi
utama bagi kebutuhan energi nasional belum
sepenuhnya tergantikan oleh energi alternatif
lainnya. Kebijakan Energi Nasional 2025
mengisyaratkan peranan minyak bumi pada
bauran energi nasional masih memberikan
kontribusi yang signifikan. Untuk memenuhi
kebutuhan dan menjaga ketersediaan sumber
energi tersebut, perlu diupayakan usaha-usaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan
cadangan minyak bumi nasional, diantaranya
penggunaan produksi minyak nasional hanya
untuk kebutuhan domestik, konversi minyak
bumi dengan energi alternatif secara bertahap
dan sektoral, serta meningkatkan pengungkapan
potensi baru sumberdaya minyak bumi di
Indonesia.
Selain itu dalam rangka penyediaan energi,
Pemerintah
mencanangkan
program
diversifikasi energi sebagai bagian dari
Kebijakan Energi Nasional, dengan mencari dan
memanfaatkan sumber daya energi alternatif,
yang pada akhirnya baik sebagian maupun
keseluruhan
mampu
menunjang
atau
menggantikan peran minyak bumi.
Bitumen padat merupakan salah satu sumber
energi alternatif tersebut yang pengadaan dan
pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal.
Bitumen padat adalah kelompok batuan klastik
halus yang mengandung material organik yang
cukup untuk dapat menghasilkan/ membentuk
minyak namun belum mengalami proses
migrasi, sehingga untuk mengeluarkannya
diperlukan proses peningkatan temperatur yang
dikenal dengan analisa bakar.
Indonesia
dengan
wilayah
yang
luas
diperkirakan memiliki sumberdaya bitumen
padat yang melimpah, salah satunya yang
terdapat di daerah Rokan, Kabupaten Rokan
Hulu, Provinsi Riau. Berdasarkan informasi
penyelidikan
terdahulu
adanya
batuan
pengandung bitumen, daerah Rokan dan
sekitarnya dipilih untuk dilakukan penyelidikan
endapan bitumen padat.
Kegiatan penyelidikan pendahuluan endapan
bitumen padat di daerah Rokan, Kabupaten
Rokan Hulu, Provinsi Riau adalah dalam rangka
pelaksanaan program kegiatan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran
2008, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Pusat
Sumber Daya Geologi, maksud kegiatan
penyelidikan pendahuluan ini adalah untuk
mengungkap potensi dan wilayah keprospekan
sumberdaya bitumen padat di daerah Rokan dan
sekitarnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi
awal berupa data geologi melalui kegiatan
pemetaaan geologi permukaan yang difokuskan
pada formasi pembawa bitumen padat,
mencakup posisi, kedudukan dan ketebalan
perlapisan, stratigrafi endapan dan unsur-unsur
geologi
lainnya
yang
mempengaruhi
terbentuknya endapan bitumen padat. Selain itu
penyontohan bitumen juga dilakukan untuk
kepentingan analisa laboratorium. Berdasarkan
kompilasi
data
geologi
dan
analisis
laboratorium, diharapkan dapat diketahui
potensi dan sumber daya bitumen padat di
daerah Rokan dan sekitarnya.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan secara administratif
termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu
Kabupaten Rokan Hulu (Kecamatan Ujung
Batu, Tandun, Kabun dan Rokan IV Koto) dan
Kabupaten Kampar (Kecamatan XIII Koto
Kampar dan Tapung Hulu), Provinsi Riau.
Secara geografis daerah ini terletak diantara
koordinat 100°30’00” - 100°55’00” BT dan
00°20’00” - 00°45’00” LU.
Lokasi daerah penyelidikan terletak sekitar 170
km di sebelah barat Kota Pekanbaru (Gambar
1).
Pencapaian menuju lokasi penyelidikan, dari
Pekanbaru melalui jalan provinsi menuju Pasir
Pengarayan, Ibukota Kabupaten Rokan Hulu
dapat ditempuh selama + 4 jam. Kemudian dari
Pasir Pengarayan ke lokasi daerah penyelidikan
dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat
selama + 1,5 jam perjalanan.
GEOLOGI UMUM
Secara regional daerah penyelidikan termasuk
dalam Peta Geologi Lembar Pakanbaru,
Sumatra, Edisi 2, Skala 1 : 250.000 (Clarke, M.
C. G., Kartawa, W., dkk., 1982).
Stratigrafi
Daerah penyelidikan merupakan bagian dari
Cekungan Sumatera Tengah, salah satu dari tiga
cekungan busur belakang Sumatera (Sumatera
back arc basin) yang terbentuk selama periode
Tersier Awal (Eosen – Oligosen), terdiri dari
rangkaian blok horst dan graben yang terbentuk
sebagai respon ekstensi busur belakang.
Ketebalan sedimen dalam cekungan ini
mencapai 2,5 – 3 km, terdiri dari sekuen-sekuen
syn-rift dan post-rift Kelompok Pematang
berumur Eosen - Oligosen, Kelompok Sihapas
berumur Awal Miosen, Kelompok Petani
berumur Miosen Tengah – Pliosen dan Formasi
Minas berumur Plio-Plistosen. Cekungan ini
dengan Cekungan Sumatera Utara dipisahkan
oleh Busur Asahan (Asahan Arch), sedangkan
dengan Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan
oleh Tinggian Tigapuluh (Tigapuluh High) (de
Coster, 1974)
Tatanan stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
telah banyak dipublikasikan, diantaranya oleh
De Coster (1974), Clarke, M. C. G., Kartawa,
W., dkk. (1982) dan Carnell dkk., (1998).
Masing-masing penulis memberikan penamaan
formasi yang berbeda. Geologi regional dan
pembagian litostratigrafi menurut Clarke, M. C.
G., Kartawa, W., dkk., (1982) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Batuan tertua yang terdapat di daerah Rokan
adalah Kelompok Tapanuli terdiri dari Formasi
Kuantan (Puku). Formasi ini terdiri dari
Anggota Pawan (Pukup) dan Anggota
Tanjungpauh (Pukt). Formasi ini umumnya
didominasi oleh kelompok batuan metamorf.
Tidak selaras diatas kelompok ini adalah
Kelompok Peusangan terdiri dari Formasi Tuhur
(Mtt). Kedua kelompok batuan diatas berumur
Pra Tersier.
Selanjutnya kelompok batuan Tersier mengisi
Cekungan Sumatera Tengah. Batuan tertua
adalah Formasi Pematang (Tlpe) berumur
Oligosen – Awal Miosen. Formasi ini terdiri
dari batulumpur merah dan berbintik,
konglomerat
breksi
dan
batupasir
konglomeratan diendapkan dalam lingkungan
fluvio-lakustrin. Tidak selaras diatas formasi ini
diendapkan formasi batuan Kelompok Kampar,
terdiri dari Formasi Sihapas (Tms) dan Formasi
Telisa (Tmt). Formasi Sihapas berumur Miosen
Awal terdiri dari batupasir konglomerat dan
batulanau, diendapkan dalam lingkungan
sublitoral-deltaik. Selaras diatas Formasi
Sihapas, diendapkan Formasi Telisa berumur
Miosen Awal-Miosen Tengah, terdiri dari
batulumpur
gampingan
abu-abu
gelap,
batugamping tipis, batulanau dan sedikit
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
batupasir glaukonit. Tidak selaras diatas
Kelompok Kampar, diendapkan Formasi Petani
(Tup) berumur Miosen Tengah – Pliosen
Selanjutnya kelompok batuan berumur Kuarter
menutup tidak selaras formasi di bawahnya
terdiri dari Formasi Minas (Qpmi) dan Formasi
Kerumutan (Qpke), terdiri dari kerikil, kerakal,
pasir dan lempung. Di atas formasi ini endapan
Holosen terdiri dari aluvium dan kipas piedmont
menutup tak selaras formasi dibawahnya.
Selain kelompok batuan sedimen, daerah Rokan
dan sekitarnya juga diendapkan endapan
vulkanik dan intrusif.
Struktur Geologi
Struktur yang terbentuk di Cekungan Sumatera
Tengah merupakan hasil proses orogenesa yang
terjadi selama tiga fase berbeda. Tahap pertama
yaitu orogenesa mid-Mesozoikum dimana
batuan berumur Paleozoikum dan Mesozoikum
termetamorfkan, tersesarkan dan terlipatkan
membentuk blok struktur besar yang kemudian
diintrusi oleh batolit granit. Tahap kedua
berlangsung selama periode Kapur Akhir –
Awal Tersier saat pembentukan blok – blok
sesar dan graben berarah dominan utara –
selatan. Kenampakan struktur paling menonjol
terbentuk pada fase ketiga, berupa perlipatan
dan pensesaran berarah baratlaut – tenggara
yang berlangsung selama orogenesa Plio –
Pleistosen. Unsur – unsur struktur penting PlioPleistosen di Cekungan Sumatera Tengah yaitu
Sesar Semangko (Semangko Wrench Fault)
berarah baratlaut – tenggara yang terbentuk di
sepanjang Pulau Sumatera sebagai hasil dari
aktifitas kolisi lempeng Samudra India terhadap
lempeng Eurasia. Struktur lainnya berupa
lipatan - lipatan bersumbu sejajar dengan Sesar
Semangko, umumnya dengan offset lateral
menganan. Struktur ketiga berupa sesar – sesar
normal dan anjakan berarah baratlaut –
tenggara, sebagian terbentuk berasosiasi dengan
lipatan, sebagian lagi merupakan hasil reaktifasi
dari sesar yang telah terbentuk selama Awal
Tersier.
Indikasi Endapan Bitumen Padat
Secara geologi formasi batuan yang banyak
mengandung bitumen padat dapat terbentuk
pada lingkungan pengendapan danau, laut
dangkal – neritik atau lagun. Batuan ini
umumnya merupakan batuan sedimen klastik
halus, seperti serpih, napal, lanau atau batupasir
halus.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut
dan informasi dari penyelidik terdahulu dapat
dilokalisir daerah yang berpotensi mengandung
bitumen padat. Diperkirakan formasi pembawa
bitumen padat terdapat pada Formasi Telisa,
sehingga penyelidikan lebih difokuskan pada
Formasi Telisa yang tersingkap di daerah ini.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Kegiatan Lapangan
Pemetaan geologi dilakukan dengan cara
mencari singkapan khususnya singkapan pada
Formasi Telisa mengikuti arah dan kemiringan
lapisan. Sebaran formasi Telisa terletak pada
bagian
tengah
dan
baratdaya
daerah
penyelidikan, yang memanjang mulai dari
bagian baratlaut - tenggara, menempati sekitar
40% dari luas daerah penyelidikan.
Pada singkapan yang ada dilanjutkan dengan
pengamatan, pengukuran, ploting pada peta
dasar serta deskripsi dan dokumentasi
singkapan. Selain itu dilakukan pengambilan
conto beberapa singkapan yang tersebar pada
Formasi Telisa untuk analisa laboratorium.
Untuk kegiatan pendahuluan ini conto berasal
dari singkapan yang diambil secara acak dengan
mempertimbangkan
sifat-sifat
megaskopis
batuan bitumen serta keterwakilan seluruh
bagian Formasi Telisa.
Dari hasil pemetaan geologi ditemukan
sekitar 26 singkapan batuan yang diperkirakan
mengandung bitumen padat terdiri dari
batulempung karbonatan, batu serpih dan
batupasir
halus
karbonatan.
Singkapan
ditemukan di tebing dan dasar sungai, parit
kebun sawit dan kupasan jalan. Tingkat
pelapukan yang tinggi, kemiringan lapisan yang
cukup landai, dan kondisi sungai yang keruh
menyulitkan pengukuran dan pengamatan
stratigrafi singkapan. Conto singkapan yang
diperoleh kondisinya berkisar dari lapuk –
cukup baik. Keberadaan singkapan ditemukan
secara berkelompok dan tersebur diseluruh
bagian formasi, dengan demikian pembahasan
dan
penghitungan
sumberdaya,
akan
dikelompokkan berdasarkan beberapa blok,
dengan mempertimbangkan hasil analisa
laboratorium terlebih dahulu.
Batuserpih, bertekstur halus, berwarna
abu-abu gelap, sedikit karbonatan, umumnya
dalam kondisi agak lapuk – segar.
Kedudukan lapisan umumnya berkisar antara
2200-3300 dan kemiringan lapisan antara 50-210.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Lapisan serpih sebagian ditemukan berselingan
dengan batulempung dengan ketebalan serpih
antara 1 – 2,2 m.
Batulempung umumnya berwarna abu-abu –
abu-abu gelap, umumnya karbonatan, mudah
diremas-kompak, masif – menyerpih, sebagian
terkekarkan dan terisi kalsit, terdapat nodul
gamping dan koral berukuran > 1 – 40 cm.
Kedudukan lapisan antara 340-2750 dengan
kemiringan lapisan antara 30-250, ketebalan
bervariasi antara 0,2-1,7 m. Sebagian
batulempung berselingan dengan batuserpih dan
batupasir. Batupasir berwarna abu-abu sedang,
berukuran
halus,
sebagian
karbonatan,
terkekarkan dengan pelapukan choncoidal
weathering dan terisi kalsit, terdapat struktur
paralel laminasi.
Analisis Laboratorium
Analisis conto bitumen padat di laboratorium
adalah untuk mengetahui kualitas bitumen padat
antara lain mengenai kandungan minyak
(analisis retorting), kandungan air dan Specific
Gravity dari batuan. Analisis dilakukan pada
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi, Lemigas, Jakarta.
Pengolahan Data
Kompilasi data geologi dan analisa laboratorium
digunakan untuk mengevaluasi potensi bitumen
padat di daerah Rokan, berupa keterdapatan,
korelasi dan geometri endapan bitumen serta
kualitas dan sumberdaya. Informasi ini dapat
dijadikan acuan untuk mempertimbangkan
kegiatan penyelidikan tahap berikutnya.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi
Berdasarkan
aspek
morfologi
daerah
penyelidikan dapat dibedakan menjadi tiga
satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Lereng
Bukit Barisan, Satuan Morfologi Perbukitan
Bergelombang dan Satuan Morfologi Dataran
Rendah.
Stratigrafi
Secara umum daerah inventarisasi tersusun oleh
kelompok batuan sedimen berumur Tersier dan
sebagian kecil batuan sedimen, metamorf dan
batuan intrusi berumur praTersier.
Urutan satuan batuan dari tua ke muda adalah
sebagai berikut:
Kelompok Batuan Pra Tersier
Formasi Kuantan, Anggota Pawan (Pukup),
terdiri dari sekis klorit dan karbonat, muskovit
dan tremolit yang terlipat kuat.
Formasi Bahorok (Pub), terdiri dari wake, wake
konglomerat dan turbidit.
Kelompok Batuan Tersier
Formasi Pematang (Tlpe), terdiri dari
breksikonglomerat
kasar
dan
batupasir
berselingan dengan batulempung merah dan
batulumpur. Mengandung lapisan basal berbutir
kasar tipe endapan Piedmont, secara lokal
mengandung lapisan batubara. Satuan ini
menindih tak selaras satuan batuan dibawahnya.
Formasi Sihapas (Tms), terdiri dari batupasir
konglomeratan dibagian bawah dan batupasir.
Mengandung lapisan-lapisan batubara, menindih
tak selaras satuan batuan dibawahnya.
Formasi Telisa (Tmt), formasi ini tersingkap di
bagian
tengah
dan
baratdaya
daerah
penyelidikan berorientasi baratlaut – tenggara
dengan sebaran 40% dari luas daerah
penyelidikan. Formasi ini terdiri dari batuserpih
karbonatan berwarna abu-abu tua, seringkali
mengandung fosil, berselingan dengan lapisan
batupasir glaukonit, batulanau dan lapisan tipis
batugamping. Di daerah penelitian formasi ini
diperkirakan mengandung endapan bitumen
padat.
Formasi Patani (Tup), terdiri dari perselingan
serpih hijau dan batupasir dan batulanau,
mengandung batubara coklat, batulumpur
karbonatan, menindih tak selaras satuan batuan
dibawahnya.
Kelompok Batuan Kuarter
Formasi Minas (Qpmi), terdiri dari kerikil, pasir
dan lempung yang belum terkonsolidasikan.
Satuan ini menindih tak selaras batuan di
bawahnya.
Aluvial (Qp dan Qh), endapan aluvial tua dan
muda terdiri dari kerikil, pasir dan lempung,
mengandung sisa-sisa tumbuhan dan rawa
gambut pada aluvial tua, menindih tak selaras
satuan batuan dibawahnya.
Kelompok Batuan Intrusi
Granit Giti (Mpigt), terdiri dari batuan granit
mengandung timah dan pegmatit turmalin.
Satuan ini tersingkap pada bagian horst seluas
5% dari luas daerah penyelidikan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Struktur Geologi
Struktur yang berkembang di daerah Rokan
dipengaruhi oleh Sistem Sesar Semangko. Sesar
mendatar dekstral ini berarah baratlaut –
tenggara, dimana daerah Rokan berada di bagian
timur dari sesar ini. Selain itu berkembang
struktur lipatan dengan sumbu lipatan sejajar
dengan sesar Semangko, umumnya berarah
Baralaut - Tenggara. Struktur lipatan ini terdiri
dari sinklin dan antiklin dengan sudut
kemiringannya relatif kecil. Selain itu terdapat
sesar normal berarah baratlaut – tenggara
membentuk pola horst dan graben di daerah XIII
Koto Kampar dan Tandun, merupakan hasil
reaktifasi dari sesar yang telah terbentuk selama
Awal Tersier. Pada bagian horst terangkat
batuan intrusi dan metamorf berumur praTersier.
Berkembang juga struktur sesar – sesar
kecil dengan arah baratlaut – tenggara dan utara
– selatan terdapat memotong struktur lipatan
umumnya berupa sesar geser.
Kualitas Bitumen Padat
Hasil proses pengujian analisa Retort Extraction
kualitas bitumen padat yang dilakukan di
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi
terhadap 12 conto batuan menunjukkan hasil
adanya kandungan minyak pada 6 sampel yaitu
RH-2, RH-5, RH-7, RH-14, RH-22 dan RH-23
dengan kandungan minyak masing-masing 13
liter/ton, 8 liter/ton, 2 liter/ton, 5 liter/ton, 4
liter/ton dan 7 liter/ton.
Enam sampel lainnya tidak mengandung minyak
dan diperkirakan telah mengalami migrasi.
Potensi Endapan Bitumen Padat
Perhitungan sumberdaya bitumen padat
tergantung dari hasil analisa bakar (retort
analysis) conto batuan yang diambil dari
lapangan. Perhitungan sumber daya bitumen
padat dilakukan berdasarkan pada penyebaran
kearah lateral yang didapatkan dari korelasi
beberapa singkapan yang ditemukan selama
pemetaan geologi permukaan.
Perhitungan sumberdaya untuk kegiatan
survey pendahuluan diklasifikasikan sebagai
sumberdaya hipotetik, sehingga titik jarak
informasi dalam hal ini data singkapan tidak
dibatasi. Namun keberadaan struktur dan batas
formasi diperhitungkan sebagai batasan untuk
mengkorelasikan
kemenerusan
lapisan.
Perhitungan sumberdaya bitumen padat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Penyebaran kearah jurus tiap lapisan (p)
yang dapat dikorelasikan dibatasi sampai sejauh
500 meter dari singkapan terakhir atau berhenti
pada struktur sesar.
Penyebaran kearah kemiringan (l)
lapisan dibatasi sampai kedalaman 100 meter
dihitung tegak lurus dari permukaan singkapan.
Untuk lebar batuan dihitung menggunakan
rumus :
l=
100
(m )
sin α
, α = kemiringan lapisan
Tebal lapisan adalah tebal rata-rata (t)
dari lapisan batuan hasil pengukuran singkapan,
dengan tebal minimal yang dihitung adalah satu
meter.
Berat jenis adalah berat jenis batuan (bj)
diperoleh berdasarkan analisa retort di
laboratorium.
Sumberdaya bitumen padat dapat
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Sumberdaya Bitumen Padat =
⎧
⎛ kg ⎞⎫
⎟⎬
⎨ p(m) xl (m) xt (m) xbj⎜
⎝ ton ⎠⎭
⎩
Hasil perhitungan sumberdaya bitumen
padat berjumlah lebih dari 1 Juta ton dengan
kategori tereka.
Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan
Bitumen Padat
Bitumen padat merupakan salah satu
sumberdaya energi alternatif yang pemanfaatan
dan pengembangannya sampai saat ini belum
optimal. Potensi bitumen padat di Indonesia
diperkirakan cukup besar. Di daerah Rokan
potensi bitumen padat belum diketahui secara
pasti, mengingat penyelidikan ini baru pada
tahap awal dan informasi hanya berdasarkan
data permukaan. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa lapisan bitumen diperkirakan
terdapat pada seluruh bagian formasi.
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan
bitumen padat di daerah ini belum dapat
disajikan mengingat kandungan minyak belum
diketahui. Kandungan minyak berdasarkan
analisa laboratorium meupakan indikator
penting untuk mengetahui kandungan minyak
dan nilai tersebut dapat digunakan dalam
penghitungan sumberdaya bitumen padat.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Pemanfaatan
dan
pengembangan
bitumen padat dapat dilakukan setelah
mengetahui besar sumberdaya bitumen padat.
Selain itu mempertimbangkan faktor non-teknis
lainnya, diantaranya kelayakan infrastruktur dan
tataguna lahan. Untuk infrastruktur, terutama
akses jalan darat maupun sungai daerah Rokan
dilalui oleh jalan provinsi yang kondisinya
cukup baik, selain itu daerah Rokan dilalui oleh
dua sungai besar yaitu Sungai Rokan dan Sungai
Kampar. Sedangkan untuk tataguna lahan,
daerah Rokan dan sekitarnya sudah sejak dulu
merupakan kawasan perkebunan dengan
komoditas unggulan kelapa sawit, baik yang
dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara V, PIR
maupun pihak swasta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
diuraikan di atas baik hasil studi literatur
maupun hasil pekerjaan lapangan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Bitumen padat di daerah penyelidikan
diperkirakan terdapat pada batuan sedimen
klastik halus terdiri dari serpih abu-abu,
batulempung abu – abu karbonatan, batulanau
dan batupasir halus. Arah sebaran lapisan
umumnya berarah baratlaut - tenggara, sesuai
dengan arah penyebaran formasi pembawanya
yaitu Formasi Telisa.
Batuan serpih umumnya berselingan
dengan batulempung karbonatan dengan
ketebalan lapisan batuan antara 0,2 – 2,2 m,
umumnya berarah baratlaut-tenggara dengan
kemiringan landai antara 30-250.
Singkapan
ditemukan
secara
berkelompok dan tersebar disemua bagian
Formasi Telisa.
Hasil analisis retort menunjukkan
kandungan minyak bervariasi antara 2 – 13
liter/ton.
Perhitungan Sumberdaya bitumen padat
yang terdapat di daerah Rokan sebanyak lebih
dari 1 juta ton
DAFTAR PUSTAKA
De Coster, G.L., 1974, The Geology of The
Central and South Sumatra Basins, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual
Convention.
Clarke, M. C. G., Kartawa, W., Djunuddin, A.,
Suganda, E., dan Bagdja, M., 1982, Peta
Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatra, Skala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Tobing, S.M. 2000, Survei Pendahuluan
Endapan Bitumen Padat di Daerah Sijunjung,
Propinsi Sumatra Barat, Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Amarullah, Deddy, 2006, Inventarisasi Endapan
Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling Daerah
Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
101
102
103
104
2
Bengkalis
Ta njungpinang
Pa sir Pengara ian
1
Pe kanbaru
PROVINSI KEP. RIAU
PROVINSI RIAU
Bangkina ng
Te mbilaha n
Renga t
0
U
-1
DAERAH PENYELIDIKAN
50
0
50
0 Km
Gambar 1. Lokasi Penyelidikan Daerah Rokan
Gambar 2. Susunan Stratigrafi Daerah Penyelidikan (disederhanakan dari Clarke, Kartawa,
dkk, 1982).
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
2° 00" LU
BATUPANJANG
UJUNGTANJUNG
DUMAI
SEDINGINAN
00°45'00" LU
BENGKALIS
Tmt
DURI
na
n
Tup
Tup
DALUDALU
un
KOTATENGAH
P. RANGSANG
MINAS
GADING
P. PENYELER
PEKANBARU
Qh
RH-02
PR
O
BANGKINANG
VIN
9°
TELUKMERANTI
SI
LIPATKAIN
SU
M
AT
ER
RH-01
Tup
Tup
1° 00" LS
Qh
RH-18
MANDAH
KUALANAPUH
TEMBILAHAN
MUARALEMBU
A
AIRMOLEK
RENGAT
BA
R
Keterangan :
10°
RANTAU
KUALAKAMPAR
RH-19
00°40'00" LU
PANGKALANBUNUT
LANGGAN
0° 00"
3°
P.KENDUR
SUNGAIAPIT
SIAKSRIINDRAPURA
Qp
Tmt
Tup
20°
TANJUNG BALAI KARIMUN
SELATPANJANG
PASIRPANGARAIAN
Tup
Ujung Batu
P.KARIMUN
1° 00" LU
Ta
p
Tmt
P. PADANG
BALAIPUNGUT
gk
a
iri
nk
ka
Qh
Ro
S.
S.
Tup
BASERAH
CERINTI
TEMPULING
PERANAP
TELUKKUANTAN
AT
ENOK
SEBERIDA
PULAUKIJANG
LUBUKJAMBI
Daerah penyelidikan
100° 00" BT
KERITANG
101° 00" BT
102° 00" BT
103° 00" BT
PETA INDEK
Tmt
RH-14
U
Tmt
19°
13°
Tup
RH-04
10°
RH-15
SKALA 1 : 100.000
Qpmi
0
2
4
6
8
10 Km
0
2
4
6
8
10 Cm
00°35'00" LU
Tandun
KETERANGAN :
RH-07
3°
Aluvium Muda
Qh
Tup
Tup
Tms
Qh
3°
RH-09
Aluvium Tua
Tmt
RH-08
Formasi Minas
Formasi Patani
11°
RH-22
Aliantan
4°
RH-06
10°
Formasi Telisa
S. Tapungkiri
Formasi Sihapas
RH-13
RH-17
15°
6°
Formasi Pematang
Qpmi
Tms
Qh
Formasi Bahorok
Tup
Anggota Pawan, Formasi Kuantan
00°30'00" LU
Granit Giti
RH-12
Tms
7°
Tmt
Batas Formasi
Sesar, gerakan relatif
Pub
Tlpe
Sesar direka
Sinklin
Tmt
MPigt
Antiklin
Kabun
Tms
Jurus dan Kemiringan Batuan
15°
Pub
Tms
Sungai
Qpmi
7°
RH-21
Jalan
Batas Kabupaten
Batas Desa
Tms
00°25'00" LU
Kecamatan
Lapangan Minyak atau Gas
Pub
B
A
Tms
Tmt
RH-27
S.
Tms
Ka
m
Tms
25°
9°
RH-25
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Pub
5°
RH-26
an
an
Tmt
Qh
RH-23
pa
rk
S. Ka
11°
QTv
PETA GEOLOGI DAN SUMBERDAYA BITUMEN PADAT
mpa
rkan
an
DAERAH ROKAN
KABUPATEN ROKAN HULU, PROVINSI RIAU
Pub
00°20'00" LU
100°30'00" BT
Qh
Garis Penampang
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
MPipg
Tms
Tms
Tmt
RH-20
100°35'00" BT
100°40'00" BT
100°45'00" BT
100°50'00" BT
100°55'00" BT
21°
Disusun : Rahmat H. ST
Diperiksa : Ir. Asep Suryana
Tahun
Digambar : Hari P.
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
Nomor Peta :
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Rokan dan Sekitarnya
: 2008
1
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT
DAERAH ROKAN, PROVINSI RIAU
Rahmat Hidayat dan Dede Ibnu S.
KPP Energi Fosil
SARI
Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk memetakan batuan dari formasi pembawa bitumen padat di
Daerah Rokan serta mengetahui potensi dan sumberdayanya.
Daerah penyelidikan secara administratif termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten
Rokan Hulu (Kecamatan Ujung Batu, Tandun, Kabun dan Rokan IV Koto) dan Kabupaten Kampar
(Kecamatan XIII Koto Kampar dan Tapung Hulu), Provinsi Riau. Secara geografis daerah ini terletak
diantara koordinat 100°30’00” - 100°55’00” BT dan 00°20’00” - 00°45’00” LU.
Secara umum daerah inventarisasi tersusun oleh kelompok batuan sedimen berumur Tersier dan
sebagian kecil batuan sedimen, metamorf dan batuan intrusi berumur praTersier. Struktur yang
berkembang di daerah Rokan dipengaruhi oleh Sistem Sesar Semangko. Sesar mendatar dekstral ini
berarah baratlaut – tenggara, dimana daerah Rokan berada di bagian timur dari sesar ini.
Bitumen padat di daerah penyelidikan diperkirakan terdapat pada batuan sedimen klastik halus terdiri
dari serpih abu-abu, batulempung abu – abu karbonatan, batulanau dan batupasir halus. Ketebalan
lapisan batuan antara 0,2 – 2,2 m dengan arah sebaran lapisan umumnya berarah baratlaut - tenggara,
sesuai dengan arah penyebaran formasi pembawanya yaitu Formasi Telisa.
Hasil analisis retort menunjukkan kandungan minyak bervariasi antara 2 – 13 liter/ton dan
perhitungan sumberdaya bitumen padat yang terdapat di daerah Rokan ini berjumlah lebih dari 1 Juta
ton dengan kategori tereka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan minyak bumi sebagai sumber energi
utama bagi kebutuhan energi nasional belum
sepenuhnya tergantikan oleh energi alternatif
lainnya. Kebijakan Energi Nasional 2025
mengisyaratkan peranan minyak bumi pada
bauran energi nasional masih memberikan
kontribusi yang signifikan. Untuk memenuhi
kebutuhan dan menjaga ketersediaan sumber
energi tersebut, perlu diupayakan usaha-usaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan
cadangan minyak bumi nasional, diantaranya
penggunaan produksi minyak nasional hanya
untuk kebutuhan domestik, konversi minyak
bumi dengan energi alternatif secara bertahap
dan sektoral, serta meningkatkan pengungkapan
potensi baru sumberdaya minyak bumi di
Indonesia.
Selain itu dalam rangka penyediaan energi,
Pemerintah
mencanangkan
program
diversifikasi energi sebagai bagian dari
Kebijakan Energi Nasional, dengan mencari dan
memanfaatkan sumber daya energi alternatif,
yang pada akhirnya baik sebagian maupun
keseluruhan
mampu
menunjang
atau
menggantikan peran minyak bumi.
Bitumen padat merupakan salah satu sumber
energi alternatif tersebut yang pengadaan dan
pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal.
Bitumen padat adalah kelompok batuan klastik
halus yang mengandung material organik yang
cukup untuk dapat menghasilkan/ membentuk
minyak namun belum mengalami proses
migrasi, sehingga untuk mengeluarkannya
diperlukan proses peningkatan temperatur yang
dikenal dengan analisa bakar.
Indonesia
dengan
wilayah
yang
luas
diperkirakan memiliki sumberdaya bitumen
padat yang melimpah, salah satunya yang
terdapat di daerah Rokan, Kabupaten Rokan
Hulu, Provinsi Riau. Berdasarkan informasi
penyelidikan
terdahulu
adanya
batuan
pengandung bitumen, daerah Rokan dan
sekitarnya dipilih untuk dilakukan penyelidikan
endapan bitumen padat.
Kegiatan penyelidikan pendahuluan endapan
bitumen padat di daerah Rokan, Kabupaten
Rokan Hulu, Provinsi Riau adalah dalam rangka
pelaksanaan program kegiatan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran
2008, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Pusat
Sumber Daya Geologi, maksud kegiatan
penyelidikan pendahuluan ini adalah untuk
mengungkap potensi dan wilayah keprospekan
sumberdaya bitumen padat di daerah Rokan dan
sekitarnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi
awal berupa data geologi melalui kegiatan
pemetaaan geologi permukaan yang difokuskan
pada formasi pembawa bitumen padat,
mencakup posisi, kedudukan dan ketebalan
perlapisan, stratigrafi endapan dan unsur-unsur
geologi
lainnya
yang
mempengaruhi
terbentuknya endapan bitumen padat. Selain itu
penyontohan bitumen juga dilakukan untuk
kepentingan analisa laboratorium. Berdasarkan
kompilasi
data
geologi
dan
analisis
laboratorium, diharapkan dapat diketahui
potensi dan sumber daya bitumen padat di
daerah Rokan dan sekitarnya.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah penyelidikan secara administratif
termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu
Kabupaten Rokan Hulu (Kecamatan Ujung
Batu, Tandun, Kabun dan Rokan IV Koto) dan
Kabupaten Kampar (Kecamatan XIII Koto
Kampar dan Tapung Hulu), Provinsi Riau.
Secara geografis daerah ini terletak diantara
koordinat 100°30’00” - 100°55’00” BT dan
00°20’00” - 00°45’00” LU.
Lokasi daerah penyelidikan terletak sekitar 170
km di sebelah barat Kota Pekanbaru (Gambar
1).
Pencapaian menuju lokasi penyelidikan, dari
Pekanbaru melalui jalan provinsi menuju Pasir
Pengarayan, Ibukota Kabupaten Rokan Hulu
dapat ditempuh selama + 4 jam. Kemudian dari
Pasir Pengarayan ke lokasi daerah penyelidikan
dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat
selama + 1,5 jam perjalanan.
GEOLOGI UMUM
Secara regional daerah penyelidikan termasuk
dalam Peta Geologi Lembar Pakanbaru,
Sumatra, Edisi 2, Skala 1 : 250.000 (Clarke, M.
C. G., Kartawa, W., dkk., 1982).
Stratigrafi
Daerah penyelidikan merupakan bagian dari
Cekungan Sumatera Tengah, salah satu dari tiga
cekungan busur belakang Sumatera (Sumatera
back arc basin) yang terbentuk selama periode
Tersier Awal (Eosen – Oligosen), terdiri dari
rangkaian blok horst dan graben yang terbentuk
sebagai respon ekstensi busur belakang.
Ketebalan sedimen dalam cekungan ini
mencapai 2,5 – 3 km, terdiri dari sekuen-sekuen
syn-rift dan post-rift Kelompok Pematang
berumur Eosen - Oligosen, Kelompok Sihapas
berumur Awal Miosen, Kelompok Petani
berumur Miosen Tengah – Pliosen dan Formasi
Minas berumur Plio-Plistosen. Cekungan ini
dengan Cekungan Sumatera Utara dipisahkan
oleh Busur Asahan (Asahan Arch), sedangkan
dengan Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan
oleh Tinggian Tigapuluh (Tigapuluh High) (de
Coster, 1974)
Tatanan stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
telah banyak dipublikasikan, diantaranya oleh
De Coster (1974), Clarke, M. C. G., Kartawa,
W., dkk. (1982) dan Carnell dkk., (1998).
Masing-masing penulis memberikan penamaan
formasi yang berbeda. Geologi regional dan
pembagian litostratigrafi menurut Clarke, M. C.
G., Kartawa, W., dkk., (1982) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Batuan tertua yang terdapat di daerah Rokan
adalah Kelompok Tapanuli terdiri dari Formasi
Kuantan (Puku). Formasi ini terdiri dari
Anggota Pawan (Pukup) dan Anggota
Tanjungpauh (Pukt). Formasi ini umumnya
didominasi oleh kelompok batuan metamorf.
Tidak selaras diatas kelompok ini adalah
Kelompok Peusangan terdiri dari Formasi Tuhur
(Mtt). Kedua kelompok batuan diatas berumur
Pra Tersier.
Selanjutnya kelompok batuan Tersier mengisi
Cekungan Sumatera Tengah. Batuan tertua
adalah Formasi Pematang (Tlpe) berumur
Oligosen – Awal Miosen. Formasi ini terdiri
dari batulumpur merah dan berbintik,
konglomerat
breksi
dan
batupasir
konglomeratan diendapkan dalam lingkungan
fluvio-lakustrin. Tidak selaras diatas formasi ini
diendapkan formasi batuan Kelompok Kampar,
terdiri dari Formasi Sihapas (Tms) dan Formasi
Telisa (Tmt). Formasi Sihapas berumur Miosen
Awal terdiri dari batupasir konglomerat dan
batulanau, diendapkan dalam lingkungan
sublitoral-deltaik. Selaras diatas Formasi
Sihapas, diendapkan Formasi Telisa berumur
Miosen Awal-Miosen Tengah, terdiri dari
batulumpur
gampingan
abu-abu
gelap,
batugamping tipis, batulanau dan sedikit
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
batupasir glaukonit. Tidak selaras diatas
Kelompok Kampar, diendapkan Formasi Petani
(Tup) berumur Miosen Tengah – Pliosen
Selanjutnya kelompok batuan berumur Kuarter
menutup tidak selaras formasi di bawahnya
terdiri dari Formasi Minas (Qpmi) dan Formasi
Kerumutan (Qpke), terdiri dari kerikil, kerakal,
pasir dan lempung. Di atas formasi ini endapan
Holosen terdiri dari aluvium dan kipas piedmont
menutup tak selaras formasi dibawahnya.
Selain kelompok batuan sedimen, daerah Rokan
dan sekitarnya juga diendapkan endapan
vulkanik dan intrusif.
Struktur Geologi
Struktur yang terbentuk di Cekungan Sumatera
Tengah merupakan hasil proses orogenesa yang
terjadi selama tiga fase berbeda. Tahap pertama
yaitu orogenesa mid-Mesozoikum dimana
batuan berumur Paleozoikum dan Mesozoikum
termetamorfkan, tersesarkan dan terlipatkan
membentuk blok struktur besar yang kemudian
diintrusi oleh batolit granit. Tahap kedua
berlangsung selama periode Kapur Akhir –
Awal Tersier saat pembentukan blok – blok
sesar dan graben berarah dominan utara –
selatan. Kenampakan struktur paling menonjol
terbentuk pada fase ketiga, berupa perlipatan
dan pensesaran berarah baratlaut – tenggara
yang berlangsung selama orogenesa Plio –
Pleistosen. Unsur – unsur struktur penting PlioPleistosen di Cekungan Sumatera Tengah yaitu
Sesar Semangko (Semangko Wrench Fault)
berarah baratlaut – tenggara yang terbentuk di
sepanjang Pulau Sumatera sebagai hasil dari
aktifitas kolisi lempeng Samudra India terhadap
lempeng Eurasia. Struktur lainnya berupa
lipatan - lipatan bersumbu sejajar dengan Sesar
Semangko, umumnya dengan offset lateral
menganan. Struktur ketiga berupa sesar – sesar
normal dan anjakan berarah baratlaut –
tenggara, sebagian terbentuk berasosiasi dengan
lipatan, sebagian lagi merupakan hasil reaktifasi
dari sesar yang telah terbentuk selama Awal
Tersier.
Indikasi Endapan Bitumen Padat
Secara geologi formasi batuan yang banyak
mengandung bitumen padat dapat terbentuk
pada lingkungan pengendapan danau, laut
dangkal – neritik atau lagun. Batuan ini
umumnya merupakan batuan sedimen klastik
halus, seperti serpih, napal, lanau atau batupasir
halus.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut
dan informasi dari penyelidik terdahulu dapat
dilokalisir daerah yang berpotensi mengandung
bitumen padat. Diperkirakan formasi pembawa
bitumen padat terdapat pada Formasi Telisa,
sehingga penyelidikan lebih difokuskan pada
Formasi Telisa yang tersingkap di daerah ini.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Kegiatan Lapangan
Pemetaan geologi dilakukan dengan cara
mencari singkapan khususnya singkapan pada
Formasi Telisa mengikuti arah dan kemiringan
lapisan. Sebaran formasi Telisa terletak pada
bagian
tengah
dan
baratdaya
daerah
penyelidikan, yang memanjang mulai dari
bagian baratlaut - tenggara, menempati sekitar
40% dari luas daerah penyelidikan.
Pada singkapan yang ada dilanjutkan dengan
pengamatan, pengukuran, ploting pada peta
dasar serta deskripsi dan dokumentasi
singkapan. Selain itu dilakukan pengambilan
conto beberapa singkapan yang tersebar pada
Formasi Telisa untuk analisa laboratorium.
Untuk kegiatan pendahuluan ini conto berasal
dari singkapan yang diambil secara acak dengan
mempertimbangkan
sifat-sifat
megaskopis
batuan bitumen serta keterwakilan seluruh
bagian Formasi Telisa.
Dari hasil pemetaan geologi ditemukan
sekitar 26 singkapan batuan yang diperkirakan
mengandung bitumen padat terdiri dari
batulempung karbonatan, batu serpih dan
batupasir
halus
karbonatan.
Singkapan
ditemukan di tebing dan dasar sungai, parit
kebun sawit dan kupasan jalan. Tingkat
pelapukan yang tinggi, kemiringan lapisan yang
cukup landai, dan kondisi sungai yang keruh
menyulitkan pengukuran dan pengamatan
stratigrafi singkapan. Conto singkapan yang
diperoleh kondisinya berkisar dari lapuk –
cukup baik. Keberadaan singkapan ditemukan
secara berkelompok dan tersebur diseluruh
bagian formasi, dengan demikian pembahasan
dan
penghitungan
sumberdaya,
akan
dikelompokkan berdasarkan beberapa blok,
dengan mempertimbangkan hasil analisa
laboratorium terlebih dahulu.
Batuserpih, bertekstur halus, berwarna
abu-abu gelap, sedikit karbonatan, umumnya
dalam kondisi agak lapuk – segar.
Kedudukan lapisan umumnya berkisar antara
2200-3300 dan kemiringan lapisan antara 50-210.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Lapisan serpih sebagian ditemukan berselingan
dengan batulempung dengan ketebalan serpih
antara 1 – 2,2 m.
Batulempung umumnya berwarna abu-abu –
abu-abu gelap, umumnya karbonatan, mudah
diremas-kompak, masif – menyerpih, sebagian
terkekarkan dan terisi kalsit, terdapat nodul
gamping dan koral berukuran > 1 – 40 cm.
Kedudukan lapisan antara 340-2750 dengan
kemiringan lapisan antara 30-250, ketebalan
bervariasi antara 0,2-1,7 m. Sebagian
batulempung berselingan dengan batuserpih dan
batupasir. Batupasir berwarna abu-abu sedang,
berukuran
halus,
sebagian
karbonatan,
terkekarkan dengan pelapukan choncoidal
weathering dan terisi kalsit, terdapat struktur
paralel laminasi.
Analisis Laboratorium
Analisis conto bitumen padat di laboratorium
adalah untuk mengetahui kualitas bitumen padat
antara lain mengenai kandungan minyak
(analisis retorting), kandungan air dan Specific
Gravity dari batuan. Analisis dilakukan pada
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi, Lemigas, Jakarta.
Pengolahan Data
Kompilasi data geologi dan analisa laboratorium
digunakan untuk mengevaluasi potensi bitumen
padat di daerah Rokan, berupa keterdapatan,
korelasi dan geometri endapan bitumen serta
kualitas dan sumberdaya. Informasi ini dapat
dijadikan acuan untuk mempertimbangkan
kegiatan penyelidikan tahap berikutnya.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi
Berdasarkan
aspek
morfologi
daerah
penyelidikan dapat dibedakan menjadi tiga
satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Lereng
Bukit Barisan, Satuan Morfologi Perbukitan
Bergelombang dan Satuan Morfologi Dataran
Rendah.
Stratigrafi
Secara umum daerah inventarisasi tersusun oleh
kelompok batuan sedimen berumur Tersier dan
sebagian kecil batuan sedimen, metamorf dan
batuan intrusi berumur praTersier.
Urutan satuan batuan dari tua ke muda adalah
sebagai berikut:
Kelompok Batuan Pra Tersier
Formasi Kuantan, Anggota Pawan (Pukup),
terdiri dari sekis klorit dan karbonat, muskovit
dan tremolit yang terlipat kuat.
Formasi Bahorok (Pub), terdiri dari wake, wake
konglomerat dan turbidit.
Kelompok Batuan Tersier
Formasi Pematang (Tlpe), terdiri dari
breksikonglomerat
kasar
dan
batupasir
berselingan dengan batulempung merah dan
batulumpur. Mengandung lapisan basal berbutir
kasar tipe endapan Piedmont, secara lokal
mengandung lapisan batubara. Satuan ini
menindih tak selaras satuan batuan dibawahnya.
Formasi Sihapas (Tms), terdiri dari batupasir
konglomeratan dibagian bawah dan batupasir.
Mengandung lapisan-lapisan batubara, menindih
tak selaras satuan batuan dibawahnya.
Formasi Telisa (Tmt), formasi ini tersingkap di
bagian
tengah
dan
baratdaya
daerah
penyelidikan berorientasi baratlaut – tenggara
dengan sebaran 40% dari luas daerah
penyelidikan. Formasi ini terdiri dari batuserpih
karbonatan berwarna abu-abu tua, seringkali
mengandung fosil, berselingan dengan lapisan
batupasir glaukonit, batulanau dan lapisan tipis
batugamping. Di daerah penelitian formasi ini
diperkirakan mengandung endapan bitumen
padat.
Formasi Patani (Tup), terdiri dari perselingan
serpih hijau dan batupasir dan batulanau,
mengandung batubara coklat, batulumpur
karbonatan, menindih tak selaras satuan batuan
dibawahnya.
Kelompok Batuan Kuarter
Formasi Minas (Qpmi), terdiri dari kerikil, pasir
dan lempung yang belum terkonsolidasikan.
Satuan ini menindih tak selaras batuan di
bawahnya.
Aluvial (Qp dan Qh), endapan aluvial tua dan
muda terdiri dari kerikil, pasir dan lempung,
mengandung sisa-sisa tumbuhan dan rawa
gambut pada aluvial tua, menindih tak selaras
satuan batuan dibawahnya.
Kelompok Batuan Intrusi
Granit Giti (Mpigt), terdiri dari batuan granit
mengandung timah dan pegmatit turmalin.
Satuan ini tersingkap pada bagian horst seluas
5% dari luas daerah penyelidikan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Struktur Geologi
Struktur yang berkembang di daerah Rokan
dipengaruhi oleh Sistem Sesar Semangko. Sesar
mendatar dekstral ini berarah baratlaut –
tenggara, dimana daerah Rokan berada di bagian
timur dari sesar ini. Selain itu berkembang
struktur lipatan dengan sumbu lipatan sejajar
dengan sesar Semangko, umumnya berarah
Baralaut - Tenggara. Struktur lipatan ini terdiri
dari sinklin dan antiklin dengan sudut
kemiringannya relatif kecil. Selain itu terdapat
sesar normal berarah baratlaut – tenggara
membentuk pola horst dan graben di daerah XIII
Koto Kampar dan Tandun, merupakan hasil
reaktifasi dari sesar yang telah terbentuk selama
Awal Tersier. Pada bagian horst terangkat
batuan intrusi dan metamorf berumur praTersier.
Berkembang juga struktur sesar – sesar
kecil dengan arah baratlaut – tenggara dan utara
– selatan terdapat memotong struktur lipatan
umumnya berupa sesar geser.
Kualitas Bitumen Padat
Hasil proses pengujian analisa Retort Extraction
kualitas bitumen padat yang dilakukan di
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi
terhadap 12 conto batuan menunjukkan hasil
adanya kandungan minyak pada 6 sampel yaitu
RH-2, RH-5, RH-7, RH-14, RH-22 dan RH-23
dengan kandungan minyak masing-masing 13
liter/ton, 8 liter/ton, 2 liter/ton, 5 liter/ton, 4
liter/ton dan 7 liter/ton.
Enam sampel lainnya tidak mengandung minyak
dan diperkirakan telah mengalami migrasi.
Potensi Endapan Bitumen Padat
Perhitungan sumberdaya bitumen padat
tergantung dari hasil analisa bakar (retort
analysis) conto batuan yang diambil dari
lapangan. Perhitungan sumber daya bitumen
padat dilakukan berdasarkan pada penyebaran
kearah lateral yang didapatkan dari korelasi
beberapa singkapan yang ditemukan selama
pemetaan geologi permukaan.
Perhitungan sumberdaya untuk kegiatan
survey pendahuluan diklasifikasikan sebagai
sumberdaya hipotetik, sehingga titik jarak
informasi dalam hal ini data singkapan tidak
dibatasi. Namun keberadaan struktur dan batas
formasi diperhitungkan sebagai batasan untuk
mengkorelasikan
kemenerusan
lapisan.
Perhitungan sumberdaya bitumen padat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Penyebaran kearah jurus tiap lapisan (p)
yang dapat dikorelasikan dibatasi sampai sejauh
500 meter dari singkapan terakhir atau berhenti
pada struktur sesar.
Penyebaran kearah kemiringan (l)
lapisan dibatasi sampai kedalaman 100 meter
dihitung tegak lurus dari permukaan singkapan.
Untuk lebar batuan dihitung menggunakan
rumus :
l=
100
(m )
sin α
, α = kemiringan lapisan
Tebal lapisan adalah tebal rata-rata (t)
dari lapisan batuan hasil pengukuran singkapan,
dengan tebal minimal yang dihitung adalah satu
meter.
Berat jenis adalah berat jenis batuan (bj)
diperoleh berdasarkan analisa retort di
laboratorium.
Sumberdaya bitumen padat dapat
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
Sumberdaya Bitumen Padat =
⎧
⎛ kg ⎞⎫
⎟⎬
⎨ p(m) xl (m) xt (m) xbj⎜
⎝ ton ⎠⎭
⎩
Hasil perhitungan sumberdaya bitumen
padat berjumlah lebih dari 1 Juta ton dengan
kategori tereka.
Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan
Bitumen Padat
Bitumen padat merupakan salah satu
sumberdaya energi alternatif yang pemanfaatan
dan pengembangannya sampai saat ini belum
optimal. Potensi bitumen padat di Indonesia
diperkirakan cukup besar. Di daerah Rokan
potensi bitumen padat belum diketahui secara
pasti, mengingat penyelidikan ini baru pada
tahap awal dan informasi hanya berdasarkan
data permukaan. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa lapisan bitumen diperkirakan
terdapat pada seluruh bagian formasi.
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan
bitumen padat di daerah ini belum dapat
disajikan mengingat kandungan minyak belum
diketahui. Kandungan minyak berdasarkan
analisa laboratorium meupakan indikator
penting untuk mengetahui kandungan minyak
dan nilai tersebut dapat digunakan dalam
penghitungan sumberdaya bitumen padat.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Pemanfaatan
dan
pengembangan
bitumen padat dapat dilakukan setelah
mengetahui besar sumberdaya bitumen padat.
Selain itu mempertimbangkan faktor non-teknis
lainnya, diantaranya kelayakan infrastruktur dan
tataguna lahan. Untuk infrastruktur, terutama
akses jalan darat maupun sungai daerah Rokan
dilalui oleh jalan provinsi yang kondisinya
cukup baik, selain itu daerah Rokan dilalui oleh
dua sungai besar yaitu Sungai Rokan dan Sungai
Kampar. Sedangkan untuk tataguna lahan,
daerah Rokan dan sekitarnya sudah sejak dulu
merupakan kawasan perkebunan dengan
komoditas unggulan kelapa sawit, baik yang
dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara V, PIR
maupun pihak swasta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
diuraikan di atas baik hasil studi literatur
maupun hasil pekerjaan lapangan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Bitumen padat di daerah penyelidikan
diperkirakan terdapat pada batuan sedimen
klastik halus terdiri dari serpih abu-abu,
batulempung abu – abu karbonatan, batulanau
dan batupasir halus. Arah sebaran lapisan
umumnya berarah baratlaut - tenggara, sesuai
dengan arah penyebaran formasi pembawanya
yaitu Formasi Telisa.
Batuan serpih umumnya berselingan
dengan batulempung karbonatan dengan
ketebalan lapisan batuan antara 0,2 – 2,2 m,
umumnya berarah baratlaut-tenggara dengan
kemiringan landai antara 30-250.
Singkapan
ditemukan
secara
berkelompok dan tersebar disemua bagian
Formasi Telisa.
Hasil analisis retort menunjukkan
kandungan minyak bervariasi antara 2 – 13
liter/ton.
Perhitungan Sumberdaya bitumen padat
yang terdapat di daerah Rokan sebanyak lebih
dari 1 juta ton
DAFTAR PUSTAKA
De Coster, G.L., 1974, The Geology of The
Central and South Sumatra Basins, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual
Convention.
Clarke, M. C. G., Kartawa, W., Djunuddin, A.,
Suganda, E., dan Bagdja, M., 1982, Peta
Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatra, Skala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Tobing, S.M. 2000, Survei Pendahuluan
Endapan Bitumen Padat di Daerah Sijunjung,
Propinsi Sumatra Barat, Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Amarullah, Deddy, 2006, Inventarisasi Endapan
Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling Daerah
Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
101
102
103
104
2
Bengkalis
Ta njungpinang
Pa sir Pengara ian
1
Pe kanbaru
PROVINSI KEP. RIAU
PROVINSI RIAU
Bangkina ng
Te mbilaha n
Renga t
0
U
-1
DAERAH PENYELIDIKAN
50
0
50
0 Km
Gambar 1. Lokasi Penyelidikan Daerah Rokan
Gambar 2. Susunan Stratigrafi Daerah Penyelidikan (disederhanakan dari Clarke, Kartawa,
dkk, 1982).
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2008 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
2° 00" LU
BATUPANJANG
UJUNGTANJUNG
DUMAI
SEDINGINAN
00°45'00" LU
BENGKALIS
Tmt
DURI
na
n
Tup
Tup
DALUDALU
un
KOTATENGAH
P. RANGSANG
MINAS
GADING
P. PENYELER
PEKANBARU
Qh
RH-02
PR
O
BANGKINANG
VIN
9°
TELUKMERANTI
SI
LIPATKAIN
SU
M
AT
ER
RH-01
Tup
Tup
1° 00" LS
Qh
RH-18
MANDAH
KUALANAPUH
TEMBILAHAN
MUARALEMBU
A
AIRMOLEK
RENGAT
BA
R
Keterangan :
10°
RANTAU
KUALAKAMPAR
RH-19
00°40'00" LU
PANGKALANBUNUT
LANGGAN
0° 00"
3°
P.KENDUR
SUNGAIAPIT
SIAKSRIINDRAPURA
Qp
Tmt
Tup
20°
TANJUNG BALAI KARIMUN
SELATPANJANG
PASIRPANGARAIAN
Tup
Ujung Batu
P.KARIMUN
1° 00" LU
Ta
p
Tmt
P. PADANG
BALAIPUNGUT
gk
a
iri
nk
ka
Qh
Ro
S.
S.
Tup
BASERAH
CERINTI
TEMPULING
PERANAP
TELUKKUANTAN
AT
ENOK
SEBERIDA
PULAUKIJANG
LUBUKJAMBI
Daerah penyelidikan
100° 00" BT
KERITANG
101° 00" BT
102° 00" BT
103° 00" BT
PETA INDEK
Tmt
RH-14
U
Tmt
19°
13°
Tup
RH-04
10°
RH-15
SKALA 1 : 100.000
Qpmi
0
2
4
6
8
10 Km
0
2
4
6
8
10 Cm
00°35'00" LU
Tandun
KETERANGAN :
RH-07
3°
Aluvium Muda
Qh
Tup
Tup
Tms
Qh
3°
RH-09
Aluvium Tua
Tmt
RH-08
Formasi Minas
Formasi Patani
11°
RH-22
Aliantan
4°
RH-06
10°
Formasi Telisa
S. Tapungkiri
Formasi Sihapas
RH-13
RH-17
15°
6°
Formasi Pematang
Qpmi
Tms
Qh
Formasi Bahorok
Tup
Anggota Pawan, Formasi Kuantan
00°30'00" LU
Granit Giti
RH-12
Tms
7°
Tmt
Batas Formasi
Sesar, gerakan relatif
Pub
Tlpe
Sesar direka
Sinklin
Tmt
MPigt
Antiklin
Kabun
Tms
Jurus dan Kemiringan Batuan
15°
Pub
Tms
Sungai
Qpmi
7°
RH-21
Jalan
Batas Kabupaten
Batas Desa
Tms
00°25'00" LU
Kecamatan
Lapangan Minyak atau Gas
Pub
B
A
Tms
Tmt
RH-27
S.
Tms
Ka
m
Tms
25°
9°
RH-25
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Pub
5°
RH-26
an
an
Tmt
Qh
RH-23
pa
rk
S. Ka
11°
QTv
PETA GEOLOGI DAN SUMBERDAYA BITUMEN PADAT
mpa
rkan
an
DAERAH ROKAN
KABUPATEN ROKAN HULU, PROVINSI RIAU
Pub
00°20'00" LU
100°30'00" BT
Qh
Garis Penampang
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
MPipg
Tms
Tms
Tmt
RH-20
100°35'00" BT
100°40'00" BT
100°45'00" BT
100°50'00" BT
100°55'00" BT
21°
Disusun : Rahmat H. ST
Diperiksa : Ir. Asep Suryana
Tahun
Digambar : Hari P.
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
Nomor Peta :
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Rokan dan Sekitarnya
: 2008
1