ISI makalah Daun Kunyit 2D2 Kel 12

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker atau karsinoma merupakan penyakit yang disebabkan oleh rusaknya
mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya mekanisme pertumbuhan dan
perubahan sel yang diatur oleh gen. Kanker merupakan penyebab kematian terbesar
kedua setelah gangguan kardiovaskular. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
menanggulangi penyakit ini: pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan sekarang
berkembang imunoterapi.
Pengobatan-pengobatan tersebut belum dapat mengatasi penyakit kanker secara
memuaskan. Karena mahalnya biaya pengobatan, cara lain yang dipilih sebagian
penderita penyakit kanker adalah ’kembali ke bahan alam’ dengan memanfaatkan
tanaman obat. Bahan alam tumbuhan yang digunakan sebagai obat maupun bahan obat
dipercaya aman bagi tubuh.
Tumbuhan kunyit (Curcuma Domestica) merupakan salah satu jenis tanaman yang
terkenal sebagai ramuan obat tradisional. Bagian dari kunyit yang sering dimanfaatkan
adalah bagian rimpang. Rimpang kunyit mengandung kurkumin yang berguna untuk
kekebalan tubuh dan alkaloid yang dapat berpotensi melawan kanker.
Fakta-fakta terkumpul menunjukkan bahwa reactive oxygen species (ROS) terlibat

dalam patogenensis dari penyakit tertentu pada manusia seperti inflamasi, kanker,
penuaan dini dan artheroslerosis. ROS termasuk radikal hidroksil (*OH), radikal anion
superoksida (O2*-), hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen singlet (1O2). Oksigen singlet
merupakan jenis ROS yang non radika elektrofilik yang bisa mempengaruhi suatu proses
oksidasi yang khas melalui penyerangan secara langsung kepada senyawa yang kaya
elektron tanpa keterlibatan radikal bebas. Oksidasi komponen biologi yang terinduksi
oleh oksigen singlet bisa dihubungkan dengan berbagai jenis peristiwa patologis sepeti
pigmentasi, katarak, penuaan kulit dan kanker.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang tanaman kunyit,
manfaat dan teknik maserasi daun kunyit. Menentukan kandungan fitokimia (fenolik,
flavonoid dan tanin). Mengungkapkan tentang studi aktivitas penstabil oksigen singlet
dari daun kunyit.

1

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TOKSONOMI KUNYIT
a. Kingdom
b. Divisi
c. Sub Disivi
d. Kelas
e. Ordo
f. Famili
g. Genus
h. Spesies

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
: Angiospermae (Berbiji tertutup)
: Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
: Zingibareles
: Zingiberaceacae
: Curcuma
: Curcuma Domestica VALET

B. MANFAAT KUNYIT

a. Kunyit sebagai Tanaman Obat Keluarga
Khasiat dan manfaat kunyit sudah tidak diragukan lagi. Selain bermanfaat
sebagai bahan bumbu berbagai jenis masakan, kunyit dapat pula digunakan
sebagai obat karena khasiatnya tersebut. Kunyit sangat bermanfaat jika dijadikan
salah satu obat keluarga. Tanaman kunyit tidak membutuhkan areal penanaman
yang luas, sehingga dapat ditanam di pekarangan rumah sebagi apotek hidup
keluarga.
Kunyit mudah sekali beradaptasi dengan iklaim dan cuaca, sehingga
perawatannya tidak terlalu sulit. Pada dasarnya, cara penanaman kunyit di
pekarangan tidak jauh berbeda dengan di kebun. Perlu diingat, tanaman kunyit
tidak tahan terhadap genangan air, sehingga harus benar-benar dijaga
kelembapannya. Begitu pula dengan pemeliharaan dan pemanenannya, tidak jauh
berbeda. Hanya, hasil rimpang kunyit di perkarangan tidak sebanyak hasil panen
di kebun.
b. Kunyit untuk Pengobatan dan Kecantikan
Tak hanya mempunyai kegiatan antimikroba, antiradang, serta antivirus,
kunyit juga punya potensi menambah jumlah antioksidan didalam tubuh.
Kurkumin, senyawa fenolik alami pada kunyit, berguna untuk menambah
kekebalan tubuh. Kunyit punya potensi didalam penyembuhan kanker. Pada
penderita kanker, beberapa sel kanker menjalar melewati pembuluh darah

(metastasis) serta jaringannya jadi tumor. Angiogenesis juga berlangsung, yakni
perkembangan pembuluh darah baru yang menyebar ke arah tumor untuk suplai

2

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

nutrien, oksigen serta sirkulasi kotoran. Kurkumin menyembuhkan kanker hambat
laju perkembangan pembuluh-pembuluh darah baru tersebut.
Wanita yang alami masalah dengan haid bisa memakai kunyit untuk
menanganinya. Dampak farmakologis kunyit bisa melancarkan darah serta haid
dan kurangi rasa nyeri serta capek. Sebagai antikoagulan alami, kunyit bisa
menghambat pembekuan darah serta menghindar berlangsungnya trombosis.
Kunyit bisa turunkan tekanan darah, menyembuhkan diare, sakit lambung, asma,
usus buntu, serta rematik. Karakter analgesik alami kunyit bekerja hambat cox-2
yang mencetuskan rasa nyeri. Dengan karakter analgesik serta antiinflamasinya,
kunyit bisa menyembuhkan artritis serta rheumatoid artritis.
Penyakit pikun bisa diperlambat dengan kerap konsumsi kunyit didalam
makanan. Penyakit alzheimer yaitu di antara penyakit pikun yang berlangsung
biasanya pada umur tua, saat kapasitas fisik otak menyusut. Kunyit punya potensi

memperpanjang periode waktu abilitas kognitif otak. Sebagian penelitian
menunjukkan bahwa manula di asia yang kerap mengonsumsi kare ( curry ) yang
memiliki kandungan kunyit mempunyai daya ingatan yang tambah baik dari pada
manula di benua yang lain.
C. KANDUNGAN DALAM KUNYIT
Komponen kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit di antaranya minyak asiri,
zat pahit, resin, selulosa da beberapa mineral. Kandungan minyat asiri kunyit sekitar 35%. Minyak asitri kunyit ini terdiri dari senyawa d-alfa-palandren (1%), d-sabinen
(0,6%), cineol (1%), borneol (0,5%), alfa-atlanton, dan gamma-atlanton. Sementara itu,
komponen utama pati berkisar 40-50% dari berat kering rimpang.
Komponen zat warna atau pigmen pada kunyit yang utama dalah kurkumin, yakni
sebanyak 2,5-6%. Di samping itu, kunyit juga mengadung zat warna lain, seperti
monodesmetoksikurkumin dan biodesmetoksikurkumin. Setiap rimpang segar kunyit
mengandung ketiga senyawa ini sebesar 0,8%. Pigmen kurkumin inilah yang memberi
warna kuning oranye pada rimpang. Selain itu, kurkumon juga memberi sumbnagna
terhadap karakter kepedasan yang lembut pada rempah.
Tanaman kunyit carietas allepay mengandung kurkumin 6,5%. Kunyit varietas
madras mengandung kurkumin 3,5%. Kunyit jawa mengandung 0,63-0,76%. Besarnya
kandungan kurkumin ini dianalisis menggunakan analisis spektrofotometri. Kandungan
Kimiawi dalam rimpang kunyit selengkapnya dapat dilihat di Tabel 1 berukut ini.
3


Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

Tabel 1. Kandungan kimia dalam rimpang kunyit per 100 gram bahan yang dapat
dimakan.
No

Nama Komponen

Komposisi

1
Air
11,4 g
2
Kalori
1480 kal
3
Karbohidrat
64,9 g

4
Protein
7,8 g
5
Lemak
9,9 g
6
Serat
6,7 g
7
Abu
6,0 g
8
Kalsium
0,182 g
9
Fosfor
0,268 g
10
Besi

41 g
11
Vitamin A
12
Vitamin B
5 mg
13
Vitamin C
26 mg
14
Minyak asiri
3%
15
Kurkumin
3%
Sumber : Farell (1990) serta Natarajan dan Lewis (1980) dalam Sejati, N.I.P., 2002

D. EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu
komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang

sesuai dengan komponen yang diinginkan.Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan
sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut
antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut lain. Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium
maupun industry. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan pelarut.
Ekstraksi

pada

prinsipnya

adalah

teknik

pemisahan

(separasi)


yang

mengeksploitasi perbedaan sifat kelarutan dari masing-masing komponen campuran
terhadap jenis pelarut tertentu. Hasil akhir yang diperoleh pada proses ekstraksi adalah
ekstrak kental atau liquid kental yang mengandung sari/kandungan dari bahan baku
tanaman tanpa adanya ampas tanaman.

4

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

E. MASERASI
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan
atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang
dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas. Namun
biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas
(termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini
membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi
dapat kita sebut metoda “perendaman” karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan

hanya merendam sample tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila
diperlukan).
F. ISOLASI
Sebuah teknik pemisahan senyawa dalam campurannya sehingga didapatkan hasil
senyawaan tunggal yang murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa yang
dikategirukan sebga metabolit primer dan metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi
senyawa dari bahan alami ini mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolit
sekunder, karena senyawa metabolit sekunder diyakini dan telah diteliti dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain bidang pertanian, kesehatan
dan pangan.
Identifikasi awal diperlukan untuk mengarahkan proses isolasi ke suatu senyawa
yang lebih dominan. Usaha mengekfektifkan isolasi senyawa yaitu dengan pemilihan
pelarut organik yang spesifik mengarah pada suatu senyawa yang ingin diisolasi. Prinsip
pemilihan pelarutan ialah “Like Disolve Like” dimana pelarut polah akan mudah
melarutkan senyawaan polar begitu juga dengan pelarut non polar yang akan melarutkan
senyawa non polar.
G. SKRINNING FITOKIMIA
Skrinning fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk
mengidentifikasi kandungan kimia dalam tumbuhan karena pada tahap ini kita bisa
mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung dalam tumbuhan yang sedang diuji.
Dari semua kelompol seyawa, skrinning fitokimia umumnya dilakukan terhadap
kelompok fenol, terpenoid dan senyawa nitrogen.
H. ROTARY EVAPORATOR
Rotary vakum evaporator merupakan suatu instrumen yang tergabung antara
beberapa instrumen, yang menggabung menjadi satu bagian, dan bagian ini dinamakan
5

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

rotary vakum evaporator. Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan
prinsip destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan
tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut
dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena
hasil yang diperoleh sangatlah akurat.
Bila dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya menggunakan
teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan menggunakan oven. Maka
bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih unggul. Karena pada instrumen ini
memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya. Dan teknik
yang digunakan dalam rotary vakum evaporator ini bukan hanya terletak pada
pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu
alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan
menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun
mengendap. Dan dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang
terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.

BAB III
METODE EKSTRAKSI DAUN KUNYIT
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kunyit. Jenis
tanaman yang telah dipilih dibersihkan dan disimpan pada suhu kamar sebelum
diperlakukan. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berkualifikasi pro analisis: etanol, natrium nitrit, natrium hidroksida, vanilin, asam
klorida, natrium karbonat, aluminium klorida, eritrosin, vitamin E dan reagen FolinCiocalteu diperoleh dari Merck (Darmstadt, Germany), diperoleh dari pasar lokal dan 1,16

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Katekin, asam galat dan kuersetin diperoleh Sigma
Chemical Co. (St. Lois, MO). Alat-alat yang digunakan adalah kotak cahaya (70 x 50 x
60 cm) dengan 4 buah lampu fluoresen 15 wat (Silvania), Pengukur intensitas cahaya
(Extect, Cole-Palmer Instrument, Co.), gelas Erlenmeyer, timbangan analitis digital dan
spektrofotometer UV-Vis (Milton Roy UV-Vis 501).
B. METODE
1. Ekstraksi Daun Kunyit
Ekstraksi dilakukan dengan 3 macam pelarut, yaitu metanol 80%, etanol 80% dan
aseton 80%. Berikut prosedur ekstraksi daun kunyit sebelum digunakan untuk
analisis fitokimia dan pengujian aktivitas penstabil oksigen singlet.

15 g serbuk daun
kunyit

diekstraksi masingmasing 100 mL
etanol 80%, metanol
80%, aseton 80%
selama 24 jam

saring dengan kertas
Whatman No. 1

ekstrak disimpan
pada suhu -1000C

Pekatkan filtrat
dengan rotary
evaporator pada suhi
4000C

2. Penentuan Kandungan Total Fenol
Total fenol dalam sampel ditentukan dengan metode Jeong et al. (2005). Sampel

ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu (50%)
dalam tabung reaksi dan kemudian campuran ini digojog selama 3 menit. Setelah
interval waktu 3 menit, 1 mL larutan Na2CO3 2% ditambahkan. Selanjutnya
campuran disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbansi ekstrak
dibaca dengan spektrofotometer pada λ 750 nm. Hasilnya dinyatakan sebagai
ekuivalen asam galat dalam mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan pada
cara yang sama menggunakan asam galat sebagai standar.
3. Penentuan Kandungan Flavonoid

7

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

Menggunakan metode Meda (2005). 5 mL ekstrak daun kunyit ditambahkan
dengan 5 mL alumunium klorida 2% dalam metanol kemudian divortek dan ditera
pada λ 415 nm. Kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin
dalam mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan pada cara yang sama
menggunakan kuersetin sebagai standar.
4. Penentuan Tanin Terkondensasi
Kandungan tanin terkondensasi sampel ditentukan menurut metode JulkunenTinto (1985). Sebanyak 0,1 mL ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi yang
dibungkus aluminium foil, lalu ditambahkan 3 mL larutan vanilin 4% (b/v) dalam
metanol dan digojog. Segera sesudah ditambahkan 1,5 mL HCl pekat dan digojog
lagi. Absorbansi dibaca pada λ 500 nm setelah campuran diinkubasi selama 20
menit pada suhu kamar. Hasilnya diplotkan terhadap kurva standar katekin yang
dipersiapkan dengan cara yang sama. Kandungan tanin terkondensasi dinyatakan
sebagai mg/kg ekstrak.
5. Penentuan Penangkapan Radikal Bebas DPPH
Penentuan aktivitas penangkapan (scavenger) radikal bebas dari ekstrak bawang
merah diukur dengan metode Burda and Oleszek (2001) yang dimodifikasi.
Sebanyak 0,1 mM larutan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dalam etanol
dipersiapkan kemudian 2 mL dari larutan ini ditambahkan 0,5 mL sampel ekstrak
tanaman. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan efesiensi
penangkapan radikal. Lima menit terakhir dari beberapa menit, absorbansi diukur
pada l 517 nm. Persentase aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH dihitung
menggunakan rumus:
Aktivitas Penangkap Radikal Bebas=1−

Absorbansi Sampel
×100
Absorbansi Kontrol

C. ANALISIS DATA
Semua perlakukan yang dilakukan dengan dua kali pengulangan dan dianalisis
secara statistik analisis varian (ANOVA). Analisis data untuk diperloreh nilai standar
deviasi dari pengulangan yang dilakukan.

8

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SKRINING FITOKIMIA
SkrIning kandungan fitokimia dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
kandungan fenolik, flavonoid dan tanin terkondensasi dalam ekstrak metanol (EM),
ekstrak etanol (EE) dan ekatrak aseton (EA) disajikan dalam tabel 1. Dari ketiga ekstrak
kunyit yang diuji, semua ekstrak memiliki kandungan fenolik, flavonoid dan tannin yang
signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa ekstrak kunyit yang diuji kaya dalam
fitokimia fenolik, flavonoid dan tanin. Dari data secara kuantitatif menunjukkan bahwa
kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin pada ekstrak kunyit kelihatan sangat berbeda
diantara jenis pelarut yang digunakan (Tabel 1).
Tabel 1. Kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin terkondensasi dalam ketiga
ekstrak kunyit.
N
SAMPEL
Fenolik*
Flavonoid*
Tanin
(mg/kg)
(mg/kg)
Terkondensasi*
O
(mg/kg)
a
1
Ekstrak Metanol (EM) 139,080,02a
16,890,01
35,940,01a
2

Ekstrak Etanol (EE)

96,670,01b

9

13,800,018ab

54,720,01ab

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

3

Ekstrak Aseton (EA)

117,140,03c

14,500,01b

42,440,08b

Data dinyatakan dalam rata-rata dan standar deviasi (SD) dari dua ulangan. *Data dengan
superscript huruf yang sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata (α EE.
C. KESIMPULAN
Daun kunyit yang diekstraksi dengan pelarut metanol 80%, etanol 80% dan
aseton 80% mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan tannin terkondensasi yang
signifikan. Ekstrak methanol dan aseton dari daun kunyit memiliki kemampuan yang kuat
sebagai penstabil oksigen singlet dan penangkal radikal bebas DPPH daripada ekstrak
etanol. Ketiga ekstrak memiliki aktivitas penstabil oksigen singlet tergantung pada
konsentrasi, semakin besar konsentrasi ketiga ekstrak menunjukkan aktivitas yang paling
kuat.

11

Kelompok 12 2D2 – Nabella & Ulimaz

BAB V
PENUTUP
Semoga makalah Teknik Maserasi Daun Kunyit ini dapat dipahami dan menambah
wawasan bagi penyususn serta siapapun yang membacanya. Terima kasih banyak kepada
semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

12