BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA | Karya Tulis Ilmiah
MEDIKAL BEDAH
BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Prostat terdiri dari
Bentuk
Basis
Ukuran
Urethra
#
#
#
:
:
:
:
:
Kelenjar
50 - 70 %
Sroma
Musculer
30 - 50 %
Bentuk
: terbalik, terjepit
leher buli-buli, apex diafragma urogenetalia
P : 4 – 6 cm
L : 3 – 4 cm T : 2 – 3 cm
Poterior berjalan ditengahnya.
PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami
hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Respon Bladder terhadap tahanan ini :
# Hiperiritable : urgency dan frekuensi
# Bladder mencoba kompensasi terhadap peningkatan beban kerja, otot
dinding buli-buli hypertropi
# Jika sumbatan aliran urine berlanjut
dilatasi ureter dan ginjal
(hidrometer, hydronephrosis). Pembesaran prostat dapat juga menyumbat
leher buli-buli atau urethra prostatica
retensi urine
UTI
ETIOLOGI
# Sebab yang pasti belum diketahui
# Faktor yang berperan :
➢
Sifat Jaringan : Berasal dari sinus urogenital yang
berpotensi proliferasi
➢Hormonal ( pubertas
BPH θ )
Kastrasi
➢Usia (balance hormonal berubah)
Beberapa hypothesa :
1. Dihidrotestosteron (DHT)
5 alpha reduktase meningkat
DHT meningkat + androgen reseptor
proliferasi sel prostat
2. Inbalace estrogen - testosteron
Usia meningkat
testosteron menurun
estrogen tetap
Estrogen bebas
testosteron bebas
meningkat
proliferasi sel, kematian sel
menurun.
3. Berkurangnya sel yang mati
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
# Suspect BPH
umur ??
# Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.
# Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah,
intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak
disertai gejala pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.
# BPH > 60 tahun
hematuri
Pemeriksaan fisik
# Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus,
echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
# Distensi kandung kemih
Inspeksi : menonjol
Palpasi : ballotement
Perkusi : redup
#
retensi urine
retensi urine
Pemeriksaan prostat
posisi knee chest
COLOK DUBUR
Syarat
: buli-buli kosong / dikosongkan
Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat
Kreteria besarnya prostat
Derajat I : berat
s.d. 20 gr
II : berat
20 – 40 gr
III : berat
> 40 gr
datar
cembung
Pemeriksaan laborat
# Urinalisis ( test glukosa, protein, bekuan darah dan PH )
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM atau PUS.
# RFT
evaluasi fungsi renal
# Serum acid phosphatase
prostat malignancy
Pemeriksaan uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher bulibuli
Q max : >
15 ml / detik
non obstruksi
10 - 15 ml / detik
border line
<
10 ml / detik
obstruktif
Intra Vena Pyelografi ( IVP )
# Indikasi
: disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
# Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
DIAGNOS KEPERAWATAN
1. Potensial injury dan potensial infeksi s.d obstruksi perkemihan
# Nyeri s.d obstruksi urinary
# Dysfungsi sexual s.d obstrusi perkemihan
# Kecemasan s.d obstruksi urinary
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
PERENCANAAN
Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari pengobatan retensi
Urine.
Intervensi:
# Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi
hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
➢ Prostatic massage
➢ Frekuensi coitus meningkat
➢ Masturbasi
2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan
diuretic mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot detrussor
menurun.
3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,
anti histamin, decongestan.
4. Terapi medikamentosa pada BPH
a. Fito Terapi
* Hypoxis rosperi (rumput)
* Serenoa repens (palem)
* Curcubita pepo (waluh )
b. 1). GOLONGAN SUPRESSOR ANDROGEN
Inhibitor 5 alfa reduktase
Anti androgen
Analog LHRH
2). GOLONGAN ALFA BLOKER
Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
#
Pembedahan
Indikasi pembedahan BPH
Retensi urine akut
Retensi urine kronis
Residual urine > 100 ml
BPH dengan penyulit
Terapi medikamentosa tak berhasil
Flow metri obstruktif
# Kontra indikasi
IMA
CVA akut
# Tujuan :
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
Memperbaiki kualitas hidup
1). TUR – P
90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial
Keuntungan :
Lebih aman pada klien yang
pembedahan
mengalami
resiko
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
tinggi
MEDIKAL BEDAH
Tak perlu insisi pembedahan
Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian
:
Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
Kemungkinan trauma urethra
strictura urethra
2)
Retropubic atau extravesical prostatectomy
Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih
3)
Perianal prostatectomy
# Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
# Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
# Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
4)
PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan
dan memberikan informasi yang akurat pada klien
Type pembedahan
Jenis anesthesi
TUR – P, general / spina anesthesi
Cateter : folly cateter, CBJ
POST OPERATIF CARE
a. TUR – P
Setelah TUR – P klien dipasang tree way folley cateter dengan retensi
balon 30 – 40 ml. Kateter di tarik untuk membantu hemostasis
Intruksikan klien untuk tidak mencoba mengosongkan bladder Otot
bladder kontraksi
nyeri spasme
CBI (Continuous Bladder Irigation) dengan normal salin
mencegah
obstruksi atau komplikasi lain CBI – P. Folley cateter diangkat 2 – 3 hari
berikutnya
Ketika kateter diangkat timbul keluhan : frekuency, dribbling, kebocoran
normal
Post TUR – P : urine bercampur bekuan darah, tissue debris meningkat
intake cairan minimal 3000 ml / hari
membantu
menurunkan
disuria dan menjaga urine tetap jernih.
b. OPEN PROSTATECTOMY
Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena
bladder spsme atau pergerakan
Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
Arterial bleeding
urine kemerahan (saos) + clotting
Venous bleeding
urine seprti anggur
traction kateter
Vetropubic prostatectomy
Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat
deep wound infection, pelvic abcess
Suprapubic prostatectomy
= Perlu CBI via suprapubic
klien diinstruksikan
sampai CBI dihentikan
= Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
tetap
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
tidur
MEDIKAL BEDAH
= Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan klien
disuruh miksi dan dicek residual urine, jika residual urine ± 75 ml,
kateter diangkat
EVALUASI
Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi
urinari adalah :
1). Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen
2). Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
3). Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio
urine.
4). Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.
KASUS
Tn. X. usia 56 tahun, datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing,
disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa ada
sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.
a. Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?
b. Keluhan / gejala apa yang mendukung ?
c. Pemeriksaan apa yang diperlukan ?
d. Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?
e. Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?
f. Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?
PENYULIT BPH
BPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN
DAPAT BERAKIBAT :
1. MENURUNNYA KUALITAS HIDUP
2. INFEKSI SALURAN KENCING
3. TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI
4. HEMORROID
5. RETENSIO URINE
6. GANGGUAN FUNGSI GINJAL
7. HIDRONEFROID
8. HEMATURIA
Watchful Waiting
Indikasi
: BPH dengan IPPS Ringan
Baseline data normal
Flowmetri non obstruksi
Follow – up : Tiap 3 – 6 bulan
INDIKASI PEMBEDAHAN BPH
➢
➢
➢
➢
➢
➢
Retensi urin akut
Retensi urin kronis
Residual urine > 100 ml
BPH dengan penyulit
Terapi medika mentosa tidak berhasil
Flowmetri obstruktif
KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
➢ Infark Miokard Akut
➢ CVA Akut
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
PEMBEDAHAN BPH
# TUR PROSTAT
: 90 - 95 %
# OPEN PROSTATECTOMY : 5 - 10 %
BPH YANG BESAR ( 50 - 100 GRAM )
Tidak habis direseksi
dalam1 jam. Disertai BBB Besar (>2,5cm), multiple.Fasilitas TUR tak ada.
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
PROSES MIKSI
FASE PENGISIAN
Pves :
< 20 cm H2O
Pup : 60 – 100 cm H2O
FASE EKSPULSI :
ISI BLADER 200 – 300 ml
Mulai terangsang ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
Tonus Bladder 60 – 120 cm H2O (ingin kencing)
Up membuka, sp. Eks masih menutup
BPH
P up meningkat
Kontraksi Detrusor meningkat
Hipertropi
P Ves > P up
Fase Kompensata
Kualitas miksi masih baik
P Ves < P up
Fase Decompensata
Retensio Urine
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Prostat terdiri dari
Bentuk
Basis
Ukuran
Urethra
#
#
#
:
:
:
:
:
Kelenjar
50 - 70 %
Sroma
Musculer
30 - 50 %
Bentuk
: terbalik, terjepit
leher buli-buli, apex diafragma urogenetalia
P : 4 – 6 cm
L : 3 – 4 cm T : 2 – 3 cm
Poterior berjalan ditengahnya.
PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami
hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Respon Bladder terhadap tahanan ini :
# Hiperiritable : urgency dan frekuensi
# Bladder mencoba kompensasi terhadap peningkatan beban kerja, otot
dinding buli-buli hypertropi
# Jika sumbatan aliran urine berlanjut
dilatasi ureter dan ginjal
(hidrometer, hydronephrosis). Pembesaran prostat dapat juga menyumbat
leher buli-buli atau urethra prostatica
retensi urine
UTI
ETIOLOGI
# Sebab yang pasti belum diketahui
# Faktor yang berperan :
➢
Sifat Jaringan : Berasal dari sinus urogenital yang
berpotensi proliferasi
➢Hormonal ( pubertas
BPH θ )
Kastrasi
➢Usia (balance hormonal berubah)
Beberapa hypothesa :
1. Dihidrotestosteron (DHT)
5 alpha reduktase meningkat
DHT meningkat + androgen reseptor
proliferasi sel prostat
2. Inbalace estrogen - testosteron
Usia meningkat
testosteron menurun
estrogen tetap
Estrogen bebas
testosteron bebas
meningkat
proliferasi sel, kematian sel
menurun.
3. Berkurangnya sel yang mati
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
# Suspect BPH
umur ??
# Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.
# Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah,
intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak
disertai gejala pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.
# BPH > 60 tahun
hematuri
Pemeriksaan fisik
# Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus,
echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
# Distensi kandung kemih
Inspeksi : menonjol
Palpasi : ballotement
Perkusi : redup
#
retensi urine
retensi urine
Pemeriksaan prostat
posisi knee chest
COLOK DUBUR
Syarat
: buli-buli kosong / dikosongkan
Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat
Kreteria besarnya prostat
Derajat I : berat
s.d. 20 gr
II : berat
20 – 40 gr
III : berat
> 40 gr
datar
cembung
Pemeriksaan laborat
# Urinalisis ( test glukosa, protein, bekuan darah dan PH )
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM atau PUS.
# RFT
evaluasi fungsi renal
# Serum acid phosphatase
prostat malignancy
Pemeriksaan uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher bulibuli
Q max : >
15 ml / detik
non obstruksi
10 - 15 ml / detik
border line
<
10 ml / detik
obstruktif
Intra Vena Pyelografi ( IVP )
# Indikasi
: disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
# Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
DIAGNOS KEPERAWATAN
1. Potensial injury dan potensial infeksi s.d obstruksi perkemihan
# Nyeri s.d obstruksi urinary
# Dysfungsi sexual s.d obstrusi perkemihan
# Kecemasan s.d obstruksi urinary
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
PERENCANAAN
Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari pengobatan retensi
Urine.
Intervensi:
# Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi
hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
➢ Prostatic massage
➢ Frekuensi coitus meningkat
➢ Masturbasi
2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan
diuretic mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot detrussor
menurun.
3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,
anti histamin, decongestan.
4. Terapi medikamentosa pada BPH
a. Fito Terapi
* Hypoxis rosperi (rumput)
* Serenoa repens (palem)
* Curcubita pepo (waluh )
b. 1). GOLONGAN SUPRESSOR ANDROGEN
Inhibitor 5 alfa reduktase
Anti androgen
Analog LHRH
2). GOLONGAN ALFA BLOKER
Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
#
Pembedahan
Indikasi pembedahan BPH
Retensi urine akut
Retensi urine kronis
Residual urine > 100 ml
BPH dengan penyulit
Terapi medikamentosa tak berhasil
Flow metri obstruktif
# Kontra indikasi
IMA
CVA akut
# Tujuan :
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
Memperbaiki kualitas hidup
1). TUR – P
90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial
Keuntungan :
Lebih aman pada klien yang
pembedahan
mengalami
resiko
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
tinggi
MEDIKAL BEDAH
Tak perlu insisi pembedahan
Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian
:
Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
Kemungkinan trauma urethra
strictura urethra
2)
Retropubic atau extravesical prostatectomy
Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih
3)
Perianal prostatectomy
# Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
# Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
# Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
4)
PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan
dan memberikan informasi yang akurat pada klien
Type pembedahan
Jenis anesthesi
TUR – P, general / spina anesthesi
Cateter : folly cateter, CBJ
POST OPERATIF CARE
a. TUR – P
Setelah TUR – P klien dipasang tree way folley cateter dengan retensi
balon 30 – 40 ml. Kateter di tarik untuk membantu hemostasis
Intruksikan klien untuk tidak mencoba mengosongkan bladder Otot
bladder kontraksi
nyeri spasme
CBI (Continuous Bladder Irigation) dengan normal salin
mencegah
obstruksi atau komplikasi lain CBI – P. Folley cateter diangkat 2 – 3 hari
berikutnya
Ketika kateter diangkat timbul keluhan : frekuency, dribbling, kebocoran
normal
Post TUR – P : urine bercampur bekuan darah, tissue debris meningkat
intake cairan minimal 3000 ml / hari
membantu
menurunkan
disuria dan menjaga urine tetap jernih.
b. OPEN PROSTATECTOMY
Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena
bladder spsme atau pergerakan
Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
Arterial bleeding
urine kemerahan (saos) + clotting
Venous bleeding
urine seprti anggur
traction kateter
Vetropubic prostatectomy
Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat
deep wound infection, pelvic abcess
Suprapubic prostatectomy
= Perlu CBI via suprapubic
klien diinstruksikan
sampai CBI dihentikan
= Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
tetap
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
tidur
MEDIKAL BEDAH
= Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan klien
disuruh miksi dan dicek residual urine, jika residual urine ± 75 ml,
kateter diangkat
EVALUASI
Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi
urinari adalah :
1). Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen
2). Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
3). Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio
urine.
4). Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.
KASUS
Tn. X. usia 56 tahun, datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing,
disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa ada
sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.
a. Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?
b. Keluhan / gejala apa yang mendukung ?
c. Pemeriksaan apa yang diperlukan ?
d. Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?
e. Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?
f. Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?
PENYULIT BPH
BPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN
DAPAT BERAKIBAT :
1. MENURUNNYA KUALITAS HIDUP
2. INFEKSI SALURAN KENCING
3. TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI
4. HEMORROID
5. RETENSIO URINE
6. GANGGUAN FUNGSI GINJAL
7. HIDRONEFROID
8. HEMATURIA
Watchful Waiting
Indikasi
: BPH dengan IPPS Ringan
Baseline data normal
Flowmetri non obstruksi
Follow – up : Tiap 3 – 6 bulan
INDIKASI PEMBEDAHAN BPH
➢
➢
➢
➢
➢
➢
Retensi urin akut
Retensi urin kronis
Residual urine > 100 ml
BPH dengan penyulit
Terapi medika mentosa tidak berhasil
Flowmetri obstruktif
KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
➢ Infark Miokard Akut
➢ CVA Akut
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
PEMBEDAHAN BPH
# TUR PROSTAT
: 90 - 95 %
# OPEN PROSTATECTOMY : 5 - 10 %
BPH YANG BESAR ( 50 - 100 GRAM )
Tidak habis direseksi
dalam1 jam. Disertai BBB Besar (>2,5cm), multiple.Fasilitas TUR tak ada.
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
PROSES MIKSI
FASE PENGISIAN
Pves :
< 20 cm H2O
Pup : 60 – 100 cm H2O
FASE EKSPULSI :
ISI BLADER 200 – 300 ml
Mulai terangsang ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
Tonus Bladder 60 – 120 cm H2O (ingin kencing)
Up membuka, sp. Eks masih menutup
BPH
P up meningkat
Kontraksi Detrusor meningkat
Hipertropi
P Ves > P up
Fase Kompensata
Kualitas miksi masih baik
P Ves < P up
Fase Decompensata
Retensio Urine
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III
MEDIKAL BEDAH
EDITOR : SUBHAN (KELOMPOK SEBELAS) PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III