9f18d099 5b40 49cd 8e8d ac0457ba0f8a

PANDUAN PENERAPAN
DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM) DI DAERAH

Pengarah:
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri,
Sekretaris Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri,
Direktur Urusan Pemerintahan Daerah I, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Direktur Urusan Pemerintahan Daerah II, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Tim Penyusun (Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri):
Ir. Diah Indrajati, Nata Irawan, SH.,M.Si., Ir. Rosihan, M.Si., Sunarto, SH., M.SI,
Drs. Djuhardi, M.Si., Atik Maryatti, S.Sos., M.Si, Dra. Eny Indiriaty, Ir. Ema Budiastuti
dan DR. Paudah, M.Si
Kontributor (GIZ):
Dr. Manfred Poppe, MP. Dwi Widiastuti, Wahyu Mulyana, Mukhlis Abidi
Editor (GIZ):
Hartian Silawati
Design:
Hasbi Akhir (www.aisukenet.com)


PANDUAN PENERAPAN
DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM) DI DAERAH

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
OTONOMI DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Secara normatif upaya meningkatkan kesejahteraan dan demokratisasi
telah diatur dalam kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang
tertuang di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam koridor Undang-undang tersebut menganut
sistem otonomi luas, nyata dan bertangung jawab yang mengisyaratkan
Pemerintah Daerah bahwa dalam menentukan isi otonomi atau

kewenangannya harus dikaitkan dengan kebutuhan riil masyarakatnya.
Betapapun luasnya otonomi daerah harus mampu melahirkan pelayananpelayanan publik yang berkorelasi dengan kebutuhan masyarakat. Dalam
koridor ini maka isi otonomi daerah diorientasikan kepada penyediaan
pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) dan
pemenuhan kebutuhan dengan pengembangan sektor unggulan.
Sebagai upaya untuk mendorong pemerintah daerah dalam penyediaan
pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,
Pemerintah telah menyusun dan menetapkan Standar Pelayanan
Minimal yang merupakan standar minimum pelayanan publik yang wajib
disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Secara spesiik,
terdapat beberapa hal yang hendak dicapai melalui adanya SPM ini yaitu:
1. Menjamin diperolehnya minimum layanan yang dapat diakses oleh
masyarakat secara merata dan yang wajib disediakan oleh Pemerintah
Daerah sesuai ukuran yang ditetapkan oleh Pemeirntah di dalam setiap
SPM.

ii

2. Digunakan sebagai sarana untuk menentukan jumlah anggaran yang
dibutuhkan dalam menyediakan suatu layanan publik dan menentukan

Standard Spending Assessment (SSA) yang bermanfaat untuk
penghitungan biaya layanan, sehingga dapat dihitung kebutuhan
agregat minimum pembiayaan daerah dengan lebih terukur.
3. Dapat dijadikan dasar dalam menentukan anggaran kinerja yang
berbasis manajemen kinerja.
Saat ini Pemerintah telah menetapkan 15 SPM dan menjadikan SPM
sebagai kebijakan prioritas nasional yang harus ditindaklanjuti oleh daerah
melalui penerapan SPM di daerah.
Dalam rangka mendorong percepatan penerapan SPM di daerah,
Kementerian Dalam Negeri telah menyampaikan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 100/1023/SJ tanggal 26 Maret 2012 tentang
Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah.
Sebagai langkah konkrit untuk mendorong percepatan penerapan SPM
maka dirasakan perlu untuk menyampaikan teknis Panduan pedoman
penerapan dan pencapaian SPM sebagi acuan dan petunjuk teknis bagi
daerah dalam menerapkan dan mencapai SPM di daerah.
Semoga Tuhan yang Maha Esa meridhoi seluruh pengabdian kita kepada
masyarakat, bangsa dan negara. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Direktur Jenderal Otonomi Daerah,

Prof. DR. H. Djohermansyah Djohan, MA.

iii

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

DAFTAR ISI

iv

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH

ii

DAFTAR ISI

iv


DAFTAR SINGKATAN

vii

BAB 1 PENDAHULUAN

2

Latar Belakang

2

Maksud dan Tujuan

3

Ruang Lingkup Panduan

4


Sistematika Penulisan

4

BAB 2 KERANGKAREGULASI SPM

6

Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan

8

Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Penganggaran

8

Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM

9


BAB 3 PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM

10

Pengertian SPM

10

Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan

10

Ruang Lingkup SPM

12

Status Penyusunan dan Penetapan SPM

13


BAB 4 PANDUAN PENYUSUNAN RENCANAPENERAPAN DAN
PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

16

Ruang Lingkup

16

BAB 5 TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM
DI DAERAH

20

5.1

Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah

21


5.2

Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah

27

5.3

Pengumpulan Data dan Informasi

31

5.4

Reviu Program dan Kegiatan Penerapan SPM Dalam
Dokumen Rencana Pembangunan Daerah

39


5.5

Penyusunan Proil Pelayanan Dasar di Daerah

41

5.6

Penyusunan Program dan Kegiatan Pencapaian SPM

50

5.7

Penentuan Target dan Capaian SPM

56

5.8


5.8 Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM

60

5.9

Pelaksanaan Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana
Pembangunan Daerah

65

5.10

Monitoring dan Evaluasi Pencapaian SPM

68

5.11

Pelaporan Penerapan SPM di Daerah

77

REFERENSI

82

LAMPIRAN

84

LAMPIRAN I PROFIL PELAYANAN DASAR DI PROVINSI

84

LAMPIRAN II PROFIL PELAYANAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

98

v

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

Daftar Gambar
Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan

12

Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah

19

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah

24

Gambar 5.2 Perhitungan Target Capaian SPM

57

Gambar 5.3 Hubungan Rencana Pencapaian SPM di Daerah dan
66
Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Penerapan

Daftar Tabel
Tabel 3.1

Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi

14

Tabel 3.2

Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah
Kabupaten/Kota

15

Tabe 5.1

Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM
di Daerah

26

Tabel 5.2

Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator, Deinisi
Operasional, Target dan Batas Waktu Capaian SPM

33

Tabel 5.3

Check-List Kebutuhan Data Indikator SPM

35

Tabel 5.4

Reviu Program dan Kegiatan Penerapan SPM dalam
Dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD

40

Tabel 5.5

Kompilasi Indikator SPM

43

Tabel 5.6

Identiikasi Permasalahan Pencapaian SPM

46

Tabel 5.7

Proil Pelayanan Dasar

49

Tabel 5.8

Identiikasi Program dan Kegiatan SPM*)

55

Tabel 5.9

Penentuan Target Capaian SPM*)

59

Tabel 5.10

Formula Perhitungan Biaya Indikator SPM

61

Tabel 5.11

Pengitungan Kebutuhan Pembiayaan Pencapaian
SPM di Daerah

64

Daftar Kotak

vi

Kotak 1.

Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah (Usulan)

27

Kotak 2.

Penyajian Laporan Kinerja Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah

79

DAFTAR SINGKATAN

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

ASB

Analisis Standar Belanja

DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DSF

Decentralization Support Facility

EKPPD

Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah

GIZ

Deutsche Gesellschaft fuer Internationale
Zusammenarbeit

IKK

Indikator Kinerja Kunci

ILPPD

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah

Juknis

Petunjuk Teknis

K/L

Kementerian/Lembaga

KUA

Kebijakan Umum Anggaran

LKPJ

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

LPND

Lembaga Pemerintah Non Departemen

LPPD

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Permendagri

Peraturan Menteri Dalam Negeri

PP

Peraturan Pemerintah

PPA

Prioritas dan Plafon Anggaran

PPAS

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

vii

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

viii

RAPBD

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Renja SKPD

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA SKPD

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah

RKP

Rencana Kerja Pemerintah

RPJMD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJPD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah

SPM

Standar Pelayanan Minimal

TAPD

Tim Anggaran Pemerintah Daerah

UU

Undang Undang

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia secara efektif
dilaksanakan sejak tahun 2000 dimaksudkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Sejalan dengan prinsip
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, pemerintah daerah
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang
dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Berbagai
perubahan mendasar pengelolaan pemerintahan telah dilakukan termasuk
penyediaan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.
Sesuai dengan UU Pemerintahan Daerah, penyediaan dan pemenuhan
pelayanan dasar bagi masyarakat harus memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah (Kementerian/Lembaga).
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM)sebagai acuan penyusunan dan penetapan SPM oleh
Kementerian/Lembaga dan penerapannya di daerah. Hingga pertengahan
2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/Lembaga.
Penerapan dan pencapaian SPM di daerah menghadapi banyak kendala,
antara lain: masih kurangnya pemahaman mengenai SPM, terbatasnya
kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan dasar,

2

tidak tersedianya data yang valid, dan belum disusunnya rencana
pencapaian SPM di daerah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
pusat adalah mendorong percepatan penerapan SPM di daerah sebagai
kebijakan prioritas nasional yang perlu mendapat perhatian dan
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.Untuk membantu percepatan
penerapan SPM di daerah, maka perlu disusun sebuah buku panduan yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun
rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah.

Maksud dan Tujuan
Buku panduan ini dimaksudkan sebagai alat bantu yang dapat
memberikan tambahan pemahaman dan kapasitas pemerintah daerah
dalam penyusunan rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan panduan ini
adalah untuk:
1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyusun
database proil pelayanan dasar daerah;
2. Meningkatkan pemahaman tentang berbagai implikasi dari penerapan
SPM dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
3. Memberikan panduan bagi penyelenggara pelayanan dasar di daerah
dalam menyusun rencana program dan kegiatan serta kebutuhan
anggaran untuk menerapkan SPM di daerah;

3

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

4. Mendorong pemerintah daerah untuk mengimplementasikan SPM
dalam perencanaan dan penganggaran daerah.

Ruang Lingkup Panduan
Buku panduan ini disusun berdasarkan substansi peraturan perundangan
terkait SPM yang telah diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga dengan
tambahan penjelasan tahapan dan langkah-langkah penerapan dan
pencapaian SPM berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Sesuai dengan tujuannya, panduan ini bersifat memberikan tambahan
informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menyusun rencana
pencapaian SPM di daerah dan menghitung kebutuhan pembiayaan
pelaksanaan SPM. Penyajian panduan disusun dalam format dan
sistematika pembahasan yang mudah dipahami pengguna (user-friendly),
yaitu terutama SKPD di lingkup provinsi, kabupaten dan kota.
Lingkup materi yang disampaikan dalam panduan terdiri dari tahapan
dan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah,
termasuk didalamnya batas waktu, target capaian, rangkaian kegiatan dan
penghitungan kebutuhan pendanaan.

Sistematika Penulisan

4

Bagian I

:

Pendahuluan menguraikan latar belakang, maksud dan
tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan;

Bagian II

:

Kerangka
Regulasi
SPM
menguraikan
peraturan
perundangan terkait SPM mulai dari Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan
Menteri;

Bagian III :

Pengertian danStatus Penetapan SPM menguraikan
pengertian, kedudukan SPM dalam urusan pemerintahan,
ruang lingkup, dan status penyusunan dan penetapan SPM;

Bagian IV :

Panduan Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah menguraikan ruang lingkup, tahapan dan
alur penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah;

Bagian V

Tahapan Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah menguraikan tentang tahap dan langkahlangkah yang dilakukan mulai dari: 1) Pembentukan Tim

:

BAB 1 PENDAHULUAN

Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah,
2) Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah,
3) Pengumpulan Data dan Informasi, 4) Reviu Program
dan Kegiatan Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana
Pembangunan Daerah, 5) Penyusunan Proil Pelayanan Dasar,
6) Penyusunan Program dan Kegiatan Pencapaian SPM, 7)
Penentuan Target Capaian SPM di Daerah, 8) Penghitungan
Kebutuhan Pembiayaan SPM, 9) Pelaksanaan Penerapan
SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah, 10)
Monitoring dan Evaluasi Penerapan SPM di Daerah, 11)
Pelaporan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah

5

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

BAB 2

KERANGKAREGULASI SPM

Kerangka regulasi terkait penyusunan dan penerapan SPM diurutkan
mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan
Keputusan Menteri adalah sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah

6

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan
Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.05-283 Tahun 2011
tentang Pembentukan Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja
Pembangunan Daerah Tahun 2014*)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2013*)
Permen Kementerian/Lembaga terkait SPM
*) Dikeluarkan setiap tahun untuk tahun anggaran berikutnya

7

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan
Standar pelayanan minimumdigunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
PP No. 20/2004 pasal 4 (2)
Pemerintah Daerah menggunakan SPM yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai
salah satu acuan untuk menyusun perencanaan dan penganggaran.
PP No. 65/2005 pasal 9 (2)
Untuk menentukan gambaran kondisi awal rencana pencapaian dan penerapan
SPM, Pemerintah Daerah wajib menyusun, mengkaji dan menganalisis database
proill pelayanan dasar.
Permendagri No. 79/2007 pasal 4 (1)
Pemerintah Daerah menuangkan Rencana Pencapaian SPM dalam RPJMD dan
Renstra SKPD.
PP No. 65/2005 pasal 9(4)
Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10)
Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam
RKP dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya
dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
PP No. 65/2005 pasal 9(5)
Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10)
Program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber pendanaan yang dirumuskan
dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan ... c) urusan
wajib yang mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan
masyarakat, atau urusan pilihan yang menjadi tanggung jawab SKPD.
Permendagri No. 54/2010 pasal 11(1c)
Pencapaian sasaran program SKPD mempertimbangkan pencapaian SPM yang
telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan.
Permendagri No. 54/2010 pasal 88(1)

Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam
Penganggaran
Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM
dalam KUA, PPA dan RKA-SKPD sesuai klasiikasi belanja daerah dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
PP No. 65/2005 pasal 9(5)
Permendagri No. 79/2007 pasal 7(2)
Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara kepala
daerah dengan pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan
SPM.
Permendagri No. 79/2007 pasal 11

8

BAB 2 KERANGKAREGULASI SPM

Penyusunan rencana pencapaian SPMdan anggaran kegiatan yang terkait dengan
pencapaianSPM dilakukan berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah
dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
PP No. 65/2005 pasal 10
Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani
SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB) dan standar satuan
harga.
Penjelasan Permendagri No. 37 Tahun 2012

Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM
Rencana pencapaian target tahunan SPM serta realisasinya diinformasikan kepada
masyarakat sesuai peraturan perundangan.
PP No. 65/2005 pasal 11
Pemerintah Daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan
pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan.
Permendagri No. 6/2007 pasal 17 (1)

Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja
penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
Gubernur menyusun laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian
SPM.
Gubernur menyampaikan ringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan
dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri.

Permendagri No. 6/2007 pasal 16 (1-3)
Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal termasuk salah satu materi dalam
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
PP No. 3/2007 pasal 3(4)
Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari
LPPD, LKPJ, ILPPD.
Permendagri No. 79/2007 pasal 16
EKPPD pada tataran pelaksana kebijakan daerah meliputi aspek penilaian: c) tingkat
pencapaian SPM.
PP No. 6/2008 pasal 19

9

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

BAB 3

PENGERTIAN DAN STATUS
PENETAPAN SPM

Pengertian SPM
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Penekanan kata “minimal” dalam istilah SPM ini mengacu pada batas
minimal tingkat cakupan dan kualitas pelayanan dasar yang harus mampu
dicapai oleh setiap daerah pada batas waktu yang ditentukan. Dengan kata
lain, jenis pelayanan dasar di daerah dapat terlaksana minimal mencapai
indikator dan tingkat nilai pada batas waktu yang ditetapkan Pemerintah.
Dari sisi waktu pencapaiannya, Pemerintah Daerah harus mampu mencapai
tingkat cakupan yang minimal sama atau bahkan lebih cepat dibandingkan
batas waktu yang telah ditetapkan Pemerintah untuk masing-masing
indikator SPM yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga terkait.

Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan
Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi
hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan
untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi
kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan,
dan mensejahterakan masyarakat (Pasal 1 PP Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota).

10

Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi
bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan terdiri dari 2 (dua) jenis urusan yaitu urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar seperti
pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan
kependudukan. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan
terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerahuntuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Penjelasan UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah).
Tidak semua bagian dari urusan wajib adalah pelayanan dasar. Namun,
setiap pelayanan dasar termasuk dalam bagian urusan wajib. SPM
ditetapkan berdasarkan pelayanan dasar tertentu, dimana pelayanan dasar
tersebut adalah bagian dari urusan wajib, dan urusan wajib merupakan
bagian dari urusan pemerintahan. Berikut digambarkan posisi SPM dalam
urusan pemerintahan:

11

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan

Posisi SPM
Urusan
Pemerintahan

Standar Pelayanan
Minimal (SPM)

Urusan Wajib

Pelayanan
Dasar

adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar

Permendagri No.6/2007 pasal 1 (8)

Ruang Lingkup SPM
SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/
Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Urusan wajib yang harus memenuhi SPM yang
telah ditetapkan antara lain bidang:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

12

Kesehatan
Lingkungan Hidup
Pemerintahan Dalam Negeri (kependudukan dan catatan sipil; dan
pemerintahan umum)
Sosial
Perumahan Rakyat
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Pendidikan

BAB 3 PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Ketahanan Pangan
Ketenagakerjaan
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kesenian
Komunikasi dan Informatika
Perhubungan
Penanaman Modal

Besaran dan batas waktu pencapaian SPM ditetapkan oleh masing-masing
Kementerian/Lembaga yang selanjutnya menjadi salah satu acuan bagi
pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran
penyelenggaraan pemerintah daerah. Pemerintah daerah menyusun
rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM
berdasarkan data dasar proil pelayanan dasar yang tersedia. Selanjutnya
rencana pencapaian SPM dan target tahunan menjadi dasar untuk
dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan (RPJMD, Renstra SKPD, RKPD,
Renja SKPD) dan dokumen penganggaran (KUA PPA dan RKA-SKPD).

Status Penyusunan dan Penetapan SPM
Hingga pertengahan 2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/
Lembaga. Beberapa K/L telah melengkapi peraturan SPM dengan petunjuk
teknis/pedoman untuk pelaksanaanya.

13

No

Bidang

Tahun
Penetapan

Juknis/
Panduan
Operasional

Juknis/
Pedoman
Pembiayaan

Jenis
Pelayanan

Jumlah
Indikator

Target
Pencapaian

1

Sosial

2008

V

V

4

7

2015

2

Lingkungan Hidup

2008

V

V

3

3

2013

3

Perumahan Rakyat

2008

V

V

2

3

2025

4

Ketenagakerjaan*)

2010

V

V

5

8

2016

5

Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan
Anak Korban Kekerasan**)

2010

V

V

5

8

2014

6

Ketahanan Pangan

2010

V

V

4

4

2015

7

Kesenian

2010

V

V

2

7

2014

8

Perhubungan

2011

V

V

4

17

2014

9

Penanaman Modal

2011

V

Draft

7

10

2014

9

8

36

67

Total

*) Perubahan atas lampiran ditetapkan dalam Permenakertrans No. 04/2011
**) Tidak ada pemisahan indikator SPM untuk Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

14

Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi

Tabel 3.2 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Kabupaten/Kota
No

Bidang

Tahun
Penetapan

Juknis/
Panduan
Operasional

Juknis/
Pedoman
Pembiayaan

Jenis
Pelayanan

Jumlah
Indikator

Target
Pencapaian

Kesehatan

2008

V

V

4

18

2015

2

Sosial

2008

V

V

4

7

2015

3

Lingkungan Hidup

2008

V

V

4

4

2013

4

Pemerintahan Dalam Negeri*)

2008

V

V

3

6

2011

5

Perumahan Rakyat

2008

V

V

2

3

2025

6

Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan
Anak Korban Kekerasan**)
Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera
Pendidikan Dasar***)
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Ketenagakerjaan
Komunikasi dan Informatika
Ketahanan Pangan
Kesenian
Perhubungan
Penanaman Modal
Total

2010

V

V

5

8

2014

2010

V

V

3

9

2014

2010
2010
2010
2010
2010
2010
2011
2011

V
V
V
V
V
V
V
V
15

V
V
V
Draft
V
V
V
Draft
13

2
8
5
2
4
2
4
7
65

27
23
8
6
7
7
26
10
169

2014
2016
2014
2015
2014
2014
2014

7
8
9
10
11
12
13
14
15

*) Penyempurnaan Permendagri No. 62/2008 ditetapkan dalam Permendagri No. 69 Tahun 2012
**) Tidak ada pemisahan indikator SPM untuk Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
***) Target tahun pencapaian tidak dicantumkan di dalam peraturan

15

BAB 3 PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM

1

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

BAB 4

PANDUAN PENYUSUNAN
RENCANAPENERAPAN DAN
PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

Ruang Lingkup
Berdasarkan Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, pemerintah
daerah menyusun Rencana Pencapaian SPM yaitu target pencapaian SPM
di daerah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional
dan memperhatikan kemampuan daerah. Rencana pencapaian SPM
ini dituangkan dalam dokumen rencana perencanaan pembangunan
daerah dan penganggaran untuk digunakan sebagai dasar perhitungan
kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
Rencana pencapaian SPM merupakan strategi operasional dalam
menerapkan SPM dan bukan dokumen perencanaan tersendiri, namun
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan
pembangunan daerah terutama RPJMD. Dalam hal daerah sudah
menyusun RPJMD, maka rencana pencapaian SPM di daerah menjadi ‘peta
jalan’ yang menjelaskan kondisi daerah saat ini dan target pencapaian SPM
sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Sejauh ini belum banyak
daerah menyusun rencana pencapaian SPM untuk memperjelas target
pencapaian SPM di daerah. Pedoman yang ada belum menjelaskan secara
rinci kedudukan, fungsi dan muatan rencana pencapaian SPM di daerah.
Secara garis besar, ruang lingkup rencana penerapan danpencapaian SPM
yang meliputi:

16

a. Batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan jangka waktu
pencapaian SPM di daerah;
Batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan masing-masing
Kementerian/Lembaga menjadi batas waktu maksimal dari jangka
waktu rencana pencapaian dalam penerapan SPM di daerah.
Pemerintah daerah dapat menetapkan rencana pencapaianSPM lebih
cepat dari batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPND
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Rencana
pencapaian SPM dalam batas waktu tertentu dijabarkan menjadi target
tahunan pencapaian dan penerapan SPM. Target tahunan pencapaian
dan penerapan SPM dituangkan dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah.
b. Sinkronisasi rencana pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan
dan penganggaran;
Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang
dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan
pencapaian SPM. Rencana pencapaian SPM menjadi salah satu faktor
dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon
Anggaran (PPA).
c. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM;
Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara
Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD memuat target pencapaian

17

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

dan penerapan SPM. Selanjutnya, nota kesepakatan tentang KUA dan
PPA menjadi dasar penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,
penganggaran terpadudan penganggaran tahunan berdasarkan
tingkat prestasi kerja yang mengacu pada rencana pencapaian dan
penerapan SPM.
Penyusunan RKA-SKPD program dan kegiatan yang terkait dengan
pencapaian SPM mengacu pada indikator kinerja, capaian atau
target kinerja, Analisis Standar Belanja (ASB), dan satuan harga. RKASKPD yang disahkan oleh Kepala SKPD menggambarkan progam dan
kegiatan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM secara rinci
dan jelas.
Pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan
SPM yangmerupakan tugas dan fungsi pemerintah dibebankan
pada APBN. Sedangkan pendanaan yang berkaitan dengan rencana
pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi
pemerintah daerah dibebankan pada APBD.
d. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target
tahunan SPM kepada masyarakat;
Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan
bagian dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD),
LKPJ, dan ILPPD. Rencana pencapaian target tahunan SPM dan
realisasinya dipublikasikan kepada masyarakat.

18

Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
PERSIAPAN
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN RENCANA
PROFIL PELAYANAN DASAR PENCAPAIAN SPM

Pengumpulan
Data dan
Informasi

Pembentukan
Tim Koordinasi
Penerapan dan
Pencapaian
SPM

Sosialisasi
Penerapan &
Pencapaian
SPM

Pengolahan
Data dan
Informasi

Penyusunan

Penentuan
Program dan
Kegiatan

Penentuan
Target Capaian
SPM

Dasar

Monitoring dan
Evaluasi
Penerapan
SPM di Daerah

Penghitungan
Kebutuhan
Pembiayaan SPM

Pelaksanaan Penerapan SPM dalam
Rencana Pembangunan Daerah
(RPJMD, Renstra, SKPD, RKPD,
Renja SKPD)

Pelaporan
Penerapan dan
Pencapaian
SPM di Daerah

19

BAB 4 PANDUAN PENYUSUNAN RENCANAPENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

Peraturan
Terkait SPM

MONEV DAN
PELAPORAN

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

BAB 5

TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA
PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

20

PENYUSUNAN PROFIL
PELAYANAN DASAR

LANGKAH

PERSIAPAN

Pembentukan
Tim Koordinasi
Penerapan dan
Pencapaian SPM

Sosialisasi
penerapan SPM
di daerah


Pengumpulan
Data dan
Informasi

ReviuProgram
dan Kegiatan
Penerapan SPM
dalam Dokumen
Rencana

Penyusunan
Proil Pelayanan
Dasar

OUTPUT

TAHAP

Tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada
penjelasan Permendagri Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Pedoman
tersebut menguraikan secara umum pentahapan dan pertimbangan
penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, namun belum secara rinci
menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan di setiap tahap.
Dalam menyusun rencana pencapaian SPM di daerah diperlukan instrumen
dan alat bantu yang memudahkan pemerintah daerah. Buku panduan ini
menguraikan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di
daerah berdasarkan lingkup materi.


SK Tim Koordinasi

Rencana Kerja
Kerja Tim

Bahan Sosialisasi


Check-List
Kebutuhan Data

Proil Pelayanan
Dasar

PENYUSUNAN
RENCANA
PENCAPAIAN SPM

PELAKSANAAN,
MONITORING DAN
PELAPORAN


Indikasi Program
dan Kegiatan
Pencapaian
SPM berikut
Kebutuhan
Pendanaan


Laporan
Pencapaian SPM
di Daerah


Perumusan
Program dan
Kegiatan
 Penentuan Target
Capaian SPM
 Penghitungan
Kebutuhan
Pembiayaan SPM


Pelaksanaan
Penerapan SPM
dalam Rencana
Pembangunan
Daerah

Monitoring dan
Evaluasi

Pelaporan
Pencapaian SPM
di Daerah

5.1 Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah
Dasar Pemikiran
Penerapan dan pencapaian SPM di daerah merupakan upaya mensinergikan
pencapaian SPM setiap urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar
yang dilaksanakan SKPD pengampu. Gubernur dan Bupati/Walikota
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar yang
sudah ditetapkan SPM-nya oleh Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan
pelayanan dasar sesuai SPM secara operasional dikoordinasikan dan
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab sesuai dengan
urusannya masing-masing.
Sampai saat ini sudah ada 15 SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga
untuk dilaksanakan pemerintah daerah melalui SKPD pengampu SPM.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab penerapan dan pencapaian
SPM di daerah tersebar di masing-masing SKPD pengampu SPM. Untuk
mewujudkan upaya penerapan dan pencapaian SPM di daerah yang efektif
perlu dibentuk Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah,
terdiri dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan
Daerah dan Sekretariat Daerah. Tim ini diusulkan kepada Kepala Daerah
untuk ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

21

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

Pihak Yang Terlibat Dalam Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah
Dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah terdapat lima (5) pihak
yang terlibat, yaitu: (1) Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Kementerian
Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib
yang bersifat pelayanan dasar, (2) Pemerintah Provinsi dalam hal ini SKPD
Provinsi pengampu SPM, (3) Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal ini
SKPD Kabupaten/Kota pengampu SPM, (4) Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota, serta (5) Pihak lainnya yang
membantu proses penerapan dan pencapaian SPM, misalnya lembaga
swadaya masyarakat, lembaga kerjasama internasional dan lain-lain.
Adapun peran dan bentuk keterlibatan masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
Tingkatan
Tingkat
Pusat

Pihak Yang
Terlibat
Kementerian
Dalam Negeri

Kementerian/
Lembaga

Tingkat
Provinsi

SKPD
pengampu
SPM

Peran

Koordinator
penyelenggaraan
pelayanan dasar

Pembina umum

Pembina teknis
penyelenggaraan
pelayanan dasar

Fasilitasi penerapan
SPM di provinsi dan
evaluasi pelaporan
pencapaian SPM di
Provinsi


Penanggung jawab
penerapan dan
pencapaian SPM

Fasilitasi penerapan
SPM di kabupaten/
kota dan evaluasi
pelaporan
pencapaian SPM di
kabupaten/kota

SKPD pengelola 
Pelaksana
pembiayaan SPM di
keuangan
tingkat provinsi
daerah

22

Bentuk Keterlibatan

Melakukan koordinasi
dan supervisi
penerapan dan
pencapaian SPM di
daerah

Melakukan fungsi
pembinaan secara
teknis penerapan dan
pencapaian SPM di
daerah

Melakukan fasilitasi
penerapan SPM di
Provinsi

Melakukan evaluasi
pelaporan pencapaian
SPM di Provinsi

Menyusun dan
melaksanakan rencana
penerapan dan
pencapaian SPM

Melakukan fasilitasi
penerapan SPM di
Kabupaten/Kota

Melakukan evaluasi
pelaporan pencapaian
SPM di Kabupaten/
Kota

Menyusun rencana
pembiayaan
penerapan SPM
tingkat provinsi

BAB 5 TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

Bappeda
Provinsi


Koordinator dalam

Mengintegrasikan
pengintegrasian SPM rencana penerapan
dalam perencanaan
SPM dalam proses
tingkat provinsi
perencanaan
pembangunan

Koordinator dalam

Menyiapkan laporan
penyusunan laporan
penerapan dan
penerapan dan
pencapaian SPM
pencapaian SPM
tingkat provinsi

Sekretariat
Daerah (Biro
Organisasi/
Pemerintahan/
Otda)
Dewan

Pengawas

Memastikan
penerapan dan
penerapan SPM di
Perwakilan
pencapaian SPM di
daerah dan dukungan
Rakyat Daerah
Provinsi
anggaran
(DPRD) Provinsi
Tingkat
SKPD

Pelaksana penerapan 
Menyusun dan
SPM di daerah
melaksanakan rencana
Kabupaten/ pengampu
penerapan dan
Kota
SPM
pencapaian SPM
SKPD pengelola 
Pelaksana

Menyusun rencana
pembiayaan SPM di
pembiayaan
keuangan
daerah
penerapan SPM
daerah
Bappeda

Koordinator dalam

Mengintegrasikan
pengintegrasian SPM rencana penerapan
Kabupaten/
dalam perencanaan
SPM dalam proses
Kota
perencanaan
pembangunan
Sekretariat

Koordinator dalam

Menyiapkan laporan
penyusunan laporan
penerapan dan
Daerah (Bag.
penerapan dan
pencapaian SPM
Organisasi/
pencapaian SPM
Pemerintahan/
Otda)
Dewan

Pengawas

Memastikan
penerapan dan
penerapan SPM di
Perwakilan
pencapaian SPM di
daerah dan dukungan
Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota
anggaran
(DPRD)
Kabupaten/
Kota

Tujuan Pembentukan Tim KoordinasiPenerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah
Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mensinergikan
langkah-langkah dan kegiatan yang dilaksanakan SKPD pengampu SPM,
SKPD Pengelola Keuangan Daerah, Bappeda dan pemangku kepentingan
lainnya dalam penerapan dan pencapaian SPM. Tim Koordinasi ini memiliki
tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan
dasar SKPD pengampu SPM.
23

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah dibagi menjadi
dua (2) struktur utama sebagai berikut: 1) fungsi koordinasi dan 2) fungsi
teknis. Struktur koordinasi memiliki tugas untuk mengkoordinasikan
penerapan dan pencapaian SPM di daerah termasuk penyusunan laporan
pencapaian.
Struktur koordinasi dalam Tim sekurang-kurangnya terdiri dari unsur: 1)
Sekretariat Daerah dalam hal ini Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otonomi
Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diuraikan dalam Perda
mengenai SOTK, 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
sesuai dengan tupoksinya koordinasi perencanaan pembangunan daerah,
3) SKPD Pengelola Keuangan Daerah, 4) Inspektorat.
Struktur teknis dibentuk di masing-masing SKPD pengampu SPM dan
sekurang-kurangnya terdiri dari: 1) Kepala Dinas/SKPD, 2) Sub. Bagian
Perencanaan/ Program, 3) Sub-Dinas terkait dalam pengampu layanan
sektor yang bertanggung jawab pada indikator SPM.
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah
TIM KOORDINASI
PENERAPAN DAN
PENCAPAIAN SPM DI
DAERAH

TIM TEKNIS
SKPD

TIM TEKNIS
SKPD

- Koordinasi kepada SKPD
terkait penerapan dan
pencapaian SPM

TIM TEKNIS
SKPD

- Pendalaman SPM
- Penyusunan proil
pelayanan dasar
- Penyusunan program dan
kegiatan beserta target
pencapaian SPM
- Kebutuhan pembiayaan
SPM

Tugas dan Tanggung Jawab
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM mempunyai tugas dan
fungsi untuk mengkoordinasikan kepada seluruh SKPD terkait dengan
penerapan dan pencapaian SPM yang meliputi:

24

BAB 5 TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

1. Mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu
pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional
2. Menyiapkan database proil pelayanan dasar berdasarkan masingmasing jenis pelayanan dan indikator yang telah ditetapkan
3. Merumuskan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian SPM
sekaligus penentuan target pencapaian SPM sesuai dengan kemampuan
keuangan daerah, melalui tahapan sebagai berikut:
 Menyesuaikan dan mensinergikan program dan kegiatan dalam
APBD sebagai bagian dari program dan kegiatan pencapaian
indikator dan target SPM;
 Melakukan proyeksi kemampuan pembiayaan program kegiatan
yang akan dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator dan
target SPM; dan
 Merumuskan kesenjangan kemampuan keuangan daerah dalam
pencapaian indikator dan target SPM dibandingkan dengan target
nasional sesuai batas waktu perencanaan yang telah ditetapkan.
4. Menyusun kebutuhan pembiayaan berdasarkan target yang telah
ditetapkan secara nasional.
Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, SKPD pengampu
SPM membentuk Tim Teknis. Susunan keanggotaan Tim Teknis SKPD
terdiri dari: unit kerja di lingkungan SKPD dan lembaga/organisasi nonpemerintah yang terkait SPM pelayanan dasar.Tim Teknis SKPD memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam menyiapkan data dan informasi serta
menyusun secara teknis proil pelayanan dasar dan rencana penerapan
dan pencapaian SPM untuk pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib
SKPD tersebut.
Tim Teknis SKPD menyusun rencana kerja dan proses yang akan dilakukan,
kerangka acuan pelaksanaan kegiatan, memastikan keterlibatan pemangku
kepentingan dan menjaga konsistensi dan komitmen para pihak dalam
proses.

Penyusunan Rencana Kerja
Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian
SPM menyusun rencana kerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah
yang disepakati semua pihak yang terlibat. Rencana kegiatan tim koordinasi
penerapan disusun kedalam agenda kerja yang dijadikan sebagai panduan
kerja mulai dari persiapan hingga disusunnya rencana penerapan dan
pencapaian SPM di daerah.

25

Tabe 5.1

Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah

NO Kegiatan
A

B

C

PERSIAPAN
Pembentukan tim, penyusunan agenda kerja
Sosialisasi
PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR
Pendalaman indikator SPM
Pengumpulan data dan informasi
Analisis kondisi pelayanan dasar
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENCAPAIAN SPM
Penyusunan Program dan Kegiatan
Penentuan Target Capaian SPM
Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan

D

PERUMUSAN RENCANA PENCAPAIAN SPM

Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
Bulan VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

26

Contoh agenda kerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah adalah sebagai berikut:

BAB 5 TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DI DAERAH

Kotak 1.

Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
(Usulan)

Susunan keanggotaan tim koordinasi penerapan dan pencapaian
SPM sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Penanggungjawab

:

Kepala Daerah

Pembina

:

Wakil Kepala Daerah

Ketua

:

Sekretariat Daerah

Sekretaris

:

Kepala Biro Organisasi/Pemerintahan/
Otda untuk provinsi atau Kepala Bagian
Organisasi/Pemerintahan/Otda untuk
Kabupaten/Kota*)

Anggota

:

a. Bappeda
b. Inspektorat Daerah
c. SKPD yang membidangi keuangan
d. SKPD yang membidangi organisasi;
e. SKPD yang membidangi SPM; dan
f. SKPD terkait lainnya

*) disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi biro dan atau bagian
terkait fasilitasi SPM

5.2 Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah
Apa itu Sosialisasi?
Sosialisasi merupakan upaya penyampaian secara interaktif substansi
peraturan perundangan, termasuk petunjuk teknis dan panduan penerapan
dan pencapaian SPM di daerah. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan antara
lain melalui media tatap muka dan media elektronik. Sosialisasi melalui
media tatap muka antara lain dalam bentuk dialog, lokakarya, seminar dan
diskusi. Sedangkan sosialisasi melalui media elektronik antara lain melalui
pemberian informasi di surat kabar, radio dan televisi, rubrik tanya jawab
melalui internet dan lain sebagainya.
Sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM tidak hanya diartikan bagaimana
SPM dapat dipahami oleh pemangku kepentingan baik substansi, tahapan
maupun prosesnya. Begitu pula, sosialisasi bukan sekedar diseminasi atau

27

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

media publikasi, melainkan bagian dari proses pemberdayaan dan transfer
pengetahuan dimana diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan
pemahaman pemangku kepentingan dalam penerapan dan pencapaian
SPM di daerah. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan proses yang dilakukan
secara terus menerus, dalam setiap tahapan dan kegiatan penerapan dan
pencapaian SPM di daerah.
Pada dasarnya penerapan dan pencapaian SPM merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka memastikan tercapainya
pelayanan dasar bagi semua warga masyarakat. Isu dan permasalahan SPM
seringkali dlihat sebagai agenda pembangunan yang berasal dari pusat
untuk diterapkan di daerah. Padahal, indikator SPM menggambarkan
tingkat capaian pelayanan dasar yang menjadi tugas dan kewajiban
pemerintahan daerah, sesuai dengan hakikat keberadaan pemerintahan
daerah untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.

Tujuan Yang Ingin Dicapai
Sosialisasibertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemangku
kepentingan, yaitu SKPD, DPRD, dan masyarakat tentang substansi,
tahapan, dan proses penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Manfaat dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah SKPD, DPRD dan pemangku
kepentingan lainnya memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya
percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah serta mengetahui
peran dan tanggung jawab setiap lembaga untuk mendorong penerapan
SPM di daerah. Pada akhirnya, diharapkan melalui sosialisasi terjadi
internalisasi penerapan indikator SPM di daerah serta terlembaganya
mekanisme dalam penerapan dan pencapaian SPM beserta program dan
kegiatan yang terintegrasi dalam proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan.

Bentuk Kegiatan Sosialisasi
Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan dengan
melibatkan pemangku kepentingan mulai dari SKPD, DPRD dan masyarakat,
antara lain:
 Sosialisasi melalui dialog dilakukan untuk mengkomunikasikan dan
menginformasikan berbagai peraturan dan perundangan mengenai
SPM dan panduan penerapan dan pencapaian SPM di daerah, dalam
hal ini dialog dapat dilakukan antara pemerintah pusat dan pemerintah

28

BAB 5 TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DI DAERAH











daerah untuk saling bertukar informasi terkait penerapan dan
pencapaian SPM di daerah.
Sosialisasi melalui seminar dilakukan dengan mengundang pakar
untuk membahas isu dan permasalahan penerapan dan pencapaian
SPM di daerah. Peserta seminar berasal dari SKPD, DPRD, pemangku
kepentingan di daerah yang terlibat dalam pencapaian SPM pelayanan
dasar. Seminar dilaksanakan dengan mengundang pembicara/
narasumber dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/
Lembaga yang telah menetapkan SPM.
Sosialisasi melalui lokakarya dilakukan untuk membahas isu dan
permasalahan terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah dan
adanya upaya untuk mencarikan solusinya. Peserta lokakarya berasal
dari SKPD pengampu SPM yang sudah ditetapkan dan lembaga atau
unsur masyarakat terkait dengan penerapan SPM.
Sosialisasi melalui diskusi dilakukan untuk membahas topik tertentu
antara dua orang atau lebih/kelompok sehingga meningkatkan
pemahaman yang sama terhadap suatu topik, dalam hal ini, diskusi
membahas topik penerapan dan pencapaian SPM di daerah agar terjadi
kesamaan pandang dan pemahaman antara pemangku kepentingan
di daerah.
Sosialisasi melalui pelatihan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan
pemahaman dan kapasitas aparatur pemerintahan daerah dalam
perencanaan, pemrograman dan penghitungan pembiayaan
penerapan SPM di daerah. Peserta pelatihan dan bimbingan teknis
berasal dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan
Daerah serta melibatkan fasilitator pendampingan penerapan SPM di
daerah.
Sosialisasi melalui media cetak (misalnya surat kabar, majalah, tabloid),
media elektronik (misalnya radio, televisi, video, ilm) dan media
informasi lainnya (misalnya baliho, spanduk, flyer, dll) dilakukan untuk
menyampaikan pesan secara langsung dan meningkatkan pemahaman
kepada masyarakat luas terkait penerapan dan pencapaian SPM di
daerah.

Siapa Yang Menjadi Sasaran Sosialisasi
Kelompok sasaran sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM dapat dibagi
dalam beberapa kategori berikut ini:
 Seluruh SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan
Daerah dan DPRD.

29

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH







Para pemegang posisi kunci yang dianggap dapat mempengaruhi atau
mendorong terjadinya peningkatan pemahaman penerapan SPM di
daerah, antara lain: pejabat pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, dll.
Kelompok masyarakat yang peduli pada pelayanan publik terdiri
dari: orang dan kelompok yang memiliki kepedulian tinggi terhadap
masalah penerapan dan pencapaian SPM di daerah, misalnya pemerhati
masalah pembangunan, pakar, akademisi, pengusaha, kelompok/
organisasi massa dan kemasyarakatan.
Masyarakat sebagai penerima manfaat utama perlu mendapatkan
informasi mengenai pelayanan-pelayanan apa saja yang menjadi
haknya yang dapat diperoleh dari pemerintah daerah.

Kelompok sasaran diatas memiliki peran dan kepentingan yang berbeda
dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu
sosialisasi pada kelompok sasaran yang berbeda harus memiliki tujuan
dan perlakuan yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
kelompok sasaran tersebut.

Siapa Pelaku Sosialisasi
Pelaku sosialisasi adalah Kementerian/Lembaga yang menangani
urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar, pemerintah daerah
(provinsi/kabupaten/kota) ataupun kelompok masyarakat yang peduli
dengan peningkatan pelayanan dasar di daerah. Kegiatan sosialisasi ini
dilaksanakan pada tingkatan nasional hingga kabupaten/kota. Pada tingkat
kabupaten/kota, sosialisasi dilakukan oleh SKPD yang menangani urusan
wajib bersifat pelayanan dasar bersama dengan aparat pemerintahan dan
kelompok masyarakat. Pada tin