LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR 15 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR 6 TAHUN 2004
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,
Menimbang : a. bahwa sumber daya hut an sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai
peranan pent ing sebagai sist em penyangga kehidupan dan pembangunan yang
berkelanj ut an unt uk mewuj udkan kesej aht eraan masyarakat ;
b. bahwa agar sumber daya hut an pada kawasan hut an produksi, hut an lindung
dan t aman hut an raya dapat dimanf aat kan secara opt imal unt uk
kesej aht eraan masyarakat , maka pengelolaannya perlu dilakukan secara adil
dan lest ari melalui pendekat an ekologis dan sosial budaya dengan
memberikan peran yang besar kepada komunit as sosial set empat melalui pola
hut an kemasyarakat an;
c. bahwa pola hut an kemasyarakat an sebagai suat u pola pengelolaan hut an yang
mengedepankan peranan komunit as sosial set empat dalam pengelolaan hut an
dan sebagai penerima manf aat ut ama dari sumberdaya hut an, dalam

pelaksanaannya perlu diat ur dan dikendalikan agar memat uhi kaidah-kaidah
pengelol aan hut an dan mencapai t uj uan yang dit et apkan;
d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b
dan c, perlu membent uk Perat uran Daerah t ent ang Pedoman Penyelenggaraan
Hut an Kemasyarakat an di Provinsi Nusa Tenggara Barat .
Mengingat

: 1. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 t ent ang Pembent ukan Daerah-daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2034);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara
Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Kit ab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3419);
6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lindungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3699);
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);
9. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan

Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
10. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881);
11. Perat uran Pemerint ah Nomor 22 Tahun 1982 t ent ang Tat a Pengat uran Air
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3225);
12. Perat uran Pemerint ah Nomor 23 Tahun 1982 t ent ang Irigasi (Lembaran Negara
Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3226);

13. Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 1991 t ent ang Sungai (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3446);
14. Perat uran Pemerint ah Nomor 13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Liar
(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 1);
15. Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1994 t ent ang Pengusahaan Pariwisat a
Alam (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3550);
16. Perat uran Pemerint ah Nomor 68 Tahun 1998 t ent ang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelest arian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776);
17. Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 t ent ang Pengawet an Jenis
Tumbuhan dan Sat wa (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4024);
18. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
19. Perat uran Pemerint ah Nomor 54 Tahun 2000 t ent ang Penyedia Jasa
Penyelesaian Konf lik Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);
20. Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 2001 t ent ang Pembinaan dan

Pengawasan At as Penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1991 Nomor 4090);
21. Perat uran Pemerint ahan Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan
Kawasan Hut an (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66);
22. Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
23. Keput usan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 t ent ang Teknik Penyusunan
Perat uran Perundang-undangan dan Bent uk Rancangan Undang-undang,
Rancangan Perat uran Pemerint ah dan Rancangan Keput usan Presiden
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);
24. Keput usan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 t ent ang Tat a Cara Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerint ahan Daerah;
25. Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 5
Tahun 1984 t ent ang Tat a Pengat uran Air (Lembaran Daerah Tahun 1986
Nomor 6);
26. Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 6
Tahun 1984 t ent ang Irigasi (Lembaran Daerah Tahun 1985 Nomor 8);
27. Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor 9
Tahun 1989 t ent ang Kawasan Pengembangan Pariwisat a (Lembaran Daerah

Tahun 1990 Nomor 3).
M E M U T U SK A N :
Menet apkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN
KEMASYARAKATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Daerah ini, yang dimaksud dengan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat .
Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat .
Kabupat en/ Kot a adalah Kabupat en/ Kot a se-Nusa Tenggara Barat .
Bupat i/ walikot a adalah Kabupat en/ Kot a se-Nusa Tenggara Barat .

Dinas Kehut anan Provinsi adalah Dinas Kehut anan Provinsi Nusa Tenggara Barat .
Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a adalah Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a se Provinsi
Nusa Tenggara Barat .
g. Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang
sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan.
h. Kawasan hut an adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah unt uk dipert ahankaan keberadaannya sebagai hut an t et ap.
i. Hut an negara adalah hut an yang berada pada t anah yang t idak dibebani hak at as
t anah.
j . Hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah.
k. Hut an adat adalah hut an negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat .
l. Hut an produksi adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi
hasil hut an.
m. Hut an lindung adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai
perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah int rusi air laut dan memelihara kesuburan t anah.
n. Hut an konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai
f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya.
o. Taman Hut an Raya yang selanj ut nya disebut TAHURA adalah kawasan pelest arian

alam unt uk t uj uan koleksi t umbuhan dan/ at au sat wa yang alami at au buat an, j enis
asli dan at au bukan asli yang dimanf aat kan bagi kepent ingan penelit ian ilmu
penget ahuan, pendidikan, penunj ang budidaya, pariwisat a, dan rekreasi.
p. Hut an alam adalah kawasan hut an yang t anamannya t umbuh dengan sendirinya t anpa
campur t angan manusia.
q. Hut an Tanaman adalah kawasan hut an yang t anamannya merupakan hasil budidaya
manusia dengan j enis t ert ent u.
r. Tebang Pilih Tanam Indonesia yang selanj ut nya disebut TPTI adalah suat u sist em
silvikult ur yang menggunakan penebangan pohon berdiamet er 50 cm keat as dan
permudaan hut an dengan penanaman perkayaan.
s. Hut an Kemasyarakat an selanj ut nya disebut HKm adalah kawasan hut an yang dikelola
oleh kelompok usaha masyarakat set empat dan bert uj uan unt uk memberdayakan
masyarakat set empat t anpa mengganggu f ungsi pokok hut an.
t . Wilayah Pengelolaan HKm adalah kawasan hut an negara yang dit et apkan oleh
Gubernur dan dikukuhkan oleh Ment eri unt uk kegiat an HKm.
u. Areal izin kegiat an HKm adalah bagian dari wilayah pengelolaan HKm yang dikelola
oleh kelompok usaha masyarakat set empat dengan izin yang syah.
v. Pengelolaan HKm adalah serangkaian kegiat an yang meliput i : penat aan hut an,
perencanaan, pemanf aat an, rehabilit asi dan pemeliharaan, perlindungan hut an di
areal izin kegiat an HKm sesuai dengan f ungsi hut an secara berkelanj ut an.

w. Forum Koordinasi Pengembangan Hut an Kemasyarakat an yang selanj ut nya disebut
FKPHKm adalah f orum at au wadah koordinasi ant ar inst ansi pemerint ah, perguruan
t inggi, lembaga masyarakat , pakar dan pelaku hut an kemasyarakat an.
x. Pemanf aat an hut an adalah kegiat an unt uk memperoleh manf aat opt imal dari hut an
unt uk kesej aht eraan masyarakat berupa pemanf aat an/ pemungut an hasil hut an kayu
dan non kayu, sert a f lora dan f auna yang t idak dilindungi.

y.

z.
aa.
bb.
cc.

dd.
ee.

ff.
gg.


Masyarakat set empat adalah kesat uan sosial yang t erdiri dari warga Negara Republik
Indonesia yang t inggal di dalam dan at au sekit ar hut an, yang membent uk komunit as,
yang didasarkan pada kesamaan mat a pencaharian yang berkait an dengan hut an,
kesej aht eraan, ket erikat an t empat t inggal, sert a pengat uran t at a t ert ib kehidupan
bersama.
Izin kegiat an HKm dalah izin yang diberikan oleh Gubernur at au Bupat i/ Walikot a
kepada masyarakat set empat unt uk mengelola HKm.
Air permukaan adal ah air yang berada di permukaan t anah baik yang mengalir at au
pun yang t idak.
Air bawah t anah adalah air yang berada di permukaan t anah baik yang mengalir at au
pun yang t idak.
Rehabilit asi adalah segala usaha unt uk memulihkan, mempert ahankan dan
meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga daya dukung, produkt ivit as lahan dan
peranannya dalam mendukung sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga melalui
kegiat an penanaman, pengkayaan t anaman, pemeliharaan dan penerapan t eknik
konservasi baik sipil t eknik maupun veget at if .
Keput usan Desa, adalah perat uran Desa yang dibuat dalam musyawarah bersama
Badan Perwakilan Desa dan Kepala Desa.
Provisi Sumber Daya Hut an yang selanj ut nya disebut PSDH adalah pungut an yang
dikenakan sebagai penggant i nilai inst rinsik dari hasil hut an yang dipungut dari hut an

negara.
Ret ribusi adalah pembayaran at as pelayanan penyediaan j asa berupa pemberian
pekerj aan oleh pemerint ah Provinsi kepada pengusaha/ rekanan.
Dana Reboisasi yang selanj ut nya disebut DR adalah dana yang dipungut dari pemegang
izin usaha pemanf aat an hasil hut an dari hut an alam yang berupa kayu, digunakan
dalam rangka reboisasi, rehabilit asi hut an sert a kegiat an pendukungnya.
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2

(1)

Tuj uan penyelenggaraan HKm adalah unt uk mewuj udkan keberdayaan dan kesej aht eraan
masyarakat di dalam hut an dan disekit ar hut an melalui manf aat ekologi, ekonomi dan
sosial- budaya dari hut an secara seimbang dan berkelanj ut an.

(2)

Berdasarkan st at us f ungsi, kondisi dan pot ensi hut an, pengelolaan HKm mempunyai
t uj uan khusus yait u :

a. Pemanf aat an kayu.
b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu.
c. Pemanf aat an air.
d. Pemanf aat an j asa wisat a alam.
e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi.

(3)

Suat u wilayah pengelolaan HKm dapat dikelola unt uk sat u at au lebih t uj uan khusus,
apabila memenuhi seluruh krit eria kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Pasal 3

(1)

Ruang lingkup penyelenggaraan HKm meliput i : penet apan wilayah pengelolaan,
penyiapan masyarakat , perizinan, pengelol aan hut an, pembinaan, pengendalian, dan
sanksi.

(2)

Penyelenggaraan HKm melibat kan peranan dan f ungsi pemerint ah daerah, masyarakat ,
perguruan t inggi dan lembaga kemasyarakat an.

BAB III
PENETAPAN WILAYAH PENGELOLAAN
Bagian Pert ama
Krit eria
Pasal 4
(1)

Krit eria kelayakan wilayah pengelolaan HKm sebagai berikut :
a. Berst at us kawasan hut an negara dengan f ungsi hut an produksi, hut an lindung, at au
TAHURA.
b. Hut an alam dan at au hut an t anaman dengan priorit as hut an rusak yang perlu
direhabilit asi.
c. Terlet ak di dalam dan merupakan bagian dari sat u wilayah kesat uan pengelolaan
hut an.
d. Menj adi sumber penghidupan langsung bagi masyarakat sekit arnya.
e. Mempunyai kelayakan unt uk dikelola sebagai usaha bersama oleh masyarakat
sekit arnya unt uk t uj uan t ersebut mencakup kelayakan t eknis, kelayakan ekologis,
kelayakan produksi lest ari dan kelayakan ekonomis.
f . Kawasan hut an yang t idak sedang dibebani izin at au hak bidang kehut anan yang syah
at au ada rencana perunt ukan lainnya oleh pemerint ah.
g. Terlet ak dalam sat u at au beberapa wilayah desa/ kehut anan dengan kepadat an
agraris rat a-rat a > 200 j iwa/ km 2 (lebih dari dua rat us j iwa per kilo met er persegi).

(2)

Krit eria kelayakan ekonomis HKm pada hut an alam unt uk produksi kayu adalah sebagai
berikut :
a. St at us f ungsi hut an produksi.
b. Luas areal yang dapat dikelola maksimal 250 Ha (dua rat us lima puluh hekt ar).
c. Dapat dit erapkan sist em silvikult ur Tebang Habis dengan Permudaan Buat an (THPB)
unt uk hut an produksi t et ap dan dit erapkan syst em silvikult ur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI) unt uk Hut an Produksi Terbat as (HPT).
d. Dapat dit erapkan pola t anam t umpangsari unt uk areal yang kemiringan lahannya di
bawah 40% (empat puluh persen) dan pola t anam banj ar harian unt uk kemiringan
areal di at as 40% (empat puluh persen) at au areal sempadan sungai, sempadan urang,
sempadan mat a air, dan sempadan danau/ waduk.

(3)

Krit eria kelayakan ekonomis HKm pada hut an alam unt uk produksi hasil hut an bukan kayu
adalah sebagai berikut :
a. St at us f ungsi hut an produksi dan at au hut an lindung.
b. Luas minimum 200 Ha (dua rat us hekt ar).

c. Mengandung pot ensi produksi lest ari yang dapat dimanf aat kan set iap t ahun dan dapat
memberikan nilai lebih unt uk membiayai seluruh kegiat an-kegiat an HKm t ersebut dan
seluruh kewaj ibannya kepada Pemerint ah.
(4)

Krit eri kelayakan ekonomis HKm unt uk pemanf aat an air adalah sebagai berikut :
a. St at us hut an lindung dan at au hut an produksi.
b. Merupakan/ meliput i sat u daerah t angkapan air ( cat chment area) dari suat u sungai
at au anak sungai.
c. Terdapat mat a air dan at au sungai dengan debit 10 lit er/ det ik (sepuluh lit er per
det ik) at au lebih.
d. Luas daerah t angkapan air maksimal 500 Ha (lima rat us hekt ar).
e. Mengandung pot ensi produksi air lest ari yang dapat dimanf aat kan dan dapat
memberikan nilai lebih unt uk membiayai seluruh kegiat an pengelolaan HKm t ersebut
dan seluruh kewaj ibannya kepada Pemerint ah.
f . Tidak bert ent angan dengan kepent ingan umum lainnya.

(5)

Krit eri kelayakan ekonomis HKm unt uk pemanf aat an j asa wisat a alam adalah sebagai
berikut :
a. St at us hut an lindung dan at au hut an produksi.
b. Luas 50 - 100 Ha (lima puluh sampai serat us hekt ar).
c. Mengandung pot ensi wisat a alam berupa air t erj un, mat a air, pemandangan alam,
udara sej uk dan bersih, peninggalan budaya/ sej arah, f lora dan f auna, f enomena alam
dan lain-lain yang dapat dimanf aat kan dan dapat memberikan nilai lebih unt uk
membiayai seluruh kegiat an pengelolaan HKm t ersebut dan seluruh kewaj ibannya
kepada Pemerint ah.
d. Tidak bert ent angan dengan kepent ingan umum lainnya.
e. Terdapat akses rekreasi ke lokasi t ersebut .
f . Terdapat areal yang layak unt uk prasarana akomodasi wisat a seluas 5-10% (lima
sampai sepuluh persen) dari luas seluruhnya berupa areal dengan kemiringan lahan
maksimum 15% (lima belas persen) dan t idak bert ent angan dengan kepent ingan
konservasi pada areal int i obj ek wisat a alam t ersebut pada but ir c.
g. Tidak t ermasuk wilayah bahaya bencana alam permanen.

(6)

Krit eria kelayakan ekonomis HKm unt uk penangkaran f lora dan f auna adalah sebagai
berikut :
a. St at us t aman hut an raya, hut an lindung at au hut an produksi.
b. Merupakan habit at asli dan at au memenuhi persyarat an hidup bagi j enis f lora dan
at au f auna yang dit angkarkan.

c. Luas minimum 50 Ha (lima puluh hekt ar).
d. Tidak bert ent angan dengan kepent ingan umum.
Bagian Kedua
Penet apan Wilayah Pengelolaan
Pasal 5
Penet apan wilayah pengelolaan HKm dilakukan set elah melalui ident if ikasi dan invent arisasi
calon wilayah pengelolaan HKm.
BAB IV
PENYIAPAN MASYARAKAT
Pasal 6
(1)

Penyiapan masyarakat unt uk kegiat an HKm dilakukan unt uk menyiapkan kemampuan,
kemauan dan rasa t anggung j awab masyarakat dalam mengelola HKm, sebelum
dit erbit kan izin.

(2)

Krit eria kesiapan masyarakat meliput i :
a. Ket erampilan t eknis budidaya hut an dan pasca panen.
b. Ket ersediaan dan akses sumberdaya unt uk memulai kegiat an budidaya hut an.
c. Ket erampilan/ manaj emen usaha.
d. Pemasaran.
e. Kelembagaan hut an kemasyarakat an.

(3)

Indikat or kesiapan kelembagaan masyarakat meliput i:
a. Telah dit et apkan kesepakat an dan ef ekt i f nya at uran-at uran int ernal kelompok yang
mengikat dal am pengambilan keput usan, penyelesaian masalah dan konf lik sert a
pengelolaan organisasi.
b. Dimiliki dan dipahaminya perat uran perundang-undangan dan ket ent uan t eknis dalam
kegiat an HKm sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku meliput i :
penat aan areal kerj a, penyusunan rencana pengelolaan, pemanf aat an, rehabilit asi,
perlindungan sert a hak dan kewaj iban.
c. Telah t erbent uk kelompok usaha yang berj alan dengan baik dan meningkat pada 2
(dua) t ahun t erakhir, sert a t erkumpulnya sumberdaya yang cukup unt uk
melaksanakan kegiat an HKm pada t ahun I (pert ama).
d. Pengakuan adanya kel embagaan/ kelompok t ersebut oleh masyarakat dan pemerint ah
desa.

e. Rencana lokasi dan luas areal kerj a sert a j angka wakt u kegiat an dibuat secara t ert ulis
dan disusun secara part isipat if , sehingga dapat dipahami, dipat uhi dan dilaksanakan
oleh seluruh anggot a kelompok.
f . Telah dit erapkan pengelolaan lahan dengan baik pada lahan milik maupun kelompok,
yang meliput i aspek : penggunaan l ahan sesuai dengan rencana t at a ruang wilayah
dan kemampuan lahan sert a penerapan t eknik konservasi t anah dan air.
BAB V
PERIZINAN
Bagian Pert ama
Jenis dan Jangka Wakt u Berlakunya Izin
Pasal 7
(1)

Jenis izin Kegiat an HKm t erdiri dari :
a. izin pemanf aat an kayu;
b. izin pemanf aat an hasil hut an bukan kayu;
c. izin pemanf aat an air;
d. izin pemanf aat an j asa wisat a alam;
e. izin pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi.

(2)

Jangka wakt u berlakunya izin kegiat an HKm sesuai dengan t uj uan pemanf aat an hut an
yait u:
a. Pemanf aat an kayu selama 35 (t iga puluh lima) t ahun.
b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu selama 10 (sepuluh) t ahun.
c. Pemanf aat an air selama 10 (sepuluh) t ahun.
d. Pemanf aat an j asa wisat a alam selama 10 (sepuluh) t ahun.
e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi selama 5 (lima) t ahun.

(3)

Jangka wakt u berlakunya izin sement ara kegiat an HKm yait u:
a. Pemanf aat an kayu selama 5 (lima) t ahun.
b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu selama 2 (dua) t ahun.
c. Pemanf aat an air selama 2 (dua) t ahun.
d. Pemanf aat an j asa wisat a alam selama 2 (dua) t ahun.
e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi selama 2 (dua) t ahun.

(4)

Jangka wakt u berlakunya izin t et ap kegiat an HKm yait u:
a. Pemanf aat an kayu selama 30 (t iga puluh) t ahun.
b. Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu selama 8 (delapan) t ahun.

c. Pemanf aat an air selama 8 (delapan) t ahun.
d. Pemanf aat an j asa wisat a alam selama 8 (delapan) t ahun.
e. Pemanf aat an f lora dan f auna yang t idak dilindungi selama 3 (t iga) t ahun.
Pasal 8
(1)

Izin t et ap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dapat diperpanj ang apabila
t elah memenuhi kewaj iban dan t idak pernah melanggar larangan dalam izin t et ap.

(2)

Izin kegiat an HKm bat al/ hilang j ika :
a. habis masa berlakunya;
b. diserahkan kembali oleh pemegang izin;
c. t erkena sanksi pencabut an izin;
d. dimanf aat kan unt uk kepent ingan negara/ umum

(3)

Apabila dimanf aat kan unt uk kepent ingan negara/ umum, maka Pemerint ah waj ib:
a. mencari areal penggant i;
b. memberi gant i rugi;
c. kebij akan lain yang t i dak merugikan pemegang izin.
Pasal 9

(1)

Izin sement ara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) hanya diberikan kepada
kelompok masyarakat yang memenuhi persyarat an sebagai berikut :
a. anggot a masyarakat desa di sekit ar hut an yang t ergabung dalam kelompok t ani at au
kelompok usaha at au koperasi dengan j umlah anggot anya "minimal" 20 (dua puluh)
orang;
b. memenuhi krit eria kelayakan ekonomis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6);
c. set iap kelompok masyarakat hanya boleh mengelola sat u areal kerj a HKm dengan sat u
at au lebih izin pemanf aat an hut an.

(2)

Izin t et ap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) hanya diberikan kepada
Pemegang Izin Sement ara kegiat an HKm yang memenuhi persyarat an sebagai berikut :
a. t elah memiliki izin sement ara pengelolaan HKm;
b. berbent uk koperasi dan t elah memiliki badan hukum;
c. t elah memiliki Rencana Pengelolaan HKm (Rencana Kerj a Tahunan dan Rencana Kerj a
Jangka Panj ang yang sah);
d. t elah memenuhi kewaj iban sebagai pemegang izin sement ara.
Pasal 10

(1)

Luas areal izin kegiat an HKm unt uk t uj uan produksi kayu dan hasil hut an bukan kayu,
yait u:

a. Unt uk Pulau Lombok maksimum sebesar j umlah anggot a kelompok dikalikan 1 (sat u)
Ha, dengan luas maksimum 250 Ha.
b. Unt uk Pulau Sumbawa maksimum sebesar j umlah anggot a kelompok dikalikan 2 (dua)
Ha, dengan luas maksimum 500 Ha.
(2)

Luas areal izin kegiat an HKm unt uk t uj uan pemanf aat an air, maksimum 500 Ha (lima
rat us hekt ar) berada di sekeliling hut an dan merupakan areal t angkapan air ( cat chment
area) dari mat a air dan at au sungai t ersebut .

(3)

Luas areal izin kegiat an HKm unt uk pemanf aat an j asa wisat a, maksimum sebesar j umlah
anggot a kelompok dikalikan 0, 25 Ha (seperempat hekt ar) areal pemanf aat an dit ambah
dengan areal perlindungan yang luasnya 6 (enam) kali areal pemanf aat an, dengan luas
maksimum 150 Ha.

(4)

Luas areal izin kegiat an HKm unt uk t uj uan penangkaran f lora dan f auna, maksimum
sebesar j umlah anggot a kelompok dikalikan 2, 00 Ha (dua hekt ar) dengan luas maksimum
100 Ha.
Bagian Ket iga
Hak, Kewaj iban dan Larangan
Pasal 11

(1)

Hak pemegang izin kegiat an HKm meliput i:
a. melakukan kegiat an HKm selama j angka wakt u berlakunya izin;
b. melakukan pemanf aat an dan memperoleh bagian hasil hut an, pemanf aat an j asa
lingkungan dan hasil t umpangsari;
c. memperoleh pembinaan, penyuluhan dan f asilit asi dari Pemerint ah;
d. perlindungan hukum at as lokasi/ areal izin;
e. melakukan kerj asama dengan pihak lain.

(2)

Kewaj iban bagi pemegang izin kegiat an HKm meliput i:
a. melaksanakan t at a bat as dan penat aan HKm;
b. menyusun rencana pengelolaan HKm;
c. mengamankan hut an dan kawasan hut an dalam areal/ lokasi izin;
d. melaksanakan rehabilit asi, peremaj aan, memelihara perlindungan hut an sesuai
dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku;
e. memenuhi kewaj iban pembayaran pungut an yang sah kepada negara sesuai perat uran
perundang-undangan yang berlaku;
f . memenuhi segala ket ent uan perat uran perundang-undangan lainnya di bidang
kehut anan;

g. membuat dan menyampaikan laporan pengelolaan HKm kepada Dinas Kehut anan
Kabupat en/ Kot a secara berkala set iap 6 bulan.
(3)

Larangan bagi pemegang izin kegiat an HKm meliput i:
a. mengalihkan hak/ izin at au mengont rakkan dan at au menyewakan areal izin kepada
pihak lain baik secara perorangan maupun kelompok;
b. melakukan kerj asama dan at au mengaj ak sert a pihak lain t anpa izin;
c. melakukan t indakan di luar rencana pengelolaan HKm dan at au t indakan yang
bert ent angan dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
PENGELOLAAN
Bagian Pert ama
Penat aan
Pasal 12

(1)

Set iap areal/ lokasi izin kegiat an HKm di buat t at a bat as meliput i bat as lokasi dan blok
perunt ukan yang t erdiri dari blok budidaya/ pemanf aat an dan blok perlindungan.

(2)

Pembuat an t at a bat as areal dan t at a bat as perunt ukan lahan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilaksanakan oleh pej abat yang berwenang.

(3)

Apabila dalam sat u areal/ lokasi izin kegiat an HKm t erdapat kelompok t ani lebih dari
sat u, maka unt uk set iap sat u kelompok t ani dij adikan sat u pet ak dan dibuat t at a bat as
pet aknya.

(4)

Unt uk set iap anggot a kelompok t ani dapat dibuat bat as garapan.

(5)

Pembuat an t at a bat as dan t at a bat as garapan sebagaimana dimaksud ayat (3 dan 4)
dilaksanakan oleh pet ugas yang dit unj uk.

(6)

Blok perlindungan t erdiri dari :
a. perlindungan t at a air pada areal dengan kemiringan lahan lebih dari 40% (empat
puluh persen);
b. sempadan danau/ waduk 500 M (lima rat us met er) dari t epi waduk/ danau;
c. sempadan mat a air 200 M (dua rat us met er) dari t epi mat a air;
d. sempadan sungai 100 M (serat us met er) dari t epi anak sungai yang lebarnya ant ara 5 20 M (lima sampai dua puluh met er);
e. sempadan j urang 2 (dua) kali kedalaman j urang dari t epi j urang yang kedalamannya
lebih dari 10 M (sepuluh met er) dan lereng lebih dari 100% (serat us persen);
f . sempadan pant ai 130 (serat us t iga puluh) kali selisih pasang t ert inggi dan t erendah
dari t epi pant ai;

g. perlindungan plasma nut f ah sebagai perlindungan habit at f lora dan f auna l angka asli
(Indigenom) di wilayah it u.
(7)

Di dalam blok perlindungan t idak boleh dilakukan penebangan pohon dan at au
pengolahan t anah dan at au membuat bangunan kecuali dalam rangka pemeliharaan
hut an.

(8)

Blok budidaya/ pemanf aat an merupakan areal yang dapat dilakukan unt uk kegiat an
pengambilan manf aat hut an secara langsung sesuai dengan f ungsi hut annya.

(9)

Buku dan pet a hasil penat aan bat as dit andat angani oleh pemegang izin, pet ugas yang
dit unj uk, diket ahui oleh Kepala Desa, dan disyahkan oleh Kepala dinas Kehut anan
Kabupat en/ kot a.
Bagian Kedua
Perencanaan
Pasal 13

(1)

Set iap unit Izin Kegiat an HKm waj i b membuat rencana pengelolaan kegiat an HKm
sebagai dasar pelaksanaan pengelol aan hut an, yang t erdiri dari:
a. Rencana Kera j angka Panang (RKP) yang meliput i j angka wakt u berlakunya Izin
Kegiat an HKm.
b. Rencana Kera t ahunan (RKT) unt uk j angka wakt u set ahun.

(2)

Penilaian dan pengasahan Rencana Kerj a j angka Panj ang (RKP) dan Rencana Kera
Tahunan (RKT) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Rencana Kerj a Jangka Panj ang (RKJP) dinilai oleh FKPHKm Provinsi dan disahkan oleh
Kepala Dinas Kehut anan.
b. Rencana Kera Tahunan (RKT) dinilai oleh FKPHKm Kabupat en/ Kot a dan disahkan oleh
Kepala Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a.

(3)

Rencana kerj a pengelolaan HKm memuat seluruh kegiat an yang meliput i : penat aan areal
kerj a (blok perlindungan dan blok pemanf aat an), penyusunan rencana rehabilit asi,
pemeliharaan, pengamanan, pemanf aat an dan perlindungan di areal izin kegiat an HKm
sesuai dengan f ungsi hut an secara berkelanj ut an.
Bagian Ket iga
Pemanf aat an
Pasal 14

(1)

Pemanf aat an hut an dan hasil hut an dalam areal Izin Kegiat an HKm meliput i : produksi
hasil hut an kayu dan bukan kayu, pengambilan/ pemanf aat an air permukaan dan air
t anah, pengusahaan j asa wisat a alam dan penangkaran f lora-f auna yang t idak dilindungi
sert a hasil t anaman t umpang sari.

(2)

Pemanf aat an hut an dan hasil hut an sesuai dengan Izin Kegiat an HKm, harus memat uhi
pedoman t eknik yang berlaku, t idak mengganggu f ungsi ut ama kawasan hut an dan t idak
bert ent angan dengan perat uran perundang-undangan, kepent ingan umum dan kesusilaan.

(3)

Set iap pemanf aat an hut an dan hasil hut an harus t ert uang dalam rencana kerj a
pengelolaan HKm.
Pasal 15

(1)

Produksi kayu pada kawasan hut an produksi t erbat as harus menggunakan sist em Tebang
Pilih Tanam Indonesia (TPTI).

(2)

Produksi kayu pada kawasan hut an produksi t et ap yang berupa hut an t anaman dapat
menggunakan sist em Tebang Habis Dengan Permudaan Buat an (THPB) at au sist em Tebang
Pilih Tanam Indonesia (TPTI).

(3)

Luas penebangan hut an harus mempert imbangkan luas hut an produkt if , rot asi t ebang,
kemampuan unt uk meremaj akan dan memelihara hut an sesuai RKT dan RKJP.
Pasal 16

Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu dapat dilakukan di seluruh areal Izin Kegiat an HKm,
t anpa penebangan pohon dan t anpa merusak t egakan hut an.
Pasal 17
(1)

Pengambilan dan at au pemanf aat an air dalam kawasan hut an t idak boleh bert ent angan
dengan kepent ingan umum dan at au mengganggu lingkungan hidup.

(2)

Pembangunan dan at au penggunaan inst alasi penyaluran air di dalam areal izin kegiat an
HKm harus mendapat izin.

(3)

Dilarang membangun dan menggunakan inst alasi pemrosesan dan pengemasan air di
dalam kawasan hut an.
Pasal 18

(1)

Kegiat an j asa wisat a alam yang boleh dilakukan di dalam areal izin kegiat an HKm
meliput i : rekreasi, penj elaj ahan, arung j eram dan at au olah raga sej enis.

(2)

Pembangunan prasarana j asa wisat a alam berupa gedung, arena bermain bagi anak-anak
( play ground), kolam renang, lapangan t enis dan j alan aspal hanya diperbolehkan di blok
pemanf aat an dalam areal Izin Kegiat an HKm unt uk t uj uan wisat a alam.

(3)

Pembangunan prasarana j asa wisat a alam dalam blok perlindungan hanya boleh berupa
j alan set apak, j embat an set apak, lapangan t erbuka hij au, peneduh (shelt er) t idak
permanen dan bangunan t oilet t idak permanen.
Pasal 19

(1)

Pengambilan dan at au pengangkut an dan at au pengalihan hak at as f lora dan at au f auna
hasil penangkaran dalam areal izin kegiat an HKm harus mendapat izin.

(2)

Set iap orang dilarang memburu dan at au mengambil dan at au memat ikan dan at au
mengalihkan hak at as f lora dan f auna liar at au bagian-bagiannya bukan hasil
penangkaran.

Bagian Keempat
Rehabilit asi dan Pemeliharaan Hut an
Pasal 20
(1)

Set iap penebangan pohon yang diizinkan dalam areal izin kegiat an HKm harus diikut i
dengan peremaj aan unt uk melest arikan dan meningkat kan produkt ivit as hut an.

(2)

Areal t ak berhut an dan at au areal yang kondisi hut annya rusak harus dilakukan
rehabilit asi hut an mel alui penanaman kembali dan at au pengkayaan t anaman hut an oleh
pemegang izin kegiat an HKm.

(3)

Apabila dalam rehabilit asi hut an dit erapkan t umpangsari harus disert ai dengan usaha
konservasi t anah oleh pemegang izin kegiat an HKm.

(4)

Set iap pemegang izin kegiat an HKm waj ib melaksanakan pemeliharaan hut an di areal
izinnya unt uk meningkat kan produkt ivit as hut an dan menj aga kelest arian ekosist em
hut an.

(5)

Pemeliharaan hut an meliput i : penyiangan, pendangiran, pemupukan, penj arangan dan
pemangkasan cabang pohon, pembuangan t umbuhan pengganggu, pengendalian hama
dan penyakit .

(6)

Unt uk mencegah erosi, t anah longsor dan gangguan t at a air, dalam pemeliharaan hut an
di areal sempadan waduk/ danau, sempadan mat a air, sempadan sungai dan sempadan
j urang dilarang melakukan penebangan, penj arangan dan pembersihan lant ai hut an.
Bagian Kelima
Perlindungan Hut an
Pasal 21

(1)

Set iap pemegang Izin Kegiat an HKm waj ib melaksanakan perlindungan hut an di areal
kerj anya unt uk menj aga keut uhan kawasan hut an, kelangsungan manf aat dan f ungsi
hut an secara maksimal.

(2)

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliput i seluruh upaya pencegahan,
penanggulangan dan pembat asan kerusakan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an oleh
manusia, hewan, hama, penyakit dan bencana alam.

(3)

Set iap orang dilarang melakukan pembakaran hut an.

(4)

Set iap orang dilarang perburuan, pengambilan, pengangkut an dan j ual beli sat wa liar
at au t umbuhan liar yang dilindungi dan at au bagian-bagiannya baik hidup maupun mat i di
areal izin kegiat an HKm, kecuali hasil penangkaran.
Bagian Keenam
Pungut an dan Pembagian Hasil
Pasal 22

(1)

Pemegang izin kegiat an HKm menyet or Provisi Sumber Daya Hut an (PSDH), Dana
Reboisasi (DR), ret ribusi dan leges sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.

(2)

Tat a cara pemungut an, penyet oran dan pembagian penerimaan ret ribusi dan leges sesuai
dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Penerimaan PSDH, DR, ret ribusi dan leges merupakan penerimaan negara/ daerah Sub
Sekt or Kehut anan.

(4)

Pemerint ah Daerah mengenakan ret ribusi dan leges at as pelayanan proses perizinan,
pengesahan rencana dan t at a usaha hasil hut an sebagai Pendapat an Asli Daerah (PAD)
sesuai dengan Perat uran Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 23

(1)

Semua hasil bersih dari kegiat an HKm meliput i hasil : produksi kayu, bukan kayu,
pengambilan/ pemanf aat an air, pengusahaan wisat a alam, penangkaran f lora dan f auna
yang t idak dilindungi sert a hasil t anaman t umpang sari dibagi unt uk Pemerint aah
Provinsi, Pemerint ah Kabupat en/ Kot a, Pemerint ah Desa dan unt uk pemegang izin
kegiat an HKm.

(2)

Pembagian hasil didasarkan pada kesepakat an ant ara pemegang izin kegiat an HKm
dengan pemberi izin kegiat an HKm yang dit uangkan dalam Surat Perj anj ian Kerj a sebagai
lampiran dari Surat Keput usan Pemberian Izin Kegiat an HKm.

(3)

Bagian Pemerint ah dibagi menj adi :
a. Bagian Pemerint ah Provinsi 20% (dua puluh) persen) dari bagian penerimaan bersih.
b. Bagian Pemerint ah Kabupat en/ Kot a penghasil 45% (empat puluh lima) persen dari
penerimaan bersih.
c. Bagian Pemerint ah Desa 35% (t iga puluh lima persen) dari penerimaan bersih.

(4)

Pemungut an, penyaluran dan pengelolaan bagian Pemerint ah Daerah dan Desa t ersebut
dilaksanakan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(5)

Bagian penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) merupakan
Pendapat an Asli Daerah (PAD) dari Sub Sekt or Kehut anan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Pert ama
Mekanisme Pembinaan dan Pengendalian
Pasal 24

(1)

Pemerint ah Desa bekerj asama dengan Badan Perwakilan Desa, lembaga kemasyarakat an
dan wakil dari pemegang izin kegiat an HKm melakukan koordinasi, pembinaan,
pengawasan dan pengamanan pengelolaan HKm.

(2)

Pemerint ah Daerah bekerj asama dengan lembaga t erkait dalam menyelenggarakan
penyiapan masyarakat , pelayanan perizinan, pelayanan t at a usaha hasil hut an,
penyuluhan, bimbingan t eknis, f asilit asi, pengendalian t eknis, pengawasan dan evaluasi
t erhadap pemegang izin kegiat an HKm.

(3)

Pemerint ah Provinsi menyelenggarakan pengembangan dan kaj ian t eknologi, kebij akan,
pengendalian perizinan, pemant auan dan evaluasi penyelenggaraan HKm.

(4)

Pada akhir masa berlakunya izin sement ara dan at au saat pengaj uan izin t et ap kegiat an
HKm dilakukan evaluasi t erhadap keberhasilan pemenuhan seluruh kewaj iban, dampak
sosial dan ekonomi sert a ekologi dari pelaksanaan HKm.

(5)

Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menj adi dasar pemberian izin t et ap
kegiat an HKm, perpanj angan izin dan pemut usan izin kegiat an HKm.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 25

FKPHKm mempunyai t ugas dan f ungsi memberi masukan kepada Daerah dalam:
a. menyiapkan kebij akan operasinal dan program HKm;
b. perencanaan pembent ukan wilayah kegiat an HKm dan lokasi/ areal HKm;
c. seleksi pesert a penyiapan masyarakat dan penilaian kesiapan masyarakat ;
d. pemant auan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiat an HKm;
e. t elaahan dan kaj ian t erhadap penyelenggaraan HKm.
Bagian Ket iga
Pembent ukan
Pasal 26
(1)

FKPHKm dibent uk pada t ingkat Provinsi, t ingkat Kabupat en/ Kot a, t ingkat kecamat an,
dan t ingkat Desa/ Kelurahan.

(2)

Pembent ukan FKPHKm sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan dengan
Keput usan:
a. Gubernur, bagi FKPHKm Tingkat Provinsi.
b. Bupat i/ Walikot a, bagi FKPHKm Tingkat Kabupat en/ Kot a.
c. Camat , bagi FKPHKm Tingkat Kecamat an.
d. Kepala Desa, bagi FKPHKm Tingkat Desa.
Pasal 27

(1)

Prosedur kerj a FKPHKm dit et apkan dengan Surat Keput usan Ket ua FKPHKm.

(2)

Ket ua FKPHKm dapat membent uk Tim Kerj a unt uk menangani t ugas-t ugas t ert ent u.

(3)

Set iap t ahun FKPHKm menyusun Rencana Kerj a, melaksanakan kegiat an sesuai rencana
kerj a, melaksanakan evaluasi dan membuat dan menyampaikan laporan kepada pej abat
yang menet apkan FKPHKm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2).

BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 28
(1)

Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Pemerint ah Daerah diberikan
wewenang khusus sebagai Penyidik unt uk melakukan Penyidikan t indak pidana di bidang
Pengelolaan HKm sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
t ent ang Hukum Acara Pidana.

(2)

Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan menelit i ket erangan at au laporan berkenaan
dengan t indak pidana Pengelolaan HKm agar ket erangan at au laporan t ersebut
menj adi lebih lengkap dan j elas;
b. menelit i, mencari dan mengumpulkan ket erangan mengenai kebenaran perbuat an
yang dilakukan orang pribadi at au badan sehubungan dengan t indak pidana dalam
Pengelolaan HKm;
c. memint a ket erangan bahan bukt i dari orang pribadi at au badan sehubungan dengan
t indak pidana dalam Pengelolaan HKm;
d. memeriksa buku-buku, cat at an-cat at an dan dokumen lain sehubungan dengan t indak
pidana dalam Pengeloaan HKm;
e. melakukan penggeledahan unt uk mendapat kan bahan bukt i pembukuan, pencat at an
dan dokumen-dokumen lain sert a melakukan penyit aan t erhadap barang bukt i
t ersebut ;
f . memint a bant uan t enaga ahli dalam rangka pelaksanaan t ugas penyidikan t indak
pidana Pengelolaan HKm;
g. menyuruh berhent i dan at au melarang seseorang meninggalkan ruangan at au t empat
pada saat pemeriksaan sej ak berlangsungnya dan memeriksa ident it as seseorang at au
dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud huruf c;
h. memot ret seseorang yang berkait an t indak pidana Pengelolaan HKm unt uk
didokument asikan;
i. memanggil orang unt uk didengar ket erangan dan diperiksa sebagai t ersangka at au
saksi;
j . menghent ikan penyidikan.

(3)

Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberit ahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penunt ut umum sesuai dengan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.
BAB IX
KETENTUAN SANKSI
Pasal 29

(1)

Set iap pemegang izin kegiat an HKm yang melanggar Pasal 11 ayat (3) dikenakan sanksi
berupa t eguran, peringaran dan penghent ian sement ara.

(2)

Set iap pemegang izin kegiat an HKm yang melanggar Pasal 17 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),
ayat (3) dan ayat (4) Pasal 21 ayat (1) dikenakan sanksi pemut usan/ pencabut an izin.
Pasal 30

(1)

Set iap pemegang izin kegiat an HKm yang melanggar Pasal 11 ayat (3) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan at au denda paling banyak Rp. 5. 000. 000
(lima ut a rupiah).

(2)

Set iap orang yang melanggar Pasal 17 ayat (3), Pasal 19 ayat (2), Pasal 20 ayat (6), Pasal
21 ayat (3) dipidana dengan pdana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan at au denda
paling banyak Rp. 5. 000. 000 (lima j ut a rupiah).

(3)

Tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31

Dengan berlakunya Perat uran Daerah ini, maka izin kegiat an HKm yang t elah dikeluarkan
masih t et ap berlaku sampai dengan berakhir masa berlakunya izin.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Hal-hal yang mengat ur t ent ang t eknis pelaksanaan Perat uran Daerah ini dit et apkan dengan
Keput usan Gubernur.
Pasal 33
Agar set iap orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Perat uran Daerah ini dengan
penempat annya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat .
Disahkan di
Mat aram
pada t anggal
10 Juli
2004

GUBERNUR
NUSA
TENGGARA
BARAT
Tt d.

H. LALU
SERINATA
Diundangkan di Mat aram
pada t anggal 17 Juli 2004
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT
Tt d.
NANANG SAMODRA KA.
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2004
NOMOR 15