IND PUU 7 2009 NSPK DIKLAT salinan

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR  26  TAHUN 2009            
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN 
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Menimbang : a. bahwa   dalam   rangka   peningkatan   kompetensi   Pegawai
Negeri   Sipil,   Pemerintah   dan   pemerintah   daerah
menyelenggarakan   pendidikan   dan   pelatihan   di   bidang
lingkungan hidup;
b. bahwa   berdasarkan   ketentuan   Pasal   9   Peraturan
Pemerintah   Nomor   38   Tahun   2007   tentang   Pembagian
Urusan   Pemerintahan   Antara   Pemerintah,   Pemerintahan
Daerah   Provinsi,   dan   Pemerintahan   Daerah
Kabupaten/Kota,   penyelenggaraan   Diklat   di   bidang
lingkungan   hidup   dilaksanakan   sesuai   dengan   norma,
standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri
yang   menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   di   bidang
lingkungan hidup;

c.   bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana   dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu  menetapkan Peraturan
Menteri   Negara   Lingkungan   Hidup   tentang   Pedoman
Penyelenggaraan   Pendidikan   dan   Pelatihan   di   bidang
Lingkungan Hidup;
Mengingat  : 1.  Undang­Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok­Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974   Nomor   55,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik
Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang­Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang­Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok­
Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun   1999   Nomor   169,   Tambahan   Lembaran   Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Undang­Undang   Nomor   23   Tahun   1997   tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia   Tahun   1997   Nomor   68,   Tambahan   Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
3. Undang­Undang   Nomor   32   Tahun   2004   tentang
Pemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik

1

Indonesia   Tahun   2004   Nomor   125,   Tambahan   Lembaran
Negara     Republik   Indonesia   Nomor   4437)   sebagaimana
telah   diubah   terakhir   dengan   Undang­Undang   Nomor   12
Tahun   2008   tentang   Perubahan   Kedua   Atas   Undang­
Undang   Nomor   32   Tahun   2004   tentang   Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
4. Peraturan   Pemerintah   Nomor   16   Tahun   1994   tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik   Indonesia   Tahun   1994   Nomor   22,   Tambahan
Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor 3547);
5. Peraturan   Pemerintah   Nomor   101   Tahun   2000   tentang
Pendidikan   dan   Pelatihan   Jabatan   Pegawai   Negeri   Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
198,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia
Nomor 4019);
6. Peraturan   Pemerintah   Nomor   38   Tahun   2007   tentang

Pembagian   Urusan   Pemerintahan,   Antara   Pemerintah,
Pemerintahan   Daerah   Provinsi   dan   Pemerintahan   Daerah
Kabupaten/Kota   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia
Tahun   2007   Nomor   82,   Tambahan   Lembaran   Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
7. Peraturan   Presiden   Nomor   9   Tahun   2005   tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana
telah   beberapa   kali   diubah   terakhir   dengan   Peraturan
Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan   :   PEDOMAN   PENYELENGGARAAN   PENDIDIKAN   DAN
PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP. 
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Pendidikan   dan   pelatihan   di   bidang   lingkungan   hidup   yang
selanjutnya   disebut   Diklat   lingkungan   hidup   adalah   proses

penyelenggaraan   belajar   mengajar   dalam   rangka   meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam pengelolaan lingkungan hidup. 
2.
Pengelolaan Diklat lingkungan hidup adalah proses kegiatan berupa
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian, monitoring
2

3.
4.

5.

6.

7.
8.

9.
10.
11.

12.

13.

14.
15.

dan   evaluasi   guna   meningkatkan   kompetensi/kemampuan   PNS   di
bidang lingkungan hidup dalam suatu tugas secara efektif dan efisien.
Pembinaan Diklat lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilakukan
agar penyelenggaraan Diklat dan capaian kinerja Diklat sesuai dengan
standar kualitas dan sasaran yang ditetapkan.
Instansi pembina Diklat lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
Instansi pembina adalah unit kerja di Kementerian Negara Lingkungan
Hidup   yang   secara   fungsional   bertanggung   jawab   dalam   koordinasi,
pengaturan,   penyelenggaraan,   pengawasan   dan   pengendalian   Diklat
lingkungan hidup.
Instansi pembina jabatan fungsional bidang lingkungan hidup adalah
unit kerja di Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang bertanggung
jawab   atas   pembinaan   jabatan   fungsional   menurut   peraturan

perundang­undangan yang berlaku.
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah pegawai
sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang­undang   Nomor   8   tahun   1974
tentang   Pokok­Pokok   Kepegawaian   sebagaimana   telah   diubah  dengan
Undang­Undang Nomor 43 tahun 1999. 
Widyaiswara   adalah   PNS   yang   diangkat   sebagai   pejabat   fungsional
oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab untuk mendidik,
mengajar, dan/atau melatih pada lembaga Diklat pemerintah.
Kurikulum   adalah   seperangkat   rencana   dan   pengaturan   mengenai
tujuan,   isi,   dan   bahan   pelajaran   serta   cara   yang   digunakan   sebagai
pedoman   penyelenggaraan   kegiatan   pembelajaran   untuk   mencapai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tujuan Diklat.
Diklat   teknis   bidang   lingkungan   hidup   adalah   Diklat   untuk
melengkapi pencapaian persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan
untuk pelaksanaan tugas PNS.
Diklat   fungsional   bidang   lingkungan   hidup   adalah   Diklat   untuk
melengkapi persyaratan kompetensi jabatan fungsional yang diperlukan
untuk pelaksanaan tugas PNS.
Akreditasi   adalah   penilaian   kelayakan   lembaga   Diklat   pemerintah
dalam   menyelenggarakan   program   Diklat   tertentu   yang   ditetapkan

dalam surat keputusan dan sertifikat akreditasi oleh instansi pembina.
Lembaga Diklat terakreditasi adalah unit penyelenggara Diklat yang
mendapatkan   surat   keputusan   dan   sertifikat   akreditasi  dari   instansi
pembina   Diklat   untuk   penyelenggaraan   Diklat   teknis   dan   Diklat
fungsional.
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seorang   PNS   dan   non   PNS   di   bidang   lingkungan   hidup   berupa
wawasan,   pengetahuan,   keterampilan,   dan   sikap   perilaku   yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
Jabatan fungsional adalah jabatan­jabatan fungsional tertentu sesuai
dengan   ketentuan   keputusan   menteri   yang   bertanggung   jawab   di
bidang pendayagunaan aparatur negara.
Pemerintah   daerah   adalah   gubernur,   bupati,   atau   walikota,   dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3

(1)
(2)

Pasal 2 

Peraturan   Menteri   ini   bertujuan   untuk   memberikan   pedoman   bagi
Pemerintah   dan   pemerintah   daerah   dalam   menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup.
Diklat   bertujuan   untuk   meningkatkan   pengetahuan,   keahlian,
keterampilan,   dan   sikap   untuk   dapat   melaksanakan   tugas   jabatan
secara   profesional   dengan   dilandasi   kepribadian   dan   etika   PNS
dan/atau profesi sesuai dengan kebutuhan.

Pasal   3
Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi kegiatan:
a.
identifikasi kebutuhan Diklat;
b.
jenis dan jenjang Diklat;
c.
peserta Diklat;
d.
kurikulum dan metode Diklat;
e.
tenaga pengajar;

f.
sarana dan prasarana Diklat;
g.
penyelenggara Diklat; 
h.
surat keterangan Diklat; 
i.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan;
j.
sistem informasi Diklat; 
k.
pengelola lembaga Diklat; dan 
l.
akreditasi. 
BAB II
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DIKLAT  
(1)
(2)

(3)


(4)

Pasal 4
Lembaga   Diklat   lingkungan   hidup   instansi   Pemerintah   dan/atau
pemerintah   daerah   melakukan   identifikasi   kebutuhan   Diklat
lingkungan hidup.
Identifikasi   kebutuhan   Diklat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dilakukan dengan mempertimbangkan: 
a.
identifikasi peran dan fungsi lembaga;
b.
evaluasi kondisi sumber daya manusia; 
c.
analisis kesenjangan; dan  
d.
perencanaan sumber daya manusia. 
Identifikasi   kebutuhan   Diklat   kebutuhan   sebagaimana   dimaksud
pada ayat (1) digunakan sebagai dasar bagi lembaga Diklat lingkungan
hidup   instansi   Pemerintah   dan/atau   pemerintah   daerah   dalam

menyusun rencana tahunan kebutuhan Diklat lingkungan hidup.
Rencana tahunan kebutuhan Diklat lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Instansi Pembina sebagai
bahan penyusunan rencana identifikasi  kebutuhan Diklat lingkungan
hidup nasional.

4

(5)

(1)
(2)
 
(1)

(2)

Instansi   Pembina   dapat   memberikan   bantuan   konsultasi   kepada
setiap   lembaga   Diklat   lingkungan   hidup   dalam   menyusun   rencana
tahunan   kebutuhan   Diklat   lingkungan   hidup   sebagaimana   dimaksud
pada ayat (3).
BAB  III  
JENIS DAN JENJANG DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP 
Pasal 5
Diklat   lingkungan   hidup   dilaksanakan   berdasarkan   jenis   dan/atau
jenjang Diklat.
Jenis   dan/atau   jenjang   Diklat   lingkungan   hidup   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kompetensi yang akan
dicapai.
Pasal 6 
Jenis Diklat lingkungan hidup antara lain meliputi:
a.  Diklat teknis terdiri atas:
1. Diklat teknis substansi; 
2. Diklat teknis manajemen; dan 
3. Diklat teknis berdasarkan kebutuhan. 
b.  Diklat fungsional bidang lingkungan hidup. 
Jenis   dan/atau   jenjang   Diklat   lingkungan   hidup   sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan memperhatikan tugas
dan  tanggung jawab peserta diklat. 

Pasal 7
Diklat   teknis   substansi   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   6   ayat   (1)
huruf a angka 1 antara lain meliputi Diklat:
a.
dasar­dasar pengelolaan lingkungan hidup;
b.
pengendalian pencemaran udara;
c.
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun;
d.
pengelolaan dan pengendalian pencemaran air;
e.
peningkatan   konservasi   sumber   daya   alam   dan   pengendalian
kerusakan lingkungan hidup;
f.
pengelolaan tata lingkungan hidup; dan
g.
penilaian   analisis   mengenai   dampak   lingkungan   hidup   dan
penyusunan analisa mengenai dampak lingkungan.
Pasal  8
Diklat teknis manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) 
huruf a angka 2 antara lain meliputi Diklat:
a. sistem informasi geografi;
b. valuasi ekonomi lingkungan dan sumber daya alam;
c. kajian lingkungan hidup strategis; dan 
d. alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup. 
5

(1)
(2)

(1)

(2)

(3)

Pasal 9
Diklat   teknis   berdasarkan   kebutuhan   sebagaimana   dimaksud   dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 3 diselenggarakan sesuai dengan tujuan
dan sasaran Diklat lingkungan hidup. 
Diklat   teknis   berdasarkan   kebutuhan   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat (1) antara lain meliputi Diklat:
a. penegakan hukum lingkungan hidup;
b. kebijakan pengelolaan lingkungan hidup; 
c. penyusunan   dan   perancangan   peraturan   perundang­undangan
lingkungan hidup; dan
d. penilai   analisis   mengenai   dampak   lingkungan   bagi   pengambil
keputusan.
Pasal 10
Diklat fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf   b   merupakan   Diklat   strategis   yang   diselenggarakan   untuk
memenuhi   dan   meningkatkan   kompetensi   PNS   yang   akan   dan/atau
telah menduduki jabatan fungsional. 
Diklat fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain meliputi Diklat:
a.
pengendali dampak lingkungan hidup;
b.
pengawas lingkungan hidup;
c.
pemantauan kualitas lingkungan hidup; dan
d.
penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
Jenjang Diklat fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

Pasal 11
Kepala instansi pembina dapat menetapkan rincian jenis Diklat lingkungan
hidup   di   luar   ketentuan   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   8   sampai
dengan Pasal 10. 
BAB IV
PESERTA DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP 
(1)

(2)

Pasal 12
Diklat   lingkungan   hidup   diikuti   oleh   peserta   diklat   dalam
rangka   memenuhi   persyaratan   kompetensi   untuk   pemantapan
pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang lingkungan hidup.
Peserta Diklat lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan sesuai persyaratan peserta dengan memperhatikan
pengembangan karir sumber daya manusia yang bersangkutan.
6

(3)

Persyaratan   peserta   untuk   masing­masing   Diklat   lingkungan
hidup   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   sesuai   dengan   pedoman
diklat teknis yang ditetapkan oleh kepala instansi pembina. 

BAB V
KURIKULUM DAN METODE DIKLAT 
(1)
(2)

(3)
(4)

(1)
(2)

(1)
(2)
(3)

Pasal 13
Pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup dilaksanakan
berdasarkan kurikulum di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: 
a.
standar kompetensi; 
b.
kompetensi dasar; 
c.
metode Diklat; 
d.
jam pelajaran;
e.
media pembelajaran; dan
f.
  alat bantu. 
Kurikulum   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   disusun   dan
ditetapkan oleh kepala instansi pembina.
Kurikulum   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   disusun   dengan
melibatkan instansi terkait. 
Pasal 14 
Pemerintah   daerah   dapat   menyusun   dan   menetapkan
muatan/kearifan lokal sebagai tambahan materi ajar dalam kurikulum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
Penyusunan   muatan/kearifan   lokal   sebagaimana   dimaksud   pada
ayat   (1)   dilaksanakan   oleh   lembaga   Diklat   lingkungan   hidup   daerah
yang   terakreditasi   dengan   berkoordinasi   dengan   instansi   terkait   di
bidang lingkungan hidup daerah.
Pasal 15
Kurikulum   sebagaimana   dimaksud   dalam  Pasal   13   ayat   (1)
disusun sesuai dengan standar kompetensi yang akan dicapai. 
Standar   kompetensi   Diklat   teknis   substansi   dan   Diklat
manajerial ditetapkan oleh instansi pembina.
Standar kompetensi Diklat fungsional ditetapkan oleh Menteri. 

Pasal  16 
(1) Metode penyelenggaraan Diklat lingkungan hidup dapat diselenggarakan
secara :
a.
klasikal; atau
b.
non klasikal. 
(2) Metode klasikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
dengan tatap muka.

7

(3) Metode   non   klasikal   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   b
dilakukan di alam terbuka, tempat kerja, dan/atau melalui internet.
Pasal 17
(1)
Pendekatan dan metode pengajaran Diklat lingkungan hidup disusun
sesuai   dengan   tujuan   dan   sasaran   jenis   Diklat   bagi   orang   dewasa
(andragogi). 
(2)
Pendekatan   dan   metode   pengajaran   Diklat   lingkungan   hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara antara lain:
a.
ceramah;
b.
diskusi;
c.
studi banding;
d.
studi kasus;
e.
simulasi; dan/atau
f.
belajar dengan menggunakan media.
(3)
Selain   metode   pengajaran   Diklat   lingkungan   hidup   sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat ditambahkan metode spesifik antara lain
dalam bentuk:
a.
praktik, latihan, dan/atau laboratorium;
b.
pengamatan lapangan;
c.
penggunaan sistem informasi geografis; dan/atau
d.
bermain peran.
BAB VI
TENAGA PENGAJAR 
(1)
(2)

(3)

Pasal 18
Lembaga   Diklat   harus   mendayagunakan   widyaiswara   dan/atau
tenaga pengajar di lingkungan lembaga yang bersangkutan.
Dalam   hal   widyaiswara   dan/atau   tenaga   pengajar   sebagaimana
dimaksud   pada   ayat   (1)   tidak   tersedia   sesuai   dengan   bidangnya,
lembaga   Diklat   dapat   menggunakan   widyaiswara   dan/atau   tenaga
pengajar lain di luar lembaga penyelenggara Diklat lingkungan hidup
yang mempunyai kompetensi sesuai dengan keahliannya. 
Widyaiswara   dan/atau   tenaga   pengajar   Diklat   lingkungan   hidup
sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   harus   mempunyai   sertifikat
Diklat   lingkungan   hidup   bagi   pengajar  (Training   of   Trainers)  dari
lembaga Diklat lingkungan hidup yang terakreditasi.
BAB VII
SARANA DAN PRASARANA DIKLAT 

(1)
(2)

Pasal 19
Sarana dan prasarana Diklat lingkungan hidup dipersiapkan sesuai
dengan tujuan, sasaran program, dan materi Diklat yang bersangkutan.
Sarana dan prasarana Diklat lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi : 
a.  Sarana 
8

(3)

1.
papan tulis;
2.
flip chart; 
3.
overhead projector;
4.
tv dan video;
5.
kaset, perekam;
6.
buku pegangan;
7.
sound system;
8.
komputer; dan
9.
teknologi multimedia.
b.  Prasarana
1.
ruang kelas;
2.
ruang diskusi;
3.
ruang seminar;
4.
ruang kantor;
5.
ruang internet;
6.
perpustakaan;
7.
laboratorium; dan
8.
asrama.
Lembaga   penyelenggara   Diklat   lingkungan   hidup   dapat
mendayagunakan   sarana   dan   prasarana   lembaga   Diklat   lingkungan
hidup lainnya. 
BAB VIII
PENYELENGGARAAN DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP

(1)
(2)
(3)

(1)

(2)

Pasal 20
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah
daerah   kabupaten/kota   dapat   menyelenggarakan   Diklat   teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.
Penyelenggaraan   Diklat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)
dapat dilaksanakan sendiri, dikontrakkan, dan/atau kerja sama.
Penyelenggaraan   Diklat   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)
hanya dapat dilaksanakan oleh lembaga Diklat yang telah terakreditasi.
Pasal 21
Kementerian   Negara   Lingkungan   Hidup   sebagai   Instansi
pembina   jabatan   fungsional,  menyelenggarakan   Diklat   fungsional
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
b dan Pasal 9.
Penyelenggaraan Diklat fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga Diklat
Pemerintah,   pemerintah   provinsi,   dan/atau   pemerintah
kabupaten/kota.
BAB IX
SURAT KETERANGAN DIKLAT

9

(1)

(2)

(3)
(4)

Pasal 22
Peserta   Diklat   yang   telah   menyelesaikan   program   Diklat   dan
memenuhi   persyaratan   diberikan   surat   tanda   tamat   pendidikan   dan
pelatihan   (STTPP)   bagi   Diklat   berjenjang   atau   sertifikat   Diklat   bagi
peserta Diklat tidak berjenjang.
Peserta   Diklat   yang   telah   menyelesaikan   program   Diklat   dan
memenuhi   persyaratan   serta   menunjukkan   prestasi   luar   biasa   dapat
diberikan penghargaan dalam bentuk piagam.
STTPP atau sertifikat Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditandatangani oleh kepala lembaga penyelenggara diklat. 
Apabila  penyelenggaraan Diklat dilakukan  melalui  kerjasama,
STTPP atau sertifikat Diklat ditandatangani oleh para pihak. 
BAB X
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

(1)
(2)

Pasal 23
Instansi   pembina   melakukan   pemantauan   dan   evaluasi   terhadap
penyelenggaraan Diklat lingkungan hidup yang telah dilaksanakan oleh
lembaga Diklat atau unit pengelola Diklat lingkungan hidup.
Lembaga   Diklat  atau  unit   pengelola   Diklat   lingkungan   hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus: 
a.
melakukan   evaluasi   terhadap   program,   pelaksanaan   Diklat,
widyaiswara, peserta, dan alumni; dan
b.
menyampaikan   laporan   hasil   evaluasi   sebagaimana   dimaksud
dalam huruf a kepada Instansi pembina.
BAB XI
SISTEM INFORMASI DIKLAT

(1)
(2)

(3)

Pasal  24
Instansi   pembina   dan   lembaga   Diklat   lingkungan   hidup
mengembangkan sistem informasi Diklat lingkungan hidup.
Sistem informasi Diklat lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat   (1)   merupakan   media   informasi   pada   penyelenggara   Diklat   yang
memuat :
a. jenis, jenjang dan program Diklat;
b. kepesertaan dalam suatu program Diklat;
c. kalender penyelenggara program Diklat;
d. widyaiswara;
e. sumber daya manusia penyelenggara Diklat;
f.   sarana dan prasarana Diklat;
g. bahan dan/atau modul­modul Diklat;
h. lembaga Diklat yang terakreditasi; dan
i.   alumni Diklat.
Lembaga Diklat lingkungan hidup yang terakreditasi menyampaikan
informasi   Diklat   lingkungan   hidup   di   lembaganya   kepada  Instansi

10

(4)

pembina   sebagai   bahan   pengembangan   sistem   informasi   Diklat
lingkungan hidup.
Informasi   Diklat   lingkungan   hidup   yang   dikelola   oleh   lembaga   Diklat
lingkungan   hidup   dan  Instansi   pembina   dapat   diakses   oleh   setiap
lembaga Diklat lingkungan hidup. 

BAB XII
PENGELOLA LEMBAGA DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP
(1)

(2)

(3)

Pasal 25
Lembaga   Diklat   lingkungan   hidup   dikelola   oleh   pengelola
lembaga   Diklat   yang   mempunyai   sertifikat   pengelola   Diklat
(Management Of Training) dan sertifikat penyelenggara Diklat (Training
Officers Course).
Pengelola lembaga Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai   tugas   dan   fungsi   mengelola   serta   mengembangkan
kapasitas kelembagaan, program, sumber daya manusia penyelenggara,
dan tenaga pengajar.
Pengembangan kapasitas kelembagaan, program, sumber daya
manusia   penyelenggara,  dan   tenaga   pengajar   sebagaimana   dimaksud
pada ayat (2) dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga
Diklat lainnya.
BAB XIII
AKREDITASI

(1)
(2)
(3)

Pasal 26
Menteri   berwenang   memberikan   akreditasi   penyelenggaraan   Diklat
lingkungan hidup kepada lembaga Diklat lingkungan hidup.
Akreditasi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   diberikan   dalam
bentuk sertifikat akreditasi.
Akreditasi penyelenggaraan Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi penilaian unsur:
a. tenaga kediklatan yang terdiri atas:
1.
pengelola lembaga Diklat lingkungan hidup; dan
2.
widyaiswara/tenaga pengajar.
b. program Diklat lingkungan hidup yang terdiri atas:
1. kurikulum;
2. bahan Diklat; 
3. metode Diklat; 
4. jangka waktu pelaksanaan program Diklat;
5. peserta Diklat; dan
6. panduan Diklat.
c. fasilitas Diklat yang terdiri atas:
11

(4)

1.
sarana Diklat; 
2.
prasarana Diklat. 
Akreditasi penyelenggaraan Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)   dilaksanakan   sesuai   dengan   prosedur   akreditasi   sebagaimana
tercantum   dalam   Lampiran   yang   merupakan   bagian   yang   tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB  XIV 
PEMBIAYAAN DIKLAT
(1)

(2)
(3)

Pasal 27
Pembiayaan pelaksanaan Diklat bersumber dari: 
a.
Anggaran Pendapatan dan Belanja  Negara (APBN) untuk Diklat
teknis   dan   Diklat   fungsional   yang   diselenggarakan   Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
b.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk Diklat
teknis   yang   diselenggarakan   pemerintah   daerah   provinsi   atau
kabupaten/kota; dan.
c.
Penerimaan   Negara   Bukan   Pajak   (PNBP)   untuk   Diklat
berdasarkan kebutuhan.
Selain   sumber   pembiayaan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1),
pembiayaan   Diklat   dapat   berasal   dari   sumber   lain   sesuai   dengan
peraturan perundang­undangan. 
Penyusunan   dan   penggunaan   pembiayaan   program   Diklat   dilakukan
oleh   Lembaga   Diklat   sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­
undangan   dengan   memperhatikan   prinsip   efisiensi   dan   efektifitas
penyelenggaraan Diklat.
BAB V
KETENTUAN LAIN­LAIN

Pasal 28
Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini berlaku juga bagi penyelenggaraan
Diklat lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh lembaga Diklat lingkungan
hidup non pemerintah. 
 
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
12

                                
   
  

Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan, 

pada tanggal: 3 Juli 2009
MENTERI NEGARA 
LINGKUNGAN HIDUP,
   ttd 
RACHMAT WITOELAR

        ttd
Ilyas Asaad. 

13