PP No. 55 Tahun 2005

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DAN
PERIMBANGAN KEUANGAN
PPIM FE Unimal

DASAR HUKUM
Pasal 26, pasal 37, dan pasal 42 UndangUndang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah ;

PPIM FE Unimal

2

Bersumber dari APBN untuk membiayai kebutuhan
daerah
Tujuan :
Mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat
dan Daerah (vertical imbalance) serta antar Daerah
(horizontal imbalance)
Meliputi::

Meliputi
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (SDA)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)

PPIM FE Unimal

3

Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil yang
bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antar
pusat dan daerah;
Dana Bagi Hasil bersumber dari:
¤ Pajak; dan
¤ Sumber Daya Alam


PPIM FE Unimal

4

Dana Bagi Hasil PAJAK
Terdiri dari:
Pajak Bumi dan Bangunan;
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan;
PPh W POPDN dan PPh Pasal 21.

PPIM FE Unimal

5

Proporsi DBH Pajak
Proporsi
No. Komponen

Porsi

daerah

Provinsi Kab/Kota
ybs
ybs

kab/kota
upah
dlm
pungut
provinsi ybs

1. PBB

90%

16,2%

64,8%


9%

2. BPHTB

80%

16%

64%

3. PPh
W POPDN

20%

8%

12% *)

4. PPh Pasal

21

20%

8%

12% *)

*) dibagi lagi dengan rincian:
8,4% untuk kab/kota tempat W P terdaftar
3,6% untuk kab/kota dalam provinsi yang bersangkutan

6

Penetapan Alokasi DBH Pajak
Alokasi DBH PBB, BPHTB, PPh W POPDN, dan PPh Pasal 21,
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Alokasi DBH PBB dab BPHTB ditetapkan :
- atas rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun anggaran yang
bersangkutan

- paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
bersangkutan
Alokasi DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21 untuk masingmasing daerah terdiri dari:
– Alokasi Sementara, ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan yang
didasarkan atas rencana penerimaan; dan
– Alokasi Definitif, ditetapkan paling lambat pada bulan pertama
triwulan keempat tahun anggaran berjalan yang didasarkan atas
prognosa realisasi penerimaan PPh W POPDN dan PPh Pasal 21.
PPIM FE Unimal

7

Penyaluran DBH Pajak
Penyaluran DBH PBB dan BPHTB dilaksanakan
berdasarkan realisasi tahun anggaran berjalan dan
dilaksanakan secara mingguan;
Penyaluran DBH PBB dan BPHTB bagian Pemerintah Pusat
dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan
Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan;

Penyaluran DBH PBB sebesar 10% bagian Pemerintah
Pusat, sebanyak 65% dibagi secara merata seluruh kab/kota
dan 35% dibagi sebagai insentif kepada kabupaten/kota yang
realisasi penerimaan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan
pada tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampaui
rencana penerimaan yang ditetapkan. Sedangkan 20%
BPHTB yang dibagi secara merata seluruh Kab/Kota
dilaksanakan pada bulan Nopember tahun anggaran
PPIM FE Unimal
8
berjalan.

Lanjutan …

Penyaluran DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21
dilaksanakan berdasarkan prognosa penerimaan PPh
W POPDN dan PPh Pasal 21;
Penyaluran DBH PPh W POPDN dan PPh Pasal 21
dilaksanakan dari triwulan I, II, dan III sebesar 20% (dua
puluh persen) dari alokasi sementara, pada triwulan IV

penyaluran didasarkan atas selisih antara pembagian
definitif dengan jumlah dana yang telah dicairkan pada
triwulan sebelumnya;
Apabila terjadi kelebihan penyaluran triwulan I - III
dibandingkan dengan pembagian definitif, maka kelebihan
tersebut akan diperhitungkan dalam penyaluran tahun
anggaran berikutnya.
PPIM FE Unimal

9

Dana Bagi Hasil SDA
Terdiri dari:
Kehutanan;
Pertambangan Umum;
Perikanan;
Pertambangan Minyak Bumi;
Pertambangan Gas Bumi; dan
Pertambangan Panas Bumi.
PPIM FE Unimal


10

Proporsi DBH SDA
No.
1.

2.

*)

Komponen

Porsi
daerah

Proporsi
Provinsi
ybs


Kab/Kota
penghasil

kab/kota dlm
provinsi ybs *)

Kehutanan
a. IIUPH

80%

16%

64%

-

b. PSDH

80%


16%

32%

32%

c. Dana Reboisasi

40%

-

40%

-

a. landrent kab/kota
penghasil

80%

16%

64%

-

b. landrent provinsi
penghasil

80%

80%

-

-

c. royalti kab/kota
penghasil

80%

16%

32%

32%

d. royalti provinsi
penghasil

80%

26%

-

54%

Pertambangan Umum

dibagi secara merata
PPIM FE Unimal

11

Lanjutan …
No.

Komponen

3.

Perikanan **)

4.

Minyak Bumi
a. dari kab/kota penghasil

b. dari provinsi penghasil

5.

Porsi
daerah

Proporsi
Prov.
ybs

Kab/Kota
penghasil

kab/kota dlm
provinsi ybs *)

80%
15,5%
15%

3%

6%

6%

0,5% ***)

0,1%

0,2%

0,2%

15,5%
15%

5%

-

10%

0,5% ***)

0,17%

-

0,33%

Gas Bumi
a. dari kab/kota penghasil

30,5%
30%

6%

12%

12%

0,5% ***)

0,1%

0,2%

0,2%

*) dibagi secara merata
**) dibagi merata kepada seluruh kab/kota
***) digunakan untuk anggaran pendidikan dasar

12

Lanjutan …

Proporsi
No.

Komponen

b. dari provinsi penghasil

6.

Pertambangan Panas
Bumi

Porsi
daerah

Provinsi
ybs

Kab/Kota
penghasi
l

kab/kota dlm
provinsi ybs
*)

30,5%
30%

10%

-

20%

0,5% ***)

0,17%

-

0,33%

80%

16%

32%

32%

*) dibagi secara merata
***) digunakan untuk anggaran pendidikan dasar
PPIM FE Unimal

13

Penetapan Alokasi DBH SDA
Menteri teknis setelah berkonsultasi dengan Mendagri
menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH SDA
paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran
bersangkutan dilaksanakan.
Mendagri menetapkan daerah penghasil yang berada pada
wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah.
Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang daerah
penghasil kepada Menteri Keuangan yang kemudian melakukan
penetapan perkiraan alokasi DBH SDA untuk masing-masing
daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya
ketetapan dari menteri teknis.
Perkiraan alokasi DBH SDA Minyak dan Gas Bumi untuk
masing-masing daerah ditetapkan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya ketetapan dari menteri teknis, perkiraan
bagian Pemerintah, dan perkiraan unsur-unsur pengurang
lainnya.
PPIM FE Unimal

14

Penghitungan Realisasi
Produksi DBH SDA
Penghitungan realisasi DBH SDA dilakukan
secara triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi
data antara Pemerintah Pusat dan daerah
penghasil kecuali untuk DBH SDA Perikanan.
Penghitungan realisasi DBH SDA Minyak Bumi
dan Gas Bumi didasarkan atas realisasi lifting
minyak bumi dan/atau gas bumi dari departemen
teknis.
PPIM FE Unimal

15

Penyaluran DBH SDA
Penyaluran dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari
Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
Penyaluran dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan
SDA tahun anggaran berjalan.
Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan.
Penyaluran DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi ke daerah
dilakukan dengan menggunakan asumsi dasar harga minyak
bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari
penetapan dalam APBN tahun berjalan.
Apabila asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan
dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh
persen), selisih penerimaan tersebut dialokasikan dengan
menggunakan formula DAU.
PPIM FE Unimal

16

Pemantauan dan Evaluasi
DBH SDA
Pemantauan dan evaluasi teknis pelaksanaan kegiatan
yang didanai dari DBH Dana Reboisasi (DR)
dilaksanakan oleh menteri teknis.
Pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran
rehabilitasi hutan dan lahan yang berasal dari DBH DR
dan penggunaan anggaran pendidikan dasar (sebesar
0,5% dari minyak bumi dan gas bumi) dilaksanakan
oleh Menteri Keuangan.
Dalam hal terdapat indikasi adanya penyimpangan,
Menteri Keuangan dapat meminta aparat pengawasan
fungsional untuk melakukan pemeriksaan.
PPIM FE Unimal

17

DAN A ALOKASI UM UM
Tujuan Dana Alokasi Umum;
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
Jumlah keseluruhan DAU;
sekurang-kurangnya 25,5% (dua puluh lima setengah
persen) dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto
yang ditetapkan dalam APBN yang dilaksanakan sampai
dengan Tahun 2007, dan mulai Tahun 2008 jumlah
keseluruhan DAU sekurang-kurangnya 26% (dua puluh
enam persen) dari PDN neto.
PPIM FE Unimal

18

Lanjutan …

Proporsi DAU untuk provinsi dan untuk
kabupaten/kota;
masing-masing 10% dan 90% dan dapat berubah
sesuai dengan adanya pergeseran imbangan
kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.
DAU dialokasikan atas dasar formula dengan konsep
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal
Alokasi Dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Celah Fiskal dihitung berdasarkan selisih antara
kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal.
PPIM FE Unimal

19

DATA PEN GHITUN GAN DAU
Data yang digunakan dalam penghitungan DAU
diperoleh dari lembaga statistik pemerintah
dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang
menerbitkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Apabila data sebagaimana tersebut di atas tidak
tersedia, maka penghitungan DAU akan
menggunakan data penghitungan DAU tahun
sebelumnya.
PPIM FE Unimal

20

VARIABEL DATA DASAR
PEN GHITUN GAN DAU
Data Kebutuhan Fiskal (KbF) terdiri atas:
1. jumlah penduduk,
2. luas wilayah,
3. indeks kemahalan konstruksi,
4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan
5. Indeks Pembangunan M anusia
Data KapasitasFiskal (KpF) terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah, dan
2. Dana Bagi Hasil
PPIM FE Unimal

21

FORM ULA DAU
DAU = A
AD
D + CF
Dimana:
DAU
AD
CF

:
:
:

Dana Alokasi Umum;
Alokasi Dasar yang dihitung berdasarkan Jumlah
Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah;
Celah Fiskal yang merupakan selisih dari
Kebutuhan Fiskal (KbF) dengan Kapasitas Fiskal
(KpF).
PPIM FE Unimal

22

KEBUTUHAN FISKAL (KbF)
KbF= TBR (
Keterangan :
TBR
IP
IW
IKK
IPM
IPRDB/cap

1IP +

:
:
:
:
:
:
:

2IW

+

3IKK

+

4IPM

+

5I PDRB)

Total Belanja Rata-rata APBD;
Indeks Jumlah Penduduk;
Indeks Luas W i layah;
Indeks Kemahalan Konstruksi;
Indeks Pembangunan Manusia;
Indeks PDRB per kapi ta
Bobot Indeks.

Catatan:
Bobot 1; 2; 3; 4 ; dan 5 ditentukan dengan mempergunakan
pertimbangan tingkat equalisasi terbaik berdasarkan Coefficient Of
Variation atau Indeks W illiamson.

23

Kapasitas Fiskal (KpF)
KpF= PAD + DBH SDA + DBH Pajak
Keterangan:
PAD
DBH SDA
DBH Pajak

: Pendapatan Asli Daerah
: Bagi Hasil Sumber Daya Alam
: Bagi Hasil Pajak

PPIM FE Unimal

24

PERHITUN GAN DAU
DPOD memberikan pertimbangan atas
rancangan kebijakan formula dan perhitungan
DAU kepada Presiden sebelum penyampaian
Nota Keuangan dan RAPBN tahun anggaran
berikutnya.
Menteri Keuangan melakukan penghitungan
DAU

PPIM FE Unimal

25

Lanjutan ...

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi
dihitung berdasarkan perkalian bobot provinsi yang
bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh provinsi.
DAU Pro
Provvinsi i = Bobot Pro
Provvinsi i X DAU Pro
Prov
v insi

Bobot provinsi merupakan perbandingan antara
celah fiskal provinsi yang bersangkutan dan total
celah fiskal seluruh provinsi
Bobot Provinsi i = CF Provinsi i
CF Provinsi
dimana,
CF Provinsi i
CF Provinsi
PPIM FE Unimal

= Celah fiskal suatu daerah Provinsi i
= Total Celah fiskal seluruh Provinsi

26

Lanjutan ...

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu Kab/Kota dihitung
berdasarkan perkalian bobot Kab/Kota yang bersangkutan
dengan jumlah DAU seluruh Kab/Kota.
DAU Kab/Kotai = Bobot Kab/Kotai X DAU Kab/Kota

Bobot Kab/Kota merupakan perbandingan antara celah
fiskal Kab/Kota yang bersangkutan dan total celah fiskal
seluruh Kab/Kota
Bobot Kab/Kotai = CF Kab/Kotai
CF Kab/Kota
dimana,
CFi
= Celah fiskal daerah Kab/Kotai
CF = Total Celah fiskal seluruh Kab/Kota
PPIM FE Unimal

27

Lanjutan ...

Kebutuhan fiskal dihitung berdasarkan perkalian antara
Total Belanja Rata-rata dengan penjumlahan dari
pembobotan indeks jumlah penduduk, indeks luas
wilayah, indeks kemahalan konstruksi, invers indeks
pembangunan manusia, dan invers Produk Domestik
Regional Bruto per kapita
indeks jumlah penduduk+ 2 indeks
luas wilayah + 3 indeks kemahalan
konstruksi + 4 indeks pembangunan
manusia + 5 indeks PDRB per kapita
1

KbF = Total Belanja X
Rata--rata
Rata

Total Belanja
Rata-rata

=

Belanja Pegawai + Belanja Non
Pegawai + Belanja Modal
Jumlah provinsi atau kabupaten/kota
PPIM FE Unimal

28

Lanjutan… ..

merupakan bobot masingmasing indeks yang ditentukan berdasarkan
hasil uji statistik.
Parameter Coefficient of Variation dan Indeks
Williamson dimaksud dipergunakan sebagai
indikator untuk mengukur tingkat kesenjangan
kemampuan keuangan antar daerah dalam
rangka pendanaan pelaksanaan Desentralisasi.
1,

2,

3,

4,

5

PPIM FE Unimal

29

Hasil Akhir Penghitungan DAU
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0
(nol), menerima DAU ditambah Alokasi Dasar
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0
(nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai
negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima
DAU sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai
celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai
negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar,
tidak menerima DAU
PPIM FE Unimal

30

DAU DAERAH PEM EKARAN
DAU untuk daerah pemekaran dialokasikan setelah
undang-undang pemekaran daerah bersangkutan
disahkan.
Penghitungan DAU untuk daerah pemekaran dilakukan
apabila datanya telah tersedia.
Apabila data tidak tersedia, penghitungan DAU dilakukan
dengan membagi secara proporsional dengan daerah
induk dengan menggunakan data jumlah penduduk, luas
wilayah, dan belanja pegawai

PPIM FE Unimal

31

Penetapan dan Penyaluran DAU
Alokasi DAU ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.
Alokasi DAU tambahan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas
Umum Daerah.
Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan
masing-masing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari
alokasi DAU yang telah ditetapkan.
PPIM FE Unimal

32

DAN A ALOKASI KHUSUS
1. Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai
kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan
merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi
yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan
dibidang tertentu, khususnya dalam upaya
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat.
2. Program yang menjadi prioritas nasional dimuat
dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran
yang bersangkutan.
3. Rencana Kerja Pemerintah merupakan hasil
musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
yang diikuti pleh unsur-unsur penyelenggara
Menteri, Gubernur, dan Bupati/W alikota.

33

Tahapan Pengalokasian DAK
Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang
akan didanai dan ditetapkan setelah berkoordinasi
dengan Mendagri, Menteri Keuangan, Meneg
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Ketetapan tentang kegiatan khusus tersebut kemudian
disampaikan kepada Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi
DAK dengan menggunakan kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis.

PPIM FE Unimal

34

Kriteria Penghitungan DAK
1.

Kriteria Umum,
dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang
dicerminkan dari Penerimaan Umum APBD setelah dikurangi belanja
PNSD yang dihitung melalui Indeks Fiskal Netto (IFN).

2.

Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan:
- peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan
otonomi khusus misalnya UU No. 21 Tahun 2001 Tentang otsus
Papua dan UU No. 18 tahun 2001 Tentang otsus Prov. NAD
- karakteristik daerah dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh
Menteri Keuangan dan Menteri perencanaan Pembangunan/Lembaga
terkait yaitu antara lain daerah pesisir dan kepulauan, daerah
perbatasan darat dengan negara lain, daerah terpencil, daerah yang
termasuk rawan banjir, serta daerah ketahanan pangan.
Kriteria Teknis,
disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan
didanai dari DAK yang dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri
teknis terkait.

3.

PPIM FE Unimal

35

Penghitungan DAK
Indeks fiskal neto dihitung dengan rumus:

IFNi

FN i
i
I FN i
FN i
N
PUi , t-2
BPi , t-2

FNi
N
FNi

FNi
FN

= (PUi, t-2 - BP i, t-2)

=
=
=
=
=

1, 2, …, N
Indeks Fiskal Netto daerah i
Fiskal Netto daerah i
Jumlah Daerah
Penerimaan Umum (PAD+(DBH-DBH DR)+DAU)
daerah i, pada waktu t-2
= Belanja Pegawai (Gaji PNSD) daerah i, pada waktu
t-2
PPIM FE Unimal

36

Lanjutan ...

Indeks kewilayahan dihitung dengan rumus:

IKWi

N
IKW i
X1
X2

(X1 X 2 .... X N )i
) N
(X1 X 2 .... X N ) i

KWi
KW

= jumlah daerah
= Indeks Kharakteristik wilayah daerah i
= daerah perbatasan
= daerah pesisir dan kepulauan

PPIM FE Unimal

37

Pengalokasian DAK

Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersebut, menteri teknis menyusun Petunjuk
Teknis Penggunaan DAK yang
dikoordinasikan dengan Mendagri.

PPIM FE Unimal

38

Penganggaran di Daerah
Daerah penerima DAK wajib mencantumkan
alokasi dan penggunaannya dalam APBD.
Penggunaan DAK dilakukan sesuai dengan
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK.

PPIM FE Unimal

39

Yang tidak bisa didanai dengan DAK
Kegiatan Administrasi Proyek
Penyiapan Kegiatan Fisik
Kegiatan Penelitian
Kegiatan Pelatihan
Kegiatan Perjalanan Dinas

PPIM FE Unimal

40

Dana Pendamping
Daerah penerima DAK wajib menyediakan
pendamping sekurang-kurangnya 10% (sepuluh
persen) dari alokasi DAK yang diterimanya.
Daerah dengan kemampuan keuangan tertentu
(selisih antara penerimaan umum APBD dan belanja
pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif) tidak
diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping.

PPIM FE Unimal

41

Penyaluran dan Pelaporan DAK
DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan
dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah.
Kepala daerah menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK
secara triwulanan kepada Menteri Keuangan,
menteri teknis, dan Mendagri.
Penyampaian laporan triwulan selambatlambatnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan
yang bersangkutan berakhir.
Penyaluran DAK dapat ditunda apabila daerah
tidak menyampaikan laporan triwulanan.

42

Pemantauan dan Evaluasi DAK

Pemantauan dan evaluasi pemanfaatan dan
teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai
dari DAK dilakukan oleh Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional dan
menteri teknis terkait.
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
keuangan DAK dilakukan oleh Menteri
Keuangan.
PPIM FE Unimal

43

Ketentuan Peralihan
Pelaksanaan tambahan Dana Bagi Hasil dari
pertambangan minyak bumi dan gas bumi sebesar
0,5% dilaksanakan mulai TA. 2009
Dalam hal realisasi Dana Bagi Hasil sektor minyak
bumi dan gas bumi yang ditetapkan dalam APBN
Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh persen)
dari asumsi dasar harga minyak bumi dan gas bumi
yang ditetapkan dalam APBN tahun berjalan,
kelebihannya dialokasikan sebagai DAU tambahan
dengan menggunakan formula DAU berdasarkan
celah fiskal mulai dilaksanakan tahun anggaran 2009
PPIM FE Unimal

44

Lanjutan ...

Formula DAU digunakan mulai tahun anggaran
2006, tetapi sampai dengan tahun anggaran 2007
alokasi DAU yang diberlakukan untuk masingmasing daerah ditetapkan tidak lebih kecil dari
tahun anggaran 2005.
Sampai dengan tahun anggaran 2007 apabila DAU
untuk provinsi tertentu lebih kecil dari tahun
anggaran 2005, kepada provinsi yang
bersangkutan dialokasikan Dana Penyesuaian
yang besarnya sesuai dengan kemampuan dan
perekonomian negara
PPIM FE Unimal

45

PPIM FE Unimal

46