PP No. 54 Tahun 2005
KEBIJAKAN PEMERINTAH
DALAM
PP NOMOR 54 TAHUN 2005
TENTANG PINJAMAN DAERAH
Disampaikan Oleh:
(2)
SISTEMATIKA PEMAPARAN
Definisi Pinjaman Daerah
Prinsip Umum Pinjaman Daerah Batas Pinjaman Daerah
Flow Chart Perencanaan Pinjaman Daerah Jangka Menengah dan Panjang
Jenis, Pengunaan dan Sumber Pinjaman Persyaratan dan Prosedur Pinjaman
Obligasi Daerah
Pembayaran Kembali, Pelaporan dan Sanksi Pinjaman Daerah
(3)
DEFINISI
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi
yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar
kembali.
(4)
PRINSIP UMUM PINJAMAN DAERAH
Alternatif sumber pembiayaan APBD dan/atau untuk menutup kekurangan kas;
Digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan; Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri;
Pemerintah dapat memberikan pinjaman kepada pemerintah daerah yang dananya berasal dari luar negeri;
(5)
PRINSIP UMUM PINJAMAN DAERAH
(Lanjutan…)
Daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain;
Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pemerintah Daerah;
Kecuali proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat, dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah;
Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang dilakukan dengan Persetujuan DPRD.
(6)
Batas maksimal kumulatif pinjaman
Pemerintah dan Pemda tidak melebihi 60%
dari PDB;
Pemerintah menetapkan batas maksimal
kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda
dengan memperhatikan keadaan dan
prakiraan perkembangan perekonomian
nasional;
Menteri Keuangan menetapkan batas pada
bulan Agustus setiap tahunnya.
(7)
7
FLOW CHART PERENCANAAN
PINJAMAN JK. MENENGAH DAN JK. PANJANG
Ba t a s
Pin j a m a n D a e r a h ?
( Batas Kumulatif Pinjaman Pemerintah dan Pemda
< 60% PDB)
Pe r sy a r a t a n Pin j a m a n ?
• DSCR > 2,5
• Jm l. Pinj am an < 75% PU • Tdk ada
t unggak an
Pin j a m a n D a e r a h
• UU 33/ 2004 Pasal 84
• UU 17/ 2003 Pasal 12 & 17 • PP 23/ 2003
• UU 33/ 2004 Pasal 49
• UU 33/ 2004 Pasal 51
• UU 33/ 2004 Pasal 54
D EFI SI T APBD
( Bat as Kum ulat if Defisit APBN dan APBD < 3 % PDB)
Alt er nat if Pem biayaan Defisit :
• Sisa Lebih Per hit ungan Anggaran ( SiLPA) ; • Dana Cadangan; • Penj ualan aset yang
dipisahkan;
• Pin j a m a n D a e r a h .
Sum ber Pinj am an Daer ah: • Pem er int ah ( APBN & SLA) ; • Pem da Lain;
• Lem baga Keu. Bank/ Lem baga Keuangan Non- Bank;
• Masyarak at ( Obligasi Daer ah) .
Ya
Tidak Ya
(8)
a. JENIS PINJAMAN
Pinjaman Jangka Pendek (kurang dari atau
sama dengan 1 tahun);
Pinjaman Jangka Menengah (tidak melebihi
sisa masa jabatan kepala daerah)
Pinjaman Jangka Panjang (lebih dari satu
tahun)
(9)
b. PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH
Pinjaman Jangka Pendek untuk menutup
kekurangan arus kas pada tahun anggaran
yang bersangkutan;
Pinjaman Jangka Menengah untuk membiayai
penyediaan layanan umum yang tidak
menghasilkan penerimaan;
Pinjaman Jangka Panjang untuk proyek
investasi yang menghasilkan penerimaan.
(10)
c. SUMBER PINJAMAN DAERAH
Pinjaman Jangka Pendek bersumber dari:
Pemerintah Daerah lain; Lembaga keuangan bank;
Lembaga keuangan bukan bank;
Pinjaman Jangka Menengah dan Panjang bersumber dari:
Pemerintah, diberikan melalui Menteri Keuangan; Pemerintah daerah lain;
Lembaga keuangan bank;
Lembaga keuangan bukan bank; dan Masyarakat (berupa Obligasi).
(11)
a. PERSYARATAN PINJAMAN JANGKA
PENDEK
Kegiatan yang akan dibiayai telah
dianggarkan dalam APBD;
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang
bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda;
Persyaratan lainnya yang dipersyaratkan oleh
Pemberi Pinjaman;
(12)
Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah
pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75%
dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
Rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman (Debt Service
Coverage Ratio/DSCR) paling sedikit 2,5;
Tidak mempunyai tunggakan;
Mendapatkan persetujuan DPRD.
b. PERSYARATAN PINJAMAN JANGKA MENENGAH DAN PANJANG
(13)
DSCR = (PAD + BD + DAU) – BW > 2,5 P + B + BL
DSCR = Debt Service Coverage Rat io; PAD = Pendapat an Asli Daerah;
BD = Bagian Daerah dari PBB, BPHTB, dan penerim aan SDA sert a
bagian daerah lainnya seper t i dar i PPh;
DAU = Dana Alokasi Um um ;
BW = Belanj a Waj ib, yait u belanj a pegaw ai dan belanj a DPRD dalam t ahun anggaran bersangkut an;
P = Angsuran pokok pinj am an yang j at uh t em po pada t ahun
anggaran bersangkut an;
B = Bunga pinj am an yang j at uh t em po pada t ahun anggaran
bersangkut an;
BL = Biaya lainnya ( biaya kom it m en, biaya bank , dll) yang j at uh
(14)
c. PROSEDUR PINJAMAN DAERAH YANG BERSUMBER DARI PEMERINTAH
Yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri:
Usulan kegiatan harus sudah tercantum dalam Daftar
Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri yang dikeluarkan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas;
Pemerintah Daerah menyampaikan rencana Pinjaman Daerah untuk membiayai usulan kegiatan kepada Menteri Keuangan;
Menteri Keuangan menetapkan pinjaman daerah setelah mendapat pertimbangan Mendagri;
Penetapan Menkeu dilakukan sebelum negosiasi;
Pinjaman kepada pemerintah daerah dilakukan melalui
(15)
d. PROSEDUR PINJAMAN DAERAH YANG BERSUMBER DARI PEMERINTAH
Yang dananya bersumber dari selain Pinjaman Luar Negeri:
Daerah mengajukan usulan pinjaman kepada Menteri Keuangan;
Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan pinjaman;
Menteri Keuangan dapat memberikan persetujuan atau penolakan atas usulan pinjaman.
(16)
e. PROSEDUR PINJAMAN DAERAH YANG BERSUMBER SELAIN DARI PEMERINTAH
Pinjaman Jangka Pendek:
Pemerintah Daerah mengajukan usulan pinjaman kepada calon pemberi pinjaman;
Calon pemberi pinjaman melakukan penilaian; Perjanjian pinjaman dilakukan oleh Kepala
Daerah/pejabat yang diberi kuasa dengan Pemberi Pinjaman;
Perjanjian dilakukan dengan memperhatikan
persyaratan yang paling menguntungkan Pemerintah Daerah.
(17)
f. PROSEDUR PINJAMAN DAERAH YANG BERSUMBER SELAIN DARI PEMERINTAH
Pinjaman Jangka Menengah dan Panjang:
Rencana pinjaman dilaporkan kepada Mendagri untuk mendapatkan pertimbangan;
Mendagri memberikan pertimbangan dalam rangka
pemantauan defisit APBD dan batas kumulatif pinjaman Pemda;
Pemda mengajukan usulan kepada calon pemberi pinjaman setelah mendapat pertimbangan Mendagri;
Perjanjian pinjaman ditandangani oleh Kepala Daerah dan pemberi pinjaman;
Perjanjian pinjaman dilaporkan kepada Menkeu dan Mendagri.
(18)
OBLIGASI DAERAH
Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal; Daerah menerbitkan Obligasi Daerah dalam mata uang Rupiah di pasar modal domestik;
Mengikuti ketentuan Peraturan dan UU Pasar Modal; Merupakan efek yang diterbitkan oleh Pemda dan tidak dijamin oleh Pemerintah;
Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal Obligasi Daerah pada saat diterbitkan;
Digunakan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat;
Penerimaan diprioritaskan untuk membayar pokok, bunga, dan denda Obligasi Daerah.
(19)
a. PROSEDUR OBLIGASI DAERAH
Rencana penerbitan Obligasi Daerah disampaikan kepada Menkeu setelah Pemda mendapatkan
persetujuan DPRD
Penerbitan Obligasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
Persetujuan DPRD diberikan atas nilai bersih
maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan serta segala biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi
Daerah;
Ketentuan mengenai tatacara penerbitan,
pelaksanaan/penatausahaan, dan pemantauan
Obligasi Daerah dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
(20)
b. PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH
Pengelolaan Obligasi Daerah diselenggarakan oleh kepala daerah;
Kepala Daerah dapat membentuk satuan kerja untuk mengelola Obligasi Daerah;
Pemerintah Daerah wajib membayar pokok dan bunga pada saat jatuh tempo serta dianggarkan dalam APBD; Dalam hal proyek belum menghasilkan penerimaan
pembayaran pokok dan bunga dibayarkan dari APBD; Kepala Daerah wajib menyelenggarakan dan membuat pertanggungjawaban atas pengelolaan Obligasi Daerah serta dana hasil penerbitan Obligasi Daerah.
(21)
a. PEMBAYARAN KEMBALI PINJAMAN
Pembayaran bunga dan denda pinjaman
jangka pendek dibebankan dalam belanja
APBD;
Kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang jatuh tempo wajib dianggarkan dalam
APBD dan direalisasikan/dibayarkan pada
tahun anggaran yang bersangkutan;
Pembayaran kembali Pinjaman Daerah dari
Pemerintah dilakukan dengan mata uang yang
ditetapkan dalam perjanjian pinjaman.
(22)
b. PELAPORAN PINJAMAN
Pinjaman Daerah dibukukan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintah;
Informasi mengenai semua pinjaman daerah
dituangkan dalam Lampiran APBD;
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi
kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman
kepada Pemerintah setiap semester;
(23)
Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, Pemerintah dapat menunda penyaluran Dana Perimbangan;
Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada Pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut
diperhitungkan dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil;
Dalam hal daerah melakukan pinjaman langsung
dari sumber luar negeri, Pemerintah akan melakukan pemotongan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil.
(24)
(1)
a. PROSEDUR OBLIGASI DAERAH
Rencana penerbitan Obligasi Daerah disampaikan kepada Menkeu setelah Pemda mendapatkan
persetujuan DPRD
Penerbitan Obligasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
Persetujuan DPRD diberikan atas nilai bersih
maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan serta segala biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi
Daerah;
Ketentuan mengenai tatacara penerbitan,
pelaksanaan/penatausahaan, dan pemantauan
(2)
b. PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH
Pengelolaan Obligasi Daerah diselenggarakan oleh kepala daerah;
Kepala Daerah dapat membentuk satuan kerja untuk mengelola Obligasi Daerah;
Pemerintah Daerah wajib membayar pokok dan bunga pada saat jatuh tempo serta dianggarkan dalam APBD; Dalam hal proyek belum menghasilkan penerimaan
pembayaran pokok dan bunga dibayarkan dari APBD; Kepala Daerah wajib menyelenggarakan dan membuat pertanggungjawaban atas pengelolaan Obligasi Daerah serta dana hasil penerbitan Obligasi Daerah.
(3)
a. PEMBAYARAN KEMBALI PINJAMAN
Pembayaran bunga dan denda pinjaman
jangka pendek dibebankan dalam belanja
APBD;
Kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang jatuh tempo wajib dianggarkan dalam
APBD dan direalisasikan/dibayarkan pada
tahun anggaran yang bersangkutan;
Pembayaran kembali Pinjaman Daerah dari
Pemerintah dilakukan dengan mata uang yang
ditetapkan dalam perjanjian pinjaman.
(4)
b. PELAPORAN PINJAMAN
Pinjaman Daerah dibukukan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintah;
Informasi mengenai semua pinjaman daerah
dituangkan dalam Lampiran APBD;
Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi
kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman
kepada Pemerintah setiap semester;
(5)
Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, Pemerintah dapat menunda penyaluran Dana Perimbangan;
Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada Pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut
diperhitungkan dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil;
Dalam hal daerah melakukan pinjaman langsung
dari sumber luar negeri, Pemerintah akan melakukan
(6)