KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DI SMP NEGERI 2 POLANHARJO Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi Di SMP Negeri 2 Polanharjo.
KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI
DI SMP NEGERI 2 POLANHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Digunakan untuk memenuhi sebagaian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Geografi
Diajukan Oleh:
AMBAR SADIMAN
A610100005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI
DI SMP NEGERI 2 POLANHARJO
Ambar Sadiman, A610100005, Jurusan Pendidikan Geografi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014.
SMP Negeri 2 Polanharjo berada di daerah Kabupaten Klaten yang
berpotensi terjadi gempabumi tektonik dan vulkanik, yang perlu diketahui tingkat
kesiapsiagaan menghadapi bencana gempabumi. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi kesiapsiagaan bencana gempabumi di SMP Negeri 2 Polanharjo.
Penelitian ini menggunakan metode survey. Metode pengambilan data
menggunakan metode sensus bagi guru dan pengambilan sampel acak yang
dilakukan pada siswa. Sedang metode analisis yang digunakan deskriptif
kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner, wawancara dan
dokumentasi. Persyaratan uji analisis dilakukan dengan uji validitas dan uji
reliabilitas. Hasil penelitian SMP Negeri 2 Polanharjo termasuk dalam kategori
siap dengan perolehan nilai indeks 69,45. Komponen sekolah memperoleh indeks,
sekolah (lembaga) memperoleh nilai indeks 61,96 masuk kategori hampir siap,
indeks kesiapsiagaan guru 67,79 masuk kategori siap dan indeks kesiapsiagaan
siswa 80,81 masuk kategori sangat siap.
Kata kunci: Kesiapsiagaan, gempabumi, sekolah
Klaten masuk dalam peringkat 4
A. PENDAHULUAN
Bencana adalah suatu peristiwa
atau
rangkaian
kejadian
yang
dengan nilai 106. Sedangkan di
tingkat nasional, Kabupaten Klaten
mengakibatkan korban penderitaan
masuk
manusia,
(BNPB, 2011: 83).
kerugian
harta
benda
urutan 19 se-Indonesia
SMP
kerusakan lingkungan, sarana dan
Negeri
2
Polanharjo
prasarana serta dapat menimbulkan
berada di Kecamatan Polanharjo
gangguan terhadap tata kehidupan
Kabupaten
dan
Peta
penghidupan
masyarakat
Klaten. Berdasarkan
Kawasan
Rawan
Bencana
Secara
Gempabumi Provinsi Jawa Tengah
umum terdapat tiga faktor penyebab
tahun 2010 Skala 1:500.000, lokasi
terjadinya bencana yakni; (1) faktor
sekolah
alam
berpotensi
(Sudibyakto, 2011: 1).
(natural
disaster)
karena
masuk
kawasan
terlanda
yang
goncangan
fenomena alam dan tanpa ada
gempabumi dengan intensitas antara
campur tangan manusia, (2) faktor
V-VIII MMI. Pada kawasan ini
non-alam
disaster)
berpotensi retakan tanah, longsoran
perbuatan
pada tebing terjal dalam skala
yaitu
(non-natural
bukan
manusia,
akibat
dan
(3)
faktor
terbatas.
Oleh karena itu, sekolah
sosial/manusia (man-made disaster)
ini
yang
kesiapsiagaan menghadapi bencana
murni
akibat
perbuatan
manusia (Nurjanah dkk., 2011: 21).
seharusnya
gempabumi
untuk
memiliki
mengurangi
Salah satu bencana faktor alam
risiko, mengantisipasi, mengurangi
yang kerap terjadi di Indonesia
dampak negatif yang ditimbulkan
adalah ancaman bencana geologis
dan jatuhnya korban di lingkungan
semacam gempabumi dan bencana
sekolah.
akibat aktifitas gunungapi, karena
adalah
kondisi geologinya yang berdekatan
kesiapsiagaan bencana gempabumi
dengan
di SMP Negeri 2 Polanharjo.
penunjaman
(subduksi)
Tujuan penelitian ini
untuk
mengidentifikasi
lempeng Eurasia dengan lempeng
Indo-Autralia.
B. METODE PENELITIAN
Kabupaten Klaten adalah salah
satu
Kabupaten
yang
Jenis penelitian ini kuantitatif
rawan
dengan metode survei. Penelitian ini
bencana. Berdasarkan indeks rawan
dilaksanakan pada Desember 2013
bencana Jawa Tengah, Kabupaten
1
sampai Mei 2014 di SMP Negeri 2
Uji validitas dan reliabilitas
Polanharjo. Metode pengambilan
instrumen
data; metode sensus diperuntukkan
mengetahui
bagi guru sejumlah 39 guru dan
kelayakan
pengambilan sampel acak
digunakan dalam pengambilan data
yang
dilakukan pada siswa sebanyak 78
siswa. Penentuan ukuran sampel
digunakan
untuk
keabsahan
dan
instrumen
yang
penelitian.
Penelitian
ini
menggunakan
siswa menggunakan rumus dari
variabel
Taro Yamane atau Slovin sebagai
kesiapsiagaan meghadapi bencana
berikut.
gempabumi dengan 5 parameter
=
independ
yakni
sebagai berikut:
+1
1. Parameter pengetahuan dan
=
ukuran sampel
sikap
N
=
ukuran populasi
bencana.
d
=
nilai
(batas
merupakan faktor utama dan
ketelitian)
yang
menjadi kunci kesiapsiagaan.
diinginkan
(persen
kritis
2. Parameter
kebijakan
karena
kesiapsiagaan
mengantisipasi
sampel)
alam..
347
{347 x (0,1) } + 1
=
347
(347 X 0,01) + 1
=
Pengetahuan
kesalahan pengambilan
=
risiko
dan
panduan, berkaitan dengan
kelonggaran
ketidaktelitian
terhadap
,
= 77,62
untuk
bencana
3. Parameter rencana tanggap
darurat Rencana ini menjadi
bagian yang penting dalam
kesiapsiagaan,
terutama
berkaitan dengan evakuasi,
pertolongan
dan
Populasi siswa sejumlah 347
penyelamatan, agar korban
siswa, setelah dilakukan perhitungan
bencana dapat diminimalisir.
menggunakan rumus Slovin dengan
4. Parameter sistem peringatan
taraf kesalahan 10% didapatkan
bencana. Dengan peringatan
jumlah sampel sebesar 78 siswa,
bencana
hasil pembulatan dari 77,62.
dapat melakukan tindakan
ini,
masyarakat
yang tepat untuk mengurangi
korban jiwa, harta benda,
sumber daya (Jan Sopaheluwakan,
dan kerusakan lingkungan.
2006: 48).
5. Parameter mobilisasi sumber
daya. Sumber daya yang
Tabel. l Indeks Tingkat Kesiapsiagaan
Bencana
tersedia, baik sumber daya
No
Nilai indeks
Kategori
1
80 – 100
Sangat siap
2
65 – 79
Siap
dalam
3
55 – 64
Hampir siap
penelitian ini menggunakan teknik
4
40 – 54
Kurang siap
kuesioner,
5
< 40
Belum siap
manusia
(SDM),
maupun
pendanaan dan sarana
–
prasarana.
Pengumpulan
dokumentasi.
dipergunakan
tingkat
data
wawancara
dan
Kuesioner
yang
untuk
mengetahui
kesiapsiagaan
komunitas
sekolah terdiri dari 3 seri. Seri 1
digunakan
Sumber: Jan Sopaheluwakan (2006).
sebagai
panduan
Pengukuran tingkat kesiapsiagaan
diawali dengan membuat nilai indeks
tiap parameter dengan rumus berikut:
wawancara dengan kepala sekolah
Indeks =
untuk
100
mengidentifikasi
!
"
#
!
x
kesiapsiagaan bencana gempabumi
Setelah mendapatkan nilai indeks
sekolah sebagai lembaga, Seri 2
tiap parameter kemudian dilakukan
untuk
perhitungan
mendapatakan
data
indeks
gabungan
kesiapsiagaan guru dan seri 3 untuk
ditimbang, artinya masing – masing
memperoleh
parameter
siswa.
data
Pedoman
terstruktur
kesiapsiagaan
mempunyai bobot yang
wawancara
berbeda. Bobot masing – masing
menggunakan
parameter untuk indeks komunitas
framework kesiapsiagaan komunitas
sekolah sebagai berikut:
sekolah dari LIPI - UNESCO/ISDR
Indeks Sekolah (S1)
(2006), sedangkan kuesioner untuk
= 0,29*indeks PS + 0,41*indeks EP +
guru dan siswa menggunakan 4
0,12*indeks WS + 0,18*indeks RMC
parameter
Indeks Guru (S2)
kesiapsiagaan
yaitu
parameter pengetahuan dan sikap ,
= 0,71*indeks KA + 0,17*indeks EP +
rencana
0,05*indeks WS + 0,07*indeks RMC
untuk
keadaan
darurat,
sistim peringatan dini dan mobilisasi
Indeks Siswa (S3)
Penelitian ini menggunakan teknik
= 0,83*indeks KA + 0,08*indeks EP +
analisis data analisis deskriptif yaitu
0,04*indeks WS + 0,04*indeks RMC
analisis yang dilakukan dengan cara
Indeks Total Parameter Kesiapsiagaan
melakukan perhitungan sehingga setiap
Komunitas Sekolah (KS)
rumusan masalah dapat ditemukan
Tabel 2 Tabel Perhitungan Indeks
Total Parameter Kesiapsiagaan
Komunitas Sekolah
Indeks KA
=
(KS)
jawabannya
secara
kuantitatif
(Sugiyono, 2013: 232 ). Deskripsi data
berdasarkan data kuantitatif
yang
(30/50)*indeks KA(S2)
diperoleh dari instrumen penelitian
+ (20/50)*indeks KA
yang telah dihitung secara statistik.
(S3)
=
0,60*indeks KA (S2) +
0,40*indeks KA (S3)
Indeks PS
=
Indeks PS (S1)
=
(KS)
0,61*indeksEP(S1) +
Polanharjo termasuk dalam kategori
0,30*indeksEP(S2) +
siap. Berdasarkan hasil penghitungan
0,09*indeks EP(S3)
Indeks WS
=
(KS)
Indeks RMC
=
(KS)
indeks
kesiapsiagaan
0,29*indeksWS(S2) +
sekolah
dari
0,14*indeksWS(S3)
(2006) komunitas sekolah memperoleh
0,60*indeks RMC (S1)
nilai indeks 69,45 dari nilai maksimal
+ 0,30*indeksRMC(S2)
100.
0,57*indeksWS(S1) +
+ 0,14*indeks
RMC(S3)
Indeks KS
total
Hasil analisis data menunjukkan
tingkat kesiapsiagaan SMP Negeri 2
(KS)
Indeks EP
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
=
0,50*indeks KA (KS) +
0,10*indeks PS (KS) +
berikut:
1. Hasil
indeks
0,07*indeks WS (KS) +
diperoleh
Keterangan:
KA
= Pengetahuan dan Sikap.
PS
= Kebijakan dan Panduan.
EP
= Rencana Tanggap Darurat.
WS
= Sistem Peringatan Bencana.
RMC = Mobilisasi Sumber Daya.
kesiapsiagaan
komponen komunitas sekolah sebagai
sekolah
Sumber: Jan Sopaheluwakan (2006).
LIPI-UNESCO/ISDR
Nilai indeks
0,23*indeksEP(KS) +
0,10*indeks RMC (KS)
komunitas
dalam
kesiapsiagaan
sebagai
nilai
lembaga
61,96
kategori
hampir
masuk
siap.
Rincian indeks per parameter
sebagai
berikut;
Indeks
parameter kebijakan dan panduan
mendapat nilai 50, indeks rencana
tangggap darurat
75,
indeks
sistem peringatan bencana 75,
dan indeks parameter mobilisasi
menenangkan
sumber daya 71,43.
menjawab
Kesiapsiagaan
sekolah
ketiga
siswa
“ya”.
ketika
84,62%
Pernyataan
saat
menghadapi bencana gempabumi
berlangsung
dari aspek ketersediaan sarana
mendengar peringatan bencana
sekolah,
sekolah
menyediakan
tempat khusus untuk menyimpan
data penting. Terdapat bel dan
pengeras
suara
yang
dapat
digunakan sebagai alat peringatan
bencana,
menyediakan
dan
pelajaran
gempabumi,
Bapak/Ibu
Bapak/Ibu
akan
memandu siswa untuk berlindung
di bawah meja yang kokoh
56,41% menjawab “ya”.
Rincian indeks per parameter
sebagai
berikut;
Indeks
ruang
parameter pengetahuan dan sikap
UKS, menyimpan daftar telepon
mendapat nilai 84,49. Indeks
penting, dan ada media informasi
rencana tangggap darurat 50,80.
yang
Indeks sistem peringatan bencana
dapat
digunakan
untuk
menginformasikan tanda bahaya
76,92
bencana gempabumi.
mobilisasi sumber daya 88,46.
2. Kesiapsagaam guru SMP Negeri
2
Polanharjo
masuk
dalam
3. Hasil
dan
indeks
analisis
gabungan
parameter
data
indeks
kesiapsiagaan
siswa
kategori siap dengan perolehan
diperoleh nilai 80,81. Artinya
nilai indeks 67,79.
siswa termasuk dalam kategori
Jika suatu saat terjadi bencana
sangat siap menghadapi bencana
gempabumi di sekolah ini guru
gempabumi.
memiliki kesiapan yang baik, hal
kesiapsiagaan
ini tercermin pada 3 pernyataan di
menghadapi bencana gempabumi
parameter pengetahuan dan sikap.
dikarenakan
Pernyataan
pertama
jika
terjadi gempabumi di sekolah,
Anda berlindung di bawah meja
dengan kepala terlindung 56,41%
menjawab
“ya”.
Pernyataan
kedua ketika terjadi gempabumi
pada
saat
mengajar,
Bapak/Ibu
sedang
Bapak/Ibu
akan
Tingginya
siswa
siswa
dalam
memiliki
pengetahuan mengenai bencana
gempabumi
dengan
baik,
perolehan nilai indeks parameter
pengetahuan dan sikap siswa
memperoleh nilai indeks 84,49.
Parameter
rencana
tanggap
darurat siswa memperoleh nilai
indeks 50,80. Parameter sistem
peringatan bencana 76,92 dan
parameter
mobilisasi
sumber
daya 88,46.
Polanharjo memilliki kesiapsiagaan
baik,
Kesiapsiagaan
yang
dimiliki komponen sekolah akan
meminimalisir
dampak
negatif
gempabumi, baik kerugian materiil
maupun jatuhnya korban jiwa/luka
di lingkungan sekolah mengingat
lokasi sekolah ini masuk dalam
kawasan rawan bencana gempabumi
menengah yang berpotensi terjadi
gempabumi dengan skala V-VIII
MMI.
D.
Sekolah
hendaknya
kebijakan
kesiapsiagaan
terkait
bencana
gempabumi seperti pengadaan
rambu
evakuasi,
simulasi
dalam
tertentu,
dan
melakukan
kurun
waktu
menyediakan
panduan kesiapsiagaan bencana
gempabumi.
2. Bagi Guru, sebagai salah satu
sumber
informasi
diharapkan
dapat
siswa
melakukan
pengembangan diri yang dapat
meningkatkan
kesiapsiagaan
menghadapi bencana gempabumi.
KESIMPULAN
Kesiapsiagaan
3. Bagi Siswa diharapkan dapat
bencana
gempabumi di SMP Negeri 2
Polanharjo berada dalam kategori
siap dengan perolehan nilai indeks
69,45. Kesiapsiagaan komponen
komunitas sekolah sebagai berikut;
Sekolah
1. Bagi
membuat
Komunitas sekolah SMP Negeri 2
yang
E. Saran
(lembaga)
mempunyai
nilai indeks 61,96 masuk kategori
hampir siap. Guru mempunyai nilai
indeks 67,79 masuk kategori siap
dan siswa memperoleh nilai indeks
kesiapsiagaan 80,81 masuk kategori
sangat siap.
menyebarkan informasi mengenai
kesiapsiagaan
gempabumi
bencana
kepada
teman,
keluarga dan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Edy Wibowo, Agung. 2012. Aplikasi SPSS dalam penelitian. Yogyakarta: Gava
Media
Nurjanah, Sugiharto, Dede Kuswanda, Siswanto,
Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta
Adikoesoemo.
2011.
Riduwan & Akdon. 2010. Rumus dan data dalam analisis statistika. Bandung:
Alfabeta
Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia ke Mana?. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sopaheulawan, Jan. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempabumi dan Tsunami. Jakarta: LIPIUNESCO/ISDR
DI SMP NEGERI 2 POLANHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Digunakan untuk memenuhi sebagaian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Geografi
Diajukan Oleh:
AMBAR SADIMAN
A610100005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI
DI SMP NEGERI 2 POLANHARJO
Ambar Sadiman, A610100005, Jurusan Pendidikan Geografi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014.
SMP Negeri 2 Polanharjo berada di daerah Kabupaten Klaten yang
berpotensi terjadi gempabumi tektonik dan vulkanik, yang perlu diketahui tingkat
kesiapsiagaan menghadapi bencana gempabumi. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi kesiapsiagaan bencana gempabumi di SMP Negeri 2 Polanharjo.
Penelitian ini menggunakan metode survey. Metode pengambilan data
menggunakan metode sensus bagi guru dan pengambilan sampel acak yang
dilakukan pada siswa. Sedang metode analisis yang digunakan deskriptif
kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan Kuesioner, wawancara dan
dokumentasi. Persyaratan uji analisis dilakukan dengan uji validitas dan uji
reliabilitas. Hasil penelitian SMP Negeri 2 Polanharjo termasuk dalam kategori
siap dengan perolehan nilai indeks 69,45. Komponen sekolah memperoleh indeks,
sekolah (lembaga) memperoleh nilai indeks 61,96 masuk kategori hampir siap,
indeks kesiapsiagaan guru 67,79 masuk kategori siap dan indeks kesiapsiagaan
siswa 80,81 masuk kategori sangat siap.
Kata kunci: Kesiapsiagaan, gempabumi, sekolah
Klaten masuk dalam peringkat 4
A. PENDAHULUAN
Bencana adalah suatu peristiwa
atau
rangkaian
kejadian
yang
dengan nilai 106. Sedangkan di
tingkat nasional, Kabupaten Klaten
mengakibatkan korban penderitaan
masuk
manusia,
(BNPB, 2011: 83).
kerugian
harta
benda
urutan 19 se-Indonesia
SMP
kerusakan lingkungan, sarana dan
Negeri
2
Polanharjo
prasarana serta dapat menimbulkan
berada di Kecamatan Polanharjo
gangguan terhadap tata kehidupan
Kabupaten
dan
Peta
penghidupan
masyarakat
Klaten. Berdasarkan
Kawasan
Rawan
Bencana
Secara
Gempabumi Provinsi Jawa Tengah
umum terdapat tiga faktor penyebab
tahun 2010 Skala 1:500.000, lokasi
terjadinya bencana yakni; (1) faktor
sekolah
alam
berpotensi
(Sudibyakto, 2011: 1).
(natural
disaster)
karena
masuk
kawasan
terlanda
yang
goncangan
fenomena alam dan tanpa ada
gempabumi dengan intensitas antara
campur tangan manusia, (2) faktor
V-VIII MMI. Pada kawasan ini
non-alam
disaster)
berpotensi retakan tanah, longsoran
perbuatan
pada tebing terjal dalam skala
yaitu
(non-natural
bukan
manusia,
akibat
dan
(3)
faktor
terbatas.
Oleh karena itu, sekolah
sosial/manusia (man-made disaster)
ini
yang
kesiapsiagaan menghadapi bencana
murni
akibat
perbuatan
manusia (Nurjanah dkk., 2011: 21).
seharusnya
gempabumi
untuk
memiliki
mengurangi
Salah satu bencana faktor alam
risiko, mengantisipasi, mengurangi
yang kerap terjadi di Indonesia
dampak negatif yang ditimbulkan
adalah ancaman bencana geologis
dan jatuhnya korban di lingkungan
semacam gempabumi dan bencana
sekolah.
akibat aktifitas gunungapi, karena
adalah
kondisi geologinya yang berdekatan
kesiapsiagaan bencana gempabumi
dengan
di SMP Negeri 2 Polanharjo.
penunjaman
(subduksi)
Tujuan penelitian ini
untuk
mengidentifikasi
lempeng Eurasia dengan lempeng
Indo-Autralia.
B. METODE PENELITIAN
Kabupaten Klaten adalah salah
satu
Kabupaten
yang
Jenis penelitian ini kuantitatif
rawan
dengan metode survei. Penelitian ini
bencana. Berdasarkan indeks rawan
dilaksanakan pada Desember 2013
bencana Jawa Tengah, Kabupaten
1
sampai Mei 2014 di SMP Negeri 2
Uji validitas dan reliabilitas
Polanharjo. Metode pengambilan
instrumen
data; metode sensus diperuntukkan
mengetahui
bagi guru sejumlah 39 guru dan
kelayakan
pengambilan sampel acak
digunakan dalam pengambilan data
yang
dilakukan pada siswa sebanyak 78
siswa. Penentuan ukuran sampel
digunakan
untuk
keabsahan
dan
instrumen
yang
penelitian.
Penelitian
ini
menggunakan
siswa menggunakan rumus dari
variabel
Taro Yamane atau Slovin sebagai
kesiapsiagaan meghadapi bencana
berikut.
gempabumi dengan 5 parameter
=
independ
yakni
sebagai berikut:
+1
1. Parameter pengetahuan dan
=
ukuran sampel
sikap
N
=
ukuran populasi
bencana.
d
=
nilai
(batas
merupakan faktor utama dan
ketelitian)
yang
menjadi kunci kesiapsiagaan.
diinginkan
(persen
kritis
2. Parameter
kebijakan
karena
kesiapsiagaan
mengantisipasi
sampel)
alam..
347
{347 x (0,1) } + 1
=
347
(347 X 0,01) + 1
=
Pengetahuan
kesalahan pengambilan
=
risiko
dan
panduan, berkaitan dengan
kelonggaran
ketidaktelitian
terhadap
,
= 77,62
untuk
bencana
3. Parameter rencana tanggap
darurat Rencana ini menjadi
bagian yang penting dalam
kesiapsiagaan,
terutama
berkaitan dengan evakuasi,
pertolongan
dan
Populasi siswa sejumlah 347
penyelamatan, agar korban
siswa, setelah dilakukan perhitungan
bencana dapat diminimalisir.
menggunakan rumus Slovin dengan
4. Parameter sistem peringatan
taraf kesalahan 10% didapatkan
bencana. Dengan peringatan
jumlah sampel sebesar 78 siswa,
bencana
hasil pembulatan dari 77,62.
dapat melakukan tindakan
ini,
masyarakat
yang tepat untuk mengurangi
korban jiwa, harta benda,
sumber daya (Jan Sopaheluwakan,
dan kerusakan lingkungan.
2006: 48).
5. Parameter mobilisasi sumber
daya. Sumber daya yang
Tabel. l Indeks Tingkat Kesiapsiagaan
Bencana
tersedia, baik sumber daya
No
Nilai indeks
Kategori
1
80 – 100
Sangat siap
2
65 – 79
Siap
dalam
3
55 – 64
Hampir siap
penelitian ini menggunakan teknik
4
40 – 54
Kurang siap
kuesioner,
5
< 40
Belum siap
manusia
(SDM),
maupun
pendanaan dan sarana
–
prasarana.
Pengumpulan
dokumentasi.
dipergunakan
tingkat
data
wawancara
dan
Kuesioner
yang
untuk
mengetahui
kesiapsiagaan
komunitas
sekolah terdiri dari 3 seri. Seri 1
digunakan
Sumber: Jan Sopaheluwakan (2006).
sebagai
panduan
Pengukuran tingkat kesiapsiagaan
diawali dengan membuat nilai indeks
tiap parameter dengan rumus berikut:
wawancara dengan kepala sekolah
Indeks =
untuk
100
mengidentifikasi
!
"
#
!
x
kesiapsiagaan bencana gempabumi
Setelah mendapatkan nilai indeks
sekolah sebagai lembaga, Seri 2
tiap parameter kemudian dilakukan
untuk
perhitungan
mendapatakan
data
indeks
gabungan
kesiapsiagaan guru dan seri 3 untuk
ditimbang, artinya masing – masing
memperoleh
parameter
siswa.
data
Pedoman
terstruktur
kesiapsiagaan
mempunyai bobot yang
wawancara
berbeda. Bobot masing – masing
menggunakan
parameter untuk indeks komunitas
framework kesiapsiagaan komunitas
sekolah sebagai berikut:
sekolah dari LIPI - UNESCO/ISDR
Indeks Sekolah (S1)
(2006), sedangkan kuesioner untuk
= 0,29*indeks PS + 0,41*indeks EP +
guru dan siswa menggunakan 4
0,12*indeks WS + 0,18*indeks RMC
parameter
Indeks Guru (S2)
kesiapsiagaan
yaitu
parameter pengetahuan dan sikap ,
= 0,71*indeks KA + 0,17*indeks EP +
rencana
0,05*indeks WS + 0,07*indeks RMC
untuk
keadaan
darurat,
sistim peringatan dini dan mobilisasi
Indeks Siswa (S3)
Penelitian ini menggunakan teknik
= 0,83*indeks KA + 0,08*indeks EP +
analisis data analisis deskriptif yaitu
0,04*indeks WS + 0,04*indeks RMC
analisis yang dilakukan dengan cara
Indeks Total Parameter Kesiapsiagaan
melakukan perhitungan sehingga setiap
Komunitas Sekolah (KS)
rumusan masalah dapat ditemukan
Tabel 2 Tabel Perhitungan Indeks
Total Parameter Kesiapsiagaan
Komunitas Sekolah
Indeks KA
=
(KS)
jawabannya
secara
kuantitatif
(Sugiyono, 2013: 232 ). Deskripsi data
berdasarkan data kuantitatif
yang
(30/50)*indeks KA(S2)
diperoleh dari instrumen penelitian
+ (20/50)*indeks KA
yang telah dihitung secara statistik.
(S3)
=
0,60*indeks KA (S2) +
0,40*indeks KA (S3)
Indeks PS
=
Indeks PS (S1)
=
(KS)
0,61*indeksEP(S1) +
Polanharjo termasuk dalam kategori
0,30*indeksEP(S2) +
siap. Berdasarkan hasil penghitungan
0,09*indeks EP(S3)
Indeks WS
=
(KS)
Indeks RMC
=
(KS)
indeks
kesiapsiagaan
0,29*indeksWS(S2) +
sekolah
dari
0,14*indeksWS(S3)
(2006) komunitas sekolah memperoleh
0,60*indeks RMC (S1)
nilai indeks 69,45 dari nilai maksimal
+ 0,30*indeksRMC(S2)
100.
0,57*indeksWS(S1) +
+ 0,14*indeks
RMC(S3)
Indeks KS
total
Hasil analisis data menunjukkan
tingkat kesiapsiagaan SMP Negeri 2
(KS)
Indeks EP
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
=
0,50*indeks KA (KS) +
0,10*indeks PS (KS) +
berikut:
1. Hasil
indeks
0,07*indeks WS (KS) +
diperoleh
Keterangan:
KA
= Pengetahuan dan Sikap.
PS
= Kebijakan dan Panduan.
EP
= Rencana Tanggap Darurat.
WS
= Sistem Peringatan Bencana.
RMC = Mobilisasi Sumber Daya.
kesiapsiagaan
komponen komunitas sekolah sebagai
sekolah
Sumber: Jan Sopaheluwakan (2006).
LIPI-UNESCO/ISDR
Nilai indeks
0,23*indeksEP(KS) +
0,10*indeks RMC (KS)
komunitas
dalam
kesiapsiagaan
sebagai
nilai
lembaga
61,96
kategori
hampir
masuk
siap.
Rincian indeks per parameter
sebagai
berikut;
Indeks
parameter kebijakan dan panduan
mendapat nilai 50, indeks rencana
tangggap darurat
75,
indeks
sistem peringatan bencana 75,
dan indeks parameter mobilisasi
menenangkan
sumber daya 71,43.
menjawab
Kesiapsiagaan
sekolah
ketiga
siswa
“ya”.
ketika
84,62%
Pernyataan
saat
menghadapi bencana gempabumi
berlangsung
dari aspek ketersediaan sarana
mendengar peringatan bencana
sekolah,
sekolah
menyediakan
tempat khusus untuk menyimpan
data penting. Terdapat bel dan
pengeras
suara
yang
dapat
digunakan sebagai alat peringatan
bencana,
menyediakan
dan
pelajaran
gempabumi,
Bapak/Ibu
Bapak/Ibu
akan
memandu siswa untuk berlindung
di bawah meja yang kokoh
56,41% menjawab “ya”.
Rincian indeks per parameter
sebagai
berikut;
Indeks
ruang
parameter pengetahuan dan sikap
UKS, menyimpan daftar telepon
mendapat nilai 84,49. Indeks
penting, dan ada media informasi
rencana tangggap darurat 50,80.
yang
Indeks sistem peringatan bencana
dapat
digunakan
untuk
menginformasikan tanda bahaya
76,92
bencana gempabumi.
mobilisasi sumber daya 88,46.
2. Kesiapsagaam guru SMP Negeri
2
Polanharjo
masuk
dalam
3. Hasil
dan
indeks
analisis
gabungan
parameter
data
indeks
kesiapsiagaan
siswa
kategori siap dengan perolehan
diperoleh nilai 80,81. Artinya
nilai indeks 67,79.
siswa termasuk dalam kategori
Jika suatu saat terjadi bencana
sangat siap menghadapi bencana
gempabumi di sekolah ini guru
gempabumi.
memiliki kesiapan yang baik, hal
kesiapsiagaan
ini tercermin pada 3 pernyataan di
menghadapi bencana gempabumi
parameter pengetahuan dan sikap.
dikarenakan
Pernyataan
pertama
jika
terjadi gempabumi di sekolah,
Anda berlindung di bawah meja
dengan kepala terlindung 56,41%
menjawab
“ya”.
Pernyataan
kedua ketika terjadi gempabumi
pada
saat
mengajar,
Bapak/Ibu
sedang
Bapak/Ibu
akan
Tingginya
siswa
siswa
dalam
memiliki
pengetahuan mengenai bencana
gempabumi
dengan
baik,
perolehan nilai indeks parameter
pengetahuan dan sikap siswa
memperoleh nilai indeks 84,49.
Parameter
rencana
tanggap
darurat siswa memperoleh nilai
indeks 50,80. Parameter sistem
peringatan bencana 76,92 dan
parameter
mobilisasi
sumber
daya 88,46.
Polanharjo memilliki kesiapsiagaan
baik,
Kesiapsiagaan
yang
dimiliki komponen sekolah akan
meminimalisir
dampak
negatif
gempabumi, baik kerugian materiil
maupun jatuhnya korban jiwa/luka
di lingkungan sekolah mengingat
lokasi sekolah ini masuk dalam
kawasan rawan bencana gempabumi
menengah yang berpotensi terjadi
gempabumi dengan skala V-VIII
MMI.
D.
Sekolah
hendaknya
kebijakan
kesiapsiagaan
terkait
bencana
gempabumi seperti pengadaan
rambu
evakuasi,
simulasi
dalam
tertentu,
dan
melakukan
kurun
waktu
menyediakan
panduan kesiapsiagaan bencana
gempabumi.
2. Bagi Guru, sebagai salah satu
sumber
informasi
diharapkan
dapat
siswa
melakukan
pengembangan diri yang dapat
meningkatkan
kesiapsiagaan
menghadapi bencana gempabumi.
KESIMPULAN
Kesiapsiagaan
3. Bagi Siswa diharapkan dapat
bencana
gempabumi di SMP Negeri 2
Polanharjo berada dalam kategori
siap dengan perolehan nilai indeks
69,45. Kesiapsiagaan komponen
komunitas sekolah sebagai berikut;
Sekolah
1. Bagi
membuat
Komunitas sekolah SMP Negeri 2
yang
E. Saran
(lembaga)
mempunyai
nilai indeks 61,96 masuk kategori
hampir siap. Guru mempunyai nilai
indeks 67,79 masuk kategori siap
dan siswa memperoleh nilai indeks
kesiapsiagaan 80,81 masuk kategori
sangat siap.
menyebarkan informasi mengenai
kesiapsiagaan
gempabumi
bencana
kepada
teman,
keluarga dan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Edy Wibowo, Agung. 2012. Aplikasi SPSS dalam penelitian. Yogyakarta: Gava
Media
Nurjanah, Sugiharto, Dede Kuswanda, Siswanto,
Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta
Adikoesoemo.
2011.
Riduwan & Akdon. 2010. Rumus dan data dalam analisis statistika. Bandung:
Alfabeta
Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia ke Mana?. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sopaheulawan, Jan. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
Mengantisipasi Bencana Gempabumi dan Tsunami. Jakarta: LIPIUNESCO/ISDR