TELAAH PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH MENGENAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI PESERTA PIR-BUN DI KABUPATEN DT. II LEBAK.
TELAAH PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH MENGENAI
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI
PESERTA PIR-BUN
Dl KABUPATEN DT. II LEBAK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
Marisa Fransiska M.
9032220/XXII-14/S2
BIDANG STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1995
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimblng I
(Prof.f.Pr.H
Dr. H.D. Sudjana, M.Ed.)
Pembimbing
(Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja)
ABSTRAK
Salah satu upaya pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan masayarakat pedesaan di Kabupaten Lebak Jawa
Barat adalah dengan mengikutsertakan masyarakat dalam
program PIR-BUN kelapa yang telah dikembangkan sejak
tahun 1981. Tanggung jawab pembinaan dilakukan oleh PTP
sebagai sumber belajar dan petani sebagai
dengan
menjadi
buruh
yang
diupah
warga belajar
oleh
PTP,
karena
sebelum dilakukan konversi, lahan masih menjadi tanggung
jawab
PTP.
Kepedulian pendidikan luar sekolah mengenai proses
pemberdayaan petani PIR kelapa di Kabupaten Lebak Jawa
Barat lah yang melatarbelakangi penelitian ini. Adapun
yang akan diteliti adalah motivasi, proses pembinaan,
hasil belajar>/binaan, serta dampak dari pembinaan PTP
terhadap petani maupun masyarakat setempat.
Pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik
wawancara dan observasi dilakukan terhadap 362 orang
responden, yang terdiri dari petani PIR-BUN kelapa,
masyarakat setempat non petani PIR-BUN kelapa serta 39
orang aparat PTP dan PIR-BUN dan pemerintah setempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi petani
saat ini adalah mempertahankan lahan untuk warisan anak
cucu dan bukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pembinaan mengenai keterampilan menanam dan memelihara
tanaman
ceramah
kelapa
dengan
dilaksanakan dengan metoda belajar
menggunakan gambar-gambar dan juga
belajar
partisipatif
di
lapangan
selama
masa
pra
konversi. Pengetahuan mengenai penanganan hama diberikan
dalam
bentuk
penyuluhan
berkala
di
balai
desa.
Penyuluhan untuk mengatasi masalah adalah dengan cara
demonstrasi di tempat kejadian. Sedangkan pembinaan
motivasi dan sikap belum menjadi perhatian. Keterampilan
menanam, memelihara tanaman kelapa serta pengetahuan
mengenai cara-cara menangani
hama merupakan hasil
belajar yang diperoleh para petani selama mengikuti
progam PIR-BUN.
Dampak umum dari pemberdayaan melalui
wahana PIR-BUN adalah bertambahnya wawasan/pengetahuan
mengenai nilai uang serta kesempatan masyarakat untuk
mencari
secara
pemenuhan
lebih
kebutuhan
ekonomi
di
mudah, dengan adanya sarana
luar
daerah
transportasi
lebih baik.
Kesimpulan
penelitian
ini
adalah,
bahwa
dalam
memberdayakan masyarakat pedesaan, pembinaan sikap serta
Hi
motivasi
perlu
menyertai
pembelajaran
dalam
hal
keterampilan dan pengetahuan. Oleh karena itu sebagai
rekomendasi
disusun
suatu
model
pelatihan
dengan
menggunakan pendekatan belajar yang diharapkan dapat
menumbuhkan rasa memiliki serta kesadaran yang menunjang
terbentuknya sikap positif dan motivasi yang sesuai
untuk petani PIR-BUN tersebut.
IV
DAFTAR I SI
Halaman
ABSTRACT
i
ABSTRAK
Ill
KATA PENGANTAR
V
UCAPAN TERIMA KASIH
X
DAFTAR ISI
XV
DAFTAR BAGAN
BAB I
xix
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Penelitian
1
B.
8
Perumusan dan Batasan Masalah
C. Definisi Operasional
BAB II
9
D. Kerangka Pemikiran
12
E. Maksud dan Tujuan Penelitian
16
F. Kegunaan Penelitian
17
G.
Metode Penelitian
18
H.
Lokasi
18
I.
Responden Penelitian
PENDIDIKAN
Penelitian
LUAR
19
SEKOLAH
DALAM
RANGKA
PROGRAM PERUSAHAAN INTI RAKYAT-PERKEBUNAN
2C
A.
Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ...
21
1. Sejarah Pendidikan Luar Sekolah ...
21
2. Konsep-Konsep
Pendidikan
Sekolah
Luar
25
xv
3. Proses
"Pemberdayaan"
dalam
Pendidikan Luar Sekolah
B.
Keterkaitan
Luar
antara
Sekolah
31
Asas
dengan
Pendidikan
Pengembangan
Masyarakat
40
1. Pengembangan
Masyarakat
Ditinjau
dari Segi Sistem
2. Pengembangan
44
Masyarakat
Ditinjau
dari Segi Gerakan
3. Pengembangan
50
Masyarakat
Ditinjau
dari Segi Proses
C.
Peran
Pendidikan
50
Luar
Sekolah
dalam
Proses Adopsi dan Penyebaran Inovasi..
D.
Pendidikan
Luar
Sekolah
dalam
Proses
Pemberdayaan
E. Pendidikan
58
Luar
Sekolah
dalam
Rangka
Pemberdayaan Petani PIR-BUN
1. Pengertian
Program
Perusahaan
73
Inti
Rakyat
2. Tujuan
76
Program
Perusahaan
Inti
Rakyat
3. Pembinaan
50
76
Petani
Perusahaan
Inti
Rakyat
77
4. Konversi
85
5. Pasca Konversi
86
XVI
F.
Program
PIR-BUN
di
Kabupaten
DT.
II
Lebak
90
1. Gambaran
Umum
Kabupaten
DT.
II
Lebak
90
2. Latar Belakang PIR-BUN di Kabupaten
DT.
BAB III
II Lebak
98
105
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
105
B. Pengambilan Data
107
1. Tehnik Pengumpulan Data
107
2. Responden Penelitian
116
3. Teknik-Teknik
Memperoleh
Tingkat
Kepercayaan Hasil Penelitian
4. Tahapan Kegiatan Penelitian
BAB.
IV
116
118
123
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dinamika Kegiatan PIR-BUN di Kabupaten
DT II Lebak
1. Site
123
Kertaraharja
dengan
Komoditi
Kelapa Sawit
2. Site
123
Bantarjaya
dengan
Komoditi
Kelapa Hibrida
B.
132
Tinjauan Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program PIR-BUN
XVII
14 6
1. Motivasi
yang
Mendasari
Keikut-
sertaan Petani
2. Pembinaan
Petani
146
Serta
Proses
Belajar
Peserta PIR-BUN
148
3. Hasil Belajar yang Diperoleh Petani
154
4. Manfaat serta Dampak yang Diperoleh
Petani
BAB.
V
PIR-BUN
156
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
159
A.
163
Asesmen
Permasalahan
B. Pelatihan Pendekatan Belajar
1. Metode dan Materi
2. Metode
Pelatihan
Pelatihan
C.
Pemantauan
D.
Evaluasi
167
Pelatihan
Secara
Keseluruhan
167
168
:
-
164
166
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
164
Surat Izin Penelitian
- Daftar Pedoman Wawancara
XVIII
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1
Bagan 2.1
Unsur
dalam
Sistem
Pengembangan
Masyarakat pada Kegiatan PIR-BUN
14
Proses Munculnya Tindakan
71
XIX
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Balakang Penelitian
Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di
pedesaan.
Pada umumnya mereka lambat dalam memahami dan
ikut serta mengolah
pembangunan.
informasi guna berpartisipasi dalam
Tingkat perolehan
pendidikan yang
relatif
rendah serta pengaruh tradisi (adat istiadat) seringkali
mempersulit
ningkatan
Namun
taraf
disadari
yang pada
atau
upaya
pemerintah menjamah mereka
hidup
pula
bahwa
potensi
umumnya hidup dari
perkebunan,
mensejahterakan
Indonesia
masyarakat
perlu
kehidupan
ini.
Upaya
pedesaan
warga
pedesaan
lahan pertanian
diaktualkan
terbanyak
meningkatkan
pe-
tersebut.
masyarakat
mengolah
lebih
demi
untuk
dari
bangsa
kesejahteraan
masyarakat pedesaan tidak hanya meliputi kemampuan baca,
tulis
dan
kebutuhan
berhitung,
hidup
namun
sehari-hari
sesuai
mereka
dengan
hendaknya
keterampilan praktis dalam mengelola lahan,
upaya
meningkatkan
komoditi
tuntutan
memiliki
sampai pada
pertanian/perkebunan
dalam
rangka menunjang kemajuan dalam Arah Pembangunan Jangka
Panjang Kedua.
Pembangunan mencakup pengembangan kapasitas sumber
daya manusia untuk menentukan masa depan manusia,
baik
sebagai pribadi, sebagai masyarakat maupun^sebagai bang
sa. Dalam PJP II dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat
pedesaan
perlu
pengembangan
iklim
yang
terus
sumber
ditingkatkan
daya
mendorong
manusia,
tumbuhnya
terutama
termasuk
prakarsa
melalui
penciptaan
dan
swadaya
masyarakat pedesaan untuk berproduksi serta mengolah dan
memasarkan
ciptakan
hasil
produksinya.
lapangan
kerja.
Hal
ini
Dengan
sekaligus
demikian
men-
masyarakat
pedesaan makin mampu mengerahkan dan memanfaatkan sumber
daya alam serta potensi personal maupun
ada
guna
meningkatkan
taraf hidup
komunitas yang
mereka
secara
kese
luruhan.
Tujuan
utama yang
ingin
dicapai
dari
pembangunan
yang berwawasan komunitas adalah peningkatan aktualisasi
potensi-potensi
tercapainya
sumber
upaya
pula
yang
optimal.
masalah
terdidik
dan
Untuk
dibutuhkan
sumber daya
keikutsertaan
menanggulangi
masyarakat
yang
tersebut,
daya manusia dan
dibutuhkan
dalam
kemanusiaan
alam
masyarakat
yang
bukan
.hanya
saja,
tetapi
sebagai
dihadapi
terlatih
dapat
untuk
basis
bersama,
mengatasi
masalah secara bersama-sama dan keaktifan lembaga dalam
mengoptimalkan
sarana
dan
prasarana
demi
kepentingan
masyarakat setempat.
Pendidikan sebagai
salah
satu
upaya
subsistem pembangunan merupakan
mengentaskan
kemiskinan
yang
dialami
masyarakat
desa.
Pendidikan dan
tidak
dapat
dipisahkan.
lagi
Astrid
pokok
Susanto
untuk
(1984:114)
meningkatkan
pengentasan
Hal
ini
sebagai
taraf
dikemukakan
berikut:
hidup
kemiskinan
oleh
"Pemikiran
masyarakat
yang
hidup di bawah garis kemiskinan melalui pendidikan ialah
karena asumsi bahwa melalui pendidikan bagi masyarakat
miskin
terbukalah
kesempatan
baru
memberi
penghasilan
yang lebih tinggi".
Menurut Undang-Undang RI No.
Pendidikan
Nasional
pasal
10
2 tahun 1989 tentang
ayat
1;
pendidikan dilaksanakan melalui dua
"Penyelenggaraan
jalur,
yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah".
Pendidikan
sekolah
meningkatkan
status
Luar
dipandang
Sekolah
tidak berhasil
penduduk
miskin,
sebagai
upaya
secara
maka
langsung
Pendidikan
alternatif
untuk
memberikan kesempatan peningkatan status kehidupan bagi
(W. P.
mereka
Undang
Napitupulu,
Republik
Indonesia
1979).
Nomor
Berdasarkan
2
tahun
1989
Undangtentang
Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan luar sekolah
memiliki
bangsa.
peran
Makna
yang
yang
tersebut
menunjukkan
mempunyai
fungsi
kualitas
lebih
utama
luas
terkandung
bahwa
untuk
dalam
dalam
pendidikan
membina
sumber daya manusia di
lembaga dan keluarga.
di
dan
pendidikan
Undang-Undang
luar
sekolah
meningkatkan
lingkungan masyarakat,
Salah
didikan
satu
luar
pengembangan
asas
yang
sekolah
mendasari
adalah
masyarakat.
kaitan
erat
dengan
luar
relevansi
dengan
ini
berkaitan
dengan
sekolah yang
kepentingan
dan
laju
mengandung
rupakan
arti
pendekatan
bahwa pendidikan
dasar
dalam
mempunyai
pembangunan
masyarakat dalam rangka pembangunan bangsa.
ini
pen
asas
Asas
program-program pendidikan
perkembangan
Kaitan erat
luar
sekolah
pengembangan
me-
masyarakat
sekaligus sebagai bagian penting dari program pembangun
an masyarakat (Sudjana,
Pendidikan
luar
1989:
3).
sekolah
dapat
berperan
dalam
pengembangan masyarakat dalam hal:
1) Menumbuhkan
upaya
kesadaran
mereka
imbalan yang
masyarakat
untuk membebaskan
rendah,
dan
tentang
diri
adanya
dari
pentingnya
kebodohan,
ketidakadilan
dalam
masyarakat.
2) Membantu masyarakat untuk hidup berorganisasi sehing-
ga mereka dapat mempelajari keadaan kehidupannya ser
ta
menjajagi
berbagai
kesempatan
di
sekelilingnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup mereka.
3) Bekerja
sama
dengan
mengidentifikasikan
lingkungan
masalah
prasarana
masyarakat
sosial
1989:128-129).
organisasi
agar
ekonomi
masyarakat
sosial,
mereka
yang
politik,
dalam
dan
dapat
memecahkan
dihadapi
(Sudjana,
Berdasar
uraian
di
atas
maka
upaya
pengembangan
masyarakat ini lebih merupakan suatu proses pemberdaya
an. Proses tersebut merupakan suatu gerakan berupa usaha
yang
dilakukan
secara
sadar,
yang diselenggarakan oleh,
Hal
bertujuan
ini
sistematis,
untuk,
mengubah
dan
terarah,
dan dalam masyarakat.
taraf
kehidupan
mereka
sendiri ke arah yang lebih baik.
Upaya
mengubah
dilakukan
tindakan
modal,
bunga
melalui
ekonomis
pinjaman
atau
taraf
hidup
berbagai
macam
dengan
dengan
seperti
Bantuan Presiden
cara
bunga
yang
tindakan
dapat
misalnya
memberi
bantuan
rendah,
pinjaman
dilakukan
(Banpres).
masyarakat
pemerintah
berupa
tanpa
dengan
Namun bantuan berupa modal
tersebut tidak akan secara langsung meningkatkan taraf
hidup
masyarakat".
Kemampuan
masyarakat
untuk
mengolah
modal tersebut menjadi hal penting yang akan menentukan
pemanfaatan
bantuan
dan
pengembangan
tersebut
hidup mereka.
diberikan
benar-benar
modal
dapat
tersebut
sehingga
meningkatkan
taraf
Tampaklah bahwa selain bantuan modal yang
pada
masyarakat,
maka
perlu
pula
diberikan
kemampuan atau keterampilan mengelola bantuan tersebut.
Tugas
memampukan
mengelola
berswadaya
bantun
dalam
dan
menjadikan
modal
agar
memperbaiki
mereka
mereka
taraf
terampil
akhirnya
hidup
merupakan kepdulian pendidikan luar sekolah.
dalam
mampu
mereka
Salah
masyarakat
mereka,
satu
bentuk
pedesaan,
adalah
bantuan
guna
sejumlah
yang
diberikan
meningkatkan
lahan
di
taraf
sekitar
pada
hidup
perkebunan
kelapa milik PTP. Lahan pekarangan tersebut boleh mereka
miliki melalui pembayaran kredit berdasarkan hasil yang
mereka peroleh dari pengelolaan lahan tersebut. Di lahan
tersebut mereka harus menanam kelapa sawit atau hibrida
sesuai dengan cara-cara yang sudah dilakukan oleh PTP di
lahan
perkebunan
memanfaatkan
inti.
bantuan
Agar
ini
masyarakat
mampu
mengelola
dengan cara-cara yang baik dan benar,
dilakukan
pembinaan
masyarakat
pedesaan
yang
berminat
lahan
sesuai
maka pada mereka
oleh
PTP.
Proses
pembinaan
inilah
yang
menjadi
kepedulian
pendidikan luar sekolah.
Pemberian
bantuan
dengan
dana
Bank
Dunia
serta
pembinaan masyarakat pedesaan menjadi petani yang mampu
meningkatkan
taraf
hidupnya
melalui
pengelolaan
lahan
perkebunan kelapa dikenal dengan Program Perusahaan Inti
Rakyat Perkebunan atau (PIR-BUN) kelapa.
Dalam
penelitian
ini
akan
diamati
kegiatan
pembinaan masyarakat yang menjadi petani PIR-BUN sebagai
suatu
kancah
pendidikan
luar
sekolah
memberdayakan
masyarakat
pedesaan.
dalam
Selain
rangka
kegiatan
pembinaan tersebut juga akan ditelaah mengenai potensi-
potensi
apa
yang
sebenarnya
mereka
miliki,
selain
keadaan diri mereka sendiri,
mereka yang
sebenarnya
juga keadaan di sekeliling
tanpa
mereka
sadari
menghambat
produk
perkebunan
proses pemberdayaan itu sendiri
Kelapa
Indonesia
sawit
yang
termasuk
ditanam
sedikit
dalam
perkebunan
besar.
Dalam
waktu 10 tahun produksi kelapa sawit berhasil dinaikkan
dari 182 ton menjadi 434.000 ton. Pertumbuhan tahunannya
di
atas
13%.
Kenaikan
produksi
yang
bukan dicapai melalui perluasan areal,
peningkatan hasil per hektar
Dengan
demikian
berperan
melalui
amat
maka
program
sumber
Pengembangan
PIR-BUN
ini
besar
ini
melainkan melalui
(Ulrich Planck,
kualitas
besar.
sangat
1993:101).
daya
manusia
masyarakat
termasuk
petani
dalam
upaya
penyadaran peran mereka sebagai aktor utama dalam proses
pembangunan
perkebunan
yang
juga
akan
meningkatkan
dan
keterampilan
kesejahteraan mereka selanjutnya.
Selain
petani
peningkatan
pengetahuan
juga perlu diperhatikan pembentukan atau bahkan
mengubah sikap mereka serta menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi mereka sebagai petani yang tidak hanya bersifat
subsisten, tetapi menjadi lebih mandiri.
Peneliti
kebutuhan
merasa
yang
tertarik
mendasari
untuk
meneliti
keikutsertaan
program PIR-BUN atau dengan kata lain,
mengenai
petani
dalam
motivasi petani
peserta PIR-BUN dalam keterlibatan mereka sebagai petani
8
peserta
PIR-BUN,
mereka serap
apa
saja
(adopsi),
yang mereka
pelajari
baik pengetahuan,
dan
keterampilan
atau nilai-nilai tertentu selama mengikuti program PIR-
BUN
ini.
Bagaimana
proses
pembinaan
yang
dilakukan
terhadap masyarakat petani ini dan pada akhirnya sejauh
mana dampak atau pengaruh yang ada pada petani peserta
maupun masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan
hasil
wawancara
terhadap
aparat
pemerintah daerah di Kabupaten Tingkat II Lebak, setelah
berjalan
kurang
lebih
sepuluh
tahun,
tampak
bahwa
masyarakat petani PIR-BUN tidak dapat memenuhi target
pendapatan yang
telah ditetapkan oleh program
PIR-BUN
sendiri. Artinya kesejahteraan masyarakat yang diharap
kan dapat meningkat
belum
tercapai
melalui
sampai
saat
program
PIR-BUN,
penelitian ini
ternyata
dilakukan
(setelah lebih kurang 10 tahun PIR berjalan).
Berbagai
upaya
pembinaan
dan
bantuan
telah
dilakukan dari pihak pemerintah daerah, namun kurang ada
tanggapan positif dari para petani.
B.
Peruxmisan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah
yang
menjadi
sebagai
dapat
fokus
berikut:
penelitian
"Bagaimana
memberdayakan
petani
ini
dapat
pendidikan
peserta
dirumuskan
luar
program
sekolah
PIR-BUN".
Secara lebih rinci maka rumusan masalah tersebut
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan
yang akan
- Apa
dapat
(pokok) penelitian
menjadi batasan masalah sebagai berikut:
motivasi
dan
kebutuhan
petani
(input)
untuk
menjadi petani peserta PIR-BUN.
- Apa saja hasil belajar yang diperoleh petani dari
pembinaan
yang
dilakukan
PTP
dalam
rangka
keterlibatan mereka sebagai petani PIR-BUN (output)
- Bagaimana
pembinaan
serta
dialami oleh para petani
proses
belajar
selama mengikuti
yang
program
PIR-BUN (proses)
- Apa pengaruh atau dampak yang ada pada para petani
PIR-BUN
setelah
mengalami
pembinaan
dari
PTP
(impact/outcome)
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas
akan mencerminkan proses pengembangan masyarakat sebagai
suatu
sistem
unsur-unsur
pendidikan
sistem pada
luar
sekolah
umumnya yaitu
yang
melibatkan
masukan
mentah,
proses, masukan lingkungan, masukan sarana, dan keluaran
beserta dampaknya.
C.
Definisi Operational
Untuk
dalam
memperjelas
penelitian
operasional
dari
ini,
dan
maka
beberapa
membatasi
perlu
istilah
masalah-masalah
diberikan
pokok
yang
definisi.
secara
10
khusus diartikan dalam kaitannya dengan penelitian ini,
yaitu:
1. Pendidikan luar sekolah;
adalah kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh pihak PTP melalui para penyuluh
dan kelompok bina taninya,
terhadap
petani
belajar.
Kegiatan
rangka
peserta
PIR-BUN,
pembinaan
memberdayakan
menyangkut
sebagai sumber belajar,
para
ini
sebagai
warga
dilakukan
dalam
petani
dan
tidak
hanya
peningkatan pengetahuan
dan
keterampilan
dalam mengolah tanaman kelapa saja, tetapi lebih pada
motivasi serta sikap mereka dalam meningkatkan taraf
hidup melalui sarana PIR-BUN.
2. Motivasi
diri
petani;
petani
yaitu hal-hal
yang
membuat
yang
mereka
terdapat
tergerak
pada
untuk
melibatkan diri dalam program PIR-BUN tersebut.
Hal-
hal
atau
tersebut
dapat
berupa
kebutuhan,
harapan
keinginan-keinginan yang bersifat psikologis,
bersifat
materi.
Yang
dimaksud
dengan
maupun
kebutuhan
psikologis adalah kebutuhan untuk diakui pada status
tertentu.
untuk
Sedangkan kebutuhan materi
pemenuhan
kebutuhan
hidup
rangka meningkatkan taraf hidup
3. Hasil
belajar;
mengikuti
merupakan
program
PIR-BUN.
lebih ditujukan
sehari-hari
dalam
mereka.
perolehan
Perolehan
petani
ini
setelah
terlihat
11
dari adanya perubahan dalam hal sikap,' tingkah
dan
motivasi.
Sikap
baik dalam hal
dan
tingkah
laku
ini
laku
tercermin
pengetahuan mengenai penanaman,
peme-
liharaan, panen sampai pengolahan hasil panen dan pemasaran.
rasa
Pengetahuan ini tentu disertai
(afek)
senang
keterampilan
mereka
atau
(psikomotor)
memelihara
dan
tidak
yang
mengolah
keterlibatan
senang
dan
juga
terlihat
dari
cara
kebunnya.
Sedangkan
motivasi terlihat dari tergeraknya mereka untuk tetap
menjadi
petani
bersifat
peserta
instrisik,
PIR-BUN.
tetapi
Motivasi
dapat
pula
ini
faktor
dapat
luar
diri petani yang menggerakkannya.
4. Proses belajar;
interaksi antara petani,
yang
dalam
penelitian ini di lihat sebagai warga belajar dengan
aparat
(dari
pihak
daerah setempat)
PTP
maupun
aparat
sebagai sumber belajar,
pemerintah
dalam pembi
naan yang merupakan proses pembelajaran untuk menca-
pai
tujuan
PIR-BUN.
Interaksi
ini
merupakan
upaya
pembinaan dan penyuluhan mulai sejak saat penanaman,
pemeliharaan
konversi,
sebelum
pada
saat
konversi,
panen
pemeliharaan
dan
pengelolaan
setelah
pasca
panen.
5. Dampak;
hasil
atupun
pengaruh
utama sebagai petani PIR-BUN.
ini
dapat
dirasakan
oleh
lain
di
luar
tujuan
Hasil ataupun pengaruh
petani
maupun
masyarakat
12
setempat
(yang
kegiatannya
tidak
sebagai
laku
ataupun
PIR-BUN
ada.
Hasil
artinya
merugikan
baik
kaitan
petani
tingkah
positif,
ada
PIR-BUN)
keadaan
dan
langsung
fisik
pengaruh
petani
peserta
baik
sikap,
daerah
sebelum
ini
menguntungkan,
dengan
dapat
saja
atau
sebaliknya
maupun
lingkungan
daerah tersebut.
D.
Kerangka Pemilciran
Pendidikan luar sekolah memiliki kepedulian terhadap
masyarakat
yang
tidak
memiliki
kesempatan
mengkuti
pendidikan formal yang memadai
untuk memenuhi tuntutan
hidup
Upaya
yang
sekolah
terus
dalam
rangka
berdiri sendiri,
sendiri,
meningkat.
pendidikan
memberdayakan
luar
masyarakat
dapat
artinya memiliki aturan dan organisasi
tetapi dapat pula terkait dengan lembaga lain
yang sudah ada.
Dalam
penelitian
keterkaitan
antara
ini,
peneliti
unsur-unsur
berupaya
dalam
pendidikan
sekolah dengan kegiatan yang dilakukan oleh
terhadap petani peserta PIR-BUN.
pendidikan
luar
penyuluhnya
dilihat
petani
peserta
kegiatan
sekolah,
sebagai
PIR-BUN
pembinaan
yang
Menurut
titik pandang
PTP
sumber
belajar
warga
dilakukan
dengan
para
sedangkan
belajar.
pihak
luar
pihak PTP
pihak
adalah
mengkaji
PTP,
Melalui
petani
13
dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka
dalam
mengolah
Proses
tanaman
pembinaan
ini
kelapa
tentu
sawit
saja
ataupun
akan
hibrida.
menambah
pula
sekolah
sama
wawasan petani sebagai warga masyarakat.
Unsur-unsur
dengan
dalam
unsur-unsur
sekolah,
pendidikan
yang
luar
terdapat
dalam
pendidikan
perbedaannya terletak terutama pada
kegiatan
program pendidikan yang langsung dintegrasikan ke dalam
gerakan pembangunan masyarakat,
dengan adanya dua unsur
tambahan yaitu masukan lain (other input)
(impact)
(Sudjana, 1991; 31). Bila dilihat menurut bagan
sistem yang
terdiri
umum,
dari
maka masukan
unsur-unsur
input
dan
environmental
input.
Sedangkan
sebagai
keluaran
konteks
yang
penelitian ini
khusus
mentah,
proses,
dan
dapat
sarana
atau
impact
dapat
atau
dilihat
diartikan dalam
lebih
nyata.
Dalam
keterkaitan antara unsur-
masukan
keluaran
tersebut
lingkungan
yang telah
ingin dilihat
masukan
sarana,
masukan
(outcome)
lebih
lain
masukan
instrumental
unsur
dan pengaruh
serta
lingkungan,
pengaruh
atau
masukan
impact
dalam upaya pemberdayaan petani melalui sarana kegiatan
PIR-BUN,
Bagan
menurut sudut pandang pendidikan luar sekolah.
1.1.
dibuat
dengan
maksud
menggambarkan
keterkaitan antara unsur-unsur dalam penelitian ini
14
MASUKAN SARANA
-
PTP dan Pabrik
•
Kebun Plasma
• Transportasl
•
Dana/Modal
!'
MASUKAN MENTAH
PROSES
KELUARAN
• Pengetahuan
Petani PIR-BUN
•
Mottvasi
•
Kebutuhan
IMPACT/OUTCOME
Pembinaan Petani
Oleh pihak PTP
• Sikap
• Pengetahuan
• Keterampilan
• Taraf Hidup
• KeterampNan
• Partisipasi Masyarakat
• Sikap
• Pengembangan Ling
kungan dan Masyarakat
• Wawasan
• Pembelajaran pada
Orang Lain
• Motivasi Lanjutan
• Wawasan
MASUKANLJNGKUNGAN
* Geografl
Kab. DT.H Lebak
•
Kondlsl Sosial-
Ekonomi Budaya
•
Pemerintah Daerah
• Gapoktan
Bagan 1.1.
Unsur
dalam Sistem
Pengembangan
Masyarakat
pada Kegiatan PIR-BUN
Berdasarkan
Bagan
1.1.,
kegiatan
pendidikan
luar
sekolah yang diintegrasikan ke dalam gerakan pembangunan
masyarakat
petani
yang
terlibat
dilihat
sebagai
berikut;
masukan
mentah
adalah
penelitian
ini
Dalam
Warga
para
akan
dalam
belajar
petani
PIR-BUN
yang
perserta
ditelaah mengenai
dapat
merupakan
PIR-BUN.
kebutuhan
yang mendasari keikutsertaan mereka sebagai peserta PIR-
BUN,
motivasi,
petani tersebut.
serta
latar
belakang
pendidikan
para
15
Masukan Lingkungan terdiri dari geografi Kabupetan
DT
II
Lebak,
iklim,
baik
keadaan
letak
alam,
geografis
yang
mempengaruhi
serta lokasi antar daerah yang
mencakup keadaan sosial ekonomi serta budaya yang akan
mempengaruhi proses pembinaan para warga belajar (petani
PIR-BUN).
Selain
itu
masukan lingkungan
yang
juga
dikelompokkan
dalam
yang diberikan oleh
adalah bantuan
aparat pemerintah daerah setempat.
Masukan sarana terdiri atas program PIR-BUN
yang
merupakan
masyarakat
hasil
petani,
usaha
pembinaan,
tempat
sarana
kemudian
petani,
kebun
para
dalam
petani
adanya
pihak
plasma,
upaya
PTP
kelapa
berupaya,
pemberdayaan
pabrik
pengolahan
yang
memberikan
sawit
sarana
sendiri
dan
hibrida,
transportasi
baik
dari sarana jalan maupun kendaraan yang digunakan untuk
angkutan,
dana dan pemasaran hasil produksi para petani
tersebut.
Dalam
proses,
dilakukan
pihak
meningkatkan
dimaksudkan
PTP
kemampuan
kegiatan
terhadap
mereka.
petani
pembinaan
PIR-BUN
Kegiatan
ini
yang
untuk
berupa
interaksi belajar membelajarkan antara pihak PTP sebagai
sumber
PIR-BUN.
belajar dengan warga belajar yaitu para petani
Dalam interaksi ini peran sumber belajar lebih
diutamakan
untuk
membantu
warga
belajar
agar
mereka
16
aktif memampukan diri
mereka
sendiri,
jadi bukan pada
peranan mengajar.
Keluaran atau output adalah kuantitas serta kualitas
perubahan yang terjadi pada warga belajar yang diperoleh
melalui proses kegiatan belajar membelajarkan. Perubahan
mencakup
ini
yang
ranah
sesuai
perlukan
perubahan
kognisi,
dengan
(Sudjana,
hasil
afektif
kebutuhan
1991;
proses
34).
belajar
serta
belajar
Dalam
psikomotor
yang
mereka
penelitian
membelajarkan
ini,
tersebut
mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan serta
motivasi yang berkaitan dengan upaya mereka meningkatkan
taraf hidup melalui sarana kegiatan program PIR-BUN.
Yang
terakhir
adalah
impact
atau
outcome
terdiri dari perubahan taraf hidup para petani
adanya
yang
program
tidak
PIR-BUN,
menjadi
adakah
petani
pengembangan lingkungan dan
kebun
plasma,
partisipasi
PIR-BUN,
yang
setelah
masyarakat
bagaimana
dengan
masyarakat sekitar lokasi
serta sejauhraanakah terjadi
pembelajaran
pada orang lain yang dilakukan baik secara sadar maupun
tidak sadar oleh para petani PIR-BUN.
E.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud
unsur-unsur
dari
penelitian
pendidikan
luar
ini
adalah
sekolah
menggambarkan
dalam
pelaksanaan
kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PTP dalam rangka
17
program
PIR-BUN,
pembinaan
yang
khususnya
dilakukan
yang
pihak
menyangkut
PTP,
upaya
sebagai
sumber
belajar, terhadap petani PIR-BUN, sebagai warga belajar.
Tujuan
penelitian
lebih
diarahkan
untuk
membuat
suatu program intervensi guna memberdayakan petani PIRBUN
meningkatkan
ditelaah
taraf
faktor-faktor
hidupnya.
penunjang
Untuk
itu
perlu
(potensi)
dan
faktor
penghambat (kendala) yang ada.
F.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan teoritis
dari
penelitian ini
antara
lain
adalah untuk memperkarya sistem pendidikan luar sekolah,
khususnya dalam segi pembinaan dengan memasukkan
unsur
evaluasi.
Hasil
penelitian
pendidikan luar
para
petani
ini
sekolah bagi
PIR-BUN.
petani, aparat desa,
dapat
menjadi
penyelenggaraan
Dengan
adanya
masukan
pembinaan
penelitian
ini
serta lembaga-lembaga formal maupun
non-formal yang terkait, tergugah untuk lebih melibatkan
diri
dalam
pengembangan
masyarakat
melalui
refleksi
serta mendeskripsikan permasalahan yang terungkap selama
penelitian.
Selain itu,
dan
dengan gambaran kondisi petani PIR-BUN
lingkungannya
intervensi
yang
akan
sesuai
dapat
dengan
diajukan
kebutuhan
alternatif
dan
kondisi
18
masyarakat petani setempat, baik sebagai upaya pemecahan
masalah
yang
ada,
maupun
bagi
peningkatan
taraf
kehidupan petani dan masyarakat setempat, dalam rangka
pengembangan masyarakat.
6.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
menggambarkan
dinamika
kegiatan pembinaan petani PIR-BUN serta masyarakat yang
terlibat dalam program PIR-BUN.
Dalam menelaah kegiatan
ini banyak unsur-unsur yang sulit untuk dikuantifikasi-
kan
dan
untuk
dapat
menggambarkan
dinamika
kegiatan
pembinaan tersebut diperlukan pendalaman pemaknaan ber
dasarkan gambaran kasus setempat. Oleh karena itu dalam
penelitian ini
penelitian
pengumpulan
digunakan pendekatan
yang
digunakan
data
adalah
dilakukan
kualitatif.
deskriptif
dengan
Metode
sedangkan
menggunakan
teknik
perkebunan
kelapa
Kabupaten
Daerah
wawancara dan observasi.
H.
Lokasi Penelitian
Penelitian
sawit
dan
Tingkat
II
PIR-BUN
V
pusat
dan
ini
hibrida
Lebak.
mengambil
yang
Kertaraharja
Kecamatan
terletak
Komoditas
berlokasi
di
yang
lokasi
kelapa
wilayah
meliputi
Panggarangan.
di
Luas
sawit
Lebak
dikembangkan
Selatan
Kecamatan
areal
dengan
Malingping
kebun
kelapa
19
sawit 3.258 Ha yang meliputi 22 desa dengan 2.360 kepala
keluarga.
Sedangkan
komoditas
kelapa
hibrida
dikembangkan
PIR-BUN V terdapat di wilayah Lebak Utara dengan pusat
di
Bantarjaya,
Rangkasbitung,
meliputi
4
kecamatan
yaitu
Kecamatan
Kecamatan Sajira, Kecamatan Cimaraga dan
Kecamatan Maja. Luas areal kelapa hibrida adalah.2.541,5
Ha meliputi 21 desa dengan 1.719 kepala keluarga.
I.
Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah individu yang
terlibat
langsung
baik
dengan
terkait
kegiatan
secara
langsung
program
maupun
PIR-BUN Kelapa
tidak
Sawit
dan Hibrida di Kabupaten Daerah Tigkat II Lebak,. yaitu
Petani
peserta
PIR-BUN,
masyarakat
yang
wilayah perkebunan dan juga aparat dari
tinggal
di
lembaga formal
dan non formal. Perkebunan kelapa sawit terletak di site
Kertaraharja sedangkan perkebunan kelapa hibrida di site
Bantarjaya.
BAB
METODE
A.
III
PENELITIAN
Metode Penelitian yang Digunakan
Masalah
'dinamika
itu
menjadi
pelaksanaan
Perkebunan
untuk
yang
kelapa
pembinaan
PIR-BUN
yang
program
sebagai
memberdayakan
penelitian
fokus
penelitian
Perusahaan
salah
masyarakat
ini
lebih
satu
adalah
Inti
Rakyat
upaya
pedesaan'.
dalam
petani
dengan
antar
petani
sendiri,
masyarakat
pedesaan
aparat
proses
pelaksanaan
program
non
interaksi
penyelenggara,
maupun
karena
pada
pada masyarakat pedesaan. Bagaimana
antar
pembinaan
Oleh
memusatkan
berlangsung
ini
interaksi
PIR-BUN.
interaksi
petani
Untuk
dengan
mengetahui
penghayatan mereka terhadap peran mereka sebagai petani
PIR-BUN
tersebut,
pandangan
Pendapat,
nilai
(inner
maka
perspective)
pandangan
yang
dalam
dikuantifisir,
perlu
petani
itu
dari
tersebut
maknanya
untuk
diketahui
maka
digunakan pendekatan kualitatif.
petani
pendapat,
tersebut.
menyangkut
nilai-
sehingga
tidak
dalam
penelitian
Hal
ini
sesuai
dapat
ini
dengan
uraian yang dikemukakan oleh Noeng Muhadjir (1990 : 49),
Bogdan
dan
(1990:19)
dan
Biklen
(1982:27-2 9)
bahwa penelitian
menelaah
proses
dan
kualitatif
yang
105
Sanapiah
Faisal
lebih menekankan
terjadi,
mengutamakan
106
perspektifemic artinya mementingkan pandangan responden,
yaitu cara ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi
pendiriannya.
Pengambilan data dilakukan di lokasi dengan latar
yang
wajar/alamiah
(natural
setting),
baik
di
rumah
petani sendiri, atau di kebun kelapa, di pabrik kelapa,
atau
tempat
pendekatan
mengamati
pengopraan,
kualitatif
individu
mereka berinteraksi,
dan
ini
dalam
Balai
Bina
pada
hakikatnya
lingkungan
Tani.
Adapun
adalah
hidupnya,
cara
dan dengan pendekatan ini peneliti
berusaha memahami permasalahan penelitian dengan bahasa
dan
tafsiran
mereka
sendiri,
dalam
(Nasution, 1988 : 5. dan Lexy J.
Maksud
dan
menggambarkan
tujuan
dinamika
komponen dalam
dari
atau
hal
ini
Moleong,
1989 : 30).
penelitian
proses
petani
ini
dari
adalah
komponen-
sistem penyelenggaraan pembinaan
dalam
program PIR-BUN yang dilihat sebagai sistem pengembangan
masyarakat.
mentah),
Antara
apa
lain
motivasi
petani
(masukan
saja yang mereka pelajari serta bagaimana
pembinaan atau proses pembelajaran yang terjadi (masukan
sarana dan proses), hasil dari keterlibatan petani dalam
PIR-BUN dan pengaruh program PIR-BUN terhadap lingkungan
masyarakat
analisa
setempat
mengenai
faktor-faktor
(impact).
faktor-faktor
penghambat
dalam
Selain
yang
itu
ingin
menunjang
pelaksanaan
di
maupun
PIR-BUN
107
tersebut,
khususnya
dilihat
bangan masyarakat.
dari
Sedemikian
sudut
banyak
sistem
dan
pengem
kompleksnya
masalah yang akan diteliti, maka agar maksud dan tujuan
penelitian
secara
ini tercapai,
induktif
Faisal,
akhir
1990:
data dilakukan
kualitatif/konseptualitatif
30,90,
penelitian
mengenai hal-hal
pola,
maka analisa
157).
akan
Sehingga
diperoleh
(Sanapiah
diharapkan
suatu
kesimpulan
yang penting secara dinamis
kecenderungan,
arah
dan lainnya;
pada
seperti
dan merupakan
suatu proses yang berkembang yang dapat digunakan untuk
membuat
perkiraan-perkiraan perkembangan
di masa
yang
akan datang.
B.
Pengambilan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
ini
dilakukan
terhadap
individu-
individu yang terlibat dalam kegiatan program PIR-BUN
di
Kabupaten
Lebak,
pemerintah setempat
pembina
yaitu
petani
peserta,
maupun aparat dari
masyarakat
petani,
aparat
aparat
PTP
selaku
dari
Dinas
Perkebunan setempat dan juga masyarakat setempat non
petani PIR-BUN.
Wilayah penelitian mencakup
kelapa hibrida dan kelapa sawit.
dari
Untuk
beberapa
PIR-BUN
lokasi
PIR-BUN
kelapa
Responden
se-Kabupaten
hibrida
di
PIR-BUN
diambil
Lebak.
Kecamatan
108
Rangkasbitung,
lokasi
penelitian
Cimangeunteung yang dekat
adalah
Desa
dengan pabrik pengolahan
minyak kelapa dan pusat pembinaan petani,
dan Desa
Sangyangtanjung yang letaknya jauh dari pabrik. Hal
ini
dilakukan berdasarkan
lokasi
mempunyai
penelitian.
tentukan
Pabrik
pengaruh
terhadap
bahwa
hasil
jarak
temuan
Sedangkan untuk PIR-BUN kelapa sawit, di
Kecamatan
dan
pertimbangan
Banjarsari
Kecamatan
yang
Panggarangan
dekat
yang
dengan
jauh
dari
pabrik.
Mereka yang terpilih sebagai responden, petani,
aparat
ataupun
beberapa
anggota
petani,
adalah
orang-orang
yang
masyarakat
terlibat
non
langsung
dengan kegiatan dan kehidupan PIR-BUN, dipilih secara
"purposive"
dan bukan secara acak
1990;48 dan Nasution 1988:33).
mulai
dari
seorang
gatekeeper
informants
atau
yang
informan
disebut
berfungsi
(Noeng Muhadjir,
Pengambilan data dikunci
yang
merupakan
sebagai
knowledgeable
"membuka
pintu"
untuk
mengenali keseluruhan "medan" secara luas, yang dari
padanya
akan
salju.
Bola salju ini akan 'bergulir-menggelinding"
sedemikian
"bergulir-menggelinding"
rupa
sehingga
variasi,
seperti
kedalaman
bola
dan
keterincian data/informasi diperoleh secara maksimal,
dan baru berhenti setelah tidak ada lagi informasi
109
baru
yang
diperoleh
mengenai
permasalahan
dalam
pelaksanaan program PIR-BUN sebagai upaya pengembang
an masyarakat (Sanapiah Faisal,
1990 : 44-45).
Adapun penentuan informan kunci dilakukan dengan
mengikuti persyaratan yang dikemukakan oleh Spradley
(Sanapiah Faisal, 1990 : 44) sebagai berikut :
1) mereka yang menguasai atau memahami sesuatu
hal
ini
sehingga
PIR-BUN)
sesuatu
melalui
itu
proses
(masalah
(dalam
enkulturisasi
PIR-BUN)
bukan
sekedar diketahui tetapi juga dihayatinya;
2) mereka
yang
tergolong
masih
sedang
berkecimpung
atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti;
3) mereka yang mempunyai kesempatan/waktu yang memadai
untuk dimintai informasi;
4) mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi
hasil "kemasannya" sendiri; dan
5) mereka yang
pada
akan peneliti,
mulanya
tergolong
"cukup
asing"
sehingga lebih menggairahkan untuk
dijadikan semacam "guru" atau narasumber.
Berdasarkan persyaratan di atas, maka ditetapkan
informan kunci untuk
PIR-BUN kelapa hibrida di
Sanghyangtanjung, adalah seorang Jurlis
Desa yang
tetapi
mengalihkan
(Juru Tulis)
sebelumnya adalah seorang petani
setelah diangkat menjadi
haknya
pada
Juru
saudaranya.
Desa
Tulis
PIR-BUN,
Desa ia
Untuk
Desa
110
Cimangeunteung, juga PIR-BUN kelapa hibrida, Informan
kuncinya
adalah
seorang
tokoh
masyarakat
yang
mengikuti perkembangan PIR-BUN di desanya sejak awal
pelaksanaan PIR-BUN sampai saat penelitian dilakkukan
(dari tahun 1982 sampai 1993).
PIR-BUN
kelapa
sawit
di
seorang Penilik Dikmas,
tokoh masyarakat.
Informan kunci untuk
Desa
Banjarsari
adalah
yang juga dianggap sebagai
Sedangkan untuk desa Panggarangan,
juga seorang Penilik Dikmas.
Untuk
keperluan
trianggulasi,
dilakukan
•pengecekan' kebenaran data/informasi responden ter
hadap petani,
aparat, ataupun masyarakat di sekitar
tempat tinggal responden ataupun di bidang lain yang
mengetahui juga permasalahan PIR-BUN setempat. Adapun
proses -triangulasi ini berpedoman pada anjuran Patton
(1987) yang diterjemahkan Lexy J. Moleong (1988:151)
sebagai berikut :
1) membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil wawancara,
2) membandingkan
apa yang dikatakan
orang
di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
3) membandingkan
tentang
apa
situasi
yang
dikatakan
penelitian
dikatakannya sepanjang waktu,
dengan
orang-orang
apa
yang
111
4) membandingkan
keadaan
dan
perpsektif
seseorang
dengan berbagai pendapat orang lain, dan
5) membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen
yang berkaitan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1) Observasi
Dalam
penelitian
partisipatif
(Sanapiah
ini
dilakukan
dan
observasi
Faisal,
1990:79).
tak
observasi
berstruktur
Adapun
observasi
partisipatif yang dilakukan cenderung pasif, yaitu
dimana peneliti
tetap terlihat
sebagai peneliti/
pengamat di lingkungan masyarakat
dan
hanya
yang
kadang-kadang
memungkinkan,
'pengopraan'
lokasi
saja,
yaitu
misalnya
pada
(pembuatan kopra)
PIR-BUN
Hibrida
petani
di
pada
saat
kelapa
Desa
PIR-BUN,
kondisi
kegiatan
hibrida
di
Cimangeunteung.
Selain itu observasi yang dilakukan cenderung tidak
berstruktur,
yaitu
observasi
panduan yang dipersiapkan
fokus
observasi
dilakukan
tanpa
terlebih dahulu,
karena
berkembang
sewaktu
kegiatan
penelitian berlangsung (Sanapiah Faisal, 1990: 79) .
Adapun
adalah:
Hal-hal
kondisi
pekarangan,
kebun/desa,
yang
lokasi
lahan
diobservasi
kebun
pangan,
antara
tanaman pokok,
kondisi
jalan angkutan hasil,
jalan
lain
lahan
antar
perumahan petani
112
dan penduduk setempat,
kondisi perlengkapan petani
sesuai dengan kegiatan mereka sehari-hari,
dan
perilaku
masyarakat
verbal
dan
sehari-hari
pengelolaan
kebun
nonverbal
berkaitan
sampai
hasil
kegiatan
petani
dengan
kebun.
dan
kegiatan
Kesemuanya
ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga elemen utama
dalam
observasi
Sanapiah
sebagaimana
Faisal (1990 : 77)
(1) Lokasi/fisik
berlangsung
tempat
dikemukakan
yaitu:
suatu
(Kabupaten
oleh
situasi
Lebak
sosial
itu
umum,
dan
secara
Desa-Desa Lokasi Penelitian)
(2) Manusia-manusia
pelaku
atau
actors
yang
menduduki status/posisi tertentu dan memainkan
peranan-peranan
tertentu
non
aparat
petani
dan
(petani,
yang
masyarakat
berkaitan
dengan
kegiatan PIR-BUN Kelapa)
(3) Kegiatan
atau
lokasi/tempat
sosial
aktifitas
para
berlangsungnya
pelaku
suatu
di
situasi
(Kegiatan PIR-BUN Kelapa).
2) Wawancara
Wawancara
yang
mendalam
terhadap
responden
penelitian ini dapat dikategorikan menurut kategori
yang dibuat oleh Bruce L. Berg (1989:15-19)
atau
guided
sebagai
semistandardized
interview
semistruc-
tured interview,
meskipun kebanyakan wawancara di-
113
lakukan secara informal atau dikategorikan sebagai
unstandardized interview.
Unstandardized interviews
terutama dilakukan pada informan kunci atau respon
den
(terutama
pedalaman,
petani)
yang
bertempat
mereka yang bertempat
tinggal
tinggal
di
jauh dan
sarana transportasi amat terbatas dari jalan besar
ini,
sehingga
masyarakat
lain
cenderung
orang
mereka
jarang
luar
dari
tidak mudah
baru,
sehingga
daerahnya.
bersikap
untuk
'terbuka'
dilakukan
teknik wawancara
kan
dengan
pertanyaan-pertanyaan
kemudian digali
lebih jauh,
data
yang
sesuai
Wawancara
dan disesuai-
yang
sesuai
ini
terhadap
lebih
ini.
tak terstandardisir ini dikembangkan,
dengan
Mereka
mendapatkan
dibutuhkan pendekatan yang
untuk menggunakan
berhubungan
umum
dengan
untuk
situasi
yang terjadi dan tetap mengacu pada tujuan peneli
tian. Bruce L. Berg (1989:17) mengungkapkan bahwa:
unstandardized
when
interviews
researchers
respondents'
ethnics
are
life
cultures
styles,
or
are
useful
unfamiliar
with
religious
customs,
and
or
similar
attributes.
Douglas
chat',
untuk
atau
(1985)
'ngobrol-ngobrol'
menciptakan
peneliti
dengan
menggunakan
menyebutnya
"rapport'
informan
wawancara
jenis
yang
yang
atau
sebagai
'chit
dimaksudkan
baik
antara
responden.
Dengan
ini
peneliti
dapat
114
memperoleh
informasi
tambahan
mengenai
berbagai
gejala yang terobservasi dengan menanyakan langsung
pada partisipan (Bruce L. Berg,
1989:117).
Selain itu juga dipergunakan semistandardized
interview (Bruce L. Berg, 1989:117),
yaitu:
A
type
of
interview
involves
the
implementation
of
a
number
of
predetermined questions and/or special
topics.
These questions are tipically
asked to each interviewee in a systematic
and
consistent
interviewers
order,
but
sufficient
allow
the
freedom
to
digress; that is, the interviewers are
permitted (in fact expected) to probe far
beyond the answers to their prepared and
standardized questions.
Pertanyaan-pertanyaan
dalam
wawancara
ini,
dibuat dengan terlebih dahulu melakukan 'studi pendahuluan'
pertanyaan
ke
lokasi penelitian dengan maksud agar
yang
diajukan
relevan
dengan
masalah
yang memang ada di kalangan petani PIR-BUN sendiri,
maupun permasalahan yang dirasakan oleh aparat dan
masyarakat
setempat
mengenai
Pertanyaan dalam wawancara
melakukan
perbandingan
permasalahan/pertanyaan
kegiatan
PIR-BUN.
ini memungkinkan
jawaban
yang
yang ditanyakan adalah mengenai:
responden
sama.
untuk
terhadap
Permasalahan
115
(1) Sikap petani terhadap pelaksanaan program PIRBUN
a. Hak
dan
tanggung
jawab
dalam
melaksanakan
PIR-BUN
b. Pemeliharaan
tanaman
c. Pelaksanaan panen dan pemasaran
d. Penyuluhan
e. Penyelesaian kredit
(2) Dorongan
atau
motivasi
petani
menjadi
petani
PIR-BUN
Jawaban
responden
selain
beberapa responden dan
rupa
juga
ada
informan direkam dengan
menggunakan alat perekam,
sedemikian
dicatat
dan hal ini dilakukan
sehingga
jalannya
wawancara
tidak terganggu.
3) Pengumpulan Data Menggunakan Sumber Non-Manusia
Sumber
Pusat
data
Statistik
ini
Lebak
penelitian
terhadap
dilakukan
sebelumnya,
antara
lain
maupun
masalah
Jawa
PIR-BUN
dari
Biro
Barat,
hasil
yang
telah
dokumen-dokumen
lainnya
khusus mengenai kegiatan PIR-BUN dan juga data dari
Organisasi dan Lembaga Pemerintahan setempat.
Data
juga
sekunder
mempunyai
ini
kegunaan
melengkapi
dalam
informasi
rangka
dan
triangulasi
dan "dapat memperkaya konteks permasalahan mengenai
116
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan' program PIRBUN ini sendiri (Sanapiah Faisal,
1990 : 82).
2. Responden Penelitian
Responden penelitian terdiri dari:
1) Petani
PIR-BUN
Bantarjaya
dan
kelapa
hibrida
di
wilayah
Petani
PIR-BUN
kelapa
Site
Sawit
di
hibrida
di
wilayah Site Kertaraharja.
2) Masyarakat
sekitar
PIR-BUN
kelapa
wilayah Site Bantarjaya dan PIR-BUN kelapa Sawit di
wilayah Kertaraharja.
3) Aparat dari
lembaga-lembaga formal
dan
non formal
di sekitar PIR-BUN kelapa hibrida dan kelapa sawit
di wilayah Site Bantarjaya dan Site Kertaraharja.
3. Teknik-Teknik
Memperoleh
Tingkat
Kepercayaan
Hasil
keterpercayaan/kebenaran
hasil
Penelitian
Untuk
penelitian
teknik
menjamin
kualitatif
untuk
transferbilitas,
ini,
maka
mencapai
standar
dependabilitas
menurut Lincoln dan Guba,
digunakan
dan
beberapa
kredibilitas,
konfirmabilitas
seperti yang diungkap oleh
Sanapiah Faisal (1990:31-34).
Untuk
diperoleh
mempertahankan
dalam
penelitian,
kebenaran
maka
informasi
dilakukan
yang
beberapa
117
prosedur dalam tahap berikutnya sebagai berikut:
a. Memperpanjang waktu penelitian,
114-118)
waktu
ini
yang
satu
sedianya
bulan
dilakukan
akan
(S. Nasution,
1988:
dilaksanakan
dalam
setengah menjadi
dua
bulan.
karena peneliti mengalami
bahasa pada petani
Hal
kesulitan
PIR-BUN yang bertempat
tinggal
di "pedalaman", maka peneliti mengadakan pendekatan
pada
penterjemah
setempat
peneliti mengambil
data,
untuk
dapat
membantu
oleh karena itu peneliti
memerlukan waktu dan responden lebih
banyak
untuk
peneliti
juga
meyakinkan hasil temuan.
b. Selain
melakukan
melakukan
suatu
triangulasi
informasi.
sesama
member
petani
check
untuk
meyakinkan
Triangulasi
PIR-BUN,
ini
kebenaran
dilakukan
maupun
dengan
antar
aparat
setempat. Aparat ini terdiri dari tokoh masyarakat,
petugas
bina
tani
dan
Penilik
aparat dari Disbun dan TP3D,
Dikmas
setempat,
dan juga kepala desa
ataupun Camat.
c. Untuk memperoleh kredibiltas dan reliabilitas dari
penelitian ini diupayakan dengan audit trial,
yang
akan merupakan tahap dependabilitas dan konfirmabilitas
an
(Nasution,1988:119). Audit trial ini dilakuk
untuk
Peneliti
menjamin
memeriksa
kebenaran
kembali
hasil
secara
penelitian.
cermat
seluruh
118
proses penelitian, sejak pengumpulan data, analisis
data,
berdasarkan rekaman hasil wawancara,
penulis
an hasil wawancara, yang dilanjutkan dengan analis
is hasil penelitian. Pemeriksaan ini juga dikonfirmasikan dengan teman sejawat dan dosen pembimbing.
4. Tahapan Kegiatan Penelitian
Penelitian
siklus
yang
kualitatif
dapat
tahapan
yang
Faisal,
1990:45).
ini
prosesnya
diidentifikasikan
berlangsung
dalam
'ulang-alik'
Adapun
berbentuk
tiga
(Sanapiah
Langkah-langkah
dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Advance Tahap I (9 Agustus 1993 - 14 Agustus 1993)
Melakukan orientasi/eksplorasi secara meluas,
dan
menyeluruh
permukaan.
yang
tingkatnya
masih
seperti
Informasi
observation
dalam
tape
Penilik
yang
diperoleh
dan
Sanapiah
recorder
Dikmas
grand
Faisal,
dan
kelapa.
grand
questions
1990:157)
Informasi
Kepala
dari
tour
foto-foto
beberapa orang
dan
di
kondisi
transportasi dan perumahan PIR-BUN,
kebun
bersifat
Hal ini dilakukan dengan mengobservasi
dan mewawancarai penduduk setempat,
aparat,
umum
lain
Desa.
tour
(Spradley
rekam
sarana
dengan
jalan
maupun kondisi
diperoleh
dari
dokumen-dokumen mengenai PIR-BUN. Hasil tahap I ini
119
digunakan untuk menyusun alat ukur berupa pedoman
wawancara dan observasi.
b. Advance Tahap II (13 September 1993 - 16 September
1993)
Pada
tahap berikutnya,
dilakukan pengurusan
surat
ijin penelitian di kantor Sospol Kabupaten Daerah
Tingkat II Lebak (Surat Ijin terlampir). Melakukan
pendekatan
(camat
lebih
dan
Ianjut
kepala
pada
desa)
tokoh maupun
di
lokasi
aparat
penelitian.
Adapun Lokasi Pengambilan data adalah:
(1) Kecamatan Rangkasbitung (Kelapa Hibrida)
a.
Desa Cimangeunteung
b. Desa Sangjangtanjung
(2) Kecamatan Banjarsari
(Kelapa Sawit)
a. Desa Bojongjuruh
b. Desa Leuwiipuh
(3) Kecamatan Panggarangan
Desa
Sindangratu
(Kelapa Sawit)
dari
masing-masing
daerah
dilakukan.
a. Tahap
Persiapan Lapangan
(16
Agustus
1993
-
10
September 1993).
Selain kegiatan tersebut,
tenaga lapangan.
juga dilakukafi persiapan
Dari 20 orang peminat,
diseleksi
dengan melakukan wawancara mengenai latar belakang
120
pendidikan dan minat terhadap masalah sosial. Hasil
seleksi diperoleh 16 orang tenaga lapangan.
tenaga
lapangan
ini
diberikan
Ke 16
pelatihan
dengan
tujuan membekali mereka dalam hal :
(1) Latar belakang dan tujuan penelitian
(2) Kemampuan melakukan wawancara dan observasi
(3) Isi dan tujuan alat ukur (pedoman wawancara)
(4) Gambaran kondisi lokasi pengambilan data
(5) Uji
coba pengambilan
alat
ukur
berupa
data dengan
pedoman
menggunakan
wawancara
dan
observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
Pelatihan tenaga lapangan
ini
dilakukan
dalam
4
kali pertemuan.
b. Pelaksanaan Pengambilan Data.
Tahap
berikutnya
adalah
pelaksanaan
pengambilan
data yang berlangsung dalam 2 tahap yaitu selama
bulan September dan bulan Oktober 1993. Pelaksanaan
pengambilan
data
itu
sendiri
dengan
melakukan
eksplorasi terfokus sesuai dengan tujuan peneliti
an.
Observasi
dan
wawancara
dilakukan
terhadap
domain-domain yang menjadi fokus penelitian. Metoda
yang digunakan adalah observasi dan wawancara dalam
kegiatan petani PIR-BUN dan masyarakat di sokitar-
nya. Hasil pengamatan dan wawancara langsung dianalisis guna menemukan pertanyaan-pertanyaan yang
121
akan
diajukan
responden
dalam pertemuan
lain.
Dari
berikutnya
informasi
yang
dengan
diperoleh
dibuat kesimpulan sementara dan hipotesis yang akan
dijadikan bahan rekomendasi hasil penelitian ini.
Gambaran kronologis pengambilan data adalah sebagai
berikut:
TABEL 1.3.
JUMLAH RESPONDEN YANG DIPEROLEH
Tanggal
17-9-93
18-9-93
Perolehan
Lokasi
P
M
A
Desa Cimangeunteung
Desa Sangjangtanjung
12
5
4
34
13
4
Desa Cimangeunteung
14
6
5
Desa Sangjangtanjung
36
14
6
96
38
19
Jumlah
19-9-93
PINDAH LOKASI
20-9-93
Desa Bojongjuruh
Desa Leuwiipuh
Desa Sindangratu
12
9
5
2
3
1
24
10
4
Desa Bojo
UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI
PESERTA PIR-BUN
Dl KABUPATEN DT. II LEBAK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
Marisa Fransiska M.
9032220/XXII-14/S2
BIDANG STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1995
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimblng I
(Prof.f.Pr.H
Dr. H.D. Sudjana, M.Ed.)
Pembimbing
(Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja)
ABSTRAK
Salah satu upaya pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan masayarakat pedesaan di Kabupaten Lebak Jawa
Barat adalah dengan mengikutsertakan masyarakat dalam
program PIR-BUN kelapa yang telah dikembangkan sejak
tahun 1981. Tanggung jawab pembinaan dilakukan oleh PTP
sebagai sumber belajar dan petani sebagai
dengan
menjadi
buruh
yang
diupah
warga belajar
oleh
PTP,
karena
sebelum dilakukan konversi, lahan masih menjadi tanggung
jawab
PTP.
Kepedulian pendidikan luar sekolah mengenai proses
pemberdayaan petani PIR kelapa di Kabupaten Lebak Jawa
Barat lah yang melatarbelakangi penelitian ini. Adapun
yang akan diteliti adalah motivasi, proses pembinaan,
hasil belajar>/binaan, serta dampak dari pembinaan PTP
terhadap petani maupun masyarakat setempat.
Pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik
wawancara dan observasi dilakukan terhadap 362 orang
responden, yang terdiri dari petani PIR-BUN kelapa,
masyarakat setempat non petani PIR-BUN kelapa serta 39
orang aparat PTP dan PIR-BUN dan pemerintah setempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi petani
saat ini adalah mempertahankan lahan untuk warisan anak
cucu dan bukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pembinaan mengenai keterampilan menanam dan memelihara
tanaman
ceramah
kelapa
dengan
dilaksanakan dengan metoda belajar
menggunakan gambar-gambar dan juga
belajar
partisipatif
di
lapangan
selama
masa
pra
konversi. Pengetahuan mengenai penanganan hama diberikan
dalam
bentuk
penyuluhan
berkala
di
balai
desa.
Penyuluhan untuk mengatasi masalah adalah dengan cara
demonstrasi di tempat kejadian. Sedangkan pembinaan
motivasi dan sikap belum menjadi perhatian. Keterampilan
menanam, memelihara tanaman kelapa serta pengetahuan
mengenai cara-cara menangani
hama merupakan hasil
belajar yang diperoleh para petani selama mengikuti
progam PIR-BUN.
Dampak umum dari pemberdayaan melalui
wahana PIR-BUN adalah bertambahnya wawasan/pengetahuan
mengenai nilai uang serta kesempatan masyarakat untuk
mencari
secara
pemenuhan
lebih
kebutuhan
ekonomi
di
mudah, dengan adanya sarana
luar
daerah
transportasi
lebih baik.
Kesimpulan
penelitian
ini
adalah,
bahwa
dalam
memberdayakan masyarakat pedesaan, pembinaan sikap serta
Hi
motivasi
perlu
menyertai
pembelajaran
dalam
hal
keterampilan dan pengetahuan. Oleh karena itu sebagai
rekomendasi
disusun
suatu
model
pelatihan
dengan
menggunakan pendekatan belajar yang diharapkan dapat
menumbuhkan rasa memiliki serta kesadaran yang menunjang
terbentuknya sikap positif dan motivasi yang sesuai
untuk petani PIR-BUN tersebut.
IV
DAFTAR I SI
Halaman
ABSTRACT
i
ABSTRAK
Ill
KATA PENGANTAR
V
UCAPAN TERIMA KASIH
X
DAFTAR ISI
XV
DAFTAR BAGAN
BAB I
xix
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Penelitian
1
B.
8
Perumusan dan Batasan Masalah
C. Definisi Operasional
BAB II
9
D. Kerangka Pemikiran
12
E. Maksud dan Tujuan Penelitian
16
F. Kegunaan Penelitian
17
G.
Metode Penelitian
18
H.
Lokasi
18
I.
Responden Penelitian
PENDIDIKAN
Penelitian
LUAR
19
SEKOLAH
DALAM
RANGKA
PROGRAM PERUSAHAAN INTI RAKYAT-PERKEBUNAN
2C
A.
Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ...
21
1. Sejarah Pendidikan Luar Sekolah ...
21
2. Konsep-Konsep
Pendidikan
Sekolah
Luar
25
xv
3. Proses
"Pemberdayaan"
dalam
Pendidikan Luar Sekolah
B.
Keterkaitan
Luar
antara
Sekolah
31
Asas
dengan
Pendidikan
Pengembangan
Masyarakat
40
1. Pengembangan
Masyarakat
Ditinjau
dari Segi Sistem
2. Pengembangan
44
Masyarakat
Ditinjau
dari Segi Gerakan
3. Pengembangan
50
Masyarakat
Ditinjau
dari Segi Proses
C.
Peran
Pendidikan
50
Luar
Sekolah
dalam
Proses Adopsi dan Penyebaran Inovasi..
D.
Pendidikan
Luar
Sekolah
dalam
Proses
Pemberdayaan
E. Pendidikan
58
Luar
Sekolah
dalam
Rangka
Pemberdayaan Petani PIR-BUN
1. Pengertian
Program
Perusahaan
73
Inti
Rakyat
2. Tujuan
76
Program
Perusahaan
Inti
Rakyat
3. Pembinaan
50
76
Petani
Perusahaan
Inti
Rakyat
77
4. Konversi
85
5. Pasca Konversi
86
XVI
F.
Program
PIR-BUN
di
Kabupaten
DT.
II
Lebak
90
1. Gambaran
Umum
Kabupaten
DT.
II
Lebak
90
2. Latar Belakang PIR-BUN di Kabupaten
DT.
BAB III
II Lebak
98
105
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
105
B. Pengambilan Data
107
1. Tehnik Pengumpulan Data
107
2. Responden Penelitian
116
3. Teknik-Teknik
Memperoleh
Tingkat
Kepercayaan Hasil Penelitian
4. Tahapan Kegiatan Penelitian
BAB.
IV
116
118
123
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dinamika Kegiatan PIR-BUN di Kabupaten
DT II Lebak
1. Site
123
Kertaraharja
dengan
Komoditi
Kelapa Sawit
2. Site
123
Bantarjaya
dengan
Komoditi
Kelapa Hibrida
B.
132
Tinjauan Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program PIR-BUN
XVII
14 6
1. Motivasi
yang
Mendasari
Keikut-
sertaan Petani
2. Pembinaan
Petani
146
Serta
Proses
Belajar
Peserta PIR-BUN
148
3. Hasil Belajar yang Diperoleh Petani
154
4. Manfaat serta Dampak yang Diperoleh
Petani
BAB.
V
PIR-BUN
156
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
159
A.
163
Asesmen
Permasalahan
B. Pelatihan Pendekatan Belajar
1. Metode dan Materi
2. Metode
Pelatihan
Pelatihan
C.
Pemantauan
D.
Evaluasi
167
Pelatihan
Secara
Keseluruhan
167
168
:
-
164
166
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
164
Surat Izin Penelitian
- Daftar Pedoman Wawancara
XVIII
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1
Bagan 2.1
Unsur
dalam
Sistem
Pengembangan
Masyarakat pada Kegiatan PIR-BUN
14
Proses Munculnya Tindakan
71
XIX
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Balakang Penelitian
Delapan puluh persen penduduk Indonesia, hidup di
pedesaan.
Pada umumnya mereka lambat dalam memahami dan
ikut serta mengolah
pembangunan.
informasi guna berpartisipasi dalam
Tingkat perolehan
pendidikan yang
relatif
rendah serta pengaruh tradisi (adat istiadat) seringkali
mempersulit
ningkatan
Namun
taraf
disadari
yang pada
atau
upaya
pemerintah menjamah mereka
hidup
pula
bahwa
potensi
umumnya hidup dari
perkebunan,
mensejahterakan
Indonesia
masyarakat
perlu
kehidupan
ini.
Upaya
pedesaan
warga
pedesaan
lahan pertanian
diaktualkan
terbanyak
meningkatkan
pe-
tersebut.
masyarakat
mengolah
lebih
demi
untuk
dari
bangsa
kesejahteraan
masyarakat pedesaan tidak hanya meliputi kemampuan baca,
tulis
dan
kebutuhan
berhitung,
hidup
namun
sehari-hari
sesuai
mereka
dengan
hendaknya
keterampilan praktis dalam mengelola lahan,
upaya
meningkatkan
komoditi
tuntutan
memiliki
sampai pada
pertanian/perkebunan
dalam
rangka menunjang kemajuan dalam Arah Pembangunan Jangka
Panjang Kedua.
Pembangunan mencakup pengembangan kapasitas sumber
daya manusia untuk menentukan masa depan manusia,
baik
sebagai pribadi, sebagai masyarakat maupun^sebagai bang
sa. Dalam PJP II dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat
pedesaan
perlu
pengembangan
iklim
yang
terus
sumber
ditingkatkan
daya
mendorong
manusia,
tumbuhnya
terutama
termasuk
prakarsa
melalui
penciptaan
dan
swadaya
masyarakat pedesaan untuk berproduksi serta mengolah dan
memasarkan
ciptakan
hasil
produksinya.
lapangan
kerja.
Hal
ini
Dengan
sekaligus
demikian
men-
masyarakat
pedesaan makin mampu mengerahkan dan memanfaatkan sumber
daya alam serta potensi personal maupun
ada
guna
meningkatkan
taraf hidup
komunitas yang
mereka
secara
kese
luruhan.
Tujuan
utama yang
ingin
dicapai
dari
pembangunan
yang berwawasan komunitas adalah peningkatan aktualisasi
potensi-potensi
tercapainya
sumber
upaya
pula
yang
optimal.
masalah
terdidik
dan
Untuk
dibutuhkan
sumber daya
keikutsertaan
menanggulangi
masyarakat
yang
tersebut,
daya manusia dan
dibutuhkan
dalam
kemanusiaan
alam
masyarakat
yang
bukan
.hanya
saja,
tetapi
sebagai
dihadapi
terlatih
dapat
untuk
basis
bersama,
mengatasi
masalah secara bersama-sama dan keaktifan lembaga dalam
mengoptimalkan
sarana
dan
prasarana
demi
kepentingan
masyarakat setempat.
Pendidikan sebagai
salah
satu
upaya
subsistem pembangunan merupakan
mengentaskan
kemiskinan
yang
dialami
masyarakat
desa.
Pendidikan dan
tidak
dapat
dipisahkan.
lagi
Astrid
pokok
Susanto
untuk
(1984:114)
meningkatkan
pengentasan
Hal
ini
sebagai
taraf
dikemukakan
berikut:
hidup
kemiskinan
oleh
"Pemikiran
masyarakat
yang
hidup di bawah garis kemiskinan melalui pendidikan ialah
karena asumsi bahwa melalui pendidikan bagi masyarakat
miskin
terbukalah
kesempatan
baru
memberi
penghasilan
yang lebih tinggi".
Menurut Undang-Undang RI No.
Pendidikan
Nasional
pasal
10
2 tahun 1989 tentang
ayat
1;
pendidikan dilaksanakan melalui dua
"Penyelenggaraan
jalur,
yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah".
Pendidikan
sekolah
meningkatkan
status
Luar
dipandang
Sekolah
tidak berhasil
penduduk
miskin,
sebagai
upaya
secara
maka
langsung
Pendidikan
alternatif
untuk
memberikan kesempatan peningkatan status kehidupan bagi
(W. P.
mereka
Undang
Napitupulu,
Republik
Indonesia
1979).
Nomor
Berdasarkan
2
tahun
1989
Undangtentang
Sistem Pendidikan Nasional, maka pendidikan luar sekolah
memiliki
bangsa.
peran
Makna
yang
yang
tersebut
menunjukkan
mempunyai
fungsi
kualitas
lebih
utama
luas
terkandung
bahwa
untuk
dalam
dalam
pendidikan
membina
sumber daya manusia di
lembaga dan keluarga.
di
dan
pendidikan
Undang-Undang
luar
sekolah
meningkatkan
lingkungan masyarakat,
Salah
didikan
satu
luar
pengembangan
asas
yang
sekolah
mendasari
adalah
masyarakat.
kaitan
erat
dengan
luar
relevansi
dengan
ini
berkaitan
dengan
sekolah yang
kepentingan
dan
laju
mengandung
rupakan
arti
pendekatan
bahwa pendidikan
dasar
dalam
mempunyai
pembangunan
masyarakat dalam rangka pembangunan bangsa.
ini
pen
asas
Asas
program-program pendidikan
perkembangan
Kaitan erat
luar
sekolah
pengembangan
me-
masyarakat
sekaligus sebagai bagian penting dari program pembangun
an masyarakat (Sudjana,
Pendidikan
luar
1989:
3).
sekolah
dapat
berperan
dalam
pengembangan masyarakat dalam hal:
1) Menumbuhkan
upaya
kesadaran
mereka
imbalan yang
masyarakat
untuk membebaskan
rendah,
dan
tentang
diri
adanya
dari
pentingnya
kebodohan,
ketidakadilan
dalam
masyarakat.
2) Membantu masyarakat untuk hidup berorganisasi sehing-
ga mereka dapat mempelajari keadaan kehidupannya ser
ta
menjajagi
berbagai
kesempatan
di
sekelilingnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup mereka.
3) Bekerja
sama
dengan
mengidentifikasikan
lingkungan
masalah
prasarana
masyarakat
sosial
1989:128-129).
organisasi
agar
ekonomi
masyarakat
sosial,
mereka
yang
politik,
dalam
dan
dapat
memecahkan
dihadapi
(Sudjana,
Berdasar
uraian
di
atas
maka
upaya
pengembangan
masyarakat ini lebih merupakan suatu proses pemberdaya
an. Proses tersebut merupakan suatu gerakan berupa usaha
yang
dilakukan
secara
sadar,
yang diselenggarakan oleh,
Hal
bertujuan
ini
sistematis,
untuk,
mengubah
dan
terarah,
dan dalam masyarakat.
taraf
kehidupan
mereka
sendiri ke arah yang lebih baik.
Upaya
mengubah
dilakukan
tindakan
modal,
bunga
melalui
ekonomis
pinjaman
atau
taraf
hidup
berbagai
macam
dengan
dengan
seperti
Bantuan Presiden
cara
bunga
yang
tindakan
dapat
misalnya
memberi
bantuan
rendah,
pinjaman
dilakukan
(Banpres).
masyarakat
pemerintah
berupa
tanpa
dengan
Namun bantuan berupa modal
tersebut tidak akan secara langsung meningkatkan taraf
hidup
masyarakat".
Kemampuan
masyarakat
untuk
mengolah
modal tersebut menjadi hal penting yang akan menentukan
pemanfaatan
bantuan
dan
pengembangan
tersebut
hidup mereka.
diberikan
benar-benar
modal
dapat
tersebut
sehingga
meningkatkan
taraf
Tampaklah bahwa selain bantuan modal yang
pada
masyarakat,
maka
perlu
pula
diberikan
kemampuan atau keterampilan mengelola bantuan tersebut.
Tugas
memampukan
mengelola
berswadaya
bantun
dalam
dan
menjadikan
modal
agar
memperbaiki
mereka
mereka
taraf
terampil
akhirnya
hidup
merupakan kepdulian pendidikan luar sekolah.
dalam
mampu
mereka
Salah
masyarakat
mereka,
satu
bentuk
pedesaan,
adalah
bantuan
guna
sejumlah
yang
diberikan
meningkatkan
lahan
di
taraf
sekitar
pada
hidup
perkebunan
kelapa milik PTP. Lahan pekarangan tersebut boleh mereka
miliki melalui pembayaran kredit berdasarkan hasil yang
mereka peroleh dari pengelolaan lahan tersebut. Di lahan
tersebut mereka harus menanam kelapa sawit atau hibrida
sesuai dengan cara-cara yang sudah dilakukan oleh PTP di
lahan
perkebunan
memanfaatkan
inti.
bantuan
Agar
ini
masyarakat
mampu
mengelola
dengan cara-cara yang baik dan benar,
dilakukan
pembinaan
masyarakat
pedesaan
yang
berminat
lahan
sesuai
maka pada mereka
oleh
PTP.
Proses
pembinaan
inilah
yang
menjadi
kepedulian
pendidikan luar sekolah.
Pemberian
bantuan
dengan
dana
Bank
Dunia
serta
pembinaan masyarakat pedesaan menjadi petani yang mampu
meningkatkan
taraf
hidupnya
melalui
pengelolaan
lahan
perkebunan kelapa dikenal dengan Program Perusahaan Inti
Rakyat Perkebunan atau (PIR-BUN) kelapa.
Dalam
penelitian
ini
akan
diamati
kegiatan
pembinaan masyarakat yang menjadi petani PIR-BUN sebagai
suatu
kancah
pendidikan
luar
sekolah
memberdayakan
masyarakat
pedesaan.
dalam
Selain
rangka
kegiatan
pembinaan tersebut juga akan ditelaah mengenai potensi-
potensi
apa
yang
sebenarnya
mereka
miliki,
selain
keadaan diri mereka sendiri,
mereka yang
sebenarnya
juga keadaan di sekeliling
tanpa
mereka
sadari
menghambat
produk
perkebunan
proses pemberdayaan itu sendiri
Kelapa
Indonesia
sawit
yang
termasuk
ditanam
sedikit
dalam
perkebunan
besar.
Dalam
waktu 10 tahun produksi kelapa sawit berhasil dinaikkan
dari 182 ton menjadi 434.000 ton. Pertumbuhan tahunannya
di
atas
13%.
Kenaikan
produksi
yang
bukan dicapai melalui perluasan areal,
peningkatan hasil per hektar
Dengan
demikian
berperan
melalui
amat
maka
program
sumber
Pengembangan
PIR-BUN
ini
besar
ini
melainkan melalui
(Ulrich Planck,
kualitas
besar.
sangat
1993:101).
daya
manusia
masyarakat
termasuk
petani
dalam
upaya
penyadaran peran mereka sebagai aktor utama dalam proses
pembangunan
perkebunan
yang
juga
akan
meningkatkan
dan
keterampilan
kesejahteraan mereka selanjutnya.
Selain
petani
peningkatan
pengetahuan
juga perlu diperhatikan pembentukan atau bahkan
mengubah sikap mereka serta menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi mereka sebagai petani yang tidak hanya bersifat
subsisten, tetapi menjadi lebih mandiri.
Peneliti
kebutuhan
merasa
yang
tertarik
mendasari
untuk
meneliti
keikutsertaan
program PIR-BUN atau dengan kata lain,
mengenai
petani
dalam
motivasi petani
peserta PIR-BUN dalam keterlibatan mereka sebagai petani
8
peserta
PIR-BUN,
mereka serap
apa
saja
(adopsi),
yang mereka
pelajari
baik pengetahuan,
dan
keterampilan
atau nilai-nilai tertentu selama mengikuti program PIR-
BUN
ini.
Bagaimana
proses
pembinaan
yang
dilakukan
terhadap masyarakat petani ini dan pada akhirnya sejauh
mana dampak atau pengaruh yang ada pada petani peserta
maupun masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan
hasil
wawancara
terhadap
aparat
pemerintah daerah di Kabupaten Tingkat II Lebak, setelah
berjalan
kurang
lebih
sepuluh
tahun,
tampak
bahwa
masyarakat petani PIR-BUN tidak dapat memenuhi target
pendapatan yang
telah ditetapkan oleh program
PIR-BUN
sendiri. Artinya kesejahteraan masyarakat yang diharap
kan dapat meningkat
belum
tercapai
melalui
sampai
saat
program
PIR-BUN,
penelitian ini
ternyata
dilakukan
(setelah lebih kurang 10 tahun PIR berjalan).
Berbagai
upaya
pembinaan
dan
bantuan
telah
dilakukan dari pihak pemerintah daerah, namun kurang ada
tanggapan positif dari para petani.
B.
Peruxmisan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah
yang
menjadi
sebagai
dapat
fokus
berikut:
penelitian
"Bagaimana
memberdayakan
petani
ini
dapat
pendidikan
peserta
dirumuskan
luar
program
sekolah
PIR-BUN".
Secara lebih rinci maka rumusan masalah tersebut
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan
yang akan
- Apa
dapat
(pokok) penelitian
menjadi batasan masalah sebagai berikut:
motivasi
dan
kebutuhan
petani
(input)
untuk
menjadi petani peserta PIR-BUN.
- Apa saja hasil belajar yang diperoleh petani dari
pembinaan
yang
dilakukan
PTP
dalam
rangka
keterlibatan mereka sebagai petani PIR-BUN (output)
- Bagaimana
pembinaan
serta
dialami oleh para petani
proses
belajar
selama mengikuti
yang
program
PIR-BUN (proses)
- Apa pengaruh atau dampak yang ada pada para petani
PIR-BUN
setelah
mengalami
pembinaan
dari
PTP
(impact/outcome)
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas
akan mencerminkan proses pengembangan masyarakat sebagai
suatu
sistem
unsur-unsur
pendidikan
sistem pada
luar
sekolah
umumnya yaitu
yang
melibatkan
masukan
mentah,
proses, masukan lingkungan, masukan sarana, dan keluaran
beserta dampaknya.
C.
Definisi Operational
Untuk
dalam
memperjelas
penelitian
operasional
dari
ini,
dan
maka
beberapa
membatasi
perlu
istilah
masalah-masalah
diberikan
pokok
yang
definisi.
secara
10
khusus diartikan dalam kaitannya dengan penelitian ini,
yaitu:
1. Pendidikan luar sekolah;
adalah kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh pihak PTP melalui para penyuluh
dan kelompok bina taninya,
terhadap
petani
belajar.
Kegiatan
rangka
peserta
PIR-BUN,
pembinaan
memberdayakan
menyangkut
sebagai sumber belajar,
para
ini
sebagai
warga
dilakukan
dalam
petani
dan
tidak
hanya
peningkatan pengetahuan
dan
keterampilan
dalam mengolah tanaman kelapa saja, tetapi lebih pada
motivasi serta sikap mereka dalam meningkatkan taraf
hidup melalui sarana PIR-BUN.
2. Motivasi
diri
petani;
petani
yaitu hal-hal
yang
membuat
yang
mereka
terdapat
tergerak
pada
untuk
melibatkan diri dalam program PIR-BUN tersebut.
Hal-
hal
atau
tersebut
dapat
berupa
kebutuhan,
harapan
keinginan-keinginan yang bersifat psikologis,
bersifat
materi.
Yang
dimaksud
dengan
maupun
kebutuhan
psikologis adalah kebutuhan untuk diakui pada status
tertentu.
untuk
Sedangkan kebutuhan materi
pemenuhan
kebutuhan
hidup
rangka meningkatkan taraf hidup
3. Hasil
belajar;
mengikuti
merupakan
program
PIR-BUN.
lebih ditujukan
sehari-hari
dalam
mereka.
perolehan
Perolehan
petani
ini
setelah
terlihat
11
dari adanya perubahan dalam hal sikap,' tingkah
dan
motivasi.
Sikap
baik dalam hal
dan
tingkah
laku
ini
laku
tercermin
pengetahuan mengenai penanaman,
peme-
liharaan, panen sampai pengolahan hasil panen dan pemasaran.
rasa
Pengetahuan ini tentu disertai
(afek)
senang
keterampilan
mereka
atau
(psikomotor)
memelihara
dan
tidak
yang
mengolah
keterlibatan
senang
dan
juga
terlihat
dari
cara
kebunnya.
Sedangkan
motivasi terlihat dari tergeraknya mereka untuk tetap
menjadi
petani
bersifat
peserta
instrisik,
PIR-BUN.
tetapi
Motivasi
dapat
pula
ini
faktor
dapat
luar
diri petani yang menggerakkannya.
4. Proses belajar;
interaksi antara petani,
yang
dalam
penelitian ini di lihat sebagai warga belajar dengan
aparat
(dari
pihak
daerah setempat)
PTP
maupun
aparat
sebagai sumber belajar,
pemerintah
dalam pembi
naan yang merupakan proses pembelajaran untuk menca-
pai
tujuan
PIR-BUN.
Interaksi
ini
merupakan
upaya
pembinaan dan penyuluhan mulai sejak saat penanaman,
pemeliharaan
konversi,
sebelum
pada
saat
konversi,
panen
pemeliharaan
dan
pengelolaan
setelah
pasca
panen.
5. Dampak;
hasil
atupun
pengaruh
utama sebagai petani PIR-BUN.
ini
dapat
dirasakan
oleh
lain
di
luar
tujuan
Hasil ataupun pengaruh
petani
maupun
masyarakat
12
setempat
(yang
kegiatannya
tidak
sebagai
laku
ataupun
PIR-BUN
ada.
Hasil
artinya
merugikan
baik
kaitan
petani
tingkah
positif,
ada
PIR-BUN)
keadaan
dan
langsung
fisik
pengaruh
petani
peserta
baik
sikap,
daerah
sebelum
ini
menguntungkan,
dengan
dapat
saja
atau
sebaliknya
maupun
lingkungan
daerah tersebut.
D.
Kerangka Pemilciran
Pendidikan luar sekolah memiliki kepedulian terhadap
masyarakat
yang
tidak
memiliki
kesempatan
mengkuti
pendidikan formal yang memadai
untuk memenuhi tuntutan
hidup
Upaya
yang
sekolah
terus
dalam
rangka
berdiri sendiri,
sendiri,
meningkat.
pendidikan
memberdayakan
luar
masyarakat
dapat
artinya memiliki aturan dan organisasi
tetapi dapat pula terkait dengan lembaga lain
yang sudah ada.
Dalam
penelitian
keterkaitan
antara
ini,
peneliti
unsur-unsur
berupaya
dalam
pendidikan
sekolah dengan kegiatan yang dilakukan oleh
terhadap petani peserta PIR-BUN.
pendidikan
luar
penyuluhnya
dilihat
petani
peserta
kegiatan
sekolah,
sebagai
PIR-BUN
pembinaan
yang
Menurut
titik pandang
PTP
sumber
belajar
warga
dilakukan
dengan
para
sedangkan
belajar.
pihak
luar
pihak PTP
pihak
adalah
mengkaji
PTP,
Melalui
petani
13
dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka
dalam
mengolah
Proses
tanaman
pembinaan
ini
kelapa
tentu
sawit
saja
ataupun
akan
hibrida.
menambah
pula
sekolah
sama
wawasan petani sebagai warga masyarakat.
Unsur-unsur
dengan
dalam
unsur-unsur
sekolah,
pendidikan
yang
luar
terdapat
dalam
pendidikan
perbedaannya terletak terutama pada
kegiatan
program pendidikan yang langsung dintegrasikan ke dalam
gerakan pembangunan masyarakat,
dengan adanya dua unsur
tambahan yaitu masukan lain (other input)
(impact)
(Sudjana, 1991; 31). Bila dilihat menurut bagan
sistem yang
terdiri
umum,
dari
maka masukan
unsur-unsur
input
dan
environmental
input.
Sedangkan
sebagai
keluaran
konteks
yang
penelitian ini
khusus
mentah,
proses,
dan
dapat
sarana
atau
impact
dapat
atau
dilihat
diartikan dalam
lebih
nyata.
Dalam
keterkaitan antara unsur-
masukan
keluaran
tersebut
lingkungan
yang telah
ingin dilihat
masukan
sarana,
masukan
(outcome)
lebih
lain
masukan
instrumental
unsur
dan pengaruh
serta
lingkungan,
pengaruh
atau
masukan
impact
dalam upaya pemberdayaan petani melalui sarana kegiatan
PIR-BUN,
Bagan
menurut sudut pandang pendidikan luar sekolah.
1.1.
dibuat
dengan
maksud
menggambarkan
keterkaitan antara unsur-unsur dalam penelitian ini
14
MASUKAN SARANA
-
PTP dan Pabrik
•
Kebun Plasma
• Transportasl
•
Dana/Modal
!'
MASUKAN MENTAH
PROSES
KELUARAN
• Pengetahuan
Petani PIR-BUN
•
Mottvasi
•
Kebutuhan
IMPACT/OUTCOME
Pembinaan Petani
Oleh pihak PTP
• Sikap
• Pengetahuan
• Keterampilan
• Taraf Hidup
• KeterampNan
• Partisipasi Masyarakat
• Sikap
• Pengembangan Ling
kungan dan Masyarakat
• Wawasan
• Pembelajaran pada
Orang Lain
• Motivasi Lanjutan
• Wawasan
MASUKANLJNGKUNGAN
* Geografl
Kab. DT.H Lebak
•
Kondlsl Sosial-
Ekonomi Budaya
•
Pemerintah Daerah
• Gapoktan
Bagan 1.1.
Unsur
dalam Sistem
Pengembangan
Masyarakat
pada Kegiatan PIR-BUN
Berdasarkan
Bagan
1.1.,
kegiatan
pendidikan
luar
sekolah yang diintegrasikan ke dalam gerakan pembangunan
masyarakat
petani
yang
terlibat
dilihat
sebagai
berikut;
masukan
mentah
adalah
penelitian
ini
Dalam
Warga
para
akan
dalam
belajar
petani
PIR-BUN
yang
perserta
ditelaah mengenai
dapat
merupakan
PIR-BUN.
kebutuhan
yang mendasari keikutsertaan mereka sebagai peserta PIR-
BUN,
motivasi,
petani tersebut.
serta
latar
belakang
pendidikan
para
15
Masukan Lingkungan terdiri dari geografi Kabupetan
DT
II
Lebak,
iklim,
baik
keadaan
letak
alam,
geografis
yang
mempengaruhi
serta lokasi antar daerah yang
mencakup keadaan sosial ekonomi serta budaya yang akan
mempengaruhi proses pembinaan para warga belajar (petani
PIR-BUN).
Selain
itu
masukan lingkungan
yang
juga
dikelompokkan
dalam
yang diberikan oleh
adalah bantuan
aparat pemerintah daerah setempat.
Masukan sarana terdiri atas program PIR-BUN
yang
merupakan
masyarakat
hasil
petani,
usaha
pembinaan,
tempat
sarana
kemudian
petani,
kebun
para
dalam
petani
adanya
pihak
plasma,
upaya
PTP
kelapa
berupaya,
pemberdayaan
pabrik
pengolahan
yang
memberikan
sawit
sarana
sendiri
dan
hibrida,
transportasi
baik
dari sarana jalan maupun kendaraan yang digunakan untuk
angkutan,
dana dan pemasaran hasil produksi para petani
tersebut.
Dalam
proses,
dilakukan
pihak
meningkatkan
dimaksudkan
PTP
kemampuan
kegiatan
terhadap
mereka.
petani
pembinaan
PIR-BUN
Kegiatan
ini
yang
untuk
berupa
interaksi belajar membelajarkan antara pihak PTP sebagai
sumber
PIR-BUN.
belajar dengan warga belajar yaitu para petani
Dalam interaksi ini peran sumber belajar lebih
diutamakan
untuk
membantu
warga
belajar
agar
mereka
16
aktif memampukan diri
mereka
sendiri,
jadi bukan pada
peranan mengajar.
Keluaran atau output adalah kuantitas serta kualitas
perubahan yang terjadi pada warga belajar yang diperoleh
melalui proses kegiatan belajar membelajarkan. Perubahan
mencakup
ini
yang
ranah
sesuai
perlukan
perubahan
kognisi,
dengan
(Sudjana,
hasil
afektif
kebutuhan
1991;
proses
34).
belajar
serta
belajar
Dalam
psikomotor
yang
mereka
penelitian
membelajarkan
ini,
tersebut
mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan serta
motivasi yang berkaitan dengan upaya mereka meningkatkan
taraf hidup melalui sarana kegiatan program PIR-BUN.
Yang
terakhir
adalah
impact
atau
outcome
terdiri dari perubahan taraf hidup para petani
adanya
yang
program
tidak
PIR-BUN,
menjadi
adakah
petani
pengembangan lingkungan dan
kebun
plasma,
partisipasi
PIR-BUN,
yang
setelah
masyarakat
bagaimana
dengan
masyarakat sekitar lokasi
serta sejauhraanakah terjadi
pembelajaran
pada orang lain yang dilakukan baik secara sadar maupun
tidak sadar oleh para petani PIR-BUN.
E.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud
unsur-unsur
dari
penelitian
pendidikan
luar
ini
adalah
sekolah
menggambarkan
dalam
pelaksanaan
kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PTP dalam rangka
17
program
PIR-BUN,
pembinaan
yang
khususnya
dilakukan
yang
pihak
menyangkut
PTP,
upaya
sebagai
sumber
belajar, terhadap petani PIR-BUN, sebagai warga belajar.
Tujuan
penelitian
lebih
diarahkan
untuk
membuat
suatu program intervensi guna memberdayakan petani PIRBUN
meningkatkan
ditelaah
taraf
faktor-faktor
hidupnya.
penunjang
Untuk
itu
perlu
(potensi)
dan
faktor
penghambat (kendala) yang ada.
F.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan teoritis
dari
penelitian ini
antara
lain
adalah untuk memperkarya sistem pendidikan luar sekolah,
khususnya dalam segi pembinaan dengan memasukkan
unsur
evaluasi.
Hasil
penelitian
pendidikan luar
para
petani
ini
sekolah bagi
PIR-BUN.
petani, aparat desa,
dapat
menjadi
penyelenggaraan
Dengan
adanya
masukan
pembinaan
penelitian
ini
serta lembaga-lembaga formal maupun
non-formal yang terkait, tergugah untuk lebih melibatkan
diri
dalam
pengembangan
masyarakat
melalui
refleksi
serta mendeskripsikan permasalahan yang terungkap selama
penelitian.
Selain itu,
dan
dengan gambaran kondisi petani PIR-BUN
lingkungannya
intervensi
yang
akan
sesuai
dapat
dengan
diajukan
kebutuhan
alternatif
dan
kondisi
18
masyarakat petani setempat, baik sebagai upaya pemecahan
masalah
yang
ada,
maupun
bagi
peningkatan
taraf
kehidupan petani dan masyarakat setempat, dalam rangka
pengembangan masyarakat.
6.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
menggambarkan
dinamika
kegiatan pembinaan petani PIR-BUN serta masyarakat yang
terlibat dalam program PIR-BUN.
Dalam menelaah kegiatan
ini banyak unsur-unsur yang sulit untuk dikuantifikasi-
kan
dan
untuk
dapat
menggambarkan
dinamika
kegiatan
pembinaan tersebut diperlukan pendalaman pemaknaan ber
dasarkan gambaran kasus setempat. Oleh karena itu dalam
penelitian ini
penelitian
pengumpulan
digunakan pendekatan
yang
digunakan
data
adalah
dilakukan
kualitatif.
deskriptif
dengan
Metode
sedangkan
menggunakan
teknik
perkebunan
kelapa
Kabupaten
Daerah
wawancara dan observasi.
H.
Lokasi Penelitian
Penelitian
sawit
dan
Tingkat
II
PIR-BUN
V
pusat
dan
ini
hibrida
Lebak.
mengambil
yang
Kertaraharja
Kecamatan
terletak
Komoditas
berlokasi
di
yang
lokasi
kelapa
wilayah
meliputi
Panggarangan.
di
Luas
sawit
Lebak
dikembangkan
Selatan
Kecamatan
areal
dengan
Malingping
kebun
kelapa
19
sawit 3.258 Ha yang meliputi 22 desa dengan 2.360 kepala
keluarga.
Sedangkan
komoditas
kelapa
hibrida
dikembangkan
PIR-BUN V terdapat di wilayah Lebak Utara dengan pusat
di
Bantarjaya,
Rangkasbitung,
meliputi
4
kecamatan
yaitu
Kecamatan
Kecamatan Sajira, Kecamatan Cimaraga dan
Kecamatan Maja. Luas areal kelapa hibrida adalah.2.541,5
Ha meliputi 21 desa dengan 1.719 kepala keluarga.
I.
Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah individu yang
terlibat
langsung
baik
dengan
terkait
kegiatan
secara
langsung
program
maupun
PIR-BUN Kelapa
tidak
Sawit
dan Hibrida di Kabupaten Daerah Tigkat II Lebak,. yaitu
Petani
peserta
PIR-BUN,
masyarakat
yang
wilayah perkebunan dan juga aparat dari
tinggal
di
lembaga formal
dan non formal. Perkebunan kelapa sawit terletak di site
Kertaraharja sedangkan perkebunan kelapa hibrida di site
Bantarjaya.
BAB
METODE
A.
III
PENELITIAN
Metode Penelitian yang Digunakan
Masalah
'dinamika
itu
menjadi
pelaksanaan
Perkebunan
untuk
yang
kelapa
pembinaan
PIR-BUN
yang
program
sebagai
memberdayakan
penelitian
fokus
penelitian
Perusahaan
salah
masyarakat
ini
lebih
satu
adalah
Inti
Rakyat
upaya
pedesaan'.
dalam
petani
dengan
antar
petani
sendiri,
masyarakat
pedesaan
aparat
proses
pelaksanaan
program
non
interaksi
penyelenggara,
maupun
karena
pada
pada masyarakat pedesaan. Bagaimana
antar
pembinaan
Oleh
memusatkan
berlangsung
ini
interaksi
PIR-BUN.
interaksi
petani
Untuk
dengan
mengetahui
penghayatan mereka terhadap peran mereka sebagai petani
PIR-BUN
tersebut,
pandangan
Pendapat,
nilai
(inner
maka
perspective)
pandangan
yang
dalam
dikuantifisir,
perlu
petani
itu
dari
tersebut
maknanya
untuk
diketahui
maka
digunakan pendekatan kualitatif.
petani
pendapat,
tersebut.
menyangkut
nilai-
sehingga
tidak
dalam
penelitian
Hal
ini
sesuai
dapat
ini
dengan
uraian yang dikemukakan oleh Noeng Muhadjir (1990 : 49),
Bogdan
dan
(1990:19)
dan
Biklen
(1982:27-2 9)
bahwa penelitian
menelaah
proses
dan
kualitatif
yang
105
Sanapiah
Faisal
lebih menekankan
terjadi,
mengutamakan
106
perspektifemic artinya mementingkan pandangan responden,
yaitu cara ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi
pendiriannya.
Pengambilan data dilakukan di lokasi dengan latar
yang
wajar/alamiah
(natural
setting),
baik
di
rumah
petani sendiri, atau di kebun kelapa, di pabrik kelapa,
atau
tempat
pendekatan
mengamati
pengopraan,
kualitatif
individu
mereka berinteraksi,
dan
ini
dalam
Balai
Bina
pada
hakikatnya
lingkungan
Tani.
Adapun
adalah
hidupnya,
cara
dan dengan pendekatan ini peneliti
berusaha memahami permasalahan penelitian dengan bahasa
dan
tafsiran
mereka
sendiri,
dalam
(Nasution, 1988 : 5. dan Lexy J.
Maksud
dan
menggambarkan
tujuan
dinamika
komponen dalam
dari
atau
hal
ini
Moleong,
1989 : 30).
penelitian
proses
petani
ini
dari
adalah
komponen-
sistem penyelenggaraan pembinaan
dalam
program PIR-BUN yang dilihat sebagai sistem pengembangan
masyarakat.
mentah),
Antara
apa
lain
motivasi
petani
(masukan
saja yang mereka pelajari serta bagaimana
pembinaan atau proses pembelajaran yang terjadi (masukan
sarana dan proses), hasil dari keterlibatan petani dalam
PIR-BUN dan pengaruh program PIR-BUN terhadap lingkungan
masyarakat
analisa
setempat
mengenai
faktor-faktor
(impact).
faktor-faktor
penghambat
dalam
Selain
yang
itu
ingin
menunjang
pelaksanaan
di
maupun
PIR-BUN
107
tersebut,
khususnya
dilihat
bangan masyarakat.
dari
Sedemikian
sudut
banyak
sistem
dan
pengem
kompleksnya
masalah yang akan diteliti, maka agar maksud dan tujuan
penelitian
secara
ini tercapai,
induktif
Faisal,
akhir
1990:
data dilakukan
kualitatif/konseptualitatif
30,90,
penelitian
mengenai hal-hal
pola,
maka analisa
157).
akan
Sehingga
diperoleh
(Sanapiah
diharapkan
suatu
kesimpulan
yang penting secara dinamis
kecenderungan,
arah
dan lainnya;
pada
seperti
dan merupakan
suatu proses yang berkembang yang dapat digunakan untuk
membuat
perkiraan-perkiraan perkembangan
di masa
yang
akan datang.
B.
Pengambilan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
ini
dilakukan
terhadap
individu-
individu yang terlibat dalam kegiatan program PIR-BUN
di
Kabupaten
Lebak,
pemerintah setempat
pembina
yaitu
petani
peserta,
maupun aparat dari
masyarakat
petani,
aparat
aparat
PTP
selaku
dari
Dinas
Perkebunan setempat dan juga masyarakat setempat non
petani PIR-BUN.
Wilayah penelitian mencakup
kelapa hibrida dan kelapa sawit.
dari
Untuk
beberapa
PIR-BUN
lokasi
PIR-BUN
kelapa
Responden
se-Kabupaten
hibrida
di
PIR-BUN
diambil
Lebak.
Kecamatan
108
Rangkasbitung,
lokasi
penelitian
Cimangeunteung yang dekat
adalah
Desa
dengan pabrik pengolahan
minyak kelapa dan pusat pembinaan petani,
dan Desa
Sangyangtanjung yang letaknya jauh dari pabrik. Hal
ini
dilakukan berdasarkan
lokasi
mempunyai
penelitian.
tentukan
Pabrik
pengaruh
terhadap
bahwa
hasil
jarak
temuan
Sedangkan untuk PIR-BUN kelapa sawit, di
Kecamatan
dan
pertimbangan
Banjarsari
Kecamatan
yang
Panggarangan
dekat
yang
dengan
jauh
dari
pabrik.
Mereka yang terpilih sebagai responden, petani,
aparat
ataupun
beberapa
anggota
petani,
adalah
orang-orang
yang
masyarakat
terlibat
non
langsung
dengan kegiatan dan kehidupan PIR-BUN, dipilih secara
"purposive"
dan bukan secara acak
1990;48 dan Nasution 1988:33).
mulai
dari
seorang
gatekeeper
informants
atau
yang
informan
disebut
berfungsi
(Noeng Muhadjir,
Pengambilan data dikunci
yang
merupakan
sebagai
knowledgeable
"membuka
pintu"
untuk
mengenali keseluruhan "medan" secara luas, yang dari
padanya
akan
salju.
Bola salju ini akan 'bergulir-menggelinding"
sedemikian
"bergulir-menggelinding"
rupa
sehingga
variasi,
seperti
kedalaman
bola
dan
keterincian data/informasi diperoleh secara maksimal,
dan baru berhenti setelah tidak ada lagi informasi
109
baru
yang
diperoleh
mengenai
permasalahan
dalam
pelaksanaan program PIR-BUN sebagai upaya pengembang
an masyarakat (Sanapiah Faisal,
1990 : 44-45).
Adapun penentuan informan kunci dilakukan dengan
mengikuti persyaratan yang dikemukakan oleh Spradley
(Sanapiah Faisal, 1990 : 44) sebagai berikut :
1) mereka yang menguasai atau memahami sesuatu
hal
ini
sehingga
PIR-BUN)
sesuatu
melalui
itu
proses
(masalah
(dalam
enkulturisasi
PIR-BUN)
bukan
sekedar diketahui tetapi juga dihayatinya;
2) mereka
yang
tergolong
masih
sedang
berkecimpung
atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti;
3) mereka yang mempunyai kesempatan/waktu yang memadai
untuk dimintai informasi;
4) mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi
hasil "kemasannya" sendiri; dan
5) mereka yang
pada
akan peneliti,
mulanya
tergolong
"cukup
asing"
sehingga lebih menggairahkan untuk
dijadikan semacam "guru" atau narasumber.
Berdasarkan persyaratan di atas, maka ditetapkan
informan kunci untuk
PIR-BUN kelapa hibrida di
Sanghyangtanjung, adalah seorang Jurlis
Desa yang
tetapi
mengalihkan
(Juru Tulis)
sebelumnya adalah seorang petani
setelah diangkat menjadi
haknya
pada
Juru
saudaranya.
Desa
Tulis
PIR-BUN,
Desa ia
Untuk
Desa
110
Cimangeunteung, juga PIR-BUN kelapa hibrida, Informan
kuncinya
adalah
seorang
tokoh
masyarakat
yang
mengikuti perkembangan PIR-BUN di desanya sejak awal
pelaksanaan PIR-BUN sampai saat penelitian dilakkukan
(dari tahun 1982 sampai 1993).
PIR-BUN
kelapa
sawit
di
seorang Penilik Dikmas,
tokoh masyarakat.
Informan kunci untuk
Desa
Banjarsari
adalah
yang juga dianggap sebagai
Sedangkan untuk desa Panggarangan,
juga seorang Penilik Dikmas.
Untuk
keperluan
trianggulasi,
dilakukan
•pengecekan' kebenaran data/informasi responden ter
hadap petani,
aparat, ataupun masyarakat di sekitar
tempat tinggal responden ataupun di bidang lain yang
mengetahui juga permasalahan PIR-BUN setempat. Adapun
proses -triangulasi ini berpedoman pada anjuran Patton
(1987) yang diterjemahkan Lexy J. Moleong (1988:151)
sebagai berikut :
1) membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil wawancara,
2) membandingkan
apa yang dikatakan
orang
di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
3) membandingkan
tentang
apa
situasi
yang
dikatakan
penelitian
dikatakannya sepanjang waktu,
dengan
orang-orang
apa
yang
111
4) membandingkan
keadaan
dan
perpsektif
seseorang
dengan berbagai pendapat orang lain, dan
5) membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen
yang berkaitan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1) Observasi
Dalam
penelitian
partisipatif
(Sanapiah
ini
dilakukan
dan
observasi
Faisal,
1990:79).
tak
observasi
berstruktur
Adapun
observasi
partisipatif yang dilakukan cenderung pasif, yaitu
dimana peneliti
tetap terlihat
sebagai peneliti/
pengamat di lingkungan masyarakat
dan
hanya
yang
kadang-kadang
memungkinkan,
'pengopraan'
lokasi
saja,
yaitu
misalnya
pada
(pembuatan kopra)
PIR-BUN
Hibrida
petani
di
pada
saat
kelapa
Desa
PIR-BUN,
kondisi
kegiatan
hibrida
di
Cimangeunteung.
Selain itu observasi yang dilakukan cenderung tidak
berstruktur,
yaitu
observasi
panduan yang dipersiapkan
fokus
observasi
dilakukan
tanpa
terlebih dahulu,
karena
berkembang
sewaktu
kegiatan
penelitian berlangsung (Sanapiah Faisal, 1990: 79) .
Adapun
adalah:
Hal-hal
kondisi
pekarangan,
kebun/desa,
yang
lokasi
lahan
diobservasi
kebun
pangan,
antara
tanaman pokok,
kondisi
jalan angkutan hasil,
jalan
lain
lahan
antar
perumahan petani
112
dan penduduk setempat,
kondisi perlengkapan petani
sesuai dengan kegiatan mereka sehari-hari,
dan
perilaku
masyarakat
verbal
dan
sehari-hari
pengelolaan
kebun
nonverbal
berkaitan
sampai
hasil
kegiatan
petani
dengan
kebun.
dan
kegiatan
Kesemuanya
ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga elemen utama
dalam
observasi
Sanapiah
sebagaimana
Faisal (1990 : 77)
(1) Lokasi/fisik
berlangsung
tempat
dikemukakan
yaitu:
suatu
(Kabupaten
oleh
situasi
Lebak
sosial
itu
umum,
dan
secara
Desa-Desa Lokasi Penelitian)
(2) Manusia-manusia
pelaku
atau
actors
yang
menduduki status/posisi tertentu dan memainkan
peranan-peranan
tertentu
non
aparat
petani
dan
(petani,
yang
masyarakat
berkaitan
dengan
kegiatan PIR-BUN Kelapa)
(3) Kegiatan
atau
lokasi/tempat
sosial
aktifitas
para
berlangsungnya
pelaku
suatu
di
situasi
(Kegiatan PIR-BUN Kelapa).
2) Wawancara
Wawancara
yang
mendalam
terhadap
responden
penelitian ini dapat dikategorikan menurut kategori
yang dibuat oleh Bruce L. Berg (1989:15-19)
atau
guided
sebagai
semistandardized
interview
semistruc-
tured interview,
meskipun kebanyakan wawancara di-
113
lakukan secara informal atau dikategorikan sebagai
unstandardized interview.
Unstandardized interviews
terutama dilakukan pada informan kunci atau respon
den
(terutama
pedalaman,
petani)
yang
bertempat
mereka yang bertempat
tinggal
tinggal
di
jauh dan
sarana transportasi amat terbatas dari jalan besar
ini,
sehingga
masyarakat
lain
cenderung
orang
mereka
jarang
luar
dari
tidak mudah
baru,
sehingga
daerahnya.
bersikap
untuk
'terbuka'
dilakukan
teknik wawancara
kan
dengan
pertanyaan-pertanyaan
kemudian digali
lebih jauh,
data
yang
sesuai
Wawancara
dan disesuai-
yang
sesuai
ini
terhadap
lebih
ini.
tak terstandardisir ini dikembangkan,
dengan
Mereka
mendapatkan
dibutuhkan pendekatan yang
untuk menggunakan
berhubungan
umum
dengan
untuk
situasi
yang terjadi dan tetap mengacu pada tujuan peneli
tian. Bruce L. Berg (1989:17) mengungkapkan bahwa:
unstandardized
when
interviews
researchers
respondents'
ethnics
are
life
cultures
styles,
or
are
useful
unfamiliar
with
religious
customs,
and
or
similar
attributes.
Douglas
chat',
untuk
atau
(1985)
'ngobrol-ngobrol'
menciptakan
peneliti
dengan
menggunakan
menyebutnya
"rapport'
informan
wawancara
jenis
yang
yang
atau
sebagai
'chit
dimaksudkan
baik
antara
responden.
Dengan
ini
peneliti
dapat
114
memperoleh
informasi
tambahan
mengenai
berbagai
gejala yang terobservasi dengan menanyakan langsung
pada partisipan (Bruce L. Berg,
1989:117).
Selain itu juga dipergunakan semistandardized
interview (Bruce L. Berg, 1989:117),
yaitu:
A
type
of
interview
involves
the
implementation
of
a
number
of
predetermined questions and/or special
topics.
These questions are tipically
asked to each interviewee in a systematic
and
consistent
interviewers
order,
but
sufficient
allow
the
freedom
to
digress; that is, the interviewers are
permitted (in fact expected) to probe far
beyond the answers to their prepared and
standardized questions.
Pertanyaan-pertanyaan
dalam
wawancara
ini,
dibuat dengan terlebih dahulu melakukan 'studi pendahuluan'
pertanyaan
ke
lokasi penelitian dengan maksud agar
yang
diajukan
relevan
dengan
masalah
yang memang ada di kalangan petani PIR-BUN sendiri,
maupun permasalahan yang dirasakan oleh aparat dan
masyarakat
setempat
mengenai
Pertanyaan dalam wawancara
melakukan
perbandingan
permasalahan/pertanyaan
kegiatan
PIR-BUN.
ini memungkinkan
jawaban
yang
yang ditanyakan adalah mengenai:
responden
sama.
untuk
terhadap
Permasalahan
115
(1) Sikap petani terhadap pelaksanaan program PIRBUN
a. Hak
dan
tanggung
jawab
dalam
melaksanakan
PIR-BUN
b. Pemeliharaan
tanaman
c. Pelaksanaan panen dan pemasaran
d. Penyuluhan
e. Penyelesaian kredit
(2) Dorongan
atau
motivasi
petani
menjadi
petani
PIR-BUN
Jawaban
responden
selain
beberapa responden dan
rupa
juga
ada
informan direkam dengan
menggunakan alat perekam,
sedemikian
dicatat
dan hal ini dilakukan
sehingga
jalannya
wawancara
tidak terganggu.
3) Pengumpulan Data Menggunakan Sumber Non-Manusia
Sumber
Pusat
data
Statistik
ini
Lebak
penelitian
terhadap
dilakukan
sebelumnya,
antara
lain
maupun
masalah
Jawa
PIR-BUN
dari
Biro
Barat,
hasil
yang
telah
dokumen-dokumen
lainnya
khusus mengenai kegiatan PIR-BUN dan juga data dari
Organisasi dan Lembaga Pemerintahan setempat.
Data
juga
sekunder
mempunyai
ini
kegunaan
melengkapi
dalam
informasi
rangka
dan
triangulasi
dan "dapat memperkaya konteks permasalahan mengenai
116
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan' program PIRBUN ini sendiri (Sanapiah Faisal,
1990 : 82).
2. Responden Penelitian
Responden penelitian terdiri dari:
1) Petani
PIR-BUN
Bantarjaya
dan
kelapa
hibrida
di
wilayah
Petani
PIR-BUN
kelapa
Site
Sawit
di
hibrida
di
wilayah Site Kertaraharja.
2) Masyarakat
sekitar
PIR-BUN
kelapa
wilayah Site Bantarjaya dan PIR-BUN kelapa Sawit di
wilayah Kertaraharja.
3) Aparat dari
lembaga-lembaga formal
dan
non formal
di sekitar PIR-BUN kelapa hibrida dan kelapa sawit
di wilayah Site Bantarjaya dan Site Kertaraharja.
3. Teknik-Teknik
Memperoleh
Tingkat
Kepercayaan
Hasil
keterpercayaan/kebenaran
hasil
Penelitian
Untuk
penelitian
teknik
menjamin
kualitatif
untuk
transferbilitas,
ini,
maka
mencapai
standar
dependabilitas
menurut Lincoln dan Guba,
digunakan
dan
beberapa
kredibilitas,
konfirmabilitas
seperti yang diungkap oleh
Sanapiah Faisal (1990:31-34).
Untuk
diperoleh
mempertahankan
dalam
penelitian,
kebenaran
maka
informasi
dilakukan
yang
beberapa
117
prosedur dalam tahap berikutnya sebagai berikut:
a. Memperpanjang waktu penelitian,
114-118)
waktu
ini
yang
satu
sedianya
bulan
dilakukan
akan
(S. Nasution,
1988:
dilaksanakan
dalam
setengah menjadi
dua
bulan.
karena peneliti mengalami
bahasa pada petani
Hal
kesulitan
PIR-BUN yang bertempat
tinggal
di "pedalaman", maka peneliti mengadakan pendekatan
pada
penterjemah
setempat
peneliti mengambil
data,
untuk
dapat
membantu
oleh karena itu peneliti
memerlukan waktu dan responden lebih
banyak
untuk
peneliti
juga
meyakinkan hasil temuan.
b. Selain
melakukan
melakukan
suatu
triangulasi
informasi.
sesama
member
petani
check
untuk
meyakinkan
Triangulasi
PIR-BUN,
ini
kebenaran
dilakukan
maupun
dengan
antar
aparat
setempat. Aparat ini terdiri dari tokoh masyarakat,
petugas
bina
tani
dan
Penilik
aparat dari Disbun dan TP3D,
Dikmas
setempat,
dan juga kepala desa
ataupun Camat.
c. Untuk memperoleh kredibiltas dan reliabilitas dari
penelitian ini diupayakan dengan audit trial,
yang
akan merupakan tahap dependabilitas dan konfirmabilitas
an
(Nasution,1988:119). Audit trial ini dilakuk
untuk
Peneliti
menjamin
memeriksa
kebenaran
kembali
hasil
secara
penelitian.
cermat
seluruh
118
proses penelitian, sejak pengumpulan data, analisis
data,
berdasarkan rekaman hasil wawancara,
penulis
an hasil wawancara, yang dilanjutkan dengan analis
is hasil penelitian. Pemeriksaan ini juga dikonfirmasikan dengan teman sejawat dan dosen pembimbing.
4. Tahapan Kegiatan Penelitian
Penelitian
siklus
yang
kualitatif
dapat
tahapan
yang
Faisal,
1990:45).
ini
prosesnya
diidentifikasikan
berlangsung
dalam
'ulang-alik'
Adapun
berbentuk
tiga
(Sanapiah
Langkah-langkah
dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Advance Tahap I (9 Agustus 1993 - 14 Agustus 1993)
Melakukan orientasi/eksplorasi secara meluas,
dan
menyeluruh
permukaan.
yang
tingkatnya
masih
seperti
Informasi
observation
dalam
tape
Penilik
yang
diperoleh
dan
Sanapiah
recorder
Dikmas
grand
Faisal,
dan
kelapa.
grand
questions
1990:157)
Informasi
Kepala
dari
tour
foto-foto
beberapa orang
dan
di
kondisi
transportasi dan perumahan PIR-BUN,
kebun
bersifat
Hal ini dilakukan dengan mengobservasi
dan mewawancarai penduduk setempat,
aparat,
umum
lain
Desa.
tour
(Spradley
rekam
sarana
dengan
jalan
maupun kondisi
diperoleh
dari
dokumen-dokumen mengenai PIR-BUN. Hasil tahap I ini
119
digunakan untuk menyusun alat ukur berupa pedoman
wawancara dan observasi.
b. Advance Tahap II (13 September 1993 - 16 September
1993)
Pada
tahap berikutnya,
dilakukan pengurusan
surat
ijin penelitian di kantor Sospol Kabupaten Daerah
Tingkat II Lebak (Surat Ijin terlampir). Melakukan
pendekatan
(camat
lebih
dan
Ianjut
kepala
pada
desa)
tokoh maupun
di
lokasi
aparat
penelitian.
Adapun Lokasi Pengambilan data adalah:
(1) Kecamatan Rangkasbitung (Kelapa Hibrida)
a.
Desa Cimangeunteung
b. Desa Sangjangtanjung
(2) Kecamatan Banjarsari
(Kelapa Sawit)
a. Desa Bojongjuruh
b. Desa Leuwiipuh
(3) Kecamatan Panggarangan
Desa
Sindangratu
(Kelapa Sawit)
dari
masing-masing
daerah
dilakukan.
a. Tahap
Persiapan Lapangan
(16
Agustus
1993
-
10
September 1993).
Selain kegiatan tersebut,
tenaga lapangan.
juga dilakukafi persiapan
Dari 20 orang peminat,
diseleksi
dengan melakukan wawancara mengenai latar belakang
120
pendidikan dan minat terhadap masalah sosial. Hasil
seleksi diperoleh 16 orang tenaga lapangan.
tenaga
lapangan
ini
diberikan
Ke 16
pelatihan
dengan
tujuan membekali mereka dalam hal :
(1) Latar belakang dan tujuan penelitian
(2) Kemampuan melakukan wawancara dan observasi
(3) Isi dan tujuan alat ukur (pedoman wawancara)
(4) Gambaran kondisi lokasi pengambilan data
(5) Uji
coba pengambilan
alat
ukur
berupa
data dengan
pedoman
menggunakan
wawancara
dan
observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
Pelatihan tenaga lapangan
ini
dilakukan
dalam
4
kali pertemuan.
b. Pelaksanaan Pengambilan Data.
Tahap
berikutnya
adalah
pelaksanaan
pengambilan
data yang berlangsung dalam 2 tahap yaitu selama
bulan September dan bulan Oktober 1993. Pelaksanaan
pengambilan
data
itu
sendiri
dengan
melakukan
eksplorasi terfokus sesuai dengan tujuan peneliti
an.
Observasi
dan
wawancara
dilakukan
terhadap
domain-domain yang menjadi fokus penelitian. Metoda
yang digunakan adalah observasi dan wawancara dalam
kegiatan petani PIR-BUN dan masyarakat di sokitar-
nya. Hasil pengamatan dan wawancara langsung dianalisis guna menemukan pertanyaan-pertanyaan yang
121
akan
diajukan
responden
dalam pertemuan
lain.
Dari
berikutnya
informasi
yang
dengan
diperoleh
dibuat kesimpulan sementara dan hipotesis yang akan
dijadikan bahan rekomendasi hasil penelitian ini.
Gambaran kronologis pengambilan data adalah sebagai
berikut:
TABEL 1.3.
JUMLAH RESPONDEN YANG DIPEROLEH
Tanggal
17-9-93
18-9-93
Perolehan
Lokasi
P
M
A
Desa Cimangeunteung
Desa Sangjangtanjung
12
5
4
34
13
4
Desa Cimangeunteung
14
6
5
Desa Sangjangtanjung
36
14
6
96
38
19
Jumlah
19-9-93
PINDAH LOKASI
20-9-93
Desa Bojongjuruh
Desa Leuwiipuh
Desa Sindangratu
12
9
5
2
3
1
24
10
4
Desa Bojo