PENDAHULUAN Tinjauan Tentang Perjanjian Hutang – Piutang Non Kontraktual Dengan Jaminan Gadai ( Studi Kasus Di Sukoharjo ).

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa disebut dengan perikatan. Perjanjian merupakan suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal,

sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu.1 Sedangkan pengertian

perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah “Suatu perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Dalam hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak merupakan kebebasan para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian untuk dapat menyusun dan menyetujui klausul-klausul dari

perjanjian tersebut, tanpa campur tangan pihak lain.2 Asas kebebasan

berkontrak dapat ditemukan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang

menyatakan bahwa: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

1

Wirjono Projodjodikoro, 1981, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung: P.T. Bale Bandung, Hal. 9.

2Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, Hal. 11.


(2)

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ada pula yang mendasarkan

tentang syarat sahnya perjanjian pada Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan:3

untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Perjanjian hutang-piutang dapat dilakukan secara tertulis (kontrak) maupun Non Contractual (lisan). Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang

dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan atau kontrak.4 Perjanjian Non

Contractual (lisan) merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak

dalam wujud lisan (cukup kesepakatan lisan para pihak).5 Jaminan

pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian diatur dalam pasal 1131 & 1132 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa:

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.”

“kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjulan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.” Kecuali alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dalam pelunasan piutang maka debitur wajib memberikan jaminan secara khusus kepada kreditur.

3Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, Hal. 4.

4Syahmin AK, 2011, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: Rajawali Pers, Hal. 43. 5


(3)

Menurut Hartono Hadisoeprapto berpendapat bahwa jaminan adalah Sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang

yang timbul dari suatu perikatan.6 Untuk lebih meyakinkan kreditur dan

untuk mengatasi kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan, ada kalanya

kreditur menghendaki adanya jaminan khusus yang lain.7 Maka munculah

salah satu sarana yang dinamakan gadai.8 Menurut Pasal 1150 KUHPerdata,

pengertian gadai adalah:

“Suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas hutangnya dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksana putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang harus didahulukan”.

Pada dasarnya gadai diberikan untuk menjamin suatu tagihan. Memang suatu hutang/kredit terutama atas dasar integritas/kepribadian debitur, kepribadian yang menimbulkan rasa percaya dalam diri kreditur,

bahwa debitur akan memenuhi kewajiban pelunasannya dengan baik.9

Apabila kreditur menuntut karena debitur ingkar janji, konsekuensi hukumnya telah diatur dalam pasal 1156 ayat 1 KUHPerdata yang meyebutkan bahwa:

“Bagaimanapun, apabila si berutang atau si pemberi gadai bercedera janji, siberpiutang dapat menuntut di muka Hakim

6

H.Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakart: PT Raja Grafindo Persada, Hal. 22.

7J.Satrio, 1993, Hukum Jaminan, Hak-hak Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Hal. 96. 8

Ibid.

9


(4)

supaya barang gadainya dijual menurut cara yang ditentukan oleh Hakim untuk melunasi utang beserta bunga dan biaya, atau pun Hakim, atas tuntutan si berpiutang, dapat mengabulkan bahwa barang gadainya akan tetap pada si berpiutang untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar utangnya beserta bunga dan biaya.”

Pada umumnya Gadai dibuat dalam bentuk tertulis. Tetapi di Desa Mantung, Sukoharjo, dimana masyarakatnya masih menggunakan perjanjian hutang piutang secara lisan tanpa menggunakan kontrak dalam hal perjanjian hutang piutang. Masyarakat beranggapan bahwa perjanjian hutang piutang yang dilakukan secara lisan tersebut sangat mudah untuk dilakukan karena tidak menggunakan syarat-syarat tertentu. Sistem perjanjian hutang-piutang di sini seringkali pihak debitur menggadaikan sepeda motornya sebagai jaminan kepada kreditur untuk mendapatkan dana pinjaman (uang).

Menurut Teori yang dikemukakan oleh Stewart Macaulay kontrak atau hukum kontrak sering dianggap tidak perlu, karena dengan kedua belah

pihak saling percaya saja sudah dapat dilakukan suatu perjanjian.10

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian hukum dengan judul : TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG NON KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN GADAI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan hukum ini akan membahas beberapa permasalahan sebagai berikut :

10


(5)

1. Bagaimana konstruksi hukum perjanjian hutang-piutang non kontraktual dengan jaminan gadai di Sukoharjo?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian

hutang-piutang non kontraktual?

3. Problematika apa yang timbul dari perjanjian hutang-piutang non

kontraktual dengan jaminan gadai?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas sehingga dapat memberi arah dalam pelaksanaannya. Maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui konstruksi hukum perjanjian hutang-piutang

non kontraktual dengan jaminan gadai di Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi para pihak dalam

perjanjian hutang-piutang non kontraktual.

c. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dari perjanjian

hutang-piutang non kontraktual dengan jaminan gadai. 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis, Diharapkan memberikan manfaat pada

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya serta hukum gadai pada khususnya, serta memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan mengenai pelaksanaan


(6)

perjanjian sewa-menyewa antara pemberi gadai dengan penerima gadai.

b. Manfaat Praktis, Diharapkan dapat memberikan jawaban atas

permasalahan mengenai jaminan gadai yang dilakukan antara kreditur dan debitur.

D. Kerangka Pemikiran

Konstruksi atau model perjanjian di sini dilakukan dengan cara debitur memberikan/menyerahkan objek jaminan (sepeda motor) kepada kreditur sebagai jaminan atas hutang uang yang akan dipinjam oleh debitur. Kemudian kreditur menyerahkan sejumlah uang yang telah disetujui oleh kedua belah pihak kepada debitur. Tetapi kepercayaan yang telah diberikan oleh debitur kepada kreditur justru disalahgunakan oleh kreditur, dimana

objek jaminan diberikan atau disewakan oleh kreditur kepada pihak ke tiga.11

Sejak terjadinya perjanjian gadai antara pemberi gadai dengan penerima gadai, maka sejak itulah timbul perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian. Di dalam Pasal 1155 KUHPerdata telah diatur tentang hak den kewajiban kedua belah pihak. Hak Kewajiban penerima

gadai diatur dalam Pasal 1154, Pasal 1156 dan Pasal 1157 KUHPerdata.12

Bagi pihak debitur sebagai perlindungan hukumnya dapat menuntut ganti rugi kepada kreditur apabila terjadi kerugian atas objek jaminan yang diberikan kepada kreditur. Begitupula dengan kreditur, kreditur dapat menjual objek jaminan yang diserahkan oleh debitur apabila si debitur mengingkari

11Ageng Eka, Selaku kreditur, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 5 April 2016, Pukul 20:10 WIB. 12


(7)

janji yang terhitung sejak kesepakatan waktu yang telah mereka setujui pada awal perjanjian. Tetapi biasanya kreditur memberi kelonggaran atau kompensasi waktu lebih untuk pelunasaannya, apabila debitur masih tetap

tidak bisa membayar maka kreditur akan menjual objek jaminan tersebut.13

Problematika yang timbul dalam perjanjian hutang-piutang non kontraktual adalah objek jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur dipinjamkan oleh kreditur kepada pihak ke tiga sebagai sarana untuk mendapatkan tambahan dana atau pemasukan keuangan dalam menjalankan

bisnisnya tersebut.14

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitis, yaitu

”Suatu penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara

menyeluruh mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti.15

2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Desa Mantung Konimek Sukoharjo.

13Op.Cit, Ageng Eka. 14

Ibid. 15

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, Hal. 58.


(8)

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode Pendekatan Yuridis

Empiris.16

4. Sumber Data

Sumber data yang akan dicari tentunya harus berkaitan dan disesuaikan dengan tipe dan tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini data yang digunakan dalam penelitian meliputi:

a. Data Primer, yaitu diperoleh dari obyek penelitian dalam hal ini

adalah masyarakat yang melakukan perjanjian gadai secara lisan.

b. Data Sekunder, yaitu dengan mencakup dokumen-dokumen

resmi, peraturan perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.17

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara seringkali dianggap sebagai metode yang paling

efektif dalam pengumpulan data primer dilapangan.18 Wawancara

dilakukan dengan jalan mendapatkan keterangan atau informasi secara

16

Ibid, Pendekatan yuridis empiris adalah suatu pendekatan penelitian hukum dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang lain. Apabila hukum sebagai gejala sosial yang empiris sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (independent variabel) yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (socio-legal research).

17Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Cetakan ke-11, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 12.

18Suratman & H. Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, CV, Hal.


(9)

langsung dari pihak-pihak yang terkait dengan objek yang diteliti sehingga mendapatkan jawaban yang konkrit mengenai suatu peristiwa hukumnya.

b. Observasi

Pengamatan (observasi) yang dilakukan dengan cara sitematis melalui perencanaan yang matang. Pengamatan ini berfokus pada fenomena sosial ataupun perilaku-perilaku sosial dengan ketentuan pengamatan tetap selaras dengan judul, tipe dan tujuan penelitian yang ada.19

6. Metode Analisis Data

Penelitian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan secara logis, sistematis. Data yang terkumpul dan telah diolah akan

dibahas dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.20

F. Sistematika Skripsi

Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang setiap bab dibagi sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Hukum.

19

Ibid. Hal. 135. 20

Metode kualitatif adalah pemusatan gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola yang berlaku, dan pola tersebut dianalisis dengan teori yang objektif.


(10)

BAB II Tinjauan Pustaka berisikan mengenai Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Hutang Piutang: Pengertian Perjanjian Hutang, Piutang Kewajiban Para Pihak Dalam Hutang Piutang, Bentuk-Bentuk Perjanjian Hutang Piutang, Perjanjian Kontraktual dan Non Kontraktual. Tinjauan Umum Tentang Jaminan: Pengertian dan Unsur-unsur Jaminan, Macam-macam Bentuk Jaminan, Syarat-Syarat Benda Jaminan. Tinjauan Umum Tentang Gadai: Pengertian dan sifat-sifat Gadai, Subjek dan Objek Gadai, Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai, Jangka Waktu dan Hapusnya Gadai.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan mendeskripsikan tentang: Konstruksi Hukum Perjanjian Hutang-piutang Non Kontraktual dengan Jaminan Gadai, Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Hutang-Piutang Non Kontraktual, Problematika Apa Yang Timbul Dari Perjanjian Hutang-Piutang Non Kontraktual dengan Jaminan Gadai.

BAB IV Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang akan diberikan berkaitan dengan sesuai dengan apa yang telah diteliti.


(1)

1. Bagaimana konstruksi hukum perjanjian hutang-piutang non kontraktual dengan jaminan gadai di Sukoharjo?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian hutang-piutang non kontraktual?

3. Problematika apa yang timbul dari perjanjian hutang-piutang non kontraktual dengan jaminan gadai?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas sehingga dapat memberi arah dalam pelaksanaannya. Maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui konstruksi hukum perjanjian hutang-piutang non kontraktual dengan jaminan gadai di Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian hutang-piutang non kontraktual.

c. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dari perjanjian hutang-piutang non kontraktual dengan jaminan gadai.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis, Diharapkan memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya serta hukum gadai pada khususnya, serta memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan mengenai pelaksanaan


(2)

perjanjian sewa-menyewa antara pemberi gadai dengan penerima gadai.

b. Manfaat Praktis, Diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan mengenai jaminan gadai yang dilakukan antara kreditur dan debitur.

D. Kerangka Pemikiran

Konstruksi atau model perjanjian di sini dilakukan dengan cara debitur memberikan/menyerahkan objek jaminan (sepeda motor) kepada kreditur sebagai jaminan atas hutang uang yang akan dipinjam oleh debitur. Kemudian kreditur menyerahkan sejumlah uang yang telah disetujui oleh kedua belah pihak kepada debitur. Tetapi kepercayaan yang telah diberikan oleh debitur kepada kreditur justru disalahgunakan oleh kreditur, dimana objek jaminan diberikan atau disewakan oleh kreditur kepada pihak ke tiga.11

Sejak terjadinya perjanjian gadai antara pemberi gadai dengan penerima gadai, maka sejak itulah timbul perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian. Di dalam Pasal 1155 KUHPerdata telah diatur tentang hak den kewajiban kedua belah pihak. Hak Kewajiban penerima gadai diatur dalam Pasal 1154, Pasal 1156 dan Pasal 1157 KUHPerdata.12

Bagi pihak debitur sebagai perlindungan hukumnya dapat menuntut ganti rugi kepada kreditur apabila terjadi kerugian atas objek jaminan yang diberikan kepada kreditur. Begitupula dengan kreditur, kreditur dapat menjual objek jaminan yang diserahkan oleh debitur apabila si debitur mengingkari

11Ageng Eka, Selaku kreditur, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 5 April 2016, Pukul 20:10 WIB. 12


(3)

janji yang terhitung sejak kesepakatan waktu yang telah mereka setujui pada awal perjanjian. Tetapi biasanya kreditur memberi kelonggaran atau kompensasi waktu lebih untuk pelunasaannya, apabila debitur masih tetap tidak bisa membayar maka kreditur akan menjual objek jaminan tersebut.13

Problematika yang timbul dalam perjanjian hutang-piutang non kontraktual adalah objek jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur dipinjamkan oleh kreditur kepada pihak ke tiga sebagai sarana untuk mendapatkan tambahan dana atau pemasukan keuangan dalam menjalankan bisnisnya tersebut.14

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitis, yaitu

”Suatu penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara

menyeluruh mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti.15 2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Desa Mantung Konimek Sukoharjo.

13Op.Cit, Ageng Eka.

14

Ibid. 15

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, Hal. 58.


(4)

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode Pendekatan Yuridis Empiris.16

4. Sumber Data

Sumber data yang akan dicari tentunya harus berkaitan dan disesuaikan dengan tipe dan tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini data yang digunakan dalam penelitian meliputi:

a. Data Primer, yaitu diperoleh dari obyek penelitian dalam hal ini adalah masyarakat yang melakukan perjanjian gadai secara lisan.

b. Data Sekunder, yaitu dengan mencakup dokumen-dokumen resmi, peraturan perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.17

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara seringkali dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam pengumpulan data primer dilapangan.18 Wawancara dilakukan dengan jalan mendapatkan keterangan atau informasi secara

16

Ibid, Pendekatan yuridis empiris adalah suatu pendekatan penelitian hukum dikonsepkan sebagai pranata sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang lain. Apabila hukum sebagai gejala sosial yang empiris sifatnya, dikaji sebagai variabel bebas/sebab (independent variabel) yang menimbulkan pengaruh dan akibat pada berbagai aspek kehidupan sosial, kajian itu merupakan kajian hukum yang sosiologis (socio-legal research).

17Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Cetakan ke-11, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 12.

18Suratman & H. Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, CV, Hal.


(5)

langsung dari pihak-pihak yang terkait dengan objek yang diteliti sehingga mendapatkan jawaban yang konkrit mengenai suatu peristiwa hukumnya.

b. Observasi

Pengamatan (observasi) yang dilakukan dengan cara sitematis melalui perencanaan yang matang. Pengamatan ini berfokus pada fenomena sosial ataupun perilaku-perilaku sosial dengan ketentuan pengamatan tetap selaras dengan judul, tipe dan tujuan penelitian yang ada.19

6. Metode Analisis Data

Penelitian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan secara logis, sistematis. Data yang terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.20

F. Sistematika Skripsi

Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang setiap bab dibagi sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Hukum.

19

Ibid. Hal. 135. 20

Metode kualitatif adalah pemusatan gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola yang berlaku, dan pola tersebut dianalisis dengan teori yang objektif.


(6)

BAB II Tinjauan Pustaka berisikan mengenai Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Hutang Piutang: Pengertian Perjanjian Hutang, Piutang Kewajiban Para Pihak Dalam Hutang Piutang, Bentuk-Bentuk Perjanjian Hutang Piutang, Perjanjian Kontraktual dan Non Kontraktual. Tinjauan Umum Tentang Jaminan: Pengertian dan Unsur-unsur Jaminan, Macam-macam Bentuk Jaminan, Syarat-Syarat Benda Jaminan. Tinjauan Umum Tentang Gadai: Pengertian dan sifat-sifat Gadai, Subjek dan Objek Gadai, Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai, Jangka Waktu dan Hapusnya Gadai.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan mendeskripsikan tentang: Konstruksi Hukum Perjanjian Hutang-piutang Non Kontraktual dengan Jaminan Gadai, Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Hutang-Piutang Non Kontraktual, Problematika Apa Yang Timbul Dari Perjanjian Hutang-Piutang Non Kontraktual dengan Jaminan Gadai.

BAB IV Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang akan diberikan berkaitan dengan sesuai dengan apa yang telah diteliti.


Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG NON-KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN Pelaksanaan Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Non-Kontraktual Dengan Jaminan Benda Bergerak (Studi Perlindungan Hukum Yang Proporsional Bagi Para Pihak).

0 6 19

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT KONTRAKTUAL DAN NON KONTRAKTUAL DENGAN Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Kontraktual Dan Non Kontraktual Dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik Di Kabupaten Karanganyar.

0 5 16

PENDAHULUAN Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Kontraktual Dan Non Kontraktual Dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik Di Kabupaten Karanganyar.

0 4 11

PELAKSANAAN PERJANJIAN HUTANG PIUTANG NON KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN KEBENDAAN Pelaksanaan Perjanjian Hutang Piutang Non Kontraktual Dengan Jaminan Kebendaan (Studi Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak di Madiun).

0 3 19

PELAKSANAAN PERJANJIAN HUTANG PIUTANG NON KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN KEBENDAAN Pelaksanaan Perjanjian Hutang Piutang Non Kontraktual Dengan Jaminan Kebendaan (Studi Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak di Madiun).

0 3 12

PENDAHULUAN Pelaksanaan Perjanjian Hutang Piutang Non Kontraktual Dengan Jaminan Kebendaan (Studi Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak di Madiun).

0 2 24

TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN HUTANG – PIUTANG NON KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN GADAI Tinjauan Tentang Perjanjian Hutang – Piutang Non Kontraktual Dengan Jaminan Gadai ( Studi Kasus Di Sukoharjo ).

0 4 19

SKRIPSI TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN HUTANG – PIUTANG NON Tinjauan Tentang Perjanjian Hutang – Piutang Non Kontraktual Dengan Jaminan Gadai ( Studi Kasus Di Sukoharjo ).

1 3 12

PENDAHULUAN Wanpretasi Dalam Perjanjian Hutang Piutang Dengan Jaminan Tanah Atau Bangunan Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta.

0 2 12

WANPRETASI DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN TANAH ATAU BANGUNAN Wanpretasi Dalam Perjanjian Hutang Piutang Dengan Jaminan Tanah Atau Bangunan Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta.

0 3 18