HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga Dengan Lama Rawat Inap Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA
DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
WAHID ANISA ULLATIFAH
K100110124

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015

 
 

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA
DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
di Surakarta

Oleh:
WAHID ANISA ULLATIFAH
K100110124

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015

 



 

 
 

 
 

 

 

 



 
 

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA

DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY PSYCHOSOCIAL SUPPORT
WITH LENGTH OF STAY OF PATIENTS WITH SCHIZOPHRENIA
IN THE REGIONAL MENTAL HOSPITAL OF SURAKARTA
Wahid Anisa Ullatifah dan Dr. dr. EM Sutrisna, M. Kes
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
ABSTRAK
Pasien skizofrenia banyak yang hanya dititipkan di rumah sakit jiwa dan tidak dikunjungi oleh
keluarganya. Padahal dukungan psikososial keluarga merupakan support system yang penting, diberikan oleh
keluarga selama perawatan dan pengobatan pasien skizofrenia di rumah sakit untuk mempercepat
penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan dukungan psikososial keluarga
dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, jumlah
sampel 30 orang pasien skizofrenia yang keluar rawat inap pada bulan september 2014, sehingga untuk
mengukur dukungan psikososial keluarga, satu anggota keluarga mewakili satu pasien skizofrenia.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data rekam medik dan kuesioner. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Arah korelasi yang negatif artinya semakin tinggi

dukungan keluarga, maka semakin pendek hari rawat inap pasien skizofrenia.
Kata kunci: Dukungan Psikososial Keluarga, Lama Rawat Inap, Skizofrenia

ABSTRACT
Many schizophrenic patients who only deposited in a psychiatric hospital and not visited by his
family. Though family psychosocial support is an important support system, is given by the family for the
care and treatment of patients with schizophrenia in the hospital to speed healing. This study aims to
determine the relationship of psychosocial support families with long hospitalization of patients with
schizophrenia in the Mental Hospital of Surakarta. This study used a descriptive correlative design. The
sampling technique is purposive sampling, sample size of 30 patients with schizophrenia who came out of
hospitalization in september 2014, so as to measure psychosocial support a family, a family member
represents one of schizophrenic patients. Data collection was performed using medical records and
questionnaires. The results of this study indicate that there is a relationship between psychosocial support a
family with a long hospitalization of patients with schizophrenia in the Mental Hospital of Surakarta.
Direction negative correlation means higher family support, then the shorter days of hospitalization of
patients with schizophrenia.
Keywords: schizophrenia, psychosocial, length of stay, family, support

PENDAHULUAN
Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan

gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat, dapat
dilihat dari kondisi jiwanya yang sehat secara emosional, psikologi dan sosial. Untuk
mencapai kesehatan jiwa, beberapa upaya dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang
didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan

 

 
 

sosial. Lingkungan merupakan salah satu sarana yang memiliki peran penting untuk
menunjang upaya kesehatan jiwa dan memiliki peran sebagai stressor yang dapat
mempengaruhi kondisi jiwa seseorang. Akan tetapi pada tingkat tertentu, lingkungan juga
dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit kronik yang dapat berlangsung seumur hidup
dengan angka kesembuhan yang kecil yang mengakibatkan perilaku psikotik, kesulitan
dalam memproses informasi, hubungan antar individu, serta memecahkan masalah (Stuart,
2002).
Keluarga merupakan orang terdekat dengan pasien, mempunyai peranan penting

dalam kesembuhan pasien, salah satunya yaitu dukungan berupa komunikasi dan tanggung
jawab bersama yang termasuk di dalamnya memberikan solusi atas masalah, memberikan
nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan seseorang (Butar,
2012). Bentuk dukungan yang bisa diberikan keluarga adalah dukungan psikososial.
Psychosocial support (dukungan psikososial) berhubungan dengan pentingnya konteks
sosial dalam menghadapi dampak psikososial yang dihadapi individu karena kejadian yang
membuat stress (Stuart, 2002).
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang berperan dalam memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien skizofrenia. Umumnya
keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup merawatnya (
Keliat, 2002). Banyak pasien skizofrenia yang hanya dititipkan di rumah sakit jiwa dan
tidak dikunjungi. Keluarga sudah menyerahkannya pada rumah sakit dan perawat yang
bertugas dirumah sakit tersebut. Padahal, keberhasilan terapi gangguan jiwa skizofrenia
tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga
peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Hawari, 2003). Ketika pasien
skizofrenia menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa, keluarga seharusnya tetap
memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit.
Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi
mereka selama perawatan dan pengobatan (Friedman, 1998).
Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, angka

kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta merupakan kasus terbanyak
dengan jumlah 1156 pasien dari 1534 pasien. Itu berarti presentase pasien skizofrenia
75,4% dari seluruh jumlah pasien yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pasien
skizofrenia di dirawat inap antara 1 sampai 85 hari. Rata-rata lama rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta yaitu 31 hari (Rekam Medik, 2013).

 

 
 

Dengan latar belakang di atas sangat menarik bagi peneliti untuk melakukan
penelitian tentang hubungan dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
deskriptif korelatif, untuk melihat adanya hubungan antara dukungan psikososial keluarga
dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang telah selesai rawat
inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan September 2014 yang berdomisili
di kota Surakarta.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dari peneliti, yaitu siapa saja yang
dianggap memenuhi kriteria dan cocok dijadikan sebagai sampel (Sukandarrumidi, 2006).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia. Sehingga untuk mengukur
dukungan psikososial keluarga, satu anggota keluarga mewakili satu pasien skizofrenia.
Dalam subyek penelitian dibatasi dengan kriteria inklusi untuk pasien skizofrenia sebagai
berikut: Pertama, pasien yang keluar rawat inap pada bulan September. Kedua, pasien
berdomisili di kota Surakarta. Ketiga, keluarga sehat jasmani dan rohani. Keempat,
keluarga dapat menulis dan membaca. Kelima, keluarga bersedia menjadi responden.
Keenam, keluarga dekat (bapak, ibu, kakak, anak, suami, istri) yang tinggal serumah
dengan pasien skizofrenia. Kelima, alamat responden dapat ditemukan. Jumlah sampel
yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 responden. Menurut Gay dan Diehl (1992)
dalam Mustafa (2003), penelitian korelasional paling sidikit dapat menggunakan 30
responden.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Desember 2014 di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta serta mengunjungi rumah anggota keluarga pasien skizofrenia

satu persatu.
Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medik
dan kuesioner. Data rekam medik digunakan untuk memperoleh data berupa nama pasien,
lama rawat inap, nama keluarga, serta alamat pasien skizofrenia yang berdomisili di

 

 
 

Surakarta yang telah selesai rawat inap dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Sedangkan kuesioner digunakan untuk memperoleh data dukungan psikososial keluarga
yang disusun dalam 11 butir pertanyaan. Menurut Nursalam (2003) skala pengukuran
dukungan keluarga yang digunakan adalah dengan skala likert yaitu Selalu (skor 4), Sering
(skor 3), Kadang-kadang (skor 2), Tidak pernah (skor 1).
Pengolahan dan Analisa Data
Sebelum dilakukan analisis data : Pertama, editing. Mengecek kembali kuesioner
yang diberikan pada responden telah terisi tiap pertanyaan sehingga tidak ada kuesioner
yang perlu dibuang karena tidak lengkap dalam menjawab. Kedua, scoring. Memberi nilai

pada masing masing item pertanyaan kuesioner dukungan psikososial keluarga. Untuk
kuesioner B (dukungan psikososial keluarga) jawaban untuk pernyataan favourable,
jawaban Sering skor 4, Kadang-kadang skor 3, Jarang skor 2, Tidak Pernah skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan unfavourable, jawaban Sering skor 1, Kadang-kadang skor 2,
Jarang skor 3, Tidak Pernah skor 4. Ketiga, coding. Masing-masing variabel penelitian
diberi huruf atau angka untuk mempermudah dalam memasukkan data ke dalam komputer.
Keempat, Entry data. Setelah diedit dan dikoding, kemudian data diproses dengan
memasukkan data ke komputer untuk selanjunya di analisis dengan menggunakan program
SPSS versi 17.00 for Windows. Analisis data untuk mengetahui hubungan dukungan
psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia digunakan uji statistik
Pearson Product Moment yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan)
dua variabel bila datanya berskala interval atau rasio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Keluarga Pasien Skizofrenia. Data karakteristik responden
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan responden, dan hubungan keluarga
dengan pasien.
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan data karakteristik keluarga pasien skizofrenia
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Umur

26-35
3
10,0
36-45
4
13,3
46-55
17
56,7
56-65
6
20,0
Total
30
100
Jenis Kelamin
Laki-laki
13
43,3
Perempuan
17
56,7
Total
30
100
Pendidikan
SD
14
46,7
SMP
6
20,0
SMA
7
23,3
Perguruan Tinggi
3
10,0
Total
30
100


 

 
 

Pekerjaan
Buruh
Ibu Rumah Tangga
Wirasawasta
Total
Hubungan Keluarga
Bapak
Ibu
Kakak
Istri
Suami
Anak
Total

Jumlah (orang)

Persentase (%)

10
3
17
30

33,3
10,0
56,7
100

6
14
3
2
3
2
30

20,0
46,7
10,0
6,7
10,0
6,7
100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan umur terbanyak
adalah umur 46-55 tahun sebanyak 17 responden (56,7%), umur 36-45 tahun sebanyak 4
responden (13,3%), umur 56-65 sebanyak 6 responden (20,0%), dan yang terakhir
responden berumur 26-35 sebanyak 3 responden (10,0%). Menurut Nursalam (2003),
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan logis. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam mengatasi
masalah atau pertahanan terhadap masalah yang dihadapi. Siagian (1995) mengemukakan
bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka semakin mampu menunjukkan
kematangan jiwa, semakin bijaksana dalam mengambil keputusan, mampu berpikir
rasional dan mampu mengendalikan emosi dan makin toleran terhadap orang lain. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009), dimana dengan rata-rata usia
keluarga pasien skizofrenia 50,3 tahun.
Distribusi frekuensi keluarga pasien skizofrenia terbanyak menurut jenis kelamin
adalah perempuan sebanyak 17 responden (56,7%), sedangkan distribusi frekuensi lakilaki sebanyak 13 responden (43,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Sari (2009), jenis kelamin keluarga pasien skizofrenia terbanyak adalah perempuan
sebanyak 6 orang (66%). Hal ini mungkin dikarenakan perempuan lebih banyak memiliki
waktu luang dan memiliki ikatan emosional yang lebih dalam hal perawatan keluarganya.
Distribusi frekuensi keluarga pasien skizofrenia terbanyak menurut pendidikan
adalah SD sebanyak 13 responden (46,7%), disusul SMA sebanyak 8 responden (23,3%),
kemudian SMP sebanyak 6 responden (20,0%), dan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 3
responden (10,0%). Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap
perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf
intelegensi keluarga dalam merawat pasien skizofrenia agar pasien skizofrenia mampu
kembali ke keluarga dan beradaptasi dengan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).


 

 
 

Distribusi frekuensi keluarga pasien skizofrenia menurut pekerjaan terbanyak
adalah Wiraswasta 17 responden (56,7%), disusul Buruh sebanyak 10 responden (33,3%),
kemudian Ibu Rumah Tangga sebanyak 3 responden (10,0%).
Distribusi frekuensi keluarga pasien skizofrenia menurut hubungan keluarga
terbanyak yaitu ibu sebanyak 9 responden (34,6%), kemudian bapak sebanyak 7 responden
(26,9%), disusul oleh kakak sebanyak 3 responden (11,5%), adik sebanyak 3 responden
(11,5%), kemudian suami 2 responden (7,7%), dan istri 2 responden (7,7%). Berdasarkan
hasil penelitian Sari (2009), menunjukkan bahwa data demografi hubungan keluarga
dengan pasien skizofrenia menunjukkan bahwa hubungan ibu berperan lebih banyak yaitu
sebanyak 5 responden (33%). Hal ini mungkin dikarenakan orang tua merupakan sistem
dukungan utama dalam perawatan pasien skizofrenia di rumah sakit.
Karakteristik Pasien Skizofrenia. Data karakteristik pasien skiozfrenia meliputi
umur, dan jenis kelamin
Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan data karakteristik pasien skizofrenia
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Umur
45
4
13,3
Total
30
100
Jenis Kelamin
Laki-laki
17
56,7
Perempuan
13
43,3
Total
30
100

Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar pasien skizofrenia berada pada rentang
umur dewasa atau produktif yaitu umur antara 20 sampai 45 tahun sebanyak 24 responden.
Selanjutnya, pasien skizofrenia pada umur lebih dari 45 tahun sebanyak 4 orang, dan yang
terakhir pada umur kurang dari 20 sebanyak 2 orang. Hasil ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa skizofrenia pada umumnya baru muncul pada umur dewasa dan
sangat jarang pada umur remaja dan setelah umur 45 tahun (Goldman, 2000).
Hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pasien skizofenia, diperoleh
jenis kelamin terbanyak pada laki-laki sebanyak 17 orang (56,7%), dan pada perempuan
sebanyak 13 orang (43,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Perwitasari
(2008), yang menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007 di RS. Graha, pasien skizofrenia
didominasi oleh laki-laki. Hasil ini berbeda dengan teori Kaplan dan Sadock (1997) yang
menyatakan bahwa skizofrenia sama prevalensinya antara laki-laki dan perempuan. Tetapi
dua jenis kelamin tersebut terdapat perbedaan dalam onset. Laki-laki memiliki onset lebih
awal dibanding perempuan.
Dukungan Psikososial Keluarga. Tingkat dukungan psikososial keluarga
diperoleh dari pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan 11 pertanyaan. Kategori

 

 
 

penilaian dukungan psikososial keluarga meliputi tinggi: 76-100%, sedang: 56-75%,
rendah:

(Nursalam, 2003).
Tabel 3 Distribusi frekuensi keluarga pasien skizofrenia berdasarkan dukungan psikososial keluarga
No
Kategori Dukungan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
2
3

Tinggi (34-44)
Sedang (25-33)
Rendah (30
13
43,3
30
100
Total

Berdasarkan distribusi frekuensi lama rawat inap pasien skizofrenia menunjukkan,
distribusi frekuensi pasien terbanyak terdapat pada rentang hari rawat inap >30 hari
sebanyak 13 pasien (43,3%), kemudian pada 8-14 hari sebanyak 7 pasien(23,3%), disusul
rentang hari rawat inap 8-15 hari sebanyak 6 pasien (23,1%), rentang hari rawat inap 15-30
hari sebanyak 7 pasien (23,3%), dan yang terakhir dalam rentang waktu rawat inap 1-7 hari
sebanyak 3 pasien (10,0%).


 

 
 

Rata-rata lama rawat inap pasien skiozfrenia di Rumah Sakit Jiwa Alferd dengan
rentang 1-85 hari. Sebanyak 38% pasien rawat inap di rumah sakit 7 hari dari hari masuk,
dan sebanyak 85% rawat inap 28 hari (Zhang, 2011).
Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga dengan Lama Rawat Inap Pasien
Skizofrenia
Hasil uji hubungan dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien
skizofrenia ditunjukkan pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil hubungan dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia
Variabel
ρ
p-value
Keterangan
Dukungan psikososial keluarga
Lama rawat inap
-0,577
0,001
H0 ditolak

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5, diperoleh nilai ρ sebesar –0,577 dan pvalue sebesar 0,001. Hasil pengukuran hubungan dukungan psikososial keluarga dengan
lama rawat inap pasien skizofrenia menggunakan uji statistik Pearson Product Moment
(ρ), diperoleh nilai ρ dari data yang diolah adalah -0,577 dengan p-value sebesar (0,001) <
(0,05) berarti H0 ditolak, sehingga hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta. Sedangkan untuk arah korelasi negatif artinya semakin tinggi
dukungan psikososial keluarga, maka semakin pendek hari rawat inap pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Kekuatan korelasi dapat dilihat dari nilai korelasi
(0,577), berarti berada pada rentang antara (0,40-0,599) sehingga hubungan dukungan
psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit jiwa
Daerah Surakarta memiliki koefisien korelasi sedang. Penelitian ini diperkuat oleh hasil
penelitian Zhang (2011) yang menunjukkan bahwa lama rawat inap ditentukan oleh
banyak faktor. Manifestasi perilaku pada keadaan sakit dan kurangnya struktur dukungan
sosial diperkirakan mempengaruhi lama rawat inap.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan: Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang hubungan dukungan psikososial
keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, ada hubungan antara
dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta. Kedua, arah korelasi bernilai negatif berarti semakin tinggi
dukungan keluarga, maka semakin pendek hari rawat inap pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Ketiga, hubungan dukungan psikososial keluarga dengan


 

 
 

lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, memiliki
kekuatan korelasi kategori sedang.
Saran: Diharapkan keluarga mengetahui pentingnya dukungan psikososial keluarga untuk
pasien skizofrenia, serta memaksimalkan dukungan psikososial berupa perhatian, nasehat,
dan kasih sayang agar dapat mengurangi hari rawat inap pasien skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 32-45, Jakarta, Rineka
Cipta.
Butar Butar, D., 2012, Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Daerah Provinsi Sumatra
Utara Medan, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Sumatera Utara.
Goldman, H.H., 2000, Review of General Psychiatry, Fifth Edition, USA, the McGrawHill Companies.
Hawari, D., 2003, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, 45-49, Jakarta,
Balai Penerbit FKUI.
Kaplan, S., dan Sadock, G., 1997, Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri
Klinis, Jilid Satu, 81-86, Jakarta, Binarupa Aksara.
Keliat, B.A., 2002, Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, 16-19,
Jakarta, EGC
Lestari, F.S., 2011, Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa dengan Sikap
Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Lumbantobing., 2007, Skizofrenia, 22-23, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Muntiaroh., 2013, Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Skizofrenia pada
Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah DR. Amino Gondohutomo
Semarang, Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, 67-69, Jakarta, Rineka Cipta.
Nursalam., 2003., Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, 34-41,
Jakarta, Salemba Medika.
Perwitasari, D.A., 2008, Kajian Pengguanaan Atypical Antipsychotic dan Conventional
Antipsychotic pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta,
Jurnal Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan.

 

 
 

Sadock, B.J dan Sadock, V.A., 2002, Kaplan and Sadock’s ; Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry, Ninth Edition, USA, Lippincott
Williams & Wilkins.
Salahuddin, M., 2009, Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien Gangguan
Jiwa di Yayasan Dian Atma Jaya Lawang, Skripsi, Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sari, H., 2009, Pengaruh Family Education Therapy terhadap Beban dan Kemampuan
Keluarga dalam Merawat Klien Pasung di Kabupaten Bireun Nanggroe Aceh
Darussalam, Tesis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia.
Siagian, S.P., 1995, Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi, 11-13, Jakarta,
Gunung Agung.
Stuart, G.W., 2002, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, 76-82, Jakarta, EGC.
Sukandarrumidi., 2006, Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Videbeck, L. S., 2008, Buku ajar keperawatan Jiwa, 63-78, Jakarta, EGC.
Widayanti, S., 2013, Hubungan Kualitas Kunjungan Keluarga dengan Lama Perawatan
pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino
Gondohutomo Semarang, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Yosep, I., 2008, Keperawatan jiwa, 15-19, Bandung, Refika Aditaman.
Zhang, J., Harvey, C dan Andrew, C., 2011, Factors associated with length of stay and the
risk of readmission in an acute psychiatric inpatient facility: a retrospective
study, Skripsi, Australian and New Zealand College of Psychiatrists.

10 
 

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT JALAN

7 32 58

HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga Dengan Lama Rawat Inap Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 3 11

PENDAHULUAN Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga Dengan Lama Rawat Inap Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

4 40 7

ANALISIS BIAYA PADA PASIEN SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA Analisis Biaya Pada Pasien Skizofrenia Rawat Inap Di Rumah Sakit “X” Surakarta Tahun 2012.

0 3 12

PENERIMAAN KELUARGA TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Penerimaan Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 19

PENGANTAR Penerimaan Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 1 9

PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP Penerimaan Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia

0 0 15

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKART

0 0 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ GRHASIA D.I.YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ GRHASIA D.I.YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 12