PEMANFAATAN CAMPURAN KULIT KAYU NANGKA DAN KAPUR SEBAGAI PENGGANTI SABUN UNTUK MENGHAMBAT Pemanfaatan Campuran Kulit Kayu Nangka Dan Kapur Sebagai Pengganti Sabun Untuk Menghambat Fermentasi Nira Kelapa.

PEMANFAATAN CAMPURAN KULIT KAYU NANGKA DAN KAPUR
SEBAGAI PENGGANTI SABUN UNTUK MENGHAMBAT
FERMENTASI NIRA KELAPA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:
SETO PRIO ASMORO
A 420 110 077

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PEMANFAATAN CAMPURAN KULIT I'A11] \ANGKA DAN I(AIUR
SEBAGAI PENGGANTI SABUN UNTUK MENCHAMAAT
FERMENTASI NIRA I(EIAPA

Artikel Publilosi ini l€lah diseiu.,ui oleh pdbiftbioe skipsi Fakitas

dm Il,nu Pqdidike, Unive6ius

diDendgsunsjaebkn di

Muhmddian

hadaDm

NIK.92O

SumlGrla mtuk

tin Doguii skiosi.

suolana, 22 oktobe 2015

(q]ll@

PEMANFAATAN CAMPURAN KULIT KAYU NANGKA DAN KAPUR
SEBAGAI PENGGANTI SABUN UNTUK MENGHAMBAT

FERMENTASI NIRA KELAPA

(1)

Seto Prio Asmoro (1), A 420 110 077, Triastuti Rahayu (2),
Mahasiswa/alumni, (2) Staf Pengajar, Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2015.

ABSTRAK
Campuran kulit kayu nangka dan kapur merupakan alternatif pengganti
sabun sebagai penghambat fermentasi nira kelapa yang lebih alami dan layak
keberadaanya dalam produk olahan gula jawa. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui apakah campuran kulit kayu nangka dan kapur dapat menggantikan
sabun untuk menghambat fermentasi nira kelapa. Metode penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, faktor 1 yaitu
berat campuran kulit kayu nangka dan kapur (B1=3 gram, B2=4 gram) dan
faktor 2 yaitu perbandingan kulit kayu nangka : kapur (P0=0%:0%,
P1=50%:50%, P2=65%:35%, P3=35%:65%) dengan 8 perlakuan. Hasil

menunjukkan bahwa total asam terendah (1,706%) dan derajat keasaman
tertinggi (pH=4,2) terdapat pada nira kelapa dengan perlakuan P1B2 (kulit kayu
nangka 50% dan kapur 50% dengan berat formulasi 4 gram). Berdasarkan
penelitian kuantitatif total asam dan derajat keasaman, campuran kulit kayu
nangka dan kapur belum dapat menggantikan sabun sebagai penghambat
fermentasi nira kelapa.
Kata kunci: fermentasi, kapur, kayu nangka, nira kelapa, total asam.

tepat karena sabun merupakan salah

PENDAHULUAN
Pacitan merupakan salah satu

satu

bahan

tambahan

yang


kabupaten di Jawa Timur yang

seharusnya tidak terkandung dalam

masyarakatnya

berwirausaha

makanan. Menurut Maynard (1990),

membuat gula jawa dari nira kelapa.

penambahan detergen atau sabun

Menurut

Trisnamurti

juga dapat mempertahankan pH,


(1999), nira kelapa yang berkualitas

karena detergen bersifat basa, akan

baik dan masih segar mempunyai

tetapi sebenarnya detergen tidak

rasa manis, berbau harum, tidak

dianjurkan sebagai bahan makanan

berwarna, derajat keasaman (pH)

sesuai

berkisar 6-7, dan kandungan gula

Kesehatan No. 722/ Menkes/ Per/


reduksinya

relatif

rendah.

Perlu

IX/ 1988 tentang bahan tambahan

diketahui

nira

kelapa

yang

makanan.


penelitian

peraturan

Sebelum

Departemen

menggunakan

merupakan bahan utama gula jawa

sabun masyarakat setempat telah

ini mudah mengalami fermentasi

mengenal jenis bahan tambahan lain

karena


nutrisinya

untuk menjaga kualitas nira kelapa

merupakan substrat yang baik bagi

yaitu menggunakan kapur (kapur

pertumbuhan

ditandai

sirih) dan kayu atau kulit pohon

dengan bau menyengat, warna nira

nangka. Jika dikaji lebih dalam

menguning


masam.

tentunya dua bahan tersebut lebih

Naufalin (2012), menyatakan bahwa

aman dan layak keberadaanya dalam

fermentasi

bahan

kandungan

mikroba

dan

rasa


terjadi selama proses

makanan.

Kapur

penyadapan hingga saat akan diolah

digunakan

menjadi gula kelapa, sehingga dapat

adalah kapur sirih yaitu olahan kapur

menurunkan

yang

kualitas


nira

yang

akan diolah menjadi gula kelapa.
Secara empiris, penyadap nira

dalam

yang

paling

penelitian

halus

dari

ini

kapur

mentahan yang sudah diendapkan
beberapa waktu. Hasil penelitian

di kecamatan Tulakan menggunakan

Naufalin

sabun batangan untuk menghambat

pemberian Ca(OH)2 (kapur) 2%

fermentasi.

diketahui

Penggunaaan

bahan

tambahan berupa sabun ini kurang

(2012),

dapat

menunjukkan

mempertahankan

kualitas nira kelapa sampai 4 jam.

Berdasarkan penelitian Lubis

mengambil bahan alami yang lebih

penambahan

aman dari campuran kulit kayu

konsentrasi 8% ekstrak kayu nangka

nangka dan kapur sebagai pengganti

dapat mempertahankan mutu gula

sabun untuk menghambat terjadinya

aren

proses fermentasi pada nira kelapa.

(2013),

bahwa

cair. Hal ini dikarenakan

fermentasi nira terhambat oleh kulit
kayu nangka

yang mengandung

alkaloid, flavonoid, tannin, saponin

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di

nira

Laboratorium Biologi FKIP UMS

karena memiliki sifat antimikroba.

untuk persiapan, pembuatan dan

Sesuai dengan pernyataan Ersam

pengaplikasian formulasi, pengujian

(2001), yang menyatakan bahwa

derajat keasaman, kadar alkohol dan

kandungan kimia

nangka

CO2 serta di Laboratorium Pangan

antara lain tannin yang mempunyai

dan Gizi Fakultas Pertanian UNS

sifat

untuk pengujian total asam.

sehingga dapat mengawetkan

atau

kayu

daya

bakteriostatik.

Robinson (1995) menyatakan bahwa

Penelitian

ini

alkaloid adalah senyawa pahit yang

penelitian

dapat

menghambat pertumbuhan

rancangan penelitian menggunakan

bakteri. Saponin mempunyai sifat

Rancangan Acak Rengkap (RAL)

seperti

digunakan
(peradangan)
(Zakaria,

dapat

pola faktor yang terdiri dari 2 faktor.

kotoran,

dapat

Ada 8 kombinasi perlakuan, adapun

sebagai

antiinflamasi

dan

antimikroba

2007).

berfungsi

faktor perlakuan sebagai berikut:
Faktor I

Flavonoid

sebagai

B1
B2

antibakteri
Faktor II

dengan cara membentuk senyawa
kompleks

terhadap

ekstraseluler
integritas

senyawa

yang mengganggu

membran

P2

(Cowan, 1999). Oleh karena itu

P3

penelitian

sel

P0
P1

bakteri

dalam

dengan

yang

sabun

melarutkan

eksperimen

merupakan

ini,

peneliti

: Berat campuran (formulasi)
kulit kayu nangka dan kapur
(B)
: 3 gram
: 4 gram
: Perbandingan komposisi
formulasi antara kulit kayu
nangka dan kapur (P)
: Kontrol (sabun batangan)
: Kulit kayu nangka 50% dan
kapur 50%
: Kulit kayu nangka 65% dan
kapur 35%
: Kulit kayu nangka 35% dan
kapur 65%

Teknik

Tabel 1. Rancangan Percobaan.
B

pengumpulan

data

pada penelitian ini dengan menguji

B1

B2

P0

P0B2

P0B2

P1

P1BI

P1B2

P2

P2B1

P2B2

alkohol, gas CO2 dan pH pada nira

P3

P3B1

P3B2

kelapa

P

Prosedur penelitian dimulai
dengan mencampurkan serbuk kulit
kayu kering dan kapur sirih (kering)
dengan komposisi dan konsentrasi
yang telah ditentukan. Memasukkan
campuran kulit kayu nangka dan
kapur ke dalam 1 liter nira kelapa.
Menutup wadah dengan plastik dan

total asam di Lab. Pangan dan Gizi
Fakultas Pertanian UNS dan kadar

dengan

penambahan

campuran kulit kayu nangka dan
kapur di Lab. Biologi FKIP UMS.
Uji total asam dan pH akan dianalisis
menggunakan

analisis

secara

deskriptif kuantitatif, serta kadar
alkohol dan gas CO2 dianalisis
secara deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN

jam.

Hasil penelitian total asam

Melaksanakan uji kadar alkohol, gas

dan derajat keasaman nira kelapa

CO2 secara kualitatif dan uji total

dengan penambahan campuran kulit

asam serta derajat keasaman secara

kayu nangka dan kapur dapat dilihat

kuantitatif pada nira kelapa.

pada Tabel 2.

didiamkan

selama

24

Tabel 2. Rata-rata total asam dan derajat keasaman nira kelapa dengan
penambahan campuran kulit kayu nangka dan kapur

P0B1
P0B2

Rata-rata
Total Asam
(%wb)
0,421
0,311

Rata-rata
Derajat
Keasaman (pH)
4,4
4,7

P1B1

1,897

3,8

P1B2

1,706

4,2

P2B1

1,950

3,7

P2B2

1,804

3,9

P3B1

1,749

4,0

P3B2

1,810

3,9

Perlakuan

Keterangan
Sabun batangan dengan berat 3 gram
Sabun batangan dengan berat 4 gram
Kulit kayu nangka 50% dan kapur 50%
dengan berat formulasi 3 gram
Kulit kayu nangka 50% dan kapur 50%
dengan berat formulasi 4 gram
Kulit kayu nangka 65% dan kapur 35%
dengan berat formulasi 3 gram
Kulit kayu nangka 65% dan kapur 35%
dengan berat formulasi 4 gram
Kulit kayu nangka 35% dan kapur 65%
dengan berat formulasi 3 gram
Kulit kayu nangka 35% dan kapur 65%
dengan berat formulasi 4 gram

Secara
kualitatif
kadar
alkohol dan CO2 nira kelapa dengan
penambahan campuran kulit kayu

nangka dan kapur menunjukkan hasil
seperti yang terlihat pada tabel 3.

Kadar alkohol dan CO2 nira kelapa dengan penambahan
campuran kulit kayu nangka dan kapur,

Tabel 3.
Perlakuan

Kadar Alkohol

Kadar CO2

P0B1

+

++

P1B1

++

+++

P2B1

+

++

P3B1

++

+++

P0B2

+

+

P1B2

++

++

P2B2

+

++

P3B2

+

+

Keterangan
Sabun batangan dengan berat 3 gram
Kulit kayu nangka 50% dan kapur 50%
dengan berat formulasi 3 gram
Kulit kayu nangka 65% dan kapur 35%
dengan berat formulasi 3 gram
Kulit kayu nangka 35% dan kapur 65%
dengan berat formulasi 3 gram
Sabun batangan dengan berat 4 gram
Kulit kayu nangka 50% dan kapur 50%
dengan berat formulasi 4 gram
Kulit kayu nangka 65% dan kapur 35%
dengan berat formulasi 4 gram
Kulit kayu nangka 35% dan kapur 65%
dengan berat formulasi 4 gram

Keterangan:
+ + + : Gelembung banyak dan atau bau alkohol sangat menyengat
+ + : Gelembung sedang dan atau bau alkohol menyengat
+
: Gelembung sedikit dan atau bau alkohol kurang menyengat
: Tidak terdapat gelembung dan atau tidak berbau (bau nira kelapa)
Prinsip

dasar

adalah

mengaktifkan

mikroba

tertentu

fermentasi
kegiatan

untuk

hidrolisis

pati

menjadi

unit-unit

glukosa.

tujuan

Berdasarkan hasil penelitian

mengubah sifat bahan, agar dapat

campuran kapur dan kulit kayu

menghasilkan

yang

nangka kurang dapat menghambat

bermanfaat seperti alkohol. Menurut

fermentasi nira apabila dibandingkan

Idral (2012), fermentasi alkohol atau

menggunakan sabun batangan. Hal

alkoholisasi adalah proses perubahan

tersebut

gula menjadi alkohol dan CO2 oleh

parameter primer hasil fermentasi

mikroba,

khamir

meliputi total asam dan derajat

cerevisiae.

keasaman yang membuktikan bahwa

Karbohidrat akan dipecah dahulu

dengan berat yang sama formulasi

menjadi gula sederhana yaitu dengan

kapur dan kulit kayu nangka tidak

sesuatu

terutama

Saccharomyces

oleh

ditunjukkan

dengan

memiliki daya hambat yang lebih

dengan sendirinya dalam waktu 2-3

baik dari pada sabun.

hari dalam air dan akan berkurang

Hal tersebut dapat terjadi

daya racunnya jika digunakan pada

karena beberapa faktor, diantaranya

larutan berkadar garam rendah dan

adalah berat formulasi campuran

tahan terhadap pemanasan (de Silva,

kapur dan kulit kayu nangka. Dengan

1972).

menambah berat formulasi maka

Robinson (1995) menyatakan

senyawa-senyawa yang terkandung

bahwa alkaloid adalah senyawa pahit

dalam

yang

formulasi

yang

berfungsi

dapat

menghambat

sebagai anti fermentasi semakin

pertumbuhan

tinggi pula.

alkaloid dalam bidang kesehatan

Senyawa
nangka

dari

kayu

antara

lain

Manfaat

menaikkan

dalam

menurunkan

fermentasi

adalah

melawan infeksi mikrobia (Carey,

tannin, alkaloid, saponin, flavanoid

tekanan

atau

berperan

yang

menghambat

kulit

bakteri.

darah

dan

2006).

dan dari kapur adalah ion OH-.

Flavonoid dapat digunakan

Menurut Browning (1966), sifat

sebagai anti bakteri, anti alergi,

utama

sitotoksik,

tannin

tumbuh-tumbuhan

tergantung pada gugusan phenolik -

dan

anti

hipertensi

(Sriningsih, 2008).

OH yang terkandung dalam tannin.

Kapur akan mempertahankan

Tannin mempunyai sifat atau daya

pH nira tetap tinggi, sehingga dapat

bakterostatik,

menghambat

fungistatik

dan

baik

merupakan racun.
Saponin

membentuk

busa

oleh

terjadinya
jasad

renik

hidrolisa
maupun

pengaruh asam. CaO atau kapur di

koloida dalam air dan memiliki sifat

dalam air

detergen

Selanjutnya menghasilkan ion OH-

2005).

yang
Saponin

baik

(Chapagain,

beracun

membentuk

Ca(OH)2.

bagi

bebas yang membuat larutan alkalis.

binatang berdarah dingin tetapi tidak

Pada prinsipnya, penambahan kapur

beracun bagi manusia karena tidak

dalam

diadsorpsi dari saluran pencernaan.

kenaikan pH nira akibat

Daya racun saponin akan hilang

(Erwinda, 2014).

nira

akan menyebabkan
ion OH-

Efekttifitas cam
mpuran kapuur

ferrmentasi niraa kelapa daapat dilihat

Skala

d kulit kaayu nangka sebagai annti
dan

padda gambar 1.

5
4
3
2
1
0

T
Total Asam
p
pH
P0B1
P

P0B2

P1B1

P1B2
2

P2B1

P2
2B2

P3B1

P3B2

Perrlakuan

Gamba
ar 1. Histoggram rata-ratta total asam
m dan derajat keasaman nira
n kelapa
dengan
n penambahaan campurann kulit kayu nangka dan kapur.
Berddasarkan hassil penelitiaan

kaddar alkohol serta gas CO2 yang

s
secara
kuallitatif, nira kelapa padda

leb
bih

s
semua
perllakuan cam
mpuran kapuur

denngan

d kulit kaayu nangka menghasilka
dan
m
an

sabbun). (Gambbar 2)

P0B2
2

banyakk

jika

konntrol

(menggunakan

P0B1

P0B2

P0B1

dib
bandingkan

P1B1
P1B2

P1B1

P1B
B2

B1
P2B

P3B1

P3B2

A
G
Gambar
2.

P2B2

P2B1

P2B2

P3B1

P3B
B2

B

Nira kelaapa sebelum diinkubasi (A)
( dan nira kelapa setellah
diinkubassi selama 244 jam (B)

Gam
mbar

m
menunjukka
an

tab
bung erlenm
meyer ditutu
up dengan

p
perbedaan
n
nira
kelapa sebelum daan

plaastik dan diiikat menggu
unakan tali

s
sesudah

karret. Setelahh 24 jam
m inkubasi

2

m
mengalami

fermentasi

s
selama
inkkubasi 24 jam.
j
Selam
ma

pennutup

plaastik

i
inkubasi
244 jam nira kelapa
k
dalam
m

meenandakan

adanya

men
ngembang,
gas

CO2

indikasi terjadinya fermentasi. Selain

gram dari 35% kulit kayu nangka

mengembangnya

plastik,

dan 65% kapur (P3B2) menunjukkan

indikasi lain adanya gas CO2 adalah

daya hambat fermentasi yang sama

gelembung-gelembung

nira

dengan sabun batangan. Artinya

kelapa yang naik ke permukaan. Hal

berdasarkan daya hambat fermentasi

ini

ditinjau dari kadar

penutup

menandakan

kecil

bahwa

proses

CO2 secara

fermentasi pada nira kelapa masih

kualitatif, komposisi dan konsentrasi

berlangsung.

sedikitnya

formulasi perlakuan P3B2 dapat

gelembung-gelembung kecil pada

digunakan sebagai pengganti sabun

nira kelapa ini digunakan sebagai

batangan.

Banyak

indikator untuk parameter kualitatif
kadar

CO2.

Secara

kadar

diketahui

dengan

banyak

alkohol

gelembung maka semakin tinggi

baunya.

kadar CO2 hasil fermentasi, begitu

pengamatan kadar alkohol setiap

pula

perlakuan

Semakin

sebaliknya

semakin

sedikit

dapat

kualitatif

Berdasarkan

relatif

hasil

sama,

namun

gelembung maka semakin rendah

terdapat 3 perlakuan (P1B1, P3B1

kadar CO2 hasil fermentasi. Kadar

dan P1B2) diketahui memiliki kadar

CO2

alkohol

tertinggi

terdapat

pada

lebih

tinggi

yang

perlakuan P1B1 (kulit kayu nangka

diindikasikan dengan bau nira kelapa

50% dan kapur 50% dengan berat

lebih menyengat dari pada perlakuan

formulasi 3 gram) dan P3B1 (kulit

lain.
Berdasarkan

kayu nangka 35% dan kapur 65%

penelitian

dengan berat formulasi 3 gram)

kuantitatif dapat diketahui bahwa

sedangkan

terendah

formulasi kapur dan kulit kayu

terdapat pada perlakuan P0B2 (sabun

nangka belum dapat menggatikan

batangan dengan berat 4 gram) dan

sabun untuk menghambat fermentasi

P3B2 (Kulit kayu nangka 35% dan

nira

kapur 65% dengan berat formulasi 4

kualitatif formulasi ini sudah dapat

gram).

hasil

digunakan untuk penggati sabun.

pengamatan secara kualitatif tersebut

Dengan demikian maka formulasi

di atas dengan berat formulasi 4

tersebut perlu diperbaiki untuk dapat

kadar

CO2

Berdasarkan

kelapa,

walaupun

secara

menggantikan peran sabun sebagai
penghambat fermentasi nira kelapa

Carey, Francis A., 2006. Organic
Chemistry, 6th ed., New
York: McGraw Hill, 954.

agar dapat memenuhi kualitas bahan
baku pembuatan gula jawa.
SIMPULAN
Secara

kuantitatif

hasil

penelitian total asam dan derajat
keasaman

nira

kelapa

dengan

penambahan campuran kulit kayu
nangka dan kapur belum dapat
menggantikan

sabun

untuk

menghambat fermentasi.
SARAN
Bagi
datang

peneliti

perlu

yang

menambah

akan
berat

formulasi agar memperoleh hasil
yang dapat menggantikan sabun
sebagai penghambat fermentasi nira
kelapa.
Perlu
pembandingan

diadakan
hasil

berdasarkan

berat formulasi antara formulasi
kering (yang sedang diteliti) dengan
formulasi basah.

DAFTAR PUSTAKA
Browning, B. L. 1966. ”Methods of
Wood Chemistry”. Vol I, II.
Interscience Publisher. New
York.

Chapagain, B.P., dan Wiesman, Z.,
(2005), “Larvicidal Activity
of the Fruit Mesocarp
Extract of Balanites
aegyptiaca and its Saponin
Fractions against Aedes
aegypti”, Dengue Bulletin ,
29.
Cowan, M. M. 1999. Plant Products
As Antimicrobial Agents.
Clinical Microbiology
Reviews : 564-582.
American Society for
Microbiology.
De Silva, U.L.L., G.R. Roberts,
(1972), “Products From Tea
Seeds – Extraction and
Properties of Saponin”, Tea
Research Institute, Sri
Lanka, Tea O,43 (3): 91-94.
Ersam, T. 2001. Senyawa Kimia
Makromolekul Beberapa
Tumbuhan Artocarpus
Hutan Tropika Sumatera
Barat. Disertasi. Intitut
Teknologi Bandung,
Bandung.
Erwinda, M. D., dkk. 2014.
Pengaruh pH Nira Tebu
(Saccharum officinarum)
dan Konsentrasi
Penambahan Kapur
Terhadap Kualitas Gula
Merah. Universitas
Brawijaya Malang. Volume
2 Nomor 3.

Idral, Salim, Mardiyah. 2012.
Pembuatan Alkohol dari
Ampas Sagu dengan Proses
Hidrolisis Asam dan
Menggunakan
Saccharomyces cerevisiae.
Jurnal Kimia Unand,
Volume 1 (No. 1).

Trisnamukti, Roy H., Sutrisno, Ela
T., Fatimah, Dewi. 1999.
Perubahan Kenaikan Titik
Didih dan Panas Jenis
Larutan pada Pembuatan
Gula Semut Aren (Arenga
pinnata), Buletin IPT, 5: 3640.

Lubis, R.F., Rona J. Nainggolan,
Mimi Nurminah. 2013.
Pengaruh Penambahan
Konsentrasi Bahan
Pengawet Alami Pada Nira
Aren Selama Penyimpanan
Terhadap Mutu Gula Aren
Cair. USU Medan. Volume
1 Nomor 4.

Zakaria, Z.A., Zaiton, H., Henie,
E.F.P., Jais,A.M.M., and
Zainuddin, E.N.H. 2007. In
vitro antibacterial activity
of Averrhoa bilimbi L.
leaves and fruits extracts.
International Journal of
Tropical Medicine. 2(3):
96-100.

Maynard, A. J. 1990. Methods in
food analysis. Academic
Press, New York.
Naufalin Rifda, Tri Yanto, dan
Abdulloh Goro Binardjo.
2012. Penambahan
Konsentrasi Ca(OH)2 dan
Bahan Pengawet Alami
untuk Peningkatan Kualitas
Nira Kelapa. Universitas
Jenderal Soedirman
Purwokerto. Volume 12
Nomor 2.
Robinson, T. 1995. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi.
ITB, Bandung.
Sriningsih. 2008. Analisa Senyawa
Golongan Flavonoid Herba
Tempuyung
(Sonchusarvensis L) :
www.indomedia.com/intisar
i/1999/juni/tempuyung.htm.
(diakses tanggal 4
September 2015).

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN BIJI NANGKA DAN KULIT KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL Pemanfaatan Biji Nangka Dan Kulit Kacang Tanah Sebagai Bahan Baku Bioplastik Dengan Penambahan Gliserol.

1 3 16

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU DARI HASIL PEMBAKARAN NIRA PG. GONDANG BARU KLATEN Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Dari Hasil Pembakaran Nira PG. Gondang Baru Klaten Dan Kapur Tohor Pengganti Semen Untuk Campuran Beton.

0 2 17

PENDAHULUAN Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Dari Hasil Pembakaran Nira PG. Gondang Baru Klaten Dan Kapur Tohor Pengganti Semen Untuk Campuran Beton.

0 3 4

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU DARI HASIL PEMBAKARAN NIRA PG. GONDANG BARU KLATEN Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Dari Hasil Pembakaran Nira PG. Gondang Baru Klaten Dan Kapur Tohor Pengganti Semen Untuk Campuran Beton.

0 2 12

PEMANFAATAN CAMPURAN KULIT KAYU NANGKA DAN KAPUR SEBAGAI PENGGANTI SABUN UNTUK MENGHAMBAT Pemanfaatan Campuran Kulit Kayu Nangka Dan Kapur Sebagai Pengganti Sabun Untuk Menghambat Fermentasi Nira Kelapa.

0 3 14

PENDAHULUAN Pemanfaatan Campuran Kulit Kayu Nangka Dan Kapur Sebagai Pengganti Sabun Untuk Menghambat Fermentasi Nira Kelapa.

0 2 4

PENDAHULUAN Pemanfaatan Terak Tanur Tinggi dari Hasil Pembakaran Bata Merah Desa Bogor Cawas Klaten Sebagai Bahan Tambah dan Kapur Tohor Sebagai Pengganti Semen Untuk Campuran Beton.

0 4 4

PEMANFAATAN TANAH TULAKAN SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON.

0 10 6

PEMANFAATAN TANAH TULAKAN DAN KAPUR SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA CAMPURAN BETON YANG DI RENDAM AIR LIMBAH.

0 1 5

PEMANFAATAN PADAS PUTIH DAN KAPUR PADAM SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PEMBUATAN BATAKO.

0 0 16