PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP
PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA
DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

 
 
 
 
 
 
 
 

Disusun Oleh :
AGNES RIA KUSUMA
J 410 131 040

 

 

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
 
 

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU
KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA
DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI
Agnes Ria Kusuma1, Yuli Kusumawati2, Rukma Astuti3
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta

ABSTRACT
A positive knowledge and attitudes cadres will have an impact on the will of cadres to always

proactive and responsible in giving the socialization of the importance of nutrition toddlers
to the community. Research target to knowing the correlation about knowledge and an
attitude toward behavior cadres in the implementation of the counseling nutrition babies in
Posyandu the working areas of Ngemplak Health Center Ngemplak Sub District Boyolali
District.
Research Methods this research used observational analytic with cross sectional approach.
Sample in research estimated 259 cadres .Research instruments uses a questionnaire
.Analysis data using multiple linear regression at significant level 95 %.
Result in partial knowledge and attitudes about nutrition toddlers significant to behavior
cadres in counseling nutrition babies in posyandu the working areas of Ngemplak
Community Health Center Ngemplak Sub District Boyolali District (p=0,000). Together
knowledge and attitudes about nutrition toddlers significant to behavior cadres in counseling
nutrition babies in posyandu the working areas of Ngemplak. Community Health Center
Ngemplak Sub District Boyolali District 63% (p=0,000).
Key Word: knowledge, attitudes, behavior cadres
 
 
 
 
 

 

Pendahuluan
Pada tahun 2012, Indonesia
merupakan negara kekurangan gizi
nomor 5 di dunia. Peringkat kelima
karena jumlah penduduk Indonesia juga
di urutan empat terbesar dunia, Jumlah
balita yang kekurangan gizi di Indonesia
saat ini sekitar 900 ribu jiwa. jumlah
tersebut merupakan 4,5 persen dari
jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta
jiwa. Daerah yang kekurangan gizi
tersebar di seluruh Indonesia, tidak
hanya daerah bagian timur Indonesia
(BPS, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional
diperkirakan Prevalensi Balita Gizi
Buruk dan Kurang sebesar 19,6 %.

Jumlah ini jika dibandingkan dengan
hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi
peningkatan sebesar 18,4 %. Bila
dilakukan konversi ke dalam jumlah
absolutnya, ketika jumlah Balita tahun
2013 adalah 23.708.844, sehingga
jumlah
Balita
Giburkur
sebesar
4.646.933 (19,6%).
Data Provinsi Jawa Tengah selama
6 tahun berturut-turut (2005-2010)
masuk ke dalam kategori 10 provinsi
dengan kasus tertinggi gizi buruk.
Perkembangan keadaan gizi masyarakat
dapat dipantau berdasarkan hasil
pencatatan dan pelaporan (RR) program
perbaikan
gizi

masyarakat
yang
tercermin dalam hasil penimbangan
balita setiap bulan di posyandu. Keadaan
status gizi masyarakat di Jawa Tengah
dapat tercermin dari data tahun 2004
yang menunjukkan jumlah balita yang
ada (S) sebanyak 2.767.378 dan dari
jumlah tersebut jumlah balita yang
datang dan ditimbang (D) di posyandu

2.064.472 (74,6%) dengan rincian
jumlah balita yang naik berat badannya
(N) sebanyak 1.556.443 balita (75,39%)
dan balita yang berada dibawah garis
merah (BGM) sebanyak 35.327 balit
a (1,71%). Data tersebut menunjukkan
bahwa di Jawa Tengah masih banyak
ditemukan balita yang status gizinya
berada dibawah standar (BGM).

Bahkan pada tahun 2006, Jawa
Tengah menyumbang angka gizi buruk
tertinggi dalam skala nasional, yaitu
10376 kasus, pada tahun 2009 angka
kejadian anak yang menderita gizi buruk
di Jawa Tengah turun menjadi 4.676
kasus berdasarkan kasus tersebur
terdapat 43 balita (0,92%) meninggal
dunia. Persentase kasus gizi buruk di
Jateng sebesar 0,179% atau sebanyak
4.676 orang dari jumlah Balita yang ada
(Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012).
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
(Dinkes) Kabupaten Boyolali pada tahun
2015 menemukan data 562 (0,79%) dari
71.077 anak dinyatakan menderita gizi
buruk. Mayoritas penderita gizi buruk
ada di wilayah Boyolali Utara (Dinkes

Boyolali, 2015).
Persentase balita gizi bermasalah
(BGM) di wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali adalah 9% dengan
persentase gizi buruk sebesar 1,9%, gizi
kurang 7%. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase BGM, gizi buruk, dan
gizikurang di wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak Boyolali masih tinggi. Nilai
tersebut masih diatas standar persentase
yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan Jawa Tengah yaitu BGM
sebesar kurang atau sama dengan 1,5%,
gizi buruk 3%, dan gizi kurang 1,3%
(Puskesmas Ngemplak, 2015).


 

Bahkan Menteri Kesehatan pesimis

jumlah balita penderita gizi buruk
menurun
mencapai
target
yang
ditentukan dalam keputusan MDGs
2015, prevalensi gizi kurang pada balita
masih 17,9 persen dan dikhawatirkan
target MDGs tidak tercapai (Laporan
MDGs, 2012).
Kejadian gizi buruk, bukan hanya
terjadi pada masyarakat/keluarga dengan
status ekonomi kurang saja namun juga
terjadi pada keluarga/masyarakat dengan
status ekonomi menengah ke atas meski
ada kecenderungan lebih sedikit. Salah
satu faktor kejadian gizi buruk adalah
rendahnya pengetahuan masyarakat
terhadap pemberian makan dengan gizi
yang tepat. Posyandu mempunyai peran

yang vital untuk menumbuhkan dan
mendidik
masyarakat
dalam
hal
pentingnya pengetahuan gizi balita.
Peran kader kesehatan sangat
penting dalam kegiatan posyandu. Kader
merupakan ujung tombak dalam
sosialisasi kepada masyarakat. Kader
kesehatan adalah seseorang yang dipilih
oleh
masyarakat
dan
bertugas
meningkatkan kesehatan masyarakat
dengan sukarela. Tugas kader salah
satunya adalah memberikan informasi
kesehatan saat posyandu berlangsung.
Pendidikan kesehatan yang diberikan ini

berkaitan dengan masalah-masalah yang
sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kader
merupakan sumber referensi rujukan
masyarakat, dipercaya oleh masyarakat
dan memiliki hubungan yang dekat
dengan masyarakat karena kader tersebut
merupakan bagian dari masyarakat.
Peran kader dalam menjalankan tugasnya
sebagai pemberi informasi kesehatan
tersebut berpengaruh besar terhadap
perilaku yang ada di masyarakat
(Pradana, 2012).

Pentingnya peran kader tentunya
harus diimbangi dengan pengetahuan
kader dan sikap kader dalam perannya
terhadap sosialisasi atau penyuluhan
yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak. Penelitian Djafar (2014) tentang

“Dampak Pengetahuan dan Sikap
Terhadap Tindakan Kader Posyandu
Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) Di Pondok Betung Pondok
Aren”. Pengetahuan kader yang baik
tentang gizi sangat penting bagi kader,
agar kader mampu menyampaikan
penyuluhan dengan baik. Sikap kader
yang positif akan berdampak pada
kemauan kader untuk selalu proaktif dan
bertanggung jawab dalam memberikan
sosialisasi pentingnya gizi balita kepada
masyarakat.
Puskesmas Ngemplak Kabupaten
Boyolali bagian utara, mempunyai
cakupan wilayah kerja yang luas, dan
mempunyai jumlah kader yang aktif
lebih banyak dibandingkan dengan
puskesmas yang lain di wilayah Boyolali
utara. Hasil studi pendahuluan di
Puskesmas
Ngemplak
Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali, terdapat
735 kader yang tersebar dalam 12 Desa.
Berdasarkan
data
kegiatan
dari
Puskesmas
Ngemplak
diperoleh
informasi kegiatan penyuluhan di
posyandu menjadi prioritas untuk
menangani kasus gizi. Puskesmas
memberikan pelatihan-pelatihan bagi
kader, agar nantinya kader bisa
memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat sesuai posyandu masingmasing. Hasil wawancara terhadap 30
kader, didapatkan informasi 16 kader
(53,3%) mempunyai pengetahuan baik
tentang pentingnya penyuluhan gizi baik,
sedangkan
14
(46,7%)
dengan
pengetahuan kurang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengetahuan dan
sikap kader terhadap perilaku kader


 

dalam
m penyuluhhan gizi
posyanndu wilayaah kerja
Ngemp
mplak Boyolaali.

balita di
Puskesmas

D
Data
statisttik skor sikap
s
dan
perilak
ku kader daalam penyu
uluhan gizi
balita di posyaandu wilay
yah kerja
Nggemplak
puskesmas
Boyolali
pilkan pada taable 1 berikuut:
ditamp

J
Jenis
penellitian yang digunakan
adalahh observasiional analittik dengan
rancanngan crosss sectionaal. Lokasi
penelitian dilak
kukan di Posyandu
P
wilayaah Kerja Puskesmas
Ngemplak
Kecam
matan
Nggemplak
Kabupaten
Boyolali
dilaku
ukan
pad
da
bulan
mber 2015. Sampel seb
banyak 259
Novem
kader yang berada di Posyan
ndu wilayah
Kerja Puskesmas Ngemplak Kecamatan
mplak
Kaabupaten
Ngemp
Boyolali.
Instrum
men
peneelitian
meenggunakan
kuesiooner yang teelah diuji vaaliditas dan
reliabiilitasnya terrlebih dahullu. Analisa
data dengan
d
mengggunakan reegresi linier
bergan
nda, yang teerlebih dahuulu diujikan
prasyaarat analisisn
nya.

Tabel 1. Data Statistik Sikap
S
dan
ku.
Perilak

Metod
de Penelitian

Perrilaku
Sikkap
53,1 9,3
13,9 3,1
Minim
mum
5,0
322,0
Maxim
mum
788,0
20,0
2
P
Pada
tabel diketahui
d
sebbaran hasil
pengukkuran variabel sikapp tentang
penyuluhan gizii balita dengan skor
or tertinggi
terendaah sebesar 32 dan sko
standar
sebesarr 78. Rata-rata (means)
deviasii (SD) sebesaar 53,1 9,3
3.

Hasil Penelitian

P
Pengukuran
vvariabel periilaku kader
dalam penyuluhann gizi baliita dengan
t
sebesar 5 dan skor
skor terendah
tertingg
gi sebesar 200. Rata-rata (means)
standarr deviasi (SD
D) sebesar 133,9 3,1.

tentang
G
Gambaran
kategori
pengettahuan kader tentang gizi balita
lebih dari
d separuh termasuk kaategori baik
yaitu 54,8
5 %.

S
Selanjutnya
tabel 2 memberikan
m
inform
masi tentang hasil analissa statistik
dengann regresi linier bergganda dan
syarat-syaratnya.

Ku
urang
9%

2 Hasil Anaalisis Data
Tabel 2.
Cukup
36%

Uji
Baik
55%

m Kategori Pengetahuan
P
Gambar1.Diagram
Kaderr Tentang Gizi Balita.
P
Pada
gamb
bar 1terlih
hat bahwa
pengettahuan kadeer tentang giizi balita di
posyanndu wilayaah kerja Puskesmas
Ngemp
mplak Boyolaali dalam kaategori baik
yaitu sebanyak 1442 respondeen (54,8%),
ori cukup
sedanggkan dalaam katego
sebanyyak 94 ressponden (36
6,2%), dan
untuk kategori kurang sebbanyak 23
responnden (9%).

Asumsi Klasik
Normaliitas
Pengetahhuan
Sikap
Perilakuu

Hasil

Keterangan

0,061>0,05 Normal
0,466>0,05 Normal
0,102>0,05 Normal

1,115
1,410
acak

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

α=0,88
β1 =0,67
β 2 =0,05

Parameter
positif.

Hipotesiis

P=0,000

Ho ditolak

Koefisieen
Determinasi

0,633

Berpengaruh
63,3%

Multikollinieritas
Auto Koorelasi
Heterosk
kedastisitas
Hipotesis
Regresi Berganda

3

Uji t digunakan untuk pengujian
pengaruh
masing-masing
variabel
independen (pengetahuan dan sikap)
dengan variabel dependen (perilaku)
dengan hasil sebagai berikut:
Pengaruh Variabel X1 (pengetahuan
tentang gizi balita) dengan Variabel Y
(perilaku kader dalam penyuluhan gizi
balita). Hasil perhitungan t statistik untuk
variabel
pengetahuan
gizi
balita
diperoleh nilai sebesar 18,070 maka Ho
ditolak, artinya pengetahuan tentang gizi
balita berpengaruh signifikan terhadap
variabel
perilaku
kader
dalam
penyuluhan gizi balita.
Pengaruh Variabel X2 (sikap
tentang penyuluhan gizi balita) dengan
Variabel Y (perilaku kader dalam
penyuluhan
gizi
balita).
Hasil
perhitungan t statistik untuk variabel
sikap tentang penyuluhan gizi balita
diperoleh nilai sebesar 4,390, maka Ho
ditolak, artinya variabel sikap tentang
penyuluhan
gizi balita berpengaruh
signifikan terhadap variabel perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita.
Uji F digunakan untuk menyatakan
ada
tidaknya
pengaruh
variabel
independen (pengetahuan dan sikap)
secara bersama-sama (keseluruhan)
terhadap variabel dependen (perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita).
Hasil perhitungan F statistik diperoleh
nilai sebesar 221,075, maka Ho ditolak,
artinya
variabel
independen
(pengetahuan dan sikap) secara bersamasama berpengaruh terhadap perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita.
Koefisien Determinasi (R square)
Koefisien
determinasi
(R2)
digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Hasil perhitungan
koefisien determinasi (R2) diperoleh
nilai sebesar 0.633. Hal menunjukkan
variabel bebas (pengetahuan dan sikap),

memberi sumbangan terhadap perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita
sebesar 63,3% sedangkan sisanya dapat
dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.
Pembahasan
Pengaruh Pengetahuan Tentang Gizi
Balita Terhadap Perilaku Kader
Dalam Penyuluhan Gizi Balita.
Hasil penelitian menunjukkan besar
koefisien
regresi
untuk
variabel
pengetahuan tentang gizi balita adalah
0,678
dengan
parameter
positif.
Pengetahuan kader yang baik tentang
gizi sangat penting bagi kader, agar
kader
mampu
menyampaikan
penyuluhan dengan baik. Hal ini seperti
yang dijelaskan oleh Notoatmodjo
(2010) pengetahuan merupakan hal
yanng penting dan mendasar harus
dimiliki oleh para kader kesehatan,
pengetahuan menjadi modal dasar dalam
melakukan
penyuluhan-penyuluhan
kesehatan.
Peningkatan pengetahuan
kader
melalui
pelatihan
sangat
diperlukan agar kader mampu mengelola
dan
melakukan
deteksi
dini
perkembangan
sesuai
dengan
kemampuannya, karena pengetahuan dan
kognitif merupakan domain yang sangat
penting bagi pembentukan tindakan
seseorang.
Pengetahuan merupakan faktor
penting yang berpengaruh terhadap
perilaku kader hal ini seperti yang
diungkapkan oleh penelitian Eka,dkk
(2014) pengetahuan berbanding lurus
dengan peningkat perilaku kader.
Pengetahuan kader yang baik maka
mempengaruhi perilaku kader dalam
melakukan deteksi dini perkembangan
pada
balita
dengan
baik
dan
berkesinambungan. Sebaliknya jika
pengetahuan kader kurang, maka kader
dalam melaksanakan deteksi dini kurang
dan bahkan tidak melakukan deteksi dini


 

perkembangan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Green (2010) pengetahuan
merupakan faktor predisposisi dalam
pembentukan perilaku. Penelitian Eka,
dkk (2014) menjelaskan pengetahuan
merupakan faktor predisposisi yang
berpengaruh signifikan terhadap perilaku
kader dalam melakukan deteksi dini
terhadap perkembangan balita. Sikap
yang negatif mencerminkan perilaku
yang kurang, kemungkinan sikap negatif
dipengaruhi oleh pengalaman dan
pengetahuan
Hasil
penelitian
membuktikan
pengetahuan
berpengaruh signifikan
terhadap
perilaku
kader
dalam
penyuluhan gizi balita. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Eka, dkk (2014)
pengetahuan signifikan berpengaruh
terhadap perilaku. Penelitian lain yang
menguatkan penelitian ini adalah hasil
dari penelitian
Latif (2011) juga
menyatakan
bahwa
pengetahuan
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap
praktik
kader
dalam
pelaksanaan posyandu. Pengetahuan
kader berpengaruh pada ketrampilan
kader terhadap materi apa yang hendak
disampaikan.
Pengetahuan
kader
mempengaruhi sikap yang positif,
kemudian membentuk perilaku yang baik
ketika kader melakukan penyuluhan
tentang gizi balita
Pengaruh Sikap Tentang Penyuluhan
Gizi Balita Terhadap Perilaku Kader
Dalam Penyuluhan Gizi Balita.
Hasil penelitian menunjukkan besar
koefisien regresi untuk variabel sikap
tentang penyuluhan gizi balita adalah
0,058 dengan parameter positif. Hal ini
berarti bahwa setiap penambahan
variabel sikap tentang penyuluhan gizi
balita maka perilaku kader dalam
penyuluhan gizi balita akan meningkat.
Hal ini membuktikan sikap merupakan
faktor penting dalam membentuk

perilaku seseorang. Seperti yang
dijelaskan
oleh
Green
dalam
Notoatmodjo (2010) menjelaskan sikap
mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang.
Pentingnya peranan sikap dalam
pembentukan perilaku juga terungkap
dari
penelitian
Djafar
(2014)
menjelaskan sikap mempunyai pengaruh
signifikan terhadap tindakan kader dalam
penyuluhan kesehatan tentang pedoman
gizi seimbang untuk balita. Sikap
merupakan cerminan dari persepsi kader
dari pentingnya peranan kader dalam
meningkatkan kualitas hidup teruatama
pada ibu dan balita. Semakin positif
sikap kader maka akan meningkatkan
praktik dan perilaku kader dalam
melakukan penyuluhan yang menjadi
tanggung jawabnya.
Hasil penelitian membuktikan sikap
tentang penyuluhan
gizi balita
berpengaruh signifikan terhadap perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita.
Penelitian ini dikuatkan oleh penelitian
Sudaryono (2010) yang menyatakan
sikap berpengaruh signifikan terhadap
kinerja kader,demikian juga dengan
penelitian Latif (2011) yang menyatakan
sikap mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap praktik kader dalam
pelaksanaan posyandu.
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap
secara Bersama-Sama (Keseluruhan)
Terhadap Perilaku Kader Dalam
Penyuluhan Gizi Balita.
Hasil
penelitian
membuktikan
pengetahun dan sikap secara bersamasama berpengaruh terhadap perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita akan
meningkat. Hal ini membuktikan
kombinasi pengetahuan dan sikap secara
efektif meningkatkan perilaku kader
dalam penyuluhan gizi balita. Hal ini
menunjukkan peran kader tentunya harus
diimbangi dengan pengetahuan kader
dan sikap kader dalam perannya terhadap


 

sosialisasi atau penyuluhan yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak.
Penelitian
Djafar
(2014)
menjelaskan pentingnya pengetahuan
dan sikap kader. Pengetahuan kader yang
baik tentang gizi sangat penting bagi
kader, agar kader mampu menyampaikan
penyuluhan dengan baik. Sikap kader
yang positif akan berdampak pada
kemauan kader untuk selalu proaktif dan
bertanggung jawab dalam memberikan
sosialisasi pentingnya gizi balita kepada
masyarakat.
Gabungan pengetahuan dan sikap,
memberi sumbangan terhadap perilaku
kader dalam penyuluhan gizi balita
sebesar 63,3% sedangkan sisanya dapat
dijelaskan oleh variabel lain diluar
model. Besarnya kontribusi gabungan
pengetahuan dan sikap menunjukkan
betapa pentingnya kedua variabel untuk
meningkatkan keberhasilan penyuluhan
gizi balita. Hal ini sesuai dengan
penelitian Eka, dkk (2014) yang
menjelaskan pengetahuan dan sikap
merupakan faktor predisposisi yang
berpengaruh signifikan terhadap perilaku
kader dalam melakukan deteksi dini
terhadap perkembangan balita. Sikap
yang negatif mencerminkan perilaku
yang kurang, kemungkinan sikap negatif
dipengaruhi oleh pengalaman dan
pengetahuan. Penelitian Latif (2011) juga

menguatkan bahwa pengetahuan dan
sikap mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap praktik kader dalam
pelaksanaan posyandu. Pengetahuan
kader berpengaruh pada ketrampilan
kader terhadap materi apa yang hendak
disampaikan.
Pengetahuan
kader
mempengaruhi sikap yang positif,
kemudian membetuk perilaku yang baik
ketika kader melakukan penyuluhan
tentang gizi balita.
Simpulan
Secara
parsial
pengetahuan
tentang
gizi
balita
berpengaruh
signifikan terhadap perilaku kader dalam
penyuluhan gizi Balita di Posyandu
wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
Kabupaten Boyolali (p = 0,000),
demikian pula mengenai sikap terhadap
penyuluhan gizi balita berpengaruh
signifikan terhadap perilaku kader dalam
penyuluhan gizi Balita di Posyandu
wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
Kabupaten Boyolali (p = 0,000), dan
secara bersama-sama pengetahuan dan
sikap, memberi sumbangan terhadap
perilaku kader dalam penyuluhan gizi
Balita di Posyandu wilayah Kerja
Puskesmas
Ngemplak
Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali Utara
sebesar 63,3% (p = 0,000).


 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas
2013). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Djafar, M. 2014. “Dampak Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Kader Posyandu
Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Di Pondok Betung Pondok
Aren”. Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2015, Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2015, Boyolali: Dinas Kesehatan
Eka, Y.C., Kritiawati, dan Diyan P. 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Kader KIA dalam Deteksi Dini Perkembangan Balita Di Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Babat Lamongan”. Publikasi Ilmiah. Program Studi
Pendidikan Ners . Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga
Latif. V. N. 2011. “Hubungan Faktor Predisposing Kader (Pengetahuan dan Sikap
Kader terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dalam Pelaksanaan Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto”. Pena Media Jurnal Kesehatan Vol 3
No 1(2011) ISSN: 2086-843X ISSN ONLINE : 977 2301643002
Pradana. D.A. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Oleh Kader Terhadap Praktek
Ibu dalam Pemberian MP-ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Ledokombo
Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: PSIK Universitas Jember
Sudaryono.2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Dalam
Kegiatan Posyandu di Kecamatan Bontobahari kabupaten Bulukamba. Tesis.
Makasar: Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin Makasar.
Tim Dinkes Jateng. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Semarang: Dinas Kesehatan Prof Jawa Tengah
Unicef Indonesia. 2012. Indonesia: Laporan Tahunan 2010 (MDGs). Jakarta: Unicef


 

Dokumen yang terkait

Perilaku Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu Untuk Memantau Pertumbuhan Balita Di Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Darussalam

1 28 92

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PENYULUHAN DENGAN TINDAKAN KADER POSYANDU DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI JEMBER

0 8 22

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PENYULUHAN DENGAN TINDAKAN KADER POSYANDU DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI JEMBER

0 4 22

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM MENJALANKAN POSYANDU Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keaktifan Kader Dalam Menjalankan Posyandu Balita Di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan.

0 4 9

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG DIARE DENGAN SIKAP KADER DALAM UPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II.

0 1 6

Lilis Ratna Dewi R 1111018

1 2 53

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU KADER MENURUT IBU YANG MEMPUNYAI BALITA TERHADAP FREKUENSI PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU KECAMATAN TERAS BOYOLALI

0 0 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER TENTANG POSYANDU DAN MOTIVASI KADER POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS WERA KABUPATEN BIMA

0 1 13