KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Rehabilitasi lahan kritis berbasis masyarakat di kecamatan kemusu kabupaten boyolali propinsi jawa tengah.

56

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa:
1.

Faktor yang berpengaruh terhadap kekritisan sangat berat disatuan lahan
S3IVGrT adalah permeabilitas tanah, yaitu 0,512 cm/jam, kemiringan lereng
25% dan tingkat erosi sangat berat. Lahan dengan tingkat kekritisan berat
disatuan lahan F1IIMT adalah permeabilitas tanah yaitu 0,82 cm/jam, S1IIMT
(0,759 cm/jam), S1IILgT (0,459 cm/jam), S1IIRgT (1,512 cm/jam) dan
S2IIIRgT (1,720 cm/jam), kemiringan lereng F1IIMT (3%), S1IIMT (5%),
S1IILgT (5%), S1IIRgT (4%) dan S2IIIRgT (15%), erosi tanah disatuan lahan
F1IIMT adalah sedang, S1IIMT (sedang), S1IILgT (sedang), S1IIRgT
(sedang) dan S2IIIRgT (berat). Lahan dengan tingkat kekritisan sedang
disatuan lahan S1IIMP adalah permeabilitas tanah, yaitu 0,98 cm/jam S1IILgS
(0,491 cm/jam), S1IILgP (1,402 cm/jam) S1IIRgP (1,402 cm/jam) dan
S2IIIRgP (1,703 cm/jam), kemiringan lereng S1IIMP (3%), S1IILgS (3%),
S1IILgP (5%), S1IIRgP (4%), S2IIIRgP (13%), erosi tanah disatuan lahan
S1IIMP adalah sedang, S1IILgS (sedang), S1IILgP (sedang), S1IIRgP

(sedang), dan S2IIIRgP (berat).

2. Usaha-usaha yang dapat digunakan untuk merehabilitasi lahan kritis antara lain
di satuan lahan dengan tingkat kekritisan berat, yaitu satuan lahan F1IIMT,
S1IIMT S1IILgT dan S1IIRgT adalah dengan tanaman semusim berupa
jagung, ketela pohon, kacang tanah serta dengan tanaman tahunan akasia,
mangga, jati. Di satuan lahan dengan tingkat sedang ,yaitu satuan lahan
S1IIMP, S1IILgS, S1IILgP dan S1IIRgP adalah dengan tanaman tahunan,
yaitu akasia mangga dan jati. Rehabilitasi hutan yang dikelola oleh
PERHUTANI, yaitu pada satuan lahan S1IIRgH dan S1IILgH dengan
menanam tanaman mahoni, akasia dan sono keling. Hasil penelitian ini
disajikan dalam bentuk peta tingkat lahan kritis dengan skala 1:100.000.

57

B. Saran-saran
1. satuan lahan yang mempunyai kelas kekritisan berat hingga sangat berat
dengan penggunaan lahan berupa tegalan sebaiknya dilakukan alih fungsi
lahan untuk hutan produksi dan pengelolaan lahan dengan teras bangku.
2. Satuan lahan yang mempunyai kelas kekritisan sedang hingga berat dengan

penggunaan lahan berupa permukiman dan tegalan sebaiknya dilakukan
pengelolaan lahan dengan teras bangku.

58

59

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Petunjuk Teknis Stabilisasi Lereng Perbukitan Kritis. Yogyakarta
: Proyek Pendukung Kawasan Perbukitan Kritis.
Buhtari, 1997. Kajian Geomorfologi Untuk Evaluasi Lahan Kritis di Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang. Skripsi S1. Surakarta: fakultas Geografi
UMS.
DPU DAS Tuntang, 1989. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah. Salatiga: DPU Salatiga.
Isa Darma Wijaya, 1980. Klasifikasi Tanah Dasar Penelitian bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Bandung: IPB.
Norman Hudson, 1973. Soil Conservation. London: Basford Limited.
Santun Sitorus, 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito.

Sitanala Arsyad, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Soepraptoharjo, 1982. Suatu Cara Penelitian Kemampuan Lahan. Yogyakarta:
Fakultas Geografi UGM.
Suprapto

Dibyosaputro,

1993.

Geomorfologi

Dasar.

Pegangan

Kuliah.

Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Suharjo, 2003. Rehabilitasi Lahan Kritis Berbasis Masyarakat Daerah Kecamatan

Jenar Kabupaten Sragen. Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas
Geografi UMS.
Tim Fakultas Geografi UGM, 1988. Inventarisasi Luas dan Tingkat Lahan Kritis
Jawa Tengah Bagian Utara. Laporan penelitian. Yogyakarta : Fakultas
Geografi UGM.
FAO,1976. A Framework For Land Evaluation. New York: Rome.
Van Zuidam, 1979. Terain Analysis and Classification Aerial Photography. A
Geomorphologichal Approach. Netherlands: ITC.