PENGARUH LINGKUNGAN PADA TAMBAK AIR PAYAU AKIBAT REMBESAN LUMPUR LAPINDO DI SIDOARJO, JAWA TIMUR.

SKRIPSI

PENGARUH LINGKUNGAN PADA TAMBAK
AIR PAYAU AKIBAT REMBESAN LUMPUR
LAPINDO DI SIDOARJO, JAWA TIMUR

Oleh :

ARY ANDRIYANI
0852010041

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM
SURABAYA
2012

.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI

PENGARUH LINGKUNGAN PADA TAMBAK
AIR PAYAU AKIBAT REMBESAN LUMPUR
LAPINDO DI SIDOARJO, JAWA TIMUR

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Teknik ( S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Oleh :

ARY ANDRIYANI
0852010041

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM
SURABAYA

2012

.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI

PENGARUH LINGKUNGAN PADA TAMBAK
AIR PAYAU AKIBAT REMBESAN LUMPUR
LAPINDO DI SIDOARJO, JAWA TIMUR
Oleh :

ARY ANDRIYANI
0852010041
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada hari : Rabu Tanggal : 23 Mei 2012
Menyetujui,

Pembimbing

Penguji I

Dr. Ir. Munawar, MT
NIP : 19600401 198803 1 00 1

Ir. Putu Wesen, MS
NIP : 19520920 198303 1 00 1
Penguji II

Mengetahui,

Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP : 19590729 198603 2 00 1

Ketua Program Studi

Penguji III


Dr. Ir. Munawar, MT
NIP : 19600401 198803 1 00 1

Ir. Novirina H., MT
NIP : 19681126 199403 2 00 1

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal :.............................
Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP : 19590729 196603 2 00 1

.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

CURRICULUM VITAE
Penelit i
Nama Lengkap

NPM
Tempat/ tanggal
lahir
Alamat
Telp rumah
Nomor Hp.
Email

: ARY ANDRI YANI
: 0852010041
: Jombang, 20 Januari 1989
:
:
:
:

Dsn.Banggle, Perak, Jombang
03171185252

Cuexx_sakry@ymail.com


Pendidik an
No
.

Nama Univ / Sekolah

Program

Mulai

Keterangan

Studi
Teknik
Lingkungan
I PS

Dari
2008


Sampai
2012

Lulus

2

FTSP
UPN”Veteran”
Jatim
SMA PGRI 1 Jombang

2004

2007

Lulus

3


SLTP Negeri 1 Perak

Umum

2001

2004

Lulus

4

SDN 5 Sukorejo

Umum

1995

2001


Lulus

1

Tugas Ak adem ik
No.

Kegiatan

1

Kuliah Lapangan

2

Kunj. Pabrik

3


KKN

4

Kerja Praktek

5

PBPAB

6

SKRI PSI

Tempat/ Judul
PT. SI ER, PT. Royal Fisheries, PT. PI ER,
Balai Konservasi hutan Mangrove DenpasarBali, PDAM Denpasar-Bali, PDAM Ubud-Bali
PT. Multi Bintang I ndonesia, PT. SRI TEX
Sukoharjo
Ds. Karanganyar, Kec. Bantaran, Kab.

Probolinggo
Pengelolaan dan Pengolahan Limbah PT.
ECCO Tannery I ndonesia
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air
Buangan I ndustri Penyamakan Kulit
Pengaruh Lingkungan Pada Tambak Air
Payau Akibat Rembesan Lumpur Lapindo di
Sidoarjo, Jawa Timur

Selesai tahun
2009

2010
2011
2011
2012
2012

Or ang Tua
Nama
Alamat
Telp
Pekerjaan

:
:
:
:

Zainul Arifin
Dsn. Banggle, Ds. Sukorejo, Kec. Perak, Kab.Jombang
TNI -AD

.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah – Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul
PENGARUH LINGKUNGAN PADA TAMBAK AIR PAYAU AKIBAT
REMBESAN LUMPUR LAPINDO DI SIDOARJO, JAWA TIMUR. Tugas ini
merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jawa
Timur untuk mendapatkan gelar sarjana. Selama menyelesaikan tugas ini,
penyusun telah banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur dan Dosen Penguji.
2. Dr. Ir. Munawar, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
UPN “Veteran” Jawa Timur dan Dosen Pembimbing yang telah
membantu, mengarahkan dan membimbing hingga tugas ini dapat selesai
dengan baik.
3. Ir. Putu Wesen, MS, selaku Dosen Penguji.
4. Ir. Novirina H. MT, selaku Dosen Penguji.
5. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang telah memberikan
semangat, membantu material, doa, serta support yang tidak pernah habis
buat saya.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

6. Erwin wijaya kusuma yang tidak habis-habisnya memberikan semangat,
membantu kelancaran dalam pengambilan sampel dan lain-lain.
7. Semua rekan-rekan di Teknik Lingkungan angkatan 2008 yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesainya
tugas ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu.
Apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas skripsi ini,
saran dan kritik yang membangun akan saya terima. Akhir kata penyusun ucapkan
terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila didalam laporan ini
terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.

Surabaya,

Mei 2012

Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................

i

ABSTRAK...................................................................................................

iii

ABSTRACT.................................................................................................

iv

DAFTAR ISI................................................................................................

v

DAFTAR TABEL........................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

viii

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.......................................................................

1

I.2. Rumusan Masalah...................................................................

2

I.3. Tujuan Penelitian....................................................................

3

I.4. Manfaat Penelitian..................................................................

3

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
II.1. Lumpur Vulkanik (Mud vulcano).............…....…….............

4

II.2. Pengelolaan Lingkungan........................................................

6

II.3. Sumber Daya Air...................................................................

7

II.4. Pencemaran Air dan Dampaknya..........................................

8

II.5. Tambak Air Payau.................................................................

12

BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Bahan Yang Digunakan............................ ….…..................

18

III.2. Alat Yang Digunakan...........................................................

18

III.3. Kerangka Penelitian........... ...................................................

18

III.4. Langkah-langkah Kerja..........................................................

19

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

III.5. Variabel...............................................................................

19

III.6 Analisis Data........................................................................

19

III.7 Peta Lokasi Penelitian...........................................................

20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Analisa Awal.......................................................................

23

IV.2. Hasil Pengujian Pada Tambak.............................................

24

IV.2.1 Amonia....................................................................

25

IV.2.2 Phospat....................................................................

26

IV.2.3 Nitrat.......................................................................

28

IV.2.4 Nitrit........................................................................

30

IV.2.5 Oksigen Terlarut......................................................

32

IV.3. Hasil Produksi Ikan Bandeng..............................................

33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan.........................................................................

36

V.2. Saran...................................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A. DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN B. BAKU MUTU
LAMPIRAN C. GAMBAR

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar Phosphat, Amonia, Nitrat,
Nitrit dan Oksigen Terlarut pada tambak air payau akibat rembesan lumpur
lapindo di Sidoarjo. Penentuan lokasi penelitian di lakukan pada tambak air payau
yang tercemar lumpur lapindo pada tambak Banjar Panji dan tambak tidak
tercemar Kalanganyar. Metode analisa yang digunakan mengacu pada SNI
(Standart Nasional Indonesia) dengan menggunakan Spectrofotometer. Kadar
amonia pada tambak tercemar 12,32 ppm dan untuk tambak tidak tercemar 1,35
ppm. Kadar nitrit pada tambak tercemar lumpur lapindo 9,31 ppm dan untuk
tambak tidak tercemar 2,34 ppm. Kadar nitrat pada tambak tercemar lumpur
lapindo 38,24 ppm dan untuk tambak tidak tercemar 22,56 ppm. Kadar phospat
pada tambak tercemar lumpur lapindo 0,11 ppm dan pada tambak tidak tercemar
0,13 ppm. Sedangkan untuk analisa Oksigen Terlarut (DO) adanya penambahan
pada air sample yaitu MnSO4 , Alkali Iodida Acida, Na2S2O3, H2SO4 pekat,
Indikator Amilum. Sehingga diketahui DO pada tambak tercemar lumpur lapindo
6,10 ppm dan untuk tambak tidak tercemar ppm.
Kata kunci : tambak tercemar, tambak tidak tercemar, phospat, ammonia, nitrat,
nitrit, oksigen terlarut

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
The goals of this research were to know the effect of lapindo hot mud
permeating through brackish waterpond on phosphate, ammonia, nitrate, nitrite
and dissolved oxygen contents in Sidoarjo. The location were was at brackish
waterponds permeated in Banjar Panji and unpermeated in Kalanganyar. The
analysis method used was related to SNI (Indonesia National Standart) with using
spektrofotometer. The result shoed amonia content of hot mud permeated pond
12,32 ppm and unper meated pond 1,35 ppm. Nitrite contents of permeated pond
9,31 ppm and unpermeated pond 2,34 ppm. Nitrate contents of permeated pond
38,24 ppm and unpermeated pond 22,56 ppm. Phosfate contents of permeated
pond 0,11 ppm and unpermeated pond 0,13 ppm. As for the analysis of Dissolved
Oxygen (DO) to the addition of the water sample is MnSO4, Alkali Iodides Acida,
Na2S2O3, concentrated H2SO4, starch indicator. So that the unknown DO
concents of permeated pond 1,38 ppm and unpermeated pond 3,66 ppm.

Key words: permetead pond, unpermeated pond, phosphate, ammonia, nitrate,
nitrite, dissolved oxygen

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kabupaten Sidoarjo selama ini dikenal sebagai daerah dan kota yang tumbuh
dan berkembang karena industri, pertokoan, perhotelan maupun berbagai fasilitas
layanan umum baik nasional maupun internasional. Kepadatan penduduk di kota
Surabaya dan padatnya lalu lintas maksa penduduk Surabaya untuk mengalihkan
tempat tinggalnya ke arah Kabupaten Sidoarjo yang lebih nyaman dan dibukanya
berbagai perumahan oleh para pengembang. Bukan hanya tanahnya yang masih
terbuka luas, namun produktivitas hasil-hasil pertaniannya juga sungguh
membanggakan, karena tanaman padi dan palawija serta hasil perikanannya
sangat besar dalam memberikan kontribusi baik terhadap pemerintah Kabupaten
Sidoarjo maupun bagi Pemerintah Propinsi Jawa Timur (Hidayat,2007).
Sejak terjadinya semburan lumpur panas di Kecamatan Porong, tapatnya pada
jarak 100-150 meter dari sumur eksplorasi Banjar Panji 1 dilokasi pertambangan
gas PT.Lapindo Brantas di Kelurahan Siring Kecamatan Porong Kabupaten
Sidoarjo. Lumpur panas yang bercampur gas telah merendam sebagaian desa di
Kecamatan Porong.
Keberadaan lumpur panas ini membuat ribuan warga mengungsi, mengancam
ekosistem tambak, mengganggu sistem transportasi regional dan bahkan
mengakibatkan dampak sosial akibat terganggunya infrastruktur ekonomi, dan
pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

penanganan dampak lumpur panas ini dengan melakukan pembuangan lumpur ke
sebagaian areal pertambakan. Usaha ini menurut BRKP-DKP (Badan Riset
Kelautan dan Perikanan-Departemen Kelautan dan Perikanan) diperkirakan dapat
mengurangi potensi cemaran di perairan Selat Madura. Akan tetapi usaha tersebut
dapat pula berdampak negatif terhadap hasil usaha budidaya udang dan bandeng
(Hendrawati at all,2007).
Kandungan lumpur dan air luapan lumpur yang merembes ke sebagaian areal
pertambakan akan mengakibatkan penurunan kualitas air tambak yang
berpengaruh pula terhadap budidaya petani tambak di daerah tersebut. Penelitian
ini akan melakukan kajian besaran resiko lingkungan yang terkandung dalam air
rembesan lumpur lapindo tersebut terkait dengan dampak atau resiko terhadap
ekosistem perairan, untuk selanjutnya dapat ditetapkan manajemen resikonya.
Dengan manajemen resiko yang tepat, maka dampak ekologis perairan di wilayah
sekitar semburan akan dapat ditekan.

I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat kandungan atau kadar zat yang tinggi terkait dengan
rembesan lumpur lapindo.
2. Apakah kandungan dalam aliran air lumpur lapindo menimbulkan resiko
tehadap lingkungan terkait dengan persyaratan kualitas air sesuai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran air.

I.3 Tujuan Penelitian
1. Melakukan identifikasi kandungan air tambak disekitar lumpur lapindo
akibat rembesan air lumpur lapindo.
2. Melakukan analisis terhadap kandungan air tambak akibat rembesan
lumpur lapindo yang terkait dengan resiko terhadap ekosistem air.
3. Membandingkan produksi tambak bandeng yang tercemar air lumpur
lapindo dengan yang tidak tercemar air lumpur lapindo.

I.4 Manfaat
Membantu pengambil keputusan di dalam menentukan manejemen resiko
yang lebih efektif dan efisien dalam mengantisipasi dampak yang lebih besar
terhadap kerusakan lingkungan ekosistem air akibat rembesan aliran air lumpu
lapindo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

II.1 Lumpur Vulkanik (Mud Vulcano)
Fenomena semburan lumpur di wilayah Cekungan Jawa Timur Utara,
sebenarnya bukanlah sebuah fenomena yang baru, karena sebelum semburan
lumpur panas di Sidoarjo terjadi, kawasan ini telah mengenal fenomena tersebut,
yang sering disebut dengan Gunung api Lumpur (Mud Volcano) (Zulkarnain,
2010).

Gambar 2. 1 Semburan Lumpur Lapindo
Menurut Niniek Herawati (2007), definisi dari Mud Volcano adalah suatu
gunung api lumpur yang berbentuk suatu kerucut tanah liat dan lumpur berukuran
kecil, yang pada umumnya kurang dari 1-2 m tingginya. Gunung api lumpur
kecilini terbentuk dari campuran air panas dan sedimen halus (tanah liat dan
lumpur) dimana terdapat aliran perlahan dari suatu lubang sepertisuatu arus lahar
cair; atau menyembur ke udara seperti suatu air mancur lahar yang melepaskan air
mendidih dan gas vulkanis. Tanah liat dan lumpur yang secara khas berasal dari
gas batuan vulkanik padat dan panas yang terlepas dari magma yang dalam di

4

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

bawah memutar air bawah tanah menjadi suatu campuran panas dan asam yang
secara kimiawi merubah batuan vulkanik menjadi fraksi lumpur dan tanah liat.

Gambar 2.2 Lumpur vulkanik di wilayah Norris Geyser . (sumber : S.R. Brantley
pada September 1983)
Fenomena lumpur vulkanik yang terjadi di lokasi kegiatan PT.Lapindo
Brantas, Inc Porong Sidoarjo diperkirakan para ahli geologi karena patahan atau
crack yang memotong puncak dari batu gamping. Formasi Kujung, indikasi slump
(kemungkinan menunjukkan kemerosotan) dan Collapse zone (indikasi pernah
terjadinya runtuh didaerah ini pada masa lampau). Semburan lumpur vulkanik
dapat terjadi karena adanya liquifaction (pencairan) atau seperti agar-agar yg
dihentakkan secara mendadak sehingga menyembur keluar. Pada kondisi stabil
tanah liat adalah seperti tanah lempung yang sering dilihat dipermukaan bumi
dengan wujud sangat liat. Namun ketika kondisi dinamis karena mengalir maka
percampuran dengan air bawah tanah menjadikan lempung ini seperti bubur.
Lumpur vulkanik ini bisa melalui crack (patahan) yang sudah ada dapat juga
melalui pinggiran sumur dengan membentuk crack atau fracture yang baru.
Keduanya akan menyebabkan kejadian yang sama yaitu keluarnya lumpur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Gambar 2.3 Kronologi terjadinya semburan Lumpur
( sumber : Kusumastuti, 2002 )

Dalam konteks bencana yang ditimbulkan oleh semburan Lumpur panas
tersebut, banyak para pakar dari ilmu kebumian yang sudah mencoba mengkaji
fenomena tersebut. Namun sayangnya, kebanyakan kajian tersebut lebih
terkonsentrasi pada mencari kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya semburan lumpur tersebut. Secara garis besar terdapat dua pendapat
tentang penyebab terjadinya semburan lumpur pada 29 Mei 2006 tersebut, yaitu:
semburan tersebut dipicu oleh gempa Yogyakarta yang terjadi pada tanggal 27
Mei 2006, dan semburan tersebut terjadi karena kesalahan dalam proses
pengeboran sumur Banjar Panji-1 (Zulkarnain, 2010).

II.2 Pengelolaan Lingkungan
Menurut Pasal 33 Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi kegiatan usaha minyak dan gas bumi tidak dapat dilaksanakan di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

wilayah dekat rumah tinggal, dekat bangunan umum dan wilayah pabrik.
Sementara, lokasi sumur Banjar Panji 1 berada 600 meter dari permukiman
warga. Namun pemerintah daerah justru meloloskan izin Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) berikut turunan
izin lainnya terhadap kegiatan usaha ini. Seharusnya dalam dokumen UKL atau
UPL tersebut, sudah diperkirakan bagaimana kondisi geografis wilayah tersebut
dan desain (pengeboran) apa yang seharusnya dirancang untuk mengahadapi
situasi tersebut. Faktanya, pemerintah dan Lapindo justru menutup mata dengan
kondisi tersebut. Seolah-olah hal tersebut terjadi karena bencana alam dan
Lapindo lepas dari tanggung jawab.
Upaya penanganan (pasca semburan) yang dilakukan selama ini justru
jauh dari aspek perlindungan lingkungan. Selain itu, aroma yang timbul dari
luapan lumpur yang berdampak pusing dan mual turut hadir dalam peristiwa
tersebut. Dengan bergeraknya angin, aroma tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat yang berjarak lebih dari 2 km dari wilayah semburan (Solihin, 2010).

II.3 Sumber Daya Air
Air merupakan sumber daya alam untuk memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta mahluk hidup lainnya. Indonesia yang berada di wilayah iklim
tropis hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau.
Suatu badan air seperti sungai sebagai bagian dari lingkungan hidup,
memiliki fungsi peruntukan bagi berbagai kegunaan baik untuk intake air minum,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

irigasi, listrik, perikanan, pertanaman, peternakan, industri dan keperluan
pemukiman (domestic). Peruntukan sungai perlu ditetapkan mengingat dampak
dari berbagai aktifitas kehidupan tersebut yang dapat memberikan dampak atau
risiko penurunan peruntukan badan air (Herawati, 2007).
Untuk memahami musim tersebut diperlukan pemahaman bagaimana air
dapat disimpan dengan baik didalam maupun dipermukaan tanah dan bagaimana
agar siklus air bekerja secara alamiah. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
banjir, ternyata bukan hanya disebabkan karena curah hujan yang tinggi, akan
tetapi juga diakibatkan karena kondisi iklim global yang menyebabkan naiknya air
laut, sehingga air hujan tidak dapat mengalir dengan lancar ke laut.
Musim kemarau utamanya di Pulau Jawa selalu mengalami kekeringan
dan kesulitan air. Jumlah wilayah yang menderita kekeringan dari tahun ketahun
terlihat semakin meningkat dan meluas. Hal ini diakibatkan tidak hanya oleh
rusaknya lingkungan di daerah tangkapan air, akan tetapi juga diakibatkan oleh
pesatnya pembangunan fisik serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam
penggunaan air yang tidak diikuti dengan upaya menjaga dan melestarikan
sumber daya air.

II.4 Pencemar an Air dan Dampaknya
Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya.
Air sebagai komponen lingkungan hidup dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dan kehidupan mahluk hidup lainnya.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh kegiatan usaha atau dikenal dengan limbah
cair maupun oleh sebab alami atau bencana alam.
Berdasarkan cara pengamatan atau identifikasi pencemaran air, dapat
diketahui dari parameter :
1. Secara Fisika, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu air, perubahan rasa dan
warna air.
2. Secara Kimia, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat-zat kimia
yang terlarut dan perubahan pH.
3.

Secara

Biologi,

yaitu

pengamatan

pencemaran air

berdasarkan

mikroorganisme yang ada dalam air.
Air yang telah tercemar dapat menimbulkan resiko berupa kerugian yang
besar bagi manusia, yaitu :
1). Air menjadi tidak bermanfaat lagi; karena kualitasnya berubah maka
peruntukan air pun berubah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

2). Air menjadi penyebab timbulnya penyakit, karena adanya zat-zat
kontaminan dan bakteri dalam air dapat membahayakan kehidupan biota
perairan serta kesehatan manusia yang berhubungan atau memanfaatkan
air tersebut.
Masalah lingkungan pada hakekatnya adalah masalah ekologi manusia.
Masalah lingkungan timbul sebagai akibat adanya pencemaran terhadap lingkungan.
Faktor penyebab utamanya adalah adanya unsur kesalahan dari perusahaanperusahaan yang beroperasi. Kesalahan itu meliputi unsur kesengajaan dan kelalaian.
Perusahaan atau korporasi di Indonesia saat ini belum sepenuhnya
memandang masalah lingkungan hidup sebagai konsepsi pembangunan yang
berwawasan lingkungan (ecodevelopment) sebagai suatu kewajiban sebagaimana
yang diamanahkan oleh

undang-undang. Sehingga menyebabkan kualitas

lingkungan hidup yang semakin banyak menurun telah mengancam kelangsungan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebagai contoh pemanasan global
yang semakin meningkat, kasus lumpur PT. Lapindo Brantas yang mengakibatkan
rusaknya lingkungan alam dan pencemaran terhadap penduduk.
Akibat dari kasus lumpur PT. Lapindo Brantas yang tidak tahu kapan akan
berhentinya, sehingga pembuangan lumpur ke sungai porong menuju laut akan

tetap dilanjutkan untuk menjamin keselamatan penduduk di sekitar semburan.
Sudah menjadi permasalahan global bahwa dewasa ini makin sulit untuk
mendapatkan air bersih sebagaimana dibutuhkan dan dibutuhkan teknologi yang
cukup mahal untuk dapat memanfaatkan sumber daya air yang ada. Dengan
pembuangan lumpur ke badan air sungai porong menuju laut masyarakat sekitar
akan makin merasakan kelangkaan sumber daya air bersih.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Selain itu air Lumpur dibuang pada sekitar area tambak yang merupakan
mata pencaharian masyarakat sekitar. Pembuangan air Lumpur tersebut tentu
akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem air, membahayakan kesehatan
masyarakat sekitar dan industri-industri kelautan seperti budidaya tambak udang,
ikan, dan produksi garam yang ada, namun sampai seberapa besar risiko tersebut
diperkirakan perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut sebagai dasar
pertimbangan manajemen resikonya, melalui pemantauan kualitas air badan air
secara rutin dan analisis hasil pemantauan tersebut.
Selama air lumpur dialirkan ke areal tambak, maka secara tidak langsung
mata pencaharian penduduk sekitar akan hilang karena tercemarnya air tambak yang
akan mempengaruhi pertumbuhan ikan nantinya. Dan pengaruh dari pengolahan
tambak yang banyak menggunakan pupuk untuk kesuburan tanah, adanya penyebaran
pakan yang secara berlebih (tidak termakan oleh ikan) sehingga secara tidak langsug
mempengaruhi kualitas air. Kandungan pupuk banyak terdapat phospat dan NNitrogen, sehingga perlu dikaji mengenai penelitian tersebut.
Menurut Hendrawati, dkk (2007) dalam penelitiannya “ Analisa Kadar
Phosfat dan N-Nitrogen ( Amonia, Nitrat, Nitrit ) pada Tambak Air Payau akibat
Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur “.
Tabel 2.1 Hasil Penelitian
No

Jenis zat kimia

Tambak yang tercemar
disekitar kali Alo dan Kali
Porong (mg/l)

Tambak tidak tercemar
disekitar kali Alo dan kali
Porong (mg/l)

Baku mutu
(mg/l)

1

Amonia (NH3-N)

3

DO

Baku Mutu PP No. 82 tahun 2001

Gambar 4.1 Hasil Uji Awal Air dari sisa endapan Lumpur lapindo
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kandungan amonia (NH3) pada
gorong-gorong (air dari sisa endapan lumpur lapindo) 9,11 ppm, sedangkan baku
mutu dalam PP No.82 tahun 2001 sebesar 0,02 ppm. Dapat diketahui bahwa
hasil analisa lebih dari baku mutu yang ditentukan, sehingga akan menyebabkan
keracunan pada ikan dan biota lain.
Kandungan phospat (PO4) pada gorong-gorong (air dari sisa endapan
lumpur lapindo) 0,24 ppm, sedangkan baku mutu dalam PP No.82 tahun 2001
sebesar 1 ppm. Kandungan phospat pada air gorong-gorong tersebut masih
dibawah baku mutu yang ditentukan, jadi apabila dibuang secara langsung tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

terdapat dampak yang dikhawatirkan. Jika dampak phospat yang berlebih di
lingkungan antara lain merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan
permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya
cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika
tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang

menghabiskan

persediaan

menyebabkan

oksigen

dan

pengendapan

bahan-bahan

yang

pendangkalan (Hardiningtyas, 2008).
Kandungan Nitrat (NO3) pada gorong-gorong (air dari sisa endapan
lumpur lapindo) sebesar 43,05 ppm, sedangkan baku mutu yang ditentukan dalam
PP No.82 tahun 2001 sebesar 20 ppm. Nitrat pada konsentrasi tinggi dapat
menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas (bila beberapa syarat lain
seperti konsentrasi phospat terpenuhi), sehingga air kekurangan oksigen terlarut
yang menyebabkan kematian ikan dan pencemaran pada tanah apabila air tersebut
digunakan untuk irigasi sawah.
Kandungan Nitrit (NO2) pada gorong-gorong (air dari sisa endapan lumpur
lapindo) sebesar 11,52 ppm, sedangkan baku mutu yang ditentukan dalam PP
No.82 tahun 2001 sebesar 0,06 ppm. Nitrit yang berlebih dari sisa pembuang
lumpur dan air endapan lumpur akan mengalir bersama air menuju sungai atau
meresap ke dalam air tanah, sehingga akan mencemari tanah.
Kandungan DO pada gorong-gorong (air dari sisa endapan lumpur
lapindo) sebesar 2,37 ppm, baku mutu yang ditentukan dalam PP No.82 tahun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2001 sebesar ≤3 ppm. Kadar oksigen terlarut dari analisa dibawah baku mutu
yang ditentukan sehingga tidak bias dipergunakan untuk budidaya ikan bandeng.
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya
kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkankehidupan
dalam

air yang

membutuhkan

oksigen

terganggu

serta

mengurangi

perkembangannya. Selain itukematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun
yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Oleh sebab
itu, pemerintah harus membuat pengolahan untuk lumpur lapindo sebelum di
buang kebadan air, sehingga akan mengurangi kandungan zat-zat yang berada
didalamnya dan agar tidak merusak biota yang ada di dalam air.

IV.2 Hasil Pengujian Pada Tambak
Untuk penunjang hasil analisa dilakukan pengujian beberapa parameter,
meliputi Oksigen Terlarut (DO) , NH3 ,PO4 , Nitrat dan Nitrit.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pada Tambak Tercemar dan Tidak Tercemar
Parameter
NH3
PO4
Nitrat
Nitrit
DO

Lokasi Pengambilan Sampel Air Tambak
Tambak Tercemar Tambak Tidak Tercemar
12,32 ppm
1,35 ppm
0,11 ppm
0,13 ppm
38,24 ppm
22,56 ppm
9,31 ppm
2,34 ppm
1,38 ppm
3,66 ppm

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

IV.2.1 Amonia (NH 3)
Amoniak yang terdapat dalam air tambak adalah sebagai hasil dari
perombakan senyawa-senyawa nitrogen organik oleh bakteri. Senyawa
ammonia yang ada pada media pemeliharaan berasal dari sisa pakan, kotoran
ikan atau udang dan perombakan bahan organik melalui proses nitrifikasi
(Asih, 2008).
14

12,32

Amonia (NH 3)

12
10
8
6
4

1,35

2

0,3

0

Hasil Pengukuran
Tambak Tercemar

Tambak Tidak Tercemar

Standar Mutu Air Tambak

Gambar 4.2 Hasil Uji Pengukuran Amonia (NH3)
Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa kadar amonia pada tambak
tercemar 12,32 ppm dan tidak tercemar 1,35 ppm sehingga tidak memenuhi
kriteria untuk budidaya. Menurut Muh.M Raswin (2003),

kadar amonia

ditambak pembesaran bandeng sebaiknya tidak lebih dari 0,1 ppm – 0,3 ppm.
Apabila kadar amoniak yang terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya
jaringan insang, dimana lempeng insang membengkak sehingga fungsinya
sebagai alat pernafasan akan terganggu (Haryati at all, 2010).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Amonia pada tambak tercemar terlalu tinggi jika dibandingkan dengan
amonia pada tambak tidak tercemar. Penyebab terjadinya amonia tinggi yaitu
meningkatnya jumlah sisa pakan yang tidak terkonsumsi akibat pemberian
pakan yang berlangsung secara terus menerus setiap hari. Sisa pakan yang
tidak terkonsumsi mengandung senyawa nitrogen yang akan mengalami proses
dekomposisi, sehingga jumlah amonia semakin meningkat (Izzati, 2011) . Pada
tambak tercemar memiliki amonia yang tinggi karena selain dari sisa pakan
juga dipengaruhi oleh rembesan lumpur lapindo.
Akan tetapi amonia di dalam air dibutuhkan oleh phytoplankton dan
organisme air (rumput laut) sebagai sumber nitrogen untuk sintesa protein.
Sehingga mereka bisa digunakan sebagai biofilter. Bila terkena sinar matahari
mereka akan berkembang dan bisa blooming. Alga yang banyak mati akan
kembali didekomposisi menjadi amonia dan terlarut di dalam air. Tingginya
amonia akan bersamaan dengan berkembangnya populasi bakteri vibrio.
Bakteri tersebut akan menginfeksi dan membunuh udang dan ikan. Upaya
pengendaliannya adalah dengan memberikan penggantian air, membuang
endapan lumpur bahan organik tanah, membalikan tanah dan melakukan
pengeringan (Nana, 2008).

IV.2.2 Phosphat (PO 4)
Fosfor dalam bentuk fosfat merupakan mikronutrien yang diperlukan
dalam jumlah kecil namun sangat esensial bagi organisme akuatik (Bahri,
2010). Fosfor yang ada yang ada dalam tambak budidaya berasal dari pupuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

seperti ammoniumfosfat dan calsiumfosfat serta dari pakan. Fosfor yang ada
dalam pakan tidak semua dikonversi menjadi daging ikan/udang. Dua pertiga
fosfor dalam pakan terakumulasi di tanah dasar, sebagian besar diikat oleh
tanah dan sebagian kecil larut dalam air. Fosfor dimanfaatkan oleh fitoplankton
dalam bentuk ortofosfat (PO43-) dan terakumulasi dalam tubuh ikan/udang
melalui rantai makanan. Phosphat yang tidak diserap oleh fitoplankton akan
diikat oleh tanah. Kemampuan mengikat tanah dipengaruhi oleh kandungan liat
(clay) tanah. Semakin tinggi kandungan liat pada tanah, semakin meningkat
kemampuan tanah mengikat fosfat (Supono, 2008).
Menurut Ranoemiharjo dalam Amin Budi Raharjo (2003), phosphat
merupakan nutrient utama selain nitrat yang diperlukan untuk pertumbuhan
normal fitoplakton dalam perairan, selain itu phosphat essensial untuk
pernafasan, produksi protein, pembelahan sel dan pertumbuhan.

0,25
Phospat (PO 4 )

0,2

0,2
0,15

0,13
0,11

0,1
0,05
0
Hasil Pengukuran

Tambak Tercemar

Tambak Tidak Tercemar

Standar Mutu Air Tambak

Gambar 4.3 Hasil Uji Pengukuran Phosphat (PO4)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

Dari hasil tersebut diketahui bahwa kadar phosphat dalam tambak
tercemar 0,11 ppm dan tambak tidak tercemar 0,13 ppm.
Sedangkan nenurut Amin Budi Rahajo (2003), untuk air tambak hanya
diperbolehkan 0,2 mg/l phospat, sehingga hasil dari penelitian tersebut
phosphat pada tambak tercemar maupun tidak tercemar masih berada dibawah
standart mutu ikan bandeng.
Apabila

tedapat pospat

yang tinggi maka

akan menyebabkan

pertumbuhan tanaman dan gangga tidak terbatas lagi dimana akan dapat
menghabiskan oksigen pada malam hari (Siregar, 2009). Posphat yang berlebih
dapat menimbulkan blooming fitoplankton. Blooming fitoplankton berbahaya
jadi jika terjadi die-off akan menyebabkan penurunan oksigen pelarut yang
besar dan timbul senyawa beracun. Sehingga diharapkan kepada para budidaya
ikan dan udang untuk mengurangi pupuk dan makanan yang berlebih.

IV.2.3 Nitrat (NO3)
Menurut Effendi dalam Suminaring Asih (2008), Nitrat yang optimal
bagi perairan pertumbuhan bandeng kurang dari 0,1 mg/l. Dalam keadaan
tanpa oksigen, banyak mikroorganisme memanfaatkan nitrat atau bentuk
nitrogen teroksidasi yang lain untuk respirasi sebagai ganti oksigen
(Raharjo,2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Nitart (NO 3 )

29

38,24

39
36
33
30
27
24
21
18
15
12
9
6
3
0

22,56

0,1

Hasil Pengukuran
Tambak Tercemar

Tambak Tidak Tercemar

Standar Mutu Air Tambak

Gambar 4.4 Hasil Uji Pengukuran Nitrat
Berdasarkan hasil penelitian pada tambak tercemar terdapat 38,24 ppm
dan tidak tercemar terdapat 22,56 ppm, jumlah nitrat tersebut terlalu tinggi,
sehingga tidak sesuai dengan standart mutu pada ikan bandeng.
Menurut Pillay dalam Amin Budi Raharjo (2003), kandungan nitrat dan
phosphat yang berlebihan akan menyebabkan tingginya kelimpahan alga
terutama dari jenis yang beracun, sehingga secara tidak langsung akan
mengakibatkan berkurangnya oksigen secara cepat terutama pada malam hari
yang mengakibatkan kematian ikan.
Menurut pendapat Hutagalung dan Rozak dalam Hendrawati, dkk (2007),
menyatakan bahwa peningkatan kadar nitrat di perairan disebabkan oleh
masuknya limbah domestik atau pertanian (pemupukan) yang umumnya
banyak mengandung nitrat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

Tindakan b