PENJUALAN SENJATA API MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III KUHPERDATA, UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK, DAN UU NO 12/DRT/2012 TENTAMG SENJATA API.
ABSTRAK
“PENJUALAN SENJATA API YANG DILAKUKAN MELALUI MEDIA
INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III KUHPERDATA DAN
UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN UNDANG UNDANG NOMOR 12/ DRT/
1951 TENTANG SENJATA API”
Senjata api merupakan alat yang berbahaya jika digunakan oleh
seseorang yang bukan ahli nya dan tidak memiliki izin, maraknya penjualan
senjata api melalui media internet yang tidak memiliki izin resmi banyak
dipilih oleh masyarakat untuk mempermudah kepemilikan senjata api. Kondisi
seperti itu tentu saja dapat menimbulkan berbagai akibat hukum dengan
segala konsekuensinya. Kepemilikan senjata api harus memiliki izin dari
pihak Kepolisian dan dihubungkan dengan Undang – Undang Darurat Nomor
12/DRT/1951 Tentang Senjata Api. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan legalitas transaksi jual beli senjata api tersebut dan
pertanggungjawaban hukum penjual senjata api yang dilakukan melalui
media internet berdasarkan Buku III KUHPerdata, Undang – Undang No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang –
Undang No. 12/DRT/1951 Tentang Senjata Api.
Dalam penelitian akan digunakan metode penelitian dengan
pendekatan yuridis normatif artinya penelitian dititik beratkan pada
penggunaan bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup
bahan hukum primer, sekunder dan tersier, dengan meneliti ketentuanketentuan mengenai penjualan senjata api melalui media internet.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan skripsi ini diketahui
bahwa dalam transaksi jual beli senjata api melalui media internet jika tidak
memiliki izin kepemilikan dari pihak kepolisisan, maka penjualannya
dikatakan illegal, karena penjualan secara konvensional pun harus memiliki
sertifikasi atau izin usaha dari kepolisian yang telah ditetapkan. Perjanjian
jual beli tersebut batal demi hukum. Dalam hal pertanggungjawaban penjual
senjata api melalui media internet dalam permasalahan jual beli ini dimana
pihak pembeli dapat mengajukan gugatan pembatalan perjanjian jual beli dan
perjanjian tersebut batal demi hukum. Oleh karena itu disarankan kepada
pembeli agar tidak membeli senjata api melalui media internet dan konsumen
yang terlanjur membeli sebaiknya mengajukan pembatalan dan ganti rugi
kepada pelaku usaha tersebut.
1
“PENJUALAN SENJATA API YANG DILAKUKAN MELALUI MEDIA
INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III KUHPERDATA DAN
UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN UNDANG UNDANG NOMOR 12/ DRT/
1951 TENTANG SENJATA API”
Senjata api merupakan alat yang berbahaya jika digunakan oleh
seseorang yang bukan ahli nya dan tidak memiliki izin, maraknya penjualan
senjata api melalui media internet yang tidak memiliki izin resmi banyak
dipilih oleh masyarakat untuk mempermudah kepemilikan senjata api. Kondisi
seperti itu tentu saja dapat menimbulkan berbagai akibat hukum dengan
segala konsekuensinya. Kepemilikan senjata api harus memiliki izin dari
pihak Kepolisian dan dihubungkan dengan Undang – Undang Darurat Nomor
12/DRT/1951 Tentang Senjata Api. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menentukan legalitas transaksi jual beli senjata api tersebut dan
pertanggungjawaban hukum penjual senjata api yang dilakukan melalui
media internet berdasarkan Buku III KUHPerdata, Undang – Undang No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang –
Undang No. 12/DRT/1951 Tentang Senjata Api.
Dalam penelitian akan digunakan metode penelitian dengan
pendekatan yuridis normatif artinya penelitian dititik beratkan pada
penggunaan bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup
bahan hukum primer, sekunder dan tersier, dengan meneliti ketentuanketentuan mengenai penjualan senjata api melalui media internet.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan skripsi ini diketahui
bahwa dalam transaksi jual beli senjata api melalui media internet jika tidak
memiliki izin kepemilikan dari pihak kepolisisan, maka penjualannya
dikatakan illegal, karena penjualan secara konvensional pun harus memiliki
sertifikasi atau izin usaha dari kepolisian yang telah ditetapkan. Perjanjian
jual beli tersebut batal demi hukum. Dalam hal pertanggungjawaban penjual
senjata api melalui media internet dalam permasalahan jual beli ini dimana
pihak pembeli dapat mengajukan gugatan pembatalan perjanjian jual beli dan
perjanjian tersebut batal demi hukum. Oleh karena itu disarankan kepada
pembeli agar tidak membeli senjata api melalui media internet dan konsumen
yang terlanjur membeli sebaiknya mengajukan pembatalan dan ganti rugi
kepada pelaku usaha tersebut.
1