Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008

(1)

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

DITINJAU DARI UU NO 11 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Sarjana Hukum

Oleh : NURUL AIN NIM : 060200215

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

DITINJAU DARI UU NO 11 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Sarjana Hukum

Oleh : NURUL AIN NIM : 060200215

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS NIP. 1962 0421 1988 03 1004

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS Edy Ikhsan, SH, MA NIP. 1962 0421 1988 03 1004 NIP. 1963 0216 1988 03 1002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta sembah sujud kepada-Nya, karena dengan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, selanjutnya shalawat beriring salam disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kecerahan dan keterangan iman, Islam dan ilmu kepada umat manusia.

Penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008”. Judul ini diambil berdasarkan ketertarikan Penulis untuk memahami lebih jelas tentang jual beli secara elektronik ditinjau dari UU No. 11 tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik.

Penulis telah berusaha mengarahkan segala kemampuan yang dimiliki dalam penulisan skripsi ini tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan mungkin jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis sadar sejak awal hingga akhir penulisan ini banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan tulus ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, SH, MHum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan serta pandangan dan nasehat yang berguna bagi penulis.

6. Bapak Edy Ikhsan, SH, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus, ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi nasehat yang berguna bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

7. Bapak M. Hayat, SH, selaku Dosen Wali dari penulis yang telah banyak mengarahkan penulis dan memberikan masukan – masukan dalam bimbingan Akademik Penulis di Fakultas Hukum Sumatera Utara

8. Seluruh Dosen dan Staf administrasi di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membantu penulis selama menempuh pendidikan di almamater tercinta ini.

9. Teriring doa dan takzim ananda dan rasa hormat serta terima kasih yang mendalam kepada ayahanda ”Drs. Irwan R” dan Ibunda tercinta ” Fifiana” yang telah berjuang membesarkan dan mendidik ananda dengan curahan kasih sayang, membantu dengan semangat untuk menyelesaikan skripsi dan studi di Fakultas Hukum USU.


(5)

10.Keluarga Penulis, M. Syahreza, Khairunisa, Fadlan Alkindi (adik – adik yang sangat penulis sayangi), tante mawar , tante oki (terima kasih buat tiketnya), om heru, serta keluarga penulis khususnya keluarga Besar ”H. Sumantri” dan ”Alm. H. Ramli Dt Marindo” yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Nantama Mulyana, yang telah memberikan semangat, dorongan, perhatian kepada penulis dan kesabarannya terhadap penulis dalam menghadapi masa-masa penulisan skripsi ini.

12.Teman – teman baik penulis, Hanisa Astri (terima kasih partner setiaku, mudah-mudahan cepat selesai kuliahnya), rini, yeni, melli, trishna, marini, debi, ayu, desni, indah, debye, randy terima kasih telah mejadi teman terbaik dan selalu memberikan semangat.

13.Kepada teman- teman Tim MCC UNDIP (wina, dewi, kukuh, jhon, indra, milki, tessa, fadil, egi, nanda, zeini, hafid, tere, miranda, amin, karin, debo, farid, stebert). Mudah – mudahan MCC berikutnya Tim USU bisa meraih juara.

14.Kepada sanak saudaro IM3 riko, maya, dendi dan sanak saudaro stbk 06, 07, 08, 09. Mudah-mudahan IM3 tetap exist.

15.Teman – teman seperjuangan rika, fidy, lia, anggi, milki, maria, devi, meilina, pince, paulina dan teman – teman lain khususnya grup D 06. Pihak lainnya yang tidak tersebutkan oleh Penulis. Terima kasih banyak.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Serta dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan tentang


(6)

permasalahan yang penulis bahas serta dapat menambah referensi bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

Medan, Maret 2009

Penulis

Nurul Ain


(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar --- i

Daftar Isi--- v

Daftar Tabel ---vii

Abstraksi ---viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang--- 1

B. Perumusan Masalah---5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan---6

D. Keaslian Penulisan---6

E. Tinjauan Kepustakaan---7

F. Metode Penelitian--- 13

G. Sistematika Penulisan---15

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Jual Beli--- --- 17

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak---18

C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya--- ---21

D. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli--- 23

BAB III PRINSIP – PRINSIP UMUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK A. Perkembangan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik--- 26


(8)

B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik ---32 1. UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade

Law)---32 2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998---33 3. EU Directive on Electronic Commerce---33 C. Proses Terjadinya Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik--34 D. Perbandingan Antara Jual Beli Umumnya Dengan Jual Beli Secara

Elektronik---43

BAB IV TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UU NO. 11 TAHUN 2008

A. Prinsip – prinsip Transaksi Elektronik Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008---48 B. Keabsahan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik---52 C. Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media

Elektronik--56

D. Pembuktian Dalam Jual Beli Melalui Media Elektronik ---61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan--- 74 B. Saran--- 79

DAFTAR PUSTAKA--- 80


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbandingan Perdagangan Konvensional dengan Perdagangan Melalui Internet (e-commerce) --- 31


(10)

ABSTRAKSI

Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Muncul media- media elektronik yang membantu masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatan jual beli. Salah satu dari media elektronik itu adalah internet. Semakin hari pengguna internet terus bertambah, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melaui media internet. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) yang salah satu gunanya untuk mengatur transaksi elektronik yang saat ini marak digunakan.

Penulisan skripsi yang berjudul Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008 bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU ITE, Keabsahan transaksi jual beli, wanprestasi dalam jual beli, dan pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.

Untuk menjawab permasalahan itu digunakan hukum normatif melalui penggunaan data sekunder, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, perjanjian baku jual beli melalui internet, situs di internet, dan hasil – hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam transaksi elektronik prinsip – prinsip yang terdapat pada UU ITE tidak jauh berbeda dengan prinsip – prinsip kontrak pada umumnya. Keabsahan transaksi elektronik sama halnya dengan transaksi pada umunya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Pembuktian hukum perdata yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi – saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). UU ITE menambahkan dengan bukti elektronik ( Pasal 5, 6, dan 7 )

Disarankan untuk adanya pengaturan yang jelas mengenai prinsip-prinsip transaksi elektronik. Dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal keabsahan transaksi elektronik. Klausula baku diharapkan seimbang antara hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Pembeli sebelum melakukan transaksi terlebih dahulu meneliti klausula baku. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik supaya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.


(11)

ABSTRAKSI

Dalam kehidupan masyarakat modern yang telah mengenal uang sebagai alat tukar, maka kegiatan jual beli adalah suatu hal yang lazim dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi. Muncul media- media elektronik yang membantu masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatan jual beli. Salah satu dari media elektronik itu adalah internet. Semakin hari pengguna internet terus bertambah, dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melaui media internet. Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE) yang salah satu gunanya untuk mengatur transaksi elektronik yang saat ini marak digunakan.

Penulisan skripsi yang berjudul Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari UU No. 11 Tahun 2008 bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU ITE, Keabsahan transaksi jual beli, wanprestasi dalam jual beli, dan pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.

Untuk menjawab permasalahan itu digunakan hukum normatif melalui penggunaan data sekunder, seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan, perjanjian baku jual beli melalui internet, situs di internet, dan hasil – hasil penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam transaksi elektronik prinsip – prinsip yang terdapat pada UU ITE tidak jauh berbeda dengan prinsip – prinsip kontrak pada umumnya. Keabsahan transaksi elektronik sama halnya dengan transaksi pada umunya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Pembuktian hukum perdata yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi – saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). UU ITE menambahkan dengan bukti elektronik ( Pasal 5, 6, dan 7 )

Disarankan untuk adanya pengaturan yang jelas mengenai prinsip-prinsip transaksi elektronik. Dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui perihal keabsahan transaksi elektronik. Klausula baku diharapkan seimbang antara hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Pembeli sebelum melakukan transaksi terlebih dahulu meneliti klausula baku. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik supaya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini, sejajar dengan berkembangnya berbagai macam media elektronik. Perkembangan media – media elektronik diantaranya adalah dengan ditemukannya internet. Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet. Penggunaan media internet yang saat ini paling popular digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang “booming”. Internet yaitu teknologi yang memungkinkan kita melakukan pertukaran informasi dengan siapapun dan dimanapun orang tersebut berada tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu internet juga dapat diartikan sebagai hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP 1

Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti misalnya melakukan jual-beli. Perkembangan internet memang cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan kita. Internet membantu kita sehingga dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan melakukan

.

1

http://library.usu.ac.id/modules.php?diakses tanggal 20 Oktober 2009

TCP/IP adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar - menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan internet


(13)

perdagangan dengan orang dari segala penjuru dunia dengan murah, cepat dan mudah. beberapa tahun terakhir ini dengan begitu merebaknya media internet menyebabkan banyaknya perusahaan yang mulai mencoba menawarkan berbagai macam produknya dengan menggunakan media ini. Dan salah satu manfaat dari keberadaan internet adalah sebagai media promosi suatu produk. Suatu produk yang dionlinekan melalui internet dapat membawa keuntungan besar bagi pengusaha karena produknya di kenal di seluruh dunia.

Kemunculan internet dimulai pada tahun 1966 awalnya hanya untuk keperluan departemen pertahanan Amerika Serikat, yang dibentuk oleh ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) salah satu divisi di departemen pertahanan Amerika Serikat. Perkembangan internet menciptakan terbentuknya suatu dunia baru yang biasa disebut dengan dunia maya. Adanya dunia maya menyebabkan setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk berhubungan dengan individu lain tanpa ada batasan apapun yang menghalanginya. Perkembangan tersebut berakibat juga pada aspek sosial, dimana cara berhubungan antar manusia pun ikut berubah. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap sektor bisnis.

Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya pertemuan antar para pihak yang menggunakan media internet termasuk ke dalam transaksi elektronik. Transaksi elektronik dalam dunia bisnis terdapat berbagai macam bentuknya diantaranya adalah electronic commerce atau biasa disebut dengan e-commerce maupun e-com. Electronic commerce yang selanjutnya dalam penulisan ini disebut dengan e-commerce dapat diartikan secara gramatikal sebagai perdagangan elektronik maksud dari perdagangan elektronik ini adalah


(14)

perdagangan yang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai medianya. Selain itu e-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan get and deliver2

Pengaturan mengenai perjanjian di Indonesia hanya mengatur pada perjanjian pada umumnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan mengenai syarat sah suatu perjanjian yang mengikat para pihaknya. Perjanjian dianggap sah apabila memenuhi syarat

.

Kegiatan bisnis perdagangan melalui internet atau e-commerce ini telah banyak dilakukan setiap orang karena transaksi jual beli secara elektronik ini dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun. Dengan demikian transaksi jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa tatap muka antara para pihaknya. Mereka mendasari transaksi tersebut atas rasa kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun dilakukan secara elektronik pula dengan mengakses halaman web yang disediakan, berisi klausul atau perjanjian yang dibuat oleh pihak pertama (penjual), dan pihak yang lain (pembeli) hanya tinggal menekan tombol yang disediakan sebagai tanda persetujuan atas isi perjanjian yang telah ada, tanpa perlu membubuhkan tanda tangan seperti perjanjian pada umumnya, tetapi menggunakan tanda tangan elektronik atau digital signature. Sehingga para pihak tidak perlu bertemu langsung untuk mengadakan suatu perjanjian.

2


(15)

subyektif dan syarat obyektif. Pemenuhan atas syarat tersebut berakibat pada perjanjian yang telah dibuat menjadi sah. Perjanjian juga mengikat bagi para pihak mengenai hak dan kewajibannya, sehingga pemenuhan syarat sahnya suatu perjanjian mutlak untuk dipenuhi. Perjanjian dalam e-commerce dengan perjanjian biasa tidaklah berbeda sangat jauh, yang membedakan hanya pada bentuk dan berlakunya. Media dalam perjanjian biasa yang digunakan adalah tinta dan kertas serta dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak. Setelah dibuat dan disepakati maka perjanjian tersebut mengikat setelah ditandatangani, sedangkan dalam e-commerce perjanjian menggunakan media elektronik yang ada hanya form atau blanko klausul perjanjian yang dibuat salah satu pihak yang ditulis dan ditampilkan dalam media elektronik (halaman web), kemudian pihak yang lain cukup menekan tombol yang disediakan untuk setuju mengikatkan diri terhadap perjanjian tersebut. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai macam permasalahan di dalam perjanjian secara elektronik mengenai sah tidaknya perjanjian tersebut. Permasalahan yang lebih luas terjadi pada bidang keperdataan karena transaksi elektronik untuk kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik ( electronic commerce ) telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional.3

3

Penjelasan umum UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik

Penggunaan transaksi elektronik tersebut masih menyimpan keraguan sebagian orang berkaitan dengan faktor keamanan dan kepastian hukum. Timbul pertanyaan, apakah transaksi jual beli melalui internet jelas keabsahannya menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia,khususnya UU ITE. Perbuatan mana yang dikatakan wanprestasi dalam transaksi jual beli tersebut.


(16)

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai transaksi jual beli yang dilakukan melalui media elektronik yang ditinjau dari UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini :

1)Bagaimanakah prinsip – prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU No.11 Tahun 2008?

2)Bagaimana keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik?

3)Bagaimana yang dikatakan wanprestasi dalam jual beli melalui media elektronik?

4)Bagaimana pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara singkat, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prinsip – prinsip transaksi elektronik yang terdapat pada UU No. 11 Tahun 2008.

2. Untuk mengetahui keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik. 3. Untuk mengetahui perbuatan seperti apa saja yang termasuk kedalam

wanprestasi dalam melakukan transaksi jual beli melalui media elektronik . 4. Untuk mengetahui pembukt ian dalam transaksi jual beli melalui media


(17)

Selanjutnya, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk : 1. Manfaat secara teoritis

Penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal – hal yang berhubungan dengan jual beli melalui media elektronik.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memperjelas praktik tentang transaksi jual beli khususnya jual beli melalui media elektronik yang saat ini banyak digunakan, sehingga membantu publik dalam melaksanakan praktik transaksi elektronik

D. Keaslian Penulisan

Permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah hasil dari pemikiran dan ide sendiri yang didasarkan pada referensi dari buku-buku, artikel-artikel, serta informasi dari media cetak maupun elektronik. Dengan demikian dapat di katakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya penulis asli.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Menurut Pasal 1457 KUHPerdata Perjanjian jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan


(18)

kepercayaan tetapi secara bersama – sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka4

Menurut R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal

.

5

Menurut M. Yahya Harahap, Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi

.

6

a. Adanya hubungan hukum.

. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsur antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking ) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.

Unsur – unsur yang tercantum antara dua orang dalam definisi di atas adalah :

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.

b. Adanya subjek hukum.

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. c. Adanya prestasi.

4

Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Inominaat di indonesia,Cet I, Sinar Grafika, Jakarta,2003, hlm 16

5

Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet I, RajaGrafindo persada, Jakarta, 2006, hlm 1 6

M. Yahya Hrp, SH, 1986, Segi – segi Hukum Perjanjian Cet II, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 6


(19)

Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.

d. Dibidang kekayaan.

Perkataan jual beli terdiri dari dua kata yaitu ”jual” dan ”beli”, di mana satu sama lainnya mempunyai arti yang bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedang beli adalah perbuatan membeli. Dalam jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.

Obyek dari perjanjian jual beli adalah barang-barang tertentu yang dapat ditentukan wujud dan jumlahnya serta tidak dilarang menurut hukum yang berlaku untuk diperjualbelikan.

Perjanjian jual beli telah sah mengikat apabila kedua belah pihak telah mencapai kata sepakat tentang barang dan harga meski barang tersebut belum diserahkan maupun harganya belum dibayarkan7

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya

.

Perjanjian jual beli dapat dibatalkan apabila si penjual telah menjual barang yang bukan miliknya atau barang yang akan dijual tersebut telah musnah pada saat penjualan berlangsung.

2. Transaksi Elektronik

8

7

Pasal 1458 KUHPerdata


(20)

Transaksi elektronik adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem informasi berbasiskan komputer (computer based information system) dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan jasa telekomunikasi (telecommunication based), yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet (network of network)9

Menurut Laudon & Laudon, transaksi elektronik (e-commerce) adalah suatu proses membeli dan menjual produk – produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis

.

10

Pihak – pihak yang terlibat dalam transaksi electronic commerce, antara lain

.

11

1. Penjual (merchant), yaitu perusahaan/produsen yang menawarkan produknya melalui internet. Untuk menjadi merchant, maka seseorang harus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar merchant dapat menerima pembayaran dari customer dalam bentuk credit card.

:

2. Konsumen / card holder, yaitu orang – orang yang ingin memperoleh produk (barang atau jasa) melalui pembelian secara

8

Pasal 1 angka 2 UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 9

Edmon Makarim, SH, Kompilasi Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 223

Definisi, jenis, Tujuan, Manfaat dan Ancaman Menggunakan E- Commerce” diakses tanggal 10 Januari 2010

11

Dikdik M & Elisatris Gultom, 2009, CYBER LAW (Aspek Hukum Teknologi Informasi), Refika Aditama, Bandung, hlm 152


(21)

online. Konsumen yang akan berbelanja di internet dapat berstatus perorangan atau perusahaan.

3. Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit). Perantara penagihan adalah pihak yang meneruskan taagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan yang masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual barang/jasa. Pihak perantara penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada penjual. Pihak perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit) adalah bank dimana pembayaran kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit/

card holder, selanjutnya bank yang menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang pembayaran tersebut kepada penerbit kartu kredit (issuer).

4. Issuer; perusahaan credit card yang menerbitkan kartu. Di Indonesia ada beberapa lembaga yang diijinkan untuk menerbitkan kartu kredit, yaitu :

a. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak setiap bank dapat menerbitkan credit card, hanya bank yang telah memperoleh ijin dari Card International yang dapat menerbitkan credit card, seperti Master dan Visa card;

b. Perusahaan non bank dalam hal ini PT. Dinner Jaya Indonesia Internasional yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang ada di luar negeri;


(22)

c. Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang ada di luar negeri, yaitu American Express.

5. Certification Authorities. Pihak ketiga yang netral yang memegang hak untuk mengeluarkan sertifikasi kepada merchant, kepada issuer

dan dalam beberapa hal diberikan pula kepada card holder.

Certification Authorities dapat merupakan suatu lembaga pemerintah atau lembaga swasta.

3. Sejarah Internet

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET ( Advannced Research Project Agency Network), dimana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware (perangkat keras) dan software

(perangkat lunak) komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).

Tujuan awal dibangunnnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat ( US Departement of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah – daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.


(23)

Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 (empat) situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di Negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.

Oleh sebab itu ARPANET dipecah menjadi dua, yaitu “MILNET” untuk keperluan militer dan “ARPANET” baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas – universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet12

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang terkait

.

F. Metode Penelitian

1. Sifat/ Bentuk Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan – peraturan yang berkaitan dengan jual beli konvensional dan transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU No. 11 Tahun 2008. Selain itu dipergunakan juga bahan – bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini.

12


(24)

dengan masalah transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU No. 11 Tahun 2008

2. Data

Data sekunder dalam penelitian ini adalah : 1. Bahan Huku m Primer, terdiri dari :

a. Norma atau kaedah dasar ; b. Peraturan dasar ;

c. Peraturan perundang – undangan tentang transaksi jual beli melalui media elektronik beserta peraturan – peraturan terkait lainnya, seperti UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 8 Tahun

1997 Tentang Dokumen Perusahaan, UNCITRAL (United on

International Trade Law), Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998, EU Directive on Electronic Commerce.

2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil – hasil penelitian, laporan – laporan, artikel, majalah dan jurnal ilmiah, hasil – hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk – petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan – bahan primer, sekunder dan tersier diluar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini13

13

Bambang sunggono, 1998, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm 195

. Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.


(25)

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku – buku, majalah – majalah, surat kabar, peraturan perundang – undangan dan bahan – bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

Data yang diperoleh melalui studi pustaka dikumpulkan dan diurutkan kemudian diorganisasikan dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dalam skripsi ini adalah analisis dengan cara kualitatif yaitu menganalisis secara lengkap dan komperensif keseluruhan data sekunder yang diperoleh sehingga dapat mejawab permasalahan-permasalahan dalam skripsi ini14

Bab II Merupakan bab yang berisikan tentang perjanjian jual beli menurut KUHPerdata. Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian perjanjian jual

.

G. Sistematika Penulisan.

Gambaran secara keseluruhan mengenai skripsi ini akan dijabarkan dengan cara menguraikan sistematika penulisannya yang terdiri atas 4 (empat) bab yaitu :

Bab I Pendahuluan merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

14


(26)

beli, hak dan kewajiban para pihak, wanprestasi dan akibat hukumnya, dan saat terjadinya perjanjian jual beli.

Bab III Merupakan bab yang berisikan tentang prinsip – prinsip umum transaksi jual beli melalui media elektronik pada umumnya. Memberikan penjelasan mengenai perkembangan transaksi jual beli melalui media elektronik, aturan internasional terkait transaksi jual beli melalui media elektronik, proses terjadinya transaksi jual beli melalui media elektronik, perbandingan antara jual beli umumnya dengan jual beli secara elektronik.

Bab IV Merupakan bab yang berisikan tentang transaksi jual beli melalui media elektronik ditinjau dari UU No. 11 Tahun 2008. Bab ini terdiri dari prinsip– prinsip transaksi elektronik berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008, keabsahan transaksi jual beli melalui media elektronik, wanprestasi dalam transaksi jual beli melalui media elektronik, pembuktian dalam jual beli melalui media elektronik.

Bab V Kesimpulan dan saran, merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan permasalahan yang dalam skripsi ini.


(27)

BAB II

PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Menurut Black’s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian15

Menurut Salim, H.S perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan. Perlu diketahui bahwa subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya

. Inti definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary adalah kontrak dilihat sebagai persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara sebagian.

16

15

Salim, H.S, Op.Cit hlm 16 16


(28)

M. Yahya Harahap, SH, berpendapat bahwa tanpa ada barang yang hendak dijual, tidak mungkin terjadi jual beli. Sebaliknya jika objek jual beli tidak dibayar dengan suatu harga, maka jual beli juga dianggap tidak ada17

Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa “suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji pada seseorang lain berjanji untuk melaksanakan sesuatu”

.

Jual beli merupakan perbuatan hukum yang sering dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Pada hakikatnya jual beli itu memindahkan hak milik atas suatu barang yang diperjualbelikan karena dalam jual beli pihak penjual wajib menyerahkan barang yang dijualnya itu kepada pihak pembeli sedangkan pihak pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga dari barang itu kepada pihak penjual.

B. Hak Dan Kewajiban Penjual Dan Pembeli

Jika ada dua orang yang mengadakan perjanjian, maka masing – masing mereka bertujuan untuk memperoleh prestasi dari pihak lawannya. Prestasi tersebut dapat berupa memberi sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Perjanjian ini dibuat dengan maksud supaya dilaksanakan dan umumnya memang dilaksanakan. Masing – masing pihak harus melaksanakan apa yang disetujui dengan tepat.

18

1. Perjanjian untuk memberikan, menyerahkan suatu barang. .

Melihat macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian itu dibagi tiga macam, yaitu :

17

M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm 181 18

Mariam Darus Badrulzaman, 1982, Pendalaman Materi Hukum Perikatan, Fakultas Hukum USU, Medan, hlm 64


(29)

2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu. 3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Hal yang seharusnya dilaksanakan itu disebut prestasi. Dalam menentukan batas antara memberi dan berbuat sering kali menimbulkan keragu-raguan. Walaupun menurut tata bahasa memberi adalah berbuat, akan tetapi pada umumnya yang diartikan dalam memberi adalah menyerahkan hak milik atau memberi kenikmatan atas sesuatu benda. Misalnya penyerahan hak milik atas sebuah rumah atau memberi kenikmatan atas barang yang disewa kepada si penyewa. Adapun yang dimaksud dengan berbuat adalah setiap prestasi yang bersifat positif yang tidak berupa memberi, misalnya melukis.

Perjanjian untuk menyerahkan, memberikan sesuatu misalnya : jual beli, tukar – menukar, penghibahan ( pemberian ), sewa menyewa, pinjam pakai, dan lain – lain. Perjanjian untuk membuat sesuatu misalnya : perjanjian untuk membuat suatu lukisan, perjanjian untuk membuat suatu bangunan, dan lain sebagainya.

Menurut R. Setiawan bahwa ” perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu misalnya perjanjian untuk tidak membuat tembok, perjanjian untuk tidak mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan orang lain dan sebagainya”19

Dalam hukum perjanjian, bagaimana jika salah satu pihak tidak mengerti janjinya, dimana salah satu pihak tidak dapat mewujudkan prestasi yang telah dijanjikan. Mengenai perjanjian untuk menyerahkan sesuatu, tidak terdapat petunjuk dalam undang – undang. Sedangkan dalam perjanjian untuk berbuat

.

19


(30)

sesuatu dan perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, maka jika salah satu pihak wanprestasi, perjanjian itu dapat dieksekusi secara riil. Artinya pihak yang lain dapat merealisasikan apa yang menjadi hak menurut perjanjian. Bila para pihak tidak memenuhi perjanjian itu, maka itu batal. Sehingga salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian itu tidak terdapat hak untuk merealisasikan apa yang menjadi haknya menurut undang – undang.

Hal ini menyebabkan si kreditur menurut undang – undang boleh dikuasakan supaya dia sendiri yang melaksanakan pelaksanaannya atau si kreditur berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perjanjian, dengan tidak mengurangin haknya untuk ganti kerugian. Misalnya tembok yang didirikan dengan melanggar perjanjian dapat dirobohkan.

Dalam mengadakan suatu perjanjian, biasanya orang tidak mengatur atau menetapkan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Mereka hanya menetapkan hal – hal yang pokok saja, jadi untuk melaksanakan suatu perjanjian seharusnya lebih dahulu ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut. Menetapkan secara tegas hak dan kewajiban masing – masing pihak.

Dalam perjanjian jual – beli maka hak dan kewajiban para pihak tersebut adalah :

1. Penjual

a. Hak penjual adalah menuntut harga pembayaran atas barang – barang yang diserahkannya kepada pembeli


(31)

Kewajiban penjual dapat dijumpai pada Pasal 1474 KUHPerdata, pada pokoknya kewajiban penjual menurut pasal tersebut terdiri dari dua yaitu :

1) Menyerahkan barang kedalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli.

2) Menanggung terhadap barang yang dijual itu.

Mengenai menanggung ini lebih lanjut diatur dalam Pasal 1491 KUHPerdata, yang mengatakan “penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah untuk menjamin dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman dan tenteram ; kedua terhadap adanya cacat – cacat barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya.

2. Pembeli

a. Hak pembeli adalah menuntut penyerahan barang yang telah dibelinya dari si penjual.

b. Kewajibannya adalah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat sebagaimana yang ditetapkan didalam perjanjian mereka.

C. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda ”wanprestatie”, yang berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang – undang.


(32)

Kemungkinan – kemungkinan yang dapat mempengaruhi terjadinya wanprestasi atau tidak memenuhi kewajiban tersebut yaitu :

1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian.

2. Karena keadaan memaksa (force majeure), jadi diluar kemampuan debitur, debitur tidak bersalah20

1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang – undang dalam perikatan yang timbul karena undang – undang.

.

Dalam menentukan seorang debitur melakukan wanprestasi atau tidak, maka perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seorang debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak melakukan kewajibannya. Keadaan tersebut meliputi :

2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Disini debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang ditentukan oleh undang – undang, tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kualitas yang ditetapkan undang – undang.

3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Disini debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat. Waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tidak terpenuhi.

20


(33)

4. Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya21

Wanprestasi memiliki akibat hukum yang penting bagi debitur, oleh karena itu perlu diketahui sejak kapan debitur diakatakan sengaja atau lalai dalam mememenuhi kewajibannya. Untuk itu, perlu diperhatikan apakah dalam perikatan tersebut ditentukan tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak.

Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan wanprestasi yaitu :

.

1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti rugi.

2. Dilakukan pembatalan perjanjian. 3. Peralihan resiko

4. Membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka hakim

D. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli

Ketentuan didalam Pasal 1457 menggariskan bahwa pihak – pihak yang membentuk persetujuan jual beli masing – masing mengikatkan dirinya secara timbal – balik (wederkering). Penjual mengikatkan dirinya kepada pembeli untuk menyerahkan obyek jual beli. Pembeli mengikatkan dirinya kepada penjual untuk membayar harga obyek jual beli.

Meskipun jual beli telah tercipta, pemindahan hak milik atas kebendaan yang menjadi objek persetujuan hanya sah setelah dipenuhi ketentuan tentang hak milik atas benda yang bersangkutan22

21

Ibid


(34)

Berpedoman kepada tindakan “mengikatkan diri” yang mengakibatkan lahir beban kewajiban kepada kedua belah pihak, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua persetujuan didalam lembaga jual beli, yaitu :

1. Persetujuan tentang kewajiban menyerahkan benda yang menjadi objek jual beli kepada yang berhak, yaitu pembeli.

2. Persetujuan tentang kewajiban membayar harga benda yang menjadi objek jual beli kepada yang berhak, yaitu penjual.

Sifat konsensual dari jual beli ditegaskan dalam Pasal 1458 KUHPerdata yang berbunyi “ Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”.

Konsensualisme sendiri berasal dari perkataan “consensus” yang berarti kesepakatan. Dengan kesepakatan dimaksudkan bahwa diantara pihak – pihak yang bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak, artinya apa yang dikehendaki oleh yang satu adalah pula yang dikehendaki oleh yang lain. Kedua kehendaknya itu bertemu dalam “sepakat” tersebut. Tercapainya sepakat ini dinyatakan oleh kedua belah pihak dengan mengucapkan arti perkataan – perkataan, misalnya “setuju”, ”accord”, “oke”, dan lain – lain sebagainya ataupun dengan bersama – sama menaruh tanda tangan dibawah pernyataan – pernyataan tertulis sebagai tandanya ( bukti ) bahwa kedua belah pihak telah menyetujui segala apa yang tertera diatas tulisan itu23

22

Basrah, Perikatan Jual Beli dan Pembahasan Kasus ( Buku Ketiga KUHPerdata), fakultas Hukum USU, Medan, 1981,hlm 3

23

R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian Cet. Kesepuluh, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 5


(35)

Bahwa apa yang dikehendaki oleh yang satu itu adalah juga yang dikehendaki oleh orang lain atau bahwa kehendak mereka adalah “sama”, sebenarnya tidak tepat. Yang betul adalah bahwa yang mereka kehendaki adalah “sama dalam kebalikannya”. Misalnya : yang satu ingin melepaskan hak miliknya atas suatu barang asal diberi sejumlah uang tertentu sebagai gantinya, sedang yang lain ingin memperoleh hak milik atas barang tersebut dan bersedia memberikan sejumlah uang sebagai gantinya kepada si pemilik barang.

Sebagaimana diketahui, hukum perjanjian dari BW menganut asas konsensualisme. Artinya hukum perjanjian dari BW itu menganut suatu asas bahwa untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan bahwa perjanjian itu ( dan dengan demikian ”perikatan” yang ditimbulkan karenanya) sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana dimaksudkan diatas. Pada detik tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat, bukannya pada detik – detik lain yang kemudian atau yang sebelumnya.


(36)

BAB III

PRINSIP – PRINSIP UMUM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK PADA UMUMNYA

A. Perkembangan Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik

Transaksi jual beli melalui media elektronik yaitu melalui internet, saat ini semakin berkembang didunia khususnya Indonesia. Keinginan masyarakat yang serba cepat, ekonomis dan praktis menjadikan jual beli melalui internet ini sebagai pilihan yang paling banyak diminati saat ini. Internet yang dahulunya hanya digunakan untuk mencari informasi dan mengirim data, saat ini juga digunakan sebagai media jual beli. Munculnya situs – situs online shopping seperti e-bay, amazon dll, yang ikut membantu perkembangan jual beli ini. Bahkan jejaring sosial yang paling fenomenal saat ini yaitu facebook juga digunakan sebagai sarana jual beli atau online shopping.

Jual beli melalui media elektronik ini, banyak dipilih sebagian masyarakat karena tidak membuang banyak waktu dan tenaga. Hanya duduk didepan komputer ataupun laptop bahkan telepon genggam (handphone) kita dapat melakukan transaksi jual beli. Transaksi jual beli ini tidak terlepas dari adanya perkembangan internet yang menjadi kebutuhan sehari – hari masyarakat sekarang ini.

Transaksi jual beli melalui media elektronik khususnya melalui media internet telah banyak digunakan khususnya di Indonesia seiring dengan pengguna internet di Indonesia. Menurut data BMI , jumlah pengguna internet pada tahun 2006 lalu bertambah 10,576 Juta pengguna lalu bertambah pada tahun 2007


(37)

menjadi 13 Juta pengguna, pada tahun 2008 sebanyak 25 Juta pengguna dan pada tahun 2009 bertambah menjadi 45 Juta pengguna24

Di Indonesia, perkembangan transaksi jual beli melalui media internet ini sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan munculnya situs sanur.co.id sebagai toko buku online pertama

.

25

. Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 telah mulai bermunculan berbagai situs yang melakukan jual beli secara elektronik. Sepanjang tahun 1997 – 1998 eksistensi jual beli secara elektronik di Indonesia mulai sedikit terabaikan karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga saat ini kembali menjadi fenomena yang menarik perhatian meski tetap terbatas pada minoritas masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi26

a. Cakupan yang luas

.

Jual beli yang dilakukan secara elektronik mengalami perkembangan yang sangat pesat dari awal mula ditemukan hingga saat ini. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang memberikan pendukung atau pendorong atas perdagangan secara elektronik yang menggunakan media internet (e-commerce) yang memberikan berbagai kemudahan dan keamanan yang semakin kenyamanan bagi customer atau pembeli dan merchant atau penjual untuk mengaplikasikan dan melakukan transaksi perdagangan secara elektronik (e-commerce).

Secara umum faktor pendorong pelaksanaan e-commerce tersebut diantaranya adalah :

E-Commerce mempunyai kemampuan untuk menjangkau lebih banyak

customer sehingga jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak

24

25

Perlindungan Konsumen Dalam

E-Commerce, diakses pada tanggal 8 Pebruari 2010 26


(38)

terbatas oleh area geografis dimana perusahaan berada dan setiap saat

customer dapat mengakses seluruh informasi yang up date dan terus menerus. Sehingga informasi yang disampaikan selalu informasi terbaru, hal tersebut memberikan kemudahan bagi customer untuk mengetahui apakah barang yang akan ia pesan tersedia atau tidak. Selain itu e-commerce

memberikan kesempatan customer yang berada di belahan dunia manapun untuk dapat menggunakan sebuah produk atau service yang dihasilkan dari belahan dunia yang berbeda dan melakukan transaksi serta meraih informasi dari pihak merchant sepanjang tahun. Bagi merchant dengan cakupan dari e-commerce yang sangat luas yang dapat mencakup seluruh dunia memberikan keuntungan dalam sisi pemasaran dimana dapat mengurangi biaya untuk proses pemasaran produk yang dihasilkannya maupun yang dijual.

b. Proses transaksi yang cepat

Penggunaan transaksi informasi dalam proses e-commerce

memberikan kemudahan dalam transaksi perdagangan dalam hal ini jual beli. Hal ini dimungkinkan karena proses transaksi tidak memerlukan pertemuan langsung antara kedua belah pihak, tetapi hanya diperlukan suatu komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet. Penggunaan teknologi dalam proses perdagangan memberikan kemudahan dan kenyamanan serta keamanan, sehingga ketika proses transaksi telah terjadi maka pembayaran atas transaksi tersebut tidak memerlukan uang cash akan tetapi cukup dengan proses transfer melalui jasa pihak perbankan,dimana hal tersebut mempercepat proses transaksi. Selain itu, proses kesepakatan yang terjadi antar para pihaknya pun tidak memerlukan suatu pertemuan langsung,


(39)

customer cukup dengan menekan tombol accept atau memberikan tanda

check (√) sebagai tanda setuju atau sepakat terhadap kontrak yang disodorkan oleh pihak merchant sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan negosiasi mengenai isi dari kontrak tersebut, karena kontrak dalam e-commerce bersifat take it or leave it.

c. E-Commerce dapat mendorong kreatifitas dari pihak penjual secara cepat dan tepat dan pendistribusian informasi yang disampaikan berlangsung secara periodik.

Kreatifitas dari pihak merchant memberikan nilai tambah tersendiri, dengan adanya kreatifitas tersebut maka informasi mengenai produk yang ditawarkan dapat memberikan suatu hal yang menarik bagi customer yang kemudian mendorong keinginan bagi customer untuk memiliki barang yang ditawarkan. Kreatifitas juga dapat mempermudah dalam pendistribusian informasi, dengan penggunaan media internet maka informasi yang berupa data digital dapat dibuat sederhana sehingga mempermudah dalam proses

update data sehingga informasi yang disampaikan menampilakan informasi terbaru (up todate).

d. E-Commerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah serta informatif Penggunaan e-commerce sangat memangkas biaya-biaya operasional. Perusahaan-perusahaan yang berdagang secara elektronik tidak membutuhkan kantor dan toko yang besar, menghemat kertas-kertas yang digunakan untuk transaksi-transaksi, periklanan, serta pencatatan-pencatatan. Selain itu, perdagangan elektronik juga sangat efisien dari sudut waktu yang digunakan. Pencarian informasi produk atau jasa dan transaksi bisa dilakukan


(40)

lebih cepat serta lebih akurat. Sehingga dengan adanya efisiensi tersebut maka biaya yang dibutuhkan untuk keperluan usaha tidaklah besar, yang dibutuhkan hanyalah sebuah took maya yang didesain sedemikian rupa sehingga menarik dan informative bagi customer.

e. E-Commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan pelayanan yang cepat, mudah, aman dan akurat

Adanya faktor pendorong tersebut diatas maka mendorong suatu kepuasan bagi customer terhadap segala kemudahan dan keuntungan yang diperoleh dengan adanya e-commerce yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan yang disebabkan oleh kecepatan transaksi, pelayanan yang aman dan akurat serta memberikan kemudahan.

Selain hal tersebut diatas, perdagangan secara elektronik jika dibandingkan dengan perdagangan secara konvensional maka akan sangat terlihat perbedaannya yang kemudian akan menunjukan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh e-commerce. Perbandingan tersebut jika ditampilkan dalam bentuk table akan diperoleh hasil sebagai berikut :


(41)

Tabel 3.1

Perbandingan Perdagangan Konvensional dengan Perdagangan Melalui Internet (e-commerce)

Siklus Penjualan Perdagangan Tradisional (menggunakan berbagai media) Perdagangan Elektronik (menggunakan media tunggal) Mencari informasi

barang /jasa yang diperlukan

Majalah, katalog, surat kabar, bentuk-bentuk tercetak

Situs web

Memeriksa harga Katalog tercetak Katalog on-line Memeriksa ketersediaan

barang dan harganya

Telepon,faksimil Situs web Melakukan pemesanan Surat, faksimil, dan bentuk

– bentuk tercetak lainnya

Surat elektronik Mengirimkan pesanan Surat, faksimil Surat elektronik,

halaman web

Mengurutkan pesanan Manual Basis data

Memeriksa barang di gudang

Bentuk tercetak, telepon, faksimil

Basis data, halaman web Menjadwalkan

pengiriman

Bentuk tercetak Surat elektronik, basis data

Membuat invoice Bentuk tercetak Basis data

Mengirimkan pesanan Pengirim Pengirim

Konfirmasi pesanan Surat, telepon, faksimil Surat elektronik Mengirim invoice

(penyedia) dan menerima invoice (pembayar)

Surat Surat elektronik, EDI

Jadwal pembayaran Bentuk tercetak Basis data, EDI Mengirim (pembayar)

dan menerima (penyedia) bukti pembayaran


(42)

B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik

1. UNCITRAL (United Nation Commision on International Trade Law)

UNCITRAL (United Commision on International Trade Law, yaitu sebuah komisi dibawah PBB, komisi tersebut telah membuat United Law on Electronic Commerce, sebagai model tersebut telah disetujui berdasarkan General Assembly Resolution No. 51 / 612 tanggal 16 Desember 1996. model tersebut kemudian telah ditambah dengan dimasukkannya Article 5 BIS pada tahun 1998.

United Commision on Internasional Trade Law model itu telah menjadi dasar pembuatan Undang – undang e-commerce atau cyberlaw dari banyak negara, antara lain Electronic Act of Singapura dan Undang – undang sejenis dari Malaysia27

Beberapa ketentuan prinsip utama yang digariskan di dalam UNCITRAL

Model law on Electronic Commerce yang merupakan dasar hukum yang sangat penting adalah bahwa :

.

28

a) Segala informasi elektronik dalam bentuk data elektronik dapat dikatakan untuk memiliki akibat hukum, keabsahan ataupun kekuatan hukum (information shall be denied legal effect, validity or enforce ability solely on the grounds that it is in the form of a data message);

b) Dalam hal hukum mengharuskan adanya suatu informasi harus dalam bentuk tertulis maka suatu data elektronik dapat memenuhi syarat untuk itu, sebagaimana yang diatur dalam article 6 UNCITRAL

27

Mariam Darus Badrulzaman, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 362

28

Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, 2006, Bisnis E-Commerce (Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia), Pustaka Fajar, Yogyakarta, hlm 137


(43)

Model Law : “ Where the law requires in information to be in writing, the requirement is met by a data message if the in information contained there in is accessible so as to be useable for subsequent reference”.

2. Singapore Electronic Transaction Act (ETA) 1998

Peraturan ini dikeluarkan untuk memfasilitasi perkembangan e-commerce. Terdapat beberapa yang digariskan dalam ETA, yaitu :29

a) Tidak ada perbedaan antara data elektronik dengan dokumen kertas ; b) Suatu data elektronik dapat menggantikan suatu dokumen tertulis; c) Para pihak dapat melakukan kontrak secara elektronik;

d) Suatu data elektronik dapat merupakan alat bukti di pengadilan; e) Jika suatu data elektronik telah diterima oleh para pihak maka mereka

harus bertindak sebagaimana kesepakatan yang terdapat pada data tersebut.

3. EU Directive on Electronic Commerce

Peraturan ini diundangkan pada 8 Juni 2000, dalam ketentuan EU Directive on Electronic Commerce, terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan khususnya mengenai masalah kontrak ini bahwa :30

a) Setiap negara – negara anggota akan memastikan bahwa sistem hukum mereka membolehkan kontrak dibuat dengan menggunakan sarana elektronik;

b) Namun para negara anggota dapat pula mengadakan pengecualian terdapat ketentuan di atas dalam hal :

29

Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Op.Cit, hlm 138 30


(44)

1) Kontrak untuk menciptakan / melakukan pengalihan hak atas real estate;

2) Kontrak yang diatur didalam hukum keluarga; 3) Kontrak penjaminan;

4) Kontrak yang melibatkan kewenangan pengadilan.

c) Setiap negara harus dapat memberikan pengaturan yang relevan atas kontrak elektronik yang berlangsung.

C. Proses Terjadinya Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik

Pada dasarnya proses transaksi jual beli secara elektronik tidak jauh berbeda dengan proses transaksi jual beli di dunia nyata. Pelaksanaan transaksi jual beli secara elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :

1. Penawaran, yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui website

pada internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan storefront yang berisi beberapa katalog produk dan pelayanan yang akan diberikan. Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha tersebut dapat melihat – melihat barang yang ditawarkan oleh penjual. Salah satu keuntungan transaksi jual beli melalui toko on line ini adalah bahwa pembeli dapat berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang gerak dan waktu. Penawaran dalam sebuah website biasanya menampilkan barang – barang yang ditawarkan, harga, nilai rating, spesifikasi barang termaksud dan menu produk lain yang berhubungan. Penawaran melalui internet terjadi apabila pihak lain yang menggunakan media internet memasuki situs milik penjual atau pelaku usaha yang melakukan penawaran. Oleh karena itu, apabila seseorang tidak menggunakan media internet dan


(45)

memasuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk maka tidak dapat dikatakan ada penawaran. Dengan demikian penawaran melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang membuka situs yang menampilkan sebuah tawaran melalui internet tersebut.

2. Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi. Apabila penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka penerimaan dilakukan melaui e-mail, karena penawaran hanya ditujukan pada sebuah e-mail yang dituju sehingga hanya pemegang e-mail tersebut yang dituju. Penawaran melalui website ditujukan untuk seluruh masyarakat yang membuka website tersebut, karena siapa saja dapat masuk ke dalam

website yang berisikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli barang yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan penjual atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut. Pada transaksi jual beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik untuk membeli salah satu barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih dahulu sampai calon pembeli/ konsumen merasa yakin akan pilihannya, selanjutnya pembeli/ konsumen akan memasuki tahap pembayaran.

3. Pembayaran, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui fasilitas internet, namun tetap bertumpu pada sistem keuangan nasional, yang mengacu pada sistem keuangan lokal. Klasifikasi cara pembayaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(46)

a. Transaksi model ATM (Anjungan Tunai Mandiri), sebagai transaksi yang melibatkan institusi finansial dan pemegang account masing – masing.

b. Pembayaran 2 (dua) pihaktanpa perantara, yang dapat dilakukan langsung antara kedua pihak tanpa perantara dengan menggunakan uang nasionalnya.

c. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga, umumnya merupakan proses pembayaran yang menyangkut debet, kredit atau cek masuk. Metode pembayaran yang dapat digunakan antara lain : sistem pembayaran melalui kredit on line serta system pembayaran check in line.

Apabila kedudukan penjual dan pembeli berbeda, maka pembayaran dapat dilakukan melalui cara account to account atau pengalihan dari rekening pembeli kepada rekening penjual. Berdasarkan kemajuan teknologi, pembayaran dapat dilakukan melalui kartu kredit dengan cara memasukkan nomor kartu kredit pada formulir yang disediakan oleh penjual dalam penawarannya. Pembayaran dalam transaksi jual beli secara elektronik ini sulit untuk dilakukan secara langsung, karena adanya perbedaan lokasi antara penjual dan pembeli, walaupun dimungkinkan untuk dilakukan.

Jenis – jenis pembayaran elektronik

Perbedaan yang mendasar diantara sistem pembayaran elektronik dan sistem pembayaran tradisional hanyalah terdigitalkannya data – data untuk sistem pembayaran elektronik. Dengan kata lain, semua hal yang berkait dengan system


(47)

pembayaran elektronik dapat digambarkan sebagai untaian bit – bit (atau byte(byte

adalah urutan 8 bit yang digunakan untuk merepresentasikan karakter – karakter tertentu). Sementara kebanyakan system pembayaran elektronik saat ini diimplementasikan dengan penggunaannya pada komputer – komputer pribadi ( PC-Personal Computer), saat ini dapat dilihat penggunaannya di peralatan – peralatan lain. Misalnya saat ini dapat digunakan PDA ( Personal Digital Assistant) atau perangkat telepon gengganm (handphone) untuk menangani pembayaran – pembayaran dan transaksi – transaksi. Dengan cara yang sama, saat ini beberapa penjual juga menerima pembayaran dengan kartu cerdas (smart card).31

a. Kartu Magnetik (Magnetic Stripe Card)

Kartu magnetic adalah kartu plastic kecil yang memiliki pita termagnetisasi di permukaannya. Kartu magnetic digunakan secara luas untuk aplikasi-aplikasi seperti kartu debit, kartu kredit, kartu telepon, kartu ATM, kartu yang digunakan untuk masuk ke gedung-gedung yang memiliki perangkat keamanan tertentu, dan sebagainya. Dalam hal ini, kartu magnetik ini dapat diperluas fungsinya menjadi kartu yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi – transaksi pembelian barang dan/ atau jasa dalam kaitannya dengan perdagangan elektronik.

b. Kartu Kredit

Dalam transaksi menggunakan kartu kredit, konsumen memberikan nomor kartu kreditnya ke pedagang. Pedagang kemudian dapat memverifikasi nomor itu ke bank penerbit dan kemudian ia dapat

31

Adi Nugroho, 2006, e-Commerce(memahami perdagangan di dunia maya), Informatika, Bandung, Hlm 80


(48)

membuat slip pembelian bagi konsumen untuk disetujui. Pedagang kemudian dapat menggunakan slip pembelanjaan itu untuk mendapatkan uang dari bank. Pada periode pembayaran berikutnya, konsumen akan menerima pernyataan dari bank yang mencatat transaksi yang bersangkutan. Menggunkan kartu kredit untuk membel barang/jasa lewat sarana Internet menggunakan skenario yang sama, tetapi kita akan menjumpai beberapa langkah tambahan. Langkah-langkah tambahan itu adalah langkah yang harus diambil sehingga transaksi yang aman (secure) dapat terjadi, serta terjadi otentikasi antara pembeli dan penjual. Hal ini menimbulkan berbagai sistem yang berbeda dalam penggunaan kartu kredit pada transaksi – transaksi yang berjalan di internet. Dua diantaranya adalah fitur yang melindungi keamanan transaksi di Internet serta perangkat lunak - perangkat lunak pengelola yang dibutuhkan; baik di sisi konsumen maupun di sisi perusahaan.

c. Cek Elektronik

Sistem pembayaran menggunakan kartu kredit tidak dapat disangkal lagi merupakan sistem pembayaran yang paling populer dalam perdagangan internet, tetapi ia bukan satu-satunya metode pembayaran di Internet. Hingga saat ini ada 2 sistem yang telah dikembangkan –satu oleh

Financial Services Technology Corporation (FTSC), yang lainnya oleh

CyberCash- yang memungkinkan konsumen menggunakan cek elektronik untuk membayar secara langsung kepada pedagang di Web.


(49)

Cek kertas pada dasarnya merupakan pesan pada bank milik konsumen untuk mentransfer dana dari rekening milik konsumen ke rekening seseorang yang lain. Pesan ini tidak dikirimkan langsung ke bank, tetapi ke penagih – penagih yang bertugas untuk memperlihatkan cek itu ke bank untk mendapakan dananya. Setelah dana dikirmkan, cek yang telah dicairkan dapat dikirmkan kembali ke pengirim, dan emudian dapat digunakan sebagai bukti pembayaran. Dalam dunia maya, semua aspek cek elektronik pada prinsipnya memiliki fitur yang sama dengan cek kertas. Ia sesungguhnya bertindak sebagai pesan pada bank untuk mengirimkan dananya.

Cek elektronik dapat dibuktikan lebih unggul dari cek kertas dalam satu aspek signifikan. Sebagai pengirim, kita dapat melindu ngi diri kita sendiri dari kecurangan – kecurangan yang mungkin muncul dari penyingkapan nomor rekening oleh orang yang tidak berhak. Dengan protocol SET, sertifikat-sertifkat digital dapat digunakan ntuk melakukan pengujian otentikasi terhadap pembayar, bank pembayar, dan rekening bank.

Cek elektronik dapat dikirimkan dengan transmisi langsung lewat jaringan atau lewat surat elektronik. Dalam kasus yang lain, saluran perbankan yang sudah ada dapat digunakan. Ini memicu integrasi yang baik dan sempurna antara infrastruktur perbankan yang sudah ada dan Internet. Karena rancangan FTSC untuk pemeriksaan elektronik sudah mencakup transfer dana dan transaksi-transaksi yang melibatkan


(50)

perusahaan-perusahaan juga dapat menggunakan skema yang diusulkan

FTSC untuk membayar tagihan-tagihan dari perusahaan-perusahaan yang lain.

Konsumen biasanya menyukai cek elektronik dibandingkan dengan sistem pembayaran yang lain karena berbagai alasan. Pertama, sampai saat ini sudah semakin banyak penduduk dunia memiliki rekening cek alih-alih kartu kredit, sehingga cek elektronik bertindak sebagai cek yang dapat digunakan dalam pasar yang semakin berkembang. Kedua, paling sedikit dengan system FTSC, konsumen dapat menggunakan berbagai sistem pembayaran yang berbeda (cek, cek tersertifikasi, ATM, dan sebagainya), menggunakan antarmuka tunggal (buku cek elektronik), yang dapat mencatat semua catatan transaksi dalam suatu rekening tunggal. Ini juga berarti bahwa konsumen hanya memiliki perjanjian dengan banknya saja, tidak dengan sejumlah institusi financial, dalam melaksanakan berbagai jenis pembayaran.

d. Digital Cash

Walaupun versi digital dari uang tunai, yaitu digital cash, atau e-cash, bertindak dengan cara yang mirip, versi digital lebih menarik sebab ia sangat bersifat pribadi. Digital cash juga merupakan sistem yang sesuai untuk melakukan transaksi komersial yang melibatkan nilai uang dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Saat ini, di internet, digital cash

dipandang sebagai aplikasi gelombang baru untuk perdagangan elektronik.


(51)

Pada sistem digital cash, nilai uang terbentuk tidak lebih dari untaian bit-bit. Bank dapat mendebit rekening kita dengan sejumlah penarikan yang nilainya sama dengan nilai uang (sering disebut dengan token) yang digunakan. Bank dapat melakukan validasi masing – masing token

dengan penanda digital (digital stamp) sebelum mentransmisikannya ke komputer pribadi kita. Saat kita mau membelanjakan sejumlah e-cash, kita cukup mentransmisikan sejumlah token ke penjual, yang kemudian akan melakukan verifikasi ke bank dan menarik dananya

Salah satu alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi beban transaksi adalah dengan menangani dan melakukan verifikasi

microcash pada masing-masing transaksi hingga sejumlah nilai uang tertentu tercapai. Setelah nilai uang tertentu tercapai, pedagang dapat melakukan penarikan dana pembeli lewat transaksi kartu kredit, sehingga keseluruhannya hanya akan dianggap sebagai sebuah transaksi tunggal, yang akan menghemat biaya transaksi.

Untuk kebanyakan sistem, masalah terbesar yang harus dihadapi adalah masalah keamanan. Dalam hal ini, kita harus memberi perlindungan yang memadai pada setiap token yang dikirimkan dari konsumen ke pedagang. Skema-skema penyandian (enkripsi) canggih seperti yang diusulkan NetCash mungkin dapat digunakan dengan resiko penurunan kinerja transaksi (dalam hal kecepatannya).

e. Kartu Pintar (Smart Card)

Kartu pintar (smart card) adalah kartu plastic kecil yang bentuk dan tampilannya mirip dengan kartu magnetik biasa, tetapi di dalamnya


(52)

mengandung suatu mikroprosesor dan tempat penyimpanan (memori). Teknologi kartu pintar merupakan inovasi yang mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh kartu magnetik yang kita bahas disubbab sebelumnya, yang relatif mudah rusak oleh goresan-goresan di bagian pita magnetiknya. Data-data yang tersimpan dikartu pintar (smart card) relative tahan terhadap kerusakan-kerusakan yang biasa terjadi pada kartu magnetic, seperti goresan, pemberian medan magnetik, dan sebagainya. Biasanya kartu pintar 100 kali lebih tahan dari kartu magnetik.

Dalam beberapa hal sering muncul pertanyaan mengapa menggunakan kartu pintar (smart card) dan tidak menggunakan uang tunai saja? Uang tunai mudah dicuri. Kartu pintar dengan foto pengguna dan kata sandi (password) yang harus dimasukkan relatif lebih aman dari pencurian. Selain itu, dibandingkan dengan kartu kredit atau kartu debit, kartu pintar juga seringkali lebih aman, karena kartu pintar memiliki mikroprosesor di dalamnya dan data-data pada kartu pintar juga dapat disandikan (dienkripsi) menggunakan protocol SET (secure Electronic transaction).

4. Pengiriman, merupakan suatu proses yang dilakukan setelah pembayaran atas barang yang ditawarkan oleh penjual kepada pembeli, dalam hal ini pembeli berhak atas penerimaan barang termaksud. Pada kenyataannya, barang yang dijadikan objek perjanjian dikirimkan oleh penjual kepada pembeli dengan biaya pengiriman sebagaimana telah diperjanjikan antara penjual dan pembeli.


(53)

Berdasarkan proses transaksi jual beli secara elektronik yang telah diuraikan diatas menggambarkan bahwa ternyata jual beli tidak hanya dapat dilakukan secara konvensional, dimana antara penjual dengan pembeli saling bertemu secara langsung. Namun dapat juga hanya melalui media elektronik dalam hal ini internet, sehingga orang yang saling berjauhan atau berada pada lokasi yang berbeda tetap dapat melakukan transaksi jual beli tanpa harus bersusah payah untuk saling bertemu secara langsung. Sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu serta biaya baik bagi pihak penjual maupun pembeli.

D. Perbandingan Antara Jual Beli Pada Umumnya Dengan Jual Beli Secara Elektronik.

Transaksi jual beli atau perdagangan secara elektronik melalui internet ( e-commerce) juga merupakan perjanjian jual beli yang sama dengan perjanjian jual beli secara konvensional yang biasa dilakukan masyarakat hanya saja terletak pada perbedaan media yang digunakan. Pada transaksi e-commerce kesepakatan atau perjanjian yang tercipta adalah melalui online karena menggunakan media elektronik yaitu internet.

Hampir sama dengan perjanjian jual beli umumnya perjanjian jual beli

online juga akan terdiri dari penawaran dan penerimaan sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain.32

Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak dua atau lebih pihak dalam perjanjian mengenai apa yang mereka kehendaki untuk

1. Penawaran

32


(54)

dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan dan siapa yang harus melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan dan siapa yang harus melaksanakan. Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kesepakatan mengenai hal-hal tersebut maka salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian akan menyampaikan terlebih dahulu suatu bentuk pernyataan mengenai apa yang dikehendaki oleh pihak tersebut dengan berbagai macam persyaratan yang mungkin dan diperkenankan oleh hukum untuk disepakati oleh para pihak, pernyataan yang disampaikan itu dikenal dengan nama penawaran.

Kondisi yang berbeda akan ditemui dalam sebuah proses jual beli melalui internet dimana walaupun tetap terdiri dari penerimaan dan penawaran namun para pihak di dalamnya tidak bertemu secara fisik. Dalam transaksi e-commerce

khususnya bussiness to customer yang dapat melakukan penawaran hanyalah

merchant/produsen/penjual yang mengajukan produk dan jasa pelayanan dengan memanfaatkan website, dan tidak disediakan mekanisme penawaran balik oleh pembeli yang tidak setuju atas penawaran yang dilakukan penjual sebagaimana halnya apabila para pihak bertemu secara fisik atau dengan kata lain penawaran bersifat satu arah.

Para penjual menyediakan semacam storefront yang berisikan katalog produk dan pelayanan yang diberikan dan para pembeli seperti berjalan – jalan di depan toko – toko dan melihat barang – barang di depan etalase. Keuntungan jika berbelanja di toko online adalah kita dapat melihat dan berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh jam buka toko.

Dalam website tersebut biasanya disampaikan barang – barang yang ditawarkan, harganya, nilai rating atau poll otomatis tentang barang itu yang diisi


(55)

oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi tentang barang dan menu produk lain yang berhubungan, penawaran ini terbuka bagi semua orang, semua orang yang tertarik dapat melakukan window shopping di toko online dan jika tertarik transaksi dapat dilakukan.33

Dalam transaksi e-commerce melalui website, biasanya penerimaan atas tawaran akan ditindaklanjuti oleh pembeli/calon pembeli dengan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual, kemudian shopping cart akan menyimpan terlebih dahulu barang yang calon pembeli inginkan sampai calon pembeli yakin akan pilihannya, setelah yakin calon pembeli akan memasuki tahap pembayaran. Dengan menyelesaikan tahap transaksi ini maka dengan demikian pengunjung toko online telah melakukan penerimaan/acceptance dan dengan demikian telah terciptalah kontrak online.

2. Penerimaan

Penerimaan dan penawaran saling terkait untuk menghasilkan suatu kesepakatan. Dalam menentukan suatu penawaran dan penerimaan di dalam cyber system digantungkan pada keadaan dari cyber system tersebut, penerimaan dapat dinyatakan melalui website, electronic mail ( surat elektronik) atau juga melalui

electronic data interchange (EDI). Suatu cara penerimaan biasanya bebas ditentukan oleh penjual baik melalui website/newsgroup yang penawarannya ditujukan untuk khalayak ramai sehingga setiap orang yang berminat dapat membuat kesepakatan dengan penjual yang menawarkan.

34

Suatu penawaran dan penerimaan tawaran dapat dinyatakan dalam bentuk

data message, dan suatu kontrak tidak dapat ditolak keabsahan dan kekuatan

33

Ibid, Hlm. 229 34


(56)

hukumnya jika data – data tersebut digunakan sebagai format dari kontrak. Pihak- pihak yang melakukan offer dan acceptance dikatakan sebagai arginator yaitu sebagai pihak yang melakukan pengiriman data dan pihak yang menerima disebut sebagai addreses.

Bila kita bandingkan proses penawaran, penerimaan hingga terjadinya atau terciptanya kontrak online dalam transaksi jual beli secara elektronik dibandingkan dengan penawaran, penerimaan hingga terjadinya kesepakatan dan perjanjian dalam perjanjian jual beli umumnya, maka akan terdapat perbedaan sesuai dengan asas konsensualisme maka dalam perjanjian jual beli pada umumnya hanya dengan adanya kesepakatan para pihak maka perjanjian jual beli telah terjadi. Berbeda dengan jual beli secara elektronik bila kita mengacu pada proses yang mewajibkan terselesaikannya tahap – tahap transaksi agar dapat terjadi perjanjian atau kesepakatan maka setidaknya menurut pandangan KUHPerdata sebuah perjanjian jual beli secara elektronik tidak cukup terikat pada asas atau perjanjian konsensuil tetapi lebih mengarah kepada suatu perjanjian formil dimana kesepakatan baru terjadi dan ada pada saat formalitas yang disyaratkan untuk melakukan suatu perbuatan riil telah melakukan tindakan atau perbuatan riil yang disyaratkan.


(57)

BAB IV

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI UU NO. 11 TAHUN 2008

A. Prinsip – Prinsip Transaksi Elektronik Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2008

Didalam UU No. 11 Tahun 2008 Tentang ITE, prinsip – prinsip transaksi elektronik tidak diatur secara jelas tetapi dalam beberapa pasal dalam undang – undang ini secara tersirat mengatur mengenai prinsip – prinsip kontrak dalam suatu transaksi elektronik.

a. Prinsip kepastian hukum

Dalam pasal 18 ayat (1) UU ITE disebutkan bahwa :

“ Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak”

Suatu transaksi elektronik mengikat pihak – pihak yang saling terkait di dalamnya, artinya suatu kontrak elektronik merupakan undang – undang bagi para pihak yang membuatnya. Apabila ada salah satu pihak yang melanggar kontrak elektronik tersebut maka pihak yang lain dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang melanggar kontrak tersebut.

b. Prinsip itikad baik

Sama halnya seperti dalam KUHPerdata dalam UU ITE juga ada diatur mengenai prinsip itikad baik dalam melakukan kontrak elektronik. Hal ini diatur dalam Pasal 17 ayat (2) UU ITE, Pasal ini menyatakan :

“para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung”


(1)

penjual disatu pihak hanya dibebankan kewajiban berupa jaminan penggantian barang apabila ia melakukan wanprestasi, sedangkan di pihak pembeli setelah ia menyetujui klausula baku dalam term of use dan perjanjian lisensi, tidak hanya dapat dibebankan tanggung jawab yang dikenal dalam hukum perdata misalnya ganti rugi tetapi juga tanggung jawab pidana.

Kemudian tanggung jawab pihak ketiga bila pihak ketiga tersebut melakukan wanprestasi, maka sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1340, 1315 dan 1317 maka pihak ketiga baru dapat diminta pertanggungjawaban apabila dalam perjanjian antara penjual dan pembeli terdapat klausula yang menyatakan bahwa pihak ketiga dapat diminta pertanggungjawaban apabila ia melakukan tindakan wanprestasi atau dengan kata lain hal tersebut telah diatur dalam perjanjian.

Akan tetapi dalam praktiknya pihak ketiga hanya akan berhubungan dengan penjual sehingga apabila ia melakukan wanprestasi maka tuntutan tanggung jawab hanya ada pada pihak penjual yang didasarkan atas perjanjian yang telah disepakati diantara mereka.

Wanprestasi dalam transaksi elektronik terdapat pengaturannya dalam UU ITE yaitu pada Pasal 38 ayat (1) .

4. Berdasarkan sistem pembuktian hukum privat yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata maka dalam hukum pembuktian ini, alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi - saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah (Pasal 1866 BW atau 164 HIR). Sedangkan UU ITE menambahkan suatu bentuk sistem pembuktian elektronik yaitu adanya tanda tangan elektronik


(2)

(digital signature) yang merupakan suatu sistem pengamanan yang bertujuan untuk memastikan otentitas dari suatu dokumen elektronik. Ia menggunakan cara yang berbeda untuk menandai suatu dokumen sehingga tidak hanya mengidentifikasi dari pengirim, namun harus juga memastikan keutuhan dari dokumen tersebut (Pasal 1 butir 5 UU ITE). Pasal 5 UU ITE mengatur secara khusus mengenai sahnya suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa bukti elektronik baru dapat dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Suatu bukti elektronik dapat memiliki kekuatan hukum apabila informasinya dapat dijamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses, dan dapat ditampilkan, sehingga menerangkan suatu keadaan. Keabsahan data transaksi yaitu yang menjamin untuk terjadinya jual beli melalui internet, baik itu mencakup tanda tangan ataupun lainnya yang menjadi suatu bentuk keabsahan dari suatu perjanjian tersebut. Kontrak elektronik dalam transaksi elektronik, harus memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kontrak konvensional.

B. Saran

1. Prinsip – prinsip transaksi elektronik tidak secara jelas diatur dalam UU ITE. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang jelas mengenai prinsip – prinsip transaksi elektronik untuk memudahkan masyarakat memahaminya.

2. Perlu dilakukannya sosialisasi UU ITE sehingga masyarakat dapat memahami memahami dan mengetahui perihal tentang keabsahan transaksi


(3)

juga agar terdapat persamaan persepsi, sehingga tidak terdapat kendala dalam penerapannya.

3. Agar dapat tercapai kedudukan yang seimbang antara penjual dan pembeli dalam sebuah klausula baku, maka diharapkan kepada pihak penjual sebagai pihak yang menyusun klausula baku tersebut untuk memberikan bagian yang sama atas hak dan kewajiban bagi pembeli dan penjual. Terhadap pihak pembeli, terlebih dahulu membaca secara teliti klausula – klausula sebelum melakukan transaksi jual beli.

4. Pemerintah seharusnya memberikan pengawasan yang lebih ketat bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik ini yaitu dengan jalan melakukan/mewajibkan diadakannya suatu pendaftaran terhadap segala kegiatan yang menyangkut kepentingan umum didalam lalu lintas elektronik tersebut, termasuk pendaftaran atas usaha – usaha elektronik (e-business) yang berupa virtual shops atau virtual services lainnya dan kewajiban terdaftarnya seorang pembeli dalam sebuah perusahaan penyelenggaraan sistem pembayaran sehingga proses transaksinya dapat berjalan lancar dan tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU-BUKU

Badrulzaman, Mariam Darus dkk. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

___________1982. Pendalaman Materi Hukum Perikatan. Medan : Fakultas Hukum USU

Barkatullah, Abdul Halim dan Teguh Prasetyo. 2006. Bisnis E-Commerce (Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia). Yogyakarta : Pustaka Fajar

Basrah, H. NY. 1981. Perikatan Jual Beli dan Pembahasan Kasus (Buku Ketiga K.U.H.Perdata). Medan: Fakultas Hukum USU.

Chairi, Zulfi. 2005. Aspek Hukum Perjanjian Jual Beli Melalui Internet. Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Dikdik M & Elisatris Gultom. 2009. CYBER LAW (Aspek Hukum Teknologi Informasi). Bandung : Refika Aditama

Harahap, M. Yahya. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian Cet II. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Kadir, Abdul. 1981. Hukum Perikatan. Bandung : PT. Alumni

Makarim, Edmon. 2003. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Nugroho, Adi. 2006. e-Commerce (memahami perdagangan di dunia maya). Bandung : Informatika

Ramli, Ahmad M. 2006. Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia. Bandung : PT Refika Aditama

Salim, H.S, 2003. Perkembangan Hukum Kontrak Inominaat di indonesia,Cet I. Jakarta : Sinar Grafika

Samudera, Teguh. 2004. Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata. Bandung : PT. Alumni


(5)

Soemitro, Ronny Hanitijo 1982. Metode Penelitian Hukum. Jakarta Ghalia Indonesia.

Subekti, R. 1995, Aneka Perjanjian Cet. Kesepuluh. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

_________1992. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa. Syahmin. 2006. Hukum Kontrak Internasional Cet I. Jakarta :

RajaGrafindo persada

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) - Burgerlijk Wetboek, R.Subekti dan R.Tjitrosudibio. 2005. Jakarta: Pradnya Paramita.

Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan

3. INTERNET

Aspek Hukum Perjanjian Perdagangan Dalam Transaksi Elektronik (electronic commerce). diakses tanggal 19 Desember 2009

Esther Dwi Magfirah, Perlindungan Konsumen Dalam E-Commerc. 2010

Hwian Christianto http://Alat Bukti Dokumen Elektronik Dalam Perkara Perdata « Gagasan Hukum.htm diakses tanggal 19 Pebruari 2010

Julius indra Dwipayono, pengakuan Tanda Tangan Elektronik dalam Hukum Pembuktian Indonesia. www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=art+2&f=esign.pdf diakses pada tanggal 20 Pebruari 2010

2010


(6)

2 Pebruari 2010

http://library.usu.ac.id/modules.php? diakses tanggal 20 Oktober 2009 http://rmarpaung. tripod.com/ElectronicCommerce.doc

Rapin Mudiardjo. Data Elektronik Sebagai Alat Bukti Elektronik Masih Dipertanyak

diakses tanggal 2 Nopember 2009


Dokumen yang terkait

SKRIPSI Asas Kepercayaan Dalam Transaksi Jual Beli Online (Perspektif KUHPerdata dan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik).

1 3 13

PENDAHULUAN Asas Kepercayaan Dalam Transaksi Jual Beli Online (Perspektif KUHPerdata dan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik).

0 1 17

PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA TOKO ONLINE DITINJAU DARI UU NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN Perjanjian Jual Beli Melalui Media Toko Online Ditinjau Dari Uu No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

0 0 13

PENDAHULUAN Perjanjian Jual Beli Melalui Media Toko Online Ditinjau Dari Uu No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

0 0 18

PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA TOKO ONLINE Perjanjian Jual Beli Melalui Media Toko Online Ditinjau Dari Uu No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

0 1 21

SKRIPSI TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET DITINJAU MENURUT UU NOMOR 11 TAHUN 2008 MENGENAI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 13

PENDAHULUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET DITINJAU MENURUT UU NOMOR 11 TAHUN 2008 MENGENAI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 19

11 UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 0 38

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INSTAGRAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 1 9

KEDUDUKAN ASAS KEPERCAYAAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA TOKO ONLINE DITINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK -

0 0 79