IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN OLEH PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT II DUMAI DALAM PERSPEKTIF HUKUM LINGKUNGAN.

IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
OLEH PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT II DUMAI DALAM
PERSPEKTIF HUKUM LINGKUNGAN
Dea Amanda Payes
110110090075
Abstrak
Sebagai bagian dari perusahaan besar sekaligus leader dalam industri
minyak dan gas bumi (PT. Pertamina (Persero)) di Indonesia, PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan terutama sebagaimana yang diamanatkan
oleh Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, 88 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN; dan
Pasal 40 ayat (5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi serta menjadikan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
1945 sebagai dasar konstitusional pengelolaan lingkungan atau sumber
daya alam di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan mempelajari bagaimana bentuk implementasi tanggung jawab sosial
dan lingkungan oleh PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai serta
mengetahui dan mempelajari kendala-kendala apa saja yang dihadapi
dalam upaya tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Penulisan skrispi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yang
dilakukan dengan cara meneliti data sekunder berupa bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis yang menggambarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik
pelaksanaan hukum positif. Penelitian skripsi ini menggunakan analisis
data secara normatif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui studi kepustakaan dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
konsep tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Peraturan Daerah
Provinsi Riau Nomor 06 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan ruang lingkupnya masih kurang lengkap. Pengaturan konsep
ini dalam peraturan perundang-undangan sejenis hingga superior juga
masih dapat diperbincangkan karena belum ada satu istilah konsep yang
baku. Tafsiran perusahaan terkesan tumpang tindih antara peraturan
perundang-undangan satu dan lain. Pertanggungjawaban konsep
diberikan bukan hanya sampai kepada officer terkait melainkan hingga
kepada manajemen puncak. Ketegasan dan ketetapan konsep terkait
bidang lingkungan dirasa perlu karena pada dasarnya kegiatan yang
dilakukan perusahaan berkaitan dengan sumber daya alam dan energi.


iv