Perpres No.11 Tahun 2008 Tata Cara Penetapan Status Atas RN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG
TATA CARA PENGADAAN, PENETAPAN STATUS, PENGALIHAN STATUS,
DAN PENGALIHAN HAK ATAS RUMAH NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 ayat
(4), Pasal 15 ayat (5), dan Pasal 16 ayat (5) Perat uran Pemerint ah Nomor 40 Tahun 1994 t ent ang Rumah Negara sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 31 Tahun 2005, perlu menet apkan Perat uran Presiden t ent ang Tat a Cara Pengadaan, Penet apan St at us, Pengalihan St at us, dan Pengalihan Hak at as Rumah Negara;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1957 t ent ang Penet apan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 t ent ang Penj ualan Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 158 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 870); 3.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 t ent ang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469); 4.
Perat uran Pemerint ah Nomor 40 Tahun 1994 t ent ang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 31 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TATA CARA PENGADAAN,
PENETAPAN STATUS, PENGALIHAN STATUS, DAN PENGALIHAN HAK ATAS RUMAH NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Perat uran Presiden ini yang dimaksud dengan : 1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berf ungsi sebagai t empatt inggal at au hunian dan sarana pembinaan keluarga sert a menunj ang pelaksanaan t ugas pej abat dan/ at au Pegawai Negeri.
2. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang j abat an t ert ent u dan karena sif at j abat annya harus bert empat t inggal di rumah t ersebut sert a hak penghuniannya t erbat as selama pej abat yang bersangkut an masih memegang j abat an t ert ent u t ersebut .
3. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang t idak dapat dipisahkan dari suat u inst ansi dan hanya disediakan unt uk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila t elah berhent i at au pensiun rumah dikembalikan kepada negara.
4. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang t idak t ermasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dij ual kepada penghuninya.
5. Penet apan St at us Rumah Negara adalah keput usan yang menet apkan st at us golongan Rumah Negara ke d al am Ru m ah Ne gar a Go l o n gan I , Ru m ah Ne gar a Golongan II, at au Ru m ah Ne gar a Golongan III yang berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a t anahnya.
6. Pengalihan St at us Rumah Negara adalah perubahan st at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III, at au perubahan st at us Ru m ah Ne gar a Golongan I menj adi Ru m ah Ne gar a Golongan II at au sebaliknya yang berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a t anahnya.
7. Pengalihan Hak Rumah Negara adalah penj ualan Rumah Negara Golongan III yang berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a t anahnya kepada penghuni dengan cara sewa beli.
8. Rumah Susun adalah bangunan gedung bert ingkat yang dibangun dalam suat u lingkungan, yang t erbagi dalam bagian-bagian yang dist rukt urkan secara f ungsional dalam arah horizont al maupun vert ikal dan merupakan sat uan-sat uan yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara t erpisah, t erut ama unt uk t empat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama, dan t anah-bersama.
9. Sat uan Rumah Susun adalah Rumah Susun yang t uj uan perunt ukan ut amanya digunakan secara t erpisah sebagai t empat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke j alan umum.
10. Blok Rumah Susun adalah sat u kelompok Rumah Susun yang t erdiri dari beberapa Sat uan Rumah Susun yang secara t egas t erpisah dengan kelompok Rumah Susun lainnya secara vert ikal.
11. Ment eri adalah ment eri yang menyelenggarakan urusan pemerint ahan di bidang pekerj aan umum.
12. Pimpinan Inst ansi adalah pej abat yang memimpin kement erian/ lembaga.
Pasal
2 Rumah Negara t erdiri dari Rumah Negara Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah Negara Golongan III.
BAB II
TATA CARA PENGADAAN RUMAH NEGARAPasal 3
(1) Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara :
a. pembangunan;
b. pembelian;
c. t ukar menukar at au t ukar bangun; at au d. hibah. (2)
Pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan. (3) Pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian, t ukar menukar, t ukar bangun, at au hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat dilakukan secara langsung dengan masyarakat at au badan usaha. (4) Pengadaan Rumah Negara dengan cara t ukar menukar at au t ukar bangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan t erhadap bangunan dan/ at au t anah milik negara pada inst ansi pengguna barang. (5) Dalam hal bangunan dan/ at au t anah milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang akan dipert ukarkan berupa Rumah Negara besert a t anahnya, bangunan penggant inya diperunt ukan kembali unt uk Rumah Negara sesuai dengan st at us golongan semula dan selebihnya dapat berupa rumah dan/ at au bangunan lainnya. (6) Pengadaan Rumah Negara dengan cara pembangunan, pembelian, t ukar menukar at au t ukar bangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c harus sesuai dengan st andar t ipe dan kelas Rumah Negara bagi pej abat dan Pegawai Negeri. (7) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai st andar t ipe dan kelas Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diat ur dengan Perat uran Ment eri.
BAB III TATA CARA PENETAPAN STATUS RUMAH NEGARA Pasal
4
(1) Pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk mendaf t ar dan mengaj ukan usul Penet apan St at us Rumah Negara Golongan I at au Rumah Negara Golongan II kepada Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an yang diperoleh dari Pengadaan Rumah Negara dan/ at au perubahan f ungsi menj adi Rumah Negara paling lambat 6 (enam) bulan sej ak dimiliki oleh negara.
(2) Usul Penet apan St at us Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaj ukan dengan melampirkan dokumen sebagai berikut : a. bukt i kepemilikan Rumah Negara;
b. gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi; dan c. t anda bukt i kepemilikan hak at as t anah.
(3) Berdasarkan usul penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an menet apkan st at us Rumah Negara dalam lingkup wewenangnya ke dalam Rumah Negara Golongan I dan/ at au Rumah Negara Golongan II paling lambat 1 (sat u) t ahun sej ak dimiliki oleh negara.
(4) Tembusan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan.
(5) Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an menyampaikan daf t ar Rumah Negara Golongan I wewenangnya kepada : a. Ment eri selaku Pembina Rumah Negara; dan b. Ment eri Keuangan selaku Pengelola Barang Milik Negara. (6) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pendaf t aran Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan Perat uran Ment eri.
Pasal
5
(1) Penet apan St at us Rumah Negara Golongan I at au Rumah Negara Golongan II yang berupa Sat uan Rumah Susun dilakukan unt uk sat u Blok Rumah Susun. (2) Penet apan St at us Rumah Negara unt uk sat u Blok Rumah Susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dengan sat u Penet apan St at us Rumah Negara
Golongan I at au Rumah Negara Golongan II.
Pasal 6
Penet apan St at us Rumah Negara Golongan III dilakukan oleh Ment eri dengan cara Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III sebagaimana diat ur dalam Bab IV Perat uran Presiden ini.BAB IV
TATA CARA PENGALIHAN STATUS RUMAH NEGARAPasal 7
Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III waj ibmemenuhi syarat sebagai berikut :
a. umur Rumah Negara paling singkat 10 (sepuluh) t ahun sej ak dimiliki oleh negara at au sej ak dit et apkan perubahan f ungsinya sebagai Rumah Negara; b. st at us hak at as t anahnya sudah dit et apkan sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan; c. rumah dan t anah t idak dalam keadaan sengket a berdasarkan surat pernyat aan dari inst ansi yang bersangkut an; d. penghuninya t elah memiliki masa kerj a sebagai Pegawai Negeri paling singkat 10
(sepuluh) t ahun;
e. penghuni rumah memiliki Surat Izin Penghunian (SIP) yang sah dan suami at au ist ri yang bersangkut an belum pernah membeli at au memperoleh f asilit as rumah dan/ at au t anah dari negara berdasarkan ket ent uan perat uran perundang-undangan; f . penghuni menyat akan bersedia mengaj ukan permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara paling singkat 1 (sat u) t ahun t erhit ung sej ak rumah t ersebut menj adi Rumah Negara Golongan III dengan ket ent uan: karena kelalaian mengaj ukan permohonan t ersebut , kepada penghuni dikenakan sanksi membayar sewa 2 (dua) kali dari sewa set iap bulannya yang dit et apkan sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan; dan g. unt uk Rumah Negara yang berbent uk Rumah Susun, sudah mempunyai perhimpunan penghuni yang dit et apkan Pimpinan Inst ansi.
(1) Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III dilakukan berdasarkan permohonan penghuni.
(2) Penghuni mengaj ukan usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah yang bersangkut an. (3) Pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk melakukan kaj ian t erhadap usul Pengalihan
St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memperhat ikan : a. st at ist ik Rumah Negara yang ada;
b. j umlah Rumah Negara; dan c. analisis kebut uhan Rumah Negara.
(4) Pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk menyampaikan hasil kaj ian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Pimpinan Inst ansi dengan melampirkan dokumen : a. salinan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II; b. salinan Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara Golongan II;
c. surat ket erangan st at us kepegawaian t erakhir pemegang Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara Golongan II dari inst ansi yang bersangkut an; dan d. gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi.
(5) Berdasarkan kaj ian yang dilakukan pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an mempert imbangkan usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II yang berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a t anahnya menj adi Rumah Negara Golongan III. (6) Pimpinan Inst ansi memberikan perset uj uan secara t ert ulis at as usul Pengalihan St at us Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(7) Dalam hal Pimpinan Inst ansi menolak usul Pengalihan St at us Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (5), maka penolakan t ersebut disampaikan kepada pemohon dalam j angka wakt u paling lama 4 (empat ) bulan dengan disert ai alasan penolakan.
(8) Dalam hal usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa Rumah Susun, maka Pengalihan St at us Rumah Negara t ersebut diusulkan unt uk sat u Blok Rumah Susun.
Pasal 9
Berdasarkan perset uj uan at as usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6), Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an mengaj ukan permohonan Pengalihan St at us Rumah Negarakepada Ment eri, dengan mengisi f ormulir permohonan dan melampirkan dokumen sebagai berikut : a. gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi;
b. salinan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II yang dilegalisir paling rendah oleh pej abat eselon II inst ansi yang bersangkut an; c. salinan t anda bukt i hak at as t anah at au surat ket erangan t ent ang penguasaan t anah; d. salinan keput usan ot orisasi pembangunan rumah/ surat ket erangan perolehan dari inst ansi yang bersangkut an; e. salinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) at au surat ket erangan membangun dari inst ansi yang bersangkut an; f . salinan Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara Golongan II;
g. surat ket erangan st at us kepegawaian t erakhir pemegang Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara Golongan II dari inst ansi yang bersangkut an; h. berit a acara pemeriksaan at as rumah dan t anah yang dibuat oleh inst ansi yang i. surat ket erangan dari inst ansi yang bersangkut an bahwa rumah dan t anahnya t idak dalam sengket a; j . surat pernyat aan kesanggupan membeli Rumah Negara oleh penghuni; dan k. surat izin dari pemegang hak at as t anah apabila Rumah Negara t ersebut berdiri di at as t anah pihak lain.
Pasal 10
(1) Berdasarkan usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Ment eri melakukan kaj ian berdasarkan persyarat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
(2) Dalam hal Ment eri menerima usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ment eri menet apkan st at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III. (3) Dalam hal Ment eri menolak usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ment eri menyampaikan penolakan kepada Pimpinan Inst ansi yang mengusulkan disert ai dengan alasan penolakan. (4) Keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) t embusannya disampaikan kepada Ment eri Keuangan dan Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an. (5) Ment eri menyampaikan daf t ar Rumah Negara Golongan III sebagai barang milik negara yang berada dalam lingkup wewenangnya kepada Ment eri Keuangan. (6) Berdasarkan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan III, Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an menerbit kan keput usan penghapusan dari daf t ar pengguna barang. (7) Keput usan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan.
Pasal 11
(1) Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an dapat melakukan perubahan st at us Rumah Negara Golongan I menj adi Rumah Negara Golongan II dengan ket ent uan : a. adanya perubahan at au penggabungan organisasi; dan/ at au b. sudah t idak memenuhi f ungsi sebagaimana dit et apkan semula.
(2) Sebelum melakukan perubahan st at us Rumah Negara Golongan I menj adi Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Inst ansi mengaj ukan permohonan pert imbangan t eknis kepada Ment eri dengan melampirkan : a. surat keput usan adanya perubahan at au penggabungan organisasi dan/ at au surat keput usan t idak memenuhi f ungsi sebagaimana dit et apkan semula; b. j umlah rumah j abat an yang ada; c. analisis kebut uhan rumah j abat an; d. salinan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan I; dan
e. gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi yang akan diusulkan perubahannya menj adi Rumah Negara Golongan II. (3) Ment eri melakukan kaj ian at as permohonan Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan menet apkan pert imbangan t eknis. (4) Dalam pert imbangan t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Ment eri memberikan rekomendasi at as usul perubahan st at us Rumah Negara Golongan I menj adi Rumah
Negara Golongan II.
(5) Berdasarkan pert imbangan t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pimpinan menj adi Rumah Negara Golongan II. (6) Keput usan perubahan st at us Rumah Negara Golongan I menj adi Rumah Negara
Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (5) t embusannya disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan.
(1) Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an dapat melakukan perubahan st at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan I unt uk memenuhi kebut uhan rumah j abat an dengan ket ent uan harus secara t eknis memenuhi syarat sebagai rumah j abat an berdasarkan t ipe dan kelas Rumah Negara, sert a t ersedia rumah penggant i.
(2) Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an. (3) Keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) t embusannya disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan.
BAB V
TATA CARA PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARAPasal 13
(1) Ment eri menyelenggarakan pengelolaan Rumah Negara Golongan III.(2) Permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara Golongan III diaj ukan oleh penghuni sah kepada Ment eri dengan t embusan kepada Pimpinan Inst ansi t empat bekerj a at au inst ansi asal bekerj a. (3) Ment eri mengaj ukan permint aan perset uj uan Pengalihan Hak Rumah Negara Golongan
III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) besert a at au t idak besert a t anahnya baik yang berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun kepada Ment eri Keuangan dengan melampirkan daf t ar rekapit ulasi Rumah Negara Golongan III yang diusulkan unt uk dialihkan haknya kepada penghuni.
(4) Ment eri Keuangan memberikan perset uj uan Pengalihan Hak Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Berdasarkan perset uj uan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Ment eri menet apkan keput usan Pengalihan Hak Rumah Negara dan penet apan harga rumah besert a at au t idak besert a t anahnya berdasarkan penaksiran dan penilaian oleh panit ia yang dibent uk Ment eri. (6) Keput usan Pengalihan Hak Rumah Negara dan penet apan harga Rumah Negara Golongan
III sebagaimana dimaksud pada ayat (5) t embusannya disampaikan kepada Ment eri Keuangan dan Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an. (7) Pengalihan Hak Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan cara sewa beli dengan j angka wakt u paling lama 20 (dua puluh) t ahun dan paling singkat 5 (lima) t ahun sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.
Pasal 14
(1) Ment eri at au pej abat yang dit unj uk melaksanakan Pengalihan Hak Rumah Negara dan menandat angani surat perj anj ian sewa beli Rumah Negara Golongan III at as nama Pemerint ah Republik Indonesia. (2) Pembayaran harga Rumah Negara Golongan III secara angsuran diset or oleh penyewa beli ke rekening Kas Umum Negara.
(3) Depart emen Keuangan cq. Kant or Pelayanan Perbendaharaan Negara melaporkan hasil penerimaan negara dari pembayaran angsuran sewa beli Rumah Negara Golongan III kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan.
Pasal 15
(1) Ment eri at au pej abat yang dit unj uk menyerahkan surat keput usan penyerahan hak milik rumah dan pelepasan hak at as t anah yang berdiri sendiri at au berupa Sat uan Rumah Susun kepada penghuni yang t elah membayar lunas harga rumah besert a harga t anahnya sesuai dengan perj anj ian sewa beli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (7). (2) Penghuni yang t elah memperoleh surat keput usan penyerahan hak milik rumah dan pelepasan hak at as t anah yang berdiri sendiri at au berupa Sat uan Rumah Susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) waj ib mengaj ukan permohonan hak unt uk memperoleh sert if ikat hak at as t anah kepada Kant or Pert anahan set empat sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan. (3) Ment eri menyampaikan daf t ar Rumah Negara Golongan III yang t elah diserahkan hak milik rumahnya dan pelepasan hak at as t anahnya kepada Ment eri Keuangan unt uk dihapuskan dari daf t ar barang milik negara. (4) Tembusan surat keput usan penyerahan hak milik rumah dan pelepasan hak at as t anah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Ment eri Keuangan.
Pasal 16
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pedoman t eknis Penet apan St at us, Pengalihan St at us, dan Pengalihan Hak at as Rumah Negara diat ur dengan Perat uran Ment eri.BAB VI
KETENTUAN PERALIHANPasal 17
Permohonan Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III dan permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara yang t elah diaj ukan kepada Ment erisebelum dit et apkannya Perat uran Presiden ini, diselesaikan menurut ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku pada saat permohonan t ersebut diaj ukan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUPPasal 18
Pada saat Perat uran Presiden ini mulai berlaku maka:a. Keput usan Presiden Nomor 13 Tahun 1974 t ent ang Perubahan/ Penet apan St at us Rumah Negeri sebagaimana t elah diubah dengan Keput usan Presiden Nomor 81 Tahun 1982; dan b.
Keput usan Presiden Nomor 40 Tahun 1974 t ent ang Tat a Cara Penj ualan Rumah dicabut dan dinyat akan t idak berlaku.
Pasal 19
Pada saat Perat uran Presiden ini mulai berlaku, segala perat uran pelaksanaan di bidang Rumah Negara yang t elah ada t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan Perat uran Presiden ini.Pasal 20
Perat uran Presiden ini muIai berlaku pada t anggal dit et apkan. Dit et apkan di Jakart apada t anggal, 26 Pebruari 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, t t d. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
Deput i Sekret ariat Kabinet Bidang Hukum, t t d. Dr. Iman Sant oso