Laporan Praktikum Ekologi Hewan Analisis

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Praktikum Ekologi Hewan)

Disusun Oleh :
Nama : Sri Nurjannah
NIM

: 201310070311049

Kelas : Biologi 4-B
Askor : Rifky Yassirul Haqqi

LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Makanan merupakan hal yang pokok bagi semua makhluk hidup di dunia ini.

Tidak akan ada kehidupan jika suatu makhluk hidup tidak dapat menyuplai nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan fungsi-fungsi di dalam sel maupun
jaringan tubuh. Apabila tidak ada nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, maka fungsifungsi di dalam tubuh tidak akan berjalan dengan baik atau bahkan akan terhenti.
Bagi semua hewan, makanan yang secara nutrisi memadai sangat diperlukan
untuk homeostasis, yatu keseimbangan dalam fungsi-fungsi tubuh. Komposisi
makanan yang seimbang menyediakan bahan bakar untuk kerja seluler, dan juga
semua bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh untuk membangun molekul
organiknya sendiri (Campbell, dkk, 2004).
Segala sesuatu yang dimakan oleh hewan sebagai makanan, yang diperlukan
untuk sumber energi bagi aktivitas hidupnya berasal dari lingkungannya. Cara
mengetahui jenis-jenis makanan yang dimakan hewan banyak macamnya. Cara yang
terbaik dari segi konservasi hewan ialah melalui pengamatan langsung. Akan tetapi,
cara ini tidak selamanya dapat dilakukan karena berbagai faktor (ukuran tubuh dan
mobilitas serta cara hidup hewan, habitat yang ditempati, dan lain sebagainya). Salah
satu alternatif yang dapat dilakukan adalah melalui pengamatan tak langsung, dengan
menangkap dan membunuh hewan itu. Setelah dibedah isi bagian anterior saluran
pencernaannya dianalisis (Sukarsono dan Husamah, 2015).
Analisis isi lambung pada ikan dapat membuat kita mengetahui kebiasaan
makan serta kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Melalui identifikasi
saluran pencernaan, jenis makanan serta jumlah makanan yang biasanya dimakan

dapat diketahui. Menurut Abidin, dkk (2013), urutan kebiasaan makan ikan
diantaranya yaitu makanan utama yang ditemukan dalam jumlah besar, makanan
pelengkap yang ditemukan dalam jumlah sedikit, dan makanan tambahan yaitu jenis
dengan jumlah sangat sedikit serta makanan pengganti adalah makanan yang
dikonsumsi jika makanan utama tidak ada.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka percobaan analisis isi lambung
penting dilakukan agar mahasiswa mengetahui lebih mendalam tentang jenis
makanan yang biasa dimakan oleh suatu hewan pada umumnya dan hewan yang
dipraktikumkan pada khususnya.

Tujuan

 Agar mahasiswa mengetahui makanan yang dimakan hewan dengan metode
analisis isi lambung
 Agar mahasiswa mengetahui makanan apakah yang biasanya dimakan oleh
hewan yang di praktikumkan
Dasar Teori
Semua makhluk hidup di dunia ini tak terkecuali hewan butuh makanan atau
nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut (Kistinnah, 2009), hewan
mengkonsumsi makanan terutama untuk memenuhi kebutuhan energi, semakin tinggi

kebutuhan energi maka konsumsi bahan makanan juga meningkat.
Jenis-jenis makanan nabati (biji, daun atau bagian tumbuhan lainnya) dalam
rentang waktu 24 jam sesudah dimakan masih dapat dikenali, tidak demikian halnya
jenis-jenis makanan hewani. Sehubungan dengan itu maka apabila analisis isi
lambung tidak dapat segera dilakukan pada hewan-hewan

hasil tangkapan, isi

lambung itu harus diawetkan dengan menyuntikkan larutan fiksatif (formalin 5%)
agar kerja enzim-enzim pencernaannya dihentikan (Sukarsono dan Husamah, 2015).
Ikan merupakan hewan aquatik yang menghabiskan waktu hidupnya di dalam
air. Setiap ikan untuk dapat hidup subur dan berkembang biak, harus dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana ia hidup. Habitat air di mana ikan itu
hidup banyak menentukan bentuk tubuh, macam alat tubuh, cara hidup dan cara
bergerak kepada ikan yang hidup di dalamnya (Djuhanda, 1981).
Makanan bagi ikan dapat merupakan faktor yang menentukan populasi,
pertumbuhan, dan kondisi ikan, Macam makanan satu spesies ikan tergantung pada
umur, tempat, waktu, dan alat pencernaan dari ikan itu sendiri. Saat mengetahui
makanan atau kebiasaan makan satu jenis ikan dapat dilihat hubungan ekologi antara
ikan dengan organisme lain yang ada di suatu perairan, misalnya bentuk-bentuk

pemangsaan, saingan, dan rantai makanan (Effendie dalam Asyari, dkk, 2011).
Kebiasaan makan ikan perlu dipelajari guna mengetahui jenis pakan tersebut
dengan mengetahui kebiasaan pakan ikan ini dapat dilihat antar hubungan ekologi
diantara organisme diperairan tersebut. Aspek kebiasaan makan merupakan informasi
bagi pengelolaan sumbedaya perikanan baik untuk kegiatan budidaya rnaupun usaha
penangkapan ikan (Sjafei dan Robiyana, 2001).
Pakan ikan secara ekologis merupakan hal yang utama dalam mempengaruhi
penyebaran ikan khususnya ikan air tawar (Macpherson dalam Asyari, dkk, 2011).
Makanan ikan adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat
dikonsumsi ikan di habitatnya, dapat berupa tumbuhan (makrofita), algae, plankton,
ikan, udang, cacing, benthos, dan serangga atau larva serangga. Menurut Nikolsky
dalam Abidin, dkk (2013) urutan kebiasaan makanan ikan dikategorikan ke dalam

tiga golongan yaitu pakan utama, pelengkap, dan tambahan. Sebagai batasan yang
dimaksud dengan pakan utama adalah jenis pakan yang mempunyai index of
preponderance lebih besar dari 25%, pakan pelengkap mempunyai index of
preponderance antara 4-25%, sedangkan pakan tambahan memiliki index of
preponderance kurang dari 4%.
Semua saluran pencernaan ikan telah disesuaikan dengan makanan yang
dikonsumsi oleh ikan tersebut, agar proses mencerna makanan dapat berlangsung

optimum. Ikan yang bersifat herbivora memiliki saluran pencernaan yang lebih
panjang dibandingkan ikan omnivora dan karnívora karena jenis makanan yang
dimakan seperti tumbuh-tumbuhan dan lainnya lebih susah hancur sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencernanya. Pada ikan vegetaris
(herbivora) saluran pencernaan dapat tiga kali panjang tubuhnya (Abidin, dkk, 2013).
Lambung merupakan segmen dari pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Lambung mempunyai
fungsi sebagai penghancur makanan dengan bantuan enzim dan juga berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan (Starr, dkk, 2013).
Pada saat lingkungan menjadi buruk maka aktifitas makan dapat berubah,
bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan. Selain itu juga diduga
karena waktu penangkapan yang tidak bertepatan dengan aktifitas hewan mencari
makan (Sukarsono, 2012).
Hubungan berat makanan dengan berat total makanan dalam lambung
berkaitan erat dengan pemilihan makanan oleh ikan sebagai makanan pokok dan
kesukaan makanan dengan jenis makanan oleh ikan (Abidin, dkk, 2013). Pada
berbagai penelitian ada sebagian isi lambung ikan yang sudah tidak dapat
diidentifikasi, hal ini karena isi lambung tersebut telah hancur dan telah tercerna
sehingga tidak dapat diketahui jenisnya, maka jenis ini dikategorikan sebagai detritus.

Detritus yang ditemukan dalam lambung ikan berhubungan karena lambung ikan
telah melakukan proses pencernaan makanan yang mengubah partikel yang berukuran
besar

menjadi

partikel

yang

berukuran

kecil

sehingga

sulit

untuk


mengidentifikasinya. Menurut Campbell, dkk (2004) detritus adalah bahan organik
yang tidak hidup, biasanya meliputi badan atau fragmen dari organisme mati serta
feses.
Makanan alami pada beberapa jenis ikan mempunyai perbedaan kebiasaan
dan kesukaan pada habitat yang sama. Makanan alami untuk kebutuhan ikan dalam
suatu perairan banyak sekali ragamnya baik dari golongan hewan, tumbuhan dan
organisme mati. Bentuk lambung dari biasanya berkaitan dengan jenis makanan dan

ukuran yang dimakannya. Biasanya lambung ikan yang dalam keadaan kosong
menandakan bahwa ikan atau belum memperoleh makanan (Sjafei dalam Adiyanda,
dkk, 2014).
Benih ikan memakan plankton, sedangkan ikan yang berukuran lebih dari 8
cm memakan epiphyton dan periphyton. Berkaitan dengan kebutuhan jumlah pakan
maka jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan berhubungan erat dengan ukuran berat
dan umurnya. Ikan muda berukuran kecil membutuhkan jumlah pakan lebih banyak
dan kandungan nutrisi yang lebih baik daripada ikan dewasa berukuran besar, karena
pakan tersebut penting untuk pertumbuhan dan keberhasilan hidupnya (Asyari dan
Khoirul, 2011).

METODE PRAKTIKUM

Alat dan bahan
No
1

Gambar
Papan parafin

Keterangan
Fungsi: sebagai tempat bahan

praktikum dan
Cara Penggunaan:
1. Meletakkan papan parafin di
tempat yang datar
2. Meletakkan bahan praktikum
yang akan di bedah atau
diamati
3. Mencuci dengan bersih ketika
selesai digunakan
2


1 Set Alat Bedah

Fungsi: sebagai alat untuk proses
pembedahan
Cara Penggunaan:
1 Memilih dan mengambil alat
bedah yang akan digunakan
2 Mencuci hingga bersih ketika
selesai digunakan

3

Jarum Pentul

Fungsi: Untuk menahan hewan
coba saat dibedah agar tidak
bergeser
Cara Penggunaan:
1. Menancapkan jarum pentul ke

bagian hewan coba yang lunak
2. Mencuci jarum pentul ketika
selesai digunakan

4

Timbangan Kue

Fungsi: Untuk menimbang hewan
praktikum yang berukuran besar
Cara Penggunaan:
1. Menstabilkan timbangan
hingga menunjukkan angka
nol
2. Memasukkan hewan yang
akan di timbang

5

Penggaris


Fungsi: Untuk mengukur panjang
bahan yang akan dipraktikumkan
Cara Penggunaan:
1. Meletakkan penggaris di dekat
bahan yang akan diukur
2. Mengamati angka yang
menunjukkan panjang benda

6

Timbangan Analitik

Fungsi: Untuk mengukur berat
benda yang berukuran kecil
Cara Penggunaan:
1. Menghidupkan timbangan

analitik
2. Meletakkan bahan yang akan
diukur di papan atas
timbangan
3. Mengamati angka yang
menunjukkan berat bahan
7

Oreochromis niloticus
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
yang digunakan sebagai bahan
praktikum analisis isi lambung

Cara Kerja
No
1

Gambar

Keterangan
Meletakkan Oreochromis niloticus
pada papan parafin

2

Mengukur panjang tubuh ikan
menggunakan penggaris

3

Menimbang berat badan ikan
menggunakan timbangan kue

4

Membedah tubuh ikan mulai dari
derah kloaka untuk melihat saluran
pencernaannya

5

Memisahkan bagian saluran
pencernaan ikan dengan baian
tubuhnya

6

Mengukur saluran pencernaan ikan
Nila

7

Menimbang berat saluran
pencernaan dan lambung ikan Nila
menggunakan timbangan analitik

10

Mengamati dan mengeluarkan isi
lambung ikan Nila dan menimbang
berat lambung kosong

11

Menimbang berat seluruh makanan
atau isi lambung yang sudah di
keluarkan

12

Mencatatat hasil pengamatan dan
menghitung indeks kemontokan
dan kepenuhan

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu analisis isi lambung yang menggunakan ikan
Nila (Oreochromis niloticus) liar sebagai hewan percobaan. Menurut Diansari, dkk
(2013) ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Indonesia merupakan salah satu ikan air
tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam

bisnis ikan air tawar dunia, cara budidaya yang relatif mudah, rasa yang disukai
banyak orang, harga yang relatif terjangkau dan toleransi terhadap lingkungan yang
lebih tinggi.
Pada praktikum kali ini saat melakukan pengukuran panjang saluran cerna,
ikan Nila (Oreochromis niloticus) memiliki saluran perncernaan yang sangat panjang
hingga mencapai 62,5 cm dibandingkan panjang badannya yaitu 11 cm. Menurut
literatur Abidin, dkk (2013), semua saluran pencernaan ikan telah disesuaikan dengan
makanan yang dikonsumsi oleh ikan tersebut, agar proses mencerna makanan dapat
berlangsung optimum. Ikan yang bersifat herbivora memiliki saluran pencernaan
yang lebih panjang dibandingkan ikan omnivora dan karnívora karena jenis makanan
yang dimakan seperti tumbuh-tumbuhan dan lainnya lebih susah hancur sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencernanya. Pada ikan vegetaris
(herbivora) saluran pencernaan dapat tiga kali panjang tubuhnya. Hal ini
menunjukkan bahwa ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk ikan herbivora.
Pada saat pengamatan, isi lambung juga sulit atau tidak teridentifikasi karena
makanan atau isi lambung ikan sudah hancur dan sudah tercerna. Berdasarkan
literatur, makanan yang telah tercerna di dalam lambung dan telah hancur disebut
deritrus. Detritus yang ditemukan dalam lambung ikan berhubungan karena lambung
ikan telah melakukan proses pencernaan makanan yang mengubah partikel yang
berukuran besar menjadi partikel yang berukuran kecil sehingga sulit untuk
mengidentifikasinya.
Tidak teridentifikasinya jenis makanan yang terdapat dalam lambung ikan
bisa juga disebabkan karena ukuran ikan yang kecil sehingga lambungnya juga kecil.
Selain itu, ikan Nila yang digunakan sebagai bahan praktikum kali ini diambil di
Arboretum UMM sehari sebelum praktikum dilakukan dan di taruh di toples yang
tidak diberi makanan, sehingga ikan tidak memakan apa-apa. Berdasarkan literatur
yang telah dijelaskan diatas, ikan Nila yang memiliki panjang saluran pencernaan
yang lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya merupakan hewan herbivora.
Menurut hasil pengamatan, isi lambung yang sudah tercerna dan tidak teridentifikasi
tersebut berwarna hijau tua, sehingga kemungkinan ikan Nila memakan alga yang
terdapat di kolam Arboretum UMM.
Satia, dkk, (2009) menyatakan bahwa Ikan nila yang tergolong ikan herbivora
dapat diketahui dari hasil analisis makanan dalam lambung yang sebagian besar
terdiri dari alga, fitoplankton, zooplankton dan serasah. Fitoplankton didominasi oleh
kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid, sedangkan zooplankton
didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa.

Pada pengamatan derajat kepenuhan dan indeks kemontokan diketahui
melalui perhitungan. Menurut Adiyanda, dkk (2014) tingkat derajat kepenuhan
diklasifikasikan menjadi tidak penuh 0-20%, kurang penuh 21-50%, hampir penuh
51-90%, dan penuh 91-100%. Berdasarkan pengamatan, derajat kepenuhan ikan Nila
yang dipraktikumkan diketahui sebesar 51, 7%, yang berarti hampir penuh.
Faktor kondisi merupakan keadaan yang menggambarkan kemontokan ikan
dengan angka. Berdasarkan perhitungan hubungan berat badan dan panjang tubuh
ikan dapat diketahui indek kemontokannya. Pada perhitungan indeks kemontokan
ikan diketahui sebesar 3, 005 dengan panjang 11cm dan berat badan 40 gram.
Menurut Sjafei dan Rubiyani (2001), ikan yang memiliki indeks kemontokan 1-3
tergolong ikan yang sedikit gemuk.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) memiliki panjang saluran pencernaan yang
jauh lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya, sehingga dapat dikatakan
bahwa ikan tersebut termasuk ikan herbivora.
 Berdasarkan hasil praktikum, isi lambung Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
sudah tercerna dan tidak dapat diidentifikasi. Akan tetapi, karena ikan Nila
termasuk herbivora dapat dikatakan bahwa ikan tersebut pemakan alga atau
fitoplankton.
 Derajat kepenuhan ikan ini sebesar 51,7 % sehingga dapat dikatakan hampir
penuh. Derajat kepenuhan 51,7 sehingga kurang penuh. Indeks kemontokan
3,005 yang berarti sedikit gemuk.
Saran
Pada praktikum kedua ini yaitu analisis isi lambung sudah berjalan dengan
baik. Praktikan sudah dapat mengatur dan mengkondisikan jalannya praktikum
meskipun asisten yang mendampingi hanya sedikit. Semoga praktikum kedepannya
lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal., Sri Redjeki, dan Ambariyanto.2013. Studi Kebiasaan Makanan Ikan
Layur (Trichiurus lepturus) di Perairan Pantai Bandengan Kabupaten Jepara
dan di Perairan Tawang Weleri Kabupaten Kendal. Journal Of Marine
Research, 2:3, 2013, Halaman 95-103.

Adiyanda, Ravki., Roza Elvyra, dan Yusfiati. 2014. Analisis Isi Lambung Ikan Lais
Janggut (Kryptopterus Limpok, Bleeker 1852) di Sungai Tapung Hilir Propinsi
Riau. Journal Jom Fmipa, 1:2 Oktober 2014.
Asyari dan Khoirul Fatah. 2011. Kebiasaan Makan Dan Biologi Reproduksi Ikan
Motan (Thynnichthys Polylepis) Di Waduk Kotopanjang, Riau. Jurnal Bawal,
3:4-April 2011.
Campbell, dkk. 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Diansari, RR.Vanya Rhossitha, Endang Arini, dan Tita Elfitasari. 2013. “Pengaruh
Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Filter Zeolit”.
Journal of Aquaculture Management and Technology, 2:3, 2013, 37-45.
Djuhanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Bandung: Armico Press.
Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan
Lingkungannya. Surabaya: JP Books.
Satia, Yogie, Pelita Octorina, dan Yulfiperius. 2009. Kebiasaan Makanan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur–Jawa
Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1:I. 2009.7-11.
Sjafei, S. Djadja, dan Robiyani. 2001. Kebiasaan Makanan dan Faktor Kondisi Ikan
Kurisi, Nemipterus Tumbuloides Blkr. Di Perairan Teluk Labuan, Banten.
Jurnal Iktiologi Indonesia, 1:1 Th. 2001.7-ll.
Starr, Cecie., dkk. 2013. Biologi Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta:
Salemba Teknika.
Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang: UMM Press.
Sukarsono dan Husamah. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Ekologi Hewan.
Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63