Sejarah Kelahiran NU banat (2)

Sejarah Kelahiran NU
Nahdlatul Ulama’, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama’.

Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri
muktamar tersebut, termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang

Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama’ pada tanggal 31

direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto (SI), KH. Mas Mansur

Januari 1926/ 26 Rajab 1344 H di Surabaya.

(Muhammadiyah) dan KH. Abdul Wahab Chasbullah (pesantren).

Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan

Namun, rupanya ada permainan licik diantara kelompok yang

pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun

mengusung para calon utusan Indonesia. Dengan alas an Kiai Wahab


1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni

tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar

ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi.

calon utusan.
Peristiwa itu menyadarkan para ulama’ pengasuh pesantren akan

Tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk
pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisahkan sakit hati yang
amaliah keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluhmendalam, karena tidak ada lagi yang bisa dititipi sikap keberatan
puluh tahun di Tanah Arab, dan akan menggantinya dengan model
akan rencana Raja Ibnu Saud yang akan mengubah model beragama di
Wahabi. Pengamalan agama dengan dengan system bermadzhab,
Makkah. Para ulama’ pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan
tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi dan lain sebagainya, akan segera
raja yang anti kebebasan bermadzhab, anti mauled Nabi, anti ziarah
dilarang.

Tidak hanya itu, Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh
kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan

makam dan lain sebagainya. Bahkan santer terdengar berita makam
Nabi Muhammad SAW pun berencana digusur.
Bagi para kyai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. KH.

Islam, ia berencana meneruskan kekhilafan Islam yang terputus di
Hasyim Asy’ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan
Turki pasca runtuhnya daulah Utsmaniyyah. Untuk itu dia berencana
para kaum modernis untuk menghimbau umat Islam kembali pada
menggelar Muktamar Khilafah di Kota Suci Makkah, sebagai penerua
ajaran Islam murni. Namun Kyai Hasyim tidak bisa menerima
Khilafah yang terputus itu.

pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan diri dari

: KH. Said (Surabaya)

system bermadzhab.

Disamping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara

: KH. Bisri Syansuri (Jombang)
: KH. Abdullah Ubaid (Surabaya)

melecehkan, merendahkan dan membodoh-bodohkan, maka para
: KH. Nahrowi (Malang)
ulama’ pesantren menolaknya. Bagi mereka, pembaruan tetap
: KH. Amin (Surabaya)
dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan
: KH. Masykuri (Lasem)
yang sudah ada dan masih relevan. Karena latar belakang yang
: KH. Nahrowi (Surabaya)
mendesak itulah akhirnya Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ didirikan.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh KH. M. Hasyim Asyari,

Mustasyar : KH. R. Asnawi (Kudus)

pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.


: KH. Ridwan (Semarang)

Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan motor penggerak adalah

: KH. Mas Nawawi, Sidogiri (Pasuruan)

KH. Abdul Wahab Chasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul

: KH. Doro Muntoho (Bangkalan)

‘Ulum Tambakberas, Jombang. Kiai Wahab adalah salah seorang

: Syeikh Ahmad Ghonaim al-Misri (Mesir)

murid utama Kiai Hasyim. Ia lincah, energik dan banyak akal.
Susunan pengurus PBNU yang pertama (1926) :
Syuriah:
Rais Akbar : KH. M. Hasyim Asy’ari (Jombang)

: KH. R. Hambali (Kudus)

Tanfidziyyah:
Ketua : H. Hasan Gipo (Surabaya)
Penulis : M. Sidiq Sugeng Judodiwirjo (Pemalang)

Wakil rais Akbar : KH. Dahlan Ahyad, Kebondalem (Surabaya)
Bendahara : H. Burhan (Gresik)
Katib Awal : KH. Abdul Wahab Chasbullah (Jombang)
Pembantu : H. Soleh Sjamil (Surabaya)
Katib Tsani : KH. Abdul Chalim (Cirebon)
: H. Ichsan (Surabaya)
A’wan : KH. Mas Alwi Abdul Aziz (Surabaya)
: H. Dja’far Alwan (Surabaya)
: KH. Ridwan Abdullah (Surabaya)
: H. Utsman (Surabaya)

: H. Ahzab (Surabaya)

Waljama’ah atau kitab-kiitab ahli bid’ah, menyiarkan agama Islam

: H. Nawawi (Surabaya)


dengan cara apa saja yang halal; berikhtiar memperbanyak madrasah,

: H. Dachlan (Surabaya)

masjid, surau dan pondok pesantren, begitu juga dengan hal ikhwalnya

: H. Mangun (Surabaya)
Organisasi Nahdltul Ulama’ didirikan dengan tujuan untuk

anak yatim dan orang-orang fakir miskin, serta mendirikan baddanbadan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan, yang tidak

melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam
dilarang oleh syara’ agama Islam”.
Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menganut salah satu dari empat
madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali).
Bahkan dalam Anggaran Dasar yang pertama (1927) dinyatakan

B. Perjalanan Nahdlatul Ulama’


bahwa organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat kesetiaan

1) 1926 – 1942

kaum muslimin pada salah satu madzhab empat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kala itu antara lain :
1. Memperkuatpersatuan ulama’ yang masih setia kepada madzhab.
2. Memberikkan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada

Berdiri di Surabaya atas nama perkumpulan para ulama’. Pada masa
ini perjuangan dititik-beratkan pada penguatan paham Ahlussunnah
Waljama’ah terhadap serangan penganut ajaran Wahabi. Diantara

3.

lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan madzhab
empat.
Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasinya.
Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok


sesuai ajaran Ahlussunnah Waljama’ah. Di samping melakukan

4.
5.

pesantren.
Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.

Pada tahun 1937, empat orang tokoh pergerakan Islam berkumpul di

6.

program kerjanya adalah menyeleksi kitab-kitab yang sesuai/tidak

penguatan persatuan diantara para kyai dan pengasuh pesantren.

Surabaya untuk mendirikan federasi organisasi Islamm. Mereka adalah
Dalam pasal 3 Statuten Perkumpulan NU (1933) disebutkan:
KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Dahhlan Ahyad (keduuanya

“Mengadakan perhubungan diantara ulama’-ulama’ yang
dari NU), KH. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan Wondoamiseno
bermadzhab, memeriksa kitab-kitab apakah itu dari kitab Ahlussunnah

(Sarekat Islam). Pertemuan menyepakati berdirinya Majlis Islam A’la

Hasyim dan beberapa kiai masuk sebagai anggota Chuo Sangi-

Indonesia, disingkat MIAI.

In(parleman Jepang).

Selain KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Dahlan Ahyad yang

Lewat parlemen itu pula KH. A. Wachid Hasyim meminta agar

tercatat sebagai salah seorang pendiri MIAI, dalam perjalanan

pemerintahan balatentara Jepang mengijinkan NU dan


selanjutnya KH. A. Wachid Hasyim terpilih sebagai Ketua Dewan

Muhammadiyah diaktifkan kembali. Pada bulan September 1943,

MIAI – jabatan tertinggi yang ada dalam organisasi itu. Ketika putera

pemerintaan itu baru dikabulkan. NU dan Muhammadiyah bisa

Hadratus Syeikh KH. M Hasyim Asy’ari itu mengundurkan diri,

beraktivitas kembali seperti di masa penjajahan Belanda.

posisinya digantikan oleh KH. M. Dahlan, yang juga tokoh NU.

Perjuangan diplomasi terus ditingkatkan. Pada akhir Oktober 1943,

Selain mereka, terdapat juga nama KH. Zainul Arifin, yang menjabat

atas prakarsa NU dan Muhammadiyah pula,didirikan wadah


Ketua Komisi Pemberantas Penghinaan Islam dan KH. Machfudz

perjuangan baru bagi umat Islam bernama Majelis Syuro Muslimin

Siddiq dalam Komisi Luar Negeri MIAI. Peranan para tokoh NU

Indonesia, disingkat Masyumi, dengan KH. A. Wachid Hasyim Asy’ari

sangat dominan dalam menentukan perjalanan MIAI.

sebagaian pimpinan tertinggi. Sedangkan K.H.A.Wachid Hasyim

Namun ketika Jepang datang (Maret 1942), semua organisasii social

duduk sebagai wakilnya. Masyumi adalah kelanjutan dari MIA yang

kemasyarakatan dan organisasi politik di Indonesia dibekukan.

dibubarkan oleh balatentara Jepang.

Termasuk NU dan MIAI. Bahkan Rais Akbar NU KH. M. Hasyim

Ketika pemerintahan balatentara Jepang meminta para pemuda Islam

Asy’ari dan Ketua Umum PBNU KH. Machfudz Siddiq ditahan oleh

Indonesia bergabung menjadi prajurit pembantu tentara

Jepang.

Jepang(Heiho), KH. A. Wachid Hasyim atas nama pemimpin

2) 1942 – 1945

Masyumi, justru meminta agar jepang melatih kemiliteran pemuda

Ketika ormas-ormas dibekukan oleh Dai Nippon, perjuangan para kiai

Islam secara khusus dan terpisah. Pada 14 Oktober 1944, permintaan

NU difokuskan melalui jalur diplomasi. Tahun 1942, K.H. A.Wachid

itu dikabulkan dengan dibentuknya Hizbullah. Mereka dilatih

kemiliteran oleh para komandan PETA dengan pengawasan prajurit

Disaat belanda datang lagi dengan membonceng tentara sekutu sambil

Jepang. Bertindak sebagai Panglima Tertinggi Hizbullah adalah KH.

mengultimatum agar pejuang Indonesia menyerah, NU mengeluarkan

Zainul Arifin dari NU.

Fatwa Jihad pada 22 Oktober 1945. Fatwa yang dikenal dengan

Sejak itu pesantren-pesantren berubah menjadi markas pelatihan

Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama’ itu mampu membakar semangat

Hizbullah. Para santri menjadi prajurit dan para Gus (putra kiai)

perjuangan kaum muslimin. Mereka tidak gentar menghadapi

menjadi komandannya. Sedangkan para kiai sebagai penasehat

kematian karena perang tersebut dihukumi Perang Sabil (perang

spiritual sekaligus penentu kebijakannya.

agama).

Sementara di bidang politik, selain aktif dalam pucuk pimpinan

Setelah Indonesia merdeka, banyak tokoh NU menduduki jabatan

masyumi, KH. A. Wahid Hasyim juga duduk sebagai Pimpinan

penting dalam pemerintahan.

Tertinggi Shumubu (Departemen Agama), menggantikan KH. M.

a.

Dalam Kabinet Presidensil (2 September 1945), KH. A. Wahid

hasyim Asy’ari yang berhalangan untuk berkantor di Jakarta.

Hasyim duduk sebagai Menteri Negara.
b. Dalam Kabinet Syahrir III (2 Oktober 1946), KH. Fathur Rahman

3) 1945 – 1952
Kafrawi duduk sebagai Menteri Agama dan KH. A. Wahid Hasyim
Ketika Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sebagai salah seorang Menteri Negara.
Dalam Kabinet Amir Syarifuddin II (1947), KH. Masjkur sebagai

(BPUPKI) dibentuk pada 29 April 1945, KH. A. Wahid Hasyim duduk

c.

sebagai salah satu anggotanya. Begitu juga dengan KH. A. Wahab

Menteri Agama.
d. Dalam Kabinet Hatta I, Kabinet Hatta II dan Kabinet Susanto (1948-

Chasbullah, KH. Masjkur dan KH. Zainul Arifin. KH. A. Wahid
Hasyim bergabung sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Ia juga tercatat sebagai salah seorang perumus dasar

1949), KH. Masjkur Sebagai menteri Agama.
e. Dalam Kabinet RIS (20 Desember 1949 – 3 April 1952), KH. A.
Wahid Hasyim Sebagai Menteri Agama.
Sementara dalam dunia kemiliteran, sejak tahun 1947 seluruh lasykar

Negara dan turut serta sebagai penanda tangan Piagam Jakarta,
dibubarkan pemerintah, digabung menjadi satu dalam wadah Tentara
bersama delapan orang lainnya.

Nasional Imdonesia(TNI).banyak tokoh NU yang telah lama aktif
dalam Hizbullah bergabung ke dalam TNI.mereka turut memper kuat

kemudian digantikan oleh Drs. Rahmat Mulyomiseno, KH. M. Ilyas
sebagai Menteri Agama dan Sunaryo, Sh sebagai Menteri Agraria.
e. Dalam Kabinet Kerja, KH. A. Wahib Wahab sebagai Menteri Agama

barisan angkatan perang yang baru lahir itu
kemudian digantikan oleh KH. Saifuddin Zuhri, KH. Fattah Yasin
4) 1952 - 1973
sebagai Menteri Penghubung Alim Ulama’ dan H. M. Hasan sebagai
Lewat Muktamar NU ke-19 di Palembang pada 1952, NU menjadi
partai politik sendiri, setelah sekian lama bergabung dalam Masyumi

Menteri PPP.
f. Dalam Kabinet Dwikora, Dr. KH. Idham Chalid sebagai Menko

kekuatan NU yang sebelumnya tidak diperhitungkan, ternyata muncul

Kesra, KH. Saifuddin Zuhri sebagai Menteri Agama, KH. Fattah Yasin

kekuatan yang sangat besar. Dalam pemilu pertama 1955, partai NU

sebagai Menteri Penghubung Alim Ulama’ yan kemudian digantikan

menduduki peringkat ketiga setelah PNI dan Masyumi

oleh KH. M. Ilyas dan H. Aminuddin Aziz sebagai Menteri Negara.
g. Dalam Kabinet Ampera, Dr. KH. Idham Chalid sebagai Menko Kesra

Banyak tokoh NU menduduki posisi penting dalam pemerintahan,
a.

DalamKabinet Ali Sastroamijoyo I, KH. Zainul Arifin sebagai Wakil

dan KH. Saifuddin Zuhri sebagai Menteri Agama.
h. Dalam Kabinet Pembangunan I, KH. M. Dahlan sebagai Menteri

Perdana Menteri, KH. Masjkur sebagai Menteri Agama dan

Agama dan Dr. KH. Idham Chalid sebagai Menko Kesra.

Muhammad Hanafiah sebagai Menteri Agraria.
b. Dalam Kabinet Burhanuddin Harahap, Sunaryo, SH menjadi Menteri

Selain berkiprah dalam pemerintahan, pada masa ini banyak juga
tokoh NU yang menduduki posisi pimpiman dalam Lembaga Tertinggi

Dalam Negeri dan KH. M. Ilyas sebagai Menteri Agama.
c. Dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo II, Dr. KH. Idham Chalid sebagai
Wakil Perdana Menteri, Sunaryo, SH sebagai Menteri Dalam Negeri,
Mr Burhanuddin sebagai Menteri Perekonomian, Kh. Fattah yasin
sebagai Menteri Sosial dan KH. Ilyas sebagai menteri Agama.
d. Dalam Kabinet Karya, Dr. KH. Idham Chalid sebagai Wakil Perdana
Menteri, Prof. Drs. Sunarjo sebagai menteri Perekonomian yang

dan Lembaga Tinggi Negara. Mereka adalah:
a)
b)
c)
d)

KH.Zainul Arifin, menjadi Ketua DPR-GR (1962 – 1963).
HM.Subchan ZE, Wakil Ketua MPRS (1966 - 1971).
KH. A. Syaichu, Ketua DPR-GR (1966 - 1971).
Dr. KH. Idham Chalid, Ketua MPR-DPR RI (1971 - 1978).

Di samping banyak tokoh NU menempati posisi strategis dalam

Dalam kancah politik maupun pemerintahan, para tokoh NU benar-

Kabinet, Lembaga Tinggi Negara, banyak juga yang diangkat Duta

benar dipinggirkano oleh pemerintah Orde Baru yang didukung penuh

Besar RI di luar Negeri.

oleh TNI dan POLRI. Dalam dua kali pemilu (1977 dan 1982) banyak
tokoh NU masuk penjara dengan aneka macam tuduhan.Sebagai

5) 1973 – 1984

dampak langsung dari sifat represif pemerintah kala itu, banayak

Sejak Tahun 1973, Pemerintah Orde Baru ‘menerbitkan’ partai-partai

Cabang NU besrta Badan Otonmnya di daerah tidak aktif.

peserta pemilu. Dari 10 peserta pemilu 1971, disederhanakan menjadi

Pengurusnya ketakutan.

dua partai: partai-partai yang berazas nasionalis dileburkanke dalam

6) 1984 – 1998

partai Demokrasi Indonesia (PDI), sedangkan partai-partai yang

Lewat Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984, NU memasuki

berazas islami dileburkan ke dalam Partai Persatuan Pembangunan

babak baru. Setelah malang melintang dalam dunia politik praktis

(PPP). Partai NU tidak diakui lagi, dan diharuskan melebur kedalam

selama 32 tahun, akhirnya NU kembali ke jati dirinya seperti saat

PPP. Sedangkan Golongan Karya (Golkar), tidak diakui sebagai partai

didirikan pada tahun 1926. Preristiwa itu dikenal dengan istilah

lagi,tapi diperbolhkan sebagai salah satu peserta pemilu.

kembali ke Khittah 1962. NU telah lepas dari politik praktis dan

Pada masa ini tokoh NU ‘dibersihkan’ dari pemerintahan. Bahkan

kembali ke jam’iyah diniyah (organisasi keagamaan) yang mengurusi

Menteri Agama yang sejak awal langganan tetap NU pun diberikan

dakwah dan keagamaan.

orang lain. Para tokoh NU juga dikikis habis dari berbagai jabatan di

Dalam dua kali pemilu kemudian (1987 dan 1992), banyak tokoh NU

pemerintahan. Hanya dua orang yang diberi posisi penting, yaitu KH.

yang menjadi penggembosan PPP. Selain karena paktor pribadi, aksi

Masjkur sebagai Wakil Ketua MPR-DPR RI (1977 - 1983) dan KH.

itu terjadi karena ekses dari campur tangan pemerintah Orde Baru pada

Idham Chalid sebagai Dewan Pertimbangan Agung (1977 - 1982).

partai politik yang begitu mendalam. Amat adanya unsur adu domba
antara kelompk NU dan MI dalam kelom PPP. Akibat dari unsure

besar-besaran itu, PPP benar-benar gembos. Perolehan suaranya

keempat, 1999. Mau tak mau naiknya Gus Dur sebagai presiden

merosot tajam.

membawa dampak psikologis bagi NU. Euforia kemenangan masuk ke

Sementara itu NU mulai sibuk kembali membenahi sekolah-sekolah

berbagai lini. Banyak tokoh NU yang semula terpinggirkan kembali

dan rumah sakit-rumah sakitnya yang telah lama terabaikan.

masuk ke pemerintahan. Namun ketika Gus Dur dijatuhkan lewat

Pengajian-pengajian mulai masuk ke unit-unit

impeachment DPR pada 2003, dampaknya juga sangat dirasakan oleh

pemerintahan.Hubungan ke pemerintah yang telah sekian lama

NU dan PKB. Posisi NU terasa goyang dimana-mana. Meski Wakil

terputus dirajut kembali sedikit demi sedikit. Satui persatu Cabang dan

Presiden dijabat oleh Hamzah Haz yang juga orang NU, namun tetap

ranting yang mati dihidupkan kembali.Di sisi lain, nama NU semakin

tidak banyak memberikan perubahan. Posisi itu semakin diperburuk

dikenal di luar Negeri. Beberapa kali Ketua Umum PBNU KH.

dengan gonjang ganjing dalam tubuh PKB. Bahkan partai itu terbelah

Abdurrahman Wahid mendapat penghargaan. Bahkan untuk pertama

menjadi dua.

kalinya Ketua Umun PBNU terpilih sebagai salah satu presiden

8) 2004 – sekarang

Agama-agama di dunia(WRCP).

Lewat muktamarnya yang ke-31 di Donohudon, Solo pada 2004, Nu

7) 1998 – 2004

meneguhkan kembali jati dirinya untuk keluar dari politik praktis dan

Ketika terjadi euphoria pasca jatuhnya Presiden Soeharto dan

kembali ke jalan Khittah sebagaimana yang pernah diputuskan dalam

terbukanya Orde Reformasi dalam dunia politik (1998), NU kembali

muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984. Perjuangan Nu lebih

masuk kembali ke dalam kancah politik praktis. PBNU memfasilitasi

difokuskan pada peningkatan kualitas pendidikan, ekonomi dan

berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 23 Juli 1998. Mau

dakwah. Sementara dalam politik praktis NU menjaga jarak yang sama

tak mau partai baru ini menyeret NU ke dalam permainan politik lagi.

terhadap semua partai politik.

Untuk pertama kalinya, Ketua Umum PBNU KH. Abdurrahman

Pada masa ini nama NU semakin dikenal di luar negeri. Bahkan telah

Wahid (Gus Dur), terpilih sebagai Presiden Replubik Indonesia

menbuka Pengurus Cabang Istimewa (PCI) di beberapa negara. Tak

kurang dari PCI Amerika, Australia, Inggris, Jepang, Saudi Arabia,
Sudan, Mesir dan lain sebagainya telah didirikan. Sedikit demi sedikit
para mahasiswa NU dikirim untuk belajar ke luar negeri, dengan biaya
ataupun fasilitas dari PBNU.
Pada tahun 2004 NU memprakarsai berdirinya International
Conference of Islamic Scholars (ICIS, Konferensi Internasional
Cendekiawan Islam) di Jakarta. ICIS adalah sebuah organisasi Islam
yang beranggotakan ulama’-ulama’ moderat sedunia. Lewat ICIS itu
pula nama Nahdlatul Ulama’ semakin dikenal di pentas dunia sebagai
pelopor gerakan Islam moderat, hingga sekarang.

mempelajari seluk beluk mauapun sejaran tentang Nahdlatul Ulama
BAB III
PENUTUP

(NU). Selain itu, peran tokoh masyarakat yang mendukung untuk lebih
meningkatkan NU di mata masyarakat.

A. Kesimpulan
Dari materi-materi yang sudah disampaikan di atas maka dapat
C. Harapan
ditarik kesimpulan bahwa Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
Harapan kami sebagai pelajar khususnya, untuk ke depannya
Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini
semoga masyarakat dan para pelajar lebih mengetahui dan memahami
dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar, Nahdlatul
tentang ke-NU-an.
Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir
yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan
kaum ekstrim naqli (skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau
basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang,
dari beragam profesi. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena
secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka
juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah dan pada
umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren
yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
B. Saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk masyarakat pada umunya
dan pelajar maupun mahasiswa pada khususnya untuk lebih

referensi :
http://www.masbied.com/2012/03/26/nahdhatul-ulama-latar-belakang-dan-sejarah-

mendoktrin masyarakatnya supaya kembali menjalankan faham
ahlussunah wal jamaah yang sebenarnya serta istiqomah kepada ajaran
yang dahulu para orang tua kita membentuknya.
Di makalah ini akan di bahas tuntas permasalahan Nu di desa
gandamekar yaitu lingkungan saya sendiri tentang perkembangan NU
di desa gandamekar serta amaliahnya sehari-hari tentang warga NU di
desa gandamekar.

berdirinya-nahdhatul-ulama-nu/
http://serbasejarah.wordpress.com/2009/05/31/kilas-sejarah-seputar-pendirian-nu/

BAB II
NAHDLATUL ULAMA DAN PERANGKAT ORGANISASI NU

http://artikelkomplit2011.blogspot.com/2012/02/sejarah-nu.html
http://ppssnh.malang.pesantren.web.id/cgibin/content.cgi/artikel/sejarah_nahdlatul_ulama.single?seemore=y
http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-sejarah-nu.html

PENDAHULUAN
Nahdlatul ulama atau yang disingkat NU ini dikenal oleh masyarakat
merupakan organisasi keagamaan yang khususnya agama islam
merupakan organisasi yang rahmatalil alamin serta dianggap sebagai
pedoman bagi semua masyarakat Indonesia pada umumnya khususnya
di desa gandamekar, namun didesa gandamekar NU merupakan
organisasi secara cultural, kenapa demikian karena semua amaliah dan
cara peribadahan masyarakat gandamekar hampir semuanya
berpaegang teguh pada paham ahlusunah wal jamaah namun
permasalahannya mereka tidak tahu mengenaiapa itu NU yang
sebenarnya sehingga keyakinan mereka dapat berubah apabila ada
golongan lain yang menghampiri masyarakat gandamekar,
namun demikian semuanya dapat diatasi karena desa gandamekar
mulai terbentuk kepengurusa ranting hasil dari konfercab NU di
cikeris, sehingga oleh pengurus masyarakat dapat dipantau dan dapat
diberi pemahaman Ahlussunah Waljamaah yang di motori NU, karena
kenapa Bayak paham yang menggemborkan ahlusunah tetapi amaliah
nya menjauhi ahlussunah yang di motori oleh NU itu sendiri sehingga
perlu kerja ekstra kepengurusan NU didesa gandamekar itu supaya

1. I.

Latar Belakang Lahirnya Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama berdiri di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926
yang dipelopori oleh K.H. Hasyim Asyari bersama dengan ulamaulama lain yang berpaham Ahlusunnah Waljama’ah. NU merupakan
muara dari berbagai kegiatan yang sebelumnya telah dilakukan oleh
para pendiri Jam’iyah ini dan upaya pelembagaan tradisi keagamaan
yang telah lama mengakar dikalangan umat Islam Indonesia.
Jauh sebelum lahir sebagai organisasi, NU telah ada dalam bentuk
Jama’ah yang diikat oleh kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang
mempunyai ciri Aswaja. Sehingga munculnya NU sebagai organisasi
merupakan penegasan formal dari apa yang sebenarnya sudah ada
sebelumnya. Pendirian organisasi NU tidak lepas dari adanya
kekhawatiran akan hilangnya tradisi dan ajaran Islam yang telah kuat
mengakar di tengah masyarakat muslim Indonesia, sebagai akibat dari
munculnya gerakan yang mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan
pemurnian dan pembaharuan Islam.
Masuknya paham-paham tersebut ke Indonesia bermula ketika umat
Islam Indonesia mulai banyak yang menunaikan ibadah haji ke tanah
suci sejak dibukanya terusan Suez tahun 1869. Bersama dengan itu, di
Timur Tengah sedang berkembang paham Wahabiyah yang dipelopori
oleh Muhammad bin Abdul Wahab dan pemikiran Pan Islamisme yang
dipelopori oleh Jamaluddin Al Afghani yang dilanjutkan oleh
Muhammad Abduh. Peristiwa itu tidak bias dihindari oleh para
jama’ah haji Indonesia, akhirnya mereka kenal dengan paham dan
pemikiran tersebut, akibatnya sebagian dari mereka kemudian

terpengaruh. Namun demikian tidak semua kalangan menerima paham
pemurnian dan pembaharuan Islam secara bulat-bulat. Sekelompok
ulama pesantren yang pernah juga menunaikan ibadah haji
berpendapat bahwa penegakan ajaran Islam secara murni tidak berarti
harus ada perombakan secara total terhadap adat istiadat atau tradisi
umat Islam Indonesia yang sudah terbangun kokoh. Paham baru
tersebut bisa saja diselaraskan secara luwes dan fleksibel dengan nilai,
tradisi dan ajaran Islam yang telah ada dikalangan masyarakat.
Para ulama mengamati upaya pemurnian dan pembaharuan ajaran
Islam itu dengan penuh waspada, bahkan kadang muncul kecemasan
diantara mereka, sebab tidak mustahil jika hal itu dilakukan secara
frontal dan radikal akan mengguncang masyarakat. Terlebih lagi
ternyata upaya itu mulai mengarah pada pendobrakan tradisi keilmuan
yang selama ini yang dianut oleh para ulama pesantren. Perkembangan
inilah yang dinilai sebagai ancaman terhadap kelestrian paham
Ahlusunnah Waljama’ah yang dianut oleh mayoritas umat Islam
Indonesia. Oleh karena itu, mereka berupaya membendung derasnya
arus gerakan tersebut dengan mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama.
Disamping alasan keagamaan, pembentukan NU juga tidak lepas dari
alasan politis, yakni pemupukan semangat nasionalisme di tengah
bangsa yang sedang ditekan oleh kaum penjajah Belanda. Sejarah
membuktikan bahwa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda
tidak hanya mambawa dampak yang bersifat politis tetapi juga
kegamaan. Oleh karena itu muncul perlawanan yang dipimpin oleh
para ulama seperti munculnya pangeran Diponegoro yang berperang
melawan penjajah Hindia Belanda pada tahun 1925-1930, Tuanku
Imam Bonjol yang menggelorakan perang Paderi pada tahun 18211837 dan masih banyak lagi gerakan yang muncul dari kalangan
ulama. Ketika pola perlawanan terhadap penjajah Hindia Belanda pada
abad XX bergeser dari perjuangan lokal menjadi pergerakan nasional,
para ulama tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun sebelum NU berdiri,
KH. Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan
Tanah Air), suatu gerakan yang berusaha menumbuhkan rasa
nasionalisme melalui pendidikan. Organisasi ini merupakan bentuk
nyata dari forum diskusi Taswirul Afkar (Konsepsi Pendidikan) yang
sebenarnya merupakan upaya untuk mengantisipasi perkembangan
paham pemurnian dan pembaruan Islam yang bisa membahayakan
keberadaan paham Ahlusunnah Waljama’ah. Dalam perkembangannya
Nahdlatul Wathan menjelma menjadi dapur pemikir lahirnya NU

(Zubaidi dkk. 2003: 2). Berdirinya NU di Kudus dapat dikatakan
bersamaan dengan berdirinya NU ditingkat nasional pada tahun 1926.
hal ini tidak lepas dari peranan salah satu tokoh pendiri NU ditingkat
nasional yang berasal dari Kudus yaitu K.H Raden Asnawi.
1. II.

Perangkat Organisasi NU

Perangkat organisasi NU terdiri dari:
A. Lembaga
Lembaga adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
Lembaga dalam organisasi NU ada 14, yaitu:
1. Lembaga Dakwah NU disingkat LDNU, bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan agama
Islam yang menganut faham Ahlusunnah Waljama’ah.
2. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU disingkat LP. Ma’arif NU,
bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pendidikan dan
pengajaran formal.
3. Rabithah Ma’ahid al Islamiyah disingkat RMI, bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan pondok
pesantren.
4. Lembaga Perekonomian NU disingkat LPNU bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan ekonomi
warga NU.
5. Lembaga Pengembangan Pertanian NU disingkat LP2NU,
bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan
pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi kalautan.
6. Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU disingkat LKKNU,
bertugas melaksanakan kebijkan NU dibidang kesejahteraan
keluarga, social dan kependudukan.

7. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
disingkat LAKPESDAM, bertugas melaksanakan kebijakan
NU dibidang pengkajian dan pengembangan sumberdaya
manusia.
8. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum disingkat
LPBHNU, bertugas melaksanakan penyuluhan dan pemberian
bantuan hukum.
9. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia disingkat
LESBUMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang
pengembangan seni budaya.
10. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU disingkat
LAZISNU, bertugas menghimpun, mengelola dan membagikan zakat,
infaq dan shadaqah.
11. Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU disingkat LWPNU, bertugas
mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta
harta benda wakaf lainnya milik NU.
12. Lembaga Bahzul Masail disingkat LBM, bertugas membahas dan
memecahkan masalah-masalah yang tematik dan aktual yang
memerlukan kepastian hukum.
13. Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia disingkat LTMI, bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan dan
pemberdayaan Masjid.
14. Lembaga Pelayanan Kesehatan NU disingkat LPKNU, bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang kesehatan.
B. Lajnah
Lajnah adalah perangkat organisasi NU untuk melaksanakan program
NU yang memerlukan penanganan khusus. Lajnah dalam NU terdiri
dari:

c. Badan Otonom.
Badan otonom NU adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi
melaksanakan kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok
masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Dalam organisasi NU terdiri dari 10 badan otonom:
1. Jam’iyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabaroh An Bahdliyyah, adalah
badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan NU pada pengikut tharekat yang Mu’tabaroh
dilingkungan NU serta membina dan mengembangkan seni
hadrah.
2. Jam’iyyah Qurra wal Huffazh adalah badan otonom yang
berfungsi melaksanakan kebijakan NU pada kelompok
Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah di lingkungan NU.
3. Muslimat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan NU pada anggota perempuan NU.
4. Fatayat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan NU pada anggota perempuan muda
NU.
5. Gerakan Pemuda Ansor disingkat GP Ansor adalah badan
otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU
pada anggota pemuda NU.
6. Ikatan Pelajar NU disingkat IPNU adalah badan otonom yang
berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pelajar
laki-laki dan santri laki-laki.

1. Lajnah Falakiyah, bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah
serta pengembangan ilmu falak.

7. Ikatan Pelajar Putri NU disingkat IPPNU adalah badan otonom
yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada
pelajar perempuan dan santri perempuan.

2. Lajnah Ta’lif Wan Nasyr, bertugas mengembangkan penulisan,
penerjemahan dan penerbitan kitab atau buku serta media
iformasi menurut faham Ahlusunnah Waljama’ah.

8. Ikatan Sarjana NU disingkat ISNU adalah badan otonom yang
berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada
kelompok sarjana dan kaum intelektual dikalangan NU.

9. Sarikat Buruh Muslim Indonesia disingkat SARBUMUSI
adalah badan otonom yang berfungsi melaksanakan kebijakan
NU dibidang kesejahteraan dan pengembangan
ketenagakerjaan.
10. Pagar Nusa adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan NU pada pengembangan seni bela diri.
BAB III
NAHDLATUL ULAMA DI DESA GANDAMEKAR DAN
PERKEMBANGANNYA
I.
Pandangan masyarakat desa gandamekar tentang NU
Masyarakat desa pada umumnya hampir 100 % berfaham ahlussunah
wal jama’ah ( Aswaja ) karena mereka yakin satu-satunya organisasi
keagamaan yang mereka anggap akan membawa keselamatan dunia
dan akhirat yaitu yang berfaham aswaja yang dimotori Nahdlatul
ulama ( NU ), namun demikian masyarakat desa tidak mengetahui
secara keseluruhan apa itu NU yang sebenarnya, dan mereka
mengetahui NU dari ketururunannya atau secara cultural, namun
secara amaliah dan peribadahan justru mereka mengunakan NU secara
baik dan benar, akan tetapi kelemahannya apabila ada golongan lain
yang masuk kepada mereka tetapi ke NUan nya lemah mereka
seringkali mengikuti ajaran tersebut, berbeda dengan yang ke NUanya
kental dari keturunannya mereka sangat tidak mudah terpengaruh oleh
ajaran yang baru, untuk itu di desa gandamekar perlu adanya perhatian
khusus dari NU structural untuk memberikan pemahaman apa itu NU
yang sebenarnya supaya mereka lebih bagus dalam menghadapi
tantangan jaman yang kian hari kian banyak godaannya.
Dengan diberi pengertian dan arahan secara dasar melalui rutinan dan
pada hari besar islam, maka insya alloh masyarakat akan paham
tentang NU yang sebenarnya, di desa gandamekar terbagi dalam 4
kampung yaitu kampung ciserang yaitu inti dari pusat desa, karena
kantor kepala desanya ada di kampung ciserang yang berbatasan
dengan desa cibogogirang, berikutnya yaitu kampung babakan sawah
wetan yaitu babakan sawah yang disebut dareah masjid al-mirak,
selanjutnya babakan sawah tengah yang terkenal dengan kampong

gujrud, yang terakhir yaitu kampong saya sendiri yaitu kampong
babakan sawah kulon yang disebut kampong babakan sawah pusat.
Namun demikian dikampung babakan sawah pusat ini ada 2 pengajian
anak-anak mulai dari MI, SD, MTs, SMP,MA, Dan SMK, Yaitu
pengajian disebelah selatan majlis taklim Raudatissholihah, dan di
sebelah barat yaitu majlis ta’lim Miftahussa’adah, dahulunya ada
banyak yang membuka pengajian namun dari tahun ke tahun mulai
berkurang santrinya sehingga berkat ke tidak sabaran sang Ustad
pengajian itu pun bubar, mudah-mudahan pengajian yang 2 ini
bertahan hingga akhir jaman dan terus menyebarkan paham
ahlussunah wal jam’aah, tidak diragukan lagi pimpinan majlis ta’lim
raudatussholehah AL-Ustad Nana, S.Ag ini adalah alumni pondok
pesantren di bandung dan lulusan Institut Agama Islam Negeri
( IAIN ) Sunan Gunung Djati Sekarang UIN, dan yang satunya lagi
yaitu ustd Iing Solihin alumni pondok pesantren Salafussholeh
Purwakarta dan sekarang belajar di STAI-NU Purwakarta, dan
mengajar di MTs. Ma’arif 1 Plered di bawah Lembaga Pendidikan
Ma’arif NU ( LP.MA’ARIF NU ) PC. Purwakarta.
Notabenya dari NU maka yang diajarkan atau yang diterapkan
pengajaran kepada santri yang sebagai generasi masa depan tiada lain
yaitu Ahlussunah Wal Jama’ah dan Ke-NU-an, mudah-mudahan NU di
lingkungan gandamekar dapat berkembang dan semakin kuat tidak ada
hambatan atau tekanan dari pihak luar, bila mana ada pihak luar
menyebarkan ajaran keagamaan luar dari NU kami sebagai Guru Ngaji
yang bergabung Dengan FSGN ( Forum Silatirahmi Guru Ngaji ) akan
mengusir orang yang menyebarkan agama atau paham selain NU.
II.
Organisasi
Karena NU Keberadaanya sangat penting sekali untuk menjaga dan
untuk mengidupkan aswaja maka desa gandamekar perlu adanya
kepengurusan yang bagus, perwakilan dari desa gandamekar dalam
konfercab ke VII dicikeris kec. Bojong maka NU di desa ganda mekar
mempuyai NU secara Setruktural, dan NU secara setruktural mulai
mengetahui NU Setruktural dari mulai kepengurusan Cabang ( PC.)
dan kepengurusan MWC ( Majlis Wakil Cabang ) serta kepengurusan
desanya di sebur pengurus Ranting.
II.1 Kepengurusan Cabang ( PCNU ) Purwakarta

Hasil konfercab di cikeris dapat disimpulkan pengurus cabang yaitu
KH. Adang Badrudin sebagai Rois Suriyah serta KH. John Dien, Th,
SH,M.Pd dan ketua PCNU kabupaten Purwakarta Yaitu Drs. H.Natsir
Sa’ady yang dahulu ketua Kandepag Purwakarta.
II.2 Kepengurusan Majlis Wakil Cabang ( MWC ) Plered
Yang saya ketahui pengurus MWC Kec. Plered yang alamat kantornya
di Gg. Coklat Warung Kandang Plered, Ketua MWC sekarang Yaitu H.
Dadang Zaenal Muttaqien, S.Ag, yang kepala KUA Kec. Tegalwaru
serta sebagai Pengurus LP. Ma’arif NU PC.Purwakarta, dan
mempunyai Lembaga pendidikan di daerah plered yang tujuannya
untuk memghidupkan Aswaja dan Ke-NU-an beliau mendirikan
Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Ma’arif 1 Plered sekaligus sebagai
kepala Madrasahnya, sekertarisnya Asep Saepuloh, S.Ag,M.Si
II.3 Kepengurusan Ranting Desa Gandamekar
Pengurus ranting NU desa gandamekar merupakan suatu tokoh di desa
gandamekar yang sangat religius beliau lahir di Kp. Rawa Gede Desa
Rawasari Kec.Plered Putra H. Ali Nawawi Bin KH. Dumyati Bin KH.
Fattah beliau bernama H. Syariful Kudus beliau merupakan NU Tulen
karna dari keturunan yang sangat faham tentang NU itu sendiri
sehingga beliau berani membela dan mewakafkan dirinya untuk NU,
Beliau sempat menjadi Anggota BPD ( Badan permusywatan Desa ).
Kepengurusan NU didesa mulai dibentuk sejak tahun 2004 secar
setruktural atas mandat dari pengurus Majlis Cabang ( MWC ) Kec.
Plered, pengurus NU didesa gandamekar sering kali memberikan ijin
( Rekomendasi ) untuk pembangunan masjid serta perayaan hari besar
Islam diantaranya maulid nabi Bersar Muhammad SAW, isra mi’raj
Bersar Muhammad SAW, tahun baru Hijriyah, dll.
III.
Perkembangan NU Didesa Gandamekar
NU didesa gandamekar sekarang ini sudah dikatagorikan sudah
berkembang dalam segi Setrukturalnya namun belum mempunyai
banom pengurus ranting diantaranya GP. Ansor dan IPNU, IPPNU
mudah mudah-mudahan untuk kedepannya NU di desa gandamekar
pemudanya mulai mengenal GP. Ansor serta IPNU,IPPNU supanya
sejak dini anak-anak di desa gandamekar sudah paham apa itu NU dan
di NU Itu mempunyai banom, sehingga hidup mereka mulai
mempunyai arah dan pembinaan.

Dengan demikian WARGA masyarakat dapat mengamalkan aswaja,
cara perpikirnya berpikir aswaja, pandangan politiknya berpandangan
aswaja, serta sikap masyarakatnya kuat pada aswaja dan menjalankan
dan tidak dapat terpengaruh oleh ajaran baru yang tujuannya untuk
membumi hanguskan aswaja.
III.1 Sikap kemasyarakatan Warga NU Desa
Sikap masyarakat warga NU terhadap NU sangat antusias dan mereka
bangga dengan dirinya karena dari mulai lahir serta dewasa berada
dalam zona NU, dan mereka berkeyakinan dengan mereka NU akan
membawanya selamat di dunia dan akhirat, masyarakat NU didesa
gandamekar mulai tahu apa itu NU yang sebenarnya dan mereka
dapatkan dari pengajian rutinan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu serta
anak-anak mendapatkan penjelasan NU dari pendidikan Formal
berbasis aswajayang berada di sebelah timur desa yaitu MTs. Ma’arif 1
Plered dan MI. yang kepala sekolahnya merangkap mengajar di MTs
Ma’arif itu sendiri sehingga dapat memberikan pemahaman kepada
anak-anak desa gandamekar supaya tidak ada alasan untuk tidak
mengetahui, menjalankan faham ahlussunah wal jama’ah yang
dimotori oleh NU itu sendiri.
III.2 Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa
Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa meliputi Ukhuwah
islamiyah mereka, sikap politik warga nu desa, dan pengamalan
Aswaja oleh masyarakat desa gandamekar, sehingga dengan demikian
NU di desa gandamekar berkembang dan dapat kemajuan yang
signifikan.
III.2.1 Ukhuwah
Ukhuwah islamiyah didesa gandamekar sangat terasa diantaranya
bergotong royong dalam segala hal baik dalam kegiatan peribadi
contohya warga masyarakat satu akan mengadakan suatu syukuran
maka masyarakat yang lain membantu supaya terselengaranya dan
suksesnya kegiatan tersebut ataupun dalam kegiatan umum contohnya
pembangunan sarana peribadahan, kegiatan Hari besar islam mereka
sangat antusias belum pernah ketinggalan dalam masalah fastabiqul
khairat.

Sering sekali mengadakan rutinan sehingga tali persaudaraan sesama
tetangga sangat terjaga, setiap sore apalagi bulan suci ramadhan acara
ngabuburit di rumah warga sampai dengan buka bersama itu terjadi.
III.2.2 Pandangan Politik
Pandangan politik wargan NU desa gandamekar tidak sama ratanya
atau tidak kompak yang mereka pikirkan asal partai tersebut islam
apalagi islammnya berfaham Ahlussunah wal jamaa’ah maka mereka
akan memilihnya, hasil pemilihan umum tahun 2009 sebagian besar
warga NU desa gandamekar memilih partai Persatuan Pembangunan
( PPP ) Serta Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) karena mereka
mengganggap partai tersebutlah yang mempunyai faham sawaja dank
ke NU-an apalagi kalau sekarang masih ada partai NU maka mereka
warga NU akan memilihnya.
III.2.3 Pengamalan Aswaja
Warga NU masyarakat Desa Gandamekar hampirsemua kampung
melaksanakan aswajanya baik dalam cara peribadahannya, sikapnya
( Tingkah lakunya ) diataranya dari mulai dalam kandungan ibu
sebelum lahir bayi sering diadakan syukuran bulanannya sampai bayi
itu lahir mereka mengadakan syukuran dengan merhabaan, pada
peribadahan nya solat mereka cendung melaksanakan apa yang harus
dilaksanakan sebagai warga NU diantaranya kalu solat subuh itu
memakai kunut serta pada setiap solat pardu mereka tidak langsung
pulang melainkan wiridan sampai selesai, mereka pun tidak mau
ketinggalan apabila sudah datangnya perayaan maulid nabi besar
Muhammad SAW Dan isra Mi’raj nabi besar Muhammad SAW
mereka selalu memeriahkannya, baik dari kalangan pemuda sampai
dengan orang tua atau bahkan sampaui anak-anak sekalipun, disetiap
masjid, tempat pengajian dan pemuda desa gandamekar.
Pada hari jum’at sebelum masyarakat bagi kaum laki-laki selalu
mengadakan jumsih ( jum’at bersih-bersih) diataranya membersihkan
jalan, makam, serta tempat ibadah, pada pelaksanaan jum’atan warga
NU desa gandamekar melakukan peribadahan sesuai yang diajarkan
faham ahlussunah wal jama’ah, dan setelah selesai jumatan tidak dulu
pulang melainkan wiridan sampai pembacaan ila hilas, dan setelah
pulang kerumahnya mereka mengadakan ziarah kubur pada makammakam keluarganya yang telah meninggal mendahului mereka.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang
didirikan di Surabaya oleh para tokoh yang berhaluan Ahlusunnah
Waljama’ah, diantara para pendirinya adalah K.H. Hasyim Asy’ari,
K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H.R. Asnawi dari Kudus yang
merupakan tokoh pendiri NU di Kudus. Penyebaran Ahlusunnah
Waljama’ah bertujuan untuk mengembangkan perjuangan dalam
peningkatan ibadah, pendidikan, ekonomi, sosial , NU di Purwakarta
sudah terbentuk bahkan sudah mempunyai kepengurusan MWC di
tingkat kecamatan dan bahkan sebagian pengurus ranting sudah ada
termasuk kepengurusan di Desa Gandamekar tempat saya bertempat
tinggal apalagi terbentuknya FSGN semakin menguatkan dan
memperkokoh pemahaman masyarakat desa tentang aswaja dan KeNU-an, di desa gandamekar masyarakatnya sudah mengenal NU tapi
secara cultural akan tetapi dari tahun ketahun mengalami kemajuan
ditambah dengan ustad yang ada di desa tersebut notabenya dari NU
dan bahkan mengenyam pendidikanya di STAI-NU Purwakarta
sehingga warga desa ganda mekar akan tahu makna NU yang
sebenarnya dan dan pengamalan Aswaja di desa gandamekar tersebut.
Share this article :
Share on FB Tweet Share on G+ Submit to Digg
http://kliksolihin.blogspot.co.id/2012/08/makalah-ke-nu-1.html

LATAR BELAKANG MASALAH
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang
dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat
kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk
memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan
organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan
"Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus

menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H.

penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai

Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),

jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan

kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.

pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan

Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU,
yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir

kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan

dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918

B. RUMUSAN MASALAH
Dari Latar Belakang yang dipaparkan di atas maka bisa ditarik

didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri"

rumusan masalah sebagai berikut :

(kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik
kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan
Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan
basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya
Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai
kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang

1.
2.
3.
4.
5.
6.

C. TUJUAN

sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
K.H. Hasyim Asy'arie, Rais Akbar (ketua) pertama NU.

Dari Rumusan Masalah yang dijelaskan diatas maka dapat ditarik
tujuan sebagai berikut :

Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan
ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi
yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi
perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai
kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang
bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344
H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim
Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Bagaimana Sejarah dari NU ?
Bagaimana paham keagamaan NU ?
Apa Basis pendukung NU ?
Bagaimana Dinamika NU ?
Apa Lembaga yang ada pada NU ?
Apa Badan Otonom yang ada pada NU ?

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Untuk mengetahui bagaimana Sejarah dari NU.
Untuk mengetahui bagaimana paham keagamaan NU.
Untuk mengetahui apa Basis pendukung NU.
Untuk mengetahui bagaimana Dinamika NU.
Untuk mengetahui apa Lembaga yang ada pada NU.
Untuk mengetahui apa Badan Otonom yang ada pada NU.

Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan
membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918
didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri
(Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik

mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua
peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak
diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut
mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik
kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun
PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan
pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak
pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban

kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut

tersebut.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari

Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk

anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan

memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar

pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar

itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga

'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan

menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan

mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk

memiliki cabang di beberapa kota.
Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun

menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian

ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun

warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat

akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar

delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai

untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan
dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan

oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam

Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus

Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia,

menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap

Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di

penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai

Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka

jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan

masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama,

pembebasan.

yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil

menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat

bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-

berharga.
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat

Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan

embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk

momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah

organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk

Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam

mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi

bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU

dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk

dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali

organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada

gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH.
Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH.
Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU ,
yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

C. BASIS PENDUKUNG
Jumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) atau basis pendukungnya
diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.
Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun
di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosialekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat
menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Pada umumnya mereka
memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang

PAHAM KEAGAMAAN
Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal

merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan

Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara

dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di

ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis).

desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Jika

Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah,

selama ini basis NU lebih kuat di sektor pertanian di pedesaan, mak