MAKALAH budaya antar suku bangsa.doc (1)

MAKALAH

Hubungan Budaya
Antar Suku dan Antar Bangsa
Disusun Oleh :
DEVI WIDIA
MISBAH LAELY
SITI UMROH
M. NUR
Kelas XII A

SMK BUDI UTOMO CIKAUM
TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobil ‘alamin, segala puji dan syukur, kita panjatkan atas
karunia Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Karena berkat karunia dan limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
penyusunan sebuah makalah , yang berjudul “HUBUNGAN BUDAYA ANTAR
SUKU DAN BANGSA”

Terimakasih yang sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada, Bapak/ Ibu
Guru Pembimbing, Bapak/ Ibu Guru Bidang Studi serta kepada pihak-pihak lain yang
telah membantu menyelesaikan tugas ini secara langsung maupun tidak langsung.
Kami selaku penulis makalah menyadari, bahwa masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam hal penulisan ataupun dalam hal ketatabahasaan.
Oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun, dan demi perbaikan tugas-tugas yang akan datang.
Terima kasih
Cikaum, Januari 2014
Penyusun

i

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

i


DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang

ii
1
1

BAB II.

BAB III.

1.2
Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kebudayaan
2.2

Karakteristik Kebudayaan
2.3
Fungsi Kebudayaan
2.4
Hubungan Kebudayaan, Masyarakat Dan Individu
2.5
Hubungan Antar Budaya Lokal
2.6
Hubungan Budaya Lokal Dengan Budaya Asing
PENUTUP
2.1
Kesimpulan

2.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
5
5

6
8
9
9
10
12
12
12
13

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Masyarakat adalah sekelompok individu yang secara langsung atau tidak
langsung saling berhubungan sehingga merupakan sebuah satuan kehidupan
yang berkaitan antara sesamanya dalam sebuah satuan kehidupan yang dimana

mempunyai kebudayaan tersendiri, berbeda dari kebudayaan yang dipunyai
oleh masyarakat lain. Sebagai satuan kehidupan, sebuah masyarakat biasanya
menempati sebuah wilayah yang menjadi tempatnya hidup dan lestarinya
masyarakat

tersebut,

karena

warga

masyarakat

tersebut

hidup

dan

memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dalam wilayah tempat mereka

itu hidup untk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka sebagai manusia.
Maka terdapat semacam keterkaitan hubungan antara sebuah masyarakat
dengan wilayah tempat masyarakat itu hidup. sebuah masyarakat merupakan
sebuah struktur yang terdiri atas saling berhubungan peranan-peranan dan para
warga, peranan-peranan tersebut dijalankan sesuai norma-norma yang berlaku.
Saling berhubungan diantara peranan-peranan ini mewujudkan struktur-struktur
peranan yang biasanya terwujud sebagai pranata-pranata. untuk mewujudkan
peranata-peranata itu dalam kehidupan manusia bermasyarakat untuk
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup sebagai manusia, yang dianggap
penting oleh masyarakat yang bersangkutan. Melalui pranata-pranata yang ada,
sebuah masyarakat dapat tetap lestari dan berkembang. Pranata-pranata yang
ada dalam masyarakat, antara lain, adalah pranata keluarga, pranata ekonomi,
pranata politik, pranata keagamaan.
Norma-norma yaitu norma yang mengatur hubungan antara perananperanan, yang berisikan patokan-patokan etika dan moral yang harus ditaati dan
dilakukan oleh para pemegang peranan dalam hubungan antara satu dengan
lainnya dalam kegiatan-kegiatan pemenuhan kebutuhan. Norma-norma yang
berlaku dalam sebuah masyarakat mengacu pada kebudayaan yang dipunyai
oleh masyarakat tersebut.
Profesor Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai wujud
yang mencakup antara gagasan atau ide, kelakuan, dan hasil kelakuan.

kebudayaan yang dikemukakan oleh Profesor Koenjaraningrat, lebih lanjut,
dilihatnya dalam persepektif Taksonomik yaitu kebudayaan dilihat dari unsur-

unsur universal adalah masing-masing terdiri atas unsur yang lebih kecil dan
yang lebih kecil lagi, yang dinamakan sebagai trais dan items. Dalam hal ini
kebudayaan dilihat sebagai sebuah satuan yang berdiri terlepas dari keberadaan
pelakunya ataupun terealisasi dari fungsi dalam struktur kehidupan manusia.
Dalam upaya memahami hubungan antara individu, masyarakat, dan
kebudayaan. dan dalam upaya memahami fungsi kebudayaan dalam struktur
kehidupan manusia, definisi profesor koenjaraningrat sebetulnya tidak relevan.
Dengan mangacu pada karya-karya Malinowski (1961, 1944) mengena
kebutuhan-kebutuhan manusia dan pemenuhannya melalui fungsi dan pola-pola
kebudayaan, dan dengan mengacu pada karya Kluckhohn (1994) yang melihat
kebudayaan sebagai blueprint bagi kehidupan manusia, serta dari Geerts (1973)
yang melihat kebudayaan sebagai sistem-sistem makna, saya melihat
kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan manusia yang secara bersama
dimilik oleh para warga sebuah masyarakat.’ Atau dengan kata lain kebudayaan
adalah sebuah pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat dan
para warganya.
Dalam perspektif ini kebudayaan dilihat sebagai terdiri atas konsepkonsep, teori-teori, dan metode-metode yang diyakini kebenarannya oleh warga

masyarakat

yang menjadi

pemiliknya.

Kebudayaan

dengan demikian

merupakan sistem-sistem acuan yang ada pada berbagai tingkat pengetahuan
dan kesadaran, dan bukan pada tingkat gejala yaitu pada tingkat kelakuan atau
hasil kelakuan sebagaimana didefinisikan oleh Profesor koenjaraningrat.
sebagai sistem-sistem acuan, konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode
digunakan secara selektif sebagai acuan oleh para pemilik kebudayaan dalam
menghadapi lingkungannya , yaitu digunakan untuk menginterpretasikan dan
manfaatka lingkungan bserta isinya bagi pemenuhan-pemenuhan kebutuhankebutuhan hidupnya sebagai manusia. Pemilhan secara selektif dilakukan
secara pertimbangan oleh pelaku mengenai konsep atau metode atau teori yang
mana yang paling cocok atau yang tebaik yang dapat digunakan sebagai
interpretasi


sebagai

acuan

interpretasi

mewujudkan

tindakan-tindakan.

Tindakan-tindakan tersebut dapat dilihat sebagai dorongan-dorongan atau
motivasi dari dalam diri pelaku bagi pemenuhan kebtuhan maupun sebagai
tanggapan-tanggapan

(responses)

pelaku

(stimulasi) yang berasal dari lingkungannya.


ii

atas

rangsangan-rangsangan

Keberadaan kebudayaan dalam kehidupan manusia adalah fungsional
dalam struktur-struktur kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup
sebagai manusia. Yaitu sebagai kategori-kategori atau golongan-golongan yang
ada di dalam lingkungannya. Yaitu kategori yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya sebagai manusia. Kebutuhankebutuhan hidup yang harus dipenuhi manusia agar dapat hidup sebagai
manusia mencakup tiga kategori. Ketiga kategori kebutuhan tersebut harus
dipenuhi secara bersama-sama dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut di
integrasi oleh kebutuhan adab, yang menjadikan pemenuhan kebutuhan hidup
tersebut sebagai tindakan-tindakan yang penuh adab, etika, dan moral. Adapun
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia adalah sebagai berikut:
a.

Kebutuhan biologi atau primer (makan, minum, menghirup oksigen,

buang air besar/kecil, istirahat, tidur seksual, dan sebagainya).

b.

Kebutuhan sosial atau sekunder (berkomunikasi dengan sesama,
pendidikan, kontrol sosial, pamer, dan sebagainya).

c.

Kebutuhan adab atau kemanusiaan, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang
mengintegrasikan berbagai kebutuhan yang tercakup dalam kebutuhan
biologi dan sosial. Kebutuhan adab atau kemanusiaan ini muncul dan
terpancar dari hakekat manusia sebagai mahluk tuhan yang tertinggi
derajatnya, yang mmpunyai kemampuan berfikir, bermoral, sehingga
pemenuhan-pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu bercorak manusiawi
bukan hewani.

Kebutuhan-kebutuhan adab mencakup:
a.

Kebutuhan untuk dapat membedakan yang benar dari yang salah, yang
adil dari yang tidak adil, yang suci dari yang kotor, yang berpahala dari
yang berdosa.

b.

Kebutuhan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan sentimensentimen perorangan atau kolektif atau kebersamaan.

c.

Kebutuhan untuk menunjukkan jati diri dan keberadaan serta asal
muasalnya, dan kebutuhan untuk mempunyai keyakinan serta kehormatan
diri.

d.

Kebutuhan untuk dapat menyampaikan ungkapan-ungkapan estetika,
etika, dan moral.

e.

Kebutuhan rekreasi dan hiburan

ii

f.Kebutuhan akan rasa aman, tentram, dan adanya keteraturan dalam
kehidupan.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia selalu dilakukan melalui
pranata-pranata (Suparlan 1998, 1986). Setiap pranata yaitu sebuah sistem antar
hubungan norma-norma dan peranan-peranan untuk pemenuhan kebutuhan
yang dianggap penting oleh masyarakat yang bersangkutan, menyajikan
seperangkat pedoman untuk bertindak sesuai dengan corak pranatanya.
Kegiatan-kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan melalui pranata-pranata
biasanya terpola dan berlangsung secara berulang dari waktu kewaktu. Dalam
proses-proses

tersebut

maka

tradisi-tradisi

berkenaan

dengan

sesuatu

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk hidup itu menjadi baku.
1.2

Tujuan Penulisan
a. Untuk mempelajari tentang keanekaragaman budaya nasional
b. Agar lebih mengetahui manfaat hubungan kebudayaan baik secara nasional
maupun internasional
c. Agar lebih menghargai nilai-nilai budaya daerah dan nasional sebagai aset
dan kekayaan bangsa.

ii

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Kebudayaan
Dalam Pendefinisian kebudayaan para Antropolog memiliki devinisi yang
berbeda-beda tentang kebudayaan. Berdasarkan Literature yang ada, definisi
kebudayaan yang dihasilkan Antropolog sudah mencapai lebih dari 170
definisi, namun demikian tidak memiliki hak Eksklusif untuk melakukan klaim
atas istilah kebudayaan.
Istilah kebudayaan atau Culture (bahasa inggris) berasal dari kata Colere
(kata kerja bahasa latin) yang berarti bercocok tanam (Cultivation) Cultivation
atau kultivasi yang berarti pemeliharaan ternak hasil bumi, dan upacara-upacara
religius yang darinya diturunkan istilah kultus atau “Kult” (Mudji Sutrisno dan
Hendar Putranto,2005:7). Dalam bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari kata
Buddhi (budi atau akal), kata budaya juga ditafsirkan merupakan perkembangan
dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta,
karsa, rasa. Menurut Raymond Williams, kata kebudayaan merupakan salah
satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaanya dalam bahasa
Inggris.
Definisi kebudayaan yang paling tua dikemukakan oleh Edward B. Tyloy
pada tahun 1871. kebudayayan oleh Tylor didefinisikan sebagai “keseluruhan
yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum ,moral
adat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat”, Alfret Weber mendefinisikan kebudayaan sebagai “suatu
bentuk Ekspresional Spiritual dan Intelektual dalam subtansi kehidupan, atau
suatu sikap spiritual dan Intelektual terhadap Substansi itu.” Dalam Basam Tibi
1999;73”.
Dalam pemaknaan sehari-hari perkataan “Kebudayaan” berarti Kwalitas
tang wajar yang dapat diperoleh dengan mungunjungi, cukup banyak sandiwara
dan konsep tarian dan mengamati karya seni pada sekian banyak gedung
kesenian. Sedangkan menurut Palph Linton, kebudayaan adalah seluruh cara
kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian
dari cara hidup yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tnggi atau
lebih diinginkan.

ii

Kebudayaan itu terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan dan Persepsi abstrak
tentang jagat raya yang berada dibalik prilaku manusia, dan yang tercermin
dalam perilaku , semua itu adalah milik bersama para anggota masyarakat, dan
apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat
diterima dalam masyarakat. Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa,
bukan diwariskan secara Biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi
sebagai suatu keseluruhan yang terpadu.
Para Antropologi mempunyai pendapat bahwa untuk anak-anak dalam
mempelajari kebudayaan yaitu dengan mengalaminya dan dengan berbicara
tentang kebudauyaan dangan orang-orang yang hidup menurut peraturanperaturannya.
Sedangkan ahli Antropologi lebih sistematis dalam mempelajari
kebudayaan yaitu dengan melalui Observasi dan diskusi yang teliti dengan
informan-informan yang mengetahui tata cara kebudayaan mereka dengan baik
sekali.
Ahli Antropologi juga Mengabstraksikan sejumlah peraturan untuk
menerangkan perilaku orang didalam kebudayaan tertentu.Untuk konsep
kebudayaan pertama kalinya dikembangkan oleh para ahli Antropologi
menjelang abad ke-19. devinisi pertama yang sungguh-sungguh jelas dan
komprehensif tersebut sudah disebutkan diatas.
2.2

Karakteristik Kebudayaan
Melalui Study perbandingan terhadap sejumlah kebudayaan, para ahli
Antropologi telah berhasil memperoleh pengertian tentang Karakteristikkarakteristik pokok yang dimiliki bersama oleh semua kebudayaan. Study yang
teliti tentang karakteristik tersebut membantu untuk melihat kepentingan dan
fungsi kebudayaan itu sendiri, dan karakteristik kebudayaan adalah:
a. Kebudayaan adalah milik bersama
Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai dan standart perilaku;
kebudayaan adalah sebutan persamaan (Common Denominator), yang
menyebabkan perbuatan para individu dapat difahami oleh kelompoknya.
Karena mamiliki kebudayaan yang sama, orang yang satu dapat meramalkan
perbuatan orang yang lain dalam situasi tertentu, dan mengambil tindakan
yang sesuai.

Jika hanya seseorang yang memikirkan atau melakukan hal tertentu,
maka hal itu adalah kebiasaan pribadi, bukan suatu pola kebudayaan.
Agar dapat secara tepat tercakup dalam kebudayaan ia harus dimiliki
bersama agar suatu bangsa atau oleh sekelompok orang-orang, jadi para
Antropologi barulah berpendapat bahwa suatu bangsa mempunyai
kebudayaan, jika para warganya memiliki bersama pola-pola berfikir dan
berkelakuan yang didapat melalui proses belajar.
Masyarakat (Society) dapat di devinisikan sebagai kelompok manusia
yang mendiami tempat tertentu, yang demi kelangsungan hidupnya saling
tergantung satu sama lain, dan yang memiliki kebudayaan bersama.
Dari sini sudah jelas bahwa tidak mungkin ada masyarakat tanpa individu.
Sebaliknya, tidak ada masyarakat manusia yang dikenal yang tidak
berbudaya.
Meskipun kebudayaan adalah milik bersama anggota masyarakat
pentinglah disadari bahwa semua itu adalah seragam. Dalam setiap
masyarakat setidak-tidaknya ada beberapa perbedaan peranan diantaranya
pria dan wanita. Ini berarti bahwa ada hal-hal tertentu yang harus
mendapatkan perhatian wanita, tetapi tidak bagi pria dan sebaliknya, ini
menandakan ada beberapa perbedaan antara kebudayaan pria dan
kebudayaan wanita.
b. Kebudayaan adalah hasil proses belajar
Kebudayaan adalah cara berlaku yang dipelajari; kebudayaan tidak
tergantung dari Transmisi Biologis atau pewarisan dari unsure Genetic.
Semua manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakkan oleh insting
dan naluri yang walaupun tidak termasuk bagian dari kebudayaan, tapi itu
merupakan bagian dari kebudayaan, dan kelakuan Instingtif itu tidak
dipelajari karena akan muncul dengan sendirinya.
Semua

kebudayaan

adalah

hasil

belajar,

orang

mempelajari

kebudayaannya dengan menjadi besar didalamnya. Ralph Linton menyebut
kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia. Proses penerusan
kebudayaan dari generasi satu kepada generasi yang lain, disebut
Enkulturasi.
Melalui Enkulturasi orang mengetahui cara yang secara sosial tepat
untuk memenuhi kebutuhannya yang ditentukan secara Biologis adalah
penting untuk membedakan antara kebutuhan yang bukan hasil belajar, dan

cara-cara yang dipelajari untuk memenuhinya. Contoh bentuk Enkulturasi
adalah kebanyakan binatang makan dan minum kapan saja timbul
keinginanya, akan tetapi manusia biasanya makan dan minum pada waktuwaktu tertentu yang ditentukan menurut kebudayaan dan mereka merasa
lapar menjelang waktu itu.
c. Kebudayaan didasarkan pada lambing
Ahli Antropologi Lesle White berpendapat bahwa semua perilaku
manusia mulai dengan penggunaan lambang. Seni, agama dan uang dan
melibatkan pemakain lambang. Aspek Simbolik yang terpenting dari
kebudayaan adalah bahasa-penggantian objek dengan kata-kata. Stanley
Salthe menegaskan “bahasa Simbolik adalah Fundamen tempat kebudayaan
manusia dibangun.” Pranata-pranata kebudayaan (struktur politik, agama,
kesenian, organisasi, ekonomi) tidak mungkin ada tanpa lambang.
d. Integrasi kebudayaan
Untuk keperluan menjadi sejumlah bagian (Unsur) yang kelihatannya
sendiri-sendiri, tetapi perbedaan-perbedaan seperti itu bersifat sembarang
(Arbritary) ahli Antropologi yang menyelidiki salah satu aspek kebudayaan
selalu merasa perlu untuk juga menyelidiki aspek-aspek lainny. Toleransi
semua aspek kebudayaan untuk berfungsi sebagi kesatuan yang saling
berhubungan disebut Integrasi.
Contoh gambaran Integrasi aspek-aspek ekonomi, politik dan sosial
dari mayarakat diperlihatkan oleh masyarakat papua kapauku, sebuah suku
bangsa pegunungan di Irian Jaya (Western New Guenia). Ekonomi mereka
bersandar pada pembudidayaan tanama, bersama-sama dengan penangkaran
(Breeding) babi, memburu dan menangkap ikan.
2.3 Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan tidak mungkin lestari, kalau tidak memenuhi kebutuhankebutuhan pokok tertentu para anggotanya. Seberapa jauh kebudayaan tersebut
memenuhi kebutuhan dan itulah yang menentukan kesuseksanya dan sukses itu
diukur dari nilai-nilai kebudayan itu sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kebudayaan harus mampu
Memproduksi dan Mendistribusikan barang-barang dan jasa yang dipandang
perlu untuk hidup. Kebudayan harus ,menjamin kelestarian Biologis, dan
memproduksikan anggota-anggotanya. Kebudayaan harus memberi motivasi

kepada para anggotanya untuk bertahan hidup dan mengadakan kegiatankegiatan yang perlu untuk kelangsungan hidup itu.
2.4

Hubungan Kebudayaan, Masyarakat Dan Individu
Masyarakat tidak lebih dari pada persatuan individu-individu yang
semuanya masing-masing mempunyai kebutuhan dan kepentingannya sendirisendiri. Kalau

ingin

lestari,

masyarakat

harus

berhasil

menciptakan

keseimbangan antara kepentingan pribadi para anggotanya dan tuntunan
masyarakat sebagai keseluruhan, oleh karena itu harus ada keseimbangan yang
diteliti diantara kepentingan pribadi individu dan tuntutan kelompok atas tiaptiap individu.
Jadi demikian, semua kebudayaan harus menemukan keseimbangan yang
teliti diantara kebutuhan individu dan masyarakat. Kalau kepentingan
masyarakat menjadi dominant, individu mengalami tekanan yang terlalu berat.
Manifestasinya dapat meliputi segala macam kegiatan anti social, kejahatan,
penyalagunaan narkotika, dll. Kalau ini berjalan terlalu jauh, akibatnya dapat
berupa keruntuhan kebudayaan, dengan perubahan yang disertai kekerasan.
Dewasa diatas menunjukkan bahwa jika kebudayaan tidak sesuai dengan
kebutuhan individu dan masyarakat, maka akan menimbulkan kesenggangan
sosial.
2.5

Hubungan Antar Budaya Lokal
Hubungan antar suku bangsa yang tercermin dalam bentuk hubungan
kebudayaan lokal dapat kita temukan dalam bentuk unsur-unsur kebudayaan
berikut ini.
a. Bahasa
Hubungan antara kebudayaan lokal tercermin dalam bentuk persebaran
bahasa daerah sebagai unsur kebudayaan lokal. Hal ini merupakan dampak
interaksi sosial antara kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaan.
Misalnya, penduduk suku bangsa Jawa yang tinggal berbatasan dengan
wilayah suku bangsa Sunda (Jawa Barat) antara lain Cilacap dan Brebes,
memiliki ragam bahasa yang merupakan perpaduan antara bahasa Jawa dan
Sunda. Demikian halnya penduduk suku bangsa Madura, memiliki ragam
ahasa yang menunjukkan perpaduan antara bahasa Jawa dan Madura.

Perpaduan bahasa tersebut tercermin dalam bentuk logat atau dialek.
Dialek bahasa Jawa penduduk Brebes berbeda dengan dialek bahasa Jawa
penduduk Semarang, berbeda pula dengan penduduk Solo, dan berbeda pula
dengan penduduk Surabaya, meskipun mereka sama-sama menggunakan
bahasa Jawa. Pada era kehidupan sekarang ini, khususnya di kalangan
remaja, pemakaian dialek bahasa Betawi seperti gue (saya), lu (kamu), udah
(sudah), bantuin donng (tolong dibantu), dan sebagainya menyebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia, khusunya di lingkungan remaja perkotaan.
Hal ini berkaitan erat dengan proses urbanisasi yang menjadikan ibu kota
sebagai tujuan utama kaum urban.
b. Sistem Kesenian
Hubungan antar kebudayaan lokal dapat terlihat pada unsur kesenian.
Jalinan interaksi sosial antar suku bangsa biasa terjadi melalui kegiatan
ekspansi, migrasi, maupun perdagangan. Misalnya, perkembangan seni
pertunjukan wayang tidak hanya terbatas di lingkungan masyarakat Jawa
saja, tetapi dapat dijumpai pada masyarakat Sunda dan Bali meskipun
berbeda jenisnya. Demikian hanlnya dengan tari Topeng. Perkembangan
tari Topeng dapat dijumpai dalam kebudayaan masyarakat Betawi, Sunda,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
c. Sistem Teknologi
Meningkatnya peradaban suatu suku bangsa sekaligus menandai proses
perubahan kebudayaan lokal. Pola kehidupan masyarakat yang dinilai lebih
maju berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat yang tingkat
peradabannya masih sederhana. Melalui proses migrasi maupun interaksi
perdagangan, telah terjadi saling memengaruhi terhadap kebudayaan lokal.
Misalnya kehidupan suku terasing yang hidup di pedalaman akhirnya akan
mampu menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat yang lebih
modern, setelah mereka membuka diri menjalin interaksi sosial dengan
masyarakat luar. Di bidang teknologi, penyesuaian tersebut dapat berupa
alat rumah tangga dan pakaian.
2.6 Hubungan Budaya Lokal dengan Budaya Asing
Di kawasan wilayah Nusantara hubungan antar budaya telah terjadi sejak
zaman dahulu. Banyak penyebab terjadinya hubungan antar budaya itu. Ketika
kerajaan-kerajaan di Nusantara mengundang orang-orang pandai dari golongan

Brahmana (pendeta) dari India untuk memberi konsultasi dan nasihat mengenai
struktur upacara-upacara kenegaraan menurut sistem di India Selatan, mereka
juga membawa serta budaya Hindu yang pada masa itu mendominasi
kebudayaan umat manusia. Terjadilah hubungan antar budaya masyarakat
bangsa Nusantara dengan budaya Hindu.
Babak berikutnya adalah muncul ikatan kerja sama perdagangan dengan
pedagang asing seperti dari Persia dan Gujarat. Kerja sama tersebut
menyebabkan terjadinya hubungan antar budaya, yaitu antara budaya bangsa
Nusantara (Indonesia) dengan budaya yang dibawa oleh para pedagang Persia
dan Gujarat, yaitu agama Islam.
Beberapa orang di kepulauan Nusantara melaksanakan ibadah haji ke
Makkah. Ketika orang-orang tersebut pulang dari sana, mereka kemudian
berusaha menyiarkan dan menerapkan ajaran agama Islam yang lebih murni.
Tidak mengherankan apabila setelah itu masyarakat Indonesia sangat kental
dengan budaya Islam.
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara untuk urusan perdagangan
rempah-rempah juga menyebabkan terjadinya hubungan antar budaya, yaitu
antara buda Eropa dengan budaya masyarakat Indonesia. Belanda bukan bangsa
Eropa pertama yang datang ke Indonesia. Akan tetapi, pengaruh Belanda di
Indonesia dirasakan paling terlihat.
Hubungan antar budaya yang semakin cepat dan merasuk pada seluruh
aspek kehidupan masyarakat Indonesia menyebabkan perkembangan dan
pertumbuhan budaya masyarakat Indonesia semakin berkembang. Bermula dari
gaya hidup agraris beranjak ke gaya hidup priyayi, buruh, serta usaha-usaha
secara mandiri (wiraswasta) pada berbagai aspek kehidupan. Berawal dari
rumah dan bangunan sederhana, beralih ke rumah dinding tembok dan gedunggedung megah beukuran besar. Berawal dari sedikit aliran, sekarang sudah
menjadi banyak aliran dalam setiap agama yang dianut dan berkembang di
Indonesia. Dari tidak mengenal makanan siap saji menjadi bangsa yang sangat
menyukai makanan siap saji. Dari orang yang tidak mengenal dunia menjadi
orang yang mengenal dunia. Tidaklah mengherankan apabila kita menemui
adanya kesamaan unsur-unsur kebudayaan yang berkembang pada masyarakat
Indonesia dengan unsur kebudayaan di berbagai tempat di dunia ini.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari hasil paparan yang telah dipaparkan diatas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa : :
a. Karakteristik suatu kebudayaan adalah, bahwa kebudayaan merupakan
milik bersama, dan kebudayaan juga muncul dari suatu pross belajar.
b. Tujuan kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat secara kompleks.
c. Hubungan kebudayaan dengan masyarakat serta individu adalah, bahwa
kebudayaan muncul dengan adanya individu-individu yang ada dalam
masyarakat dan berkembang dimasyarakat tersebut.

3.2

Saran
Dari uraian diatas, penyusun mengharapkan pembaca mengetahui
bagaimana kebudayaan itu dan disamping mengetahui bagaimana kebudayaan
juga dapat menambah pengetahuan terhadap para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://satriagembul.wordpress.com/2013/08/18/hubungan-antar-budaya/

http://etnobudaya.net/2013/02/09/teori-dan-konsep-hubungan-antar-suku-bangsamasyarakat-dan-budaya/