Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH MODAL INTI, DANA PIHAK KETIGA (DPK), SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN INFLASI

TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN (STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

AJENG SARJADYASARI NIM : 106081002381

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Surat Pernyataan Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ajeng Sarjadyasari NIM : 106081002381 Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan dibuat dengan segala akibat yang timbul kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 06 Desember 2010


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Ajeng Sarjadyasari Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Oktober 1988 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia Status perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jl. Kesehatan II No. 56 Rt04/Rw09 Kav Depkes Pondok cabe, Ciputat. 15411 No. Telp : 021-70381638

Alamat E-mail : Sarja_dyasari@yahoo.co.id

Pendidikan Formal :

1) Tamatan TK Tunas Cipayung 1994 2) Tamatan SDN Cipayung I 2000 3) Tamatan SLTPN 1 Pamulang 2003 4) Tamatan SMAN 1 Cisauk 2006

5) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2010


(7)

Abstract

This study aimed to analyze the effects of variable Core Capital, the Third Party Funds (TPF), SBI Interest Rates, Exchange Rate Rupiah and Iinflation of distributed Financing Case Study of Bank Muamalat Indonesia.

This study uses for seventy-three months secondary data which starts from September 2003 to September 2009 with data utilizing the publication of Bank Indonesia. It is also supported literature study by collecting data in accordance with the scope of discussion. The analytical tool used in this research is Path Analysis.

The study result shows that the variable Core Capital, the Third Party Funds (TPF),SBI Interest Rates, Exchange Rates Rupiah and inflation simultaneously have the effect of variables which is distributed Financing of 0.992. The test results showed partial Core Capital, the Third Party Funds (TPF), Exchange Rate (rates) and inflation has positive and significant impact on financing which is distributed by Bank Muamalat Indonesia, while the variable SBI Interest Rateshas no significant impact on financing which is distributed by the Bank Muamalat Indonesia.

Keywords: Core Capital, the Third Party Funds (TPF), Interest Rates (SBI), Exchange Rate Rupiah, Inflation, Financing


(8)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh variabel Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder selama tujuh puluh tiga bulan dari September 2003 sampai dengan September 2009 dengan memanfaatkan data-data hasil publikasi Bank Indonesia. Serta ditunjang studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data yang sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel Pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,992. Hasil pengujian secara parsial menunjukan Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia, sedangkan variabel Suku Bunga SBI memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.

Kata Kunci : Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI (SBI), Nilai Tukar Rupiah (KURS), Inflasi, Pembiayaan yang disalurkan


(9)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayahnya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang disampaikan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang selamanya ku sayang. Semoga semua ini lancar dan dapat memberi kalian kebanggan. Semangat yang kalian berikan disetiap aku merasa putus asa dan sedih. Kakak ku Mas Agi, Mas Dimas, Ka Reni dan Irin kalian banyak membantu adikmu ini semoga aku dapat membalasnya. Keponakan ku tersayang Daffa, anak kecil yang selalu menyemangatiku dari senyumannya. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Pudek I Bidang Akademik Fakultas

Ekonomi dan Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.

4. Bapak Herni Ali HT, SE, MM Pudek III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.

5. Bapak Amir Syariffudin, SH, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya .

6. Seluruh Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak mengajarkan ilmu ekonomi dan manajemen.


(10)

7. Kepada Beno yang selalu membantu penulis dalam hal apapun, semoga Allah memberikan kebahagiaan kepadanya.

8. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 Manajemen B dan Perbankan A yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Amira, Atin, Eka, Vina, Sesy, Hana, Wulan, Citra, Dea, Candra, Tia, Hery, Rezi, Fadly, Dipta dan Faizal.

9. Teman-teman sepermainan Ketika SMP dan SMU hingga sampai saat ini, khususnya Riri, Athy, Widhy, Mutiara, David, Yulia.

10.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Jakarta, Oktober 2010


(11)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Abstract ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Mengenal Bank Syariah ... 12

B. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 21

C. Modal Inti ... 22

D. Inflasi ... 24

E. Suku Bunga SBI... 30

F. Nilai Tukar Rupiah ... 33

G. Penelitian Terdahulu ... 35

H. Kerangka Pemikiran ... 40


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis ... 45

E. Operasional Variabel Penelitian ... .51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

B. Penemuan dan Pembahasan ... 57

1. Analisis Deskriptif ... 57

2. Analisis Regresi Jalur Modal Inti, DPK,Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi terhadap Pembiayaan Pada Bank Muamalat Indonesia ... 74

C. Persamaan Struktural ... 93

` D. Interpretasi ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Implikasi ... 119

Daftar Pustaka ... 121


(13)

Daftar Tabel

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah ... 3

2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ... 15

4.1 Modal Inti Bank Muamalat Indonesia ... 58

4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Indonesia ... 61

4.3 Data Suku Bunga SBI ... 63

4.4 Data Nilai Tukar Rupiah ... 66

4.5 Inflasi ... 69

4.6 Pembiayaan ... 72

4.7 Regresi ... 74

4.8 Uji F Regresi ... 75

4.9 Uji t Regresi ... 78

4.10 Pengujian Secara Parsial terhadap Pembiayaan. ... 86

4.11 Korelasi ... 87

4.12 Total Pengaruh Modal Inti Terhadap Pembiayaan ... 94

4.13 Total Pengaruh DPK Terhadap Pembiayaan ... 96

4.14 Total Pengaruh SBI Terhadap Pembiayaan ... 97

4.15 Total Pengaruh Kurs Terhadap Pembiayaan ... 99

4.16 Total Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan ... 100

4.17 Total Pengaruh Modal Inti DPK, SBI, KURS & Inflasi Terhadap Pembiayaan ... 101

4.18 Regresi Setelah Trimming ... 102

4.19 Uji F Setelah Trimming ... 102

4.20 Uji t Setelah Trimming ... 103

4.21 Pengujian antar variabel independen setelah trimming ... 104


(14)

4.23 Total Pengaruh DPK Terhadap Pembiayaan setelah Trimming ... 108 4.24 Total Pengaruh KURS Terhadap Pembiayaan setelah Trimming ... 110 4.25 Total Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan setelah Trimming ... 111


(15)

Daftar Gambar

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 42

4.1 Modal inti ... 59

4.2 DPK ... 62

4.3 SBI ... 63

4.4 Kurs ... 67

4.5 Inflasi ... 70

4.6 Pembiayaan ... 73

4.7 Diagram Jalur ... 92


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendirian sebuah local saving bank yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit Ghamir di tepi sungai Nil, Mesir, pada tahun 1960-an telah menjadi tonggak berdirinya lembaga perbankan Islam modern pertama, bahkan lembaga keuangan Islam modern pertama di dunia. Pesatnya pertumbuhan bank-bank Islam telah mengilhami bank-bank konvensional untuk meniru dan menawarkan produk-produk bank Islam.(Zainul Arifin, 2005:5)

Kemudian berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memasukan kemungkinan berdirinya bank syariah dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan dengan dasar operasional bagi hasil. Secara rinci UU tersebut dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Peraturan tersebut telah dijadikan dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era dual banking system di Indonesia. Selama periode 1992 sampai dengan 1998, hanya terdapat satu bank umum syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang telah beroperasi.


(17)

Pada tahun 1998 dikeluarkan UU No.10 Tahun 1998, sebagai amandemen dari UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan landasan yang kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional. Kemudian pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang memberikan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.

Menurut Laporan Bank Indonesia, jumlah bank syariah yang beroperasi dari tahun 1998 meningkat cukup signifikan. Selama tahun 2009 jumlah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami penambahan 5 Bank Umum Syariah (BUS) 26 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 133 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sehingga pada akhir tahun 2009 terdapat 6 BUS, 25 UUS dan 138 BPRS. Sejalan dengan hal tersebut, jaringan kantor bank syariah, termasuk layanan syariah juga menunjukan peningkatan menjadi 1140 kantor dan 1929 layanan syariah. Data perkembangan lembaga perbankan syariah dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebagai berikut :


(18)

Tabel 1.1

Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah

Sumber : Bank Indonesia

Tabel I.1 terlihat perkembangan jumlah lembaga perbankan syariah mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ketahun.

Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sepanjang tahun 2009 cukup pesat dengan pertumbuhan laba mencapai 83%. Jika pada tahun 2008 laba bank syariah hanya mencapai Rp 432 miliar, maka per September 2009 laba bank syariah sudah mencapai Rp 791 miliar. Demikian data Statistik Perbankan Syariah yang dikutip Detik Finance dari situs Bank Indonesia, Selasa (2/2/2010).

Sebagaimana dengan bank konvensional, bank syariah juga memiliki peranan sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Untuk itu minat masyarakat menyimpan dananya di bank syariah semakin besar hal ini ditandai

Kelompok Bank 2005 2006 2007 2008 2009

Bank Umum Syariah 3 3 3 5 6

Unit Usaha Syariah 19 20 26 27 25

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

92 105 114 131 138

Total Jumlah Kantor 550 636 711 953 1140


(19)

dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan syariah dengan angka pertumbuhan sebesar 37,7%. Tingginya pertumbuhan DPK ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas yang memaksa pelaku usaha termasuk lembaga keuangan untuk menahan dana mereka. Kondisi ketatnya likuiditas ini juga mempengaruhi perilaku masyarakat yang relatif menahan konsumsi mereka, sehingga ada kecenderungan pemeliharaan dana yang berdampak pada peningkatan DPK perbankan syariah. Disamping itu peningkatan DPK ini dipengaruhi pula oleh return bank syariah yang cukup bersaing seiring dengan adanya kebijakan penurunan suku bunga diperbankan konvensional. Kemudian dari sisi pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah selama tahun 2009 mencapai nilai Rp 46,9 triliun, bertumbuh 22,74% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan tahun 2008 sebesar 36,70%. Walaupun demikian pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah lebih baik dibandingkan dengan kredit yang diberikan bank konvensional nasional yang hanya bertumbuh 9,96%. Jenis pembiayaan masih didominasi oleh murabahah yaitu sebesar 56,8%. (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009)

Mohamad Hasyim Asy’ari (2004:4) menyatakan dalam tesisnya bahwa kinerja dan kelangsungan usaha bank yang berdasarkan pada prinsip syariah tergantung pada manajemen bank untuk menjaga kualitas terhadap penanaman dana (pembiayaan). Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan keuntungan, sehingga kinerja bank yang berdasarkan prinsip syariah akan menjadi baik. Sebaliknya jika kualitas penanaman dana bank buruk maka akan


(20)

membawa pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan usaha bank yang berdasarkan syariah.

Memperhatikan fungsi pokok perbankan sebagai lembaga yang memiliki fungsi intermediasi keuangan/dana dan manfaat yang besar bagi sektor riil oleh karena itu peningkatan peranan perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan volume usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan merupakan indikator utama untuk perkembangan/pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional, sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan kemasyarakat oleh perbankan syariah (Pratin dan Akhyar, 2005:35)

Terkait kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, tentunya bank syariah menghadap faktor pendukung dan faktor penghambat yang berasal dari internal ataupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh adalah kondisi makroekonomi.

Menurut Adiwarman Karim (2004) dalam Tony Hidayat (2007:2) pada teori bejana berhubungan mengungkapkan bahwa kebijakan moneter konvensional akan mempunyai pengaruh terhadap perbankan syariah misalnya tingkat suku bunga SBI. Ari Cahyono (2009) menemukan bahwa SBI berpengaruh negatif terhadap pembiayaan yang berarti bahwa setiap kenaikan suku bunga SBI akan menurunkan pembiayaan.


(21)

Kurs atau nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara terhadap negara lain. Oleh karena itu kurs merupakan salah satu alat pengukur kondisi makroekonomi terhadap suatu negara, sebab menunjukan kemampuan relatif perekonomian suatu negara terhadap negara lainnya. Pada saat ini barometer untuk mengukur kekuatan mata uang dunia adalah US Dollar (dolar Amerika). Rossar Maries (2008) dalam tesisnya membuktikan adanya pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap pembiayaan yang disalurkan bank syariah.

Inflasi menjadi salah satu indikator makroekonomi yang penting dalam perekonomian Indonesia. Inflasi sangat mempengaruhi aktivitas pelaku ekonomi baik itu di sektor riil ataupun di sektor keuangan seperti sektor perbankan maupun di sektor moneter. Gejolak inflasi yang signifikan akan mengganggu kestabilan perekonomian. Dampak adanya inflasi yang tinggi pun akan merugikan banyak golongan masyarakat diantaranya bagi dunia usaha, sebagai produsen barang dan jasa, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Namun bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi sehingga pada akhirnya akan merugikan produsen, maka produsen akan enggan untuk melanjutkan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu atau bahkan apabila tidak sanggup mengikuti laju inflasi produsen tersebut mengalami kerugian. Sehingga akan berdampak pada kinerja keuangannya secara umum.

Dampak inflasi lebih lanjut akan menyebabkan tingginya risiko default. Risiko ini akan meningkatkan NonPerforming Finance (NPF) perbankan syariah.


(22)

Jika pembiayaanya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak debitor mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah

(risk sharing) jika jenis pembiayaanya adalah akad jual beli (murabahah) maka

tingginya inflasi akan menyebabkan produk pembiayaan syariah secara umum menjadi relatif lebih mahal. Tingginya risiko pembiayaan akan menyebabkan berkurangnya penyaluran pembiayaan bank syariah pada sektor riil.

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar, dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain, bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. Menurut Muhammad (2005:52) pembiayaan yang disalurkan bank syariah sangat bergantung pada besaran dana yang tersedia, baik yang berasal dari pemilik berupa modal (sendiri, termasuk cadangan) serta dana dari masyarakat luas/Dana Pihak Ketiga (DPK). Jadi semakin besar funding suatu bank akan meningkatkan potensi bank yang bersangkutan dalam penyediaan pembiayaan.

Permasalahan-permasalahan di atas mendorong minat penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memberi pengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan pada Bank Muamalat Indonesia. Dipilihnya Bank Muamalat Indonesia sebagai objek penelitian karena didasarkan oleh beberapa pertimbangan. Sebagaimana diketahui Bank Muamalat Indonesia adalah bank pertama murni syariah, dengan pola IslamicBankingConcept-nya, kini telah


(23)

menjadi trend dunia perbankan nasional maupun internasional, Bank Muamalat Indonesia yang menjalankan konsep bagi hasil yang fair dan nyata telah menggerakkan sektor riil dengan teruji, yakni dikala krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, Bank Muamalat Indonesia telah membuktikan ketangguhannya. Hal ini patut dibanggakan, karena disaat beberapa bank konvensional berguguran, Bank Muamalat Indonesia luput dari likuidasi, tidak terkena kasus BLBI, dan sama sekali tidak membebani BI sebagai bank rekap.

Sejauh ini pertumbuhan kinerja bank syariah terbaik ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan aset tercatat sebesar 19,3 persen atau naik dari Rp 12,59 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 15,02 triliun pada tahun 2009. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 21,84 persen dari Rp 10,07 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 12,27 triliun pada tahun 2009. Pertumbuhan tersebut juga dialami oleh pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 7,42 persen dari Rp 10,51 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 11,29 triliun di 2009.

Penelitian dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia periode September 2003 sampai September 2009 dengan pertimbangan bahwa pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat terus mengalami peningkatan selama 6 tahun yakni dari tahun 2003 sampai dengan 2009. Pada bulan september 2003, jumlah pembiayaan yang telah disalurkan yaitu Rp 2,07 triliun sedangkan di akhir bulan September 2009 sejumlah Rp 11,28 triliun.


(24)

Melihat hal-hal diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia yang perkembangannya makin cepat dengan demikian layak untuk diteliti. Jika tidak ada penelitian tentangnya dikhawatirkan pelaksanaan penyaluran pembiayaan Bank Muamalat Indonesia ke masyarakat yang sangat penting berkontribusi bagi perekonomian ini ketika terjadi kendala yang menghambat penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia tidak dapat diketahui penyebab sebenarnya, sehingga tidak mampu untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah yang ada.

Tentunya hal ini sangat penting bagi jajaran manajemen dan pengurus bank untuk tetap menjaga kualitas penanaman dana (pembiayaan) yang baik. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Maka Peneliti memilih judul “Analisis Pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang Disalurkan Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia”.


(25)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan. 2. Berapa pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, Dana Pihak Ketiga

(DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.

2. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat akademis maupun praktis.

1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk:


(26)

a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

b. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.

2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat:

a. Kalangan perbankan syariah sebagai bahan pertimbangan dalam rangka mengantisipasi berbagai eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi kinerja bank syariah

b. Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan syariah.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Mengenal Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam. (Muhammad, 2005: 1)

2. Falsafah Operasional Bank Syariah

Setiap lembaga keuangan syariah, mempunyai falsafah mencari keridhaan Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari. (Muhammad, 2000: 63).

a. Menjauhkan diri dari unsur riba , caranya :

1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman : 34);

2) Menghindar penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang


(28)

mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu. (QS. Ali Imran : 130); 3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang

ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1551 s/d 1567);

4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572)

b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.

Dengan mengacu pada QS. Al Baqarah ayat 275 dan QS. An Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi. (Muhammad, 2005: 3)

3. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan perdebatan di kalangan pemikir dan fiqh Islam. Tampaknya kondisi ini tidak akan pernah berhenti sampai disini, namun akan terus diperbincangkan dari


(29)

masa ke masa. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekarang umat Islam telah mencoba mengembangkan paradigma perekonomian lama yang akan terus dikembangkan dalam rangka perbaikan ekonomi umat dan peningkatan kesejahteraan umat. Realisasinya adalah berupa operasinya bank-bank Islam di pelosok bumi ini, dengan beroperasi tidak mendasarkan pada bunga, namun dengan sistem bagi hasil.

Sistem bunga dan bagi hasil sekilas terlihat sama karena keduanya memberikan keuntungan bagi pemilik dana namun memiliki perbedaan yang sangat nyata.

Muhamad Syafi’i Antonio (hal 60:2001) membedakan sistem bunga dan bagi hasil dilihat dari penentuan pada akad, besar persentase, pembayaran, jumlah pembayaran, dan eksistensinya pada beberapa keyakinan/agama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(30)

Tabel 2.1

Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil

BUNGA BAGI HASIL

Akad Penentuan bunga dibuat pada

waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

Penetuan besarnya

rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan

berpedoman pada

kemungkinan untung rugi Besar

persentase

Besarnya presentase

berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

Besar presentase bagi hasil

berdasarkan jumlah

keuntungan yang diperoleh Mekanisme

pembayaran

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan

peningkatan jumlah

pendapatan Jumlah Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi booming

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan

peningkatan jumlah

pendapatan Eksistensi pada

agama

Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk Islam

Tidak ada agama yang meragukan bagi hasil

Sumber : Muhamad Syafi’i Antonio (hal 60:2001)

4. Pembiayaan Dalam Bank Syariah

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Kasmir, 2002:93).


(31)

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2003:160) pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan bank syariah dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 4 kelompok sebagai berikut :

a. Prinsip jual beli b. Prinsip bagi hasil c. Prinsip sewa menyewa

d. Prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh. (Dahlan Siamat, 2005:423)

a. Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual beli yang banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan modal kerja dan produksi, yaitu ba’i al murabahah, ba’i as-salam, dan ba’i

al istishna. (Dahlan Siamat, 2005:423)

1) Murabahah adalah transaksi dimana bank menyebut jumlah

keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. (M. Arief Mufraini, 2008:41).


(32)

In brief, murabahah is a sale and purchase contract by stating the buying price of the transaction object, and the profit margin

mutually agreed by both the seller and buyer. (Adiwarman A.

Karim, 2005:113)

Menurut Heri Sudarsono (2004:62) murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dengan nasabah.

2) Salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari,

sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001:108).

Salam is a sale and purchase transaction whereby the project or property transaction is yet to exist. The object delivery is usually deffered, while the payment is made in chase. The bank as a seller, while the client a seller. At first blush, this seems to resemble a transaction of ijon (advance selling); however, under a salam transaction, the quantity, quality, price, and time of delivery must be

fixed and predetermined. (Adiwarman A. Karim, 2005:99)

3) Istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli


(33)

dengan cara tunai, cicil, atau ditangguhkan. Untuk melaksanakan skim istishna kontrak dilakukan di tempat pembuat barang penerima pesanan dari pembeli. (Dahlan Siamat, 2005:426)

Isthina’s products are smiliar to salam products exept that under the letter, payments by the bank can be made in several installments. Islamic banking under the istishna’s scheme is usually applicable in the financing of manufacturing and construction ventures. (Adiwarman A. Karim, 2005:100)

b. Prinsip bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan syariah terdiri dari empat jenis akad, yaitu : al-mudharabah, al-musyarakah, al-muzara’ah, dan

al-musaqah. Namun yang banyak diimplementasikan dalam perbankan

syariah adalah dua prinsip bagi hasil pertama, yaitu al-mudharabah dan al-musyarakah.

1) Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dari resiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan. (Muhammad Syafi’i Antonio, 2003:90).


(34)

Istilah lain musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Secara etimologi syirkah berarti percampuran, yakni bercampurnya satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antar keduanya. (Rahmat Syafei, 2001:183).

Musyarakah transactions are based upon the desire of contracting parties to jointly increase the values of their assets. Musyarakah encompasses all forms of business undertaking whereby two or more parties combine resources, be it tangible or intangible assets alike. (Adiwarman A. Karim, 2005:102)

2) Mudharabah atau qiradh secara bahasa diambil dari kata al-qhardu

yang berarti al-qath’u yang berarti potongan, sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikkan kepada pengusaha agar menggunakan harta tersebut, dan pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh, sedangkan secara istilah mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama atau pemilik dana menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. (Heri Sudarsono, 2004:95)

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih


(35)

pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan. (M. Arief Mufraini, 2008:56)

Mudharabah is a form of joint venture of two or more parties whereby the capital owner (shahib al-maal) entrusts capital to the

manager (mudharib) under a profit sharing agreement. (Adiwarman

A. Karim, 2005:103)

Secara umum mudharabah ada dua, yaitu mudharabah muthlaqah

dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah yaitu bentuk

kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyadah yaitu kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dibatasi dalam jenis usaha, waktu dan tempat usaha. (Heri Sudarsono, 2004:97).

c. Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dan penyewa yang

membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan bersama. Persetujuan ini termasuk pula jangka waktu pembayaran dan jumlah angsuran. (Herman Darmawi, 2006:82).


(36)

Basically, ijarah is defined as the right to utilize a product or service by

means of paying certain compensation. (Adiwarman A. Karim, 2005:136).

d. Bank Indonesia mendefinisikan qardh sebagai penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu. (Dahlan Siamat, 2005:432).

B. Dana pihak ketiga

Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang biasa disebut Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank. Dana pihak ketiga ini relatif lebih mudah dan dominan asalkan dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir 2002:63). Pembagian simpanan pihak ketiga kedalam beberapa jenis dimaksudkan agar para penyimpanan memiliki pilihan sesuai dengan tujuan masing masing. Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa keuntungan, kemudahan, dan keamanan (Kasmir, 2004:64).

Menurut Zainul Arifin (2002:47) Bank syariah dapat menarik Dana Pihak Ketiga dari masyarkat dalam bentuk:


(37)

1. Titipan (Wadi’ah), yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan;

2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non guaranteed account) untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah) dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut;

3. Investasi khusus (special investment account/mudharabah muqayyadah) dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee; jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi tesebut.

C. Modal inti

Menurut Zainul Arifin (2002) secara tradisional, modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Pada suatu bank, sumber perolehan modal bank dapat diperoleh dari beberapa sumber. Pada awal pendirian, modal bank diperoleh dari para pendiri dan para pemegang saham. Pemegang saham menempatkan modalnya pada bank dengan memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan datang.


(38)

Sri Sulad Hardanto (2006:8) modal adalah investasi dari pemegang saham bank, dan dapat diukur dari nilai yang tercatat dineraca. Modal yang mencukupi merupakan sumber daya yang penting bagi bank untuk memastikan solvency. Modal bank adalah satu-satunya sumber dana yang dapat menyerap kerugian karena tidak harus dibayar kembali.

Rimsky K Judisseno (2005:131) Modal inti adalah modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :

1. Modal yang disetor oleh para pemegang saham; sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.

2. Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai

akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3. Modal sumbangan, adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal sumbangan.


(39)

D. Inflasi

1. Definisi Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut Husein Umar (2008:97) inflasi adalah tingkat kenaikan harga umum secara terus menerus dalam periode tertentu, Menurut Muana Nanga (2005), inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).

Dari definisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu sebagai berikut:

a. Kenaikan Harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan, dan setahun.

b. Bersifat Umum

Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum juga


(40)

mangalami kenaikan. Contohnya adalah kenaikan harga BBM, karena BBM merupakan komoditas yang sangat strategis maka kenaikan harga BBM akan merdampak kepada kenaikan harga komoditas lainnya. Bahkan kenaikan BBM akan mengundang kaum buruh menuntut kenaikan upah harian untuk memelihara daya beli mereka

c. Berlangsung Terus-Menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi minimal dilakukan dalam rentang waktu bulanan. Sebab dalam waktu sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga tersebut bersifat umum dan terus-menerus.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. (Wikipedia, 2007).

2. Jenis-jenis Inflasi


(41)

a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10% setahun.

b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-30% setahun.

c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-100% setahun.

d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas 100% setahun.

Berdasarkan kepada sumber atau penyebabnya kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut:

a. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran-pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. b. Inflasi Desakan Biaya

Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah. Inflasi ini terurtama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,


(42)

mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

c. Inflasi Diimpor

Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan.

3. Efek Buruk Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut :

a. Inflasi dan perkembangan ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.


(43)

Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.

b. Inflasi dan kemakmuran rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun. d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riinya akan menurun apabila inflasi berlaku.


(44)

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata

4. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi

Sadono Sukirno (2004:354) Kebijakan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:

a. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah.

b. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi kredit.

c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi dan perkembangan teknologi


(45)

E. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

1. Suku Bunga

Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan.

Menurut Sadono Sukirno (2004:103) Suku bunga adalah Persentasi pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang disisihkanya. Dan merupakan persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para peminjam dana.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah suatu harga atau biaya yang diberikan peminjam atau pihak yang memiliki kekurangan dana kepada pihak yang meminjamkan dana atau memiliki kelebihan dana atas penggunaan dana tersebut pada jarak waktu tertentu. Dengan kata lain, orang yang diberi kesempatan meminjam harus membayar biaya atas pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur dalam rupiah per tahun per Rupiah yang dipinjam, adalah suku bunga.

Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai presentase dari prinsipal per unit waktu


(46)

(umumnya, setahun). Dalam bagian ini, dibahas dua teori penentuan suku bunga yang paling berpengaruh yaitu: teori Fisher, yang mendasari loanable funds

theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.

a. Pendekatan Klasik Fisher

Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam ekonomi dengan mempelajari mengapa orang-orang menabung (mengapa mereka tidak mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang meminjam. Di sini dibahas teori Fisher dalam konteks sebuah perekonomian yang sangat sederhana. Perekonomian tersebut hanya terdiri dari para individu yang melakukan konsumsi dan menabung penghasilan berjalan mereka, perusahaan-perusahaan yang meminjam penghasilan yang tidak dikonsumsi dan berinvestasi;suatu pasar tempat di mana para penabung memberi pinjaman sumber daya kepada para peminjam, dan proyek-proyek tempat perusahaan berinvestasi. Suku bunga atas pinjaman tersebut tidak mengandung premi bagi risiko kegagalan (default risk) karena perusahaan-perusahaan peminjam diasumsikan akan mampu memenuhi semua kewajibannya. (Sadono Sukirno, 2004: 204)

b. Pendekatan Keynes

Keynes menantang pandangan ekonom klasik, bahwa tingkat bunga tidak menentukan besar kecilnya investasi maupun tabungan masyarakat. Tabungan dan investasi menurut Keynes ditentukan dan dipengaruhi


(47)

secara langsung oleh tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Terutama untuk tabungan, menurut Keynes, orang akan menabung jika orang tersebut memiliki kelebihan uang (marginal prospensity to save) yaitu pendapatannya di atas kebutuhan konsumsinya. Sehingga Keynes yakin bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat tabungan masyarakat. Demikian juga halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa adalah salah satu pertimbangan untuk investasi adalah tingkat bunga. (Rimsky K Judisseno, 2005: 83)

2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan diskonto. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama untuk menciptakan suatu instrument pasar uang yang hanya diperdagangkan antar bank. Namun setelah dikeluarkannya kebijakan yang memperkenankan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971, dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari bank Indonesia, maka SBI tidak lagi diterbitkan karena sertifikat deposito dianggap akan dapat menggantikan SBI. Oleh karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 juni 1983, maka bank


(48)

Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrument operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi moneter.(Dahlan Siamat:2004)

F. Nilai Tukar Rupiah

Menurut Adiwarman A. Karim (2006:157) exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan

(quatation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata

uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) Nilai Tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain.

Menurut Gregorie Mankiew (2007) Exchange rate is the rate at which a country makes exchanges in world markets.

Menurut Kuncoro (2008) Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar).

Menurut Sadono Sukirno (2004:397) kurs (nilai tukar) valuta asing adalah Jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.


(49)

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Menurut Bank Indonesia (2003) pada dasarnya terdapa tiga system nilai tukar, yaitu:

1. Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap)

2. Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang terkendali)

3. Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang)

Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp 8000 per dolar. Pada nilai tukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi atau revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.

Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan diatas penawaran yang ada dipasar valuta asing.

Selain kedua sistem nilai tukar tersebut diatas, terdapat variasi system nilai tukar diantara keduanya, seperti nilai tukar mengambang terkendali. Dalam nilai


(50)

tukar mengambang terkendali ini, nilai tukar ditentukan sesuai dengan mekanisme pasar sepanjang dalam intervention band yang ditetapkan bank sentral.

G. Penelitian Terdahulu

Pratin dan Akhyar Adnan (2005) meneliti tentang Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Finance, Persentase Bagi Hasil dan

Mark up Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah Studi Kasus

pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan simpanan, modal sendiri, NPF, persentase bagi hasil dan markup keuntungan terhadap besarnya pembiayaan pada perbankan syariah. Perhitungan dan interpretasi dari analisis data dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer. Pengujian hipotesis menggunakan metode analisis uji-t. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah simpanan mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pembiayaan sementara variabel yang lain tidak mempunyai hubungan yang signifikan.

Rosaar Maries (2008) meneliti mengenai dampak fluktuasi variabel ekonomi makro terhadap DPK yang dihimpun dan penyaluran pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur respon yang ditimbulkan oleh fluktuasi variabel-variabel ekonomi makro terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan. Data-data yang digunakan adalah data time series dari 2003-2007 yang berasal dari statistik perbankan syariah dan statistik ekonomi Indonesia. Metode yang digunakan adalah vector


(51)

autoregression (VAR). Metode ini umumnya digunakan untuk mempelajari dinamika variabel tertentu setelah terjadi shock atau perubahan pada perekonomian. Analisis yang lebih ditekankan pada penelitian ini adalah impuls

response function dan varance decomposition. Kedua analisis tesebut berguna

untuk mempelajari perilaku shock suatu variabel dan variabel manakah yang paling dominan menjelaskan variabel yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang kecil terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Dan masing-masing variabel ekonomi makro tidak mempunyai pengaruh yang dominan terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan.

Nurhayati Siregar (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah. Sebagaimana pengalaman bank konvensional ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran dana yakni Dana Pihak Ketiga (DPK), Bonus SWBI, dan Pembiayaan bermasalah/ Non Performing

Financing (NPF). Dengan menggunakan analisis regresi, penelitian ini

menunjukan bahwa variabel bonus SWBI berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap penyaluran dana. Artinya, bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya kemasyarakat. Sementara variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran dana. Artinya kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syariah dan sebaliknya penyaluran dana akan turun bila jumlah DPKnya akan turun. Variabel NPF ditemukan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


(52)

penyaluran dana. Artinya kenaikan NPF akan menyebabkan penyaluran dana berkurang atau sebaliknya menurunnya jumlah NPF akan menaikan jumlah penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat.

Luh Gede Meydianawathi (2007) meneliti tentang Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum secara parsial dan serempak kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian dalam kurun waktu Januari 2002 - Pebruari 2006 memperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta non

performing finance (NPFs) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan

bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA, CAR, dan NPFs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum


(53)

kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPFs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja Bank Muamalat Indonesia kepada sektor ini.

Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk volume kredit perbankan yang go public di Indonesia. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor internal bank sebagai variabel independen dan volume kredit sebagai variabel dependen. Faktor-faktor internal bank diukur dengan dana pihak ketiga (X1), rasio kecukupan modal (X2), pengembalian aset (X3) dan non performing finance (X4). Penelitian ini menggunakan metode asosiatif. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara penampang dan time

series bahwa dari 3 tahun mendapat laporan tahunan dari 22 bank yang listing di

Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Metode analisis digunakan metode statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes digunakan untuk analisis parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk analisis secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan laba atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk volume kredit, hal itu menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885> 1.999 dan 2.583> 1.999) dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari 0,05. Rasio kecukupan modal (CAR) yang positif dan tidak signifikan mempengaruhi volume kredit, hal itu


(54)

menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan signifikansi 0.470> 0,05. Non performing finance (NPF) telah negatif dan tidak signifikan mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat mengambil kesimpulan bahwa dana pihak ketiga, rasio kecukupan modal, laba atas aset dan Non Performing Finance memiliki pengaruh simultan volume kredit.

Ari Cahyono (2009) meneliti tentang Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini bertujuan utuk menganalisa pengaruh indikator makroekonomi (suku bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG dan PDB) terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa indikator makroekonomi memberikan pengaruh terhadap DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB memberikan pengaruh yang positif. Berdasarkan penelitian dengan metode yang sama menunjukkan bahwa PDB memberikan pengaruh positif yang paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri.


(55)

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal, skripsi dan tesis, peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat paradigma penelitian yang berbeda dimana pada penelitian ini menggunakan path

analysis.

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan salah satu dari kelompok jenis bank umum syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Variabel yang diteliti adalah Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Inflasi dan pembiayaan yang disalurkan (PYD). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs), dan Inflasi. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah pembiayaan yang disalurkan (PYD).

Sumber data variabel-variabel penelitian diperoleh dari website Bank Indonesia yakni dari Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Keuangan Indonesia. Data variabel suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi


(56)

didapatkan dari Statistik Keuangan Indonesia. Sedangkan untuk variabel modal inti, DPK, dan pembiayaan yang disalurkan diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah.

Sebelum melakukan analisis, peneliti merubah variabel Modal Inti, Dana Pihka Ketiga, SBI, Kurs dan Pembiayaan yang Disalurkan ke dalam bentuk Ln agar angka nominal variabel tersebut tidak terlalu besar. Menurut Jonathan Sarwono (2007) langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk. Setelah memperolah struktur persamaan dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian menggunakan analisis jalur. Kemudian data diolah dengan menggunakan

Software SPSS 17. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, besarnya R

Square, besarnya pengaruh antara variabel independent terhadap variabel

dependent, serta pengaruh langsung dan tidak langsung. Setelah melakukan

analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.


(57)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pembiayaan SBI

Bank Muamalat Indonesia Kebijakan Moneter

Koefisien Determinasi Nilai Tukar

Rupiah

Modal Inti

Interpretasi Bank Indonesia

Analisis Jalur

Hubungan langsung dan tidak langsung

Uji F Uji t


(58)

H. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesisis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Modal Inti,

Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan. Penelitian ini dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia periode 2003:09-2009:9.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan convience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30).

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar Bank Muamalat Indonesia (BMI), sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut berupa laporan keuangan bulanan Bank Muamalat Indonesia (BMI) periode Bulan September tahun


(60)

2003 hingga Bulan September tahun 2009 yang dipublikasikan di Bank Indonesia.

2. Library Research

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan menggunakan

Software SPSS 17.0.

Menurut Jonathan Sarwono (2007:1), teknik analisis jalur yang dikembangkan oleh Scwall Wright di tahun 1934, bertujuan untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antara variabel yang berbentuk sebab akibat (bukan bentuk hubungan interaktif). Dengan demikian dalam model hubungan antar variabel independen yang disebut variabel Eksogen, dan variabel dependen yang disebut variabel Endogen.


(1)

Hasil data di LN agar tidak terjadi ketimpangan data

SBI Nilai tukar

Rp/$

Modal

Inti Inflasi DPK PYD 2003 Sep

0.01

9.03

12.52

0.01

14.51

14.54

Okt

0.01

9.05

12.54

0.01

14.55

14.61

Nov

0.01

9.05

12.54

0.01

14.62

14.64

Des

0.01

9.04

12.63

0.01

14.74

14.68

2004 Jan

0.01

9.04

12.62

0.00

14.77

14.69

Feb

0.01

9.04

12.56

0.00

14.63

14.64

Mar

0.01

9.06

12.69

0.00

14.78

14.76

Apr

0.01

9.07

12.70

0.00

14.82

14.85

Nei

0.01

9.13

12.55

0.01

14.87

14.93

Jun

0.01

9.15

12.64

0.01

14.88

15.03

Jul

0.01

9.12

12.64

0.01

14.96

15.06

Ags

0.01

9.14

12.65

0.01

15.03

15.10

Sep

0.01

9.12

12.62

0.01

15.04

15.14

Okt

0.01

9.11

12.63

0.01

15.10

15.18

Nov

0.01

9.11

12.64

0.01

15.12

15.20

Des

0.01

9.14

12.66

0.01

15.28

15.25

2005 Jan

0.01

9.12

12.83

0.01

15.24

15.23

Feb

0.01

9.13

12.84

0.01

15.24

15.25

Mar

0.01

9.16

12.86

0.01

15.28

15.31

Apr

0.01

9.17

12.77

0.01

15.36

15.34

Nei

0.01

9.16

13.42

0.01

15.33

15.40

Jun

0.01

9.18

13.43

0.01

15.38

15.44

Jul

0.01

9.19

13.44

0.01

15.39

15.48

Ags

0.01

9.23

13.45

0.01

15.43

15.52

Sep

0.01

9.24

13.44

0.01

15.46

15.57

Okt

0.01

9.22

13.47

0.01

15.48

15.58

Nov

0.01

9.21

13.43

0.02

15.49

15.59

Des

0.01

9.19

13.43

0.01

15.58

15.62

2006 Jan

0.01

9.15

13.55

0.01

15.55

15.61

Feb

0.01

9.13

13.55

0.01

15.51

15.60

Mar

0.01

9.11

13.56

0.01

15.51

15.62

Apr

0.01

9.08

13.53

0.01

15.53

15.62

Mei

0.01

9.13

13.06

0.01

15.57

15.64

Jun

0.01

9.14

13.47

0.01

15.58

15.69

Jul

0.01

9.11

13.58

0.01

15.65

15.74

Ags

0.01

9.12

13.47

0.01

15.62

15.66

Sep

0.01

9.13

13.50

0.01

15.66

15.69

Okt

0.01

9.12

13.50

0.01

15.71

15.71

Nov

0.01

9.12

13.50

0.00

15.71

15.70


(2)

2007 Jan

0.01

9.11

13.65

0.01

15.71

15.81

Feb

0.01

9.12

13.67

0.01

15.77

15.83

Mar

0.01

9.12

13.56

0.01

15.77

15.67

Apr

0.01

9.11

13.57

0.01

15.77

15.73

Nei

0.01

9.09

13.71

0.01

15.81

15.85

Jun

0.01

9.11

13.72

0.00

15.83

15.80

Jul

0.01

9.13

13.74

0.01

15.85

15.88

Ags

0.01

9.15

13.76

0.01

15.86

15.89

Sep

0.01

9.12

13.78

0.01

15.88

15.91

Okt

0.01

9.12

13.79

0.01

15.89

15.92

Nov

0.01

9.15

13.81

0.01

15.91

15.94

Des

0.01

9.15

13.82

0.01

15.92

15.95

2008 Jan

0.01

9.14

13.66

0.01

16.00

15.96

Feb

0.01

9.11

13.69

0.01

16.01

15.97

Mar

0.01

9.13

13.85

0.01

16.03

15.98

Apr

0.01

9.13

13.69

0.01

16.05

16.02

Nei

0.01

9.14

13.70

0.01

16.05

16.05

Jun

0.01

9.13

13.87

0.01

16.03

16.04

Jul

0.01

9.12

13.62

0.01

16.07

16.10

Ags

0.01

9.12

13.63

0.01

16.07

16.14

Sep

0.01

9.15

13.64

0.01

16.10

16.16

Okt

0.01

9.31

13.65

0.01

16.10

16.17

Nov

0.01

9.41

13.66

0.01

16.09

16.18

Des

0.01

9.30

13.66

0.01

16.13

16.17

2009 Jan

0.01

9.34

13.80

0.01

16.17

16.18

Feb

0.01

9.39

13.80

0.01

16.16

16.18

Mar

0.01

9.36

13.81

0.01

16.20

16.18

Apr

0.01

9.28

13.89

0.01

16.17

16.19

Nei

0.01

9.24

13.90

0.01

16.18

16.20

Jun

0.01

9.23

13.73

0.00

16.33

16.23

Jul

0.01

9.20

13.73

0.00

16.32

16.23

Ags

0.01

9.22

13.73

0.00

16.29

16.23


(3)

Lampiran output SPSS

GET

FILE='I:\DATAQU~1.SAV'. REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN

/DEPENDENT lnpyd

/METHOD=ENTER lnmi lndpk sbi lnkurs inflasi.

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Re-moved Method

1 inflasi, lndpk, lnkurs, sbi, lnmia

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .996a .992 .991 .04410

a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, sbi, lnmi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16.244 5 3.249 1670.609 .000a

Residual .130 67 .002

Total 16.374 72

a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, sbi, lnmi b. Dependent Variable: lnpyd


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coef-ficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.379 .669 -2.061 .043

lnmi .058 .033 .056 1.762 .083

lndpk .891 .032 .916 27.843 .000

sbi 1.396 7.742 .004 .180 .857

lnkurs .248 .084 .040 2.943 .004

inflasi 7.156 3.321 .049 2.155 .035

a. Dependent Variable: lnpyd

CORRELATIONS /VARIABLES=lnmi lndpk sbi lnkurs inflasi /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

lnmi lndpk sbi lnkurs inflasi

lnmi Pearson Correlation 1 .917** .271* .473** .167

Sig. (2-tailed) .000 .021 .000 .158

N 73 73 73 73 73

lndpk Pearson Correlation .917** 1 .103 .577** .051

Sig. (2-tailed) .000 .385 .000 .666

N 73 73 73 73 73

sbi Pearson Correlation .271* .103 1 .102 .870**

Sig. (2-tailed) .021 .385 .392 .000

N 73 73 73 73 73

lnkurs Pearson Correlation .473** .577** .102 1 .121

Sig. (2-tailed) .000 .000 .392 .306


(5)

Hasil Out Put SPSS Setelah Trimming

REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT lnpyd /METHOD=ENTER lnmi lndpk lnkurs inflasi.

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Re-moved Method

1 inflasi, lndpk, lnkurs, lnmia

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .996a .992 .992 .04378

a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, lnmi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16.244 4 4.061 2118.394 .000a

Residual .130 68 .002

Total 16.374 72

a. Predictors: (Constant), inflasi, lndpk, lnkurs, lnmi b. Dependent Variable: lnpyd


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coef-ficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.375 .664 -2.071 .042

lnmi .060 .030 .058 1.991 .050

lndpk .890 .030 .914 29.229 .000

lnkurs .247 .084 .040 2.962 .004

inflasi 7.671 1.690 .052 4.538 .000

a. Dependent Variable: lnpyd

CORRELATIONS /VARIABLES=lnmi lndpk lnkurs inflasi /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Correlations

lnmi lndpk lnkurs inflasi

lnmi Pearson Correlation 1 .917** .473** .167

Sig. (2-tailed) .000 .000 .158

N 73 73 73 73

lndpk Pearson Correlation .917** 1 .577** .051

Sig. (2-tailed) .000 .000 .666

N 73 73 73 73

lnkurs Pearson Correlation .473** .577** 1 .121

Sig. (2-tailed) .000 .000 .306

N 73 73 73 73

inflasi Pearson Correlation .167 .051 .121 1

Sig. (2-tailed) .158 .666 .306


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Di PT. Bri Persero Tbk Cabang Balige

2 48 98

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan; studi kasus pada bank umum di Indonesia periode tahun 2001-2009

0 5 153

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

2 17 152

Analisis Pengaruh dana Pihak ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy ratio (CAR) terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Periode 2007-2011

0 18 159

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank Umum

0 5 192

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, BI Rate, dan kurs rupiah terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Persero di Indonesia pada periode 2008-2014

0 13 122

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR, SUKU BUNGA KREDIT, PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR, SUKU BUNGA KREDIT, DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT MODAL KERJA.

0 3 13

PENDAHULUAN PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR, SUKU BUNGA KREDIT, DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT MODAL KERJA.

1 6 8