BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR DIAZINON SEC (1)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR RESIDU PESTISIDA SECARA EX
SITU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS LIMBAH MEDIA JAMUR
(SPENT MUSHROOM COMPOST)
BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS (PKM – GT)
Diusulkan Oleh :
Aisyah

(H 0711008)

FP/Angkatan 2011

Annisa Nugraheni A. D

(H 0711014)

FP/Angkatan 2011

Arwa Farida Lukito


(H 0711018)

FP/Angkatan 2011

Ryan Kosala

(H 0711)

FP/Angkatan 2011

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
1.

Judul Kegiatan


: Bioremediasi Tanah Tercemar
Residu Pestisida Secara Ex Situ
dengan Menggunakan Kompos
Limbah Media Jamur (Spent

2.
3.

Bidang Kegiatan
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Telp/HP

4.
6.

f. Alamat email

Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Telp/HP

Mushroom Compost)
: PKM-GT
:
:
:
:

Arwa Farida Lukito
H0711018
Agroteknologi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
: Masaran Rt. 26 Rw. 09 Kec.
Masaran Kab. Sragen 57282/

085642162199
: faridalucky2@gmail.com
: 3 orang
:
:
: HP:

Surakarta, 1 Maret 2012
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Agribisnis

Ketua Pelaksana
Kegiatan

(Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si)
NIP. 19671012 199302 1 001

(Arwa Farida Lukito)
NIM. H0711018


Pembantu Rektor III
Universitas Sebelas Maret

Dosen Pendamping

(
NIP.

(
NIP.

)

KATA PENGANTAR

)

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis Program

Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang berjudul Bioremediasi
Tanah Tercemar Residu Pestisida Secara Ex Situ dengan Menggunakan
Kompos Limbah Media Jamur (Spent Mushroom Compost).
Dalam penulisan PKM-GT ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1.

Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2.

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3.

Ketua Program Agribisnis Fakultas Pertanian

4.


Dosen Pembimbing PKM-GT

5.

Tim UPKPM Universitas sebelas Maret Surakarta yang telah
membantu dan memberikan dorongan dalam penyusunan PKM-GT ini.

6.

Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis menyadari

bahwa karya tulis ini tidak luput dari segala kekurangan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis serta
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Sebagai penutup, semoga
PKM-GT ini dapat bermanfaat bagi peningkatan peran mahasiswa pada
lingkungan sekitar kampus.
Surakarta, Mei 2013

TIM PKM-GT


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
RINGKASAN...................................................................................................
v
A. PENDAHULUAN..........................................................................................
Latar Belakang...............................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................
Manfaat ........................................................................................................
B. GAGASAN.....................................................................................................
C. KESIMPULAN..............................................................................................

RINGKASAN
iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pestisida sering juga disebut obat-obatan antiparasit atau bahan fitofarmasi
yang mempunyai peranan penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian.
Penggunaan pestisida pada sektor pertanian di satu sisi akan memberi hal yang
positif yaitu dapat meningkatkan produksi tanaman. Namun di sisi lain akan
menimbulkan dampak negatif karena adanya sejumlah residu pestisida yang
tertinggal pada tanaman, biji-bijian, tanah ataupun terbawa dalam perairan. Residu
pestisida yang tertinggal tidak hanya berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga
berbahaya bagi kesehatan manusia. Secara langsung ataupun tidak langsung
sejumlah bahan kimia tersebut dapat mencapai manusia, melalui pernapasan,
makanan dan air minum. Pencemaran lingkungan yang mencakup kontaminasi
terhadap tanah, air permukaan, air tanah, dan udara (Anonim 2004).
Permasalahan dalam pendegradasian pestisida adalah adanya senyawasenyawa pestisida yang kuat menetap di lingkungan dan sulit terdegradasi
(rekalsitran) oleh mikroorganisme. Hal ini disebabkan mikroorganisme perombak
belum berpengalaman dalam perombakan senyawa-senyawa yang belum dikenal
sebelumnya, karena tidak memiliki enzim yang dibutuhkan untuk mendegradasi
senyawa-senyawa rekalsitran ataupun bahan pencemar tersebut. Melalui proses
kimia, biokimia dan fisika, maka lambat laun mikroorganisme tersebut dapat
beradaptasi dan melakukan perombakan. Dalam proses adaptasi tersebut terjadi
sintesis enzim dan plasmid yang dibutuhkan untuk mendegradasi senyawa
rekalsitran (Gumbira-Said dan Fauzi 1996). Usaha yang telah dilakukan untuk

mengurangi dan memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan
pestisida dengan menerapkan pola pengendalian hama terpadu, mengembangkan
teknologi mikroorganisme efektif, dan pestisida nabati.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak
teknologi alternatif untuk mengatasi dan memperbaiki kondisi lingkungan yang
telah terkena polutan. Salah satunya yakni dengan berkembangnya teknik
bioremediasi baik secara in situ maupun secara ex situ. Saat ini telah
dikembangkan teknik bioremediasi dengan menggunakan kompos (compost

bioremediation). Teknik bioremediasi ini banyak diminati karena lebih praktis dan
ekonomis dibanding dengan teknik bioremediasi lainnya. Penggunaan kompos
dalam proses bioremediasi efektif dalam mendegradasi banyak jenis kontaminan
seperti hidrokarbon terklorinasi dan tak terklorinasi, bahan-bahan kimia pengawet
kayu, pelarut, logam berat, pestisida, produk-produk minyak, bahan peledak dan
senyawa-senyawa senobiotik lainnya. Selain itu, kompos juga dapat memperbaiki
sifat-sifat fisik tanah, memulihkan dan meningkatkan kesuburan tanah, menambah
kemampuan menyimpan air dan menyerap pupuk sehingga akan membantu
pertumbuhan tanaman.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam proposal Program Kreatifitas Mahasiswa

Gagasan Tertulis ini sebagai berikut:
1. Menurunkan jumlah tercemarnya residu pertisida di dalam tanah;
2. Memanfaatkan limbah media jamur (spent mushroom compost/SMC) sebagai
pendegradasi senyawa-senyawa residu pestisida.
Manfaat Penulisan
Manfaat yang diberikan dalam proposal Program Kreatifitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis ini sebagai berikut:
1.

Memberikan informasi terhadap petani mengenai bahaya residu pestisida
terhadap kesuburan tanah.

2.

Memebrikan informasi terhadap masyarakat tentang cara mengolah limbah
media jamur dan manfaaatnya terhadap kesuburan tanah.

3.

Memberikan informasi kepada petani tentang cara mengatasi pencemaran
residu pertisida dalam tanah dan diharapkan mampu menerapkan sistem
pertanian berkelanjutan.

GAGASAN
Kondisi Kekinian
Pertisida merupakan pilihan utama yang sering digunakan untuk
melindungi tanaman dari hama serta memberantas organisme pengganggu (OPT)
pada budidaya suatu tanaman sebab pertisida mempunyai daya bunuh tinggi,
penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui. Bahkan oleh sebagian besar
petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang
sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari
kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok
hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu
pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling
banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani
tanaman pangan dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani
sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan
pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali
pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.
Dalam penerapannya di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida
mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran
sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut
mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai
makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency
Syndrom) dan sebagainya (Sa’id 1994).
Anggapan petani bahwa pestisida sebagai “dewa penyelamat” ternyata
adalah “dewa pencemar”. Pestisida banyak memberikan kerugian daripada
keuntungan yang telah diberikan. Tidak hanya mencemari tanah sehingga
mengakibatkan kerusakan secara fisika, kimia dan biologi tanah, namun juga
meningkatkan terjadi peningkatan secara kuantitatif dan kualitatif organime
pengganggu tanaman (OPT).
Pencemaran ini menjadikan tanah rusak dan hilang kesuburanya,
mengandung zat asam tinggi. Berbau busuk, kering, mengandung logam berat,

mengandung sampah anorganik dan sebagainya. Kalau sudah begitu maka tanah
akan sulit untuk dimanfaatkan (Nasution 2012).
Solusi yang pernah Ditawarkan
Usaha yang telah dilakukan untuk memperkecil dampak negatif yang
ditimbulkan dari penggunaan pestisida adalah menerapkan pola pengendalian
hama

terpadu,

mengembangkan

teknologi

mikroorganisme

efektif,

dan

menggunakan pestisida yang berasal dari tanaman atau pestisida nabati.
Kontribusi pemerintah dalam usaha ini adalah memberikan izin penggunaan pada
jenis pestisida yang mempunyai spektrum sempit serta mencabut subsidi pestisida
agar harga pestisida menjadi mahal. Namun kenyataannnya para petani pun masih
menggunakan pestisida dalam jumlah cukup banyak, karena dengan menggunakan
pestisida produksi pertanian mereka akan meningkat. Dengan demikian
peningkatan produksi pertanian masih tergantung penggunaan pestisida.
Selain upaya yang telah dilakukan di atas dengan mendegradasi atau
menghidrolisa pestisida menggunakan beberapa larutan kimia, sehingga dapat
menurunkan tingkat residu pestisida, dalam suatu produk. Larutan 10% metanolik
potasium hidroksida dapat menghidrolisa lima jenis organofosfat antara lain
ronnel, crumofate, fenitrothion, parathion dan methyl parathion melaporkan
bahwa, ion hidrogen peroksida lebih aktif secara kimiawi daripada ion hidroksida
dalam menghidrolisa pestisida golongan organofosfat dalam bentuk larutan atau
campuran tanah, meskipun kedua ion tersebut mendegradasi organofosfat melalui
mekanisme yang sama (Anshori 2012). Penggunaan larutan kimia ini dirasa
terlalu mahal dan cukup sulit jika diterapkan pada pertanian masyarakat.
Cara lain yang telah ditawarkan dengan menggunakan arang aktif dari
limbah pertanian seperti sekam padi, tempurung kelapa, bonggol jagung dan
tandan kosong kelapa sawit. Arang aktif ini mampu mengikat residu pestisida
golongan organoklorin (lindan, aldrin, dieldrin, heptaklor, DDT dan endosulfan)
dan golongan organofosfat (klorpirifos) di dalam tanah, sehingga tidak terbawa
aliran air (immobil), sehingga sungai akan terhindar dari pencemaran residu
pestisida. Kegunaan lainnya adalah dapat meningkatkan populasi mikroba
berguna, merupakan habitat mikroba yang baik, sehingga mikroba tersebut dapat

berperan dalam penguraian senyawa residu pestisida yang terjerap ke dalam arang
aktif (Ardiwinata 2011). Teknologi ini cukup potensial dikembangkan, namn
terdapat kendala pada pemasaran dan pembuatan arang aktif. Misalnya tandan
kosong kelapa sawit biasanya digunakan sebagia pupuk organik yang secara
langsung ditanam ke dalam tanah.
Gagasan Ini Dapat Memperbaiki Keadaan
Gagasan yang kami tawarkan untuk mendegradasi residu pestisida dengan
kompos yang terbuat dari limbah media jamur (Spent Mushroom Compost) yang
tidak dimanfaatkan. Limbah media jamur terdapat berbagai mikroorgamisme
didalamnya yang mampu mendegradari senyawa sintetik. Pseudomonas stutzeri,
Bacillus myciodes, Bacillus cereus, Bacillus brevis dan Chromobacterium spp
adalh galur bakteri yang diisolasi dari limbah media jamur. Mikroorganisme
tersebut mempunyai kemampuan mendegradasi residu kimia dalam tanah. Dalam
penelitian Jumbriah (2006) menyatakan bahwa Bacillus cereus mampu
mendegradasi diazinon (senyawa pestisida) pada media padat MSPY yang
mengandung 1700 ppm diazinon.
Bioremidiasi menggunakan kompos (compost bioremidiation) merupakan
upaya penanganan masalah limbah dan pencemaran lingkungan dengan
menggunakan mikroorganisme yang ada dalam kompos tersebut untuk
mendegradasi

kontaminan

air

atau

tanah.

Dalam

proses

bioremidiasi

menggunakan kompos, mikroorganisme dalam kompos akan mengkonsumsi
kontaminan dalam tanah, air tanah, permukaan tanah maupun udara. Kontaminan
tersebut dicerna, dimetabolisme dan diubah menjadi humus dan produk-produk
akhir seperti CO2, air dan garam-garam.
Pihak-pihak yang Dapat Merealisasikan Gagasan Ini
Pihak-pihak yang terkait untuk dapat merealisasikan gagasan ini adalah
pemerintah, peneliti, penyuluh dan masyarakat petani. Pemerintah dapat
memberikan dukungan pelaksanaan gagasan ini, karena dengan adanya dukungan
dari pemerintah kemungkinan sebagian masyarakat akan menerima inovasi/
gagasan baru ini. Sebelum gagasan ini disosialisasikan oleh penyuluh kepada

masyarakat petani, perlu adanya penelitian kadar yang diberikan untuk mengatasi
pencemaran residu pestisida dan meneliti kadar residu dan senyawa-senyawa
pestisida yang tertinggal atau mencemari tanah merupakan tugas pihak peneliti.
Sedangkanmasyarakat petani sebagai pelaksanaan gagasan ini.
Langkah-langkah yang Dapat Dilakukan untuk Merealisasikan Gagasan Ini
Adalah Sebagai Berikut :
1. Menganalisis tingkat residu pestisida yang ditinggalkan dalam tanah dan
pencemarannya.
2. Menguji kemampuan mikroorganisme yang ada pada media limbah jamur
untuk mendegredasi residu pestisida.
3. Pengaplikasian kompos limbah media jamur terhadap tanah yang terkena
residu pestisida.
4. Menginformasikan hasil percobaan kepada pihak pemeerintah untuk
mendapatkan hak paten mengeai gagasan tersebut.
5. Mensosialisasikan terhadap masyarakat luas mengenai manfaat limbah
media jamur dalam mendegredasi residupestisida.
KESIMPULAN
Penggunaan pestisida yang dilakukan secara terus menerus menjadikan
tanah menjadi tercemar oleh residu pestisida dan dapat merusak kesuburan tanah.
Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya residu pestisida yang berada
didalam tanah sedangkan kemampuan mikroorganisme dalam perombakan dari
residu pestisida itu menjadi rendah. Sehingga diperlukan solusi untuk membantu
degredasi residu pestisida, misalnya dengan cara penambahan mikroorganisme.
Mikroorganisme tersebut terdapat

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata AN 2011. Arang Aktif Pengendali Residu Pestisida.
http://bpatp.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 10 Mei 2013.
Anonim

2004. Peruraian Pestisida Organofosfor dalam Tanah Sawah.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/07001/war-3.html. Diakses pada
tanggal 9 Mei 2013.

Anshori A 2012. Residu Pestisida dan Alternatif Penanggulangannya, Serta
Pendapatan Pada Usaha Tani Tomat di Kawasan Puncak Kab. Bogor.
http://yogya.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013.
Gumbira-Said E dan Fauzi AM 1996. Bioremidiasi dengan Mikrooragnisme.
Prosiding Pelatihan dan Lokarkarya “Penerapan Bioremidiasi dalam
Pengelolaan Lingkungan”. Cibinong 24-28 Juni. LIPI/BPPT/HSF. Hal
11-17.
Sa’id EG 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua.
Agrotek Vol. 2(1) : 71-72.
Nasution AZ 2012. Pencemaran Tanah. http://bangazul.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 10 Mei 2013.
Jumbriah 2006.Bioremediasi Tanah Tercemar Diazinon Secara Ex Situ dengan
Menggunakan Kompos. Skripsi. IPB. Bogor