Translit and doc. ttg peyerobotan tanah
OR: PT-002 (P103-PCT-KR)
YR: FP-06133/ID
Dear Gerdia De Kock,
Re : Reminder of Invoice
Thank you for your email below.
Refer to our previous email below, we noted the outstanding invoice of
requested annuities payment of patent W00200602604 dated January 23, 2015
on DGIP Indonesia in the name of your company.
Invoice No: 002/INV/001-015
Total amount: U$D 1,550.00
Furthermore, please make payment to our bank account, i.e:
AC. Name : Edi Yani
AC. Number : 101-00-0470084-3
Bank : Mandiri
Branch : Bank Mandiri Pondok Indah, Jakarta Indonesia) SWIFT Code : BMRIIDJA
Kindly acknowledge safe receipt of this email.
Thank you for your attention and cooperation.
Kind Regards,
Edi Yani
Advocate & IP Consultant ID No. 067 – 2006
Penyerobotan Tanah Secara Tidak Sah Dalam Perspektif
Pidana
inShare
Latar belakang
Penyerobotan tanah bukanlah suatu hal yang baru dan terjadi
diIndonesia. Kata penyerobotan sendiri dapat diartikan
denganperbuatan mengambil hak atau harta dengan sewenangwenangatau dengan tidak mengindahkan hukum dan aturan,
sepertimenempati tanah atau rumah orang lain, yang bukan
merupakanhaknya. Tindakan penyerobotan tanah secara tidak
sah merupakanperbuatan yang melawan hukum, yang dapat digolongkan sebagaisuatu tindak
pidana. Seperti kita ketahui, tanah merupakan salahsatu aset yang sangat berharga, mengingat
harga tanah yangsangat stabil dan terus naik seiring dengan perkembangan zaman.Penyerobotan
tanah yang tidak sah dapat merugikan siapapun terlebih lagi apabila tanah tersebutdipergunakan
untuk kepentingan usaha. Terdapat bermacam-macam permasalahan penyerobotan tanahsecara
tidak sah yang sering terjadi, seperti pendudukan tanah secara fisik, penggarapan tanah,
penjualansuatu hak atas tanah, dan lain-lain.
Penyerobotan Tanah dari Perspektif Pidana
Di dalam Pasal 2 Undang - Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa IzinYang Berhak Atau Kuasanya (UU No 51 PRP 1960) menyatakan bahwa
pemakaian tanah tanpa izin dariyang berhak maupun kuasanya yang sah adalah perbuatan yang
dilarang, dan dapat diancam denganhukuman pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan,
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000 (limaribu Rupiah) sebagaimana diatur dalam Pasal 6
UU No 51 PRP 1960.
Adapun tindakan yang dapat dipidana sesuai dengan Pasal 6 UU No 51 PRP 1960 adalah (i)
barangsiapa yangmemakai tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah, (ii) barangsiapa
yang menggangu pihak yangberhak atau kuasanya yang sah di dalam menggunakan suatu bidang
tanah, (iii) barangsiapa menyuruh,mengajak, membujuk atau menganjurkan dengan lisan
maupun tulisan untuk memakai tanah tanpa izin dariyang berhak atau kuasanya yang sah, atau
mengganggu yang berhak atau kuasanya dalam menggunakansuatu bidang tanah, dan (iv)
barangsiapa memberi bantuan dengan cara apapun untuk memakai tanah tanpaizin dari yang
berhak atau kuasanya yang sah, atau mengganggu pihak yang berhak atau kuasanya
dalammenggunakan suatu bidang tanah.
Adapun salah satu contoh kasus terkait dengan tindak pidana Pasal 6 UU No 51 PRP 1960, dapat
dilihatdalam putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 09/Pid.C/PN-Kis, tanggal 20 Juni 2002,
dalam peristiwatindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang terdakwa (Para Terdakwa)
dengan mendirikanbangunan, yang sekiranya akan dijadikan tempat perkumpulan bagi mereka.
Namun, ternyata areal tersebutadalah merupakan milik dari sebuah perusahaan. Dalam
putusannya, Pengadilan Negeri Kisaran menyatakanPara Terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan memakaitanah orang lain dan
membangun kantor tanpa izin dari yang berhak.
Pasal-pasal lain yang juga sering dipergunakan dalam tindak pidana penyerobotan tanah adalah
Pasal 385ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman pidana
paling lama empat tahun,dimana barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawanhukum, menjual, menukarkan atau membebani dengan
credietverband suatu hak tanah yang belumbersertifikat, padahal ia tahu bahwa orang lain yang
mempunyai hak atau turut mempunyai hak atau turutmempunyai hak atasnya.
Ivor Ignasio Pasaribu, SH
Sumber
:
http://www.hukumproperti.com/penyerobotan-tanah-secara-tidak-sah-dalamperspektif-pidana/
Actori
in
cumbit
probatio
=
Beban
pembuktian
ada
pada
penggugat
Algemene Bengiselen van Behoorlijk Bestuur (AB3) = Asas asas umum pemerintahan yang baik.
Lex specialis derogate leg generalis = Aturan yang khusus mengalahkan aturan yang lebih umum
Audi
et
alteram
partem
=
Para
pihak
harus
diperlakukan
sama.
Cogitationis poenam nemo patitut = Tidak dapat dipidana seseorang karena apa yang dibatinnya.
Eideren
Geacht
De
wet
Te
Kenen
=
Orang
dianggap
tahu
akan
UU
Fiat Justicia et pereat mundus = Hukum harus ditegakkan walaupun langit akan runtuh.
Freis
ermessen
atau
diskretionair
=
Asas
kebebasan
bertindak.
Geen straf zonder schuld : Mens rea sit actus reum = Tidak dipidana jika tidak ada kesalahan.
Het recht hinkt achter de faiten aan = Hukum selalu tertinggal dengan keadaan
Ignorantia legis excusat neminem = Ketidaktahuan UU tidak dapat dijadikan alasan pemaaf.
Ius
in
causa
positum
=
Hukum
tercermin
dalam
faktanya.
Like hood bias = Tidak ada seorangpun yang dapat mempengaruhi keluarnya ketetapan atau
beschikking.
Longa et inventerata consuetudo : Opinio juris sive nececitatis = Sesuatu yang diulang ulang
akan
menimbulkan
suatu
kebiasaan.
Nemo judex idoneus in propria causa = Seseorang tidak dapat menjadi Hakim yang baik dalam
perkaranya
sendiri.
Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali = Terdapat dalam pasal 1 KUHP dg 3
konsekuensi
No interes no action = Tidak ada kepentingan tidak ada gugatan UU tidak boleh berlaku surut.
Par in parem non hebet imperium= Seorang kepala negara tidak dapat diadili dengan hukum
negara
lain
Propriete
Res
ist
judicata
droit
pro
inviolable
veritate
et
sacre
habetur
=
=
Unus testis nullus testis = Seorang saksi bukan saksi.
Hak
milik
Putusan
bersifat
Hakim
abadi
dan
dianggap
suci.
benar.
Posted by Jaka Mirdinata at 5:38 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Wednesday, November 5, 2014
PIDANA MASALAH TANAH
Bahwa dewasa ini, kerap terjadi masalah tanah berupa sengketa tanah, penyerobotan tanah,
menempati lahan tanpa izin, penanaman di atas milik orang lain, perusakan tanaman, perusakan
pagar milik orang lain, dan perbuatan lainnya yang berhubungan dengan masalah tanah. Selama
ini dalam penanganan masalah tanah banyak masyarakat dan pihak aparat yang melakukan
pendekatan penyelesaian dengan proses perdata yang tentunya menghabiskan waktu dan biaya
yang tidak sedikit.
Dalam penanganan masalah tanah tersebut, sebenarnya pihak yang dirugikan dapat melakukan
pendekatan pidana yang lebih efektif dan memiliki efek jera, meskipun masalah pokok adalah
masalah tanah yang masuk wilayah hukum perdata, namun didalamnya jelas terkandung
tindakan pidana seseorang yang dapat diproses dan dijerat dengan pasal-pasal yang terdapat di
KUHP, antara lain : Pasal Pengancaman (Jika terdapat unsur ancaman dalam menyerobot lahan,
Pasal Pemalsuan (Jika pelaku memalsukan surat menyurat yang ada), Pasal Perusakan (Jika
Pelaku melakukan perusakan tanaman, pagar, patok kepunyaan pemilik yang sah, pasal
penyerobotan lahan (Jika pelaku menjual lahan milik orang lain yang sah), Pasal Penipuan (Jika
terdapat unsur menipu orang lain dengan tipu muslihat dan melawan hukum.
Secara terperinci, diuraikan beberapa contoh pasal sebagai berikut :
A.
Proses Pidana
a)
Proses Pidana “Pengancaman”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 368 ayat (1) KUHP, sesorang yang bermaksud meguasai lahan
orang lain biasanya melakukan intimidasi dan ancaman kepada pemilik yang sah, dalam kondisi
tersebut, hal ini dapat dipidana dengan syarat terdapat barang bukti berupa foto pada saat pelaku
melakukan pengancaman (dengan ataupun tanpa senjata tajam) dan terdapat dua orang yang
menyaksikan.
1) Referensi Pasal 368 ayat (1) KUHP
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya
membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
2) Referensi Pasal 335 KUHP
Selain itu, jika seseorang secara melawan hak memaksa orang lain untuk melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan ancaman
kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain dapat dikenakan Pasal 335 KUHP.
Sesuai ketentuan ini, ancaman kekerasan (meski belum terjadi kekerasan) pun dapat dikenakan
pasal 335 KUHP jika unsur adanya paksaan dan ancaman ini terpenuhi. Proses pidana melalui
delik aduan sang korban.
b)
Proses Pidana “Penipuan”
Dalam masalah tanah, sering terjadi penipuan terkait jual beli tanah dalam tujuan penguasaan
tanah secara melawan hukum di atas lahan yang telah dikuasai dan dimiliki secara sah oleh
seseorang.
Referensi Pasal 378 KUHP
"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat
ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu
benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."
c)
Proses Pidana “Perusakan”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), seseorang
yang secara melawan hukum menghancurkan, merusakkan, barang sesuatu merupakan milik
orang lain maka diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Dengan unsur-unsur pidana yang harus dipenuhi sbb:
a. Barangsiapa (menunjuk pada pelaku, minimal pelaku yang diduga melakukan perusakan)
b.
Dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum (tanpa izin merusak
tanaman/pohon/bangunan/pagar milik seseorang)
c. Melakukan perbuatan menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai atau
menghilangkan barang sesuatu.
d.
Barang
tersebut
seluruhnya
atau
sebagian
adalah
milik
orang
lain
(pohon/tanaman/bangunan/pagar/kendaraan yang dirusak bukan milik pelaku).
Dalam hal semua unsur terpenuhi, maka pelaku yang melakukan perusakan dapat dihukum
pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan sehingga dapat memberikan efek jera kepada pelaku.
Referensi : Pasal 406 KUHP yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin
tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum
membunuh, merusakkan, membikin tak dapat digunakan atau menghilangkan hewan, yang
merupakan milik orang lain.
d)
Proses Pidana “Pencurian”
Sesuai ketentuan pasal 362 KUHP, bahwa seseorang yang mengambil barang sesuatu milik orang
lain secara melawan hukum, diancam pidana penjara paling lama lima tahun.
Pidana pencurian adalah delik formil yang dianggap terpenuhi apabila perbuatan pidana
dilakukan sebagaimana dimaksud dalam rumusan delik, yaitu sesorang mengambil barang
sesuatu kepunyaan orang lain
Referensi Pasal 362 KUHP:
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.”
e)
Proses Pidana “Menempati Lahan Tanpa Izin”
Sesuai ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang masih berlaku hingga saat ini, bahwa seseorang yang
memakai tanah tanpa izin yang berhak atau mengganggu pihak yang berhak maka diancam
pidana kurungan paling lama tiga bulan.
Dalam proses hukum sesuai ketentuan ini, penting adanya bukti aktifitas seseorang menanam
tanaman, atau menggarap lahan atau mendirikan bangunan/gubuk di atas lahan milik orang lain.
Proses pidana menggunakan acara cepat, dimana penyidik kepolisian bertindak sekaligus sebagai
penuntut dalam persidangan yang dipimpin oleh Hakim Tunggal.
1) Referensi UU No 51 PRP 1960:
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Izin menyatakan bahwa “Pemakaian Tanah tanpa izin dari yang berhak adalah
perbuatan yang dilarang, dan dapat diancam dengan hukuman pidana kurungan selamalamanya 3 bulan”
2) Pasal 6 UU No 51 PRP 1960 :
(i) barangsiapa memakai tanah tanpa izin yang berhak
(ii) barangsiapa yang menggangu pihak yang berhak yang menggunakan suatu bidang tanah
orang lain tanpa izin
f)
Proses Pidana “Penyerobotan Lahan”
Sesuai ketentuan pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa seseorang
yang secara melawan hukum, menjual, menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada pihak
lain dan memperoleh keuntungan atas perbuatannya tersebut, diancam pidana penjara paling
lama empat tahun.
Dalam hal ini unsur yang harus dipenuhi yaitu adanya unsur “menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan”, yang berarti perbuatan seseorang
yang menjual/menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada pihak lain dan memperoleh
keuntungan atas perbuatannya tersebut.
Referensi Pasal 385 Ayat 1 KUHP:
“Diancam pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan atau
membebani dengan creditverband sesuatu hak tanah yang telah bersertifikat, sesuatu gedung,
bangunan, penanaman atau pembenihan di atas tanah yang belum bersertifikat, padahal
diketahui bahwa yang mempunyai atau turut mempunyai hak di atasnya adalah orang lain”.
B.
Alternatif Proses Perdata
Pengajuan Gugatan “Perbuatan Melawan Hukum”
Bahwa sesuai dengan Pasal 1365 KUH Perdata, apabila seseorang scara melawan hukum
membawa kerugian kepada orang lain, maka orang tersebut karena salahnya harus mengganti
kerugian yang ditimbulkan tersebut.
Mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Pasal 1365 KUH Perdata. Unsur-unsur
Perbuatan Melawan Hukum :
-
Adanya kesalahan
Adanya kerugian
Adanya sifat melawan hukum
Adanya hubungan kausal/sebab akibat
Untuk diketahui bahwa proses gugatan ini memakan waktu yang cukup panjang sampai
diperoleh Putusan yang inkracht untuk dieksekusi, oleh karena itu Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum menjadi prioritas setelah proses mediasi dan pidana ditempuh, tetapi tidak tercapai hasil
yang maksimal.
1. Dalam hal semua unsur terpenuhi sesuai rumusan delik dan dapat dibuktikan oleh Pelapor
dengan minimal 2 saksi dan 2 bukti maka pelaku yang melakukan Pencurian/Menempati Lahan
Tanpa izin/Penyerobotan Lahan/Perusakan dapat dijerat hukuman sesuai ancaman pidananya.
2. Bahwa dalam hukum pidana, pihak yang dapat dipidana tidak terbatas pada pelaku yang
melakukannya, namun dapat diperluas berdasarkan pengelompokannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 55 KUHP.
Dalam hal tindak pidana dilakukan dengan menyuruh orang lain dan/atau turut serta melakukan
tindakan pidana maka orang tersebut mendapatkan hukuman yang sama dengan pelaku utama
yang secara langsung melakukan tindakan tersebut.
Untuk proses perdata PMH, apabila semua unsur terpenuhi, maka tergugat diharuskan mengganti
kerugian yang diderita penggugat.
C. Penyelesaian Pidana Masalah Lahan
a. Berkoordinasi/konsultasi dengan pihak Kepolisian guna memastikan bahwa Tindak Pidana
yang akan di laporkan baik Pencurian atau Menempati Lahan Tanpa Izin atau Penyerobotan
Lahan atau Perusakan adalah yang paling mudah dalam pembuktiannya sesuai dengan kondisi
lapangan
b. Menyiapkan dan menunjuk pelapor yang akan melaporkan secara langsung ke Polres
Setempat (Bila Mewakili yang berhak diperlukan Surat Kuasa Khusus)
c. Melaporkan secara resmi dengan pembuatan Laporan (LP) di Polres
d. Menerima tanda laporan berupa Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL)
e. Mengupayakan minimal 2 orang saksi atau lebih diprioritaskan yang lebih mengetahui kondisi
lapangan dan tempat kejadian
f. Mengawal dan mengikuti proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Polres setempat,
khususnya pendampingan hukum bagi pelapor dan saksi-saksi
g. Mempersiapkan barang bukti (Minimal 2 buah)
- Pidana Perusakan
Dokumen kepemilikan tanah pemilik sah, Tindakan pelaku (merusak barang / tanaman /
bangunan, garap lahan), hasil perbuatan berupa barang yang dirusak, Dokumentasi Foto
Aktivitas yang dilakukan, Foto lokasi kejadian, dan Alat yang digunakan untuk perusakan.
- Pidana Pencurian
Hasil curian/sisa hasil curian, alat yang digunakan, alat angkutan, dokumentasi foto lokasi
kejadian atau bekas tebasan
- Pidana Menempati Lahan Tanpa Izin
Dokumen kepemilikan tanah yang berhak, dokumen tanah yang mengklaim lahan (jika ada),
kegiatan/aktifitas pelaku di Lahan milik yang berhak, dokumentasi foto aktivitas yang dilakukan
(garap lahan, tanam, dirikan gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim dan/atau
dokumen pendukung lainnya
- Pidana Penyerobotan Lahan
Dokumen kepemilikan tanah pemiliknya, dokumen tanah yang mengklaim (jika ada), bukti
pembelian tanah, dokumentasi foto aktivitas yang dilakukan (garap lahan, tanam, dirikan
gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim dan/atau dokumen pendukung lainnya
h. Pemantauan areal untuk mengetahui perkembangan kondisi lahan
i. Melakukan koordinasi intensif dengan Polres setempat untuk menindaklanjuti hasil
penyelidikan sampai dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Lahat (P.21) dan diproses di pengadilan
Negeri.
Referensi :
Pasal 108 ayat (1) dan ayat (6) KUHAP
1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa
yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada
penyidik baik lisan maupun tulisan
2) Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan
surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan
PIDANA MASALAH TANAH
Bahwa dewasa ini, kerap terjadi masalah tanah berupa sengketa tanah, penyerobotan
tanah, menempati lahan tanpa izin, penanaman di atas milik orang lain, perusakan
tanaman, perusakan pagar milik orang lain, dan perbuatan lainnya yang berhubungan
dengan masalah tanah. Selama ini dalam penanganan masalah tanah banyak masyarakat
dan pihak aparat yang melakukan pendekatan penyelesaian dengan proses perdata yang
tentunya menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Dalam penanganan masalah tanah tersebut, sebenarnya pihak yang dirugikan dapat
melakukan pendekatan pidana yang lebih efektif dan memiliki efek jera, meskipun masalah
pokok adalah masalah tanah yang masuk wilayah hukum perdata, namun didalamnya jelas
terkandung tindakan pidana seseorang yang dapat diproses dan dijerat dengan pasal-pasal
yang terdapat di KUHP, antara lain : Pasal Pengancaman (Jika terdapat unsur ancaman
dalam menyerobot lahan, Pasal Pemalsuan (Jika pelaku memalsukan surat menyurat yang
ada), Pasal Perusakan (Jika Pelaku melakukan perusakan tanaman, pagar, patok kepunyaan
pemilik yang sah, pasal penyerobotan lahan (Jika pelaku menjual lahan milik orang lain yang
sah), Pasal Penipuan (Jika terdapat unsur menipu orang lain dengan tipu muslihat dan
melawan hukum.
Secara terperinci, diuraikan beberapa contoh pasal sebagai berikut :
A.
Proses Pidana
a)
Proses Pidana “Pengancaman”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 368 ayat (1) KUHP, sesorang yang bermaksud meguasai
lahan orang lain biasanya melakukan intimidasi dan ancaman kepada pemilik yang sah,
dalam kondisi tersebut, hal ini dapat dipidana dengan syarat terdapat barang bukti berupa
foto pada saat pelaku melakukan pengancaman (dengan ataupun tanpa senjata tajam) dan
terdapat dua orang yang menyaksikan.
1) Referensi Pasal 368 ayat (1) KUHP
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu
atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2) Referensi Pasal 335 KUHP
Selain itu, jika seseorang secara melawan hak memaksa orang lain untuk melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan ancaman
kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain dapat dikenakan Pasal
335 KUHP. Sesuai ketentuan ini, ancaman kekerasan (meski belum terjadi kekerasan) pun
dapat dikenakan pasal 335 KUHP jika unsur adanya paksaan dan ancaman ini terpenuhi.
Proses pidana melalui delik aduan sang korban.
b)
Proses Pidana “Penipuan”
Dalam masalah tanah, sering terjadi penipuan terkait jual beli tanah dalam tujuan
penguasaan tanah secara melawan hukum di atas lahan yang telah dikuasai dan dimiliki
secara sah oleh seseorang.
Referensi Pasal 378 KUHP
"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat
ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."
c)
Proses Pidana “Perusakan”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), seseorang
yang secara melawan hukum menghancurkan, merusakkan, barang sesuatu merupakan
milik orang lain maka diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Dengan unsur-unsur pidana yang harus dipenuhi sbb:
a. Barangsiapa (menunjuk pada pelaku, minimal pelaku yang diduga melakukan perusakan)
b.
Dilakukan
dengan
sengaja
dan
melawan
tanaman/pohon/bangunan/pagar milik seseorang)
hukum
(tanpa
izin
merusak
c. Melakukan perbuatan menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai atau
menghilangkan barang sesuatu.
d.
Barang
tersebut
seluruhnya
atau
sebagian
adalah
milik
orang
(pohon/tanaman/bangunan/pagar/kendaraan yang dirusak bukan milik pelaku).
lain
Dalam hal semua unsur terpenuhi, maka pelaku yang melakukan perusakan dapat dihukum
pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan sehingga dapat memberikan efek jera kepada
pelaku.
Referensi : Pasal 406 KUHP yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin
tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum
membunuh, merusakkan, membikin tak dapat digunakan atau menghilangkan hewan, yang
merupakan milik orang lain.
d)
Proses Pidana “Pencurian”
Sesuai ketentuan pasal 362 KUHP, bahwa seseorang yang mengambil barang sesuatu milik
orang lain secara melawan hukum, diancam pidana penjara paling lama lima tahun.
Pidana pencurian adalah delik formil yang dianggap terpenuhi apabila perbuatan pidana
dilakukan sebagaimana dimaksud dalam rumusan delik, yaitu sesorang mengambil barang
sesuatu kepunyaan orang lain
Referensi Pasal 362 KUHP:
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.”
e)
Proses Pidana “Menempati Lahan Tanpa Izin”
Sesuai ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang masih berlaku hingga saat ini, bahwa seseorang yang
memakai tanah tanpa izin yang berhak atau mengganggu pihak yang berhak maka diancam
pidana kurungan paling lama tiga bulan.
Dalam proses hukum sesuai ketentuan ini, penting adanya bukti aktifitas seseorang
menanam tanaman, atau menggarap lahan atau mendirikan bangunan/gubuk di atas lahan
milik orang lain. Proses pidana menggunakan acara cepat, dimana penyidik kepolisian
bertindak sekaligus sebagai penuntut dalam persidangan yang dipimpin oleh Hakim Tunggal.
1) Referensi UU No 51 PRP 1960:
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Izin menyatakan bahwa “Pemakaian Tanah tanpa izin dari yang berhak adalah
perbuatan yang dilarang, dan dapat diancam dengan hukuman pidana kurungan selamalamanya 3 bulan”
2) Pasal 6 UU No 51 PRP 1960 :
(i) barangsiapa memakai tanah tanpa izin yang berhak
(ii) barangsiapa yang menggangu pihak yang berhak yang menggunakan suatu bidang
tanah orang lain tanpa izin
f)
Proses Pidana “Penyerobotan Lahan”
Sesuai ketentuan pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa seseorang
yang secara melawan hukum, menjual, menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada
pihak lain dan memperoleh keuntungan atas perbuatannya tersebut, diancam pidana
penjara paling lama empat tahun.
Dalam hal ini unsur yang harus dipenuhi yaitu adanya unsur “menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan”, yang berarti perbuatan
seseorang yang menjual/menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada pihak lain dan
memperoleh keuntungan atas perbuatannya tersebut.
Referensi Pasal 385 Ayat 1 KUHP:
“Diancam pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan
atau membebani dengan creditverband sesuatu hak tanah yang telah bersertifikat, sesuatu
gedung, bangunan, penanaman atau pembenihan di atas tanah yang belum bersertifikat,
padahal diketahui bahwa yang mempunyai atau turut mempunyai hak di atasnya adalah
orang lain”.
B.
Alternatif Proses Perdata
Pengajuan Gugatan “Perbuatan Melawan Hukum”
Bahwa sesuai dengan Pasal 1365 KUH Perdata, apabila seseorang scara melawan hukum
membawa kerugian kepada orang lain, maka orang tersebut karena salahnya harus
mengganti kerugian yang ditimbulkan tersebut.
Mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Pasal 1365 KUH Perdata. Unsurunsur Perbuatan Melawan Hukum :
- Adanya kesalahan
- Adanya kerugian
- Adanya sifat melawan hukum
- Adanya hubungan kausal/sebab akibat
Untuk diketahui bahwa proses gugatan ini memakan waktu yang cukup panjang sampai
diperoleh Putusan yang inkracht untuk dieksekusi, oleh karena itu Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum menjadi prioritas setelah proses mediasi dan pidana ditempuh, tetapi tidak
tercapai hasil yang maksimal.
1. Dalam hal semua unsur terpenuhi sesuai rumusan delik dan dapat dibuktikan oleh Pelapor
dengan minimal 2 saksi dan 2 bukti maka pelaku yang melakukan Pencurian/Menempati
Lahan Tanpa izin/Penyerobotan Lahan/Perusakan dapat dijerat hukuman sesuai ancaman
pidananya.
2. Bahwa dalam hukum pidana, pihak yang dapat dipidana tidak terbatas pada pelaku yang
melakukannya, namun dapat diperluas berdasarkan pengelompokannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 55 KUHP.
Dalam hal tindak pidana dilakukan dengan menyuruh orang lain dan/atau turut serta
melakukan tindakan pidana maka orang tersebut mendapatkan hukuman yang sama
dengan pelaku utama yang secara langsung melakukan tindakan tersebut.
Untuk proses perdata PMH, apabila semua unsur terpenuhi, maka tergugat diharuskan
mengganti kerugian yang diderita penggugat.
C. Penyelesaian Pidana Masalah Lahan
a. Berkoordinasi/konsultasi dengan pihak Kepolisian guna memastikan bahwa Tindak Pidana
yang akan di laporkan baik Pencurian atau Menempati Lahan Tanpa Izin atau Penyerobotan
Lahan atau Perusakan adalah yang paling mudah dalam pembuktiannya sesuai dengan
kondisi lapangan
b. Menyiapkan dan menunjuk pelapor yang akan melaporkan secara langsung
Setempat (Bila Mewakili yang berhak diperlukan Surat Kuasa Khusus)
c. Melaporkan secara resmi dengan pembuatan Laporan (LP) di Polres
ke Polres
d. Menerima tanda laporan berupa Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL)
e. Mengupayakan minimal 2 orang saksi atau lebih diprioritaskan yang lebih mengetahui
kondisi lapangan dan tempat kejadian
f. Mengawal dan mengikuti proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Polres setempat,
khususnya pendampingan hukum bagi pelapor dan saksi-saksi
g. Mempersiapkan barang bukti (Minimal 2 buah)
- Pidana Perusakan
Dokumen kepemilikan tanah pemilik sah, Tindakan pelaku (merusak barang / tanaman /
bangunan, garap lahan), hasil perbuatan berupa barang yang dirusak, Dokumentasi Foto
Aktivitas yang dilakukan, Foto lokasi kejadian, dan Alat yang digunakan untuk perusakan.
- Pidana Pencurian
Hasil curian/sisa hasil curian, alat yang digunakan, alat angkutan, dokumentasi foto lokasi
kejadian atau bekas tebasan
- Pidana Menempati Lahan Tanpa Izin
Dokumen kepemilikan tanah yang berhak, dokumen tanah yang mengklaim lahan (jika ada),
kegiatan/aktifitas pelaku di Lahan milik yang berhak, dokumentasi foto aktivitas yang
dilakukan (garap lahan, tanam, dirikan gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim
dan/atau dokumen pendukung lainnya
- Pidana Penyerobotan Lahan
Dokumen kepemilikan tanah pemiliknya, dokumen tanah yang mengklaim (jika ada), bukti
pembelian tanah, dokumentasi foto aktivitas yang dilakukan (garap lahan, tanam, dirikan
gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim dan/atau dokumen pendukung lainnya
h. Pemantauan areal untuk mengetahui perkembangan kondisi lahan
i.
Melakukan koordinasi intensif dengan Polres setempat untuk menindaklanjuti hasil
penyelidikan sampai dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Lahat (P.21) dan diproses di
pengadilan Negeri.
Referensi :
Pasal 108 ayat (1) dan ayat (6) KUHAP
1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa
yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada
penyidik baik lisan maupun tulisan
2) Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan
surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan
YR: FP-06133/ID
Dear Gerdia De Kock,
Re : Reminder of Invoice
Thank you for your email below.
Refer to our previous email below, we noted the outstanding invoice of
requested annuities payment of patent W00200602604 dated January 23, 2015
on DGIP Indonesia in the name of your company.
Invoice No: 002/INV/001-015
Total amount: U$D 1,550.00
Furthermore, please make payment to our bank account, i.e:
AC. Name : Edi Yani
AC. Number : 101-00-0470084-3
Bank : Mandiri
Branch : Bank Mandiri Pondok Indah, Jakarta Indonesia) SWIFT Code : BMRIIDJA
Kindly acknowledge safe receipt of this email.
Thank you for your attention and cooperation.
Kind Regards,
Edi Yani
Advocate & IP Consultant ID No. 067 – 2006
Penyerobotan Tanah Secara Tidak Sah Dalam Perspektif
Pidana
inShare
Latar belakang
Penyerobotan tanah bukanlah suatu hal yang baru dan terjadi
diIndonesia. Kata penyerobotan sendiri dapat diartikan
denganperbuatan mengambil hak atau harta dengan sewenangwenangatau dengan tidak mengindahkan hukum dan aturan,
sepertimenempati tanah atau rumah orang lain, yang bukan
merupakanhaknya. Tindakan penyerobotan tanah secara tidak
sah merupakanperbuatan yang melawan hukum, yang dapat digolongkan sebagaisuatu tindak
pidana. Seperti kita ketahui, tanah merupakan salahsatu aset yang sangat berharga, mengingat
harga tanah yangsangat stabil dan terus naik seiring dengan perkembangan zaman.Penyerobotan
tanah yang tidak sah dapat merugikan siapapun terlebih lagi apabila tanah tersebutdipergunakan
untuk kepentingan usaha. Terdapat bermacam-macam permasalahan penyerobotan tanahsecara
tidak sah yang sering terjadi, seperti pendudukan tanah secara fisik, penggarapan tanah,
penjualansuatu hak atas tanah, dan lain-lain.
Penyerobotan Tanah dari Perspektif Pidana
Di dalam Pasal 2 Undang - Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa IzinYang Berhak Atau Kuasanya (UU No 51 PRP 1960) menyatakan bahwa
pemakaian tanah tanpa izin dariyang berhak maupun kuasanya yang sah adalah perbuatan yang
dilarang, dan dapat diancam denganhukuman pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan,
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000 (limaribu Rupiah) sebagaimana diatur dalam Pasal 6
UU No 51 PRP 1960.
Adapun tindakan yang dapat dipidana sesuai dengan Pasal 6 UU No 51 PRP 1960 adalah (i)
barangsiapa yangmemakai tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah, (ii) barangsiapa
yang menggangu pihak yangberhak atau kuasanya yang sah di dalam menggunakan suatu bidang
tanah, (iii) barangsiapa menyuruh,mengajak, membujuk atau menganjurkan dengan lisan
maupun tulisan untuk memakai tanah tanpa izin dariyang berhak atau kuasanya yang sah, atau
mengganggu yang berhak atau kuasanya dalam menggunakansuatu bidang tanah, dan (iv)
barangsiapa memberi bantuan dengan cara apapun untuk memakai tanah tanpaizin dari yang
berhak atau kuasanya yang sah, atau mengganggu pihak yang berhak atau kuasanya
dalammenggunakan suatu bidang tanah.
Adapun salah satu contoh kasus terkait dengan tindak pidana Pasal 6 UU No 51 PRP 1960, dapat
dilihatdalam putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 09/Pid.C/PN-Kis, tanggal 20 Juni 2002,
dalam peristiwatindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang terdakwa (Para Terdakwa)
dengan mendirikanbangunan, yang sekiranya akan dijadikan tempat perkumpulan bagi mereka.
Namun, ternyata areal tersebutadalah merupakan milik dari sebuah perusahaan. Dalam
putusannya, Pengadilan Negeri Kisaran menyatakanPara Terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan memakaitanah orang lain dan
membangun kantor tanpa izin dari yang berhak.
Pasal-pasal lain yang juga sering dipergunakan dalam tindak pidana penyerobotan tanah adalah
Pasal 385ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman pidana
paling lama empat tahun,dimana barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawanhukum, menjual, menukarkan atau membebani dengan
credietverband suatu hak tanah yang belumbersertifikat, padahal ia tahu bahwa orang lain yang
mempunyai hak atau turut mempunyai hak atau turutmempunyai hak atasnya.
Ivor Ignasio Pasaribu, SH
Sumber
:
http://www.hukumproperti.com/penyerobotan-tanah-secara-tidak-sah-dalamperspektif-pidana/
Actori
in
cumbit
probatio
=
Beban
pembuktian
ada
pada
penggugat
Algemene Bengiselen van Behoorlijk Bestuur (AB3) = Asas asas umum pemerintahan yang baik.
Lex specialis derogate leg generalis = Aturan yang khusus mengalahkan aturan yang lebih umum
Audi
et
alteram
partem
=
Para
pihak
harus
diperlakukan
sama.
Cogitationis poenam nemo patitut = Tidak dapat dipidana seseorang karena apa yang dibatinnya.
Eideren
Geacht
De
wet
Te
Kenen
=
Orang
dianggap
tahu
akan
UU
Fiat Justicia et pereat mundus = Hukum harus ditegakkan walaupun langit akan runtuh.
Freis
ermessen
atau
diskretionair
=
Asas
kebebasan
bertindak.
Geen straf zonder schuld : Mens rea sit actus reum = Tidak dipidana jika tidak ada kesalahan.
Het recht hinkt achter de faiten aan = Hukum selalu tertinggal dengan keadaan
Ignorantia legis excusat neminem = Ketidaktahuan UU tidak dapat dijadikan alasan pemaaf.
Ius
in
causa
positum
=
Hukum
tercermin
dalam
faktanya.
Like hood bias = Tidak ada seorangpun yang dapat mempengaruhi keluarnya ketetapan atau
beschikking.
Longa et inventerata consuetudo : Opinio juris sive nececitatis = Sesuatu yang diulang ulang
akan
menimbulkan
suatu
kebiasaan.
Nemo judex idoneus in propria causa = Seseorang tidak dapat menjadi Hakim yang baik dalam
perkaranya
sendiri.
Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali = Terdapat dalam pasal 1 KUHP dg 3
konsekuensi
No interes no action = Tidak ada kepentingan tidak ada gugatan UU tidak boleh berlaku surut.
Par in parem non hebet imperium= Seorang kepala negara tidak dapat diadili dengan hukum
negara
lain
Propriete
Res
ist
judicata
droit
pro
inviolable
veritate
et
sacre
habetur
=
=
Unus testis nullus testis = Seorang saksi bukan saksi.
Hak
milik
Putusan
bersifat
Hakim
abadi
dan
dianggap
suci.
benar.
Posted by Jaka Mirdinata at 5:38 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Wednesday, November 5, 2014
PIDANA MASALAH TANAH
Bahwa dewasa ini, kerap terjadi masalah tanah berupa sengketa tanah, penyerobotan tanah,
menempati lahan tanpa izin, penanaman di atas milik orang lain, perusakan tanaman, perusakan
pagar milik orang lain, dan perbuatan lainnya yang berhubungan dengan masalah tanah. Selama
ini dalam penanganan masalah tanah banyak masyarakat dan pihak aparat yang melakukan
pendekatan penyelesaian dengan proses perdata yang tentunya menghabiskan waktu dan biaya
yang tidak sedikit.
Dalam penanganan masalah tanah tersebut, sebenarnya pihak yang dirugikan dapat melakukan
pendekatan pidana yang lebih efektif dan memiliki efek jera, meskipun masalah pokok adalah
masalah tanah yang masuk wilayah hukum perdata, namun didalamnya jelas terkandung
tindakan pidana seseorang yang dapat diproses dan dijerat dengan pasal-pasal yang terdapat di
KUHP, antara lain : Pasal Pengancaman (Jika terdapat unsur ancaman dalam menyerobot lahan,
Pasal Pemalsuan (Jika pelaku memalsukan surat menyurat yang ada), Pasal Perusakan (Jika
Pelaku melakukan perusakan tanaman, pagar, patok kepunyaan pemilik yang sah, pasal
penyerobotan lahan (Jika pelaku menjual lahan milik orang lain yang sah), Pasal Penipuan (Jika
terdapat unsur menipu orang lain dengan tipu muslihat dan melawan hukum.
Secara terperinci, diuraikan beberapa contoh pasal sebagai berikut :
A.
Proses Pidana
a)
Proses Pidana “Pengancaman”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 368 ayat (1) KUHP, sesorang yang bermaksud meguasai lahan
orang lain biasanya melakukan intimidasi dan ancaman kepada pemilik yang sah, dalam kondisi
tersebut, hal ini dapat dipidana dengan syarat terdapat barang bukti berupa foto pada saat pelaku
melakukan pengancaman (dengan ataupun tanpa senjata tajam) dan terdapat dua orang yang
menyaksikan.
1) Referensi Pasal 368 ayat (1) KUHP
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya
membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
2) Referensi Pasal 335 KUHP
Selain itu, jika seseorang secara melawan hak memaksa orang lain untuk melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan ancaman
kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain dapat dikenakan Pasal 335 KUHP.
Sesuai ketentuan ini, ancaman kekerasan (meski belum terjadi kekerasan) pun dapat dikenakan
pasal 335 KUHP jika unsur adanya paksaan dan ancaman ini terpenuhi. Proses pidana melalui
delik aduan sang korban.
b)
Proses Pidana “Penipuan”
Dalam masalah tanah, sering terjadi penipuan terkait jual beli tanah dalam tujuan penguasaan
tanah secara melawan hukum di atas lahan yang telah dikuasai dan dimiliki secara sah oleh
seseorang.
Referensi Pasal 378 KUHP
"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat
ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu
benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."
c)
Proses Pidana “Perusakan”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), seseorang
yang secara melawan hukum menghancurkan, merusakkan, barang sesuatu merupakan milik
orang lain maka diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Dengan unsur-unsur pidana yang harus dipenuhi sbb:
a. Barangsiapa (menunjuk pada pelaku, minimal pelaku yang diduga melakukan perusakan)
b.
Dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum (tanpa izin merusak
tanaman/pohon/bangunan/pagar milik seseorang)
c. Melakukan perbuatan menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai atau
menghilangkan barang sesuatu.
d.
Barang
tersebut
seluruhnya
atau
sebagian
adalah
milik
orang
lain
(pohon/tanaman/bangunan/pagar/kendaraan yang dirusak bukan milik pelaku).
Dalam hal semua unsur terpenuhi, maka pelaku yang melakukan perusakan dapat dihukum
pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan sehingga dapat memberikan efek jera kepada pelaku.
Referensi : Pasal 406 KUHP yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin
tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum
membunuh, merusakkan, membikin tak dapat digunakan atau menghilangkan hewan, yang
merupakan milik orang lain.
d)
Proses Pidana “Pencurian”
Sesuai ketentuan pasal 362 KUHP, bahwa seseorang yang mengambil barang sesuatu milik orang
lain secara melawan hukum, diancam pidana penjara paling lama lima tahun.
Pidana pencurian adalah delik formil yang dianggap terpenuhi apabila perbuatan pidana
dilakukan sebagaimana dimaksud dalam rumusan delik, yaitu sesorang mengambil barang
sesuatu kepunyaan orang lain
Referensi Pasal 362 KUHP:
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.”
e)
Proses Pidana “Menempati Lahan Tanpa Izin”
Sesuai ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang masih berlaku hingga saat ini, bahwa seseorang yang
memakai tanah tanpa izin yang berhak atau mengganggu pihak yang berhak maka diancam
pidana kurungan paling lama tiga bulan.
Dalam proses hukum sesuai ketentuan ini, penting adanya bukti aktifitas seseorang menanam
tanaman, atau menggarap lahan atau mendirikan bangunan/gubuk di atas lahan milik orang lain.
Proses pidana menggunakan acara cepat, dimana penyidik kepolisian bertindak sekaligus sebagai
penuntut dalam persidangan yang dipimpin oleh Hakim Tunggal.
1) Referensi UU No 51 PRP 1960:
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Izin menyatakan bahwa “Pemakaian Tanah tanpa izin dari yang berhak adalah
perbuatan yang dilarang, dan dapat diancam dengan hukuman pidana kurungan selamalamanya 3 bulan”
2) Pasal 6 UU No 51 PRP 1960 :
(i) barangsiapa memakai tanah tanpa izin yang berhak
(ii) barangsiapa yang menggangu pihak yang berhak yang menggunakan suatu bidang tanah
orang lain tanpa izin
f)
Proses Pidana “Penyerobotan Lahan”
Sesuai ketentuan pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa seseorang
yang secara melawan hukum, menjual, menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada pihak
lain dan memperoleh keuntungan atas perbuatannya tersebut, diancam pidana penjara paling
lama empat tahun.
Dalam hal ini unsur yang harus dipenuhi yaitu adanya unsur “menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan”, yang berarti perbuatan seseorang
yang menjual/menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada pihak lain dan memperoleh
keuntungan atas perbuatannya tersebut.
Referensi Pasal 385 Ayat 1 KUHP:
“Diancam pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan atau
membebani dengan creditverband sesuatu hak tanah yang telah bersertifikat, sesuatu gedung,
bangunan, penanaman atau pembenihan di atas tanah yang belum bersertifikat, padahal
diketahui bahwa yang mempunyai atau turut mempunyai hak di atasnya adalah orang lain”.
B.
Alternatif Proses Perdata
Pengajuan Gugatan “Perbuatan Melawan Hukum”
Bahwa sesuai dengan Pasal 1365 KUH Perdata, apabila seseorang scara melawan hukum
membawa kerugian kepada orang lain, maka orang tersebut karena salahnya harus mengganti
kerugian yang ditimbulkan tersebut.
Mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Pasal 1365 KUH Perdata. Unsur-unsur
Perbuatan Melawan Hukum :
-
Adanya kesalahan
Adanya kerugian
Adanya sifat melawan hukum
Adanya hubungan kausal/sebab akibat
Untuk diketahui bahwa proses gugatan ini memakan waktu yang cukup panjang sampai
diperoleh Putusan yang inkracht untuk dieksekusi, oleh karena itu Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum menjadi prioritas setelah proses mediasi dan pidana ditempuh, tetapi tidak tercapai hasil
yang maksimal.
1. Dalam hal semua unsur terpenuhi sesuai rumusan delik dan dapat dibuktikan oleh Pelapor
dengan minimal 2 saksi dan 2 bukti maka pelaku yang melakukan Pencurian/Menempati Lahan
Tanpa izin/Penyerobotan Lahan/Perusakan dapat dijerat hukuman sesuai ancaman pidananya.
2. Bahwa dalam hukum pidana, pihak yang dapat dipidana tidak terbatas pada pelaku yang
melakukannya, namun dapat diperluas berdasarkan pengelompokannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 55 KUHP.
Dalam hal tindak pidana dilakukan dengan menyuruh orang lain dan/atau turut serta melakukan
tindakan pidana maka orang tersebut mendapatkan hukuman yang sama dengan pelaku utama
yang secara langsung melakukan tindakan tersebut.
Untuk proses perdata PMH, apabila semua unsur terpenuhi, maka tergugat diharuskan mengganti
kerugian yang diderita penggugat.
C. Penyelesaian Pidana Masalah Lahan
a. Berkoordinasi/konsultasi dengan pihak Kepolisian guna memastikan bahwa Tindak Pidana
yang akan di laporkan baik Pencurian atau Menempati Lahan Tanpa Izin atau Penyerobotan
Lahan atau Perusakan adalah yang paling mudah dalam pembuktiannya sesuai dengan kondisi
lapangan
b. Menyiapkan dan menunjuk pelapor yang akan melaporkan secara langsung ke Polres
Setempat (Bila Mewakili yang berhak diperlukan Surat Kuasa Khusus)
c. Melaporkan secara resmi dengan pembuatan Laporan (LP) di Polres
d. Menerima tanda laporan berupa Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL)
e. Mengupayakan minimal 2 orang saksi atau lebih diprioritaskan yang lebih mengetahui kondisi
lapangan dan tempat kejadian
f. Mengawal dan mengikuti proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Polres setempat,
khususnya pendampingan hukum bagi pelapor dan saksi-saksi
g. Mempersiapkan barang bukti (Minimal 2 buah)
- Pidana Perusakan
Dokumen kepemilikan tanah pemilik sah, Tindakan pelaku (merusak barang / tanaman /
bangunan, garap lahan), hasil perbuatan berupa barang yang dirusak, Dokumentasi Foto
Aktivitas yang dilakukan, Foto lokasi kejadian, dan Alat yang digunakan untuk perusakan.
- Pidana Pencurian
Hasil curian/sisa hasil curian, alat yang digunakan, alat angkutan, dokumentasi foto lokasi
kejadian atau bekas tebasan
- Pidana Menempati Lahan Tanpa Izin
Dokumen kepemilikan tanah yang berhak, dokumen tanah yang mengklaim lahan (jika ada),
kegiatan/aktifitas pelaku di Lahan milik yang berhak, dokumentasi foto aktivitas yang dilakukan
(garap lahan, tanam, dirikan gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim dan/atau
dokumen pendukung lainnya
- Pidana Penyerobotan Lahan
Dokumen kepemilikan tanah pemiliknya, dokumen tanah yang mengklaim (jika ada), bukti
pembelian tanah, dokumentasi foto aktivitas yang dilakukan (garap lahan, tanam, dirikan
gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim dan/atau dokumen pendukung lainnya
h. Pemantauan areal untuk mengetahui perkembangan kondisi lahan
i. Melakukan koordinasi intensif dengan Polres setempat untuk menindaklanjuti hasil
penyelidikan sampai dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Lahat (P.21) dan diproses di pengadilan
Negeri.
Referensi :
Pasal 108 ayat (1) dan ayat (6) KUHAP
1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa
yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada
penyidik baik lisan maupun tulisan
2) Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan
surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan
PIDANA MASALAH TANAH
Bahwa dewasa ini, kerap terjadi masalah tanah berupa sengketa tanah, penyerobotan
tanah, menempati lahan tanpa izin, penanaman di atas milik orang lain, perusakan
tanaman, perusakan pagar milik orang lain, dan perbuatan lainnya yang berhubungan
dengan masalah tanah. Selama ini dalam penanganan masalah tanah banyak masyarakat
dan pihak aparat yang melakukan pendekatan penyelesaian dengan proses perdata yang
tentunya menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Dalam penanganan masalah tanah tersebut, sebenarnya pihak yang dirugikan dapat
melakukan pendekatan pidana yang lebih efektif dan memiliki efek jera, meskipun masalah
pokok adalah masalah tanah yang masuk wilayah hukum perdata, namun didalamnya jelas
terkandung tindakan pidana seseorang yang dapat diproses dan dijerat dengan pasal-pasal
yang terdapat di KUHP, antara lain : Pasal Pengancaman (Jika terdapat unsur ancaman
dalam menyerobot lahan, Pasal Pemalsuan (Jika pelaku memalsukan surat menyurat yang
ada), Pasal Perusakan (Jika Pelaku melakukan perusakan tanaman, pagar, patok kepunyaan
pemilik yang sah, pasal penyerobotan lahan (Jika pelaku menjual lahan milik orang lain yang
sah), Pasal Penipuan (Jika terdapat unsur menipu orang lain dengan tipu muslihat dan
melawan hukum.
Secara terperinci, diuraikan beberapa contoh pasal sebagai berikut :
A.
Proses Pidana
a)
Proses Pidana “Pengancaman”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 368 ayat (1) KUHP, sesorang yang bermaksud meguasai
lahan orang lain biasanya melakukan intimidasi dan ancaman kepada pemilik yang sah,
dalam kondisi tersebut, hal ini dapat dipidana dengan syarat terdapat barang bukti berupa
foto pada saat pelaku melakukan pengancaman (dengan ataupun tanpa senjata tajam) dan
terdapat dua orang yang menyaksikan.
1) Referensi Pasal 368 ayat (1) KUHP
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu
atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
2) Referensi Pasal 335 KUHP
Selain itu, jika seseorang secara melawan hak memaksa orang lain untuk melakukan, tidak
melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan ancaman
kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain dapat dikenakan Pasal
335 KUHP. Sesuai ketentuan ini, ancaman kekerasan (meski belum terjadi kekerasan) pun
dapat dikenakan pasal 335 KUHP jika unsur adanya paksaan dan ancaman ini terpenuhi.
Proses pidana melalui delik aduan sang korban.
b)
Proses Pidana “Penipuan”
Dalam masalah tanah, sering terjadi penipuan terkait jual beli tanah dalam tujuan
penguasaan tanah secara melawan hukum di atas lahan yang telah dikuasai dan dimiliki
secara sah oleh seseorang.
Referensi Pasal 378 KUHP
"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat
ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."
c)
Proses Pidana “Perusakan”
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), seseorang
yang secara melawan hukum menghancurkan, merusakkan, barang sesuatu merupakan
milik orang lain maka diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
Dengan unsur-unsur pidana yang harus dipenuhi sbb:
a. Barangsiapa (menunjuk pada pelaku, minimal pelaku yang diduga melakukan perusakan)
b.
Dilakukan
dengan
sengaja
dan
melawan
tanaman/pohon/bangunan/pagar milik seseorang)
hukum
(tanpa
izin
merusak
c. Melakukan perbuatan menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai atau
menghilangkan barang sesuatu.
d.
Barang
tersebut
seluruhnya
atau
sebagian
adalah
milik
orang
(pohon/tanaman/bangunan/pagar/kendaraan yang dirusak bukan milik pelaku).
lain
Dalam hal semua unsur terpenuhi, maka pelaku yang melakukan perusakan dapat dihukum
pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan sehingga dapat memberikan efek jera kepada
pelaku.
Referensi : Pasal 406 KUHP yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin
tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum
membunuh, merusakkan, membikin tak dapat digunakan atau menghilangkan hewan, yang
merupakan milik orang lain.
d)
Proses Pidana “Pencurian”
Sesuai ketentuan pasal 362 KUHP, bahwa seseorang yang mengambil barang sesuatu milik
orang lain secara melawan hukum, diancam pidana penjara paling lama lima tahun.
Pidana pencurian adalah delik formil yang dianggap terpenuhi apabila perbuatan pidana
dilakukan sebagaimana dimaksud dalam rumusan delik, yaitu sesorang mengambil barang
sesuatu kepunyaan orang lain
Referensi Pasal 362 KUHP:
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.”
e)
Proses Pidana “Menempati Lahan Tanpa Izin”
Sesuai ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang masih berlaku hingga saat ini, bahwa seseorang yang
memakai tanah tanpa izin yang berhak atau mengganggu pihak yang berhak maka diancam
pidana kurungan paling lama tiga bulan.
Dalam proses hukum sesuai ketentuan ini, penting adanya bukti aktifitas seseorang
menanam tanaman, atau menggarap lahan atau mendirikan bangunan/gubuk di atas lahan
milik orang lain. Proses pidana menggunakan acara cepat, dimana penyidik kepolisian
bertindak sekaligus sebagai penuntut dalam persidangan yang dipimpin oleh Hakim Tunggal.
1) Referensi UU No 51 PRP 1960:
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah
Tanpa Izin menyatakan bahwa “Pemakaian Tanah tanpa izin dari yang berhak adalah
perbuatan yang dilarang, dan dapat diancam dengan hukuman pidana kurungan selamalamanya 3 bulan”
2) Pasal 6 UU No 51 PRP 1960 :
(i) barangsiapa memakai tanah tanpa izin yang berhak
(ii) barangsiapa yang menggangu pihak yang berhak yang menggunakan suatu bidang
tanah orang lain tanpa izin
f)
Proses Pidana “Penyerobotan Lahan”
Sesuai ketentuan pasal 385 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa seseorang
yang secara melawan hukum, menjual, menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada
pihak lain dan memperoleh keuntungan atas perbuatannya tersebut, diancam pidana
penjara paling lama empat tahun.
Dalam hal ini unsur yang harus dipenuhi yaitu adanya unsur “menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan”, yang berarti perbuatan
seseorang yang menjual/menukarkan tanah yang bukan miliknya kepada pihak lain dan
memperoleh keuntungan atas perbuatannya tersebut.
Referensi Pasal 385 Ayat 1 KUHP:
“Diancam pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan
atau membebani dengan creditverband sesuatu hak tanah yang telah bersertifikat, sesuatu
gedung, bangunan, penanaman atau pembenihan di atas tanah yang belum bersertifikat,
padahal diketahui bahwa yang mempunyai atau turut mempunyai hak di atasnya adalah
orang lain”.
B.
Alternatif Proses Perdata
Pengajuan Gugatan “Perbuatan Melawan Hukum”
Bahwa sesuai dengan Pasal 1365 KUH Perdata, apabila seseorang scara melawan hukum
membawa kerugian kepada orang lain, maka orang tersebut karena salahnya harus
mengganti kerugian yang ditimbulkan tersebut.
Mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Pasal 1365 KUH Perdata. Unsurunsur Perbuatan Melawan Hukum :
- Adanya kesalahan
- Adanya kerugian
- Adanya sifat melawan hukum
- Adanya hubungan kausal/sebab akibat
Untuk diketahui bahwa proses gugatan ini memakan waktu yang cukup panjang sampai
diperoleh Putusan yang inkracht untuk dieksekusi, oleh karena itu Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum menjadi prioritas setelah proses mediasi dan pidana ditempuh, tetapi tidak
tercapai hasil yang maksimal.
1. Dalam hal semua unsur terpenuhi sesuai rumusan delik dan dapat dibuktikan oleh Pelapor
dengan minimal 2 saksi dan 2 bukti maka pelaku yang melakukan Pencurian/Menempati
Lahan Tanpa izin/Penyerobotan Lahan/Perusakan dapat dijerat hukuman sesuai ancaman
pidananya.
2. Bahwa dalam hukum pidana, pihak yang dapat dipidana tidak terbatas pada pelaku yang
melakukannya, namun dapat diperluas berdasarkan pengelompokannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 55 KUHP.
Dalam hal tindak pidana dilakukan dengan menyuruh orang lain dan/atau turut serta
melakukan tindakan pidana maka orang tersebut mendapatkan hukuman yang sama
dengan pelaku utama yang secara langsung melakukan tindakan tersebut.
Untuk proses perdata PMH, apabila semua unsur terpenuhi, maka tergugat diharuskan
mengganti kerugian yang diderita penggugat.
C. Penyelesaian Pidana Masalah Lahan
a. Berkoordinasi/konsultasi dengan pihak Kepolisian guna memastikan bahwa Tindak Pidana
yang akan di laporkan baik Pencurian atau Menempati Lahan Tanpa Izin atau Penyerobotan
Lahan atau Perusakan adalah yang paling mudah dalam pembuktiannya sesuai dengan
kondisi lapangan
b. Menyiapkan dan menunjuk pelapor yang akan melaporkan secara langsung
Setempat (Bila Mewakili yang berhak diperlukan Surat Kuasa Khusus)
c. Melaporkan secara resmi dengan pembuatan Laporan (LP) di Polres
ke Polres
d. Menerima tanda laporan berupa Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL)
e. Mengupayakan minimal 2 orang saksi atau lebih diprioritaskan yang lebih mengetahui
kondisi lapangan dan tempat kejadian
f. Mengawal dan mengikuti proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Polres setempat,
khususnya pendampingan hukum bagi pelapor dan saksi-saksi
g. Mempersiapkan barang bukti (Minimal 2 buah)
- Pidana Perusakan
Dokumen kepemilikan tanah pemilik sah, Tindakan pelaku (merusak barang / tanaman /
bangunan, garap lahan), hasil perbuatan berupa barang yang dirusak, Dokumentasi Foto
Aktivitas yang dilakukan, Foto lokasi kejadian, dan Alat yang digunakan untuk perusakan.
- Pidana Pencurian
Hasil curian/sisa hasil curian, alat yang digunakan, alat angkutan, dokumentasi foto lokasi
kejadian atau bekas tebasan
- Pidana Menempati Lahan Tanpa Izin
Dokumen kepemilikan tanah yang berhak, dokumen tanah yang mengklaim lahan (jika ada),
kegiatan/aktifitas pelaku di Lahan milik yang berhak, dokumentasi foto aktivitas yang
dilakukan (garap lahan, tanam, dirikan gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim
dan/atau dokumen pendukung lainnya
- Pidana Penyerobotan Lahan
Dokumen kepemilikan tanah pemiliknya, dokumen tanah yang mengklaim (jika ada), bukti
pembelian tanah, dokumentasi foto aktivitas yang dilakukan (garap lahan, tanam, dirikan
gubuk/bangunan), foto lokasi kejadian, surat klaim dan/atau dokumen pendukung lainnya
h. Pemantauan areal untuk mengetahui perkembangan kondisi lahan
i.
Melakukan koordinasi intensif dengan Polres setempat untuk menindaklanjuti hasil
penyelidikan sampai dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Lahat (P.21) dan diproses di
pengadilan Negeri.
Referensi :
Pasal 108 ayat (1) dan ayat (6) KUHAP
1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa
yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada
penyidik baik lisan maupun tulisan
2) Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan
surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan