Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Ene (1)

MAKALAH
TEKNOLOGI ENERGI DAN LINGKUNGAN
ENERGI TERBARUKAN (PLTS)
Oleh:
J Hendra Riko
Nim: 201231005

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN

NOVEMBER 2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini
dengan waktu yang telah berikan dan bisa menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Makalah ini di buat dengan tujuan supaya bisa mengenal elemen pada panel surya serta bisa
mengetahui keuntungan dan kerugiannya serta perbandingannya denger energy yang dihasilkan
misalnya seperti: PLN, Generator listik, PLTA dll. Dan yang pastinya kita lebih bisa lebih jauh

dan lebih baik pengenalannya untuk menambah ilmu pengetahuan baik dari segi cara kerja, serta
pengaplikasiannya dalam keidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, karena
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab itu kritik dan saran akan penulis terima
demi perbaikan untuk dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis
sendiri maupun bagi para pembaca sebagai tambahan wawasan .

Malang,…………..2014

penulis

Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………

3


1.2 Tujuan……………………………………………………………………………….

4

1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sel Surya (Fotovoltaik)………………………………………………………………

6

2.2 Struktur Sel Surya……………………………………………………………………

7

2.3 Cara Kerja Sel Surya…………………………………………………………………


9

2.4 Perbandingan Penggunaan Sel Surya Dengan Energi Lain………………………….

11

2.5 Sistem PLTS…………………………………………………………………………. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………… 16
3.2 Saran………………………………………………………………………………….. 16
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia.
Peningkatan kebutuhan energi dapat merupakan indikator peningkatan kemakmuran, namun
bersamaan dengan itu juga menimbulkan masalah dalam usaha penyediaannya.
Pemakaian energi surya di Indonesia mempunyai prospek yang sangat baik, mengingat

bahwa secara geografis sebagai negara tropis, melintang garis katulistiwa berpotensi energi
surya yang cukup baik. Pemanfaatan Tenaga Surya melalui konversi Photovoltaic telah
banyak diterapkan antara lain, penerapan sistem individu dan sistem hybrid yaitu sistem
penggabungan antara sumber energi konvensional dengan sumber energi terbarukan.
Pada kondisi beban rendah sistem bekerja dengan sistem inverter dan baterai. Jika beban
terus bertambah hingga mencapai kapasitas yang terdapat pada inverter atau tegangan baterai
semakin rendah, maka sistem kontrol akan segera mengoperasikan genset, maka genset akan
berfungsi sebagai AC/DC konverter untuk pengisian baterai, dan dapat beroperasi secara
paralel untuk memenuhi kebutuhan beban tersebut. Dengan demikian, kondisi pembebanan
diesel menjadi sangat efisien karena hanya beroperasi pada beban tertentu.
1.2 Tujuan
Adapun Tujuannya Adalah Sbb :
1. Agar Bisa Mengetahui Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya
2. Agar Bisa Mengetahui Cara Kerja Pada Sel Surya (Fotovoltaik)
3. Agar Bisa Memahami Dan Mengembangkan Cara Kerja Yang Evektif Pada Panel
Surya
4. Supaya Dapat Perbandingan Penggunaan Sel Surya Dengan Energi Lain
5. Agar Bisa Mengenar Dan Mengetahui Sistem PLTS

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Sel Surya (Fotovoltaik)
2. Bagaimana Struktur Sel Surya
3. Bagaimana Cara Kerja Sel Surya
4. Apa Perbandingan Penggunaan Sel Surya Dengan Energi Lain
5. Apa Yang Dimaksud Serta Pengertian Sistem PLTS

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sel Surya (Fotovoltaik)
sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun
selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan
energi panasnya melalui sistem solar thermal.
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau sambungan, dimana
saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan
cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya
komersial menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam
skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi,
sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul

surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V
dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara
paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang
dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.

Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk memperbesar total
daya output. (Gambar :”The Physics of Solar Cell”, Jenny Nelson)
2.2 Struktur Sel Surya
Sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi, jenis-jenis teknologi sel surya pun
berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya generasi satu, dua, tiga dan
empat, dengan struktur atau bagian-bagian penyusun sel yang berbeda pula (Jenis-jenis teknologi
surya akan dibahas di tulisan “Sel Surya : Jenis-jenis teknologi”). Dalam tulisan ini akan dibahas
struktur dan cara kerja dari sel surya yang umum berada dipasaran saat ini yaitu sel surya
berbasis material silikon yang juga secara umum mencakup struktur dan cara kerja sel surya
generasi pertama (sel surya silikon) dan kedua (thin film/lapisan tipis).

Struktur dari sel surya komersial yang menggunakan material silikon sebagai semikonduktor.
(Gambar:HowStuffWorks)
Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum terdiri
dari :

1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat
juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai
kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam
seperti aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel
surya organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material
yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin
oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai
tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan

1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang
berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas,
semikonduktor yang digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di
industri elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang
umum

digunakan


dan

telah

masuk

pasaran

yaitu

contohnya

material

Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping
material-material semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian
intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide). Bagian semikonduktor
tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material semikonduktor yaitu
semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipen, CdS,dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip
kerja sel surya. Pengertian semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan

sel surya akan dibahas dibagian “cara kerja sel surya”.
3. Kontak metal / contact grid
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya
dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.
4. Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh
semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi.
Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik
antara semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah
semikonduktor sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5. Enkapsulasi / cover glass
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau
kotoran.
2.3 Cara Kerja Sel Surya

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom
yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan
hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut

bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah
menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron). (Gambar
: eere.energy.gov)
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron (dan hole)
bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktor tipe-p dan
tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p
sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif
pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik
yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong
elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan

sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang,
seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.

Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. (Gambar : sun-nrg.org)
2.4 Perbandingan Penggunaan Sel Surya Dengan Energi Lain

Energi baru dan terbarukan mulai mendapat perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia
yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu adalah energi surya. Energi itu dapat berubah
menjadi arus listrik yang searah yaitu dengan menggunakan silikon yang tipis. Sebuah kristal
silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu
berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong setebal 0,3 mm, akan terbentuklah
sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya fotovoltaik. Sel-sel silikon itu
dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau baja
anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu
diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari maka pada sambungan itu akan
mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang
mencapai silikon itu dan luas permukaan sel itu.
Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang berkerja
dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya
menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas cahaya dan zat semikonduktor yang
dipakai. Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke

permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi
menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai 25% maka produksi listrik
maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m2 . Dari sini terlihat bahwa
PLTS itu membutuhkan lahan yang luas. Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS
menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini karena
proses pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki
daerah terpencil sulit dibubungkan dengan jaringan listrik PLN. Kemudian sebagai negara tropis
Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu
sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik di masa mendatang cukup
cerah. Untuk itulah perlu diusahakan menekan harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai
berikut. Pertama menggunakan bahan semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat dan Galium
Arsenik yang lebih kompetitif. Kedua meningkatkan efisiensi sel surya dari 10% menjadi 15%.
Energi listrik yang berasal dari energi surya pertama kali digunakan untuk penerangan rumah
tangga dengan sistem desentralisasi yang dikenal dengan Solar Home System (SHS), kemudian
untuk TV umum, komunikasi dan pompa air. Sementara itu evaluasi program SHS di Indonesia
pada proyek Desa Sukatani, Bampres, dan listrik masuk desa menunjukkan tanda-tanda yang
menggembirakan dengan keberhasilan penerapan secara komersial. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan sampai tahun 1994 jumlah pemakaian sistem fotovoltaik di Indonesia sudah mencapai
berkisar 2,5-3 MWp. Yang pemakaiannya meliputi kesehatan 16%, hibrida 7%, pompa air 5%,
penerangan pedesaan 13%, Radio dan TV komunikasi 46,6% dan lainnya 12,4%. Kemudian dari
kajian awal BPPT diperoleh proyeksi kebutuhan sistem PLTS diperkirakan akan mencapai 50
MWp. Sementara itu menurut perkiraan yang lain pemakaian fotovoltaik di Indonesia 5-10 tahun
mendatang akan mencapai 100 MW terutama untuk penerangan di pedesaan. Sedangkan
permintaan fotovotaik diperkirakan sudah mencapai 52 MWp. Komponen utama sistem surya
fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk
membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film.
Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk
membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa
sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk
membuat modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa
diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk

itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame),
kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar banyak
maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya
dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang
fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan
pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk
pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih,
mudah dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang dihadapi
dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per
kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang terdiri atas
baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penerapannya fotovoltaik
dapat digabungkan dengan pembangkit lain seperti pembangkit tenaga diesel (PLTD) dan
pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTM). Penggabungan ini dinamakan sistem hibrida
yang tujuannya untuk mendapatkan daya guna yang optimal. Pada sistem ini PLTS merupakan
komponen utama, sedang pembangkit listrik lainnya digunakan untuk mengkompensasi
kelemahan sistem PLTS dan mengantisipasi ketidakpastian cuaca dan sinar matahari. Pada
sistem PLTS-PLTD, PLTD-nya akan digunakan sebagai "bank up" untuk mengatasi beban
maksimal. Pengkajian dan penerapan sistem ini sudah dilakukan di Bima (NTB) dengan
kapasitas PLTS 13,5 kWp dan PLTD 40 kWp. Penggabungan antara PLTS dengan PLTM
mempunyai prospek yang cerah. Hal ini karena sumber air yang dibutuhkan PLTM relatif sedikit
dan itu banyak terdapa di desa-desa. Untuk itulah pemerintah Indonesia dengan pemerintah
Jepang telah merealisasi penerapan sistem model hidro ini di desa Taratak (Lombok Tengah)
dengan kapasitas PLTS 48 kWp dan PLTM sebesar 6,3 kW. Pada sistem hibrida antara
fotovoltaik dengan Fuel Cell (sel bahan bakar), selisih antara kebutuhan listrik pada beban dan
listrik yang dihasilkan oleh fotovoltaik akan dipenuhi oleh fuel cell. Controller berfungsi untuk
mengatur fuel cell agar listrik yang keluar sesuai dengan keperluan. Arus DC yang dihasilkan
fuel cell dan arus fotovoltaik digabungkan pada tegangan DC yang sama kemudian diteruskan ke
power conditioning subsystem (PCS) yang berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi arus AC.
Keuntungan sistem ini adalah efisiensinya tinggi sehingga dapat menghemat bahan bakar, dan
kehilangan daya listrik dapat diperkecil dengan menempatkan fuel cell dekat pusat beban.

2.5 Sistem PLTS
PLTS dengan sistem sentralisasi artinya pembangkit tenaga listrik dilakukan secara
terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan melalui jaringan distribusi. Sistem ini cocok dan
ekonomis pada daerah dengan kerapatan penduduk yang tinggi. Contohnya PLTS di Desa
Kentang Gunung Kidul mempunyai kapasitas daya 19 kWp, kapasitas baterai 200 volt dan beban
berupa penerangan yang terpasang pada 85 rumah. Sementara itu PLTS dengan sistem individu
daya terpasangnya relatif kecil yaitu sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya sebesar 50 Wp per rumah
tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penerangan, informasi (TV dan Radio) dan
komunikasi (Radio komunikasi). Dan sampai tahun 95 sistem ini sudah terpasang sekitar 10.000
unit yang tersebar di seluruh perdesaan Indonesia dan pengelolaannya yang meliputi
pemeliharaan dan pembayaran dilaksanakan oleh KUD. Melihat trend harga sel surya yang
semakin menurun dan dalam rangka memperkenalkan sistem pembangkit yang ramah
lingkungan, pemanfaatan PLTS dengan sistem individu semakin ditingkatkan. Pada tahap
pertama direncanakan akan dipasang 36.000 unit SHS selama tiga tahun dengan prioritas 10
propinsi di kawasan timur Indonesia. Paling tidak ada 5 keuntungan pembangkit dengan surya
fotovoltaik. Pertama energi yang digunakan adalah energi yang tersedia secara cuma-cuma.
Kedua perawatannya mudah dan sederhana. Ketiga tidak terdapat peralatan yang bergerak,
sehingga tidak perlu penggantian suku cadang dan penyetelan pada pelumasan. Keempat
peralatan bekerja tanpa suara dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Kelima dapat
bekerja secara otomatis.
Pembangkit listrik yang memanfaatkan energi surya atau lebih umum dikenal dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mempunyai beberapa keuntungan yaitu:

1. Sumber energi yang digunakan sangat melimpah
2. Sistem yang dikembangkan bersifat modular sehingga dapat dengan mudah diinstalasi
dan diperbesar kapasitasnya.
3. Perawatannya mudah
4. Tidak menimbulkan polusi
5. Dirancang bekerja secara otomatis sehingga dapat diterapkan ditempat terpencil.
6. Relatif aman
7. Keandalannya semakin baik

8. Adanya aspek masyarakat pemakai yang mengendalikan sistem itu sendiri
9. Mudah untuk diinstalasi
10. Radiasi matahari sebagai sumber energi tak terbatas
11. Tidak menghasilkan CO2 serta emisi gas buang lainnya
Salah satu kendala yang dihadapi dengan dalam pengembangan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya adalah Investasi awalnya yang tinggi dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan
juga masih relatif tinggi yaitu Sekitar ($ USD 3 –5 / Wp).
Untuk beberapa kondisi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dapat bersaing dengan
pembangkit Konvensional Diesel/Mikrohydro, yaitu pada tempat-tempat terpencil yang sarana
perhubungannya masih belum terjangkau jaringan listrik umum (PLN)

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Peningkatan
kebutuhan energi dapat merupakan indikator peningkatan kemakmuran, namun bersamaan
dengan itu juga menimbulkan masalah dalam usaha penyediaannya. Oleh karena itu, penyediaan
sumber energi alternatif seperti energi surya melalui pemanfaatan sel fotovoltaik merupakan
sebuah prospek yang menjanjikan untk dikembangkan lebih lanjut, mengingat pemakaian primer
minyak bumi dan gas alam masih merupakan sumber energi utama. Selain ramah lingkungan,
sumber energi dari matahari tidak memerlukan perawatan khusus secara periodik, yang
selanjutnya akan mengurangi biaya produksi.

3.2 saran
Penggunaan energy surya sangat evektif untuk menghemat energi baik didunia industry
maupun rumah tangga, diIndonesia sangat potensial sekali untuk menerapkan system PLTS
untuk sumber energi karena hanya memiliki 2 musim tidak seperti didaerah Jepang, Amerika dan
Negara-Negara lainnya, tapi sebelum praktek/pengaplikasiannya terjun kemasyarakat secara luas
tentunya haruslah diberi pengarahan dulu kepada masyarakat baik itu lewat media cetak, social
dll. Dengan adanya pengarahan diharapkan hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, dan
mengurungkan niat mereka untuk mengenal teknologi dalam perkemangan dizaman modern ini.
Dengan demikian secara perlahan dengan sudah taunya keuntungan dan penghematan yang
dirasakan secara perlahan mereka akan pindah ke-energi terbarukan PLTS.

DAFTAR PUSTAKA

Holladay, April. Solar Energy. Microsoft Encarta 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft
Corporation, 2005.
Wikipedia.org. Solar Cell. http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_cell. Disunting tanggal 22
November 2007.