BE GCG Annisa Nurlestari Hapzi Ali BOARD
BOARD OF DIRECTOR DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Pergertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung
jawab
Sosial
Responsibility (CSR)
Perusahaan
adalah
bahwa organisasi atau perusahaanadalah
atau Corporate
suatu
memiliki
Social
konsep
berbagai
bentuk
tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di
antaranya
adalah konsumen,karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala
aspek
operasional
perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh
karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
dampaknya
dalam
aspek
ekonomi,
misalnya
tingkat
keuntungan
atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan
yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun
untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat
dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di
dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak
konsumen, investor, pemasok, dan stakeholdersyang lain juga telah
terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab
sosial,
sehingga
kompetitifnya.
meningkatkan
Dengan
segala
peluang
pasar
kelebihan
itu,
dan
keunggulan
perusahaan
yang
menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta
keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi
tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi
manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam
pemberian
pinjaman
hanya
kepada
perusahaan
yang
mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank
Eropa
hanya
memberikan
pinjaman
pada
perusahaan-perusahaan
perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni
ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar
hutan.
Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam
bab V pasal 74 ayat (1),(2),(3),(4) dimana dalam pasal tersebut mengatur
bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan bertanggung jawab dalam
permasalahan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan perusahaan, adanya undang-undang ini tidak serta merta
memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR, karena didalam undangundang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah
perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya
menjelaskan
bahwa
ayat
(3)
perseroan
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih
lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.
Pelaksanaan CSR di Indonesia masih menimbulkan berbagai masalah baik
itu dalam masyarakat , pemerintah maupun perusahaan itu sendiri.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk di ajak mengimplementasikan CSR terutama bila
sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya
ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta
cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa
menyerap keinginan perusahaan.
Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan
CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada
beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya
partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin
mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur
dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap
keinginan
perusahaan.
Sedangkan
dari
perusahaan
masih
banyak
perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image
perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau
menjalankan CSR-nya.
Karena
adanya
kendala
pada
pengimplementasian
CSR
sehingga
memberikan dampak pada lingkungan sekitar seperti pembuangan limbah
pabrik yang mencemari lingkungan sekitar sehingga banyak masyarakat
yang kehilangan pencahariannya, misalnya limbah cair yang dihasilkan
oleh pabrik kimia yang menyebabkan air yang digunakan untuk mengairi
sawah. Dan contoh lainnya adalah supermarket besar yang berada di
lingkungan pemukiman warga yang menyebabkan konsumen usaha-usaha
kecil beralih.
Agar CSR berjalan dengan baik terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan oleh perusahaan yaitu:
1. Tahap perencanaan
Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building,
CSRAssessment, dan CSR manual building. Awareness building merupakan
langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya CSR
dan komitmen manajemen, Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui
seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.
CSR Assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan
dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas
perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil assessmen
tmerupakan dasar menyusun manual atau pedoman implementasi CSR.
Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggali
dari referensi atau menggunakan tenaga ahli.
2. Tahap Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak
apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR
secara keseluruhan tidak akan tercapai, dan masyarakat tidak akan
merasakan
manfaat
yang
optimal.
Padahal
anggaran
yang
telah
dikucurkan tidak bisa dibilang kecil. Oleh karena itu perlu disusun strategi
untuk menjalankan rencana yang telah dirancang.
Dalam memulai implementasi, pada dasarnya terdapat tiga aspek yang
harus disiapkan, yaitu; siapa yang akan menjalankan, apa yang harus
dilakukan, dan bagaimana cara mealakukan impelementasi beserta alat
apa yang diperlukan
Berdasarkan realitas ini sebagai warga Indonesia yang baik, menjadi perlu
bagi saya untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang baik dengan
memperbaiki sistem implementasi CSR agar tidak terjadi ketimpangan
karena lahiranya perusahaan di tengah lingkungan masyarakat.
Aturan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah
disahkannya Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, adapun isi Undang – Undang tersebut, yaitu:
Pada pasal 74 di Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal
menyatakan
kepada
setiap
penanam
modal
wajib
melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia
berusaha untuk mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan
atau penanam modal. Kondisi pemaksaan ini menjadi permasalahan bagi
kebanyakan perusahaan karena bagi beberapa perusahaan kegiatan CSR
merupakan suatu kesukarelaan bukan suatu kewajiban. Pada dasarnya,
CSR memanglah bukan suatu kewajiban melainkan suatu kesukarelaan
perusahaan, namun sukarela bukan berarti perusahaan boleh tidak
melaksanakan CSR ataupun hanya melaksanakan CSR seperlunya saja.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan program CSR ada beberapa prinsip
dasar tanggung jawab sosial yang harus ada dalam CSR (Jalal, 2011),
yaitu:
1. Akuntabilitas
2. Transparensi
3. Perilaku Etis
4. Penghormatan kepada Kepentingan Stakeholder
5. Kepatuhan kepada Hukum
6. Penghormatan kepada Norma Perilaku Internasional
7. Penegakan HAM
Untuk mengimplementasikan CSR tergantung dari pemahaman dan
kebutuhan dari perusahaan yang bersangkutan karena sampai saat ini
belum ada kesatuan pandangan baik dari lembaga maupun para pakar
mengenai pengertian maupun ruang lingkup CSR tersebut. Namun pada
tahun 1998, seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu
Alyson Warhurst menjelaskan ada 16 (enam belas) prinsip yang harus
diperhatikan dalam mengimplementasikan CSR (Isa Wahyudi & Busyra
Azheri, 2011: 57). Adapun prinsip – prinsip itu adalah sebagai berikut:
1. Prioritas perusahaan. Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab
sosial
sebagai
prioritas
tertinggi
penentu
utama
dalam
pembangunan berkelanjutan.
2. Manajemen terpadu. Manajer sebagai pengendali dan pengambil
keputusan harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan
program dalam aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur fungsi
manajemen.
3. Proses
perbaikan.
Melakukan
evaluasi
atas
setiap
kebijakan,
program, dan kinerja sosial secara berkesinambungan.
4. Pendidikan karyawan Sebagai stakeholders primer karyawan harus
ditingkatkan
kemampuan
dan
keahliannya,
oleh
karena
itu
perusahaan harus memotivasi mereka melalui program pendidikan
dan pelatihan.
5. Pengkajian. Pengkajian mengenai dampak sosial yang terjadi atas
suatu kegiatan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum kegiatan
tersebut dilakukan.
6. Produk dan jasa. Berusaha untuk mengembangkan suatu produk
dan jasa yang tidak mempunyai dampak negatif secara sosial.
7. Informasi publik. Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan
pendidikan terhadap konsumen, distributor, dan masyarakat umum
tentang penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan atas suatu
produk barang atau jasa.
8. Fasilitas
dan
mengoperasikan
operasi.
fasilitas
Mengembangkan,
serta
merancang,
menjalankan
kegiatan
dan
dengan
mempertimbangkan temuan yang berkaitan dengan dampak sosial
dari suatu kegiatan perusahaan.
9. Penelitian. Melakukan dan atau mendukung suatu riset atas dampak
sosial dari penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan
limbah yang dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha.
10.
Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran
dan atau penggunaan atas produk barang atau jasa yang sejalan
dengan hasil penelitian mutakhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai
upaya mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11.
Kontraktor dan pemasok. Mendorong kontraktor dan pemasok
untuk mengimplementasikan dari prinsip – prinsip tanggung jawab
sosial
perusahaan,
melakukannya.
Bila
baik
yang
telah
perlu
menjadikan
maupun
yang
akan
tanggung
jawab
sosial
sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam kegiatan usahanya.
12.
Siaga menghadapi darurat. Perusahaan harus menyusun dan
merumuskan rencana dalam menghadapi keadaan darurat. Dan bila
terjadi keadaan berbahaya perusahaan harus bekerja sama dengan
layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal.
Selain itu perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang
muncul.
13.
Transfer Best Practice. Berkontribusi pada pengembangan dan
transfer bisnis praktis sepanjang betanggung jawab secara sosial
pada semua industri dan sektor publik.
14.
Memberikan sumbangan. Sumbangan ini ditujukan untuk
pengembangan
lembaga
usaha
pemerintah
bersama,
dan
lintas
kebijakan
publik
departemen
dan
serta
bisnis,
lembaga
pendidikan yang akan membantu meningkatkan kesadaran akan
tanggung jawab sosial.
15.
Keterbukaan. Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan
dan dialogis dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur
publik. Selain itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan
memberikan respon
terhadap resiko potensial yang mungkin
muncul, dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah, dan jasa.
16.
Pencapaian dan pelaporan. Melakukan evaluasi atas hasil
kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan
mengkaji
pencapaian
berdasarkan
kriteria
perusahaan
dan
ketentuan peraturan perundang – undangan serta menyampaikan
informasi
tersebut
kepada
dewan
direksi,
pemegang
saham,
pekerja, dan publik.
Prinsip – prinsip ini yang dianggap penulis sangat cocok sebagai panduan
utama dalam usaha untuk mengimplementasikan kegiatan – kegiatan
CSR. Namun masih banyak lagi pendapat dari pakar maupun kelompok
kerja mengenai prinsip implementasi kegiatan CSR yang dapat digunakan
sebagai panduan dalam menyusun program CSR.
Dari prinsip – prinsip diatas, kita dapat menganalisis program – program
CSR yang dinilai tidak ataupun kurang sesuai dengan prinsip – prinsip
tersebut.
Contohnya;
salah
satu
perusahaan
air
minum
yang
menggemborkan slogan 1 liter untuk 10 liter, ini terkesan seperti
penyedia ”kotak sukarela” bagi masyarakat yang membeli air mineral
tersebut (gagasan dari Dosen kami nih) sehingga jika hanya 4 dari 10
orang membeli air tersebut maka air bersih yang disumbangkan hanya 40
liter saja dari 100 liter. Nah jika tidak ada yang membeli air tersebut maka
tidak akan ada air bersih yang disumbangkan. Selain itu, sosialisasi
mengenai membuang bekas produk pada tempatnya juga sangat kecil
hampir sukar untuk dibaca, padahal merupakan produk dalam kemasan
yang cukup besar. Dan yang lebih lucu adalah program ini ditujukan ke
daerah yang bukan tempat air mineral tersebut berasal, lalu tempat
pengambilan mata air tersebut mendapatkan apa dari perusahaan?.
Melihat hal ini, tampaknya kegiatan tersebut hanya untuk menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang dermawan dan
bermurah hati.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di
dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak
konsumen, investor, pemasok, dan stakeholdersyang lain juga telah
terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab
sosial,
sehingga
kompetitifnya.
meningkatkan
Dengan
segala
peluang
pasar
kelebihan
itu,
dan
keunggulan
perusahaan
yang
menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta
keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi
tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi
manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam
pemberian
pinjaman
hanya
kepada
perusahaan
yang
mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank
Eropa
hanya
memberikan
pinjaman
pada
perusahaan-perusahaan
perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni
ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar
hutan.
Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam
bab V pasal 74 ayat (1),(2),(3),(4) dimana dalam pasal tersebut mengatur
bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan bertanggung jawab dalam
permasalahan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan perusahaan, adanya undang-undang ini tidak serta merta
memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR, karena didalam undangundang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah
perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya
menjelaskan
bahwa
ayat
(3)
perseroan
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih
lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.
Pelaksanaan CSR di Indonesia masih menimbulkan berbagai masalah baik
itu dalam masyarakat , pemerintah maupun perusahaan itu sendiri.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk di ajak mengimplementasikan CSR terutama bila
sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya
ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta
cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa
menyerap keinginan perusahaan.
Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan
CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada
beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya
partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin
mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur
dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap
keinginan
perusahaan.
Sedangkan
dari
perusahaan
masih
banyak
perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image
perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau
menjalankan CSR-nya.
Karena
adanya
kendala
pada
pengimplementasian
CSR
sehingga
memberikan dampak pada lingkungan sekitar seperti pembuangan limbah
pabrik yang mencemari lingkungan sekitar sehingga banyak masyarakat
yang kehilangan pencahariannya, misalnya limbah cair yang dihasilkan
oleh pabrik kimia yang menyebabkan air yang digunakan untuk mengairi
sawah. Dan contoh lainnya adalah supermarket besar yang berada di
lingkungan pemukiman warga yang menyebabkan konsumen usaha-usaha
kecil beralih.
Hubungan Board of Directors dan CSR
Pemangku kepentingan perusahaan yaitu termasuk pemegang saham,
karyawan, masyarakat dan pejabat publik, mengharapkan perusahaan
dapat mengelola ,mengurangi atau mencegah dampak sosial dan
lingkungan yang merugikan yang mungkin terkait dengan operasi
perusahaan. Program CSR membantu perusahaan memastikan bahwa
mereka responsif terhadap masalah ini. Program CSR yang efektif
dilaksanakan melalui kebijakan dan standar tingkat korporat dan didukung
oleh
mekanisme
pengawasan,
program
pelatihan
dan
tindakan
akuntabilitas.
Kegagalan untuk menangani masalah pemangku kepentingan secara
efektif dapat mengekspos perusahaan ke berbagai risiko finansial dan
non-keuangan, termasuk hilangnya akses terhadap keuangan, moral
karyawan yang buruk, penolakan masyarakat dan meningkatnya paparan
terhadap denda peraturan dan tuntutan hukum. Dampak buruk, bahkan
akibat
dari
insiden
tunggal,
menyebabkan
perusahaan
mengalami
kerusakan reputasi. Ini adalah perusahaan yang memiliki reputasi baik
yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hubungan dengan
pemangku kepentingan publik dan swasta utama dan menerapkan
strategi
bisnis
jangka
pendek
dan
jangka
panjang.
Maka
tidak
mengherankan, bahwa 54 persen direktur yang disurvei pada tahun 2009
oleh Eisner mengidentifikasi risiko reputasi sebagai area risiko utama bagi
perusahaan
mereka.
Apa peran direksi dalam merespons perkembangan ini? Dewan memiliki
peran penting untuk dimainkan dalam memastikan bahwa perusahaan
memiliki sistem untuk mengelola risiko secara efektif, termasuk potensi
kerugian dan tanggung jawab hukum yang terkait dengan dampak sosial
dan lingkungan yang merugikan. Sesuai dengan sifat, konteks, dan profil
risiko relatif dari operasi perusahaan, board of directors harus memastikan
bahwa
mereka
memiliki
informasi
yang
mereka
perlukan
untuk
mengevaluasi keefektifan sistem manajemen perusahaan yang ada
sehubungan dengan masalah sosial dan lingkungan. board of directors
berada dalam posisi untuk mengajukan pertanyaan mengenai proses dan
kriteria dimana personil manajemen mengevaluasi risiko sosial dan
lingkungan yang mungkin terkait dengan lingkungan operasi atau
hubungan bisnis tertentu, termasuk di dalamnya dengan pemerintah tuan
rumah
dan
mitra
usaha
patungan.
Board of directors harus menekankan pentingnya memastikan bahwa
personil manajemen memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk
menanggapi kekhawatiran dan harapan pemangku kepentingan yang
bergeser dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai dan prioritas strategis
perusahaan. Melalui pendekatan pengawasan yang memantau kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan sementara juga mengevaluasi
dampak potensial dari harapan masa depan, board of directors memiliki
peran penting dalam membangun dan memperkuat serangkaian harapan
yang menyeluruh berkenaan dengan pengelolaan sosial dan sosial jangka
pendek dan jangka panjang.
Daftar Pustaka
Business Insider. 2011. Corporate Social Responsibility And The Role Of
The
Board
Of
Directors. Diambil
dari http://www.businessinsider.com/corporate-social-responsibility-andthe-role-of-the-board-of-directors-2011-6/?IR=T (22 September 2017)
Kompasiana. 2017. Implementasi CSR yang Masih Lesu. Diambil
dari http://www.kompasiana.com/nelishaaaa/implementasi-csr-yangmasih-lesu_587d7fa350f9fd2705ea7dce (29 September 2017)
Wikipedia.
2017. Tanggung
jAwab
Sosial
Perusahaan.
Diambil
dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan
(29September 2017)
Wordpress. 2011. Implementasi Corporate Social Responsibility Di
Indonesia
Terjebak
Dalam
Budaya Pop.Diambil
dari https://putradaerahkalbar.wordpress.com/2011/04/18/implementas
i-corporate-social-responsibility-di-indonesia-terjebak-dalam-budayapop/ (22 September 2017)
Pergertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung
jawab
Sosial
Responsibility (CSR)
Perusahaan
adalah
bahwa organisasi atau perusahaanadalah
atau Corporate
suatu
memiliki
Social
konsep
berbagai
bentuk
tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di
antaranya
adalah konsumen,karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala
aspek
operasional
perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh
karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
dampaknya
dalam
aspek
ekonomi,
misalnya
tingkat
keuntungan
atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan
yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun
untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat
dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di
dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak
konsumen, investor, pemasok, dan stakeholdersyang lain juga telah
terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab
sosial,
sehingga
kompetitifnya.
meningkatkan
Dengan
segala
peluang
pasar
kelebihan
itu,
dan
keunggulan
perusahaan
yang
menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta
keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi
tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi
manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam
pemberian
pinjaman
hanya
kepada
perusahaan
yang
mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank
Eropa
hanya
memberikan
pinjaman
pada
perusahaan-perusahaan
perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni
ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar
hutan.
Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam
bab V pasal 74 ayat (1),(2),(3),(4) dimana dalam pasal tersebut mengatur
bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan bertanggung jawab dalam
permasalahan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan perusahaan, adanya undang-undang ini tidak serta merta
memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR, karena didalam undangundang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah
perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya
menjelaskan
bahwa
ayat
(3)
perseroan
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih
lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.
Pelaksanaan CSR di Indonesia masih menimbulkan berbagai masalah baik
itu dalam masyarakat , pemerintah maupun perusahaan itu sendiri.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk di ajak mengimplementasikan CSR terutama bila
sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya
ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta
cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa
menyerap keinginan perusahaan.
Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan
CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada
beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya
partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin
mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur
dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap
keinginan
perusahaan.
Sedangkan
dari
perusahaan
masih
banyak
perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image
perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau
menjalankan CSR-nya.
Karena
adanya
kendala
pada
pengimplementasian
CSR
sehingga
memberikan dampak pada lingkungan sekitar seperti pembuangan limbah
pabrik yang mencemari lingkungan sekitar sehingga banyak masyarakat
yang kehilangan pencahariannya, misalnya limbah cair yang dihasilkan
oleh pabrik kimia yang menyebabkan air yang digunakan untuk mengairi
sawah. Dan contoh lainnya adalah supermarket besar yang berada di
lingkungan pemukiman warga yang menyebabkan konsumen usaha-usaha
kecil beralih.
Agar CSR berjalan dengan baik terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan oleh perusahaan yaitu:
1. Tahap perencanaan
Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building,
CSRAssessment, dan CSR manual building. Awareness building merupakan
langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya CSR
dan komitmen manajemen, Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui
seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.
CSR Assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan
dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas
perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil assessmen
tmerupakan dasar menyusun manual atau pedoman implementasi CSR.
Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggali
dari referensi atau menggunakan tenaga ahli.
2. Tahap Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak
apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR
secara keseluruhan tidak akan tercapai, dan masyarakat tidak akan
merasakan
manfaat
yang
optimal.
Padahal
anggaran
yang
telah
dikucurkan tidak bisa dibilang kecil. Oleh karena itu perlu disusun strategi
untuk menjalankan rencana yang telah dirancang.
Dalam memulai implementasi, pada dasarnya terdapat tiga aspek yang
harus disiapkan, yaitu; siapa yang akan menjalankan, apa yang harus
dilakukan, dan bagaimana cara mealakukan impelementasi beserta alat
apa yang diperlukan
Berdasarkan realitas ini sebagai warga Indonesia yang baik, menjadi perlu
bagi saya untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang baik dengan
memperbaiki sistem implementasi CSR agar tidak terjadi ketimpangan
karena lahiranya perusahaan di tengah lingkungan masyarakat.
Aturan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah
disahkannya Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, adapun isi Undang – Undang tersebut, yaitu:
Pada pasal 74 di Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal
menyatakan
kepada
setiap
penanam
modal
wajib
melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia
berusaha untuk mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan
atau penanam modal. Kondisi pemaksaan ini menjadi permasalahan bagi
kebanyakan perusahaan karena bagi beberapa perusahaan kegiatan CSR
merupakan suatu kesukarelaan bukan suatu kewajiban. Pada dasarnya,
CSR memanglah bukan suatu kewajiban melainkan suatu kesukarelaan
perusahaan, namun sukarela bukan berarti perusahaan boleh tidak
melaksanakan CSR ataupun hanya melaksanakan CSR seperlunya saja.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan program CSR ada beberapa prinsip
dasar tanggung jawab sosial yang harus ada dalam CSR (Jalal, 2011),
yaitu:
1. Akuntabilitas
2. Transparensi
3. Perilaku Etis
4. Penghormatan kepada Kepentingan Stakeholder
5. Kepatuhan kepada Hukum
6. Penghormatan kepada Norma Perilaku Internasional
7. Penegakan HAM
Untuk mengimplementasikan CSR tergantung dari pemahaman dan
kebutuhan dari perusahaan yang bersangkutan karena sampai saat ini
belum ada kesatuan pandangan baik dari lembaga maupun para pakar
mengenai pengertian maupun ruang lingkup CSR tersebut. Namun pada
tahun 1998, seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu
Alyson Warhurst menjelaskan ada 16 (enam belas) prinsip yang harus
diperhatikan dalam mengimplementasikan CSR (Isa Wahyudi & Busyra
Azheri, 2011: 57). Adapun prinsip – prinsip itu adalah sebagai berikut:
1. Prioritas perusahaan. Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab
sosial
sebagai
prioritas
tertinggi
penentu
utama
dalam
pembangunan berkelanjutan.
2. Manajemen terpadu. Manajer sebagai pengendali dan pengambil
keputusan harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan
program dalam aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur fungsi
manajemen.
3. Proses
perbaikan.
Melakukan
evaluasi
atas
setiap
kebijakan,
program, dan kinerja sosial secara berkesinambungan.
4. Pendidikan karyawan Sebagai stakeholders primer karyawan harus
ditingkatkan
kemampuan
dan
keahliannya,
oleh
karena
itu
perusahaan harus memotivasi mereka melalui program pendidikan
dan pelatihan.
5. Pengkajian. Pengkajian mengenai dampak sosial yang terjadi atas
suatu kegiatan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum kegiatan
tersebut dilakukan.
6. Produk dan jasa. Berusaha untuk mengembangkan suatu produk
dan jasa yang tidak mempunyai dampak negatif secara sosial.
7. Informasi publik. Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan
pendidikan terhadap konsumen, distributor, dan masyarakat umum
tentang penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan atas suatu
produk barang atau jasa.
8. Fasilitas
dan
mengoperasikan
operasi.
fasilitas
Mengembangkan,
serta
merancang,
menjalankan
kegiatan
dan
dengan
mempertimbangkan temuan yang berkaitan dengan dampak sosial
dari suatu kegiatan perusahaan.
9. Penelitian. Melakukan dan atau mendukung suatu riset atas dampak
sosial dari penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan
limbah yang dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha.
10.
Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran
dan atau penggunaan atas produk barang atau jasa yang sejalan
dengan hasil penelitian mutakhir. Kegiatan ini dilakukan sebagai
upaya mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11.
Kontraktor dan pemasok. Mendorong kontraktor dan pemasok
untuk mengimplementasikan dari prinsip – prinsip tanggung jawab
sosial
perusahaan,
melakukannya.
Bila
baik
yang
telah
perlu
menjadikan
maupun
yang
akan
tanggung
jawab
sosial
sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam kegiatan usahanya.
12.
Siaga menghadapi darurat. Perusahaan harus menyusun dan
merumuskan rencana dalam menghadapi keadaan darurat. Dan bila
terjadi keadaan berbahaya perusahaan harus bekerja sama dengan
layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal.
Selain itu perusahaan berusaha mengenali potensi bahaya yang
muncul.
13.
Transfer Best Practice. Berkontribusi pada pengembangan dan
transfer bisnis praktis sepanjang betanggung jawab secara sosial
pada semua industri dan sektor publik.
14.
Memberikan sumbangan. Sumbangan ini ditujukan untuk
pengembangan
lembaga
usaha
pemerintah
bersama,
dan
lintas
kebijakan
publik
departemen
dan
serta
bisnis,
lembaga
pendidikan yang akan membantu meningkatkan kesadaran akan
tanggung jawab sosial.
15.
Keterbukaan. Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan
dan dialogis dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur
publik. Selain itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan
memberikan respon
terhadap resiko potensial yang mungkin
muncul, dan dampak negatif dari operasi, produk, limbah, dan jasa.
16.
Pencapaian dan pelaporan. Melakukan evaluasi atas hasil
kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan
mengkaji
pencapaian
berdasarkan
kriteria
perusahaan
dan
ketentuan peraturan perundang – undangan serta menyampaikan
informasi
tersebut
kepada
dewan
direksi,
pemegang
saham,
pekerja, dan publik.
Prinsip – prinsip ini yang dianggap penulis sangat cocok sebagai panduan
utama dalam usaha untuk mengimplementasikan kegiatan – kegiatan
CSR. Namun masih banyak lagi pendapat dari pakar maupun kelompok
kerja mengenai prinsip implementasi kegiatan CSR yang dapat digunakan
sebagai panduan dalam menyusun program CSR.
Dari prinsip – prinsip diatas, kita dapat menganalisis program – program
CSR yang dinilai tidak ataupun kurang sesuai dengan prinsip – prinsip
tersebut.
Contohnya;
salah
satu
perusahaan
air
minum
yang
menggemborkan slogan 1 liter untuk 10 liter, ini terkesan seperti
penyedia ”kotak sukarela” bagi masyarakat yang membeli air mineral
tersebut (gagasan dari Dosen kami nih) sehingga jika hanya 4 dari 10
orang membeli air tersebut maka air bersih yang disumbangkan hanya 40
liter saja dari 100 liter. Nah jika tidak ada yang membeli air tersebut maka
tidak akan ada air bersih yang disumbangkan. Selain itu, sosialisasi
mengenai membuang bekas produk pada tempatnya juga sangat kecil
hampir sukar untuk dibaca, padahal merupakan produk dalam kemasan
yang cukup besar. Dan yang lebih lucu adalah program ini ditujukan ke
daerah yang bukan tempat air mineral tersebut berasal, lalu tempat
pengambilan mata air tersebut mendapatkan apa dari perusahaan?.
Melihat hal ini, tampaknya kegiatan tersebut hanya untuk menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang dermawan dan
bermurah hati.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Penerapan CSR di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya di
dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak
konsumen, investor, pemasok, dan stakeholdersyang lain juga telah
terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab
sosial,
sehingga
kompetitifnya.
meningkatkan
Dengan
segala
peluang
pasar
kelebihan
itu,
dan
keunggulan
perusahaan
yang
menerapkan CSR akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta
keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi
tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat
global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi
manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam
pemberian
pinjaman
hanya
kepada
perusahaan
yang
mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank
Eropa
hanya
memberikan
pinjaman
pada
perusahaan-perusahaan
perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni
ketika membuka lahan perkebunan tidak dilakukan dengan membakar
hutan.
Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam
bab V pasal 74 ayat (1),(2),(3),(4) dimana dalam pasal tersebut mengatur
bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan bertanggung jawab dalam
permasalahan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan perusahaan, adanya undang-undang ini tidak serta merta
memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR, karena didalam undangundang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah
perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya
menjelaskan
bahwa
ayat
(3)
perseroan
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih
lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.
Pelaksanaan CSR di Indonesia masih menimbulkan berbagai masalah baik
itu dalam masyarakat , pemerintah maupun perusahaan itu sendiri.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk di ajak mengimplementasikan CSR terutama bila
sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya
ingin mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta
cultur dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa
menyerap keinginan perusahaan.
Sedangkan dari perusahaan masih banyak perusahaan yang menjalankan
CSR-nya hanya untuk meningkatkan image perusahaan bahkan ada
beberapa perusahaan sama kali tidak mau menjalankan CSR-nya.
Permasalahan yang datang dari masyarakat, kadang kala masyarakat
belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR terutama bila sifatnya
partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin
mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur
dan terkadang capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap
keinginan
perusahaan.
Sedangkan
dari
perusahaan
masih
banyak
perusahaan yang menjalankan CSR-nya hanya untuk meningkatkan image
perusahaan bahkan ada beberapa perusahaan sama kali tidak mau
menjalankan CSR-nya.
Karena
adanya
kendala
pada
pengimplementasian
CSR
sehingga
memberikan dampak pada lingkungan sekitar seperti pembuangan limbah
pabrik yang mencemari lingkungan sekitar sehingga banyak masyarakat
yang kehilangan pencahariannya, misalnya limbah cair yang dihasilkan
oleh pabrik kimia yang menyebabkan air yang digunakan untuk mengairi
sawah. Dan contoh lainnya adalah supermarket besar yang berada di
lingkungan pemukiman warga yang menyebabkan konsumen usaha-usaha
kecil beralih.
Hubungan Board of Directors dan CSR
Pemangku kepentingan perusahaan yaitu termasuk pemegang saham,
karyawan, masyarakat dan pejabat publik, mengharapkan perusahaan
dapat mengelola ,mengurangi atau mencegah dampak sosial dan
lingkungan yang merugikan yang mungkin terkait dengan operasi
perusahaan. Program CSR membantu perusahaan memastikan bahwa
mereka responsif terhadap masalah ini. Program CSR yang efektif
dilaksanakan melalui kebijakan dan standar tingkat korporat dan didukung
oleh
mekanisme
pengawasan,
program
pelatihan
dan
tindakan
akuntabilitas.
Kegagalan untuk menangani masalah pemangku kepentingan secara
efektif dapat mengekspos perusahaan ke berbagai risiko finansial dan
non-keuangan, termasuk hilangnya akses terhadap keuangan, moral
karyawan yang buruk, penolakan masyarakat dan meningkatnya paparan
terhadap denda peraturan dan tuntutan hukum. Dampak buruk, bahkan
akibat
dari
insiden
tunggal,
menyebabkan
perusahaan
mengalami
kerusakan reputasi. Ini adalah perusahaan yang memiliki reputasi baik
yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan hubungan dengan
pemangku kepentingan publik dan swasta utama dan menerapkan
strategi
bisnis
jangka
pendek
dan
jangka
panjang.
Maka
tidak
mengherankan, bahwa 54 persen direktur yang disurvei pada tahun 2009
oleh Eisner mengidentifikasi risiko reputasi sebagai area risiko utama bagi
perusahaan
mereka.
Apa peran direksi dalam merespons perkembangan ini? Dewan memiliki
peran penting untuk dimainkan dalam memastikan bahwa perusahaan
memiliki sistem untuk mengelola risiko secara efektif, termasuk potensi
kerugian dan tanggung jawab hukum yang terkait dengan dampak sosial
dan lingkungan yang merugikan. Sesuai dengan sifat, konteks, dan profil
risiko relatif dari operasi perusahaan, board of directors harus memastikan
bahwa
mereka
memiliki
informasi
yang
mereka
perlukan
untuk
mengevaluasi keefektifan sistem manajemen perusahaan yang ada
sehubungan dengan masalah sosial dan lingkungan. board of directors
berada dalam posisi untuk mengajukan pertanyaan mengenai proses dan
kriteria dimana personil manajemen mengevaluasi risiko sosial dan
lingkungan yang mungkin terkait dengan lingkungan operasi atau
hubungan bisnis tertentu, termasuk di dalamnya dengan pemerintah tuan
rumah
dan
mitra
usaha
patungan.
Board of directors harus menekankan pentingnya memastikan bahwa
personil manajemen memiliki sumber daya yang mereka butuhkan untuk
menanggapi kekhawatiran dan harapan pemangku kepentingan yang
bergeser dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai dan prioritas strategis
perusahaan. Melalui pendekatan pengawasan yang memantau kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan sementara juga mengevaluasi
dampak potensial dari harapan masa depan, board of directors memiliki
peran penting dalam membangun dan memperkuat serangkaian harapan
yang menyeluruh berkenaan dengan pengelolaan sosial dan sosial jangka
pendek dan jangka panjang.
Daftar Pustaka
Business Insider. 2011. Corporate Social Responsibility And The Role Of
The
Board
Of
Directors. Diambil
dari http://www.businessinsider.com/corporate-social-responsibility-andthe-role-of-the-board-of-directors-2011-6/?IR=T (22 September 2017)
Kompasiana. 2017. Implementasi CSR yang Masih Lesu. Diambil
dari http://www.kompasiana.com/nelishaaaa/implementasi-csr-yangmasih-lesu_587d7fa350f9fd2705ea7dce (29 September 2017)
Wikipedia.
2017. Tanggung
jAwab
Sosial
Perusahaan.
Diambil
dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan
(29September 2017)
Wordpress. 2011. Implementasi Corporate Social Responsibility Di
Indonesia
Terjebak
Dalam
Budaya Pop.Diambil
dari https://putradaerahkalbar.wordpress.com/2011/04/18/implementas
i-corporate-social-responsibility-di-indonesia-terjebak-dalam-budayapop/ (22 September 2017)