Ke words: Budgeting participation, interpersonal trust, self-efficacy,

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL MELALUI TRUST DAN SELF-EFFICACY SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING

Abstract
The purpose of the study is to test the extent to which budgetary
participation can enhance managerial performance mediated by trust and
self-efficacy. In regard to generate the aim of the study, we conduct a survey
study in the City of Bandar Lampung - Lampung. According to 114
respondents, data were analysed using SmartPLS. The result indicates that
trust and self-efficacy fully mediated the influence between budgetary
participation and managerial performance. This implies that budgetary
participation in public sector could create interpersonal trust and increase
self-efficacy that impact on managerial performance. This study contributes
on the enrichment of management accounting literature in public sector.
Ke words: Budgeting participation, interpersonal trust, self-efficacy,
managerial performance, public sector

1. Pendahuluan
Beberapa literatur akuntansi manajemen telah memberi perhatian yang sangat dalam
terhadap partisipasi anggaran. Sampai saat ini, hasil penelitian mengenai partisipasi

anggaran dan kinerja manajerial masih dalam pertentangan. Hasil yang bertentangan
inilah yang membuat para peneliti tertarik untuk menganalisis variabel-variabel yang
terlibat (contigency), guna memperjelas hubungan antara partisipasi anggaran dengan
kinerja manajerial. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa partisipasi anggaran
berpengaruh terhadap kepuasan kerja (Frucot and White, 2006; Chong et. al., 2005,
Leach-Lopez, 2009), meningkatkan komitmen organisasi (Subramaniam and Mia,
2001), menumbuhkan trust (Sholihin et. al., 2011), meningkatkan self-efficacy
(Mahanani, 2009) yang kemudian akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
manajerial (Jermias, 2008; Leach-Lopez, 2009; Nouri and Parker 1998; Frucot and
White, 2006,). Leach-Lopez (2009) melakukan penelitian mengenai hubungan antara
partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial pada para manajer di Korea Selatan dan
menemukan bahwa dengan memungkinkan bawahan untuk berpartisipasi dalam proses
penganggaran dapat mengakibatkan pengungkapan informasi pribadi yang mereka
miliki dan meningkatkan kepuasan kerja sehingga berdampak pada peningkatan kinerja
manajerial.
Sampai saat ini penelitian mengenai partisipasi anggaran, trust, self-efficacy dan kinerja
manajerial sudah banyak dilakukan. Namun sebatas pengetahuan penulis, penelitian
yang menggabungkan pengaruh antara partisipasi anggaran, trust, self-efficacy dan
kinerja manajerial belum pernah dilakukan, terutama di Indonesia. Oleh karena itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh partisipasi anggaran

terhadap kinerja manajerial melalui trust dan self-efficacy.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ni, Su,
Chung dan Cheng (2007). Perbedaan mendasar antara penelitian ini dengan penelitian
yang mereka lakukan (2007) terletak pada kerangka pemikiran teoritis. Penelitian yang
dilakukan oleh Ni, Su, Chung dan Cheng (2007) hanya menguji pengaruh roles of
attitudes toward budgetary decision makers dan self-efficacy dalam memediasi
hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada perusahaan yang
terdaftar di Taiwan Stock Exchange. Sedangkan penelitian ini menguji pengaruh
langsung dan tidak langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui
variabel trust dan self-efficacy sebagai variabel intervening.

Kedua, penelitian ini menggunakan organisasi publik sebagai objek penelitian
dikarenakan penelitian di bidang akuntansi manajemen telah banyak dilakukan di privat
sektor. Hal ini didukung oleh pernyataan Kihn (2010, p. 468), ”The performance of
employees, accountants and managers of non-for-profit organizations (such as
charities) has been analyzed far less”.
Adanya partisipasi anggaran menunjukkan bahwa manajer tingkat bawah diberi
kesempatan untuk terlibat dalam penetapan tujuan organisasi dan mempunyai pengaruh
pada proses pembuatan anggaran (Brownell, 1982). Kinerja manajerial dinilai
berdasarkan berapa banyak rencana yang berhasil dicapai oleh pihak manajerial yang

berkaitan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Agar seseorang dapat bekerja secara
optimal dalam usaha pencapaian tujuan diperlukan adanya sel-efficacy yang tinggi
(Bandura, 1997) karena self-efficacy akan mempengaruhi perilakunya dalam usaha
pencapaian tujuan karena ia percaya bahwa dirinya mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan tingkat kompleksitas tugas yang tinggi dan tekanan pekerjaan (Eccles dan
Wigfield, 2002). Sehingga pada akhirnya hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kinerja manajerial.
Dalam organisasi sektor publik, ada beberapa faktor seperti ketiadaan klasifikasi yang
jelas mengenai suatu jabatan, rentang kekuasaan, kondisi politik dan fiskal, perbedaan
karakteristik dan budaya organisasi. Kanter dan Mirvis (1989) mengatakan bahwa
pegawai pemerintah lebih sinis dan kurang percaya terhadap organisasi mereka
dibandingkan pegawai di sektor swasta. Pentingnya trust diantara pegawai dalam
organisasi sektor publik dapat mengurangi sikap dan perilaku yang menyimpang
(disfungtional behaviour) serta meningkatkan kinerja (Kanter dan Mirvis, 1989).
Karenanya agar organisasi sektor publik dapat terus hidup maka organisasi tersebut
harus dapat membangun lingkungan kerja dan lingkungan sosial yang stabil, sehingga
dapat membantu perkembangan interpersonal trust (Ouchi, 1981 dalam Mone, 2008).
Tanpa adanya trust, dapat memberikan perasaan was-was, curiga dan tidak berharga
(Bibiana, 2003) serta kompleksitas dari ketidakpastian kondisi di masa depan akan
melumpuhkan kegiatan organisasi pada periode berikutnya (Simmel, 1964 dalam

Bibiana, 2003). Oleh karena itu, trust merupakan kunci bagi kinerja organisasional
karena trust memungkinkan terjadinya kerjasama yang bersifat sukarela yang
berdampak positif terhadap kinerja manajerial.
Seperti telah dijelaskan alasan penelitian ini, penelitian ini memberikan beberapa
kontribusi yaitu research framework dan research field. Pertama, hubungan partisipasi

anggaran terhadap kinerja manajerial telah banyak dilakukan dengan menggunakan
faktor mediasi atau seperti job satisfaction, organizational commitment, fairness dan
sebagainya. Padahal, salah satu dampak psikologis pencapain pelaksanaan partisipasi
anggaran memegang peranan penting terhadap kinerja manajerial. Salah satu dampak
psikologi adalah kepercayan pimpinan (trust) dan keyakinan diri (self-efficacy)
mempunyai pengaruh yang besar dalam memotivasi karyawan dalam meningkatkan
kinerja manajerial. Oleh karena itu, mengambil ide dari Hyvonen (2007) bahwa
research

framework

mengenai

penelitian


ini

diharapkan

dapat

memberikan

pengembangan teori dalam bidang akuntansi manajemen Yang kedua kontribusi
mengenai research field. Banyak penelitian telah dilakukan bagaimana trust atau selfefficacy di private sektor, Akan tetapi, penelitian bidang akuntansi manajemen
mengenai hubungan tersebut sangat langka sekali di lakukan di public sector. Oleh
karena itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pemahaman
tentang pentingnya faktor-faktor intrinsik seperti interpersonal trust dan self-efficacy
dalam rangka meningkatkan kinerja manajerial. Sehingga penelitian ini diharapkan akan
memberikan masukan dan gambaran bagi Kepala Daerah guna memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pemerintah daearah di masa yang akan datang.

2. Literatur Review dan Pengembangan Hipotesis
2.1. Partisipasi Anggaran

Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu secara
langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran
yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian
tujuan anggaran mereka (Brownell, 1982). Menurut Mahoney et. al. (1963) anggaran
memiliki dua peranan. Pertama, anggaran berperan sebagai rencana keuangan dalam
bentuk pendapatan dan biaya yang ingin dicapai oleh pusat pertanggungjawaban.
Kedua, anggaran berperan sebagai alat komunikasi, motivasional, koordinasi,
mendelegasikan wewenang dari atasan kepada bawahan, proses pengganggaran dan
pengendalian serta evaluasi kinerja manajerial.
Selain itu, Siegel dan Marconi (1989) melihat adanya manfaat dari partisipasi anggaran
antara lain: (1) meningkatkan moral dan inisiatif seluruh tingkatan manajemen dalam
mengembangkan ide dan informasi, (2) meningkatkan group cohesiveness yang
kemudian meningkatkan kerjasama antar individu dalam pencapaian tujuan, (3)
memudahkan terbentuknya group internalization yaitu penyatuan tujuan individu dan

organisasi, (4) mengurangi tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan,
dan (5) atasan menjadi lebih tanggap pada masalah-masalah sub bagian tertentu serta
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antar departemen. Kinerja yang
efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi bawahan memegang
peranan penting dalam pencapaian tujuan tersebut (Argyris, 1952 dalam Nugrahani,

2007). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa partisipasi anggaran dapat
menghasilkan keputusan dengan kualitas yang optimal dan memiliki peran dalam
meningkatkan kinerja organisasi.

2.2. Trust
Konsep mengenai trust sering dihubungkan dengan berbagai hal dalam situasi yang
melibatkan konflik personal, ketidakpastian hasil dan pemecahan masalah (Scoot, 1980
dalam Bibiana, 2003). Mishra (1996) mendefinisikan trust sebagai keinginan satu pihak
untuk bersikap terbuka terhadap pihak lain berdasarkan keyakinan bahwa pihak
tersebut: kompeten, terbuka, peduli, dan bisa diandalkan (reliable). Trust dapat
ditumbuhkan dalam hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan yang
berdasarkan tingkat reliabilitas, kepercayaan diri, dan keamanan (Rempel, Holmes dan
Zanna, 1985).
Menurut Mishra dan Morissey (1990), adanya komunikasi yang terbuka, saling
memberikan informasi penting, saling mengungkapkan persepsi dan perasaan serta
lebih melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan dapat menumbuhkan trust
dalam hubungan organisasi. Robins (1998) menyatakan bahwa kinerja organisasi yang
tinggi memiliki ciri adanya saling kepercayaan antar anggotanya, dimana artinya para
anggota meyakini integritas, karakter dan kemampuan setiap anggota lainnya. Sehingga,
setelah trust yang mendalam tumbuh di dalam diri para anggota maka setiap anggota

yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi akan diikutsertakan dalam
penyusunan anggaran di masa depan demi tercapainya kinerja organisasi yang optimal.

2.3. Self-Efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai
tugas tertentu (Kreitner dan Kinicki, 2003). Menurut Philip dan Gully (1997), selfefficacy merupakan salah satu faktor personal yang membedakan setiap individu dan
perubahan self-efficacy dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dalam
penyelesaian tugas dan tujuan. Bandura (1997) dalam Eccles dan Wigfield (2002, p.

110) mendefinisikan ” self-efficacy as individual’s confidence in their ability to
organize and execute a given course of action to solve a problem or accomplish a task;
he characterized it as a multi-dimensional construct that varies in strength, generality,
and level (or difficulty) “.
Menurut teori kognitif sosial Bandura, keyakinan self-efficacy dapat mempengaruhi
seseorang dalam memilih tindakan, seberapa banyak upaya yang mereka lakukan,
seberapa lama mereka akan tekun dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, seberapa
kuat ketahanan mereka menghadapi kesulitan, seberapa jernih pikiran mereka
menghadapi rintangan diri atau bantuan diri, seberapa banyak tekanan dan kegundahan
pengalaman mereka dalam mengikuti tuntunan lingkungan, dan seberapa tinggi tingkat
pemenuhan yang mereka wujudkan.

Bandura juga mengatakan bahwa tinggi rendahnya self-efficacy seseorang dalam tiap
tugas sangat bervariasi disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berpengaruh
dalam mempersepsikan kemampuan diri individu, antara lain seperti: jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman. Menurut Bandura (1997) dalam Eccles dan
Wigfield (2002) self-efficacy dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber
yaitu: kinerja atau pengalaman masa lalu, model perilaku (mengamati orang lain yang
melakukan tindakan yang sama), persuasi dari orang lain dan keadaan faktor fisik dan
emosional.

2.4. Pengembangan Hipotesis
Sebelum penulis menjelaskan hubungan satu per satu hipotesis, penulis ingin
menjelaskan kerangka pemikiran dari hipotesis yang diajukan. Penulis perpedoman
pada suatu premis bahwa orang yang terlibat dalam suatu partisipasi anggaran karena
adanya suatu trust terhadap orang yang bersangkutan berdasarkan keahlian orang
tersebut atau jabatan yang diembannya, dengan adanya trust yang diemban oleh
pimpinan mereka, otomatis mereka harus menjalankan amanah yang diemban sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) mereka. Apabila mereka dapat menjalankan
tupoksinya, maka kinerja mereka akan meningkat. Selain itu, seperti yang dijelaskan di
atas partisipasi anggaran juga dapat meningkatkan self-efficacy dalam diri mereka yaitu
keyakinan mereka untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara normatif, apabila

mereka mempunyai keyakinan bahwa program yang mereka buat dalam partisipasi
anggaran, otomatis mereka dapat mencapai kinerja yang diharapkan yang akhirnya
dapat meningkatkan kinerja mereka. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, penulis menggambarkan hubungan antara partisipasi anggaran, trust, selfefficacy dan kinerja manajerial dalam research framework yang dapat dilihat pada
Gambar 1.
===GAMBAR 1 DISINI===

2.4.1. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Trust
Dari beberapa literatur diungkapkan bahwa salah satu anteseden penting dalam
membangun trust dalam organisasi adalah partisipasi (Miles & Richie, 1984; Rosen &
Jarde, 1977; Savery, 1989; Steel & Liyod, 1988 dalam Bibiana, 2003). Menurut
Frederickson (1971) dan Thayaer (1973), partisipasi merupakan kunci dalam hubungan
baik internal maupun eksternal dari organisasi publik. Dan dikatakan oleh Martins
(2002) bahwa trust mampu mempengaruhi seluruh hubungan antara individu dengan
kelompok individu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Likert (1967) dalam Bibiana (2003)
diketahui bahwa partisipasi bawahan akan meningkatkan interpersonal trust diantara
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Nachmias (1985) mengungkapkan bahwa
birokrasi rasa keberhasilan tergantung pada pengalaman partisipasi dalam organisasi

karena kesuksesan untuk mengubah organisasi akan meningkatkan trust seseorang
dalam organisasi. Dengan melibatkan bawahan untuk berpartisipasi dan mempengaruhi
proses penyusunan anggaran akan meningkatkan trust bawahan, perasaan pengendalian
bawahan, dan keterlibatan ego dengan organisasi (Shield dan Shield, 1998 dalam
Sholihin et. al., 2011). Kemudian menurut Bibiana (2003) dan Sholihin et. al. (2011)
terdapat hubungan yang positif antara partisipasi dan interpersonal trust. Dari
penjelasan tersebut, hipotesis yang dapat diambil yaitu:
H 1 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap trust.
2.4.2. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Self-Efficacy
Penyusunan anggaran yang dilakukan secara partisipatif menunjukkan bahwa penetapan
tujuan organisasi dilakukan secara bersama-sama antara atasan dan bawahan
(Gitosudarmo dan Sudita, 1997). Menurut Nugrahani (2007), self-efficacy merupakan
salah satu faktor personal yang berkaitan dengan stres atau tekanan pada pekerjaan
maupun jabatan, dimana tekanan dalam pekerjaan dapat berpengaruh pada psikologi,
fisik dan perubahan perilaku negatif bawahan.

Kemudian diungkapkan oleh Siegel & Marconi (1989) bahwa penerapan partisipasi
dalam penganggaran memberikan banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat
mengurangi rasa tertekan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan akibat
adanya anggaran. Karena dengan adanya partisipasi anggaran, berarti baik atasan
maupun bawahan mengetahui dengan jelas tujuan organisasi, sehingga terjadi
kesesuaian antara tugas pribadi dan tugas di organisasi (Mutmainah, 2000 dalam
Nugrahani, 2007).
Ni, Su, Chung dan Cheng (2007) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh
partisipasi anggaran terhadap self-efficacy. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggaran dan self-efficacy.
Kemudian Mahanani (2009) menguji kembali pengaruh partisipasi anggaran terhadap
self-efficacy dan menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara partisipasi
anggaran dan self-efficacy. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang
diajukan yaitu:
H 2 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap self-efficacy.
2.4.3. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial
Brownell (1982) mengemukakan dua alasan tentang partisipasi: (1) partisipasi pada
umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yanag dapat meningkatkan kinerja
anggota organisasi, (2) berbagai penelitian mengenai hubungan antara partisipasi
anggaran dan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang saling bertentangan. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya penelitian terdahulu yang membahas hubungan antara
partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial, dan tema ini menjadi tema pokok yang
menarik dalam penelitian akuntansi manajemen (Lukka, 1988 dalam Marani, 2002).
Penelitian Milani (1975) dan Marani (2002) menemukan hasil yang tidak signifikan
sehingga partisipasi anggaran tidak mempengaruhi kinerja manajerial. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nouri dan Parker (1998), Dunk
(1990), Mia (1989), dan Chong (2005) yang menemukan bahwa partisipasi yang tinggi
dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa hingga kini belum ada kekonsistenan
hasil antara penelitian-penelitian terdahulu mengenai hubungan antara partisipasi
anggaran dengan kinerja manajerial, maka penelitian ini akan menganalisis kembali
hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan rumusan hipotesis sebagai
berikut:

H 3 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
2.4.4. Pengaruh Trust terhadap Kinerja Manajerial
Penelitian terhadap variabel trust yang dihubungkan dengan variabel kinerja telah
banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Covey (1991) menunjukkan bahwa
peningkatan trust dapat meningkatkan kinerja bila dihubungkan dengan struktur
organisasi yang lebih flat dan pengawasan yang lebih luas. Adler (2001) dalam Weibel
(2007, p. 500) mengungkapkan, “that managers efforts to build trust promote
organizational effectiveness”. Menurut Ouchi, trust adalah hal pertama yang harus
dipahami karena trust dan produktifitas berjalan beriringan (Astuti, 2005).
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas
organisasi (Riyadi, 2000). Keefektifan organisasi dalam mencapai visi, misi dan tujuan
organisasi tidak terlepas dari peranan atasan. Sikap atasan terhadap bawahannya seperti
memberikan trust dapat berpengaruh terhadap kepuasan kinerja (Untung et. al., 2007).
Savage (1982) melakukan penelitian mengenai hubungan antara trust dan kinerja, dan
mengungkapkan bahwa metode kinerja yang baru menjadikan trust sebagai dasar.
Dengan mengubah atmosphir trust akan memberikan dampak positif pada produktifitas
( Astuti, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Nyhan (2000) dan Ningsih (2002) juga
mengemukakan bahwa trust yang terjalin antara atasan dan bawahan dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan komitmen organisasi. Hasil penelitian Bibiana
(2003) dan Astuti (2005) konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa trust yang
tinggi berpengaruh positif dalam meningkatkan produktivitas kinerja. Berdasarkan
penjelasan tersebut, hipotesis yang dapat diambil yaitu:
H 4 : Trust berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
2.4.5. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kinerja Manajerial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2007) diketahui bahwa selfefficacy dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
manajer yang mempunyai self-efficacy tinggi akan mampu menghindar terjadinya
tekanan (konflik) sehingga meningkatkan kinerjanya. Seperti yang diungkapkan oleh
Baiman (1997) dalam Eccles dan Wigfield (2002) bahwa individu yang memiliki selfefficacy tinggi lebih percaya bahwa ia akan mampu mencapai kinerja meskipun ada
tekanan pada pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2007) dan Mahanani (2009) menemukan
adanya hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy dengan kinerja manajerial,
yang berarti semakin tinggi tingkat self-efficacy maka semakin tinggi pula kinerja
manajerial. Dari penjelasan tersebut, maka hipotesis yang dapat diambil yaitu:
H 5 : Self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
3.

Metodelogi Penelitian

3.1 Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola keuangan daerah pada satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Bandar
Lampung, Provinsi Lampung. Teknik dalam pemilihan SKPD dan responden di
Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan secara bertahap atau multistage sampling.
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999), multistage sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap lebih dari satu kali untuk
mendapatkan calon responden yang diinginkan dengan probabilitas yang sama. SKPD
yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode random sampling yaitu
dua puluh Dinas atau Badan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang mewakili pusat
belanja, pusat pendapatan, pusat pelayanan publik dan pusat administrasi. Responden
dalam penelitian ini adalah pejabat eselon dua, tiga dan empat selaku pengguna dan
kuasa pengguna anggaran/barang pada setiap SKPD yang menjadi objek penelitian.

3.2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey dengan
membagikan kuesioner kepada objek penelitian. Kuesioner merupakan serangkaian
pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama
dapat diajukan kepada setiap responden. Kemudian jawaban dari kuesioner yang
dibagikan kepada responden ini akan diolah dan dianalisis. Kuesioner partisipasi
anggaran, trust, self-efficacy dan kinerja manajerial diperoleh dari penelitian terdahulu
dan merupakan kuesioner yang paling sering digunakan dalam penelitian sebelumnya.
Kuesioner penelitian ini diadopsi dari kuesioner dalam bahasa inggris sehingga
diperlukan keserasian bahasa dan tata padan yang sesuai agar terhindar dari
kesalahpahaman arah dan tujuan dalam penelitian ini.

3.3. Pengukuran Instrumen
Partisipasi Anggaran. Pengukuran partisipasi anggaran menggunakan 5 poin skala
likert. Instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran dalam penelitian
ini terdiri dari 6 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Milani (1975) dan telah
banyak digunakan oleh peneliti terdahulu, khususnya di bidang akuntansi manajemen
dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang memuaskan Chenhall dan Brownell
(1988), Mia (1988, 1999), Brownell (1982), Dunk (1995), Nouri dan Parker (1998),
Poon (2001). Responden diminta untuk memberikan penilaian seberapa besar pendapat
mereka atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan memilih salah satu dari 5
skala likert. Angka 1 untuk sangat tidak setuju sampai dengan angka 5 untuk sangat
setuju.
Trust. Pengukuran trust menggunakan 5 poin skala likert. Penelitian ini menggunakan 5
pertanyaan dari instrumen yang dikembangkan oleh Cook dan Wall (1980). Kuesioner
ini mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai seberapa besar pendapat
mereka atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan skala likert 1-5.
Angka 1 untuk sangat tidak setuju sampai angka 5 untuk sangat setuju.

Self-Efficacy. Pengukuran self-efficacy menggunakan instrumen yang dikembangkan
oleh Bandura (1997) dan disusun oleh Judge et al., (1998). Instrumen yang berkaitan
dengan self-efficacy terdiri dari 8 item pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala
likert yaitu mulai skor 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Semakin tinggi
skor yang diperoleh berarti para manajer yang mempunyai self-efficacy tinggi semakin
percaya dan yakin terhadap kemampuan prestasinya.
Kinerja manajerial. Pengukuran kinerja manajerial menggunakan 5 poin skala likert.
Pengukuran kinerja manajerial dalam penelitian ini menggunakan instrumen self-ratting
yang dikembangkan oleh Mahoney et. al. (1963) yang terdiri dari 9 item pertanyaan.
Instrumen diukur dengan skala likert mulai dari 1 yang menunjukkan kinerja yang
paling rendah sampai 5 yang menunjukkan kinerja paling tinggi.

4.

Hasil dan Pembahasan

4.1. Demografi Responden
Berdasarkan Tabel 1 tentang deskriptif responden diketahui bahwa sebagian besar
responden penelitian ini didominasi oleh responden pria yaitu berjumlah 76 orang
(66.67%) dari total 114 responden, dan responden wanita berjumlah 38 orang (33.33%).

Dilihat dari usia, mayoritas responden berusia antara 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 57
orang atau 50% dari total responden. Kemudian pada usia ≥ 51 tahun sebanyak 37 orang
(32,46%) dan usia responden minoritas pada usia ≤ 30 tahun yaitu hanya sebanyak 3
orang (2,63%). Hal ini dimungkinkan karena penempatan jabatan berdasarkan
pengalaman dan lamanya bekerja. Sedangkan tingkat pendidikan responden mayoritas
adalah S1 sebanyak 67 orang atau 58,77% dari total responden. Kemudian untuk tingkat
pendidikan S2/S3 terdapat 44 orang (38,60%) dan hanya 3 orang (2,63%) saja yang
berpendidikan D3. Dalam penelitian ini, responden adalah pejabat pengelola keuangan
daerah dari setiap SKPD yang terdiri dari 12 orang (10,53%) pejabat eselon II, 78 orang
(68,42%) pejabat eselon III, dan 24 orang (21.05%) pejabat eselon IV dari total
responden keseluruhan.
===TABEL 1 DISINI===

4.2. Statistik Deskriptif
Dalam Tabel 2 diketahui bahwa skor terendah dari jawaban responden untuk variabel
partisipasi anggaran adalah 8 dan skor tertinggi adalah 30, sehingga rata-rata (mean)
total jumlah skor jawaban partisipasi anggaran adalah 21,3246 yang menunjukkan
bahwa rata-rata responden cukup mengerti dan memahami tentang partisipasi anggaran.
Skor terendah untuk variabel trust adalah 12 dan skor tertinggi adalah 25, sehingga ratarata (mean) total jumlah skor jawaban adalah 19,8333 yang menunjukkan bahwa ratarata responden menyatakan bahwa adanya trust dalam lingkungan pemerintah daerah
akan meningkatkan kinerja manajerial. Skor terendah dari untuk variabel self-efficacy
adalah 19 dan skor tertinggi adalah 40, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor
jawaban adalah 29,7193 yang menunjukkan bahwa rata-rata responden menyatakan
bahwa self-efficacy yang tinggi yang dimiliki masing-masing pejabat/staf dalam
pemerintah daerah akan meningkatkan kinerja manajerial. Skor terendah untuk variabel
kinerja manajerial adalah 19 dan skor tertinggi adalah 45, sehingga rata-rata (mean)
total jumlah skor jawaban adalah 34,8947 yang menunjukkan bahwa rata-rata responden
menyatakan bahwa kinerja manajerial tempat mereka bekerja cukup baik.
===TABEL 2 DISINI===

4.3. Analisis Data
4.3.1 Pengujian Measurement Model
4.3.1.1 Uji Reliabilitas
Suatu data dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha dan Composite
Reliability lebih dari 0,7 (Hulland, 1999). Pada Tabel 3 menunjukan reliabilitas
konstruk atau variabel laten memiliki nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability
lebih dari 0,7 yang menandakan bahwa konsistensi internal antar variabel memiliki
reliabilitas yang baik.
===TABEL 3 DISINI===

4.3.1.2 Uji Validitas
a. Uji Validitas Konvergen
Pengujian validitas konvergen dilakukan dengan melihat nilai AVE (Average Variance
Extracted). Uji validitas konvergen dikatakan baik apabila memiliki nilai AVE lebih
dari 0,50. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa konstruk keseluruhan variabel
memenuhi kriteria validitas konvergen yaitu nilai AVE > 0,50. Hal ini dapat diartikan
bahwa kontruk memiliki nilai validitas konvergen yang baik.
===TABEL 4 DISINI===

b. Uji Validitas Diskriminan
Uji validitas diskriminan dapat diukur dengan melihat nilai cross loading dan fornelllarcker. Hasil pengukuran cross loading dapat dilihat dalam Tabel 5. Pengukuran
validitas diskriminan menggunakan Cross Loading berasumsi bahwa faktor loading tiap
item harus lebih tinggi daripada konstruk variabel lain yang tidak hendak diukur.
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa muatan konstruk untuk keseluruhan item variabel
yang sesuai dengan konstruk yang diukur lebih tinggi dibanding dengan konstruk yang
tidak diukur (muatan silang). Terlihat dari hasil analisis bahwa nilai loading semua item
PA lebih tinggi dibanding muatan silangnya. Begitu juga dengan indikator lainnya yang
berkorelasi lebih tinggi dengan konstruk masing-masing dibanding dengan yang
lainnya, hal ini berarti bahwa konstruk memiliki nilai validitas diskriminan yang baik.
===TABEL 5 DISINI===
Selain

itu,

untuk melihat

validitas

diskriminan

yang

baik

adalah

dengan

membandingkan antara nilai kuadrat korelasi antara konstruk dengan nilai AVE
masing-masing konstruk atau korelasi antara konstruk dengan akar AVE. Dari Tabel 6

dapat dilihat bahwa seluruh nilai korelasi antar konstruk dengan nilai akar AVE lebih
tinggi dari nilai konstruk lainnya maka validitas diskriminan dapat didukung.
===TABEL 6 DISINI===

4.2.1.3 Pengukuran Model Struktur
Pengukuran model stuktur diukur dengan melihat R2 variabel dependen dan uji
koefisien jalur. Pengukuran model stuktur dikatakan baik jika R2 lebih besar dari 0,1.
Pengujian koefisien jalur dilakukan menggunakan prosedur bootstrap dengan 500
pengganti. Hubungan antar konstruk dikatakan kuat apabila koefisien jalur (path
coefficient) lebih besar dari 0,1 dan hubungan antar variabel dikatakan cukup signifikan
jika lebih dari 0,05 (Urbach & Ahlemann, 2010).
===TABEL 7 DISINI===
Berdasarkan hasil analisis dalam Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai R2 dari Trust, SE, dan
KM masing-masing adalah 0,233; 0,409; 0,549. Kriteria nilai coefficient of
determination (R2) dikatakan baik jika memiliki nilai R2 lebih dari 0,1. Berdasarkan
persyaratan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Coefficient of Determination dalam
penelitian ini layak, yang artinya ada korelasi yang baik antara konstruk eksogen,
sehingga dengan demikian dapat dilakukan langkah berikutnya yaitu menguji hipotesis.

4.4. Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap trust.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam Tabel 7 mengindikasikan bahwa variabel
partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap variabel trust. Hal ini didasarkan pada
hasil dari perhitungan pengukuran struktural model dengan nilai yang sangat signifikan
(β= 0,483; t=5,892; p < 0,05). Oleh karena itu, dari hasil analisis di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis pertama diterima.
Hasil analisis dalam penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nyhan (2000), Ningsih (2002), Akbar (2005) yang menunjukkan bahwa
pemberian kesempatan pada bawahan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran
dapat meningkatkan interpersonal trust antara atasan dan bawahan. Hal ini
menunjukkan bahwa partisipasi berpengaruh positif pada kondisi organisasi yang stabil
dan terdesendralisasi (Yuki, 1977 dalam Bibiana, 2003). Karena dengan berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran, baik pejabat ataupun staff merasa bahwa dirinya diberi
kesempatan yang sama untuk menuangkan masukan-masukan atau ide tentang

pekerjaan. Sehingga hal tersebut dapat memenuhi tiga kebutuhan dasar manusia yaitu
meningkatnya otonomi, meningkatnya perasaan berharga dan mengurangi isolasi atau
perasaan terasingkan (Sashkin, 1984 dalam Bibiana, 2003). Karena keputusan yang
dibuat melalui desentralisasi dengan melibatkan bawahan untuk berpartisipasi dan
mempengaruhi proses penyusunan anggaran akan meningkatkan trust bawahan,
perasaan pengendalian bawahan, dan keterlibatan ego dengan organisasi (Shield dan
Shield, 1998 dalam Sholihin et. al., 2011). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap trust.
Hipotesis 2 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap self-efficacy.
Berdasarkan

hasil

pengujian

hipotesis

yang

dapat

dilihat

dalam

Tabel

7

mengindikasikan bahwa variabel partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap
variabel self-efficacy. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan pengukuran struktural
model dengan nilai yang dihasilkan sangat signifikan (β= 0,639; t=9,273; p < 0,05).
Dari hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima.
Hasil analisis dalam penelitian ini mendukung dan membuktikan secara empiris
penelitian yang dilakukan oleh Mahanani (2009) dan Sheely (1999) yang kemudian
diteliti kembali oleh Hermastho (2001) yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif
antara partisipasi anggaran dengan self-efficacy. Hasil penelitian ini didukung pula oleh
Siegel & Marconi (1989) yang mengemukakan bahwa penerapan partisipasi dalam
penganggaran memberikan banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat mengurangi rasa
tertekan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan akibat adanya anggaran.
Sehingga dengan berkurangnya tekanan dalam pekerjaan karena penerapan penetapan
anggaran yang disusun secara partisipatif antara atasan dan bawahan menumbuhkan
perasaan saling terbuka, dihargai dan diandalkan, maka self-efficacy pada individu yang
terlibat akan meningkat untuk menyelesaikan tugasnya secara maksimal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap
tingkat self-efficacy.
Hipotesis 3 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial.
Berdasarkan

hasil

pengujian

hipotesis

yang

dapat

dilihat

dalam

Tabel

7

mengindikasikan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja
manajerial. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan pengukuran struktural model dan
nilai yang dihasilkan tidak signifikan (β= 0,094; t= 1,092; p > 0,05). Dari hasil analisis
tersebut diketahui bahwa hipotesis ketiga tidak terdukung.

Penelitian ini memperkuat hasil penelitian Milani (1975), Marani (2002), Nugrahani
(2007) dan Hayu (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh langsung antara
partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Karena berdasarkan pengalaman penulis
pada saat proses pengumpulan data, banyak responden yang menyatakan walaupun
responden berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, namun keputusan untuk
mengesahkan anggaran yang akan dilaksanakan untuk periode waktu tertentu berada di
tangan dewan legislatif. Sehingga peran pejabat eselon II, III dan IV dalam
pengambilan keputusan akhir anggaran tidak besar. Selain itu, penerapan anggaran
partisipatif dalam organisasi tidak semata-mata akan meningkatkan kinerja manajerial
jika di dalam diri setiap individu yang terlibat tidak memiliki kemampuan, kepercayaan
(trust), motivasi maupun keyakinan diri (self-efficacy) untuk meningkatkan kualitas
dirinya guna mencapai tujuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada penelitian
ini partisipasi anggaran tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja manajerial pada
Pemerintahan Kota Bandar Lampung.
Hipotesis 4 : Trust berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada Tabel 7 mengindikasikan bahwa variabel
trust berpengaruh positif terhadap variabel kinerja manajerial. Hal ini didasarkan pada
hasil dari perhitungan pengukuran struktural model dengan nilai yang sangat signifikan
(β= 0,391; t= 3,862; p < 0,05). Oleh karena itu, dari hasil analisis di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis keempat diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh
Nyhan (2000), Ningsih (2002), Bibiana (2003), Akbar (2005), Astuti (2005), dan Mone
(2008) yang menyatakan bahwa trust berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
dan kinerja. Hal ini didukung oleh pernyataan dari pakar psikologi Erik H. Erikson
bahwa landasan paling mendasar dari perkembangan psikososial yang baik adalah trust
(secara psikologis). Kurangnya trust dalam suatu hubungan dapat memberikan perasaan
was-was, curiga dan tidak berharga. Dengan demikian, trust mampu mempengaruhi
seluruh hubungan antara individu dengan kelompok individu. Dengan adanya trust
memungkinkan terjadinya kerjasama yang bersifat sukarela, sehingga akan berdampak
positif pada peningkatan kualitas kinerja manajerial.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Savage (1982) yang
melakukan penelitian mengenai hubungan antara trust dan kinerja. Dalam penelitiannya
Savage mengungkapkan bahwa metode kinerja yang baru menjadikan trust sebagai
dasar. Dengan mengubah atmosphir trust akan memberikan dampak positif pada

produktifitas. Hal ini mengakibatkan terbentuknya trust dalam sebuah hubungan akan
berdampak positif pada sikap, perilaku dan kompetensi pegawai untuk menunjukkan
integritasnya kepada atasan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya secara
individu yang berdampak pula pada peningkatan kinerja manajerial.
Hipotesis 5 : Self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan

hasil

pengujian

hipotesis

yang

dapat

dilihat

dalam

Tabel

7

mengindikasikan bahwa variabel self-efficacy berpengaruh positif terhadap variabel kinerja manajerial. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan pengukuran struktural
model dengan nilai yang dihasilkan sangat signifikan (β= 0,337; t= 3,124; p < 0,05).
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hermastho (2001) dan Nugrahani (2007)
yang menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy dengan
kinerja manajerial. Hasil serupa juga pernah diungkapkan oleh Mahanani (2009) dalam
penelitiannya yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat self-efficacy maka
semakin tinggi pula kinerja manajerial. Hal ini membuktikan bahwa dengan selfefficacy yang tinggi seseorang memiliki keyakinan yang kuat untuk mengahadapi segala
macam situasi dan ia percaya bahwa dirinya mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
tingkat kompleksitas tugas yang tinggi, yang dimana hal tersebut dianggap sebagai
tantangan dan kesempatan baginya untuk menunjukkan keahliannya. Individu yang
memiliki self-efficacy tinggi memiliki motivasi diri yang tinggi pula terhadap suatu
tugas, sehingga ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya dan meningkatkan prestasi kinerjanya, baik secara individu
ataupun berkelompok. Dan dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa selfefficacy berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
===GAMBAR 2 DISINI===

5.

Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran

5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial melalui trust dan self-efficacy sebagai variabel yang memediasi.
Untuk menjawab tujuan di atas, penulis melakukan survei dengan menyebar kuesioner
pada Pemerintah Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan pada dinas atau badan
pemerintahan yang mewakili empat pusat pertanggungjawaban, yaitu: pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat administrasi dan pusat pelayanan umum. Dari 20 dinas atau badan

yang mewakili objek penelitian, penulis memperoleh sebanyak 123 kuesioner kembali
namun hanya 114 kuesioner yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel data
penelitian. Kemudian penulis menganalisis data tersebut dengan menggunakan
Structural Equation Modeling (SEM), khususnya SmartPLS.
Berdasarkan hasil analisis penulis menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh
positif dan sangat signifikan terhadap trust, sehingga hipotesis pertama diterima. Hasil
uji hipotesis kedua menunjukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan
sangat signifikan terhadap self-efficacy, dan hipotesis kedua kembali diterima. Hasil uji
hipotesis ketiga menemukan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh dan secara
statistik tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Hal ini menunjukan bahwa tidak
terdapat dampak langsung dari partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial,
sehingga hipotesis ketiga ditolak. Hasil uji hipotesis keempat menyatakan bahwa trust
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, oleh karena itu hipotesis
keempat diterima. Hasil uji hipotesis kelima menunjukan bahwa self-efficacy
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, sehingga hipotesis
kelima diterima.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa trust dan self-efficacy merupakan
full mediated karena kedua hipotesis trust sebagai variabel pemediasi diterima, begitu
pula dengan kedua hipotesis self-efficacy sebagai variabel pemediasi pun diterima.
Sedangkan hipotesis pengaruh langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja
manajerial tidak terdukung.

5.2. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain sampel penelitian sedikit. Hal
ini terjadi karena keterbatasan dana dan waktu jika ingin melakukan penelitian dengan
objek Pemerintah Daerah yang ada di Provinsi Lampung. Sehingga penelitian ini hanya
berfokus pada dinas dan badan yang ada di Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung.
Selain itu, berdasarkan peraturan daerah tentang penyusunan APBD hanya pejabat
eselon II, III dan IV yang terlibat dalam penetapan anggaran sehingga dibutuhkan objek
penelitian yang lebih luas untuk memperoleh sampel penelitian yang lebih banyak.
Keterbatasan lain yang kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian yaitu metode
survei yang digunakan dalam penelitian ini tanpa dilengkapi dengan wawancara atau
pernyataan secara lisan. Sehingga jawaban responden belum tentu mencerminkan

keadaan yang sebenarnya dan kemungkinan hasil akan berbeda jika data diperoleh
dengan cara wawancara.

5.3. Saran
Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan, penulis menyarankan agar
penelitian selanjutnya memperluas objek yang diteliti sehingga sampel yang diperoleh
bisa lebih banyak. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan laporan keuangan
SKPD untuk mengukur kinerja manajerial melalui kinerja keuangannya (kuantitatif).
Pada penelitian ini penulis mengembangkan konstruk baru yaitu trust dan self-efficacy.
Untuk itu penulis berharap agar penelitian selanjutkan akan mengembangkan konstruk
ini pada objek penelitian yang lain.

References
Akbar, Z. 2005. Anteseden dan Konsekuensi Kepercayaan Interpersonal (Interpersonal
Trust) pada Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Tingkat II
Kabupaten Rejang Lebong). Yogyakarta: FE Universitas Islam Indonesia.
Astuti, R. F. 2005. Pengaruh Kepercayaan pada Atasan, Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasi terhadap Kinerja Karyawan. Semarang: FE Universitas Diponegoro.
Baiman, S. 1982. Agency Research in Managerial Accounting. Journal of Accounting
Literature. pp. 154-213.
Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. W. H. Freeman and
Company. New York.
Bibiana, R. P. 2003. Pengaruh Partisipasi, Umpan Balik, Pemberdayaan Karyawan
terhadap Kepercayaan Interpersonal dan Konsekuensinya. Semarang: FE
Universitas Diponegoro.
Brownell, P. 1982. The Role of Accounting Data in Performance Evaluation, Budgetary
Paticipation and Organizational Effectiveness. Journal of Accounting Research,
Vol. 20. pp. 12-27.
Chenhall, H. R. and P. Brownell. 1988. The Effect of Participative Budgeting on Job
Satisfaction and Performance Role Ambiguity as An Intervening Variable.
Accounting Organizations and Society, Vol. 13, No. 3. pp. 225-233.
Chong, K. V., I. R. C. Eggleton, M. K. C. Leong. 2005. The Impact of Market
Competition and Budgetary Participation on Performance and Job Satisfaction:
A Research Note. The British Accounting Review, Vol. 37. pp. 115-133.
Cook, J. and T. Wall. 1980. New Work Attitude Measures of Trust, Organizational
Commitment and Personal Need Non-Fulfilment. Journal of Occupational
Psychology, Vol. 53. pp. 39-52.
Dunk, S. A. 1990. Budgetary Participation, Agreement on Evaluation Criteria and
Managerial Performance: A Research Note. Accounting Organizations and
Society, Vol. 13, No. 3. pp. 171-178.
Eccles, S. J. dan A. Wigfield. 2002. Motivational Beliefs, Values, and Goals. Annual
Reviews Psychology, Vol. 53. pp. 109-132.
Engko, C. 2008. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Individual dengan Self
Esteem dan Self Efficacy sebagai Variabel Intervening. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 10, No. 1. pp. 1-12.
Frucot, V., dan S. White. 2006. Managerial Levels and The Effects of Budgetary
Partisipation on Managers. Managerial Auditing Journal, Vol. 21. No.2. pp. 191206.

Ghozali, Imam. 2013. IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Hayu, P. A. 2011. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui
Komitmen Organisasi dan Motivasi sebagai Variabel Intervening. Semarang: FE
Universitas Diponegoro.
Hermastho, B. 2001. Analisis Pengaruh Variabel Struktur Organisasi, Kultur
Organisasi, Locus of Control, Self Efficacy dan Job-Relevant Information
terhadap Efektivitas Anggaran Partisipasi. Semarang: FE Universitas
Diponegoro.
Hyvonen, J. 2007. Strategy, Performance Measurement Techniques and Information
Technology of The Firm and Their Links to Organizational Performance.
Management Accounting Research, Vol. 18. pp. 343-366.
Jermias, J. dan S. Trisnawati. 2008. The Moderating Effects of Hierarchy and Control
Systems on The Relationship between Budgetary Participation and Performance.
The International Journal of Accounting, Vol. 43. pp. 268-292.
Judge, T. A., Locke, E. A., Durhan, C. C. dan Kluger, A. N. 1998. Dispotitional Effects
on Job and Life Satisfaction: The Role of Core Evaluations. Journal of Applied
Psychology, Vol. 83, No. 1. pp. 17-34.
Kihn, L. A. 2010. Performance Outcomes in Empirical Developments and Implications
for Future Research. and Performance Management, Vol. 59. No. 5. pp. 468497.
Kreitner, R. dan A. Kinicki. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama, Jakarta;
Salemba Empat.
Leach-Lopez, M. William, W. S. dan K. S. Lee. 2009. Budget Participation and Job
Performance of South Korean Managers: Mediated By Job Satisfaction and Job
Relevant Information. Management Research News, Vol. 32. No.3. pp. 220-238.
Mahanani, T. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan
Self-Efficacy, Social Desirability, dan Organizational Commitment sebagai
Variabel Intervening. Surakarta: FE Universitas Sebelas Maret.
Mahoney, T. A., T. H. Jerdes and S. J. Carroll. 1963. Development Managerial
Performance: A Research Approach. Cincinnati OH: Southwestern Publishing
Company
Martins, N. 2002. A Model for Managing Trust. Journal of Manpower, Vol. 23. No. 8.
pp. 745-769.
Mia, L. 1989. The Impact of Participation In Budgeting and Job Difficulty on
Managerial Performance and Work Motivation: A Research Note. Accounting
Organizations and Society, Vol. 14, No. 4. pp. 347-357.

Milani, K. 1975. The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial
Supervisor Performance and Attitudes: A Field Study. The Accounting Review.
pp. 274-284.
Mishra, J. dan Marrissey, M. A. 1996. Trust Employee/Employer Relationship: A
Survey of West Michigan Managers. Public Personnel Management, Vol. 19.
Mone, A. J. 2008. Anteseden dan Konsekuensi Kepercayaan Interpersonal
(Interpersonal Trust): Kasus Pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Yogyakarta: FE UGM.
Ni, F., Su, C., Chung, S. dan Cheng, K. 2007. Budgetary Participation’s Effect on
Managerial Outcomes: Mediating Roles of Self-Efficacy and Attitudes Toward
Budgetary Decision Makers.
Ningsih, S. dan Mardiasmo. 2002. Anteseden dan Konsekuensi Kepercayaan
Interpersonal (Interpersonal Trust) pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan
Kota Yogyakarta. Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 5.
Nouri, H. and R. J. Parker. 1998. The Relationship Between Budget Participation and
Job Performance: The Roles of Budget Adequacy and Organizational
Commitment. Accounting Organizations and Society, Vol. 23, No. 5/6. pp. 467483.
Nugrahani, T. S. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi dan SelfEfficacy terhadap Kinerja Manajerial. Yogyakarta: FE Universitas PGRI
Yogyakarta.
Nyhan Ronal P. 2000. Changing The Paradigm: Trust and Its Role in Public Sector
Organizaztions. American Review of Public Administration, Vol. 30. No. 1. pp.
87-109.
Siegel, G. dan Marconi, R. H. 1989. Behavioural Accounting. South-Western
Publishing Co. Cincinnati, Ohio.
Savage, D. 1982. Trust as a Productivity Management Tool. Trainning and
Development Journal. pp. 54-57.
Sholihin, M., P. Richard, Mangena M., Li J. 2011. Goal-Setting Participation and Goal
Commitment Examining: The Mediating Roles of Procedural Fairness and
Interpersonal Trust in a UK Financial Services Organisation. The British
Accounting Review, Vol. 43. pp. 135-146.
Subramaniam, N. dan Lokman Mia. 2001. The Relation between Decentralised
Structure, Budgetary Participation and Organisational Commitment: The
Moderating Role of Managers’ Value Orientation Towards Innovation.
Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 14. No. 1. Pp. 12-29.
Urbachn N., dan F. Ahleman. 2010. Structural Equation Modeling in Information
Systems Research Using Partial Least Square. Journal of Information
Technology Theory and Application, Vol. 11, No. 2. pp. 5-39.
Weibel, A. 2007. Formal Control and Trustworthiness: Shall the Twain Never Meet?.
Group and Organizational Management, Vol. 32. No. 4. pp. 500-517.

APPENDIXES
Tabel 1 Deskriptif Responden
Demografi
Jenis Kelamin:
Pria
Wanita
Usia:
≤ 30 tahun
31 - 40 tahun
41 - 50 tahun
≥ 51 tahun
Tingkat Pendidikan:
SMA/Diploma
S1
S2/S3
Jabatan di Pemda:
Eselon II
Eselon III
Eselon IV

Jumlah
(n)

Komulatif

Proporsi
(n)

Komulatif
(%)

76
38

76
114

66.67%
33.33%

66.67%
100%

3
17
57
37

3
20
77
114

2.63%
14.91%
50.00%
32.46%

2.36%
17.54%
67.54%
100%

3
67
44

3
70
114

2.63%
58.77%
38.60%

2.63%
61.40%
100%

12
78
24

12
90
114

10.53%
68.42%
21.05%

10.