13 implikasi uu kelembagaan ekonomi

  

Dampak Lahirnya

Beberapa UU terhadap

Kelembagaan Ekonomi –

Keuangan Mikro

  

Terhadap Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro/Mikro

Syariah dalam Konteks Pendayagunaan Modal Sosial

  1. Masalah distribusi kepemilikan tanah,

Beberapa Persoalan

9. Otonomi yang tanpa atau paling yang ditandai dengan kesenjangan tidak, minim committment nasional. penyusutan lahan pertanian antara pertumbuhan real estate dan 10. Mandegnya perkembangan penguasaan ilmu pengetahuan dan 2. Sentra produksi, menyangkut kehidupan orang banyak dikuasai beberapa orang saja. 11. Belum ada tanda-tanda konversi pengiriman TKI/TKW menjadi teknologi. 3. Oligarki sekitar 500 orang, juta rakyat Indonesia (ditandai dg a.l. sebagian besar mematikan swadaya mempunyai kekayaan lebih dari 245 12. UU bidang Ekku yang dilahirkan, pengiriman tenaka kerja trampil. 4. Proses termarginalkannya 90% koefsien Gini 0.42). dan kreativitas masyarakat, sehingga penduduk Indonesia di era Indonesia tidak bisa dikonversi sosial kapital yang dimiliki bangsa 5. Masalah korupsi dan in efsiensi disegala bidang globalisasi. Lembaga Keuangan Mikro 2013, yang : UU OJK, UU Koperasi 2012, UU menjadi fnansial kapital (berawal dari 6. Masalah ketahanan pangan dan energi yang dilahirkan tersebut hanya memuluskan proses-proses mematikan BMT). UU bidang ekku 7. Tingkat pendidikan, masyarakat Indonesia, rata2 masih rendah dan meniadakan kemampuan “korporatokrasi” yang akan

  NEGARA

  UU 17/2003 ttg Keuangan

Negara (1)

  • BAB II
  • KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN

  (1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang

kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai

bagian dari kekuasaan pemerintahan.

(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :

  a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

  

UU 17/2003 ttg Keuangan

Negara (2)

  • BAB VIII
  • PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
  • APBN DAN APBD
  • Pasal 30
  • (1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBNkepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa

    Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun

    anggaran berakhir.
  • (2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi

    Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan

    atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya

  

Implikasi UU 17/2003

  • DenganUU 17/2003 ini, praktis kebijakan fskal Indonesia/APBN tidak mempunyai kaitan dengan perencananaan jangka panjang.
  • Menkeu menjadi dominan dalam menentukan alokasi-alokasi anggaran (pasal6 ayat 2) yang bersifat hanya tahunan.
  • BUMN tidak bisa bergerak secara korporasi, karena pemeriksaan keuangan oleh BPK dengan gunakan standard APBN dan bukan

UU No. 17 tahun 2012 (sdh tentang Perkoperasian

  

dibatalkan MK bln Mei 2014 lalu)

  • Hanya dikenal empat jenis koperasi: konsumen, produsen, simpan pinjam dan jasa.
  • Koperasi Serba Usaha (KSU) sudah tidak

    diperbolehkan lagi. Bagi KSU yang masih memiliki

    unit simpan pinjam, diberi waktu 3 tahun agar unit simpan pinjamnya dapat berdiri sendiri menjadi Koperasi Simpan Pinjam.
  • Modal: setoran pokok dan sertifkat modal koperasi.

  (pasal 68-73 UU 17/2012)

  • • Implikasi: Koperasi semakin dikerdilkan, tidak bisa

    memiliki banyak unit usaha seperti sebelumnya,

    dalam arti konversi modal sosial ke modal fnansial

Modal Koperasi

  • Calon Anggota koperasi harus membayar setoran pokok untuk menjadi Anggota Koperasi.
  • Anggota Koperasi wajib membeli Sertifkat Modal Koperasi.
  • Dana disetor dalam wujud Sertifkat Modal Koperasi tidak bisa ditarik, hanya bisa dipindah tangankan pada Anggota lainnya atau ahli waris.
  • Implikasi: tidak menarik untuk memupuk modal di Koperasi, Koperasi sulit besar dengan

  

UU No. 1 / 2013 tentang

Lembaga Keuangan Mikro

(LKM)

  • Badan Hukum harus berbentuk : Perseroan

  Terbatas atau Koperasi (UU No. 1 / 2013 tentang LKM).

  • Jika badan hukumnya PT, sahamnya paling sedikit 60% dimiliki oleh Pemda Kabupaten/kota atau Badan Usaha Milik Desa/kelurahan.
  • • Implikasi: bagi perorangan/kelompok perorangan

    yang ingin mendirikan LKM tidak punya pilihan

    bentuk badan hukum, kecuali Koperasi • LKMSyariah, yang dimiliki perorangan/kelompok perorangan pilihan badan hukumnya hanya koperasi.

  

Peran OJK (UU 21/2011)

yang selanjutnya

  • Otoritas Jasa Keuangan,

  

disingkat OJK,adalah lembaga yang independen dan

bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai

fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,

pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini

  • • OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

    terhadap:

  a.kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b.kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c.kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

  Keuangan

  Struktur Pengaturan dan pengawasan pola lama (sebelum ada UU OJK)

  BMT dilahirkan oleh swadaya masyarakat sendiri

BM

  untuk mengatasi persoalan

T

  keuangan yang berbasis kepercayaan (trust Swaday

  

Struktur pengaturan dan pengawasan pola

baru? Berdasarkan UU 21/2011-OJK, UU 17/2012- Koperasi dan UU 1/2013-LKM

  Regulator Pengawasan & Perijinan

  

Implikasi OJK

  • Karena menurut UU, OJK harus mengawasi semua lembaga keuangan, maka lembaga keuangan mikro, koperasi dan lembaga keuangan apapun harus dalam pengawasan OJK. Akibat dari keadaan ini, lembaga- lembaga keuangan bukan bank diperlakukan se-olah-olah bank, sehingga dalam waktu tidak lama lembaga keuangan mikro dan koperasi potensial akan “mati”. Akhirnya lembaga keuangan besaryang akan hidup.

Saran Untuk UU OJK

  • Sesuai dengan kjonsistensi UU Bank

    Indonesia, maka seharusnya OJK hanya

    difungsikan untuk pengawasan lembaga perbankan sebagai pengganti BI.
  • Lembaga keuangan bukan bank

    dikembalikan lagi kepada instansi yang

    sesuai dengan karakteristik lembaga keuangan masing-masing. Misal Koperasi simpan-pinjam kembali ke Kementrian Koperasi, demikian dengan lembaga

  

Rekomendasi Normatif

Apabila OJK tetap seperti apa adanya, maka :

  • Perlu memberi petunjuk dan

  pendampingan bagi daerah-daerah yang telah mendirikan LKM berbentuk BMT agar bisa memiliki badan hukum yang

sesuai dengan ketentuan perundangan

yang berlaku.

  • Implikasi : Modal sosial tidak bisa lagi

  

dikonversi menjadi modal fnansial, krn

berbagai “UU terkait” yang baru

tersebut bersifat korporatisme based,

  

Landasan Konstitusional:

Pasal 33 UUD 1945

  2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat.

  4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efsiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

  Penjelasan Usaha Bersama

dan

Asas Kekeluargaan

  • “Kebersamaan” adalah suatu “mutuality” dan

  “asas kekeluargaan” adalah “brotherhood” (bukan kinship) atau “broederschap”, bahasa agamanya adalah ukhuwah, yang mengemban semangat kolektivitas dan solidaritas sosial.

  • Jadi asas kekeluargaan yang brotherhood ini bukanlah asas keluarga atau asas kekerabatan (bukan family system atau kinship) yang nepotistik. Kebersamaan dan kekeluargaan adalah asas ekonomi kolektif (cooperativism) yang dianut Indonesia Merdeka, sebagai lawan dari asas individualisme yang menjadi dasar sistem ekonomi kolonial yang dipelihara oleh

  

Penjelasan Pasal 33 UUD

1945

  • “… Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan rakyat banyak ditindasinya …”.

  

Relevansi Pasal 33 UUD

1945 dengan Kondisi Global

Saat Ini

  • Pasal 33 UUD 1945 sebenarnya makin relevan dengan tuntutan global untuk menumbuhkan

  global solidarity (solidaritas global) dan global

mutuality (kerjasama saling menguntungkan

  secara global), karena untuk kesejahteraan bersama, bukan orang-perorang.

  • Makin berkembangnya aliran sosial-demokrasi

  (Anthony Giddens, Tony Blair, dll) makin meningkatkan relevansi Pasal 33 UUD 1945 saat ini. Saat ini 13 dari 15 negara Eropa Barat menganut paham sosial-demokrasi (Dawam Rahardjo, 2000).

  MODAL SOSIAL SEBAGAI SUMBER KEKUATAN TERBESAR HADAPI PERSAINGAN GLOBAL DI MASA MENDATANG MODAL APA YANG DIPERLUKAN HADAPI

  

Evolusi Peran Sumber Pertumbuhan

Ekonomi dan Kegagalan

Pembangunan

  • Pertumbuhan ekonomi bersumber pada:
    • – Sumberdaya alam  Tenaga kerja  Kapital  Sumberdaya manusia  Sumberdaya sosial

  • Kegagalan pembangunan di samping disebabkan karena faktor-faktor kendala seperti ketidakstabilan politik, sistem politik, perang, dan perpecahan karena suku atau agama, juga bisa oleh kurangnya perhatian/pengertian kepada manusia serta lembaga-lembaga sosial yang seharusnya

  Kendala Sosial yang ‘dianggap’ Menghambat

  

Pembangunan

Asumsi yang selalu dikembangkan :

  • Tatanan sosial dan budaya masyarakat yang sangat kuat ikatan-ikatan tradisional dan primordialnya.
  • Lemahnya solidaritas sosial antar kelompok dalam masyarakat.
  • Keterbatasan sumber daya.
  • Penempatan prioritas yang rendah pada “proyek-proyek sosial” dibandingkan dengan “proyek-proyek ekonomi” atau “proyek-proyek prestise”.

  Padahal seharusnya :

  • • Nilai sosial itu, yang seharusnya dikonversi menjadi

  Kendala

Sosial....lanjutan

  • Lembaga-lembaga dan pranata-pranata yang dibutuhkan untuk pembangunan belum berkembang, sedangkan yang ada seringkali justru dianggap menjadi penghalang, baik lembaga dan pranata ekonomi, sosial, politik, maupun hukum.
  • Birokrasi kurang memahami keterkaitan antara proses pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial, sehingga memberikan kesan acuh tak acuh dan sikap kurang berpihak dan kurang memberi perhatian kepada masalah sosial, terutama bila

  

Pembangunan, Modal Sosial,

Energi Sosial

  • Nancy Birdsall (1993), seorang pakar Bank Dunia, menyatakan secara tegas, “social

  development is economic development” untuk

  menggarisbawahi proposisi bahwa investasi di bidang sosial tidak sia-sia dari segi ekonomi.

  • Modal sumberdaya manusia (SDM) atau human

  capital mendapat kedudukan yang sentral

  sebagai garis singgung antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial.

Modal Manusia dan Modal Sosial

  • • Apabila modal SDM tadi adalah umumnya

    berkenaan dengan manusia sebagai individu, maka ada pula modal manusia

    lain, yaitu manusia sebagai masyarakat,

    atau yang sering disebut sebagai modal

    atau sumber daya sosial atau social capital.
  • Modal sosial ini adalah sumber kekuatan

    yang dihasilkan oleh manusia dalam

  Konversi Modal Sosial ke Ekonomi Trust dan kekerabatan

  

Potret Perkembangan

Usaha

Tahun Tahun 2009 2005

  Usaha 45 juta 52 juta Mikro

Usaha 1,6 juta 0,5 juta Kecil

  Usaha 105 ribu 41 ribu

  Sumber: BPS, 2010 Menengah

  

Usaha Kecil, Menengah dan Besar turun jumlahnya; Usaha Mikro meningkat

Usaha 5.022 4.677 pesat. Apa maknanya? Terjadi penurunan kelas struktur pelaku usaha.

Potret Perkembangan Usaha Jenis Tahun Tahun Tahun

  

Usaha 2005 2010 2013

Usaha Mikro

  45 juta 52 juta 54.5 juta Usaha Kecil 1,6 juta 0,5 juta 0.6 juta Usaha 105 ribu 41 ribu 44.2 ribu Menengah

  Sumber: BPS, 2010 dan Kompas, 30 Agustus 2013 Usaha 5.022 4.677 4952

  Usaha Kecil, Menengah dan Besar turun jumlahnya; Usaha Mikro justru Besar

  Potret Redupnya Sektor

Pertanian

  2001 2005 2010 Pertumb. 3,81% 5,76% 6,1% Ekonomi Pertumb. 4,08% 1,79% 2,9% Sektor

Pertanian

  Sumber: BPS, 2011 Sektor pertanian yang menyerap 41% tenaga kerja semakin redup akibat keberpihakan pada sektor ini melemah. Dua fakta diatas sdh cukup

  

Kesimpulan Umum

  • Dengan lahirnya UU 17/2003, seluruh

  proses perencanaan APBN dilaksanakan oleh Kemenkeu, yang meniadakan ‘keniscayaan’ pentingnya perencanaan jangka menengah dan panjang.

  • APBN yang berjangka setahun, akan

  menyulitkan penyelesaian masalah nasional yang berdurasi jangka menengah – panjang.

  • Regulasi saat ini, anggaran multi-years

  hanya berdasarkan committment dg Menteri terkait, dan prosedur tertentu, kecil kemungkinan dapat terbahas implikasi

  Implikasi pasal 30

  • Dari pasal 30 UU Keuangan Negara,

  merupakan dasar hukum BPK periksa BUMN. Ini juga merupakan keadaan yang paradoks, mestinya BUMN diperiksa akuntan publik menggunakan kaidah korporasi, menjadi diperiksa/diaudit oleh BPK dg kaidah tertib APBN/D; keadaan

ini membuat BUMN secara obyektif sulit

berkembang (‘terbonsai’) dan sulit menjalankan misi sebagai instrumen negara, untuk program-program

  

KESIMPULAN

  • • Sistim keuangan nasional yang masing-masing aktivitas

    berbeda entitasnya, disatukan dalam satu lembaga

  OJK yang tidak mempunyai keterkaitan struktural dalam pemerintahan dan hanya diikat dalam suatu rapat koordinasi, merupakan bentuk perlucutan (amputasi) peran negara dalam fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan warga negaranya.

  • Terbukti sejak 2000 sampai 2013 koef Gini telah berubah dari 0.32-an menjadi 0.41, yang artinya kesenjangan ekonomi maupun kesenjangan kesejahteraan melebar.
  • • Meng-eleminasi peluang konversi modal sosial menjadi

    modal fnansial adalah bertentangan dengan semangat atau nilai-nilai yang terkandung dalam UUD 45

  

Usulan (1)

  • Revisi UU 17/2003 tentang Keuangan Negara,

  yang memungsikan kembali keterkaitan antara

perencanaan pembangungan (Bappenas) dan

penyusunan APBN (Kemenkeu).

  • Revisi UU 21/2011 tentang OJK, agar OJK hanya

    mengawasi sektor perbankan saja.
  • Revisi UU 1/2013 tentang Lembaga Keuangan

  Mikro, agar semangatnya dikembalikan pada

semangat koperasi dan kemampuan swadaya

masyarakat dan bukan ‘korporasi’.

  • Tanpa revisi UU tersebut, maka peran negara

  dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

  

USULAN (2)

Sebagai amanat pasal 33 UUD ’45 ayat 4, maka perlu dibuat : 1)UU SISTIM PEREKONOMIAN yang akan menjadi UU Payung bagi UU

  NASIONAL, Sektoral, agar UU Sektoral tidak berjalan sendiri-sendiri dengan arah yang tidak jelas.

  

2)UU SISTIM PENGELOLAAN KEKAYAAN

yang akan menjadi UU Payung dari segala

  NEGARA, UU yang terkait dengan eksplorasi dan eksploitasi SDA.

  Tanpa lahirnya 2 UU diatas, guna merevisi UU-UU