Bagaimana Akuntansi Membentuk Pola Tingk
Bagaimana Akuntansi Membentuk Pola Tingkah Laku???
Akuntansi adalah sebuah proses pengidentifikasian, pencatatan, pengelompokkan,
mengihtisaran, dan pelaporan dalam menyusun keuangan suatu entitas. Ilmu
akauntansi menjadi salah satu bidang yang memiliki peminat yang cukup banyak.
Mengingat bidang akuntansi memiliki prospek kerja yang sangat luas. Setiap
perusahaan membutuhkan akuntan, tidak terkecuali instansi pemerintahan.
Akuntansi dalam proses pembelajarannya, salalu menjumpai angka keuangan yang
begitu besar. Saat mahasiswa mengerjakan soal-soal latihan atau tugas yang
diberikan oleh dosen, tidak jarang nilai keuangannya mencapai ratusan juta hinga
milyaran. Padahal fisiknya tidak ada, jadi itu hanya angan-angan.
Akuntansi memiliki beberapa prinsip seperti, laporan keuangan harus dibuat secara
tepat waktu, dapat diandalkan dan sesuai dengan aturan-aturan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Balance (seimbang) juga salah satu cara untuk
mengetahui bahwa laporan yang dibuat akuntan sudah betul. Arti dari balance
adalah sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan (debet/kredit) harus sama. Ketika
debet dan kreditnya tidak sama atau tidak seimbang maka laporan tersebut
mengalami kekeliruan. Tapi juga harus dipahami bahwa, seimbang juga belum tentu
benar. Sehingga seorang akuntan harus memiliki ketelitian yang cukup tinggi agar
terhindar dari salah saji dan pencatatat.
Sikap sistematis adalah salah satu yang diajarkan dalam ilmu akuntansi. Sebab
untuk mendapatkan laporan keuangan yang dapat diandalkan, akuntan butuh
bekerja secara sistematis. Mulai dari menganalisis transaksi, melakukan
pencatatan, pengikhtisaran, dan pembuatan laporang keuangan harus dilakukan
secara teratur, agar pembukuan yang ia buat sesuai dengan teransaksi yang terjadi
dalam perusahaan.
Kedisiplinan adalah sikap yang diperlukan bagi seorang akuntan. Penyusunan
laporan keuangan memiliki priode sesuai kewenangan perusahaan. Sehingga
ketepatan waktu dalam menyusun laporan keuangan sangat penting, guna
merumuskan keputusan-keputusan yang akan dijalankan oleh manajemen dipriode
yang akan datang.
Keandalan juga membutuh kejujuran seorang akuntan dalam menyusun laporan
keuangan. Agar pencatatan sesuai dengan tansaksi yang terjadi disuatu entitas.
Fraud (penyalagunaan) merupakan akibat dari ketidak jujuran akuntan dalam
menyusun laporan keuangan.
Akuntansi, Kepribadian dan Kepemimpinan
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat ia tinggal. Apa yang menjadi kebiasaan
atau budaya dilingkungan ia tinggal cenderung mempengaruhi kepribadian
seseorang.
Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007) mendefinisikan kepribadian sebagai “ dynamic
organization within the individual of those psychophysical systems that determine
his unique adjustment to his environment” (kepribadian merupakan organisasi yang
dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya). Pengertian menurut Allport
bisa dijelaskan bahwa kepribadian berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari
waktu ke waktu, situasi ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku
(b) Organization artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur
kepribadian yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterelasi (c)
kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang
kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam individu
seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d) determine
menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan
mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau
keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Tulisan kali ini akan difokuskan, bagiamana ilmu akuntansi turut serta
mempengaruhi kepribadian seorang akuntan. Seperti yang dijelaskan oleh Allport
bahwa kepribadian dipengaruhi oleh kebiasaan, sikap, emosi, sentiment, motif,
keyakina, yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik
dalam individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan.
Ketika dikaitkan mengenai prinsip-prinsip ilmu akuntansi, telah mengarahkan pola
tingkah laku seorang akuntan,hal ini tidak terjadi diwaktu yang singkat. Melainkan,
membutuhkan waktu yang lama, sehingga prinsip tersebut berubah menjadi sebuah
nilai yang mempengaruhi kepribadian seorang akuntan. Awalnya hanya sebuah
prinsip dalam ilmu akuntansi, tapi pada waktu yang cukup lama berubah wujud
menjadi sebuah nilai dan teraplikasikan menjadi pola tingkah laku bagi akuntan.
Kuat tidaknya nilai tersebut dipengaruhi oleh seberapa lama ia bergelut dibidang
akuntansi. Semakin lama ia mempelajari ilmu akuntansi dan secara terus menerus
mengulang-ulangi prinsinsi dalam akuntansi, maka semakin kuat pula pengaruhnya
kedalam tingkah lakunya.
Hal ini tidak hanya dijelaskan dalam sebuah teori, melainkan persepsi sebagian
orang telah beranggapan bahwa seorang akuntan memiliki kepribadian yang jujur,
disiplin dan sistematis. Anggapan ini sama seperti yang ada dipikiran presiden Joko
Widodo, lewat mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan menteri
yang berlatar belakang akuntan memiliki kelebihan dibanding menteri lain. Menurut
dia, seseorang yang berprofesi sebagai akuntan dapat membantu Indonesia
menuju good
governance.
“Pemerintah percaya profesi akuntan bisa menciptakan corporate governance yang
baik,” kata Jonan saat menjadi pembicara dalam Konferensi Akuntansi Internasional
Airlangga di Hotel Bumi, Surabaya, Rabu, 3 Juni 2015.
Dalam sejarah Indonesia, Kabinet Kerja pemerintah Joko Widodo memiliki menteri
berlatar akuntan terbanyak. Ada tiga orang yaitu, Menteri Perhubungan (Ignasius
Jonan), Menteri Energi Sumber Daya Mineral (Sudirman Said) serta Menteri Riset,
Teknologi,
dan
Pendidikan
Tinggi
(Muhammad
Nasir).
Akuntansi adalah sebuah proses pengidentifikasian, pencatatan, pengelompokkan,
mengihtisaran, dan pelaporan dalam menyusun keuangan suatu entitas. Ilmu
akauntansi menjadi salah satu bidang yang memiliki peminat yang cukup banyak.
Mengingat bidang akuntansi memiliki prospek kerja yang sangat luas. Setiap
perusahaan membutuhkan akuntan, tidak terkecuali instansi pemerintahan.
Akuntansi dalam proses pembelajarannya, salalu menjumpai angka keuangan yang
begitu besar. Saat mahasiswa mengerjakan soal-soal latihan atau tugas yang
diberikan oleh dosen, tidak jarang nilai keuangannya mencapai ratusan juta hinga
milyaran. Padahal fisiknya tidak ada, jadi itu hanya angan-angan.
Akuntansi memiliki beberapa prinsip seperti, laporan keuangan harus dibuat secara
tepat waktu, dapat diandalkan dan sesuai dengan aturan-aturan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Balance (seimbang) juga salah satu cara untuk
mengetahui bahwa laporan yang dibuat akuntan sudah betul. Arti dari balance
adalah sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan (debet/kredit) harus sama. Ketika
debet dan kreditnya tidak sama atau tidak seimbang maka laporan tersebut
mengalami kekeliruan. Tapi juga harus dipahami bahwa, seimbang juga belum tentu
benar. Sehingga seorang akuntan harus memiliki ketelitian yang cukup tinggi agar
terhindar dari salah saji dan pencatatat.
Sikap sistematis adalah salah satu yang diajarkan dalam ilmu akuntansi. Sebab
untuk mendapatkan laporan keuangan yang dapat diandalkan, akuntan butuh
bekerja secara sistematis. Mulai dari menganalisis transaksi, melakukan
pencatatan, pengikhtisaran, dan pembuatan laporang keuangan harus dilakukan
secara teratur, agar pembukuan yang ia buat sesuai dengan teransaksi yang terjadi
dalam perusahaan.
Kedisiplinan adalah sikap yang diperlukan bagi seorang akuntan. Penyusunan
laporan keuangan memiliki priode sesuai kewenangan perusahaan. Sehingga
ketepatan waktu dalam menyusun laporan keuangan sangat penting, guna
merumuskan keputusan-keputusan yang akan dijalankan oleh manajemen dipriode
yang akan datang.
Keandalan juga membutuh kejujuran seorang akuntan dalam menyusun laporan
keuangan. Agar pencatatan sesuai dengan tansaksi yang terjadi disuatu entitas.
Fraud (penyalagunaan) merupakan akibat dari ketidak jujuran akuntan dalam
menyusun laporan keuangan.
Akuntansi, Kepribadian dan Kepemimpinan
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat ia tinggal. Apa yang menjadi kebiasaan
atau budaya dilingkungan ia tinggal cenderung mempengaruhi kepribadian
seseorang.
Allport ( Yusuf dan Juntika, 2007) mendefinisikan kepribadian sebagai “ dynamic
organization within the individual of those psychophysical systems that determine
his unique adjustment to his environment” (kepribadian merupakan organisasi yang
dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya). Pengertian menurut Allport
bisa dijelaskan bahwa kepribadian berarti : (a) dynamic artinya kepribadian dari
waktu ke waktu, situasi ke situasi merujuk pada perubahan kualitas perilaku
(b) Organization artinya kepribadian merupakan keterkaitan antara struktur
kepribadian yang independen yang saling berhubungan dan saling berinterelasi (c)
kepribadian terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang
kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam individu
seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. (d) determine
menunjukkan peran motivasional yang mendasari kegiatan yang khas, dan
mempengaruhi bentuk-bentuknya. (e) unik, merujuk pada keunikan atau
keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
Tulisan kali ini akan difokuskan, bagiamana ilmu akuntansi turut serta
mempengaruhi kepribadian seorang akuntan. Seperti yang dijelaskan oleh Allport
bahwa kepribadian dipengaruhi oleh kebiasaan, sikap, emosi, sentiment, motif,
keyakina, yang kesemuanaya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik
dalam individu seperti syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan.
Ketika dikaitkan mengenai prinsip-prinsip ilmu akuntansi, telah mengarahkan pola
tingkah laku seorang akuntan,hal ini tidak terjadi diwaktu yang singkat. Melainkan,
membutuhkan waktu yang lama, sehingga prinsip tersebut berubah menjadi sebuah
nilai yang mempengaruhi kepribadian seorang akuntan. Awalnya hanya sebuah
prinsip dalam ilmu akuntansi, tapi pada waktu yang cukup lama berubah wujud
menjadi sebuah nilai dan teraplikasikan menjadi pola tingkah laku bagi akuntan.
Kuat tidaknya nilai tersebut dipengaruhi oleh seberapa lama ia bergelut dibidang
akuntansi. Semakin lama ia mempelajari ilmu akuntansi dan secara terus menerus
mengulang-ulangi prinsinsi dalam akuntansi, maka semakin kuat pula pengaruhnya
kedalam tingkah lakunya.
Hal ini tidak hanya dijelaskan dalam sebuah teori, melainkan persepsi sebagian
orang telah beranggapan bahwa seorang akuntan memiliki kepribadian yang jujur,
disiplin dan sistematis. Anggapan ini sama seperti yang ada dipikiran presiden Joko
Widodo, lewat mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan menteri
yang berlatar belakang akuntan memiliki kelebihan dibanding menteri lain. Menurut
dia, seseorang yang berprofesi sebagai akuntan dapat membantu Indonesia
menuju good
governance.
“Pemerintah percaya profesi akuntan bisa menciptakan corporate governance yang
baik,” kata Jonan saat menjadi pembicara dalam Konferensi Akuntansi Internasional
Airlangga di Hotel Bumi, Surabaya, Rabu, 3 Juni 2015.
Dalam sejarah Indonesia, Kabinet Kerja pemerintah Joko Widodo memiliki menteri
berlatar akuntan terbanyak. Ada tiga orang yaitu, Menteri Perhubungan (Ignasius
Jonan), Menteri Energi Sumber Daya Mineral (Sudirman Said) serta Menteri Riset,
Teknologi,
dan
Pendidikan
Tinggi
(Muhammad
Nasir).