MAKALAH ADAPTASI BAYI BARU LAHIR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan setitik
cahaya penerang sehingga berbagai permasalahan yang ada dapat diatasi
dan rahmatnya kami diberi kesehatan dan keselamatan untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
dapat terselesaikan.
Makalah ini tidak terlepas dari keikhlasan dan kesabaran hati dari
berbagai pihak yang telah banyak membantu oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing ASKEB
PERSALINAN Ibu NURUL HIKMAH ANNISA,M.Keb yang telah
banyak memberikan bimbinganya.
Kami menyadari begitu banyak terdapat kesalahan pada
penyusunan makalah ini diluar dari kemampuan kami, kami memohon
kritik dan saran guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya
dengan kerendahan hati kepada semua pihak untuk memaafkan semua
kesalahan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram,

November 2016


Penulis

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi fisiologi BBL terhadap kehidupan luar uterus
2.2 Perlindungan termal (termoregulasi)
2.3 Pemeliharaan pernapasan
2.4 Pemotongan tali pusat
2.5 Evaluasi nilai APGAR

2.6 Resusitasi
2.7 Bounding attachment
2.8 Pemberian ASI awal
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan
salah satu siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih
ketergantungan pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan
yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi. Bidan harus selalu
berupaya untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung sangat cepat.
Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat
melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan

kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah
bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya.
Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu melakukan
pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja fisiologi BBL terhadap kehidupan di luar uterus ?
2. Apa itu termogulasi ?
3. Bagaimana cara pemeliharaan pernafasan ?
4. Bagaimana cara pemotongan tali pusat ?
5. Mengevaluasi nilai APGAR !
6. Bagian resusitasi !
7. Apa yang dimaksud Bounding attachment ?
8. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar ?
1.3 Tujuan
1.

Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Pesalinan.

2.


Mahasiswa diharapkan dapat mengerti Asuhan adaptasi bayi baru lahir.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan di luar uterus
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap
ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral
untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap
penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
A. Perubahan sistem pernafasan

Perkembangan paru-paru : paru-paru berasal dari titik yang
muncul dari pharynx kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun,
sampai jumlah bronchiolus untuk alveolus berkembang, awal adanya nafas
karena terjadi hypoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak, tekanan
rongga dada menimbulkan kompresi paru-paru selama persalinan

menyebabkan udara masuk paru-paru secara mekanis.
Awal adanya nafas, dua faktor yang berperan pada rangsangan
napfas pertama bayi adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.

4

2. Tekanana terhadap orongga dada yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas
mill plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.
a. Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.
b. Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2
merangsang kemoreseptor karohd.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permukaan gerakan pernafasan.

d. Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik
setelah persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada
melalui jalan lahir mengakibatkab cairan paru-paru kehilangan
1/3 dari jumlah cairan tersebut. Sehingga cairan yang hilang
tersebut diganti dengan udara. Paru-paru mengembang
menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk semula, jumlah
cairan paru-paru pada bayi normal 80 museum lampung -100
museum lampung.
B. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-paru dimana
selama lahir 1/3 cairan ini diperas dari paru-paru, jika proses persalinan
melalui section cesaria maka kehilangan keuntungan komresi dada ini
tidak terjadi maka dapat mengakibatkan paru-paru basah.
Beberapa tarikan nafas pertama menyebabkan udara memenuhi
ruangan trakhea untuk bronkus bayi baru lahir, paru-paru akan
berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

5

C. Perubahan sistem peredaran darah


Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru
untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh menghantar
oksigen kejaringan sehingga harus terjadi dua hal : penutupan voramen
ovale dan penutupan duktus antara arteoriosus antara arteri paru-paru serta
aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah adalah sebagai berikut :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunana volume dan
tekanan atrium kenan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit menglir ke paru-paru
untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan
resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke

paru-paru mengakibatkan peningkatanan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan

6

atrium kanan ini dan penurunana tekanan pada atrium kiri,
foreman ovale secara fungsional akan menutup.
D. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan repleks
gumog dan replek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir, kemampuan ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan
antara asophagus bawah dan lambung masih belum sempurna maka akan
menyebakan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat
terbatas kurang dari 30 cc, dan akan bertambah lambat sesuai
pertumbuhannya.
E. Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan
kekebalan alami atau didapat, berikut contoh kekebalan alami :

1.
2.
3.
4.

perlindungan oleh kulit membran mukosa.
fungsi saringan-saringan saluran nafas.
pembentukan koloni mikroba oleh kulit halus dan anus.
perlindungan kimia oleh lingkungan asaam lambung.

F. Mekanisme kehilangan panas tubuh
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi
temperatur tubuh sehingga apabila penangan pencegahan kehilangan panas

7

tubuh dan lingkungan sekitar tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut
dapat mengalami hipotermi yang dapat mengakibatkan bayi menjadi sakit
atau mengalami gangguan fatal.
 Evaporasi ( penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi )

 Konduksi ( tubuh bayi bersentuhan dengan permukaan yang


temperaturnya lebih rendah )
Konveksi ( tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan



bertemperatur dingin )
Radiasi ( pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih
dingin di dekat tubuh bayi )

G. Perubahan sistem ginjal

pada bulan keempat kehidupana janin, ginjal terbentuk. Didalam
rahim, urin sudah terbentuk dan di ekskresi ke dalam cairan amnion.
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir sehingga masukkan cairan
meningkat, mungkin urin akan tampak keruh termasuk berwarna merah
muda. Hal ini disebabakan oleh kadar urin yang tidak banyak berarti.
Biasanya sejumlah kecil urin terdapat dalam kandungan kemih bayi saat

lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24
8

jam. Berkemih sring terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan
warna urin pucat menunjukkan masukkan cairan yang cukup. Umumnya,
bayi cukup bulan mengeluarka urin 15-60 ml/kg perhari.
Intake cairan sangat memengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada
sistem ginjal. Oleh karena itu, pemeberian ASI sesering mungkin dapat
membantu proses tersebut. Bidan dapat menganjurkan dan memebrikan
konseling kepada klien untuk memberikan ASI sesering mungkin pada
bayi untuk membantu adaptasi fisiologi bayi baru lahir pada lingkungan
barunya.
H. Perubahan sistem reproduksi
anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, teteapi
anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya.
Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara,
terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari 4-5 karna adanya
gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.
Pada anak perempuan,peningkatan kadar estrogen selama masa
hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan
pengeluaran suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah
melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan
minora menutupi vestibulum.
I. Perubahan sistem muskuloskeletal
otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat terjadi pada waktu
lahir karena tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami
osifikasi. Moulage ini dapat menghilang beberapa hari setelah melahirkan.
Ubun-ubun besar akan tetep terbuka hingga usia 18 bulan. Kepala bayi
cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang dari
pada tungkai.
J. Perubahan sistem saraf
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf
belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol
yang minimal oleh korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan
aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun

9

sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas reflek yang
terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem
saraf dan sistem muskuloskeletal.
Reflek pada bayi antara lain sebagai berikut :
1) refleks moro
reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan
melebarkan jari-jari, lalu membandingkan tarikan yang cepat
seakan-akan memeluk seseorang.
2) Reflek rooting
Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut.
Bayi akan memutar kepala seakan mencari puting susu.
3) Reflek sucking
Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting
susu dan menelan ASI.
4) Reflek batuk dan bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.
5) Reflek graps
Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan
bayi lalu bayi akan menutup tangannya.
6) Reflek walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum
bisa berjalan.
7) Reflek tonic neck
Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh
kekanan atau kekiri jika diposisiskan tengkurap.
8) Reflek babinsky
Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu
jari kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.
9) Reflek membengkokkan badan (reflek galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan
pelvis membengkok kesamping.
10) Reflek bauer/merangkak
Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.
K. Perubahan sistem integumen
Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit
verniks kaseosa. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus
pandang dan banyak verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks
dihilangkan karena absorpasi oleh kulit bayi dan hilang dalam 24 jam.

10

Bayi baru lahir tidak memerlukan memerlukan bedak atau cream karena
zat-zat kimia dapat memengaruhi pH kulit bayi.
2.2 Perlindungan termal ( Termoregulasi )
1. Mencegah kehilangan panas tubuh
 Keringkan tubuh bayi dengan handuk bersih,
 Kering dan hangat,selimuti,tutup bagian kepala bayi,
 Minta ibu untuk mendekap tubuh bayi dan segera menyusukan



bayinya,
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat,
Jangan segera menimbang (tanpa penutup tubuh) dan

memandikan bayi.
2. Rekomendasi untuk memandikan bayi
 Tunggu (minimal) 6 jam sebelum memandikan bayi (tunggu



lebih lama untuk bayi asfiksia atau hipotermia),
Lakukan setelah stabilnya temperatur tubuh bayi (36,5-37,5 ºc)
Mandikan dalam rungan yang hangat dan tidak banyak




hembusan angin
Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat
Segera keringkan tubuhnya (dengan handuk bersih,kering, dan

hangat)
 Segera kenakan pakaiannya
 Tempatkan di dekat ibunya
 Beri ASI sedini mungkin.
3. Stress dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme
pada semua bayi baru lahir tanpa memandang usia kehamilan dan
kondisi lain. Kecepatan pernafasan meningkat sebagai respon
terhadap kebutuhan oksigen ketika konsumsi oksigen meningkat
secara bermaksa pada stres dingin.
Efek stres dingin. Ketika seorang bayi mengalami stres akibat
udara dingin, konsumsi oksigen akan meningkat, terjadi
vasokontriksi perifer, dan vasokontriksi pulmoner sehingga
ambilan oksigen oleh paru dan kadar oksigen menutun dijaringan.
Glikolisis anaerobik meningkat dan terdapat peningkatan PO2 dan
pH yang mengakibatkan asidosis metabolik.
2.3 Pemeliharaan pernafasan
1. Menjaga suhu tubuh

11

Bayi diletakkan di atas radiant warmer dan secepat mungkin dikeringkan.
Lepaskan dengan cepat kain yang basah dan bungkus bayi dalam selimut
yang hangat untuk mengurangi kehilangan panas. Atau dengan cara
meletakkan bayi yang kering di kulit dada atau perut ibu yang
menggunakan suhu panas dari tubuh ibu.
2. Pembebasan jalan nafas
Posisi bayi lahir adalah terlentang atau miring pada satu sisi dan kepala
pada posisi netral. Kemudian lendir dibersihkan dengan mengusap mulut
dan hidung dengan menggunakan kasa atau kain. Bila lendir banyak
kepala bayi dimiringkan ke samping dan lendir dihisap dari jalan nafas.
3. Rangsangan taktil
Apabila tidak terjadi pernafasan spontan, dilakukan pengusapan
punggung, jentikan pada telapak kaki mungkin bisa merangsang
pernafasan spontan.
4. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen 100% diberikan pada keadaan seperti sianosis,
bradikardi, dan tanda distress pernafasan yang lain pada bayi yang
bernafas selama stabilisasi.
2.4 Pemotongan dan perawatan tali pusat
1. Pemotongan tali pusat
Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa hingga bayi menghadap ke arah penolong, nilai bayi
dengan cepat, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan. (Bila tali pusat terlalu pendek, letakkan
bayi di tempat yang memungkinkan). Segera mengeringkan bayi,
membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat, menjepit
tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi,
melakukan urutan pada tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan
tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat
di antara kedua klem.
2. Mengikat tali pusat
Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati, mengikat
baik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya, melepaskan klem

12

pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan 0,5%,
membungkus kembali bayi.
3. Merawat tali pusat
Sementara menggunakan sarung tangan, bersihkan cemaran atau darah
dalam larutan klorin 0,5 %, bilas dengan air matang atau DTT kemudian
keringkan dengan handuk, ikat (dengan simpul kunci) tali pusat pada 1 cm
dari pusat bayi (dengan tali atau menjepit), lepaskan klem menjepit tali
pusat dan masuk pusat (pengolesan alkohol atau povidone iodine pada
puntung tali pusat masih dibolehkan selama tidak menyebabkan tali pusat
basah/lembab).
4. Nasehat bagi ibu atau keluarganya untuk merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya kotor, bersihkan
dengan air matang/DTT kemudian keringkan kembali secara seksama,
warna kemerahan atau ytimbulnya nanah pada pusar atau puntung tali
pusat adalah tanda abnormal (bayi tersebut harus dirujuk untuk
penanganan lebih lanjut)
5. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Anggaplah setiap orang berpotensi menularkan infeksi, cuci
tangan/gunakan cairan dengan basisi alkohol, gunakan sarung tangan,
pakai baju pelindugn, bersihkan bila perlu lakukan DTT peralatan,
bersihkan ruang perawatan secara rutin, letakkan bayi yang mungkin
6.

mengkontaminasi lingkungan.
Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, gunakan sarung
tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, semua
peralatan sudah di DTT dan jangan menggunakan alat dari bayi yang satu
dengan lainnya sebelum di proses dengan benar, pastikan
handuk,pakaian,selimut,kain dan sebagainya dalam keadaan bersih
sebelum dipakaikan pada bayi, termasuk penggunaan timbangan,pita

pengukur,stetoskop da peralatan lainnya.
7. Tetes mata profilaksis
Gunakan tetes mata perak nitrat 1%, salep tetrasiklin 1% atau salep
eritromisin 0,5 %, berikan dalam 1 jam pertama kelahiran, setelah
pemberian tetes mata profilaksis, kembalikan bayi pada ibunya untuk
disusukan dan bergabung kembali.

13

2.5 Evaluasi nilai APGAR

No
.
1

2
3
4
5

Nilai APGAR
Appereance

0

1

2

Seluruh tubuh

Badan merah

Seluruh tubuh

biru atau

ektremitas biru

kemerahan

putih
Tidak ada
Tidak ada

< 100 / menit
Perubahan mimic

>100 / menit
Bersin /

Activity
(tonus otot)

Tidak ada

(menyeringai)
Ekstremitas

mennagis
Gerakan aktif /

Respiratory
(pernapasan)

Tidak ada

sedikit fleksi
Lemah / tidak

ektremitas fleksi
Menangis kuat /

teratur

keras

Pulse (nadi)
Greemace

(Prawiroharjo, 2005:249)
Penilaian ini dilakukan pada saat bayi lahir (menit ke 1 dan 5
sehingga dapat menidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan
pertolongan lebih cepat.
1. Penilaian awal
Menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, warna kulit bayi (merah
muda,pucat atau kebiruan), gerakan, posisi ekstremitas atau tonus otot
bayi.
2. Penatalaksanaan awal BBL
Penilaian awal, mencegah kehilangan panas tubuh, rangsangan taktil,
merawat tali pusat, memulai pemberian asi, pencegahan infeksi,
termasuk profilaksis gangguan pada mata.
3. Mekonium pada cairan ketuban
Berkaitan dengan adanya gangguan intrauterin kesejahteraan bayi
terauma bila konsistensinya kental atau jumlahnya berlebihan,
menimbulkan masalah apabila terjadi aspirasi ke dalam saluran nafas
bayi baru lahir, walaupun bayi tampak bugar, tetap lakukan pemantuan
terhadap kemungkinkan terjadinya penyulit.
4. Kondisi yang memerlukan rujukan
Bayi dengan kelainan bawaan (hidrosefalus, mikrosefalus, megakolom,
langit-langit terbelah, bibir sumbing), bayi dengan gejala dan tanda

14

infeksi, tidak dapat menyusui atau keadaan umumnya jelek, asfiksia
dan tidak memberi respons yang baik terhadap tindakan resusitasi.
2.6 Asfiksia dan resusitasi pada bayi baru lahir
1. Asfiksia
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan
sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia
perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa
gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5
%,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia
sekitar 3 % kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi
dilahirkan dengan keadaan asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia
adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.
Klasifikasi : tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10), asfiksia ringan
sedang (nilai APGAR 4-7),asfiksia berat (nilai APGAR 0-3). Tujuan
mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir.
Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan pada bayi baru lahir, disebut sebagai asfiksia
primer bila bayi tidak bernafas sejak dilahirkan, disebut sebagai asfiksia
sekunder bila terjadi kesulitan bernafas setelah sebelumnya dapat bernafas
pada saat dilahirkan.
2. Resusitasi
a. Ventilasi
Indikasi pemberian ventilasi tekanan positif antara lain apnea atau
gasping, denyut jantung kurang dari 1000x/ menit. Pemberian ventilasi
berkisar 40-60 x pernafasan per menit (30 kali pernafasan bila
disertasi dengan pemijatan dada).
b. Pemijatan dada
Pemijatan dada diberikan pada daerah 1/3 dibawah starnum, teknik
yang digunakan adalah dengan :
 Dua ibu jari pada starnum saling bertumpu atau berdampingan
tergantung besar bayi dan jari lain melingkar dada dan


menahan punggung.
Dua jari diletakkan disternum pada sudut kanan dada dan

tangan yang lain menahan punggung.
c. Medikasi

15

Obat-obat yang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir :
 Epineprim
Dosis yang direkomendasikan 0,1-0,3 ml / kg. BB dalam
larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-003 mg/ kg.BB) melalui i.v atau


endotrakeal diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Bikarbonat
Dosis yang digunakan 1-2 meq / kg.BB (0,5 meq / ml larutan).
Diberikan secara lambat i.v minimal lebih dari 2 menit bila

ventilasi dan perfusi baik.
d. Penatalaksanaan langkah awal resusitasi
Cegah kehilangan panas (keringkan dan selimuti tubuh
bayi), posisikan dengan benar dan bersihkan jalan nafas, kemudian
lakukan uapaya inisiasi atau perbaiki pernafasan, lakukan
rangsangan taktil.
Bentuk rangsangan taktil yang tidak dianjurkan, bentuk
rangsangan seperti :
 Menepuk bokong
 Meremas atau memompa rongga dada
 Menekankan kedua paha ke perut bayi
 Mendilatasi sfinkter ani
 Kompres atau meredam di air panas dan dingin
 Mengundang-nguncang tubuh bayi
 Meniupkan oksigen
 Udara dingin ke tubuh bayi
Resiko : Trauma,fraktur,pneumotoraks,gawat
nafas,kematian,repture hati atau limpa, perdarahan dalam,sfinkter
ani robek, hipotermia,hipetermia,luka bakar,kerusakan
otak,hipotermia.
Pembersihan jalan nafas : bila air ketuban jernih, hisap lendir
domulut, kemudian lendir dihidung, bila ada pewarnaan
mekonium, lakukan pengisapan lendir dari mulut dan hidung saat
kepala lahir dan bila setelah lahir bayi menangis dengan kuat,
lakukan asuhan BBL seperti biasa. Bila tidak,lakukan pembersihan
jalan nafas ulangan.

16

Penilain segera : usaha bernafas atau menangis, warna kulit BBL,
denyut jantung bayi,temuan dan tindakan : bila bayi
menangis,bernafas teratur dan kulit kemerahan maka lakukan
asuhanBBL normal, bila tidak menangis, kulit pucat atau kebiruan
dan denyut jantung kurang dari 100x permenit, lakukan tindakan
resusiatasi.
Memposisikan bayi : baringkan terlentang atau sedikit miring
dengan posisi kepala sedikit ekstensi, pastikan tali pusat telah
dipotong agar pengaturan posisi menjadi leluasa,hisap lendir
dimulut dan hidung yang mungkin dapat menyumbat jalan nafas,
jangan menghisap terlalu dalam karena dapat terjadi reaksi vasovagal.
Rangsanga taktil dan upaya bernafas : gosok dengan lembut
punggung,tubuh,kaki atau tangan bayi atau tepuk/sentil telapak
kaki bayi,pengeringan tubuh,menghidap lendir dan rangsangan
taktil sebaiknya tidak melebihi dari 30-60 detik, jika setelah waktu
tersebut bayi masih sulit bernafas,lakukan bantuan pernafasan
dengan ventilasi positif.
e. Langkah resusitasi
Pastikan balon dan sungkup berfungsi baik,telah mencuci
tangan dan memakai sarung tangan, selimuti bayi dengan kain
kering dan hangat (kecuali muka dan dada) letakkan dilingkungan
yang hangat, posisikan tubuh dan kepala bayi denganbenar,pasang
sungkup melingkupi dagu,mulut dan hidung,tekan balon dengan
dua ajri atau seluruh jari (tergantung ukuran yang tersedia),periksa
pertautan sungkup dengan bayu dan gerakan ventilasi dengan
oksigen atau udara ruangan,kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per
30 detik dan perhatikan gerakan dada,bila dada tidak bergerak
naik-turun, periksa kembali pertautan sungkup bayi atau fungsi
balon.
Setelah ventilasi 30 detik,lakukan penilaian
pernafasan,warna kulit dan denyut jantung, bila bayi bernafas
17

normal, lakuka asuhan BBL seperti biasa,bila belum normal, ulangi
ventilasi positif selama 30 detik kedua dan nilai kembali, bila
masih megap-megap dan terdapat retraksi diding dada,ulangi
kembali ventilasi positif dengan oksigen murni,bila setelah 20
menit bayi masih kesulitan dengan oksigen,pasang pipa nasogastrik
untuk mengurangi atau mengosongkan udara dalam lambung.
Kemudian rujuk ke fasilitas rujukan,bila setelah 20 menit ventilasi
positif ternyata bayi tetap tidak bernafas maka resusitasi
dihentikan.bayi dinyatakan meninggal dan beritahukan pada
keluarga bahwa upaya penyelamatan gagal dan beri dukungan
emosional kepada mereka.
Pemasangan pipa lambung : untuk mengeluarkan udara yang
masuk ke dalam lambung saat dilakukan bantuan pernafasan
dengan ventilasi positif,timbunan udara dilambung dapat menekan
diafragma dan menghalangi upaya bernafas atau pengembangan
paru, dapat menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi isi lambung
ke dalam paru-paru.
Asuhan pascaresusitasi : jaga temperatur tubuh bayi, baik dengan
selimut ataupun didekap oleh ibunya,minta ibunya untuk segera
menyusukan bayinya, cegah infeksi ikutan atau paparan bahan
tidak sehat,pantau kondisi kesehatan bayi secara berkala, termasuk
kemampuan menghisap ASI,rujuk bila terdapat tanda-tanda gawat
darurat (demam tinggi,ikterus,lemah,tidak dapat menghisap
asi,kejang-kejang).
2.7 Bounding Attachment
1. Bounding attachment
Sejak awal konsepsi,proses ikatan (attachment) antara bayi dan
orang tuanya dilanjutkan hubungan kasih sayang (bounding relationship)
antara ibu dan bayi segera setelah lahir.
Menurut Nerson dan May (1986), bonding adalah dimulainya
interaksi emosi,fisik dan personal antara orang tua dan bayi setelah lahir.

18

Menurut Sherwan mendefinisikan Bounding adalah hubungan yang
unik antara dua orang yang khusus dan berlanjut sepanjang waktu.
Sedangkan Attachment menurut Nerson dan May adalah ikatan
perasaan yang terjadi antara ibu dan bayi meliputi curahan perhatian serta
adanya hubungan emosi dan fisik yang sangat akrab, ikatan ini dimulai
sejak kehamilan ibu 20 minggu (biasanya terjadi pada pertengahan
trimester).
Bounding Attachment merupakan peningkatan tali kasih dan
keterikatana ikatan batin antara orang tua dan bayi.
Tujuan Bounding Attachment adalah untuk membantu tumbuh
kembang fisik,emosi dan intelektual seorang anak dari awal kehidupan
hingga dewasa.
Menfaat dilakukan Bounding Attachmen adalah bayi merasa
dicintai dan diperhatikan,bayi merasa aman karena mendapat dekapan dari
ibunya,merupakan awal dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian yang
positif, contoh : perasaan besar hati dan sikap positif terhadap orang lain.
Faktor-faktor penghambat dilakukannya Bounding Attachment :
 Kurang support dari keluarga,orang tua, dan tenaga kesehatan
 Proses persalinan dengan tindakan/operatif/SC
 Bayi dan ibu dengan risiko (tidak rawat gabung)
 Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (unwaried child)
Upaya untuk meringankan Bounding Attachment, membantu orang
tua/keluarga beradaptasi untuk ibu dengan memberikan perawatan dasar,
mendiskusikan pengalaman persalinannya, ijinkan ibu memeriksa bayinya,
ajak ibu berkomunikasi dengan bayinya, ayah : ijinkan ayah kontak sedini
mungkin dengan bayi, ijinkan ayah mengekspresikan perasaannya, ijinkan
ayah memeriksa bayinya.
2. Rawat gabung
a. Definisi
Rawat gabung (Rooming in) adalah penempatan buaian bayi baru lahir
dalam satu kamar dengan ibunya.biasanya disamping tempat tidur
ibunya hal ini lanjutan dari early ambulatio dimaksud kan untuk
memungkina ibu memelihara anaknya dan menguntungkan karena
kash sayang ibu dan anak akan terjalin membuat ibu lebih pandai
memeilihara anaknya jika sudah keluar dari tempat bersalin,cara
19

perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan/kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh dalam sehariannya.
b. Tujuan
1. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja,
dimana saja ia membutuhkan.
2. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara
benar yang dilakukan oleh petugas
3. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat baynya sendiri
selagi ibu masih dirumah sakit.
4. Dapat melibatkan suami sevara aktif untuk membantu ibu dalam
menyusui bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dapat kehangatan emosional/ batin karena selalu kontak dengan
bayinya.
c. Sasaran dan syarat rooming in
 Lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong,
 bila lahir dengan tindakan,maka rawat gabung dilakukan
setelah bayi cukup sehat,
 refleks menisap baik,tidak ada tanda-tanda infeksi,
 bayi lahir sectio cesaria dengan pembiusan umum,
 rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, misal 4-6 jam setelah operasi,
bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (A/S ≥7),
umur kehamilan ≥37 minggu
berat badan lahir ≥2500 gram,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum,
bayi dan ibu sehat.
Rawat gabung tidak diperbolehkan pada :
 bayi sangat prematur,
 berat badan lahir kurang 2000 gram,
 bayi sepsis
 gangguan nafas
 cacat bawaan
 ibu dengan infeksi berat.
d. Manfaat rawat gabung
a. Asfeksi fisik : mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien






lain atau petugas, dengan menyusui dini kolostrum dapat
memberikan kekebalan,ibu setiap saat dapat melihat bayinya maka
dapat dengan mudah mengetahui perubaha-perubahan yang terjadi
pada bayinya.

20

b. Asfek fisiologis : bayi akan dapat ASI lebih sering sehingga bayi
akan lebih banyak mendapatkan nutrisi secara fisiologis.seringnya
bayi menetek maka akan timbul refleks oksitosin/let down refleks
yang lebih baik hal ini akan membantu proses fisiologis involusi
rahim dan membantu memeras/memancarkan ASI keluar serta
refleks prolaktin memacu proses produksi ASI keluar serta refleks
prolaktin memacu proses produksi ASI, dengan menyusui teratur
merupakan alat kontrasepsi alamiah.
c. Aspek psikologis : terjalin proses lekat (early infant mother
bonding) akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya, refleks
let down bersifat psikosomatis, dan bayi akan mendapatkan rasa
aman dan terlindung merupakan dasar bagi terbentuknya rasa
percaya pada diri anak.
d. Asfek ekonomi : adanya penghematan anggaran pengeluaran untuk
pembelian susu formula,botol susu,dot,serta peralatan lainnya,
beban perawat menjadi lebih efisien waktu,lama perawatan ibu
menjadi lebih pendek,involusi rahim lebih cepat.
e. Asfek edukatif : ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang
berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya.
f. Asfek medis : menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial,menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Peranan sosial budaya : kemajuan teknologi,perk
industri,urbanisasi dan pengaruh kebudayaan barat sehingga
menimbulkan pergeseran sosial budaya masyarakat.
2. Faktor ekonomi, ekonomi tinggi menyebabkan mudah membeli
susu formula
3. Peranan tatalaksana rumah sakit atau rumah bersalin : bayi
dipuasakan beberapa hari, memberikan makanan pre-lak-teal
sehingga bayi malas menyusu, ibu dan bayi dirawat terpisah.
4. Rumah sakit atau rumah bersalin yang memberikan susu formula
5. Faktor dalam diri ibu sendiri : keadaan gizi ibu, pengalaman/sikap
ibu terhadap penyusun,keadaan emosi ibu,keadaan payudara ibu.
f. Peran masyarakat dan pemerintah

21

a. Impres no 14 1975 menteri ekonomi dan kesejahteraan rakyat
selaku koordinator pelaksana menetapkan bahwa salah satu
program perbaikan gizi yakni peningkatan penggunaan ASI.
b. Permenkes 240/1985 melarang para produsen susu buatan /
formula mencantumkan kalimat susu formula sama dengan
ASIatau lebih baik dari ASI.
c. Permenkes 76/1975 untuk mencatumkan label tidak cocok untuk
bayi pada susu kental manis.
d. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI oleh bapak presiden
e.
f.
g.
h.

secara nasional pada hari ibu ke 62 (desember 1990).
Melarang promosi susu buatan / formula sebagai pengganti ASI.
Menganjurkan menyusui secara ekslusif.
Melaksanakan rawat gabung dirumah sakit bersalin
Upaya penerapan 10 langkah untuk keberhasilan menyusui bayi di
semua rumah sakit, rumah sakit bersalin, rumah bersalin dan
puskesmas.

2.8 Pemberian ASI awal
Pastikan pemberikan ASI dimulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,lakukan insiasi menyusu dini (IMD), anjurkan ibu memeluk dan
menyusukan bayi setelah tali pusat dipotong, lanjutkan pemberian ASI
setelah plasenta lahir dan tindakan lain yang diperlukan, telah selesai
dilaksanakan, minta anggota keluarganya membantu ibu menyusukan
bayinya.
Pedoman umum menyusui : mulai dalam 1 jam setelah bayi
lahir,jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI, pastikan ASI
diberikan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi, berikan asi setiap saat
(siang malam) bila bayi membutuhkannya, pemberian ASI secara dini,
merangsang produksi ASI, memperkuat refleks isap bayi,promosi
keterikatan ibu-bayi, memberi kekebalan pasif melalui
kolostrum,merangsang kontraksi uterus (untuk involusi).
Cara menyusui : peluk tubuh bayi dan hadapkan mukanya ke
payudara ibu sehingga hidungnya berada di depan puting susu,dekatkan
mulut bayi ke payudara bila tampak tanda-tanda siap menyusu, cara
menempelkan mulut pada payudara : sentuhkan dagu bayi pada payudara,

22

tempelkan mulutnya (yang terbuka lebar) pada puting susu sehingga
melingkupi semua areola mamae (bibir bawahnya melingkupi puting susu)
Perhatikan gerakan menghisap dan jaga agar hidung bayi tidak
tertutup oleh payudara.
Perawatan payudara : pastikan puting susu dan areola mamae
sellau dalam keadaan bersih, gunakan kain bersih untuk menyeka puting
susu dan gunakan sedikit ASI sebagai pelembab,lecet dan retak bukan
alasan untuk menghentikan pemberian ASI, ajarkan cara menyusukan
yang benar untuk menghindarkan lecet/retak dan kurangnya asupan untuk
bayi, ajarkan cara untuk mengenali dan mencari pertolongan bila terjadi
bendungan ASI atau mastitis.

Dukungan suami selama ibu menyusui

cara menyusui yang benar

23

Inisiasi menyusui dini

Rawat gabung

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap
ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendpaatkan nutrisi peroral

24

untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap
penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelum dilakukan oleh plasenta.
Asfiksia merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian
neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan
sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurology. Inside asfiksia
perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5 % tergantung dari masa
gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5
%,sedangkan bayi prematur adalah 0,6 %. Diindonesia, prevalensi asfiksia
sekitar 3 % kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144/900 bayi
dilahirkan dengan keadaan asfiksia dengan dan berat. Batasan asfiksia
adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif,akumulasi CO2 dan asidosis.

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah Ai Yeyeh,dkk (2009). “Asuhan Kebidanan II (Persalinan”. Jakarta, Trans
Info Media.
Sari Eka Puspita & Rimandini dwi kurnia (2014). “ Asuhan Kebidanan Persalinan
(Intranatal Care)”. Jakarta,Trans Info Media.

25

Rohani,dkk (2011). “Asuhan kebidanan pada masa persalinan”. Jakarta Salemba
Medika.
file:///C:/Users/Windows%208.1%20Pro/Downloads/72-144-1-SM.pdf
http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/195

26