PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

  

PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN

BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA

DI INDONESIA

ARTIKEL ILMIAH

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana

  Program Studi Manajemen

  

Oleh :

HENDRA STYAWAN

NIM : 2012210093

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

  

SURABAYA

2016

  

PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

  Nama : Hendra Styawan Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 23 Oktober 1993 N.I.M : 2012210093 Program Studi : Manajemen Program Pendidikan : Sarjana Konsentrasi : Manajemen Perbankan Judul : Pengaruh Risiko Usaha dan Good Corporate Governance terhadap

  Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia

  

Disetujui dan diterima baik oleh :

  Ketua Program Sarjana Manajemen Dosen Pembimbing Tanggal : Tanggal : Dr. MUAZAROH S.E, M.T. Drs.Ec. HERIZON, M.Si.

  

THE INFLUENCE OF BUSINESS RISKS AND GOOD CORPORATE

GOVERNANCE ON SOUNDNESS SCORE OF NATIONAL PRIVATE

COMMERCIAL BANKS FOREIGN EXCHANGE IN INDONESIA

Hendra Styawan

  STIE Perbanas Surabaya E-mail :

  Perumahan Bluru Permai BB

  • – 6 Sidoarjo

  

Herizon Chaniago

  STIE Perbanas Surabaya E-mail :

  Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya

  

ABSTRACT

  The purpose of research was to determine whether the CKPN, NPL, IRR, PDN, LDR, IPR, LAR, BOPO, FBIR and GCG has a significant influence either simultaneously or partially. This study used population at the Foreign Exchange National Private Banks. The sampling technique used was purposive sampling. Data used is secondary data. Methods of data collection using the method of documentation. Data were analyzed using multiple regression analysis. Based on the calculations and the results hypothesis that the CKPN, NPL, IRR, PDN, LDR, IPR, LAR, BOPO, FBIR and GCG on Soundness Score of National Private Commercial Banks Foreign Exchange together have no significant effect. Partially CKPN has a negative effect significant, NPL has a negative effect not significant, IRR has a negative effect not significant, PDN has a positive effect not significant, LDR has a negative effect not significant, IPR has a negative effect not significant, LAR has a positive effect not significant, BOPO has a negative effect significant, FBIR has a negative effect not significant and GCG has a negative effect not significant. Among the ten independent variables that contribute the most dominant on Soundness Score is BOPO of 37,72 per cent higher when compared with the other independent decision variables.

  Keyworld : Business Risk, Good Corporate Governance, Soundness Score

PENDAHULUAN masalah pada kesehatan Bank Umum

  Swasta Nasional Devisa sehingga perlu Seharusnya skor kesehatan suatu bank dilakukan penelitian untuk mengetahui selalu mengalami peningkatan dari tahun faktor-faktor apa saja yang menjadi ke tahun dan tidak mengalami penurunan, penyebab menurunnya skor kesehatan namun hal itu tidak terjadi pada Bank Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

  Umum Swasta Nasional Devisa yang dapat Hal inilah yang melatari peneliti untuk dilihat pada Tabel 1.1 melakukan penelitian tentang tingkat skor Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa kesehatan pada Bank Umum Swasta secara rata-rata periode 2010 sampai Nasional Devisa Di Indonesia dan dengan 2014 keseluruhan mengalami variabel-variabel yang mempengaruhinya. penurunan yang ditunjukkan pada nilai rata-rata trend sebesar -3,26 persen dan

  Tujuan Penelitian

  terdapat 23 bank yang rata-rata trendnya Sesuai rumusan masalah diatas, maka mengalami penurunan. tujuan penelitian yang ingin dicapai Hal ini menunjukan masih terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

  Sumber : Majalah Infobank Tahun 2011

  4.18

  26 PT. Bank QNB Kesawan, Tbk

  59.52

  73.61

  14.09 63.84 -9.77

  70.59 6.75 0.00 -70.59 -14.88

  27 PT. Bank Rabobank Internasional Indonesia

  54.56

  

68.1

13.54 56.67 -11.43 55.45 -1.22

  71.26

  15.81

  28 PT. Bank SBI Indonesia

  93.35

  67.72

  87.74 20.02 69.67 -18.07

  86.97 17.30 69.21 -17.76

  0.37

  29 PT. Bank Shinhan Indonesia

  77.97 73.18 -4.79

  76.67

  3.49

  80.25

  3.58

  81.78

  2.24 91.43 -1.92 0.00 -91.43 -23.61

  94.43 91.11 -3.32

  0.95

  3.27

  58.88

  15.59 58.28 -0.60

  83.52

  25.24

  2.78

  22 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk

  92.21 92.05 -0.16 89.99 -2.06

  94.16 4.17 79.34 -14.82 -3.22

  23 PT. Bank OCBC NISP, Tbk

  86.02

  89.29

  92.84

  25 PT. Bank Permata, Tbk

  3.55

  94.49

  1.65 89.28 -5.21

  0.82

  24 PT. Bank Of India Indonesia, Tbk

  79.84

  95.20

  15.36 91.00 -4.20

  95.62

  4.62 92.14 -3.48

  3.08

  1.53

  30 PT. Bank Sinarmas, Tbk

  1.52

  88.38 84.41 -3.97

  35 PT. Bank BNP Paribas Indonesia

  79.64

  81.31

  1.67 78.32 -2.99

  78.86 0.54 0.00 -78.86 -19.91

  36 PT. Bank Commonwealth

  55.72

  77.65

  21.93 74.83 -2.82

  95.31 20.48 0.00 -95.31 -13.93

  37 PT. Bank Resona Perdania

  87.67

  1.11 89.46 -0.30

  3.26

  95.09 7.42 82.81 -12.28 -1.39

  38 PT. Bank Agris

  72.88

  79.29

  6.41 72.61 -6.68

  86.51 13.90 70.06 -16.45 -0.70 Jumlah 3086.37 3165.58 79.21 3163.04 -2.54 3238.53 75.49 2591.24 -647.29 -123.78 Rata-Rata

  81.22

  83.30

  2.08 83.24 -0.07

  85.22 1.99 68.19 -17.03 -3.26

  0.33

  89.76

  92.42 84.31 -8.11

  1.21

  84.47

  0.16 84.27 -0.20 81.33 -2.94 -2.77

  31 PT. Bank UOB Indonesia

  89.61

  89.71

  0.10

  89.72

  0.01 88.84 -0.88 0.00 -88.84 -22.40

  32 PT. Bank Windhu Kentjana Internasional, Tbk

  89.39 83.24 -6.15

  84.45

  88.46 4.01 77.54 -10.92 -2.96

  4.47 88.65 -3.97

  33 PT. Bank BRI Agroniaga, Tbk

  52.67

  76.14

  23.47

  84.57

  8.43

  95.04 10.47 84.53 -10.51

  7.97

  34 PT. PAN Indonesia Bank, Tbk

  88.15

  92.62

  21 PT. Bank MNC Internasional, Tbk 72.42 43.29 -29.13

  8.67 94.32 -0.88 86.68 -7.64

  : Menganalisis tingkat signifikansi pengharuh rasio CKPN atas kredit, NPL,

  96.51

  74.01 68.01 -6.00

  85.52

  17.51

  92.79

  7.27 83.89 -8.90

  2.47

  6 PT. Bank Central Asia, Tbk

  88.33

  93.01

  4.68 92.86 -0.15

  3.65 95.11 -1.40

  2.17

  1.70

  7 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk

  96.20 92.68 -3.52

  94.68

  2.00 87.48 -7.20 86.49 -0.99 -2.43

  8 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

  94.86 91.40 -3.46 86.85 -4.55

  89.78

  2.93 86.15 -3.63 -2.18

  9 PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk

  80.62 79.26 -1.36 76.91 -2.35

  5 PT. Bank Capital Indonesia

  5.49 87.98 -6.72 86.93 -1.05

  10 PT. Bank Ganesha

  2 PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk

  IRR, PDN, LDR, IPR, LAR, BOPO, FBIR dan GCG secara bersama-sama terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia. Menganalisis tingkat signifikansi pengaruh negatif rasio CKPN atas kredit, NPL dan BOPO secara parsial terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia. Menganalisis tingkat signifikansi pengaruh rasio IRR dan PDN secara parsial terhadap skor kesehatan

  Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia. Menganalisis tingkat signifikansi pengaruh positif rasio LDR,

  IPR, LAR, FBIR dan GCG secara parsial terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia. Menganalisis diantara rasio CKPN atas kredit, NPL, IRR, PDN, LDR, IPR, LAR, BOPO, FBIR dan GCG yang memberikan kontribusi terbesar dalam pengaruh skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Di Indonesia.

  

Tabel 1

PERKEMBANGAN SKOR KESEHATAN BANK UMUM

SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA

TAHUN 2010-2014

  

(dalam persentase)

No Nama Bank 2010 2011 Tren 2012 Tren 2013 Tren 2014 Tren

  Rata” Tren

  1 PT. Bank Antar Daerah

  80.14

  83.17

  3.03 82.46 -0.71

  87.82 5.36 0.00 -87.82 -20.04

  75.88 72.90 -2.98

  94.70

  82.46

  9.56 78.97 -3.49 78.05 -0.92

  0.54

  3 PT. Bank Bukopin, Tbk

  88.34

  90.32

  1.98 88.10 -2.22 85.12 -2.98 84.96 -0.16 -0.85

  4 PT. Bank Bumi Arta

  78.27

  89.21

  10.94

  80.53 3.62 67.59 -12.94 -3.26

  79.71 73.82 -5.89 65.93 -7.89

  95.20

  7.28 88.46 -7.99 -0.79

  88.50

  1.31

  90.00

  1.50 88.43 -1.57 -0.49

  16 PT. Bank Maspion Indonesia

  83.58

  92.47 8.89 80.71 -11.76

  90.59 9.88 76.76 -13.83 -1.71

  17 PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk

  91.62 89.60 -2.02 89.17 -0.43

  96.45

  18 PT. Bank Maybank Indonesia

  15 PT. Bank Keb Hana Indonesia

  88.75 85.30 -3.45

  91.38

  6.08

  93.66 2.28 77.24 -16.42 -2.88

  19 PT. Bank Mega, Tbk

  89.85 84.39 -5.46 82.74 -1.65 72.59 -10.15

  83.35 10.76 -1.63

  20 PT. Bank Mestika Dharma

  80.62

  86.53

  5.91

  90.40 87.19 -3.21

  41.66 5.45 -6.46

  75.57 9.64 65.39 -10.18 -3.58

  1.84

  11 PT. Bank Woori Saudara 1906, Tbk

  97.71 92.13 -5.58

  94.41

  2.28 85.62 -8.79

  86.33 0.71 -2.85

  12 PT. Bank ICBC Indonesia

  77.37

  81.35

  3.98 81.32 -0.03

  90.83

  9.51 84.74 -6.09

  13 PT. Bank Index Selindo

  12.31 77.70 -2.09 36.21 -41.49

  89.08

  90.80

  1.72

  93.24

  2.44

  96.33

  3.09 90.77 -5.56

  0.42

  14 PT. Bank JTrust Indonesia, Tbk

  67.48

  79.79

  • – 2015

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

  Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Medyana Puspasari (2012). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah NPL, APB, ROA, NIM, BOPO, FBIR, LDR, IRR, dan PDN secara bersama-sama dan secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Predikat Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Teknik sampel yang digunakan adalah

  purposive sampling . Jenis data yang

  digunakan adalah data sekunder dan metode pengumpulan data yaitu metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi logistik. Penelitian terdahulu yang pertama ini menyimpulkan bahwa variabel NPL, APB, ROA, NIM, BOPO, FBIR, LDR, IRR, dan PDN secara simultan memliki pengaruh yang signifikan terhadap predikat kesehatan bank umum swasta nasional devisa. APB dan ROA secara parsial memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap predikat kesehatan bank umum swasta nasional devisa. LDR, NPL, NIM, BOPO, dan FBIR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap predikat kesehatan bank umum swasta nasional devisa. IRR dan PDN secara parsial memiliki pengaruh positif atau negatif yang signifikan terhadap predikat kesehatan bank umum swasta nasional devisa.

  Penelitian terdahulu kedua yang dijadikan rujukan adalah penelitian Dhita Dhora Damayanti (2014). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah LDR, IPR, CKPN atas Kredit, NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR, dan GCG secara bersama-sama dan secara individu memliki pengaruh yang signifikan terhadap skor kesehatan bank pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive

  sampling . Jenis data yang digunakan

  adalah data sekunder dan metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan regresi linier berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa LDR,

  IPR, CKPN atas Kredit, NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR, dan GCG secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. CKPN atas Kredit, IPR, dan GCG secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. NPL,

  IRR, dan PDN secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. LDR dan FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Diantara LDR, IPR, CKPN atas kredit, NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR, dan GCG yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa adalah LDR. Penelitian terdahulu ketiga yang dijadikan rujukan adalah penelitian Rabiah Nasriyah (2014). Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah apakah LDR, IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara bersama-sama dan secara individu memliki pengaruh yang signifikan terhadap skor kesehatan bank pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive

  sampling . Jenis data yang digunakan

  adalah data sekunder dan metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan regresi linier berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa LDR,

  IPR, NPL, IRR, PDN, BOPO dan FBIR secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. LDR, IPR, IRR, dan PDN secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. NPL dan BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa. FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa

  Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

  Sesuai POJK Nomor: 04/POJK.03/2016 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib memelihara dan meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha. Tingkat Kesehatan Bank itu sendiri adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Setiap faktor penilaian tingkat kesehatan bank telah ditetapkan peringkatnya berdasarkan kerangka analisis yang komprehensif dan terstruktur. Adapun peringkat komposit tersebut adalah:

  1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  2. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  3. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  4. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  5. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

  Biro riset InfoBank menerapkan tujuh kriteria penting untuk mengetahui tingkat kesehatan bank, yaitu sebagai berikut: 1.

  Peringkat Profil Manajemen Risiko Standar indikator yang digunakan untuk mengukur profil manajemen risiko yang baik ialah 20 persen. Semakin tinggi presentase peringkat profil manajemen risiko maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya skor kesehatan pada bank.

  2. Peringkat nilai komposit GCG Standar presentase nilai komposit GCG yang baik ialah 20 persen, semakin baik nilai komposit GCG maka akan berdampak pada peningkatan skor kesehatan bank, namun indikator yang digunakan ialah semakin kecil nilai komposit GCG maka akan semakin baik, dan apabila semakin besar nilai komposit GCG maka akan emakin buruk kinerja penerapan GCG pada bank.

  3. Permodalan Ukuran CAR terbaik diterapkan 8 persen sedangkan bobot CAR adalah 7,5 persen dengan perhitungan bank yang mempunyai CAR di bawah 8 persen bernilai 0, bank yang mempunyai CAR 8 persen sampai dengan 12 persen bernilai 81; dan untuk CAR di atas 12 persen sampai dengan 20 persen (rata-rata perbankan), nilainya 81 ditambah poin tertentu sampai maksimal 19 persen. Dan nilai 100 diberikan jika sebuah bank punya CAR di atas 10 persen.

  4. Kualitas Aset Indikator kualitas asset yang digunakan adalah rasio kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit atau disebut dengan NPL. NPL terbaik adalah jika berada 5 persen kebawah. Makin kecil NPL, nilainya makin besar dengan angka tertinggi 100 persen. NPL di atas 5 persen sampai dengan 8 persen akan diberi penilaian maksimum

  19 persen. Sedangkan NPL terburuk adalah di atas 8 persen (batas maksimum toleransi biro riset InfoBank) dengan bobot 7,5 persen. Kemudian untuk pemenuhan Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) dengan batas ideal di atas 100 persen dengan bobot 7,5 persen.

  5. Rentabilitas Angka ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset dengan standart terbaik 1,5 persen. Sedangkan angka ROE diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan rata-rata modal sendiri dengan standart terbaik 7 persen yang diambil dari rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Bobot rentabilitas sebesar 15 persen yang terdiri atas bobot ROA 7,5 persen, bobot ROE 5 persen dan untuk pertumbuhan laba 2,5 persen yang dihitungkan berdasarkan rata-rata industri dan kelompoknya.

  6. Likuiditas Standart LDR adalah 85 persen ke atas sedangkan pertumbuhan kredit dibandingkan dengan dana standart terbaik menggunakan rata-rata industri sebesar 60 persen. Bobot LDR 7,5 persen, bobot rasio pertumbuhan kredit dana pihak ketiga 2,5 persen dan pertumbuhan dana pihak ketiga 2,5 persen persen sehingga bobot likuiditas adalah 12,5 persen.

  7. Efisiensi Standart tebaik NIM adalah 6 persen ke atas yang diperoleh dari rata-rata perbankan. Sedangkan rasio BOPO di bawah 92 persen seperti yang lazim dipakai BI. Bobot efisiensi 12,5 persen terdiri atas bobot NIM 5 persen dan bobot BOPO 7,5 persen.

  Penlaian Metode Risk Based Banking Rating (RBBR)

  Sesuai POJK Nomor: 04/POJK.03/2016 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individu dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Banking Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor profil risiko, good corporate governance , rentabilitas, permodalan.

  Risiko-Risiko Dari Kegaiatan Usaha Bank

  Risiko usaha bank adalah potensi kerugian yang akan terjadi akibat dari kegagalan kegiatan usaha bisnis bank. Adapun yang termasuk risiko usaha bank adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi (POJK Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum). Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan usaha bank sangat diketahui oleh berbagai faktor yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola manajemen bank. Faktor faktor tersebut bisa berasal dari dalam bank (internal factor) dan bisa bersumber dari luar bank (external factor) yang kemudian akan berdampak pada pencapaian tujuan dalam memperoleh keuntungan atau pendapatan bank. Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima.

  Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan investor. Risiko yang berkaitan dengan usaha bank pada dasarnya dapat berasal

  % 100 (IRSL) s Liabilitie y Sensitivit Rate Interest (IRSA) Asset y Sensitivit Rate Interest x

  NPL merupakan Rasio yang menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga, rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  (3)

  IRR menunjukan kemampuan suatu bank dalam menahan biaya bunga yang harus dikeluarkan dengan pendapatan bunga yang dihasilkan. Rumus IRR adalah sebagai berikut:

  Interest Rate Risk (IRR)

  NPL memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  NPL berpengaruh positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi apabila NPL meningkat berarti telah terjadi peningkatan kredit bermasalah dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan total kredit yang diberikan. Pada sisi lain dengan meningkatnya risiko kredit maka akan menurunkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan menurun. Dengan demikian pengaruh NPL terhadap risiko kredit adalah positif, pengaruh NPL terhadap skor kesehatan bank adalah negatif, dan pengaruh risiko kredit terhadap skor kesehatan bank adalah negatif. NPL berpengaruh negatif yang signifikan terhadap skor kesehatan (Rabiah Nasriyah 2014). Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis 3 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  (2)

  Non Performing Loan (NPL)

  IRR

  CKPN atas kredit memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  CKPN atas kredit berpengaruh positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi apabila CKPN atas kredit meningkat berarti telah terjadi peningkatan CKPN atas Kredit dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan total kredit. Pada sisi lain dengan meningkatnya risiko kredit maka akan menurunkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan menurun. Dengan demikian pengaruh CKPN atas kredit terhadap risiko kredit adalah positif, pengaruh CKPN atas kredit terhadap skor kesehatan bank adalah negatif, dan pengaruh risiko kredit terhadap skor kesehatan bank adalah negatif. Berdasarkan teori maka hipotesis 2 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  (1)

  CKPN atas kredit merupakan Rasio yang digunakan untuk menunjukkan besarnya persentase rasio cadangan perselisihan atau cadangan yang dibentuk terhadap total kredit yang diberikan, rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas kredit

  dari sisi asset maupun liabilitas antara lain risiko kredit oleh Pendapat Taswan (2010:164-167), risiko pasar oleh Pendapat Frianto Pandia (2012:209), risiko likuiditas oleh Pendapat Kasmir (2012:315-319), dan risiko operasional oleh Pendapat Veitzal Rivai (2013:482).

  IRR memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap risiko pasar. Hal ini dapat terjadi apabila IRR meningkat berarti telah terjadi peningkatan IRSA dengan presentase peningkatan lebih besar dibanding presentase peningkatan IRSL. Jika pada saat itu suku bunga cenderung naik, maka akan terjadi kenaikan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan kenaikan biaya bunga, yang berarti risiko pasar yang dihadapi bank menigkat. Jadi pengaruh IRR terhadap risiko pasar positif atau negatif. Sebaliknya, apabila tingkat suku bunga saat itu mengalami penurunan maka terjadi penurunan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya bunga yang berarti risiko pasar yang dihadapi bank menurun. Pada sisi lain dengan menurunnya risiko pasar maka akan meningkatkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan meningkat. Sebaliknya, dengan meningkatnya risiko pasar maka akan menurunkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan menurun. Dengan demikian pengaruh IRR terhadap risiko pasar adalah positif atau negatif, pengaruh

  IRR terhadap skor kesehatan bank adalah positif atau negatif, dan pengaruh risiko pasar terhadap skor kesehatan bank adalah positif atau negatif. Berdasarkan teori maka hipotesis 4 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  IRR memiliki pengaruh signifikan terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  Posisi Devisa Netto (PDN)

  PDN adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolute untuk jumlah dari selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing ditambah dengan selsisih bersiha tagihan bank dan kewajiban baik yang merupakan komitment dan kontijensi dalam rekening administrasi untuk setiap valuta asing. Rumus PDN yang digunakan adalah :

  (4) PDN memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap risiko pasar. Hal ini dapat terjadi apabila PDN meningkat berarti telah terjadi peningkatan aktiva valas dengan presentase peningkatan lebih besar dibanding presentase peningkatan pasiva valas. Jika pada saat itu nilai tukar cenderung naik, maka akan terjadi kenaikan aktiva valas lebih besar dibandingkan kenaikan pasiva valas, yang berarti risiko pasar yang dihadapi bank meningkat. Jadi pengaruh IRR terhadap risiko pasar positif atau negatif. Sebaliknya, apabila nilai tukar saat itu mengalami penurunan maka terjadi penurunan aktiva valas lebih besar dibandingkan dengan penurunan pasiva valas yang berarti risiko pasar yang dihadapi bank menurun. Pada sisi lain dengan menurunnya risiko pasar maka akan meningkatkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan meningkat. Sebaliknya, dengan meningkatnya risiko pasar maka akan menurunkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan menurun. Dengan demikian pengaruh PDN terhadap risiko pasar adalah positif atau negatif, pengaruh PDN terhadap skor kesehatan bank adalah positif atau negatif, dan pengaruh risiko pasar terhadap skor kesehatan bank adalah positif atau negatif. Berdasarkan teori maka hipotesis 5 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  PDN memiliki pengaruh signifikan terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  Loan to Deposit Ratio (LDR)

  LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  (5)

  LDR berpengaruh negatif terhadap risiko likuditas. Hal ini dapat terjadi apabila LDR meningkat berarti telah terjadi peningkatan total kredit yang disalurkan dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan total dana pihak ketiga. Pada sisi lain dengan menurunkan risiko likuiditas maka akan meningkatkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan meningkat. Dengan demikian pengaruh LDR terhadap risiko likuiditas adalah negatif, pengaruh LDR terhadap skor kesehatan bank adalah positif, dan pengaruh risiko likuiditas terhadap skor kesehatan bank adalah negatif. LDR berpengaruh positif yang signifikan terhadap skor kesehatan (Dhita Dhora Damayanti 2014). Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis 6 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  LDR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  Investing Policy Ratio (IPR)

  IPR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban kepada para deposan dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  (6)

  IPR berpengaruh negatif terhadap risiko likuditas. Hal ini dapat terjadi apabila IPR meningkat berarti telah terjadi peningkatan investasi pada surat berharga dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan total dana pihak ketiga. Pada sisi lain dengan menurunkan risiko likuiditas maka akan meningkatkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan meningkat. Dengan demikian pengaruh IPR terhadap risiko likuiditas adalah negatif, pengaruh

  IPR terhadap skor kesehatan bank adalah positif, dan pengaruh risiko likuiditas terhadap skor kesehatan bank adalah negatif. Berdasarkan teori maka hipotesis 7 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  IPR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  Loan to Asset Ratio (LAR)

  LAR merupakan rasio untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  (7)

  LAR berpengaruh negatif terhadap risiko likuditas. Hal ini dapat terjadi apabila LAR meningkat berarti telah terjadi peningkatan total kredit yang diberikan dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan total aset yang dimiliki bank. Pada sisi lain dengan menurunkan risiko likuiditas maka akan meningkatkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan meningkat. Dengan demikian pengaruh LAR terhadap risiko likuiditas adalah negatif, pengaruh LAR terhadap skor kesehatan bank adalah positif, dan pengaruh risiko likuiditas terhadap skor kesehatan bank adalah negatif. Berdasarkan teori maka hipotesis 8 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  LAR memiliki pengaruh positif yang

  signifikan terhadap Skor Kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  FBIR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  Pengungkapan pelaksaan GCG.

  tahun buku dengan memuat beberapa hal dibawah ini terdapat dua belas point sebagai berikut: 1.

  Corporate Governance pada setiap akhir

  wajib menyusun laporan pelaksaan Good

  Governance bagi bank umum, setiap bank

  Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor: 15/15/DPNP 29 April 2013 mengenai pelaksanaan Good Corporate

  Laporan Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

  FBIR berpengaruh negatif terhadap risiko operasional. Hal ini dapat terjadi apabila FBIR meningkat berarti telah terjadi peningkatan pendapatan operasional selain bunga dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan pendapatan operasional. Pada sisi lain dengan meningkatnya risiko operasional maka akan menurunkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan menurun. Dengan demikian pengaruh FBIR terhadap risiko operasional adalah negatif, pengaruh FBIR terhadap skor kesehatan bank adalah positif, dan pengaruh risiko operasional terhadap skor kesehatan bank adalah negatif. FBIR berpengaruh positif yang signifikan terhadap skor kesehatan bank (Dhita Dhora Damayanti 2014 dan Rabiah Nasriyah 2014). Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis 9 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

  (9)

  FBIR merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari jasa diluar bunga dan provisi pinjaman. Rumus FBIR adalah sebagai berikut:

  Fee Based Income (FBIR)

  BOPO memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.

  BOPO berpengaruh positif terhadap risiko operasional. Hal ini dapat terjadi apabila BOPO meningkat berarti telah terjadi peningkatan biaya operasional dengan presentase peningkatan lebih besar daripada presentase peningkatan pendapatan operasional. Pada sisi lain dengan meningkatnya risiko operasional maka akan menurunkan skor kesehatan bank dari aspek profil risiko dengan asumsi tidak ada dampak dari aspek lain yang digunakan dalam InfoBank terhadap skor kesehatan bank, maka secara keseluruhan skor kesehatan bank akan menurun. Dengan demikian pengaruh BOPO terhadap risiko operasional adalah positif, pengaruh BOPO terhadap skor kesehatan bank adalah negatif, dan pengaruh risiko operasional terhadap skor kesehatan adalah negatif. BOPO berpengaruh negatif yang signifikan terhadap skor kesehatan bank (Dhita Dhora Damayanti 2014 dan Rabiah Nasriyah 2014). Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis 9 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  (8)

  BOPO merupakan rasio yang membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam umengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Veithzal Rivai , 2013:482). Rumus BOPO adalah sebagai berikut:

  2. Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang mencapai

  5% (lima persen) atau lebih dari modal disetor.

  Tabel 2 NILAI KOMPOSIT SELF ASSESSMENT

  Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum

  Dalam penelitian ini tidak menggunakan seluruh populasi, namun hanya meneliti terhadap anggota populasi yang terpilih sebagai sampel.

  GCG memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap skor kesehatan Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

  GCG memiliki pengaruh positif terhadap skor kesehatan bank. Hal ini terjadi karena penilaian GCG berdasarkan laporan Self Assessment yang dibuat sendiri oleh pihak bank sehingga menghasilkan skor komposit. Skor komposit didapat dari peringkat dikalikan dengan bobot per indikator. Semakin besar bobotnya semakin baik tata kelola kinerja bank tersebut, namun semakin besar bobot semakin kecil nilai kompositnya. (dalam perhitungannya harus di reciprocal dahulu). Hal ini menunjukkan bahwa semakin bagus penerapan GCG suatu bank yang mengidentifikasikan tata kelola bank tersebut baik sehingga mempengaruhi skor kesehatan pun ikut meningkat dan dengan asumsi skor kesehatan pada aspek yang lain tetap. Berdasarkan teori maka hipotesis 11 yang dibangun pada penelitian ini adalah:

  Good Corporate Governance (GCG)

  dari penilaian akan sesuai dengan urutan kategori dimana semakin tinggi nilai resiprokal maka semakin baik skor komposit GCG.

  Good Corporate Governance maka hasil

  dengan menggunakan resiprokal dari skor komposit dengan membagi angka 1 dengan nilai komposit Self Assesment

  Good Corporate Governance dihitung

  Penilaian sendiri atau Self Assesment ini menghasilkan predikat Self Assesment

  Sumber : Lampiran SEBI No 15/15/DPNP 29 April 2013

  Kurang Baik 4,5 ≤ Nilai Komposit ≤ 5 Tidak Baik

  Baik 2,5 ≤ Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik 3,5 ≤ Nilai Komposit < 4,5

  Nilai Komposit Predikat Nilai Komposit < 1,5 Sangat Baik 1,5 ≤ Nilai Komposit < 2,5

  berisikan atas beberapa faktor yang telah dijelaskan sebelumnya.

  3. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi lainnya dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank.

  Corporate Governance (GCG) yang

  berisikan penilaian pelaksanaan Good

  Corporate Governance (GCG) yang

  terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good

  Penilaian Self Assesment Good Corporate Governance (GCG) Self Assesment Good Corporate Governance (GCG) merupakan penilaian

  12. Pemberian dan untuk kegiatan sosial dan/atau kegiatan politik selama periode pelaporan.

  11. Buy back shares dan/atau buy back obligasi bank.

  10. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

  9. Permasalahan hukum.

  8. Jumlah penyimpangan internal (internal fraud).

  7. Frekuensi rapat Dewan Komisaris.

  Rasio gaji tertinggi dan terendah.

  5. Shares Option 6.

  4. Paket kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi.

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

  (CKPN) X

  5 X

  1 = Cadangan Kredit Penurunan Nilai

  X

  10 = Koefisien Regresi

  1

  α = Konstanta β

  Keterangan : Y = Skor Kesehatan Bank

  10 X 10 + ei

  9 X 9 + β

  8 X 8 + β

  7

  7 X

  6

  6 X

  5

  4

  α + β

  Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan program komputer SPSS. Persamaan regresi yang diharapkan terbentuk dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Y =

  3

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

  2

  Swasta Naional Devisa di Indonesia yang memiliki total modal inti satu koma kosong lima trilliun rupiah sampai dengan tiga trilliun rupiah per akhir tahun 2014. Selama periode penelitian tahun 2010 sampai dengan 2014 Bank Umum Swasta Naional Devisa di Indonesia yang pernah mengalami penurunan tren pada skor kesehatan bank. Bank Umum Swasta Naional Devisa yang memiliki laporan lengkap (Mengikuti Rating Skor Kesehatan, Mempulikasi Laporan Keuangan dan melakukan Penerapan GCG ). Berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti, maka bank-bank yang terpilih sebagai sampel adalah Bank Nusantara Parahyangan, Bank MNC Internasional, Bank Rabobank Internasional Indonesia, Bank Mestika Dharma, Bank Resona Perdania, Bank Woori Saudara 1906, Bank Artha Graha International, Bank Kep Hana Indonesia, Bank Sinarmas dan Bank Ekonomi Raharja.

  1

  Teknik Analisis Data

  • + β
  • + β
  • + β
  • + β

  4 X

  1 X

  Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersifat kuantitatif yang diambil dari majalah Infobank yaitu mengenai rating 120 bank di Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode dokumentasi dimana data yang diperoleh dari majalah Infobank yang kemudian data tersebut diolah dan dilakukan analisis data.

  Data dan Metode Pengumpulan Data

  2 X

  3 X

  • + β
  • + β
  • + β

  • – β

  2 = Non Performing Loan (NPL)

  X

  10 ) secara simultan ataupun parsial terhadap variabel terikat (Y).

  X

  = Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

  8

Dokumen yang terkait

PENGARUH RISIKO USAHA, RENTABILITAS DAN PERMODALAN TERHADAP SKOR KESEHATAN PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH RISIKO USAHA, RENTABILITAS DAN PERMODALAN TERHADAP SKOR KESEHATAN PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA RENTABILITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 21

PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH RISIKO USAHA DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA RENTABILITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA RENTABILITAS, DAN PERMODALAN TERHADAP SKOR KESEHATAN BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 21