Artikel Asli HUBUNGAN KADAR IgE TOTAL SERUM DAN DERMATITIS NUMULARIS

  Artikel Asli

HUBUNGAN KADAR IgE TOTAL SERUM DAN

DERMATITIS NUMULARIS

  

Noer Hidayati, Dwi Retno Adi Winarni, Niken Indrastuti

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta ABSTRAK Dermatitis numularis merupakan dermatitis endogen yang terutama diperantarai proses

  endogen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksogen. Sebagian besar dermatitis numularis tidak diketahui etiologinya, sedangkan studi patogenesisnya masih sedikit. Peran multifaktorial yang dicurigai, meliputi lingkungan, cuaca, hidrasi kulit, alergen atau iritan lingkungan, infeksi sebelumnya/tersembunyi, efek samping obat, dan hipersensitivitas terhadap alergen spesifik. Hubungan IgE total dan atopi dengan dermatitis numularis masih kontroversial.

  Dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara kadar IgE total dan dermatitis numularis. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah subjek dengan dermatitis numularis dan kontrol masing-masing 40 orang.

  Rerata kadar IgE total ± SD pada kelompok dermatitis numularis (atopi dan tanpa atopi) dan kontrol adalah 333,9 ± 376,7 IU/mL dan 182,9 ± 292,3 IU/ml, sedangkan rerata kadar IgE total ± SD pada kelompok dermatitis numularis tanpa atopi dan kontrol berturut-turut adalah 240±333,9 IU/mL dan 182,9 ± 292,3 IU/ml. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar IgE total kelompok dermatitis numularis (atopi dan tanpa atopi) dibandingkan kontrol (p<0.05), sedangkan rerata kadar IgE total antara kelompok dermatitis numularis tanpa atopi dan kontrol tidak berbeda bermakna (p>0,05).

  Disimpulkan ba hwa terdapat hubungan anta ra kadar IgE total serum d an dermatitis numularis (MDVI 2015; 42/2:48 - 54) Kata kunci: dermatitis numularis, kadar IgE total, atopi

  ABSTRACT Nummular dermatitis an endogenous dermatitis that occurs not only primarily mediated by endogenous but also influenced by exogenous factors. Most cases of nummular dermatitis are unknown etiology, meanwhile the study of pathogenesis is little. Multifactorial role including environment, weather, skin hydration, environments allergen/irritans, previous/occult infection, side effects of drugs, and hypersensitivity to specific allergen. The relationship between total IgE level and nummular dermatitis is still debatable.

  A study was done to determine the association between total IgE level and nummular dermatitis. This a case-control study design. Eeach of group nummular dermatitis and control were 40. The means ± SD total IgE level in group of nummular dermatitis (atopy and without atopy) and control respectively were 333.9 ± 376.7 IU/ml and 182.9 ± 292.3 IU/ml, while the means ± SD total IgE level in the nummular dermatitis without atopy and control groups respectively were 240 ± 333.9 IU/ml and 182.9 ± 292.3 IU/ml. There were significant differences in the mean of total IgE levels between group of nummular dermatitis compared to the control groups (p<0.05), whereas the mean of total IgE level between nummular dermatitis without atopy with

controls groups did not differ significantly (p>0.05).

  There was association between total IgE levels and dermatitis numularis. (MDVI 2015; 42/ 2:48 - 54) Korespondensi : Jl. Sekip No.1, Sekip - Yogyakarta

  Key words: nummular dermatitis, total IgE level, atopy Telp/Fax.(0 274)-560700 Email: noerhidayati6@yahoo.com

  48

  PENDAHULUAN

  Dermatitis numularis merupakan kelainan peradangan kulit dengan lesi khas berupa papul atau papulovesikel yang bergabung membentuk plak numular dengan batas tegas. 1 Bagian tubuh yang sering terkena adalah dorsum tangan, ekstremitas bawah, permukaan ekstensor lengan, tungkai dan kaki. 2 Dermatitis numularis merupakan dermatitis endogen yang bersifat kronis, terutama diperantarai oleh proses/faktor yang berasal dari dalam tubuh tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksogen. 3 Dermatitis numularis mempunyai dua puncak distribusi umur, yaitu paling sering terjadi pada dekade 6 sampai 7 dan biasa terjadi pada laki-laki serta puncak distribusi umur yang lebih kecil terjadi pada dekade 2 sampai 3, yang berhubungan dengan dermatitis atopik dan paling sering pada perempuan. 4 Prevalensi dishidrosis dan dermatitis numularis adalah sekitar 2 per 1000 kasus. 5 Prevalensi dermatitis numularis di Inggris adalah 2% selama 27 tahun. 6 Kubeyinje (1995) melaporkan dermatitis numularis merupakan dermatitis endogen terbanyak kedua setelah dermatitis atopik, yakni sebanyak 315 kasus (25,7%) dari 1224 kasus. 7 Data prevalensi dan insidens dermatitis numularis di

  Indonesia tidak diketahui dengan pasti, sedangkan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta insidens dermatitis numularis pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut adalah 2,53% dan 2,33%.

  Sebagian besar kasus dermatitis numularis tidak diketahui etiologinya. 3 Meskipun etiologi dermatitis numularis belum jelas, beberapa studi melaporkan kasus dermatitis numularis dihubungkan dengan berbagai etiologi berbeda, sedangkan studi patogenesisnya masih sedikit dilaporkan. 8 Beberapa penelitian dan laporan kasus menunjukkan peran multifaktorial, meliputi perubahan lingkungan, cuaca, keadaan hidrasi kulit, alergen atau iritan lingkungan, infeksi sebelumnya, infeksi tersembunyi, efek samping obat, dan hipersensitivitas terhadap alergen spesifik. 1,4 Hubungan dan peran atopi serta IgE dengan dermatitis numularis masih kontroversi. 9-11

  Atopi merupakan kelainan yang kompleks ditandai dengan kecenderungan peningkatan kadar antibodi IgE terhadap satu atau lebih alergen spesifik. 12 Riwayat atopi diri dan keluarga terdapat pada 50% pasien dermatitis numularis, sedangkan riwayat atopi pada keluarga terdapat pada 38%. 13 Kubeyinje (1995) melaporkan kurang lebih 10% pasien dermatitis numularis yang mempunyai riwayat atopi pada diri maupun keluarga. 7 Kruger dkk (1973) menggambarkan

  scattergram kadar IgE subjek dermatitis numularis hampir

  mendekati sejajar dengan kadar IgE dermatitis atopik derajat ringan sampai sedang, meskipun didapatkan rerata kadar IgE dermatitis numularis lebih rendah dibandingkan dengan dermatitis atopik secara keseluruhan. 10 Terjadi peningkatan kadar IgE total ( > 295 IU/ml) pada 3 dari 8 pasien dermatitis numularis berat. 14 Imunoglobulin E merupakan antibodi utama yang terlibat dalam reaksi alergi akut (hipersensitivitas tipe 1) dan ikut serta dalam inflamasi alergi kronik pada dermatitis atopik dan dermatitis eksematosa lainnya. 15 Lesi kulit eksematosa tidak dapat diinduksi hanya dengan IgE yang memerantarai reaksi tipe cepat. Lesi eksematosa dihasilkan oleh sel yang memerantarai reaksi kontak alergik dan sensitivitas terhadap berbagai alergen lingkungan seperti pada dermatitis atopik. 16 Pajanan alergen berlanjut atau berulang menyebabkan inflamasi alergi kronik. Jaringan inflamasi mengandung eosinofil dan sel T (khususnya sel Th2). Eosinofil dapat mengeluarkan beberapa mediator (misal major basic protein) yang menyebabkan kerusakan jaringan dan inflamasi. Pajanan alergen berulang dan peningkatan kadar IgE spesifik, men yebabkan pr oduksi IL-4 dan IL-13 den gan kecenderungan terjadinya respons yang diperantarai Th2/ IgE. 17 Pada fase akut reaksi predominan Th2 berubah menjadi fase campuran menyerupai reaksi hipersensitivitas tipe 1 dan

  4, dengan sitokin yang terkait Th1 (IFNγ dan IL-2). 18 Interferon γ menginduksi apoptosis keratinosit yang menimbulkan lesi eksematosa. 19 METODE

  Rancangan penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, membandingkan rerata kadar IgE total antara kelompok dermatitis numularis dengan kontrol. Penelitian dilaksanakan bulan Februari 2013 di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan Laboratorium Patologi Klinik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.

  Subjek pada penelitian ini adalah pasien dengan dermatitis numularis dan kontrol yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi subjek dermatitis numularis adalah 1) laki-laki atau perempuan yang didiagnosis dermatitis numularis secara klinis; 2) usia antara 15 – 60 tahun; 3) bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangai surat persetujuan (informed consent). Kriteria eksklusi adalah 1) pasien dengan infestasi cacing; 2) sedang menderita urtikaria akut atau kronik; 3) mendapat terapi kortikosteroid (topikal/sistemik) dan antihistamin selama 2 minggu sebelum penelitian. Kontrol adalah orang sehat berumur di atas 15 tahun, tidak menderita infestasi cacing dan tidak sedang menderita urtikaria.

  Besar sampel dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda rerata dua kelompok tidak berpasangan. Jumlah subjek penelitian minimal adalah 32 untuk tiap kelompok. Sampel diambil secara consecutive sampling.

  Penelitian disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan setiap subjek dalam penelitian ini telah diberi informasi dan menandatangani informed consent. Beda rerata kadar IgE total kedua kelompok dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis t test tidak berpasangan

  .

  

N Hidayati, dkk Hubungan kadar IgE total serum dan dermatitis numularis

  49

  MDVI Vol. 42 No. 2 Tahun 2015; 48 - 54

  Hubungan kadar IgE total dengan dermatitis numularis

  Numularis Kontrol tanpa riwayat atopi (n = 26) (n = 40) Mean± SD Mean± SD p

  Kadar IgE total (I U/mL) 333,9± 376,7 182,9±292,3 0,012 Ta bel 4 . Beda r era ta kadar I gE total kelompok derma titis numularis tanpa riwayat atopi dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 Derma titis

  Numularis (n = 40) (n = 40) Mean± SD Mean± SD p

  Tabel 3. Kadar IgE total kelompok dermatitis numularis dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 Derma titis Kont r ol

  Terdapat hubungan antara kadar IgE dan dermatitis numularis (p<0,05) dengan Odd Rasio (OR) = 2,5 dan Interval Kepercayaan (IK) 95% terletak antara 1.016 dan 6.149. Dengan demikian kadar IgE abnormal memiliki kemungkinan risiko 2,5 kali untuk terjadinya dermatitis numularis dibanding kadar IgE normal.

  Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata kadar IgE total antara kelompok dermatitis tanpa riwayat atopi dan kontrol (p<0.05) (Tabel 4).

  Variabel Tota l Derma titis Kont r ol Numularis Jenis kelamin Laki-laki 26 (32,5%) 13 (32,5%) 13 (32,5%) Perempua n 54 (67,5%) 27(67 ,5%) 27 (67,5%) Umur 27,83 ± 9.8 27,68 ± 9,5 Tabel 2. Karakteristik kelompok dermatitis numularis dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013

  distribusi yang tidak normal sehingga digunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Hasil uji hipotesis didapatkan perbedaan bermakna rerata kadar IgE total antara kedua kelompok (p<0.05).

  Shapiro-Wilk, kadar IgE kedua kelompok mempunyai

  Tabel 3 menunjukan rerata kadar IgE total kelompok dermatitis numularis dan kontrol. Berdasarkan uji normalitas

  Tabel 2 menunjukkan karakteristik subjek dermatitis numularis dan kontrol dalam hal jenis kelamin dan umur. Rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada kedua kelompok adalah 1:2. Distribusi jenis kelamin dan rerata umur antara kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05).

  HASIL

  Karakteristik dasar subjek dermatitis numularis dan kontrol

  Sebagian besar subjek dermatitis numularis adalah pelajar/ mahasiswa yaitu 20 subjek (52,85%).

  Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 kabupaten Sleman Yogyakarta yaitu 25 subjek (62.5%).

  Pek erja an PNS 8(22.2%) Pegawai swasta 5(13.9%) Wiraswasta 3(8.3%) Buruh 1(2.5%) Pelajar/mahasiswa 20(52 .85%) Lain-lain 3(2.8%) Tabel 1. Karakteristik subjek dermatitis numularis di Poliklinik

  Ala ma t Kotamadya 5(12.5%) Sleman 25(62 .5%) Bantul 5(12.5%) Gunung Kidul 2(5.0%) Luar DIY 3(7.5%)

  Laki-laki 13(32 .5%) Umur 11 -15 th 16 -20 th 1(2.5%) 21 -25 th 9(22.5%) 26 -30 th 13(32 .5%) 31 -35 th 5(12.5%) 36 -40 th 2(5.0%) 41 -45 th 4(10%) 46 -50 th 2(10%) 51 -55 th 2(5.6%) 56 -60 th 1(2.8%)

  Va r iab e l Jumlah ( n) Jenis Kelamin Perempua n 27(67 .5%)

  Tabel 1 menunjukan karakeristik data subjek dermatitis numularis. Subjek dermatitis numularis perempuan lebih banyak dibanding laki-laki yaitu 2:1, sedangkan umur subjek terbanyak antara 16-25 tahun. Berdasarkan tempat tinggal, sebagian besar subjek dermatitis numularis tinggal di

  sampling sampai jumlah sampel terpenuhi. Terdapat 40 subjek dermatitis numularis dan 40 kontrol.

  Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 di Poliklinik Kulit dan Kelamin serta Laboratorium Patologi Klinik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diambil secara consecutive

  Kadar IgE total (I U/ml) 240 ± 333,9 182,9±292,3 0,152 uji nonparametrik Mann-Whitney

  • Kadar IgE abnormal e” 100 IU/ml

  PEMBAHASAN

  Peningkatan kadar IgE total dan atau riwayat atopi.

  16 0,12 3,1 1,247 7,481 Non Atopi* 13

  27

  IK (95%) Bawah Atas A to pi *

  Derma titis numularis Kont r ol p O R (n) (n)

  IK (95%) Bawah Atas Riwayat Atopi 14 (35%) 4 (10%) Ta npa 0,007 4,8 1,43 16,42 Riwayat Atopi 26 (65%) 36 (90 %) Tabel 6. Beda proporsi riwayat atopi antara dermatitis numularis dan kontrol di Poliklinik Ku lit da n Kela min RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 Tabel 7. Beda proporsi atopi antara dermatitis numularis dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013

  Derma titis numularis Kont r ol p O R (n) (n)

  Tabel 5. Beda proporsi kadar IgE abnormal antara kelompok dermatitis numularis dan kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013

  Pada penelitian ini distribusi lesi banyak didapatkan pada ekstremitas bawah dan atas. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan dan penelitian sebelumnya, yakni distribusi lesi dermatitis numularis biasanya terutama pada bagian ekstensor ekstremitas, meski dapat juga mengenai anggota badan lain. 4 Gatal merupakan keluhan utama yang dikeluhkan semua subjek dermatitis numularis dengan derajat sedang dan berat. Kulit kering mungkin berperan penting dalam patogenesis gatal pada dermatitis numularis. 13 Selain itu, kerusakan pada stratum korneum dapat diperburuk oleh garukan karena gatal, sehingga memungkinkan berbagai alergen masuk. 13 Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, fungsi sawar stratum korneum kulit xerotik atopik mengalami gangguan sampai tingkat tertentu. 20 Sebagian besar pasien pada penelitian ini berusia 15-30 tahun dan hal tersebut berbeda dengan kepustakaan sebelumnya yakni kondisi kulit kering terdapat pada sebagian besar pasien dermatitis numularis, terutama usia tua. 3,4

  Pada penelitian ini jumlah kasus dermatitis numularis pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan rasio 2:1. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian di Thailand, yakni rasio pasien dermatitis numularis perempuan dibanding laki-laki adalah 2:1. 12 Kepustakaan lain menyebutkan insidens dermatitis numularis laki-laki lebih sering dibandingkan perempuan dengan puncak insidens pada usia 50-65 tahun, sedangkan pada perempuan didapatkan puncak insidens kedua pada usia 15-25 tahun. 1,4

  Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk, kadar IgE antar kelompok mempunyai distribusi yang tidak normal sehingga digunakan uji hipotesis Kruskal-Wallis (ANOVA non parametrik). Hasil uji hipotesis ini tidak terdapat hubungan antara awitan, frekuensi kekambuhan, jumlah lesi, gambaran klinis, rasa gatal, dan ada tidaknya oozing dengan kadar IgE total (Tabel 8).

  Gambaran klinis sebagian besar subjek berada dalam stadium akut yaitu 17 subjek (42%) dan subakut 15 subjek (37.5%), dengan lesi berada dalam keadaan oozing pada 36 subjek (90%). Gatal merupakan keluhan utama yang dikeluhkan semua subjek, dengan derajat gatal adalah sedang dan berat masing-masing pada 50% subjek. Empat belas subjek dermatitis numularis (35%) mempunyai riwayat atopi diri maupun keluarga.

  Tabel 8 menunjukkan awitan dermatitis numularis terbanyak dimulai lebih dari usia satu tahun yaitu pada 31 subjek (77.5%), sedangkan frekuensi kekambuhan lebih dari tiga kali dalam setahun terdapat pada 25 subjek (62.5%). Delapan belas subjek (45%) memiliki jumlah lesi 4-6, sedangkan letak lesi paling banyak pada tungkai bawah yaitu pada 38 subjek (38%).

  Hubungan kadar Ig E total dengan variabel lain

  Terdapat beda proporsi atopi antara dermatitis numularis dan kontrol (p < 0.05). Pasien yang memenuhi kriteria atopi pada penelitian ini mempunyai kemungkinan dermatitis numularis 3 kali dibanding non-atopi (Tabel 7).

  Hubungan atopi dengan dermatitis numularis

  Terdapat perbedaan bermakna proporsi riwayat atopi antara dermatitis numularis dan kontrol dengan p<0,05 dan nilai OR 4,8 terletak antara 1,43 dan 16,42. Hal tersebut men jelaskan bah wa individu dengan riwayat atopi mempunyai kemungkinan risiko 4,8 kali mengalami dermatitis numularis dibandingkan tanpa riwayat atopi.

  Hubungan riwayat atopi dengan dermatitis numularis

  0,03 62 ,5 1,016 6,149 N or ma l 16 (20%) 25(31 ,3%) Uji hipotesis (Chi Square)

  IK (95%) Bawah Atas Kadar IgE abnormal* 24 (30%) 15(18 ,7%)

  Derma titis numularis Kont r ol p O R (n) (n)

24 Uji hipotesis (Chi Square) *Atopi : Riwayat atopi dan atau peningkatan kadar IgE total.

  • Non atopi : Tidak terdapat riwayat atopi dan peningkatan kadar IgE

  51 N Hidayati, dkk Hubungan kadar IgE total serum dan dermatitis numularis

  52 Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar IgE total antara kelompok dermatitis numularis dan kontrol secara keseluruhan (p<0.05), sedangkan rerata kadar IgE total antara dermatitis numularis tanpa riwayat atopi dan kontrol tidak berbeda bermakna. Hal tersebut menjelaskan bahwa besar kemungkinan hubungan kadar IgE total dengan dermatitis numularis terkait riwayat atopi.

  Terdapat hubungan antara kadar IgE abnormal dan dermatitis numularis dengan OR 2,5. Kadar IgE abnormal memiliki kemungkinan risiko 2,5 kali mengalami dermatitis numularis dibanding kadar IgE normal. Dermatitis numularis dengan riwayat atopi ditemukan pada 14 subjek (35%). Terdapat hubungan riwayat atopi dan dermatitis numularis (p<0,05) dengan OR 4,8. Hubungan antara dermatitis numularis dengan atopi dan kadar IgE masih kontroversial. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kadar IgE pasien dermatitis numularis sebanding dengan dermatitis atopik derajat ringan dan sedang, tetapi kadarnya lebih rendah dibanding dermatitis atopik secara keseluruhan. 10 Penelitian lain melaporkan kadar IgE total meningkat pada 3 dari 8 dermatitis numularis derajat berat. Riwayat atopi diri dan keluarga juga terdapat pada 50% dari 100 pasien dermatitis numularis, 12 sedangkan penelitian lain melaporkan kurang dari 10% pasien dermatitis numularis dengan riwayat atopi pada diri atau keluarga. 7 Pada penelitian ini terdapat hubungan antara atopi dan dermatitis numularis (p<0,05) dengan OR 3,1. Individu atopi (sesuai dengan krieria penelitian ini) mempunyai kemungkinan dermatitis numularis 3 kali dibanding non- atopi. Atopi merupakan predisposisi genetik untuk memproduksi IgE dalam respons terhadap pajanan berbagai alergen spesifik. 16 Tidak didapatkan hubungan antara awitan, frekuensi kekambuhan, jumlah lesi, gambaran klinis, gatal dan ada tidaknya oozing dengan kadar IgE total. Hal tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya, yakni peningkatan kadar IgE berkontribusi terhadap kronisitas dan rekurensi dermatitis eksematosa. 20 Tabel 8. Hubungan kadar IgE total dengan beberapa variabel di Poliklinik Kulit dan Kelamin

  

RSUP dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013

Va r iab e l Jumlah ( n) Kadar IgE ± SD(IU/ml) P((kruskal- wallis) Awitan 0-6 bulan 3(7.5%) 323.7±472.7

  7-12 bulan 6(15%) 81.3± 58.6 0.080 > 1 tahun 27(77 .5%) 386. ± 390.9 Rekurensi 1-3x dalam 1 tahun terakhir 15(37 .5%) 288,1 ± 408,3

  >3x dalam 1 tahun terakhir 25(62 .5%) 364,1± 360,9 0.379 Jumlah lesi 1 -3 7(17.5%) 500.6 ±465.0 4 -6 18(67 .5%) 210.5±198.7 7 -9 10 (25 %) 338.8±435.8 >10 5( 12.5 %) 548.3±533.3 0.389

  Letak lesi Badan 5(5%) Lengan 30 (30 %) Ta ngan 11 (11 %) Tungkai 38 (38 %) Kaki 16 (16 %)

  Gambaran klinis Akut 17(42 .5%) 308.1±364.1 Akut-subakut 15(37 .5%) 382.4±426.0 Subakut 8(20%) 306.1±337.8 0,981

  Gatal Tidak gatal - Ringan - Sedang 20 (50 %) 428.0±385.6 Berat 20 (50 %) 243.1±351.5 0.070

  Oozing Ada 36 (90 %) 388.2±6 Tidak 4(10%) 257±128.9 0,652

  MDVI Vol. 42 No. 2 Tahun 2015; 48 - 54

  

N Hidayati, dkk Hubungan kadar IgE total serum dan dermatitis numularis

  7. Kubeyinje, EP. The pattern of endogenous eczema in the KESIMPULAN nothern frontier, Kingdom of Saudi Arabia. Annal of Medicine.

  1995; 11: 416-8.

  Terdapat hubungan antara kadar IgE total pasien

  8. Flemmimg C, Parry E, Forsyth A, Kemmett D. Patch testing

  dermatitis numularis dengan kontrol secara keseluruhan,

  in discoid eczema. Contact dermatitis. 1997; 36:261-4

  namun tidak didapatkan hubungan antara kadar IgE total

  9. Gill Yosipovitch, AGD Malcom W, Greaves. Pathophysiology

  pada pasien dermatitis numularis tanpa riwayat atopi dan

  and clinical aspects of pruritus. Dalam: Wolff K, Goldsmith,

  kontrol. Hal tersebut menjelaskan bahwa besar kemungkinan

  GLA, Katz SI, Gilchrest BA, P aller AS, Leffell DJ ,

  hubungan kadar IgE total dengan dermatitis numularis terkait penyunting. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. dengan adanya riwayat atopi.

  Edisi ke-7. New York: McGrawGill; 2008.h. 902.

  10. Krueger GG, Kahn G, Weston WL, Mandel MJ, Denver MD.

  Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui IgE levels in nummular eczema and ichthyosis. Arch Dermatol. hubungan kadar IgE alergen spesifik yang dicurigai dengan 1973; 107: 56-8. dermatitis numularis, sehingga akan lebih memperjelas

  11. Kulthanan K, Samutrapong P, Tuchina P. Adult-onset atopic patogenesisnya. dermatitis: a cross-sectional study of natural history and clinical manifestation. Asian Pac J Allergy Imnunol. 2007; 25:207-14

  12. Jiamton S, Tangjaturonrusamee C, Kulthanan K. Clinical features and aggravating factors in nummular eczema in Thais.

  Asian Pac J Allergy Immunol. 2012; 31: 36-42

  13. Tanaka T, Satoh T, Yokozeki H. Dental infection associated

DAFTAR PUSTAKA

  with nummular eczema as an overlooked focal infection. J Dermatol. 2009; 36:462-5

  1. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/

  14. Galli SJ, Tsai M. IgE and mast cell in allergic disease. Nat prurigo nodularis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Med. 2012; 18: 693-74 Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting. Fitzpatrick's

  15. Tanaka M, Aiba S, Matsumura N, Aoyama H, Tabata N, Dermatology in General Medicine. Edisi ke 7. New York: Mc Sekita Y, dkk. 1994. IgE-mediated hypersensitivity and contact Graw Hill; 2008. h. 158-62. sensitivity to mu ltiple enviromntal allergens in atopic

  2. Halberg M. Visual Diagnosis in Emergency Medicine. J Emerg dermatitis. Arch Dermatol. 1994; 130: 1393-401 Med. 2011: 1-2.

  16. Nimmagadda SR, Evans R. Allergy: etiology and immunology.

  3. Burton JL. Eczema lichenification prurigo and eythroderma. Pediatr Rev. 1999; 20: 111-5 Dalam Rook A, Wilkinson D, Ebling FJ, penyunting. Rook's

  17. Bieber T. Mechanisme of disease: article atopic dermatitis. N Textbook of Dermatology. Edisi ke 7. Oxford: Blackwell Engl J Med. 2008; 358: 1483-94 Scienctific; 2004. h. 646-8.

  18. Trautmann A, Akdis M, Kleemann D. T cell-mediated Fas-

  

4. Miller JL. Nummular Dermatitis Clinical Presentation. induced keratinocyte apoptosis plays a key pathogenetic role

Diu nduh dari: h ttp://emedicin e.medscape.com/article/ in eczematous dermatitis. J Clin Invest. 2000;106:25-35

1123605-clinical. Pada tanggal 10 Mei 2012.

  19. Maintz L, Novak N. Getting more and more complex: the

  

5. Goh CL, Chua T, Koh SL. A discriptive profile of eczema in pathophysiology of atopic eczema. Eur J Dermatol. 2007;

a tertiary dermatological referral centre in Singapore. Ann 17: 267-83 Acad Med Singapore. 1993; 22: 307-12.

  20. Watanabe M, Tagami H, Horii I, Takahashi M, Kligman AM.

  

6. Horn R. The Pattern of Skin disease in General Practice. Stratum corneum in atopic xerosis. Arch Dermatol. 1991; 127:

Dermatol pract. 1986; 4:14-9 1689-92.

  53