BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Konversi Lahan Pertanian Padi Menjadi Area Pabrik

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

  Penelitian ini mengkaji konversi lahan pertanian padi menjadi area pabrik di Desa Sinar Gunung, Kecamatan Labuhan Deli, Deli Serdang. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai faktor apa saja yang mendorong dilakukannya konversi lahan, bagaimana kehidupan masyarakat sesudah adanya konversi lahan di Desa Sinar Gunung. Alasan peneliti melakukan penelitian di Desa Sinar Gunung karena semakin sempitnya lahan pertanian yang ada dan juga semakin dekatnya kawasan pabrik dengan pemukiman masyarakat Sinar Gunung.

  Dalam menyikapi kehidupan sekarang ini, memang banyak kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat tetap bertahan hidup. Begitu juga halnya dengan masyarakat di Desa Sinar Gunung dan sekitarnya. Dalam melakukan perombakan sistem mata pencaharian masyarakat. Salah satunya dengan cara menjual lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup, biaya sekolah anak dan juga untuk modal memulai usaha sendiri selain bertani.

  Pemanfaatan lahan merupakan artikulasi kegiatan manusia yang ada di atas sebidang tanah. Perubahan akan pemanfaatan lahan merupakan campur tangan manusia dalam memenuhi kehidupan manusia. Dalam pemanfataan lahan ada dua, yaitu pertanian dan bukan

   pertanian .

  Semakin tingginya kebutuhan ekonomi dalam keluarga juga merupakan faktor dalam perubahan pemikiran yang dilakukan banyak masyarakat untuk memenuhi semua kebutuhan hidup tersebut. Ada kalanya, salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat di Sinar Gunung adalah melakukan penjualan lahan pertanian. Desa ini berada di Jalan Pasar 6, Dusun XIV Desa Pematang Johar. Lahan pertanian masyarakat Sinar Gunung sebagian besar telah

   dikonversi menjadi area pabrik Kawasan Industri Medan (KIM) .

  Kawasan industri Medan (KIM) ini adalah sebuah Kawasan Industri yang terletak di Kelurahan Mabar, Medan Deli. Area kawasan ini meluas ke area pertanian masyarakat yang ada di Desa Sinar Gunung. Mengakibatkan banyaknya lahan pertanian yang digunakan sebagai area pabrik, dan juga semakin sempitnya area pertanian yang ada di Desa Sinar Gunung ini. Perluasan ini dilakukan dilakukan bertahap terus menerus yang semakin dekat dengan pemukiman penduduk dan mulai berkurangnya hasil pertanian yang diakibatkan pencemaran udara dan juga pencemaran lingkungan akibat pabrik yang berdekatan dengan lahan pertanian.

  Kawasan industri Medan semakin meluas dikarenakan masyarakat Sinar Gunung yang melakukan penjualan lahan kepada pihak KIM, yang sekarang ini dapat dilihat perkembangan area pabrik yang semakin meluas. Meluasnya area pabrik tersebut dan penjualan lahan yang dilakukan karena banyaknya tawaran yang sangat pengiurkan yang diberikan oleh pihak KIM soal harga tanah yang sangat besar.

  Dari hasil menjual lahan pertanian yang berada di sekitar kawasan industri dan membeli lahan baru untuk digunakan bertani padi. Luas lahan baru yang didapat bisa 3 kali lipat dari lahan sebelumnya dengan harga lahan lebih murah. Menurut masyarakat Sinar 2 Gunung bertani merupakan hal yang harus tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup

  

PT. (Persero) Kawasan Industri Medan, adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bidang usaha jasa

pengelolaan Kawasan Industri. Kawasan ini didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988, dengan komposisi

sahamnya terdiri dari Pemerintah RI (pusat) 60%, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 30%, dan Pemerintah

Kota Medan 10%. http://www.kim.co.id/id/page/2/sejarah_singkat/ (diakses tanggal 10 Mei 2013, pukul 18:02 mereka. Penggunaan lahan pertanian padi yang dilakukan masyarakat Sinar Gunung sudah mengalami penurunan akibat konversi lahan yang semakin meningkat.

  Penurunan hasil pertanian bukan saja disebabkan semakin sempitnya lahan pertanian padi yang ada sekarang ini, tetapi juga dikarenakan faktor polusi yang terjadi di sekitar area industri KIM. Seperti halnya diutarakan yang dimuat di

  

  (25/10/2010) , yang diutarakan dalamyang mengatakan limbah pabrik KIM ada sekitar 200 unit berupa limbah cair yang berbahaya. Hal ini diutarakan dalam penelitian yang dilakukan untuk mengawasi pembuangan limbah pabrik. Dalam hal ini polusi yang diakibatkan oleh limbah pabrik juga yang membuat menurunnya hasil pertanian di Desa Sinar Gunung.

  Setelah adanya konversi lahan, sebagaian petani yang ada di desa Sinar Gunung mengalami perubahan profesi dari awalnya hanya bertani padi menjadi buruh pabrik dan juga berdagang. Perubahan yang terjadi sebagian petani dapat menerima dengan cepat pergantian profesi mereka. Tetapi menurut masyarakat Sinar Gunung adanya hambatan yang dialami para masyarakat Sinar Gunung ketika bekerja sebagai buruh, yaitu penggunaan jam kerja yang tidak sama antara bertani dan sebagai buruh membuat para masyarakat yang bekerja sebagai buruh kewalahan dalam jam kerja yang lebih banyak. Maka dari itu disini masyarakat Sinar Gunung mengalami penyesuaian profesi untuk bertahan di dalam perkembangan perekonomian yang semakin berkembang.

  Dalam hal pengurangan pengangguran merupakan bukti yang dilakukan oleh KIM, yaitu dengan membuka Kawasan Indutri Medan yang mempekerjakan dan membutuhkan

  (diakses tanggal 10 Mei 2010, pukul 19:48 wib)

  Gunung untuk memperoleh pekerjaan. Pabrik kawasan industri di sekitar Sinar Gunung banyak mempekerjakan masyarakat Sinar Gunung. Ini telah mengurangi pengangguran, terutama para kaum muda di Desa Sinar Gunung.

  Para kaum muda yang baru menamatkan sekolah mereka di tingkat SMK sudah dapat bekerja sebagai buruh pabrik di berbagai pabrik yang ada di KIM tersebut. Hal ini yang membuat banyaknya para kaum muda di Desa Sinar Gunung ini baik laki-laki dan perempuan yang setelah menamatkan sekolahnya lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik. Hanya sebagian saja yang melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi, mengingat sudah adanya lowongan kerja tamatan SMK sederajat sebagai buruh pabrik.

  Begitu banyak perubahan yang terjadi setelah adanya konversi lahan pertanian di Desa Sinar Gunung. Seperti halnya perekonomian masyarakat yang sudah semakin baik tetapi tidak semua warga yang mengalaminya, pembangunan rumah-rumah warga yang semakin memadai, para orangtua sudah mulai mementingkan pendidikan bagi anak-anak, dan juga para warga semakin mengenal dunia teknologi yang semakin canggih.

  Tetapi ada juga kerugian yang dirasakan oleh warga Sinar Gunung, seperti halnya kesehatan. Hanya sebagian kecil saja warga Sinar Gunung yang mementingkan kesehatan mereka. Akibat polusi udara yang dihasilkan dari pabrik-pabrik di KIM dapat menimbulkan pencemaran udara dan juga pencemaran lingkungan tempat tinggal mereka yang paling sering terjadi adalah polusi udara, misalnya udara yang tercemar di sekitar Sinar Gunung yang berbau tidak sedap, seperti bau busuk yang hampir setiap hari dirasakan oleh masyarakat. Bahkan pagi hari pun polusi udara itu sudah tercium warga. Hal inilah yang menurut saya akan menjadi faktor berbagai penyakit yang akan terjangkit pada warga Sinar Gunung.

  Semakin banyak pabrik-pabrik yang dekat dengan pemukiman, semakin banyak pula penyakit yang akan terjangkit kepada masyarakat. Hal ini sangat disayangkan akan kesehatan dan pencemaran yang semakin meningkat. selain itu banyaknya abu atau debu dan tanah yang kering menimbulkan tanah di sekitar rumah-rumah warga menjadi sangat berdebu. Hal ini dapat menimbulkan berbagai penyakit. Faktor kesehatan seharusnya di pikirkan oleh masyarakat Sinar Gunung karena semakin dekatnya pabrik-pabrik tersebut dengan pemukiman tempat tinggal mereka.

  Berdasarkan kebijakan pemerintah yaitu keputusan Presiden R.I. No 33 tahun 1990 tentang penggunaan lahan bagi pembangunan kawasan industri, dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian bahwa:“ Upaya untuk mendorong industri perlu

  

  dilakukan melalui pembangunan lokasi industri yaitu berupa kawasan industri” . Kawasan Industri Medan yang berada di Mabar yang telah ditetapkan menjadi kawasan industri, tetapi semakin berkembangnya kawasan industri sampai ke daerah lahan pertanian di Desa Sinar Gunung. Hal ini yang menyebabkan banyak lahan pertanian yang dikonversi menjadi area pabrik.

  Dari uraian di atas dapat dirangkumkan bahwa alih fungsi lahan yang dilakukan di lahan pertanian yang ada di Desa Sinar Gunung ini memiliki keuntungan dan juga kerugian bagi masyarakat setempat. Dengan adanya konversi lahan, masyarakat dapat bekerja sebagai buruh pabrik dan dengan penjualan lahan yang dilakukan kehidupan ekonomi masyarakat Sinar Gunung semakin membaik, tetapi ada juga kerugian yang akan ditimbulkan akibat alih fungsi lahan tersebut, yaitu pencemaran udara dan juga pencemaran lingkungan yang akan 4 terjadi terus-menerus yang akan mengakibatkan berbagai penyakit. Semakin berkurangnya

  

http://www.kemenperin.go.id/jawaban_attachment.php?id=595&id_t=5488 (diakses tanggal 11 Mei 2013 pukul 09:03 wib) lahan pertanian padi yang ada di Desa Sinar Gunung ini dan juga tata letak Desa yang akan semakin buruk akibat pembangunan pabrik.

  Hal inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti konversi lahan pertanian padi menjadi area pabrik. Karena lahan pertanian padi yang semakin berkurang, dan juga semakin dekatnya pabrik-pabrik dengan pemukiman penduduk. Ini akan berdampak tidak baik bagi kesehatan pada masyarakat karena polusi udara yang semakin banyak. Selain itu peneliti juga akan melihat faktor apa saja yang mendorong masyarakat Sinar Gunung untuk menjual lahan pertanian padi mereka dan juga peneliti akan melihat bagaimana kehidupan ekonomi sebelum dan setelah adanya pengalihan fungsi lahan yang ada di Desa Sinar Gunung.

1.2. Tinjauan Pustaka

  Konversi lahan atau disebut sebagai alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo

  

  dkk,1992) . Konversi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

  Pengalihan fungsi lahan yang terjadi di Desa Sinar Gunung ini terjadi akibat adanya pemanfaatan lain yang digunakan oleh kalangan tertentu untuk kepentingan ekonomi dan sosial yang semakin meningkat. Konversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat 5 adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan pertanian dan non-pertanian. Kondisi pasar

  http:/budgeo90.blogspot.com/2012/07/pengertian-konversi-lahan.html?m=1. (di akses tanggal 02 April 2013 pukul 11:00 wib). sangat besar perananya dalam mempengaruhi sikap pemilik lahan untuk menentukan orientasi pemanfaatan lahannya. Upaya untuk pemanfaatan lahan yang kecil adalah intensifikasi pemanfaatan lahan sehingga mampu memberikan hasil yang jauh lebih tinggi ketimbang hasil yang diperoleh dari usaha bahan pangan semata. Selain itu kedekatan lokasi lahan pertanian dengan kota membuat perubahan sikap petani terhadap lahannya.

   Soerjani (1987) dalam buku Hermanto, Winarto (2010) mengatakan, dari segi

  lingkungan masalah pemukiman merupakan masalah penduduk yaitu ketika jumlah penduduk kecil dan hidup bersahaja. Maka, cara hidup dan bermukimnya diserasikan dengan lingkungan. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan majunya peradaban, dimana kebutuhan semakin meningkat dan beragam. Maka, cara hidup dan bermukimnya penduduk akan disesuaikan dengan lingkungan. Seperti halnya sekarang ini, kebutuhan semakin meningkat terutama dalam kebutuhan ekonomi dan sosial di lingkungan masyarakat.

  Pembentukan pemanfaatan lahan, merupakan proses berubahnya bentuk pemanfaatan lahan yang berpatokan kepada kebutuhan akan sektor ekonomi dan juga perkembangan zaman. Sekarang ini pembangunan fisik yang pelaksanaannya selalu dilakukan tanpa melihat kebutuhan apa yang diperlukan oleh masyarakat sekarang ini. Seperti pembangunan gedung- gedung tinggi di berbagai wilayah yang tidak semua mendukung perekonomian masyarakat, sedangkan masih banyak kebutuhan masyarakat selain dari pembangunan fisik.

  Seperti halnya KIM yang ada di dekat lahan pertanian padi para masyarakat Sinar Gunung tersebut. Dimana setiap adanya bentuk perubahan pemanfaatan lahan pada suatu bidang tertentu akan berpotensi mempengaruhi bidang lahan yang ada di sekitarnya. Seperti halnya lahan pertanian yang ada di desa Sinar Gunung tersebut, pembangunan area pabrik 6 KIM yang semakin berkembang dan bertambah luas membuat area pembangunan Pabrik Hermanto, Winarto, Ilmu Sosial dan Budaya dasar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal 182-183. sampai ke lahan pertanian masyarakat Sinar Gunung. Dikarenakan area pabrik KIM yang ada di Mabar semakin luas dan daerah Sinar Gunung merupakan daerah dekat kawasan pabrik ini membuat sangat berpotensi pengalih-fungsian lahan pertanian padi menjadi area pabrik.

  Seperti yang diungkapkan oleh Yunus (2005), munculnya gangguan pengolahan lahan pertanian dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlangsungan usaha tani yang masih dipertahankan. Hal ini merupakan akibat dari berkurangnya lahan pertanian yang terus-menurus akan berlangsung. Sama halnya lahan pertanian di Desa Sinar Gunung ini yang semakin berkurang bahkan akan hilang akibat pengalih fungsi lahan yang terjadi.

  Semakin banyak konversi lahan pertanian padi yang dilakukan akan berpengaruh besar terhadap ketahanan pangan yang akan semakin menurun. Pertumbuhan penduduk semakin besar dan memerlukan lahan tempat tinggal, perlahan-lahan tapi pasti pada suatu saat nanti akan terjadi kesenjangan antara produksi dan konsumsi dalam masyarakat. Ini akan dapat berakibat terhadap krisis pangan yang semakin meningkat.

  Konversi lahan pertanian yang ada sekarang ini tidak boleh diartikan sebagai upaya anti perkembangan kota. Karena hal itu tidak mungkin dipungkiri, menghentikan perkembangan fisik kota dan sekitarnya berarti akan menghentikan peradaban manusia. Dikatakan demikian karena secara terus-menerus perkembangan zaman dan teknologi semakin berkembang, sehingga perkembangan suaru wilayah juga akan terus berlanjut.

  Upaya yang semestinya dilakukan adalah menjaga dan melestarikan alam yang masih memiliki potensi besar dalam pembentukan ketahanan pangan bagi masyarakat. Menentukan kawasan pertanian subur tertentu dan melindungi kawasan tersebut akan kerusakan lingkungan pertanian dan tidak adanya pembangunan apapun yang dapat merusak lahan pertanian. Hal ini menurut saya sangat berpotensi terhadap keseimbangan pangan jika dilakukan.

  Pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah didistribusikan secara geografis pada tata ruang di satu atau beberapa tempat. Aglomerasi merupakan konsentrasi kegiatan-kegiatan ekonomi pada suatu lokasi tertentu. Perkembangan perkotaan menunjukkan daerah terbangun

  

(urban area) makin bertambah luas sebagai akibat dari jumlah penduduknya bertambah

  besar. Pemanfaatan lahan makin bertambah dan semakin jauh dari pusat kota, yang

  

  berpengaruh pada wilayah pinggiran kota. Ini terjadi di desa Sinar Gunung yang mengakibatkan penggunaan lahan yang semakin banyak membuat banyaknya lahan pertanian yang di konversi menjadi pabrik.

  Dalam upaya pengalihan fungsi lahan tekait dengan tata ruang dan tata wilayah yang bersangkutan, yaitu meningkatnya tuntutan akan ruang di kota, baik dalam meningkatnya pemukiman maupun tuntutan tethadap bangunan-bangunan untuk akomodasi kegiatan yang semakin meningkat dengan teknologi yang semakin berkembang. Bukan hanya di kota perkembangan pembangunan yahg terjadi, tetapi dipinggiran kota seperti halnya di daerah Mabar (Medan) yang merupakan KIM (Kawasan Industri Medan) yang semakin berkembang.

  Banyak pengalihan funsi lahan yang terjadi disana. Salah satunya pengalihan fungsi lahan pertanian padi pada masyarakat Sinar Gunung akibat memiliki area lahan pertanian dekat dengan KIM.

  Penataan ruang sangat penting dan diperlukan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang yang terencana dengan mempertahankan keadaan lingkungan alam, lingkungan sosial yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam penataan ruang memerlukan kesesuaian ruang. Ada beberpa aspek dalam pengertian kesesuaian yaitu : a. kesesuaian fisik, mengandung pengertian kelestarian lingkungan.

  b. kesesuaian ekonomi, dalam bentuk pemanfaatan ruang yang saling mendukung dalam masyarakat.

  c. kesesuaian sosial dalam bentuk keterbukaan dan persamaan terhadap setiap bentuk upaya pemanfaatan ruang (lahan) di dalam masyarakat.

  Dalam hal ini, penataan ruang (lahan) pada masyarakat harus adanya penyesuaian yang seimbang terjadi di dalam masyarakat dalam pemanfaatan maupun kebutuhan yang diperlukan.

  Dalam penataan ruang (lahan) perkotaan perlu adanya susuan rencana umum tata ruang kota yang berdimensi jangka panjang. Seperti 10 tahun, selama dalam jangka panjang perencanaan harus ditinjau kembali untuk melihat bagaiamana perencanaan itu dapat terlaksana dengan baik. Begitu juga tata ruang yang ada di daerah pinggiran kota seharusnya memiliki tata ruang (lahan) untuk menghindari konversi lahan yang semakin merusak ketahanan pangan nasional. Jika pengalihan fungsi lahan pertanian padi terus berkembang menjadi daerah non pertanian, seperti pabrik, maka akan mengakibatkan penurunan pemasokan sumber pangan masyarakat.

8 WPU merupakan daerah yang menarik bagi para penduduk maupun fungsi-fungsi

  untuk bertempat tinggal maupun untuk menjadikan sebagai lokasi suatu kegiatan. Semakin dekatnya lahan desa. Maka, terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

  Dengan semakin banyaknya lahan yang dikonversi menjadi lahan non-pertanian akan

8 WPU (wilayah peri-urban) merupakan wilayah yang berada di sekitar kota, wilayah yang pada masa

  mengakibatkan lahan pertanian yang tersedia akan berkurang dan permintaan lahan akan meningkat. Maka, yang terjadi adalah perubahan terhadap harga lahan di WPU.

  Peningkatan akan permintaan lahan pertanian yang dikonversi menjadi area non- pertanian seperti pabrik akan meningkatkan harga lahan di daerah pinggiran kota yang mempunyai dampak yang besar terhadap pemilik lahan. Hal ini yang terjadi juga di Sinar Gunung, masyarakat menjual lahan pertanian akibat harga lahan yang semakin meningkat.

  Yunus (2008) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi variasi harga lahan di suatu tempat yaitu, (1) faktor karakteristik lahan; (2) faktor keberadaan peraturan tata ruang tertentu; (3) faktor pemilik lahan; (4) faktor spekulasi lahan; (5) faktor keberadaan pengembangan dan (6) faktor kondisi perekonomian nasional (Brayant, Russwurm dan McLellan, 1982; Wadhva,1982; Yunus,2001). Dari faktor-faktor ini akan selalu diikuti oleh perkembangan peningkatan harga transaksi jual-beli lahan di WPU ini pada khususnya.

  Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus lemah. Hal ini mengakibatkan pemilik lahan yang bertatus lemah cenderung lebih kuat untuk menjual lahan pertanian mereka. Semakin tinggi harga yang ditawarkan maka ini akan berpengaruh pula pada mereka yang berstatus rendah untuk menjual lahan pertanian mereka (dalam Yunus 2005). Begitu juga yang terjadi di Sinar Gunug, untuk memperoleh ekonomi yang lebih baik dan harga jual lahan yang tinggi mengakibatkan mereka menjual lahan pertanian.

  Momentum kenaikan harga lahan mendorong petani untuk menjual lahan pertaniannya, dan hasil dari penjualan lahan akan dimanfaatkan untuk membeli lahan pertanian baru yang lebih luas di daerah lain yang lokasinya jauh dari lokasi lahan pertanian pertanian mereka yang ada di sekitar dekat dengan KIM dengan harga yang tinggi dan mereka membeli lahan pertanian yang lebih luas di daerah lain.

  Berdasarkan peranan dalam harga jual beli lahan di WPU, dikenal terdapat 3 faktor kunci, yaitu pemilik lahan awal sebelum ada pembangunan, pihak perantara dan konsumen terakhir (Bryant, 1982:103 dalam buku Yunus, 2008:253). Penduduk merupakan agen yang menjadi penyebab terjadinya penjualan lahan, namun masyarakat setempat juga yang akan mengalami dampak dari penjualan lahan yang terjadi.

  Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Evaluasi lahan adalah suatu proses menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai

  

  penggunaannya . Dalam pertanian evaluasi kesesuaian lahan dapat digunakan di berbagai negara. Dengan mengacu pada klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuain lahan.

  Dengan semakin meningkatnya tuntutan kehidupan masyarakat. Maka, penggunaan lahan untuk pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat.

  Peningkatan akan tata ruang yang menempati ruang-ruang kosong di pinggiran kota atau di bagian dalam kota. Pengembangan penggunaan lahan akibat semakin meningkatnya kebutuhan sosial ekonomi masyarakat yang semakin berkembang dan semakin maju. Demikian pula dengan dibukanya lahan industri-industri baru yang selalu diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk dan frekuensi kegiatan baru yang terjadi di dalam masyarakat. Seperti pembangunan pabrik yang terjadi di KIM.

  “Perkembangan industri di negara Barat telah menciptakan kelas sosial sebagai wadah pengorganisasian kekuatan sosial dalam kehidupan masyarakat industri. Kelas sosial mengindikasikan bahwa hubungan antar kekuatan tersebut berlangsung antara buruh yang berkepentingan terhadap upah (wage) dan pemilik modal yang berkepentingan terhadap keuntungan

  

  (profit) (Ralf Dahrendof, 1959:285).” Dalam paparan diatas, perkembangan perekonomian yang industri yang terjadi di area Sinar Gunung yang memiliki hubungan antara masyarakat Sinar Gunung dengan KIM.

  Seperti yang dipaparkan sebelumnya, KIM telah memberi lapangan pekerjakaan bagi masyarakat Sinar Gunung. Dimana para masyarakat bekerja sebagai buruh untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak mencukupi lagi dari hasil pertanian yang semakin berkurang akibat berkurangnya lahan pertanian.

  Menurut James Spardley (1997), budaya merupakan sistem pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar yang kemudian diinterprestasikan dan dijadikan strategi dalam menghadapi lingkungn sekelilingnya. Manusia adalah makluk yang berbudaya. Dengan kebudayaan yang dimilikinya, mereka tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungan, namun manusia juga merubah alam lingkungannya menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan yang berisi seperangkat pengetahuan pada gilirannya dapat dijadikan alternatif untuk menanggapi dan menjawab seluruh tantangan alam atau lingungan, baik secara fisik maupun sosial.

  Pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap manusia antara satu dengan yang lain bergantung pada pengetahuan yang dimiliki warga atau pendukungnya. Upaya pemenuhan kebutuhuhan juga berkaitan erat dengan interaksi dalam masyarakat. Penggunaan lahan pertanian merupakan suatu interaksi yang menetukan keputusan perorangan, kelompok maupun pemerintah, yaitu dengan adanya lahan pertanian dapat memenuhi kebutuhan pribadi maupun orang lain.

10 Yulizar Syafri, kontektualisasi kesukubangsaan di perkotaan ( Jakarta : Institut Antropologi Indonesia, 2010),

  Demikian pula halnya di Dusun XIV Sinar Gunung Desa Pematang Johar, yang mana terjadinya konversi lahan pertanian menjadi area pabrik. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat mengapa masyarakat Dusun XIV Sinar Gunung Desa Pematang Johar ini menjual lahan pertanian mereka dan bagaimana tata letak lokasi pabrik KIM sampai ke Desa Sinar Gunung.

  1.3. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, pengalihan fungsi lahan yang semakin berkembang pesat sekarang ini menimbulkan banyaknya lahan pertanian padi yang semakin berkurang. Hal ini akan berakibat pada ketahanan pangan dan juga lingkungan hidup masyarakat. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perubahan yang terjadi pada masyarakat Sinar Gunung setelah adanya konversi lahan pertanian padi.

  Sehubungan dengan itu, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Faktor apa yang mendorong masyarakat Sinar Gunung menjual lahan pada KIM? 2. Bagiamana kehidupan masyarakat Sinar Gunung Setelah adanya konversi lahan pertanian padi tersebut?

  1.4. Tujuan dan manfaat Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat menjual lahan pertanian yang ada di Sinar Gunung Kecamatan Labuhan Deli, Deli Serdang. Penelitian ini menitikberatkan pada kehidupan masyarakat Sinar Gunung serta perubahan-perubahan apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat setelah adanya konversi lahan tersebut.

  Manfaat penelitian secara akademis sebagai syarat kelulusan dan untuk menambah dan memperkaya literatur mengenai konversi Lahan sebagai referensi dan bacaan bagi mahasiswa. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terbentuknya perhatian yang lebih besar di kalangan masyarakat dan juga pemerintah. Sebagai upaya pemberdayaan lingkungan alam, terutama terhadap pertanian padi yang harus dikembangkan untuk melestarikan ketahanan pangan bagi masyarakat.

1.5. Metode Penelitian

  1.5.1. Tipe Penelitian

   Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif

  yang didasarkan pada membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Sasaran penelitiannya adalah kehidupan sosial atau masyarakat sebagai kesatuan yang menyeluruh. Penelitian ini akan mengumpulkan data yang menjawab persoalan dari permasalahan penelitian.

  Penelitian ini akan mengungkapkan mengenai kehidupan masyarakat Sinar Gunung setelah adanya konversi lahan pertanian padi. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sinar Gunung, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang.

  1.5.2. Teknik pengumpulan data Observasi

   Obsevasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pengindraan yang meninjau secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan dengan mengamati berbagai hal ruang dan tempat, peneliti mencoba untuk masuk dalam kehidupan sosial dan melakukan kegiatan interaksi sehari-hari yang dilakukan bersama dengan masyarakat Sinar Gunung.

   Dalam penelitian ini akan dilakukan teknik observasi partisipasi yang melibatkan

  peneliti atau observasi secara langsung dalam kegiatan di lapangan. sehingga peneliti dapat menggunakan pengetahuan budaya yang bersumber dari kebudayaan masyarakat yang diteliti tersebut. Misalnya melihat kondisi rumah dan perabot yang digunakan sebelum dan setelah adanya konversi lahan pada masyarakat Desa Sinar Gunung yang dilihat dalam faktor ekonomi dan faktor lingkungan.

  Tujuan dari observasi adalah untuk menghasilkan sebuah gambaran yang lengkap dari

  

  interaksi sosial dengan cara yang dialami. Dimana peneliti akan membangun rapport yang baik dengan mendekatkan diri pada masyarakat Sinar Gunung.

   Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, peneliti dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Peneliti juga dibantu dengan pedoman wawancara (interview guide).

  Wawancara

  Wawancara mendalam merupakan wawancara yang berstruktur dan mendalam. Wawancara mendalam menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan fokus pada masalah penelitian yang dilakukan. Masyarakat yang terlibat dalam konversi lahan pertanian padi menjadi area pabrik di Sinar Gunung akan menjadi informan. Oleh 12 karena itu, peneliti akan melakukan wawancara untuk menjawab pertanyaan yang telah

  

observasi partisipasi adalah sebuah cara pengumpulan data dengan ikut serta dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang di telitinya dirumuskan dalam rumusan masalah terhadap masyarakat setempat yang menjual lahan pertanian mereka. Peneliti juga akan menggunakan pedoman wawancara yaitu berupa daftar pertanyaan yang disusun peneliti sebelum melakukan wawancara di lapangan atau disebut

  

interview guide . Hal ini dilakukan untuk menjaga wawancara berjalan sesuai dengan struktur

  yang telah ditetapkan sebelumnya. tetapi apabila peneliti menemukan jawaban-jawaban yang tidak dimengerti selama wawancara, maka peneliti dapat mengubah dan mengembangkan pertanyaan di dalam interview guede guna memperjelas data yang akan dicari peneliti.

  Dalam pengumpulan data peneliti akan mencari data dengan melakukan wawancara kepada masyarakat Sinar Gunung seperti pemilik lahan (masyarakat setempat), agen lahan, dan juga lembaga pemerintah, yaitu kepala desa yang akan menjadi informan peneliti dan juga masyarakat setempat yang ikut dalam perubahan lingkungan di Desa sinar Gunung akibat adanya konversi lahan.

   Selain dari pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik wawancara dan juga observasi,peneliti juga akan mengumpulkan data dengan melakukan domumentasi, yaitu dengan arsip yang berupa surat jual beli tanah dan juga surat tanah. Selain itu peneliti juga akan menyertakan foto untuk mendukung hasil penelitian yang dilakukan.

  Dokumentasi

  1.5.3. Rangkaian Pengalaman di Lapangan Hari pertama peneliti datang ke lokasi penelitian pada tanggal 20 Agustus 2013 yang lalu sebagai langkah awal penelitian mendatangi kantor kepala desa untuk memberitahu dan sekaligus meminta izin penelitian yang akan peneliti lakukan di Dusun XIII dan XIV Sinar Gunung. Pada saat datang ke kantor kepala desa peneliti datang sekitar pukul 10 wib, kondisi kantor kepala desa yang tidak begitu ramai hanya ada beberapa orang saja yang sedang melakukan aktivitas disana. Ketika peneliti masuk ke kantor kepala desa, peneliti bertemu dengan sekretaris desa yaitu Ibu Imah, ketidakadaan kepala desa di kantor maka peneliti menjelaskan kepada sekretaris desa maksud dan tujuan peneliti datang dan memberikan surat permohonan izin meneliti di Sinar Gunung.

  Setelah memberikan surat izin penelitian kepada sekretaris desa tersebut, ada hal yang lucu yang dianggap peneliti. Pada saat mau beranjak pulang dari kantor kepala desa, sekretaris desa tersebut bertanya siapa nama ayah peneliti. Setelah peneliti memberitahu nama ayah peneliti kepada Sekretaris desa peneliti pun pulang dari kantor kepala desa.

  Tiga hari kemudian yaitu pada tanggal 23 Agustus 2013, peneliti kembali lagi ke kantor kepala desa untuk meminta monografi desa. Ketika peneliti bertemu lagi dengan Ibu Imah selaku sekretaris, peneliti pun mengutarakan maksud kedatangannya untuk meminta data-data penduduk dan Ibu Imah pun menyuruh peneliti untuk meminta kepada Bapak Maryono salah satu pegawai di kantor kepala desa tersbut.

  Peneliti mendatangi ruangan Bapak Maryono dan meminta monografi desa. Bapak Maryono menyuruh peneliti untuk memfotokopi monografi desa dan juga peta desa. Setelah selesai memfotokopi data-data tersebut, peneliti pun mengembalikan kembali ke kantor kepala desa dan tak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Setelah peneliti melihat monografi yang telah diberikan Bapak Maryono tersebut. tidak adanya Tahun berapa monografi tersebut. ketika peneliti membandingan monografi yang tahun 2012 dengan tahun 2013 tidak adanya berbedaan dalam isi monografinya. Setelah memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian maka peneliti pun beranjak pulang dari kantor kepala desa.

  Selanjutanya peneliti pun pergi kerumah kepala dusun yang ada di Sinar Gunung, tetapi beliau sedang tidak ada di rumah. Akhirnya peneliti pun bermaksud lain hari akan datang lagi ke rumah kepala dusun yang ada di Sinar Gunung. kepala dusun yang sedang tidak ada di rumah, maka peneliti pun akhirnya berkeliling sambil melakukan wawancara sambil lalu dengan masyarakat Sinar Gunung dan melakukan observasi lanjutan.

  Selama penelitian, peneliti tinggal di rumah neneknya yang memang warga Sinar Gunung sekaligus untuk menemani neneknya disana selama penelitian. Peneliti pun melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat, dan tidak begitu sulit melakukan pendekatan dengan masyarakat Sinar Gunung, karena nenek peneliti cukup dikenal warga Sinar Gunung. Hal ini memudahkan peneliti lebih dekat dengan masyarakat sekitar.

  Setelah peneliti sudah dapat berbaur dengan masyarakat, peneliti pun datang ke rumah salah satu masyarakat Sinar Gunung yang juga melakukan menjualan lahan pertanian kepada KIM. Peneliti pun datang ke rumah Ibu Asima Purba (47 tahun), yang biasa peneliti panggil

  

  dengan sebutan Bou Pika. Ketika peneliti datang di rumah Bou itu cukup ramai dengan anak-anak yang sedang bermain di sekitar halaman rumah Bou itu. Bou itu pun sedang mengobrol dengan tetangganya.

  Peneliti pun menjelaskan maksud kedatangannya dan Bou Pika pun meluangkan waktunya untuk mendengarkan maksud kedatangan peneliti. Beberapa saat peneliti mengobrol dengan Bou Pika, Bou itu menjual sawah mereka sekitar 10 Rantai dengan harga per rantai 60 juta. Bou Pika mengatakan menjual sawah mereka yang ada di Sinar Gunung untuk membeli sawah kembali yang lebih luas dari sawah mereka yang di jual kepada KIM, hal ini dikarenakan harga jual yang begitu besar maka memperoleh sawah yang lebih luas di desa sebelah dengan harga yang lebih murah dari harga sawah yang ada di Sinar Gunung.

  Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Opung Rottip Saragih (82 tahun), yang merupakan salah satu dari beberapa keluarga yang pertama kali datang ke Sinar Gunung. Opung Rottip Saragih adalah nenek Si Peneliti, jadi lebih mudah memperoleh informsi yang dibutuhkan peneliti. Peneliti pun menjelaskan apa saja yang ingin ditanyakan dan juga meminta kesediaan Opung Rottip mengjelaskan bagaimana pertama kalinya Sinar Gunung menjadi sebuah pemukiman.

  Opung Rottip menceritakan kepada peneliti bagaimana pertama kalinya mereka sampai di Sinar Gunung tersebut, dimana dulunya Sinar Gunung ini hanya berupa hutan yang kemudian dikelola beberapa keluarga yang datang bersama Opung itu pada saat itu. Opung pun menjelaskan mereka pertama kali datang ke Sinar Gunung pada Tahun 1952 dengan beberapa kepala keluarga dan Opung tersebut tidak mengingat lagi berapa keluarga yang dulunya pertama kali datang ke Sinar Gunung. Mereka membagi sistem kepemilikan lahan dengan cara melakukan undian, berapa angka hasil undian yang didapat menjadi menjadi tanah hak masing-msing dari mereka. Hal ini menurut peneliti cukup unik ketika Opung menjelaskan bagaimana dulunya mereka membagi kepemilikan lahan yang akan mereka kelolah. Dan mereka juga melakukan perombakan dan melakukan pembersihan lahan dengan cara gotong royong dimana lahan tersebut akan menjadi lahan tempat tinggal mereka.

  Ketika peneliti bertanya tentang nama Sinar Gunung, Opung pun menjelaskan kepada peneliti bagaimana nama Sinar Gunung ini bisa tercetus menjadi nama desa ini karena nama ini begitu unik peneliti rasa tidak ada gunung disekitar desa tetapi nama desa malah menjadi Sinar Gunung. Opung pun menjelaskan bahwa sewaktu pemberian nama Sinar Gunung ini dikarenakan para pendatang pertama itu berasal dari gunung seperti Saribudolok, Raya, Bangun Purba dan juga membawa kecerahan bagi Sinar Gunung dari yang dulunya berupa hutan dan akhirnya tercetuslah nama desa ini menjadi Sinar Gunung. hal ini diharapkan oleh masyarakat Sinar Gunung ini akan membawa kecerahan didalam kehidupan mendatang mereka. Sungguh unik dan menarik nama desa tersebut menurut peneliti dan mungkin kebanyakan orang yang mendengarnya mungkin akan berpikir bahwa desa itu benar-benar berada di daerah pegunungan. Gambar 1: gambar ini diambil pada saat peneliti sedang menjaga Opung Rottip di rumah sakit.

  Opung Rotip sedang berada di ruang ICU (dokumen pribadi 21 September 2013)

  Pada tanggal 19 September 2013, pada pagi seperti rutinitas yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian di Sinar Gunung, ingin melakukan wawancara dengan masyarakat Sinar Gunung lainnya yang sudah buat janji dengan salah satu informan peneliti. Tetapi tiba-tiba Opung peneliti yaitu Opung Rottip Saragih sakit dan peneliti pun membawa Opung ke rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan kepada Opung penelitu tersebut, ternyata Opung mengalami pembengkakan jantung yang diharuskan masuk ICU. Peneliti sangat sedih atas itu dan menunda penlitiannya karena ingin menjaga Opung selama dirumah sakit. Sekitar seminggu lebih Opung berada di rumah sakit dan peneliti senantiasa menjaga Opung selama berada di rumah sakit. Setelah diperbolehka pulang oleh dokter, selama seminggu setelah pulang dari rumah sakit si peneliti masih tidak meneruskan penelitiannya.

  Hampir dua minggu kemudian baru peneliti melakukan penelelitiannya kembali setelah peneliti merasa kondisi Opungnya sudah berangsur-angsur baik dan bisa berjalan sendiri.

  Pada tanggal 28 September 2013, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Ayong Purba (48 tahun), ketika peneliti bertanya kepada Bapak Ayong tentang konversi lahan yang terjadi di Sinar Gunung bapak tersebut menjelaskan begitu banyak hal. Salah satunya mereka melakukan penjualan lahan dikarenakan penawaran yang dilakukan KIM juga mengatakan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini wilayah KIM begitu cepat meluas yaitu sekarang ini KIM sudah sampai pada 3 kawasan KIM yaitu yang dekat dengan sinar Gunung sudah menjadi KIM 3. Seperti yang diutarankan Bapak Ayong “ pengembangan KIM menurut perencanaan belum sampai ke daerah Sinar Gunung, tetapi dalam perencanaan akan sampai pada tahun 2020 nantinya. Namun karena banyaknya lahan yang di jual oleh masyarakat makanya sekarang ini perluasan kawasan KIM begitu cepat.

  Perencanaan KIM itu sendiri direncanakan akan mencakup sampai pada KIM 6. Hal ini memungkinkan daerah Sinar Gunung akan ikut menjadi kawasan KIM nantinya.” Dan Bapak Ayong juga mengatakan kepada peneliti bahwa setelah adanya konversi lahan dan juga penjualan lahan yang terjadi, kehidupan masyarakat Sinar Gunung semakin baik. Pendidikan yang semakin baik, para orang tua yang semakin meningkatkan pendidikan anak-anak mereka, rumah-rumah yang semakin baik dan berbagai teknologi yang semakin dikenal dan dimiki para masyarakat Sinar Gunung.

  Kemudian, peneliti jugan melakukan wawancara dengan beberapa muda-mudi yang ada di Sinar Gunung. Dari beberapa pertanyaan yang peneliti paparkan mereka ampir semua memiliki jawaban yang sama tas pertanyaan peneliti. Seprti halnya dengan Devika Damanik (23 tahun) yang merupakan seorang mahasiswa seperti peneliti yang sama-sama sedang melakukan tugas akhir. Peneliti menyapanya dengan pika, dia mengatakan bahwa pesatnya perkembangan KIM akan membuat Sinar Gunung akan lama kelamaan akan menjadi KIM. Dimana Pika mengatakan adanya penjual lahan membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya tetapi dengan penjualan lahan ada juga konflik yang terjadi antara masyarakat bukan dengan para pemilik KIM. Hal ini diutarakannya yaitu ketika pembagian hasil jual tanah itu yang dilakukan oleh keluarga besar yang merupakan warisan yang akan dibagi kepada keluarga tersebut sebahagian akan mengalami keributan soal pembagian hasilnya. Seperti yang diutarakan Pika dimana ada keluarga hyang mana tidak disebutkan namanya bahwa mereka mengalami konfik akibat dari pembagian hasil jual tanah tersebut. sedangkan dengan para pemilik KIM tidak ada mengalami konfilk.

  Dan ketika saya wawancara dengan Efa Purba (22 tahun), mengatakan bahwa adanya KIM akan membuat banyaknya polusi udara yang akan mengakibatkan banyaknya penyakit pada masyarakat dan juga dian juga mengatakan bahwa adanya konversi lahan akan membuat semakin tidak adanya lahan untuk bertani lagi nantinya di Sinar Gunung tersebut. dan lain halnya dengan Berto Saragih (24 tahun), dia mengatakan adanya penjualan lahan membuat masyarakat Sinar Gunung jadi lebih maju dan juga lowongan pekerjaan juga semakin banyak dan akan membantu para pemuda yang ada di Sinar Gunung untuk memperoleh pekerjaan agakar tidak menjadi pengangguran. Bekerja di sawah begitu memelahkan sedangkan bekerja di pabrik akan membuat para pemuda Sinar Gunung akan memiliki pekerjaan dan kehidupan yang akan lebih baik dari pada bekerja di sawah.

  Peneliti juga melakukan wawancara dengan Dina Hutabarat (27 tahun), dimana kakak itu merupakan pendatang ke Sinar Gunung. Kakak itu menikah dengan pemuda Sinar Gunung dan menjadi warga Sinar Gunung setelah menikah. Kak Dina sebelum menikah bekerja di KIM sebagai buruh harian disalah satu pabrik yang ada di KIM. Dia mengatakan bahwa bekrja di KIM pada waktu masih belum menikah dapat memenuhi kehidupannya dan juga dapat membantu orangtuanya di kampung. Kampung Kakak itu ada di Tarutung, merantau ke Medan untuk dapat membantu keluarganya. Pada waktu bekerja di KIM, dia mengatakan pekerjaan mereka cukup melelahkan sebagai buruh dimana tidak adanya duduk tetapi berdiri selama bekerja. Tetapi setelah kakak itu menikah dan memiliki anak pertama kakak itu tidak lagi bekerja di KIM, alasan kakak itu karena tidak adanya yang mengurus anak dan juga memilih bertani dan menjadi ibu rumah tangga saja.

  Berbagai informan peneliti yang tidak semua disebutka namanya tersebut, mengatakan adanya sisi baik dan juga dampak buruk akibat KIM disekitar Sinar Gunung. kehidupan yang semakin baik bagi para masyarakat Sinar Gunung, tetapi itu hanya itu berlaku bagi mereka yang menjual lahan mereka saja tetapi bagi yang tidak memiliki lahan dan hanya menyewa lahan pertanian tidak sama dengan mereka yang melakukan penjualan lahan. Hal ini dapat dilihat dari segi kehidupan masyarakat Sinar Gunung.

  Masyarakat yang melakukan penjualan lahan pertanian mereka kepada KIM memiliki kehidupan yang lebih baik , yaitu bagunan rumah yang sekarang ini dapat dilihat sudah memiliki rumah permanen dengan bangunan sudah terbuat dari beton. Perombakan rumah juga dapat terlihat bagi yang melakukan penjualan lahan dengan kondisi rumah yang sudah cukup bagus. Dan dapat dilihat bahwa para masyarakat Sinar Gunung yang menjual lahan mereka rrata-rata memiliki mobil setiap rumahnya. Sedangkan yang tidak meiliki lahan pertanian dan hanya menyewa lahan untuk bertani masih menyewa rumah dan juga masih ada rumah yang masih semi permanen dengan bangunan rumah yang masih berdinding setengah beton. Tetapi warga Sinar Gunung cukup baik dilihat dari hampir seluruh warga Sinar Gunung sudah memilik kendaraan pribadi yaitu kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilihat rata-rata disetiap rumah warga sudah memiliki 1 atau 2 kendaraan bermotor dan bahkan ada yang lebih dari 2 dan di tambah dengan mobil. Cukup baik dilihat kehidupan masyarakatnya dan perkembangan teknologi juga berkembang di Sinar Gunung ini.