LAPORAN HASIL KAJIAN TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSFEKTIF UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI SUMATERA UTARA

  

LAPORAN HASIL

KAJIAN TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN

DESA DALAM PERSFEKTIF

UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

DI SUMATERA UTARA

Kajian Bersama

Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara

  

Dengan

Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan HAM

Kementerian Hukum Dan HAM Republik Indonesia

Tahun 2016 KAJIAN TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSFEKTIF UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI SUMATERA UTARA

  ©

  Copyright BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

  JL. Sisingamangaraja No. 198, Medan Tim Penyusun

  Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara

  1. Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA

  2. Drs. Darwin Lubis, MM

  3. Kausar Abdi, SH, M.Pd

  4. Anton Sinaga, ST

  5. Silvia Darina, SP

  6. Hebron Berlin Sembiring, S.Sos, MAP Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum Dan HAM

  1. Y. Ambeg Paramarta, S.H., M.Si

  2. RR. Risma Indriyani, S.H, M.Hum

  3. Dra. Poerwati, M.Si

  4. Donny Michael, S.H, M.H

  5. Firdaus, S,Sos, M.H

  6. Yuliana Primawardani, S.Sos, M.Si

  7. Arief Rianto Kurniawan, S.H, M.Si

  8. Oksimana Darmawan, SE, SH

  9. Bambang Supriyadi, S.Sos., M.M

  10. Anita Marianche, SH Cetakan Pertama – 09 September 2016

  ISBN : 979-458-912-8 Dicetak oleh :

  USU Press Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  

Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

  41 3.9. Waktu Pelaksanaan Penelitian..

  37

  3.3. Populasi dan Sampel

  37

  3.4. Variabel Penelitian

  38

  3.5. Teknik Pengumpulan Data

  39

  3.6. Teknik Analisis Data

  39

  3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

  39

  3.8. Metode Analisis Data

  41

  37

  3.10. Locus Penelitian

  42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  43

  4.1. Hasil Penelitian

  43

  4.1.1. Karakteristik Responden

  43

  4.1.2. Statistik Frekuensi

  44

  4.1.3. Uji Asumsi Klasik

  53 4.1.3.1.Hasil Uji Normalitas.

  53

  3.2. Lokasi Penelitian

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

   Halaman : Kata Pengantar i Kata Sambutan iii Daftar Isi iv Abstrak vi Abstract viii Daftar Tabel x Daftar Gambar xi Daftar Lampiran xii Glosarium xiii

  11

  1

  1.1. Latar Belakang Penelitian

  1

  1.2. Pokok Masalahan

  6

  1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

  7

  1.4. Ruang Lingkup

  10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  11

  2.1 Tinjauan Teori

  11

  2.1.1. Pembangunan Perdesaan

  2.1.2. Keuangan Daerah

  37

  14

  2.1.3. Keuangan Desa

  15

  2.1.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

  18

  

2.1.5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa

  23

  2.1.6. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

  29

  2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  34

  2.3 Kerangka Pemikiran

  36 BAB III METODE PENELITIAN

  3.1. Rancangan dan Desain Penelitian Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  4.1.3.1.Hasil Uji Multikolineritas

  67

  85 DAFTAR PUSTAKA

  5.2 Rekomendasi Penelitian

  83

  5.1 Kesimpulan

  83

  72 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

  4.3.5. Langkah Pemerintah Daerah dalam Menyusun Pengaturan Besaran Pendapatan Tetap Perangkat Desa sebagai Acuan dalam Menetapkan Penghasilan Tetap Perangkat Desa

  68

  4.3.4. Langkah Pemerintah Daerah dalam Melaksanakan Pembinaan

dan Pendampingan dalam Penyusunan APBDesa

  4.3.3. Langkah yang Diambil untuk Fungsi Evaluasi dan Pengawasan Camat Kepada Desa

  55

  60

  4.3.2. Langkah yang Diambil oleh Pemerintah Daerah bagi Menyusun Peraturan Bupati tentang Pengelolaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping mencakup Tata Cara Rekrutmen, Kode Etik, Mekanisme Evaluasi Kinerja dan Sanksi

  59

  4.3.1. Langkah yang Diambil Pemerintah Provinsi/Kabupaten Menyediakan Dukungan Dana Untuk Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan Desa Bagi Aparat Pemerintah Daerah

terkait dan Pengawasan oleh Inspektorat Daerah

  59

  4.3. Pembahasan

  57

  4.2. Pengujian Hipotesis

  56

  4.1.3.2.Hasil Uji Heteroskedastisitas

  89

  

ABSTRAK

  Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis (1) langkah yang diambil pemerintah provinsi/kabupaten menyediakan dukungan dana untuk peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan desa bagi aparat pemerintah daerah terkait, dan pengawasan oleh Inspektorat daerah. (2) Langkah yang diambil oleh pemerintah daerah bagi menyusun Peraturan Bupati tentang pengelolaan dan pengendalian tenaga pendamping, mencakup juga tata cara rekrutmen, kode etik, mekanisme evaluasi kinerja dan sanksi. (3) mengetahui langkah yang harus diambil bagi menyusun aturan yang memperjelas fungsi evaluasi dan pengawasan camat kepada desa, termasuk meminta Pemerintah Daerah untuk menyusun panduan evaluasi dan pengawasan oleh camat dan mekanisme pengaduan didesa, (4) Mengetahui langkah Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembinaan dan pendampingan dalam penyusunan APBDesa (5) Mengetahui langkah Pemerintah Daerah dalam menyusun pengaturan besaran pendapatan tetap perangkat desa sebagai acuan dasar setiap daerah dalam menetapkan penghasilan tetap perangkat desa, dan (6) mengetahui sejauhmana kesiapan Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan Sistem Pertanggungjawaban Dana Alokasi Desa berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat

  

(dependent variable) adalah Efektifitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y)

  sedangkan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah Pemahaman atas sistem keuangan dan aset desa (X

  1 ), Sistem Penyaluran Dana Desa (X 2 ), Belanja

  Desa (X ), Penyusunan APBDes (X ), Pelaporan & Pertanggungjawaban (X ),

  3

  4

  5 Pengelolaan Keuangan Desa (X ), Pemahaman atas Mekanisme Pendirian dan

6 Pengelolaan BUMDEs (X 7 ) dan Kebijakan Ekonomi, Politik dan Sosial (X 8 ).

  Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu teknik analisis deskriptif dan uji Confirmatory Factor untuk mengukur instrument penelitian. Untuk menguji pengaruh digunakan uji regresi berganda (multiple

  

regression). Jumlah sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  sebanyak 203 (dua ratus tiga) reponden yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa dan unsur pemerintahan desa lainnya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

  Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pemahaman atas sistem keuangan dan aset desa (X ), Sistem Penyaluran Dana Desa (X ), Belanja Desa (X ),

  1

  2

  3 Penyusunan APBDes (X ), Pelaporan & Pertanggungjawaban (X ) dan

  4

  5 Pemahaman atas Mekanisme Pendirian dan Pengelolaan BUMDEs (X 7 ) berpengaruh signifikan terhadap Efektifitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y).

  variabel Pengelolaan Keuangan Desa (X ) dan Kebijakan Ekonomi, Politik dan

  

6

Sosial (X ) tidak berpengaruh positif terhadap Efektifitas Pengelolaan Keuangan

  2 Desa. Terkait kapasitas pengelolaan keuangan Desa perlu penguatan berupa 1.

  Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur desa; 2. Melakukan pembinaan kabupaten/kota dalam rangka pemberian Alokasi Dana Desa; 3. Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas kepala desa dan perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan; 4. Melakukan pembinaan

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara manajemen pemerintahan desa; 5. Melakukan pembinaan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan keuangan, bantuan pendampingan, dan bantuan teknis; 6. Melakukan bimbingan teknis bidang tertentu yang tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota; 7. Melakukan inventarisasi kewenangan provinsi yang dilaksanakan oleh desa; 8. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penetapan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dalam pembiayaan desa; 9. Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penataan wilayah desa; 10. Membantu pemerintah dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat hukum adat sebagai desa; dan 11. Membina dan mengawasi penetapan pengaturan BUMDes kabupaten/kota dan lembaga kerja sama antar-desa yang belum optimal dan banyak belum terbentuk pada beberapa Kabupaten di Sumatera Utara. Selain itu dalam pengelolaan keuangan desa sangat terkait erat dengan hak asasi manusia (HAM). Dalam pengelolaan keuangan desa harus bersifat partisipatif, akuntabel, transparan, taat hukum, dan manfaat. Pengelolaan keuangan desa belum memnuhi syarat terutama pemenuhan kebutuhan masyarakat desa (dalam jangka pendek) dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat desa (dalam jangka panjang).

  Keywords : Kapasitas Pengelolaan Keuangan Desa, Badan Usaha Milik Desa,

  Pelaporan & Pertanggungjawaban Dana Desa, Badan Usaha Milik Desa, Alokasi Dana Desa.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  

ABSTRACT

  The purpose of this study is to examine and analyze (1) the steps taken by the provincial government / district provides funding support to increase the capacity of rural financial management for local government officials, and supervision by the Inspectorate area. (2) Steps taken by the government to draw up regulations concerning the management and control regent assistants, includes procedures for recruitment, code of ethics, performance evaluation mechanism and sanctions. (3) determine the steps to be taken to draw up rules that clarify the function of the evaluation and supervision of district head to the village, including asking local governments to develop evaluation guidelines and oversight by the district and complaints mechanisms village, (4) Knowing the step of local governments in implementing coaching and mentoring in the preparation of APBDesa (5) knowing the local government step in preparing setting the amount of the fixed income of the village as the basic reference of each area in the village establish regular income, and (6) determine the extent of readiness of the Village Administration in organizing the Accountability System Allocation Fund Village by regulation No. 113 of 2014 concerning Financial Management of the Village. Variables used in this research is the dependent variable (dependent variable) is the Effectiveness of Financial Management Desa (Y) while the independent variable (independent variable) is the understanding of the financial system and village assets (X1), System Disbursement Village (X2), Shopping Village (X3), Preparation APBDes (X4), Reporting & Accountability (X5), Financial Management village (X6), understanding of the mechanism Establishment and Management BUMDes (X7) and Economic Policy, Politics and Society (X8). Data analysis techniques in the study conducted by the two approaches, descriptive analysis techniques and test Confirmatory Factor to measure the research instrument. To test the effect of multiple regression test was used (multiple regression). Total sample used in this study was 203 (two hundred thirty) respondents were comprised of the village chief, secretary of the village and other villages of the government. The sampling technique in this study using purposive sampling method.

  This study concluded that the understanding of the financial system and village assets (X1), System Disbursement Village (X2), Shopping Village (X3), Preparation APBDes (X4), Reporting & Accountability (X5) and Understanding of the Mechanism Establishment and Management BUMDes ( X7) significantly affects the Village Financial Management Effectiveness (Y). Financial Management variables Village (X6) and Economic Policy, Politics and Society (X2) no positive effect on the Financial Management Effectiveness village. Related financial management capacity needs strengthening village form 1. To provide guidance to districts/cities in preparing the regulation District/City of governing village; 2. coaching districts/cities in order to award the Village Fund Allocation; 3. coaching capacity building of the village head and village, Village Consultative Body, and social institutions; 4. fostering better management of village government; 5. development efforts to accelerate rural development through financial aid, assistance, and technical assistance; 6. Perform technical

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara guidance specific field that can not be done by the local government district/city; 7. Conduct an inventory carried out by the provincial authority of the village; 8. guidance and supervision over the establishment of the Draft Budget of districts / cities in the financing of the village; 9. guidance to districts/cities in order structuring rural areas; 10. Assist the government in order to determine the customary law community unit as the village; and 11. To foster and oversee establishment BUMDes settings district/city and inter-agency cooperation village that is not optimal and many have not been formed in several regencies in North Sumatra.

  

Keywords: Financial Management Capacity village, village-owned enterprises,

  Reporting & Accountability Dana village, village-owned enterprises, the Village Fund Allocation.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Responden Penelitian.............................................................. 42Tabel 4.2. Deskriptif Frekuensi Pemahaman Atas Sistem Keuangan dan Aset Desa (X

  1 )......................................................................... 43

Tabel 4.3. Deskriptif Frekuensi Sistem Penyaluran Dana Desa (X 2 ).............. 43Tabel 4.4. Deskriptif Frekuensi Deskriptif Frekuensi Sistem Penyaluran Dana Desa (X )............................................ 45

  3 Tabel 4.5. Deskriptif Frekuensi Belanja Desa (X 4 )......................................... 46

Tabel 4.6. Deskriptif Frekuensi Penyusunan APBDes (X 5 )............................ 48Tabel 4.7. Deskriptif Frekuensi Pelaporan & Pertanggungjawaban (X )....... 48

  6 Tabel 4.8. Deskriptif Frekuensi Pengelolaan Keuangan Desa (X 7 )................ 50

Tabel 4.9 Deskriptif Frekuensi Pemahaman atas Mekanisme Pendirian dan Pengelolaan BUMDEs (X

  8 )................................ 50

Tabel 4.10 Deskriptif Frekuensi Pemahaman atas Mekanisme Pendirian dan Pengelolaan BUMDEs (X

  8 )................................ 51

Tabel 4.11. Uji Multikolinearitas.................................................................... 55Tabel 4.12. Pengujian Goodness of Fit.......................................................... 57Tabel 4.13. Uji F............................................................................................ 57Tabel 4.14. Uji t............................................................................................. 58

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Pengelolaan Keuangan Desa.............................................. 17Gambar 2.2. Skema APBDesa........................................................................... 18Gambar 2.3. Skema Pendapatan Asli Desa........................................................ 19Gambar 2.4. Kelompok Pendapatan Asli Desa.................................................. 19Gambar 2.5. Pertanggungjawaban APBDes...................................................... 22Gambar 2.6. Kerangka Konseptual.................................................................... 36Gambar 4.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram....................................... 54Gambar 4.2. Gambar Normal P-P Plot .............................................................. 54Gambar 4.3. Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 56

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  Lampiran 1. Kuesioner Penelitian.................................................................... 91

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

GLOSSARIUM

  ADD = Alokasi Dana Desa AMOS = Analysis of Moment Structural Equation Modelling APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBDesa = Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa BUMDEs = Badan Usaha Milik Desa CFA = Confirmatory Factor Analysis LPPD = Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa PADesa = Pendapatan Asli Desa Desa RKPDes = Rencana Kerja Pembangunan Desa RKUD = Rekening Kas Umum Daerah RKUN = Rekening Kas Umum Negara RPJM Desa = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa SiLPA = Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah SPM = Standar Pelayanan Minimal TTAPD = Tunjangan Tambahan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa TTG = Teknologi Tepat Guna

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Desa merupakan wilayah yang terluas di Indonesia, bisa dikatakan bahwa Indonesia dibangun dari desa. Desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom semenjak zaman periode kolonialisasi dahulu, karena sejak lama desa telah memiliki sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial menurut budaya daerah masing-masing. Dapat dikatakan desa merupakan benih pembentukan sebuah negara, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara- negara lainnya. Tetapi ironisnya pembangunan daerah pedesaan di Indonesia selalu terpinggirkan, karena kita lebih condong dalam pembangunan kawasan perkotaan. Ini juga yang menyebabkan laju urbanisasi penduduk ke daerah perkotaan.

  Dalam Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “dalam teritori Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende

  

landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali,

Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan lain sebagainya.

  Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Kesatuan Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingat hak-hak asal usul daerah

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Pada susunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah, setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa “susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang”. Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membuka kemungkinan adanya susunan pemerintahan dalam sistem pemerintahan Indonesia.

  Lebih lanjut melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.

  Sejarah pengaturan tentang desa, telah dikeluarkan beberapa peraturan, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  Tanggal 15 Januari 2014 pemerintah telah mengeluarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam konsideran UU tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

  Dalam perjalanan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

  Desa menurut teks hukum Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 angka 1 memberikan batasan tentang desa sebagai berikut :

  

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Dari rumusan diatas terjawablah bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati. Jadi yang dimaksud penyelenggaraan urusan pemerintahan adalah “untuk mengatur”, untuk mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat.

Pasal 23 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan dengan

  tegas bahwa pemerintahan desa diselenggarakan oleh pemerintah desa. Jelas terjawab siapakah yang dimaksud pemerintah desa, maka dikembalikan pada pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014, yakni pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Sedangkan BPD kedudukannya adalah hanya lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Kebijakan dasar dan strategi dalam pelaksanaan tersebut perlu dirumuskan dalam Road map Implementasi pelaksanaan UU Desa. Road map juga didasarkan pada PP No. 43 Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

  Strategi dalam mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pelaksanaan UU Desa perlu dijabarkan lebih luas dalam peraturan pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Permendagri, Perda, Perdes dan kebijakan pendukung lainnya. Lebih lanjut strategi penyelenggaraan pembangunan desa juga harus melihat dan mendukung persaingan ekonomi regional yang terealisasi dalam bentuk Masyarakat Ekonomi Asean Tahun 2016 ini. Salah satu amanah dari UU No. 6 tahun 2014 adalah kebijakan penyaluran dana desa yang bersumber dari APBN ke seluruh desa di Indonesia. Dana desa yang ditransfer dari APBN melalui APBD Kabupaten harus digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat di desa. Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan penyaluran dana desa dengan alokasi anggaran mencapai Rp20,766 triliun yang akan disalurkan ke kurang lebih 74.093 desa di seluruh Indonesia.

  Selain dana desa, desa juga memperoleh dana yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten. Potensi jumlah ADD yang mengalir ke desa diperkirakan sekitar Rp 40 triliun s.d. Rp 50 triliun di tahun 2015 ini. Untuk Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (Bapemas Pemdes) Provinsi Sumatera Utara bahwa Provinsi Sumatera Utara mendapatkan alokasi dana desa senilai Rp 3,293 Miliar pada tahun 2016. Jumlah dana tersebut meningkat sebesar dua kali lipat dibanding alokasi dana tahun lalu senilai Rp1,46 Miliar.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  Alokasi anggaran tersebut diperuntukan untuk 5.418 desa yang tersebar di 27 kabupaten di Sumatera Utara. Dari 27 kabupaten tersebut, terdapat lima kabupaten yang mendapatkan dana terbesar dari kabupaten lainnya. Kelima kabupaten tersebut adalah Kabupaten Nias Selatan dengan alokasi dana Rp.272.337.292 untuk 459 desa, selanjutnya Kabupaten Deliserdang dengan alokasi dana senilai Rp 237.763.644 untuk 380 desa, lalu Kabupaten Simalungun senilai Rp.230.404.778 untuk 386 desa, Kabupaten Padang Lawas Utara mendapatkan alokasi dana Rp 225.561.557.000 untuk 387desa, dan Kabupaten Mandailing Natal mendapat alokasi dana senilai Rp 222.908.920 untuk 377 desa. Tergambar bahwa saat ini desa akan mengelola sekurang-kurangnya dana seperempat miliar per tahunnya. Untuk mengelolanya pemerintah merumuskan berbagai kebijakan mulai perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasinya.

1.2. Pokok Permasalahan

  1. Langkah langkah apa yang diambil pemerintah Provinsi/Kabupaten menyediakan dukungan dana untuk peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan desa bagi aparat pemerintah daerah terkait, dan pengawasan oleh Inspektorat daerah?

  2. Langkah langkah yang diambil oleh pemerintah daerah bagi menyusun Peraturan Bupati tentang pengelolaan dan pengendalian tenaga pendamping, mencakup juga tata cara rekrutmen, kode etik, mekanisme evaluasi kinerja dan sanksi?

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  3. Langkah langkah yang harus diambil bagi menyusun aturan yang memperjelas fungsi evaluasi dan pengawasan Camat kepada desa, termasuk meminta pemerintah daerah untuk menyusun panduan evaluasi dan pengawasan oleh Camat dan mekanisme pengaduan di desa?

  4. Langkah langkah pemerintah daerah dalam melaksanakan pembinaan dan pendampingan dalam penyusunan APBDesa?

  5. Langkah langkah pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan besaran pendapatan tetap perangkat desa sebagai acuan dasar setiap daerah dalam menetapkan penghasilan tetap perangkat desa?

  6. Bagaimanakah kesiapan Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan Sistem Pertanggungjawaban Dana Alokasi Desa berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa?

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui langkah apa yang diambil pemerintah Provinsi/Kabupaten menyediakan dukungan dana untuk peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan desa bagi aparat pemerintah daerah terkait, dan pengawasan oleh Inspektorat daerah.

  2. Mengetahui langkah yang diambil oleh pemerintah daerah bagi menyusun Peraturan Bupati tentang pengelolaan dan pengendalian tenaga pendamping, mencakup juga tata cara rekrutmen, kode etik, mekanisme evaluasi kinerja dan sanksi.

  3. Mengetahui langkah yang harus diambil bagi menyusun aturan yang memperjelas fungsi evaluasi dan pengawasan Camat kepada desa, termasuk meminta pemerintah daerah untuk menyusun panduan evaluasi dan pengawasan oleh Camat dan mekanisme pengaduan didesa.

  4. Mengetahui langkah pemerintah daerah dalam melaksanakan pembinaan dan pendampingan dalam penyusunan APBDesa.

  5. Mengetahui langkah pemerintah daerah dalam menyusun pengaturan besaran pendapatan tetap perangkat desa sebagai acuan dasar setiap daerah dalam menetapkan penghasilan tetap perangkat desa.

  6. Mengetahui sejauhmana kesiapan Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan Sistem Pertanggungjawaban Dana Alokasi Desa berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

1.3.1. Sasaran Penelitian

  1. Terumuskannya instrumen yang akan memberikan arahan skenario dan tahapan proses dalam melakukan pencapaian pelaksanaan, pengintegrasian, transisi kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan mulai dari preparasi, tindaklanjut preparasi, pemantapan, pengintegrasian dan transisi program pemerintah daerah menjadi kebijakan pemerintah desa dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  2. Terumuskannya dokumen Perencanaan Pembangunan Desa (RPJMDes dan RKPDes), APBDes Partisipatif dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Kades.

  3. Terumuskannya kapasitas kelembagaan kemasyarakatan, desa dan pemerintahan lokal/ daerah.

  4. Mendorong kebijakan penyelarasan rencana dan penganggaran yang berbasis Masyarakat Desa atau Swakelola Masyarakat.

  5. Menjadikan kebijakan pengintegrasian satu perencanaan dan satu penanggaran dengan RPJMDes dan RKPDes sebagai satu-atunya dokumen perencanaan di tingkat desa yang diselaraskan dengan kebijakan strategis pemerintah daerah dan nasional.

  6. Menumbuhkembangkan perkembangan ekonomi perdesaan/lokal, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), teknologi tepat guna, jejaring usaha antar desa, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2016.

  7. Menyediakan tenaga pendamping desa profesional yang mempunyai kompetensi khusus dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan desa dan kawasan perdesaan.

  8. Memperkuat kebijakan dan intrumen pengendalian pembangunan desa dan kawasan perdesaan khususnya kebijakan yang mendukung pelaksanaan UU Desa.

  9. Melihat kesiapan Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan Sistem Pertanggungjawaban Dana Alokasi Desa berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

1.4. Ruang Lingkup 1. Mengkaji dan mengevaluasi kinerja aparat pemerintah desa.

  2. Mengkaji rumusan dokumen Perencanaan Pembangunan Desa (RPJMDes dan RKPDes), APBDes Partisipatif dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) Kades.

  3. Mengkaji rumusan instrumen yang akan memberikan arahan skenario dan tahapan proses dalam melakukan pencapaian pelaksanaan, pengintegrasian, transisi kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan mulai dari preparasi, tindaklanjut preparasi, pemantapan, pengintegrasian dan transisi program pemerintah daerah menjadi kebijakan pemerintah desa dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa.

  4. Mengkaji perkembangan ekonomi perdesaan/lokal, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), teknologi tepat guna, dan jejaring usaha antar desa.

  5. Mengkaji kesiapan Pemerintahan Desa atas implementasi Sistem Pertanggungjawaban Dana Alokasi Desa berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pembangunan Perdesaan

  Pembangunan perdesaan mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65% penduduk Indonesia bertempat tinggal didaerah perdesaan. Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, secara berdayaguna dan berhasilguna disetiap dan diseluruh kawasan perdesaan. Kawasan perdesaan dicirikan dengan penduduknya bermukim di desa dan mata pencaharian pada umumnya dari sektor pertanian, memiliki tingkat produktivitas tenaga kerja yang relatif rendah, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas pemukiman.

  Permasalahan didalam pembangunan perdesaan adalah rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan, rendahnya akses masyarakat perdesaan ke sumber-sumber daya ekonomi seperti lahan, modal, input produksi, keterampilan, teknologi serta jaringan kerjasama. Di sisi lain rendahnya sarana prasarana yang tersedia dan kualitas sumber daya manusia yang sangat rendah, lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat serta lemahnya koordinasi dalam pengembangan kawasan perdesaan. Pembangunan perdesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan serta

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secara serasi, selaras dan sinergis sehingga tercapai optimalitas.

  Sasaran pokok yang ingin dicapai dalam pembangunan desa adalah :

  1. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan;

  2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur di kawasan perdesaan;

  3. Tertatanya lingkungan pemukiman masyarakat perdesaan;

  4. Meningkatnya akses kontrol dan partisipasi seluruh elemen masyarakat perdesaan.

  Pembangunan desa merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan keberdayaan dalam meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini meliputi upaya untuk memperbaiki keberdayaan masyarakat bahkan sejalan dengan era otonomi, makna dari konsep hendaknya diperluas dengan peningkatan keberdayaan masyarakat serta peningkatan patisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat merupakan subjek pembangunan bukan objek pembangunan yang mampu menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya yang dimiliki dan mengarahkan proses pembangunan untuk peningkatan taraf kehidupannya. Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan yang lebih diprioritas kepada pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat atau peningkatan pendapatan masyarakat desa dan menegakkan citra pemerintah daerah dalam pembangunan.

  Menurut Surjadi, pembangunan masyarakat desa adalah sebagai suatu proses dimana anggota-anggota masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara bersama untuk memenuhi keinginan mereka. Dan pembangunan masyarakat desa menurut Tjokrowinoto (1999) dapat dilakukan berdasarkan 3 azas, diantaranya: (1) azas pembangunan integral, (2) azas kekuatan sendiri, (3) azas pemufakatan bersama. Azas pembangunan integral ialah pembangunan yang seimbang dari semua segi masyarakat desa. Azas kekuatan sendiri adalah tiap-tiap usaha pertama-tama harus berdasarkan kekuatan sendiri. Azas pemufakatan bersama ialah pembangunan harus dilaksanakan secara benar untuk menjadi kebutuhan masyarakat desa dan putusan untuk melaksanakan proyek bukan atas prioritas atasan tetapi merupakan keputusan bersama anggota masyarakat desa.

  Disamping itu strategi desa yang telah dikembangkan antara lain pendekatan dari atas (top down), pendekatan dari bawah (bottom up) dan pendekatan pengelolaan mandiri oleh masyarakat desa (community base

  

management). Pendekatan ‘top down’ dilaksanakan berdasarkan jalan pikiran

  bahwa masyarakat desa adalah pihak yang bodoh dan belum dapat memikirkan serta mengerjakan apa yang baik untuk mereka. Jadi semua segi kehidupan dirancang dan diturunkan dari pemerintahan. Pendekatan ‘bottom up’ dilaksanakan dengan asumsi bahwa masyarakat desa telah memiliki kemampuan untuk memikirkan dan mengerjakan kebutuhannya sendiri dan pemerintah hanya turut serta dalam sistem administrasinya. Pendekatan ‘community base

  

management/pengelolaan berbasis masyarakat’ sebenarnya bukan gagasan baru

  namun muncul dan digali dari masyarakat setempat yang diangkat dari praktek masyarakat tradisional dalam mengelola sumber daya alam untuk kesejahteraan ekonomi bersama dalam desa tanpa campur tangan pemerintah.

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  Taliziduhu Ndraha dalam Simanjuntak (2010) mengemukakan ciri-ciri dari pembangunan desa sebagai berikut:

  1. Adanya partisipasi aktif dari masyarakat desa yang bersangkutan dalam proses pembangunan, tanpa partisipasi aktif masyarakat desa yang bersangkutan pembangunan itu bukanlah pembangunan desa.

  2. Proses pembangunan desa adalah usaha berencana dan diorganisasikan guna membantu anggota masyarakat untuk mampu berpartisipasi aktif.

  3. Membangun desa berarti membangun masyarakat, maka pembangunan masyarakat berarti membangun swadaya dan mengintensifkan partisipasi masyarakat.

  Pembangunan memerlukan perencanaan karena kebutuhan pembangunan lebih besar dari pada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan pembangunan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif sesuai dengan kemampuan sehingga optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.

2.1.2. Keuangan Daerah

  Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional yang didasarkan pada prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumber daya. Prinsip otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan tanggungjawab yang nyata kepada pemerintahan daerah secara proporsional. Dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional baik berupa uang maupun sumber daya alam, pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara mengembangkan suatu sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan untuk mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara transparan. Kriteria keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah tertampungnya aspirasi semua warga dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pertanggungjawaban dan eksplorasi sumber daya yang ada serta pengembangan sumber-sumber pembiayaan. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

  Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, timbul hak daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam pengelolaan pemerintahan daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Wujud Pengelolaan Keuangan Daerah disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD dibagi menjadi tiga bagian yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan.

2.1.3. Keuangan Desa

  Keuangan desa paralel dengan keuangan daerah karena daerah dan desa sebagai entitas pemerintahan memiliki kewenangan otonom dalam

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan desa merupakan subsistem dari pengelolaan keuangan daerah. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, desa diberikan kewenangan antara lain :

  1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

  2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

  3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten; dan

  4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

  Di era otonomi sekarang ini, desa mempunyai kewenangan untuk mengelola keuangannya secara otonom. Untuk itu, setiap desa memiliki pemahaman atas potensi, permasalahan dan kebutuhan serta prestasinya. Untuk itu setiap desa dituntut untuk lebih aktif menyusun rencana pembangunan dan implikasi keuangannya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

  Perencanaan dan penganggaran keuangan desa harus dituangkan secara sistematis ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan desa. Penganggaran dalam APBDesa harus disusun dengan mengacu kepada perencanaan yang telah ditetapkan. Perencanaan pembangunan desa tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk masa 5 tahun dan dari RPJMDesa diturunkan menjadi Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKPDes) Tahunan, dimana

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  • Buku Kas PePerincian 9 Buku Kas Umum Objek Penerimaan Buku kas Perincian Objek Pengeluaran Buku Kas Harian Pembantu Buku Kas Pembantu Pajak

  Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Desa Dalam Persfektif UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa Di Sumatera Utara

  RPJMDes dan RKPDes menjadi dasar untuk penyusunan Rancangan APBDes yang dilaksanakan secara partisipatif.

  Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa ruang lingkup pengelolaan keuangan desa, meliputi : a) hak desa untuk memperoleh pendapatan desa; b) kewajiban desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan desa; c) penerimaan desa; d) pengeluaran desa dan e) kekayaan desa yang dikelola secara tersendiri. Sedangkan azas pengelolaan keuangan desa dikelola secara tertib, taat peraturan perundang- undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, akuntabel, partisipatif dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat yang dikelola dalam masa satu tahun anggaran. Skema Pengelolaan Keuangan Desa : PERENCANAAN PENGANGGARAN

  PENATA USAHAAN PELAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN RPJMDesa Penganggaran •PAD •Bagi Hasil Pajak •Dana Perimbangan (ADD) •Bantuan •Hibah PELAKSANAAN KEGIATAN

  9 Bukti- bukti pengeluar an yang sah

  9 Bukti Penyetora n PPN/PPH

  9 Perdes

  9 SK Kades

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI PEMERINTAHAN DESA LANDUNGSARI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG ( Study Perencanaan Pembangunan Desa

2 30 29

IMPLIKASI BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA TERHADAP PEMERINTAHAN NAGARI DI SUMATERA BARAT

0 18 14

IMPLIKASI BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA TERHADAP PEMERINTAHAN NAGARI DI SUMATERA BARAT

0 16 4

IMPLIKASI BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA TERHADAP PEMERINTAHAN NAGARI DI SUMATERA BARAT

0 10 14

IMPLIKASI BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA TERHADAP PEMERINTAHAN NAGARI DI SUMATERA BARAT

0 4 4

IMPLIKASI BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA TERHADAP PEMERINTAHAN NAGARI DI SUMATERA BARAT

0 31 5

KAJIAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN ROWOKANGKUNG BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

0 4 16

KAJIAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN ROWOKANGKUNG BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

0 4 9

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 4 17

I. Latar Belakang - PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 1 7