SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGAN SPIRITUALITY AND DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGAN SPIRITUAL PESANTREN Husen Hasan Basri

SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGAN SPIRITUALITY AND DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGAN SPIRITUAL PESANTREN

Husen Hasan Basri

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jl. MH Thamrin No. 06 Jakarta Pusat, Email: hhasanbasri@yahoo.com

Naskah diterima 27 februari 2015. revisi pertama, 14 Maret 2015. revisi kedua, 19 Maret 2015 dan revisi terahir 3 April 2015

Abstract

The attachment of spiritualism to pesantren is nothing new in the world of pesantren but the phe- nomenon of labeling of “spiritual pesantren” by the founder is something new. One of the pesantren explicitly using the term “spiritual” is Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti spiritual pesantren. This study examines why Dzikrussyifa’ is named a spiritual pesantren while the term pesantren has contained the values of spirituality. Through qualitative method it is found that the foundation of Dzikru- ssyifa’ pesantren aims to fill, respond a space that has not been optimally filled by other pesantren. The founder would like to offer the paradigm of a pesantren oriented to “spirituality” referring to the Walisongo pesantren. Dzikrussyifa’ pesantren is the concrete understanding of the meaning of spir- ituality influenced by Islamic Sufism and Walison- go Sufism. The spirituality meaning is actualized in all activities in the pesantren from its objective, students, lecturers and subjects. It is concluded that the meaning of spirituality is close to the under- standing of the term Sufism or the more practical aspect of Sufism namely tarekat. Its meaning of spiritualism is influenced by Sunni tasawuf. Dzikru- ssyifa’ pesantren takes the path of populist spiritu- ality or tarekat rakyat to fill the model of tasawuf considered non-optimum.

Key Words: Spirituality, Tasawuf, Spiritual Pesan- tren

Abstrak

Spiritual dijadikan predikat oleh sebuah pe- santren bukan hal baru dalam dunia ke pesant- renan. Tetapi terdapat fenomena pesantren yang diberi label oleh pendirinya dengan sebutan “pe- santren spiritual”. Salah satu pesantren yang secara eksplisit menggunakan kata “spiritual” adalah Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Mengapa Pesantren Dzikrussyifa’ diberi predikat “spiritual”, bukankah dalam is- tilah pesantren sendiri mengandung nilai-nilai spiritualitas. Melalui metode kualitatif ditemukan bahwa pendirian pesantren Dzikrussyifa’ adalah untuk mengisi, merespon, menanggapi sebuah ruang yang belum maksimal diperankan oleh pe- santren-pesantren lainnya. Pendiri Pesantren Dz- ikrussyifa’ ingin menawarkan sebuah paradigma pesantren yang berorientasi “spiritual” dengan pi- jakan ala pesantren Wali Songo. Eksistensi Pesant- ren Dzikrussyifa’ adalah hasil konkret yang dipen- garuhi dari pemaknaan sang pendiri terhadap arti spiritualitas yang dipengaruhi oleh para sufi dun- ia Islam dan sufistik ala Wali Songo. Pemaknaan spiritualitas tersebut diwujudkan dalam seluruh bentuk aktivitas di pesantren. Disimpulkan bahwa pemaknaannya terhadap spiritualitas lebih dekat kepada pemahaman istilah sufisme (tasawuf) atau dengan aspek yang lebih praktis dari tasawuf, yak- ni tarekat. Pemaknaannya terhadap spiritualitas dipengaruhi oleh tasawuf Sunni. Pesantren Dz- ikrussyifa’ mengambil jalan “spiritual kerakyatan” atau “tarekat rakyat” dalam rangka mengisi model tasawuf yang terasa kurang daya dorongnya.

Kata Kunci: Spiritualitas, Tasawuf, Pesantren Spiritual

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

PENDAHULUAN

Membicarakan spiritualitas di pesan- Kemunculan fenomena pesantren yang

tren sebenarnya tidak lain membahas diberi label oleh pendirinya dengan sebutan

hubungan pesantren dan tasawuf, karena “pesantren spiritual” mengingatkan kembali

tasawuf sendiri merupakan kelembagaan kepada model Wali Songo dalam penyebaran

spiritualitas Islam. Namun dalam tradisi dan penanaman ajaran Islam di Jawa melalui

pesantren istilah tasawuf dipakai dalam pendekatan tasawuf 1 dan “pesantren”. kaitan aspek intelektual, sedangkan aspek- Perpaduan antara pendekatan tasawuf dan

aspeknya yang bersifat etis dan praktis

“pesantren” kemudian menjadi—meminjam 4 diistilahkan dengan sebutan tarekat. Tidak istilah Lombard—jaringan-jaringan Islam banyak pesantren yang menjadi pusat

yang agraris dari unsur-unsur penggerak gerakan tarekat dan yang mengkhususkan

dalam Islam Jawa. 2 diri dalam bidang tasawuf sebagai objek pengajarannya. Bruinessen menyebutkan

Sebenarnya spiritual dijadikan predikat sekitar tahun 1970 terdapat empat pusat

oleh pesantren bukan hal baru dalam dunia tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang

ke pesantrenan. Menurut Muhammad penting di pulau Jawa: Rejoso Jombang

Tholhah Hasan, pesantren sejak masa Wali dengan Kiai Musta’in Romly, Mranggen

Songo pada abad 15 M sampai sekarang dengan Kiai Muslikh, Suryalaya Tasikmalaya

diwarnai oleh aktivitas spiritual (ruhiyah) baik yang dipraktikkan oleh peminat khusus

dengan K.H. A. Shohibulwafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom), dan Pagentongan Bogor

(khawas) dari para anggota tarekat maupun

dengan Kiai Thohir Falak. 5

yang dipraktikkan oleh kalangan umum ( ‘awam) dari para santri dengan kegiatan

Pesantren-pesantren yang menjadi

praktis sehari-hari seperti zikir, puasa pusat gerakan tarekat yang memiliki jalur sunah, wirid, hidup zuhud, berlaku sopan, ke tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di menghormati guru, sabar, istikamah, dan antaranya: Pesantren Al-Fithrah Kedinding

lain-lain. 3 Kenjeran Surabaya pimpinan KH Asrori Al-Ishaqi (wafat 18 Agustus 2009). Syekh

1 A.H. John. 1961. “Sufism as a category in

Usman Al-Ishaqi, ayah KH Asrori, adalah

Indonesian Literature and History”, dalam JSEAH,

salah satu murid KH Romli Tamim, ayah

2. Lihat juga M.C. Ricklefs. 2012. Mengislamkan Jawa:

KH Musta’in Romli, Rejoso Jombang, dan

Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Pesantren Suryalaya Tasikmalaya pimpinan

2 Selain jaringan-jaringan Islam agraris, unsur- unsur penggerak dalam Islam Jawa adalah orang laut

dan kalangan-kalangan “borjuis” pengusaha. Lihat 4 Zamakhsari Dhofier. 1982. Tradisi Pesantren: Denis Lombard. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian

Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES, h. II Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, h.

84-148. 5 Martin Van Bruinessen. 1999. Kitab Kuning, 3 Dikutip dari transkrip paparan Muhammad

Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Tholhah Hasan yang berjudul “Pesantren dan

Bandung: Mizan, h. 21. Rejoso, Mranggen, Suryalaya, Sikap Inklusivisme Neosufisme” yang disampaikan

Pagentongan adalah nama-nama pesantren yang dalam acara Halaqoh Ulama dengan tema Pesantren

dipimpin oleh kiai-kiai tersebut, dan merupakan Sebagai Pusat Peradaban Islam yang dilaksanakan oleh

karakteristik pesantren salafiyah atau tradisional Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan di

yang menamakan pesantrennya dengan nama daerah Bogor, 13-14 Desember 2010

dimana pesantren-pesantren itu berada.

Volume 13, Nomor 1, April 2015 Volume 13, Nomor 1, April 2015

Abah Anom. Pesantren ini sering dikenal yang memiliki arti ingat dan obat. Kalimat oleh publik sebagai pusat pengobatan “Asma’ Berojomusti” sendiri mengesankan

bagi pecandu narkoba. 6 Sepeninggal Abah adanya term Jawa yang dikaitkan dengan Anom September 2011, sesepuh pesan-

ilmu kebatinan atau kekebalan.

tren diteruskan oleh KH. Zaenal Abidin Ada harapan dari pimpinan untuk Anwar sekaligus pengemban amanah untuk

menjadikan Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai memimpin tarekat Qadiriyah wa Naqsa-

barometer kegiatan keagamaan yang bersifat bandiyah.

pendidikan supranatural di kawasan Pantai Salah satu pesantren—bisa juga satu-

Utara Jawa (Pantura). Mungkin harapan dari satunya—yang secara eksplisit menggunakan

pimpinan inilah yang membuat kalangan kata “spiritual” adalah Pesantren Spiri-

media menyebut Pesantren Dzikrussyifa’ tual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti sebagai Pesantren Jin”. 8 Meskipun dibantah (selanjutnya ditulis Pesantren Dzikrussyifa’).

oleh pihak pengasuhnya, salah satu

Pesantren yang dipelopori dan sekaligus pesantren yang oleh media sering dikaitkan dipimpin oleh Kiai Muhammad Muzakkin dengan “jin” dalam pembangunannya ada- merupakan kebutuhan masyarakat (orang lah Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri yang sakit jiwa dan pecandu narkoba) yang

Asali Fadlaailir Rahmah Turen Malang

menginginkan pengobatan dengan cara Jawa Timur. Pesantren ini oleh masyarakat spiritual. Pesantren yang didirikan pada disebut Masjid Tiban. 9

5 Januari 2000 terletak di dusun Sekanor Mengapa Pesantren Dzikrussyifa’ diberi

desa Sendangagung kecamatan Paciran predikat “spiritual”, bukankah dalam Lamongan.

istilah pesantren sendiri mengandung nilai- Jika Pesantren Suryalaya dan pesantren-

nilai spiritualitas. Memang pesantren itu pesantren lainnya yang menjadikan tarekat

memiliki potensi spiritual (baca-tasawuf)

sebagai pusat pengajaran tidak secara untuk memberikan perbaikan moral dan eksplisit menggunakan kalimat “spiritual” dalam nama pesantrennya, meskipun S.

8 Beberapa media online memberikan judul

Soebardi menyebut pesantren Suryalaya beritanya tentang Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai dengan sebutan “pesantren tarekat Surya-

berikut. Merdeka.com, Minggu, 13 April 2014 dengan

laya”, 7 maka Pesantren Dzikrussyifa’ me-

judul “Puluhan Caleg Stres Terapi di Pondok Pesantren Jin di Lamongan”; Merdeka. com, Sabtu, 3

nam bah kata “spiritual”, bahkan dalam Mei 2014 dengan judul “ Mengintip pesantren ‘Jin’ papan nama dan logo surah ditambah frase

di Lamongan Yang Obati 58 Caleg Stres”; Tempo.co,

“khusus rehabilitasi sakit jiwa dan pe-

Senin 14 April 2014 dengan judul “ Kiai Muzakkin Gunakan Jin Obati Caleg Stres”; Kompas.com, Rabu,

candu narkoba”. Frase ini mungkin untuk

26 Agustus 2009 dengan judul “ Wah, Ada Pengajian

mengaitkan dengan kata “Dzikrussyifa” Khusus Bangsa Jin di Lamongan”; Kompas.com,

Minggu, 27 September 2009 dengan judul “Jin dari Mesir pun Nyantri di Lamongan”; Okezone.com, Senin,

6 Nurcholis Madjid. 1974. “Tasawuf dan 7 September 2014 dengan judul “ Ramadan, Giliran Pesantren”, dalam Dawam Rahardjo (ed), Pesantren

Jin Diasuh di Ponpes Berojomusti”; Detiksurabaya. dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, h. 105.

com, Rabu, 9 Desember 2009 dengan judul “ Seribu Jin 7 S. Soebardi. 1978. “The Pesantren Tarikat of

Amankan Hari Antikorupsi”.

Suralaya”, dalam S.Udin (ed), SPECTRUM. Jakarta: 9 http://www.ponpesbibaafadlrah.or.id/indexp. Dian Rakyat.

php?p=profile_pengasuh

98 EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

karakter, namun sebagaimana diungkap Penelitian ini bertujuan untuk men- oleh M.Tholhah Hasan bahwa di pesantren

deskripsikan: pertama, makna spiritualitas

daya tahan tasawuf lebih dominan dari menurut pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’ pada daya dorongnya. Pendirian Pesantren

dan model spiritual yang memengaruhi

Dzikrussyifa’ untuk mengisi, merespons, pemaknaan spiritualitas, dan kedua, penga- menanggapi sebuah ruang yang belum ruh pemaknaan spiritualitas terhadap maksimal diperankan oleh pesantren-pe-

aktivitas Pesantren Dzikrussyifa’.

santren lainnya. Pendiri Pesantren Dzikrus- Penelitian ini diharapkan dapat meleng- syifa’ ingin menawarkan sebuah paradigma

kapi studi tentang hubungan pesantren dan

pesantren yang berorientasi “spiritual” potensi tasawuf. Penelitian ini diharapkan dengan pijakan ala pesantren Wali Songo. dapat digali spiritual ala pesantren dalam Eksistensi Pesantren Dzikrussyifa’ adalah pengembangan pendidikan karakter dan hasil konkret yang dipengaruhi dari pendidikan akhlak yang saat ini menjadi pemaknaan sang pendiri terhadap arti spiri-

isu yang hangat diperbincangkan. Melalui tualitas.

penelitian ini juga diharapkan dapat diper- Sebenarnya, seperti apakah Pesantren oleh bahan pemikiran untuk menjadi pijakan Dzikrussyifa’? Apa makna spiritual yang dalam pengembangan pesantren. melekat dalam nama Pesantren Dzikrus-

syifa’? Sejauh mana pemaknaan label Kerangka Konseptual

spiritual itu memengaruhi proses kegiatan di Pesantren Dzikrussyifa? Karena itu,

Spiritualitas telah menjadi tema diperlukan sebuah penelitian empirik agar

me narik di saat hidup dan kehidupan dapat memberikan gambaran tentang eksis-

mengalami perkembangan yang sangat cepat. Istilah spiritualitas mengandung

tensi Pesantren Dzikrussyifa’ yang memberi beberapa pengertian baik secara keba-

label “spiritual” itu relasinya dengan hasaan maupun secara terminologi. Secara

gerakan spiritualitas Islam (tasawuf) di masa kebahasaan perkataan spiritualitas ber-

lalu. asal dari perkataan spirit yang berarti roh,

Dari latar belakang masalah tersebut, jiwa, semangat atau keagamaan. Jadi, spiri- ada dua fokus masalah penelitian ber-

tualitas secara kebahasaan bisa diartikan kaitan dengan fenomena Pesantren Dzikrus-

sebagai segala aspek yang berkenaan syifa’ yang ingin dijawab dalam pene litian

dengan jiwa, semangat, dan keagamaan ini, yaitu: pertama, apa makna spiri tualitas

yang memengaruhi kualitas hidup dan menurut pimpinan Pesantren Dzikurus-

kehidupan seseorang. Dalam Encyclopedia

syifa’? dan apakah terdapat satu model Americana disebutkan bahwa istilah spi- spiritual yang memengaruhi pemaknaan ritualitas atau spiritualism kadang-kadang spiritualitas tersebut? dan kedua, sejauh digunakan dengan mengacu kepada se- mana pemaknaan spiritualitas tersebut buah aliran filsafat manusia, lawan dari meme ngaruhi aktivitas Pesantren Dzikrus-

aliran materialism. Kadang-kadang, istilah syifa’?.

spiritualism digunakan untuk menunjuk sebuah sekte agama atau kelompok umat beragama dari kalangan Kristen yang

Volume 13, Nomor 1, April 2015 Volume 13, Nomor 1, April 2015

menekankan doktrin bahwa ruh orang yang ke-4 H muncul tokoh-tokoh tasawuf seperti

sudah mati masih hidup sebagai seorang Al-Junaid (w.910 M) dan Sari Al-Saqathi pribadi yang dapat berkomunikasi dengan (w.867 M) serta Al-Kharaj (w.899 M) yang orang yang masih hidup melalui seorang memberikan pengajaran dan pendidikan yang dikenal sebagai medium. Istilah kepada para murid dalam sebuah bentuk Spiritualitas adalah dimensi batin (esoteric

jamaah. Pada periode ini muncul pula jenis dimension) atau jiwa agama dalam kehidupan

baru tasawuf yang diperkenalkan Al-Husain manusia. Spiritual Islam disebut tasawuf, di

ibn Manshur Al-Hallaj (w.921 M) yang barat orang menyebutnya Islamic Mysticsm

hulul-nya. 12 atau

dihukum mati akibat doktrin

sufism. 10 Pada abad ke-5 Imam Al-Ghazali (1059- Tasawuf sebenarnya sudah berkembang

1111 M) tampil menentang jenis-jenis pada zaman Nabi tapi sebutan tasawuf itu

tasawuf yang dianggapnya tidak se suai baru ada pada akhir abad ke 1 Hijriyah atau

dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pada awal abad ke-2 Hijiriyah. 11 Tasawuf mengembalikan tasawuf kepada status

seba gai sebuah gerakan diawali oleh semula sebagai jalan hidup zuhud, pen- gerakan zuhud dan ‘uzlah yang dipelopori didikan jiwa dan pembentukan moral. Tasa- oleh Hasan al-Basri (w.110 H/728 M), Rabi’ah

wuf semacam ini disebut tasawuf Sunni. 13

Adawiyah (w.185 H/801 M) dan Ibrahim Sejak tampilnya Al-Ghazali, pengaruh bin Adham (w. 159 H/777 M). Kehidupan tasawuf Sunni mulai menyebar di Dunia

model zuhud kemudian berkembang pada Islam. 14 Bahkan muncul tokoh-tokoh sufi abad ke-3 Hijriyah ketika kaum sufi mulai

terkemuka yang membentuk tarekat un- mem perhatikan aspek-aspek teoritis psi-

tuk mendidik para murid, seperti Syaikh kologis dalam rangka pembentukan peri-

Ahmad Rifa’i (w.570 H) dan Syaikh ‘Abd Al-

laku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu Qadir Jailani (w.651 H/1166 M) yang sangat akhlak keagamaan. Pemikiran-pemikiran yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah epistemologis. Masalah-

12 Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Sunni &

masalah ini berkaitan langsung dengan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf di Indonesia. Depok: pembahasan mengenai hubungan manusia Pustaka Iman, h. 45

13 Ibid. h. 50

dengan Allah SWT, sehingga lahir konsepsi-

14 Pemikiran keagamaan Al-Ghazali tidak

konsepsi seperti fana’, terutama oleh Abu hanya berpengaruh di kalangan Islam, tetapi juga di Yazid Al-Busthami (w. 261 H/874 M). kalangan Yahudi dan Kristen. Pengaruh Al-Ghazali

Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu dalam pemikiran Yahudi dengan tampilnya Filsuf

Yahudi, Musa Ibn Maymun (Moses the Maimonides)

setelah sebelumnya hanya merupakan iba-

melalui karya al-Munqidz min al-Dlalal, persis judul

dah-ibadah praktis. Pada abad ke-3 dan sebuah kitab al-Ghazali. Pengaruh al-Ghazali di

kalangan Kristen melalui filsafat Bonaventura.

Pandangan sufisme al-Ghazali memperoleh Lihat Muchlis Hanafi, et.al (editor). 2010.

salurannya dalam mistisime Kristen Katolik melalui Spiritualitas dan Akhlak. Jakarta: Lajnah Pentashihan

Ordo Fransiscan seperti diungkapkan dalam novel

Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat best seller nya Umberto Eco, The Name of the Rose. Lihat Kementerian Agama, h. 471 dan 445

Nurhcolis Madjid. 2009. Kaki Langit Peradaban Islam. 11 Transkrip paparan Muhammad Tholhah Hasan,

Jakarta: Paramadina bekerjasama dengan penerbit “Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosufisme”, hal.

Dian Rakyat, khususnya bagian “Pandangan Tasawuf- 1

Falsafi Imam Al-Ghzali”, h. 89-90

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

terpengaruh oleh garis tasawuf Al-Ghazali. lain yang ikut menentukan pengaruh Al-

Pilihan yang sama dilakukan generasi Ghazali terhadap tasawuf Walisongo adalah berikut, antara lain yang paling menonjol karena salah seorang pemimpin tarekat adalah, Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w.650

Al-‘Alawiyah, yakni Imam Muhammad

H) dan muridnya, Abu Al-‘Abbas Al-Mursi ibn ‘Ali dengan gelar Al-Faqih Al-Muqadam (w. 686 H), serta Ibn ‘Atha’illah Al-Sakandari

(pemimpin ahli fikih) memiliki kesamaan (w. 709 H). 15 dengan Al-Ghazali. Dari Muhammad ibn

Sejumlah sufi pada abad ke-6 H yang ‘Ali inilah Walisongo mengambil metode berorientasi filsafat, antara lain: Suhrawardi

dan cara dakwahnya. Dan, dari segi akidah Al-Maqtul, tokoh ilmu huduri atau presensial 17 Walisongo mengikuti faham Asy’ariyah.

(w. 587 H), Ibn ‘Arabi (w.638 H), penyair sufi Spiritualitas Walisongo berisikan ke-

Mesir, Umar Ibn Al-Faridh (w.632 H), dan arifan dan kemampuan spirit Islam sehingga ‘Abd Al-Haq Ibn Sab’in (w. 669 H). Dalam dapat berbicara sesuai dengan kapasitas para aliran mereka berkembang panteisme audiennya. Mereka melakukan modifikasi (wahdatul Wujud) yang mengarahkan adat istiadat dan tradisi setempat sedemikian

tasawuf pada “kebersatuan” dengan Allah. 16 rupa agar tidak bertentangan dengan dasar-

Kemunculan aliran tersebut menjadikan dasar Islam. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf terbagi dua, yaitu: pertama, tasa-

Islam tidak akan pernah menjadi the religion wuf Sunni yang dikembangkan para sufi

of Java jika sufisme yang dikembangkan pada abad ke-3 dan ke-4 yang disusul Al-

oleh Walisongo tidak mengakar dalam Ghazali dan para pengikutnya dari syaikh-

masyarakat. 18 Walisongo terlibat secara fisik syaikh tarekat. Kedua, tasawuf falsafi yang

dalam peran serta sosial untuk memetakan

menggabungkan tasawuf dengan berbagai dan sekaligus memecahkan permasalahan aliran mistik dari lingkungan di luar Islam,

masyarakat, dan untuk memberikan con-

seperti dalam Hinduisme, kependetaan toh ideal dan religius kemasyarakatan. Kristen atau teosofi dalam neo-Platonisme.

Penting nya tentang modeling Walisongo, Kedua jenis tasawuf baik Sunni maupun Abdurahman Mas’ud menyatakan:

falsafi berkembang di Indonesia. ...Usaha Maulana Malik Ibrahim (w.

Model tasawuf Sunni banyak dianut 1419 di Gresik, Jawa Timur), untuk melem- oleh pelopor dan pemimpin dakwah Islam bagakan metode pendidikan yang pada

Indonesia—termasuk Walisongo. Adanya masa-masa berikutnya dikenal sebagai pengaruh Al-Ghazali yang berakar kuat

“pesantren”. Guna mengantisipasi dan dalam pemikiran tasawuf Walisongo, ter-

mengakomodir pertanyaan-pertanyaan so- utama disebabkan karena pencetus tarekat

sial keagamaan serta dalam rangka meng- mereka,

Al-‘Alawiyah, yakni Syaikh Al- himpun anggota, Ibrahim menggunakan sistem pesantren. Tidaklah sulit baginya

Imam ‘Abdullah ibn Al-Imam Ahmad Al- untuk mendirikan sebuah pesantren, se- Muhajir adalah leluhur Walisongo. Faktor

17 Ibid. h. 30-31 dan 34

15 Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Sunni & 18 Lihat Abdurahman Mas’ud. 2006. Dari Haramain Tasawuf Falsafi..., h. 50-51

Ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: 16 Ibid. h. 51

Kencana Prenada Media Group, h. 57

Volume 13, Nomor 1, April 2015

101

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

hUSEN hASAN bASrI

bab ia telah memiliki banyak pengikut setia serta kekayaan dari hasil usaha dagangn- ya. Dilaporkan bahwa seharian penuh, dia membawa masyarakatnya ke lahan perta- nian, sementara malam harinya dia menga- jar mereka pelajaran-pelajaran dasar, khu- susnya Al-Quran dan Hadits di lembaganya ini. Karena caranya berdakwah inilah dia disebut sebagai bapak atau guru pesantren masa awal di Jawa. Pada saat yang sama dia juga merupakan bapak spiritual dari Wali-

songo. 19 Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa

spiritual Walisongo menjalankan ajaran Islam model Nabi Muhammad, dan meng-

ajarkannya melalui jalan sufistik yang tidak bertentangan dengan ajaran model Nabi

Muhammad serta mengakomodir tradisi dan kebiasaan lokal. Spiritual Walisongo juga adalah “keteladanan yang baik” sebelum “berucap kata”.

Meskipun tumbuhnya pesantren atau pondok dapat ditelusuri ke belakang sebagai

bermula dari sistem zawiyah kaum sufi yang dikembangkan, tetapi kenyataan sekarang

tidak berarti setiap pesantren merupakan pusat gerakan tasawuf. Sekarang ini pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran. Sedangkan yang melakukan peranan sebagai pusat gerakan tarekat hanya sedikit saja. Lebih sedikit lagi ialah pesantren yang mengkhususkan diri dalam bidang tasawuf sebagai objek

pengajarannya. Sufisme di Indonesia agaknya lebih terbatas kepada segi-seginya

yang praktis saja, sedangkan segi pemikiran kontemplatifnya sangat kurang. Karena itu perkataan “tarekat” adalah lebih dikenal daripada perkataan tasawuf, khususnya di

19 Ibid., h. 62

kalangan para pengikut awam yang merupa- kan bagian terbesar.

Tasawuf di pesantren yang berpegang kepada doktrin-doktrin ortodoks yang menjauhkan dari panteisme dan sebangsanya itu adalah berkat dijadikannya ajaran- ajaran Imam Al-Ghazali sebagai pegangan pokok. Tolkhah Hasan menyebut bahwa tasawuf-tasawuf yang masuk di Indonesia dan di pesantren adalah 95% Tasawuf Sunni. Tasawuf yang menggunakan pendekatan Abu Yazid Al-Bustami, Al-Hallaj, Suhrawardi Al-Maqtul, ibnu ‘Arobi, dan Hamzah Fansuri yang ada di Aceh adalah kelanjutan dari

Tasawuf Falsafi, tetapi di pesantren sekarang yang eksis adalah Tasawuf Sunni yang

dibatasi oleh al-Junaid al-Baghdadi, yakni attasawufu baytun wassariatu babun. 20

Efisiensi gerakan tasawuf adalah karena organisasi yang muncul sebagai perkum-

pulan-perkumpulan tarekat. Tarekat atau thariqah adalah aliran tentang jalan atau cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Tarekat tidak membicarakan segi filsafat dari pada tasawuf, tetapi amalan atau

praktisnya. Tradisi pesantren mengenal dua bentuk tarekat, yaitu: pertama, tarekat yang dipraktikkan menurut cara-cara yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tarekat; dan kedua, tarekat yang dipraktikkan menurut cara di luar ketentuan organisasi- organisasi tarekat. Beberapa organisasi tarekat dapat disebutkan, seperti: Satariyah (dikembangkan oleh Abdurrauf Sinkel dan Abdul Muhyi), Qodiriyah, Naqsabandiyah, Qodiriyah wa Naqsabandiyah, Rahmaniyah,

20 Transkrip paparan Muhammad Tholhah Hasan,

Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosufisme, h. 2

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

Rifaiyah, Siddiqiyah, Syadhiliyyah, dan tren Spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojo-

Wahidiyyah. 21 musti yang berlokasi di dusun Sekanor, Menurut Tolkhah Hasan bahwa Wali-

desa Sendangagung kecamatan Paciran

songo semuanya memiliki pesantren baik Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Waktu pesantren besar maupun pesantren kecil. penelitian lapangan dilakukan pada 3-10 Semua pesantren Walisongo ada tasawufnya.

November 2014.

Dalam primbonnya sunan Bonang Meskipun tergolong baru dan kecil disebutkan bahwa yang diajarkan Walisongo

untuk ukuran pesantren-pesantren di adalah fikih yang diajarkan mazhab Imam

Jawa pada umumnya, atau Lamongan khu- Syafi’i, aqidah mengikuti imam Al-Asyari

susnya, pesantren spiritual Dzikrussyifa’ dan filsafatnya atau tasawufnya mengikuti

menjadi salah satu varian dari ragam atau

aliran imam Al Ghazali. Jadi, lanjut model pesantren salafiyah yang ingin Tolkhah Hasan, jelas bahwa di Indonesia mengaktualkan potensi tasawuf dalam tasawuf yang dibawa ke pondok pesantren

mendorong pembinaan akhlak umat yang

adalah tasawuf-tasawuf yang suni, sampai akhir-akhir ini dirasa berkurang. Selain itu, belakangan pengaruh tasawuf di pesantren

posisi pesantren ini berada dalam wilayah itu mengalami perubahan. Namun demikian,

budaya pesisir yang memiliki sifat terbuka menurut Muhammad Tholhah Hasan sampai

dan mobile dan posisi Paciran yang memiliki

hari ini potensi tasawuf dan pesantren pesantren Muhammadiyah, di ataranya yang menggunakan tasawuf sebagai salah pesantren Karangasem Muhammadiyah satu alat untuk mengembangkan dan yang disebut Mastuhu sebagai pusat

mempertahankan diri masih tetap kuat. pembinaan kader Muhammadiyah. 24 Posisi

Tetapi, daya dorong tasawuf lebih lemah pesantren ini juga berdekatan dengan daripada daya tahannya, tasawuf sebagai pesantren Al-Islam Lamongan yang pernah daya dorong ini belum optimal dibanding menasional bahkan menginternasional

dengan tasawuf sebagai daya tahan. 22 karena kasus Amrozi.

Teknik pengumpulan data lebih meng-

Metode Penelitian

andalkan pada studi kepustakaan. Keber- hasilan studi kepustakaan memengaruhi ke-

Penelitian ini bersifat deskriptif-kua- berhasilan penelitian lapangan. Penelusuran

litatif. Deskriptif-kualitatif pada umum- data primer dilakukan melalui wawancara

nya dilakukan pada penelitian dalam dengan nara sumber kunci (key informan),

bentuk studi kasus. Penelitian deskriptif- pelaku/aktor, mereka yang terlibat de ngan

kualitatif studi kasus merupakan penelitian berbagai peran yang dimiliki. Saya mewa-

eksplorasi. 23 Penelitian dilakukan di Pesan-

wancarai pimpinan pesantren hampir setiap hari selama saya tinggal di pesantren. Selain

21 Zamkhsari Dhofier. 1982. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES, h.

136-142 22 Ibid.

Lainnya. Jakarta: Kencana.

23 Lihat Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif: 24 Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial

Pesantren. Jakarta: INIS

Volume 13, Nomor 1, April 2015

103

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

hUSEN hASAN bASrI

itu, saya mewawancarai guru pembimbing dan pihak kemenag kab. Lamongan.

Observasi dilakukan untuk mengangkat realita secara lebih utuh dengan tetap menggunakan pendekatan emik, artinya peneliti berupaya menangkap dan memahami fenomena yang ada, sebagaimana komunitas Pesantren Dzikrussyifa’ memaknai realitas tersebut. Observasi dilakukan terhadap semua kegiatan di Pesantren Dzikrussyifa’. Pesantren Dzikrussyifa sendiri dengan segala aktivitasnya merupakan “teks” yang bisa menjadi sumber data. Observasi dilakukan juga terhadap proses interaksi pimpinan dengan para pasien, masyarakat, penataan

fisik, dan gambar-gambar. Pengumpulan data ini dilaksanakan oleh saya sendiri dan

dibantu oleh pembantu peneliti. Observasi ke pesantren dilakukan selama 4 hari dan 3 malam.

Analisa data kualitatif dilakukan sebelum, selama dan setelah pengumpulan data. Sebelum dilakukan pengumpulan data, penulis memulai untuk memfokuskan data-data apa yang akan dijadikan unit analisis. Data dan informasi yang terkumpul dikoding dan direduksi kemudian dianalisa sesuai dengan formula kerangka konsep gerakan spiritualitas baik di dunia Muslim maupun khas Indonesia dan lebih khusus lagi spiritualitas di pesantren. Hasil analisa ini selanjutnya diintrepretasi. Hasil penelitian dalam bentuk data penelitian yang dituliskan di sini saya anggap hanya sebagai titik awal dan bersifat permukaan dari realitas yang sesungguhnya. Meskipun digunakan bangunan konseptual, data penelitian atau hasil penelitian yang telah diinterpretasi yang menjadi “pembahasan penelitian” lebih banyak dibantu oleh nara sumber dan informan. Terhadap

makna dibalik teks dan simbol yang ada di Pesantren Dzikrussyifa, sedikit yang saya ketahui dan pahami. Karena itu, data-data penelitian yang berupa kata-kata, teks, dan simbol diinterpretasi maknanya oleh saya bersama-sama dengan nara sumber. Hasil analisa dan interpretasi tersebut tersaji dalam “hasil dan pembahasan” berikut .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uraian akan diawali dengan pemaparan pemaknaan spiritualitas menurut pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’, kemudian diuraikan salah satu model spiritual yang meme- ngaruhi pemaknaan spiritualitas tersebut. Uraian selanjutnya terkait pengaruh pe- maknaan spiritualitas terhadap aktivitas Pesantren Dzikrussyifa’.

Sosok Kiai Muhammad Muzakkin dan Pemaknaan Spiritualitas

Pesantren Dzikrussyifa’ identik de- ngan sosok Kiai Muhammad Muzakkin (se- lan jutnya ditulis Kiai Muzakkin). Pemak- naan spiritualitas menurut Pesantren Dzikrussyifa’ adalah pemaknaan spiritualitas menurut Kiai Muzakkin sendiri. Meskipun tidak seluruhnya mewakili kelembagaan pesantren, kiai dalam sebuah pesantren adalah unsur kuncinya. Untuk mengetahui siapa sebenarnya sosok Kiai Muzakkin itu dan apa pemikirannya dalam bidang tasawuf, saya melakukan penelusuran baik mewawancarai langsung Kiai Muzakkin maupun data dari buku-buku yang ia tulis dan dari berbagai media.

Kiai Muzakkin dilahirkan di desa Dadapan kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan Jawa Timur pada tanggal 5 Juli 1968. Sejak kecil diasuh oleh kedua orang

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

tuanya bernama bapak Suparman dan alam gaib (bangsa Jin). Itu dilakukan hingga Ibu Darkah. Sebagaimana dituturkan Kiai usia remaja. Ketika menjelang dewasa, Muzakkin bahwa dirinya dari garis bapak perjalanan spiritual itu dilanjutkan dengan tersambung ke Jaka Tingkir dan garis ibu mengembangkan secara pribadi tetapi tersambung sampai mbok rondo Dadapan masih dalam pantauan kedua orang tuanya. yang mempunyai putra yang terkenal Sehingga apa yang dilakukan Kiai Muzakkin bernama Ande-Ande Lumut.

benar-benar matang dan tidak berdampak Ia dibesarkan dan dididik dalam pada risiko yang negatif (stress karena tidak

lingkungan spiritual, bapak dan ibunya kuat dengan ilmunya). Pengalaman spiritual adalah seorang lelaku spiritual. Kalau siang

itu berlanjut dengan melakukan meditasi

berpuasa dan malam melakukan dzikir, di beberapa tempat seperti di makam berkhalwat, bertahajud, dan bermujahadah.

Walisongo dan tempat-tempat keramat Selain itu, kedua orang tuanya adalah lainnya. seorang penganut tarekat Qadiriyah wa

Mengapa perjalanan spiritual ini harus Naqsabandiyah yang bermursyid kepada KH

dilakukan di tempat tersebut? Menurut Kiai Asrori Al-Ishaqi bin Syekh Usman Al-Ishaqi

Muzakin karena di tempat itu terminalnya di Kedinding Surabaya. 25 barang gaib (jin Islam) yang bisa diajak

Kiai Muzakkin hidup seperti orang komunikasi untuk kepentingan sesuatu. pada umumnya. Ia bersekolah TK, MI, MTs,

Dari situlah Kiai Muzakin yang sudah

MA, dan mengenyam Perguruan Tinggi. melekat dalam spiritual merasa dekat Ia menikah dengan Nurul Hasanah yang dengan Allah SWT. Pengalaman beragam berasal dari desa Sendangduwur kecamatan

spiritual itulah yang melahirkan berdirinya Paciran Lamongan. Pasangan Kiai Muzakkin

sebuah lembaga yang bernama pesantren dan Nurul Hasanah dikarunia 3 (tiga) orang

yang diberi predikat dengan “spiritual”. putra-putri: Jayyidatun Nisa al-Muzakkiyah,

Kehidupan keseharian Kiai Muzakin, Akhnaf Farrel al-Muzakki, dan Haikal Azmni

sebagaimana saya lihat selama berinteraksi al-Muzakki (almarhum).

dengannya, tidak jauh berbeda dengan Sejak kecil sudah diajari dan digembleng

kehidupan masyarakat lainnya. Ia menjalani oleh orang tuanya serta dikenalkan dengan

hidup dan bergaul dengan masyarakat yang

dunia mistis seperti ditunjukkan kepada memiliki status dan tingkatan sosial yang

beragam. Suatu hari saya diajak olehnya berkeliling wilayah Paciran baik untuk

25 KH Asrori Al-Ishaqi yang wafat 18 Agustus

sekedar makan dan minum di warung kopi

2009 adalah mursyid Thoriqoh Qadiriyah wan Naqsabandiyah dan pendiri Pesantren Al-Fithrah

maupun untuk diperkenalkan dengan

Kedinding Kenjeran Surabaya. Ia putra Syekh Usman

tempat-tempat ziarah seperti masjid dan

Al-Ishaqi. Nama Al-Ishaqi dinisbahkan kepada makam Sunan Sendangduwur, dan lokasi- maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Syekh Usman masih keturunan Sunan Giri. Ia menjadi

lokasi pesantren seperti pesantren Al-Islam

mursyid Thoriqoh Qadiriyah wan Naqsabandiyah

Lamongan dan makam Amrozi yang terkenal

menggantikan ayahnya, Syekh Usman Al-Ishaqi.

dengan kasus bom Bali.

Syekh Usman adalah salah satu murid KH Romli Tamim, ayah KH Musta’in Romli, Rejoso Jombang. Lihat suaramerdeka.com, 19 Agustus 2009.

Volume 13, Nomor 1, April 2015

Saat ini, selain sebagai pendiri pesantren Apalagi dengan meriam dan nuklirmu spiritual ia juga memimpin sebuah lembaga

Apalagi dengan bom dan rudalmu

swadaya masyarakat di antaranya: LCW Jangan kau paksa berjihad karena satu lalat (Lamongan Corruption Watch), JCW (Jawa

Berbahaya ..................................

Timur Corruption Wacth) dan BPAN-RI

Aku mengerti kau pejuang

(Badan Penyelamat Aset Negara Republik

Aku bangga kau penegak kebenaran

Indonesia). Keterlibatan dalam lembaga-

Kenapa kau potong Ayat-ayat Allah

lembaga tersebut bukan tanpa alasan, karena

Hingga nyawa melayang tersia-sia

ia adalah seorang ahli hukum dan dosen pasca sarjana hukum di beberapa kampus di

Hidup ini berjuang

Jawa Timur. Ia juga adalah konsultan hukum

Bukan pembunuhan

yang menangani permasalahan hukum

Kerja baik karena iman

kasus pidana maupun perdata, khususnya

Bukan merampok demi Islam

dunia korupsi sesuai dengan lembaga yang dipimpinnya. Atas peran dan kiprahnya

Jangan potong satu pun

dalam bidang pemberantasan korupsi, Prof.

Ayat-ayat Allah yang panjang itu

Nils Bubandt, seorang akademisi dan guru

Walaupun kau mampu

besar Anthropology Aarhus University

Buikin dunia jadi abu

Denmark, dalam bukunya yang berjudul Democracy, Corruption and The Politics of Spirits

Secara keseluruhan, isi puisi tersebut in Contemporary Indonesia, mengupas tuntas

mengandung pesan moral terhadap sese-

seputar perjalanan dan kiprah perjuangan orang yang melakukan jihad agar tidak Kiai Muzakkin dalam pemberantasan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an yang se- korupsi dengan pendekatan spiritual.

potong-potong karena pemahaman demi- Kiai Muzakkin dapat disebut seorang kian akan berdampak negatif terhadap Islam seniman dan budayawan. Pasca peristiwa itu sendiri dan masyarakat pada umum- bom Bali tahun 2003, Kiai Muzakkin menulis

nya. Ia juga menulis dua buah judul puisi

sebuah puisi dengan judul “Jihad Lalat”. untuk menggambarkan kota Lamongan, Puisi tersebut dalam rangka mengkritisi yaitu: Lamongan Mengguncang Dunia dan pemahaman tentang berjihad yang Lamongan Kota Soto. Judul puisi pertama dilakukan oleh Amrozi cs. Jihad lalat itu berisikan Lamongan sebagai sebuah kota sebagaimana yang tertulis di puisi berikut yang awalnya dibanggakan men jadi kota ini:

yang memprihatinkan karena ada seorang warga Lamongan yang telah meng- hancurkan pulau Bali. Sedangkan judul

Jangan kau potong satu pun Ayat-ayat Allah yang panjang itu puisi yang kedua berisikan tentang keter-

kenalan satu masakan khas Lamongan, Soto, Jangan kau tembak lalat yang menempel di

yang menghiasi dari pelosok desa sampai badanku

Hanya untuk kepentingan sesaat ibu kota. Selain ketiga puisi tersebut, ia juga menulis judul puisi Perjuangan Belum Selesai yang berisikan curahan sang penulis

106

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

Volume 13, Nomor 1, April 2015 107

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

puisi tentang kondisi bangsa dan negara Indonesia, dan puisi berjudul Profesor Kuncir yang ia tulis bagi Prof. Drs. H. Mas Akhmad Ikhsan, seorang dosen Emiritus University of Michigen University of Wisconsin, U.S.A.

Kepandaiannya dalam bidang tarik suara, Kiai Muzakkin membuat sebuah CD lagu yang ia kumpulkan pada saat ia bernyanyi di acara JCW. Lagu favoritnya berjudul Sempurna karya H. Rhoma Irama. Ketika saya tanya mengapa judul lagu sempurna itu adalah favoritnya, ia menjawab: ”lagu itu menggambarkan kesempurnaan wanita sebagai bukti kesempurnaan ciptaan Allah, dan menyanyikan lagu itu sebagai bagian dari perjalanan spiritual”.

Kisah perjalanan hidup Kiai Muzakkin secara implisit disebut oleh dirinya sebagai “perjalanan spiritual” dalam rangka menjadi “seorang spiritualis”. Kisah hidupnya sejak masa kecil, remaja, dewasa, pendiri sekaligus pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’, pimpinan LCW, pimpinan JCW, pimpinan BPAN-RI, telah membentuk pemaknaannya terhadap spiritualitas. Spiritual didefinisikan dan dimaknai oleh Kiai Muzakkin sebagai upaya untuk menyatukan rahasia ilahi dengan konsep kehidupan rohani melalui pendekatan zikir, berkhalwat, uzlah, bertahajud, bermujahadah, bermeditasi dan berkontemplasi untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai wujud “perjalanan spiritual”. Orang yang menjalankan dunia spiritual, katanya, berarti belajar menyingkap rahasia alam gaib. Setiap orang bisa menjalankan “perjalanan spiritual”. Ia mengartikan “perjalanan spiritual” sebagai proses perjalanan mencari Tuhan. Baginya, spiritualitas tidak dibatasi agama, kultur, budaya maupun ideologi.

Menurut Kyai Muzakkin bahwa hasil dari “perjalanan spiritual” adalah menyatunya jiwa dan raga dengan sang maha pencipta. Ia mencontohkan kasus Syekh Siti Jenar (syekh Lemah Abang). Karena tingkat tingginya perjalanan spiritual yang dilakukan Syekh Siti Jenar (syekh Lemah Abang), maka apa yang keluar dari mulutnya hanya kata- kata Allah, Allah, Allah saja. Menurutnya, bagi masyarakat yang belum memahami spiritualitas akan mengklaim bahwa Syekh Siti Jenar mengaku sebagai Tuhan. Padahal aslinya tidak ada kesempatan untuk berkata lain selain Allah, Allah, Allah dan Allah. Walaupun demikian, di hadapan Allah orang yang melakukan “perjalanan spiritual” sudah digolongkan orang yang mempunyai nilai makrifat itu.

Karena itu, ungkap Kiai Muzakkin, semakin tinggi tingkat spiritualitas maka akan semakin tidak dipahami kecuali oleh orang yang sama-sama mempunyai ting- katan perjalanan spiritual yang selevel. Ia mencontohkan:

Dulu pada saat Nabi Muhammad melakukan Isra Mi’raj dikatakan majnun oleh kaum Quraisy. Karena orang yang mengatakan, tingkat spiritualnya belum selevel. Begitu juga orang yang memahami tentang Gus Dur, jika ilmu spiritual masih jauh di bawahnya maka Gus Dur pun diang- gap “tidak waras”. Contohnya, pernah difit- nah selingkuh dengan seorang wanita, pa- dahal secara logika Gus Dur tidak ada niat untuk berbuat ke arah sana. “Pengetahuan spiritual” menjadi “ilmu spiritual” itu jika sudah dipraktikkan dalam kehidupan se- hari-hari melalui pendekatan kontak batin dengan Tuhannya. Jika dulu peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad tidak masuk akal, tetapi ketika sekarang ini sudah ada Garu-

da Air, Lion Air dan lain sebagainya, maka da Air, Lion Air dan lain sebagainya, maka

peristiwa Isra Mikraj bisa disambungkan sampai ia lahir di dunia dibekali spiritual menjadi sebuah disiplin ilmu yang masuk

oleh Allah. Itulah yang seharusnya dipahami akal (dunia penerbangan).

oleh semua orang agar bisa mengerti makna yang sebenarnya apa spiritual itu.

Apa arti “pesantren” dan “pesantren spi ritual”. Kiai Muzakkin mengatakan bahwa pesantren sendiri merupakan sarana

Pengaruh Sufi Dunia Islam dan Sufistik

untuk melakukan perjalanan spiritual. Me-

ala Walisongo

nurutnya, pesantren sebagai sarana dan Mengapa pemaknaan spiritualitas

spiritual adalah isi dari pada perjalanan seperti itu? selain pengalaman kehidupan, spiritual itu. Sedangkan Pesantren ada satu model spiritual yang memengaruhi Dzikrussyifa’ adalah faktor sejarah di mana

pemaknaan spiritualitas menurut pimpinan

pesantren ini sebelumnya memang dihuni Pesantren Dzikrussyifa’, yaitu para sufi oleh bangsa-bangsa jin dan itu tidak terjadi

dunia Islam dan sufistik ala Walisongo.

pada pesantren pada umumnya, selain itu Salah satu buku yang ditulis Kiai Muzakkin mempunyai ciri khas yaitu: santrinya orang

yang berjudul Dzikir Menuju Tasawuf: yang sakit jiwa, pencandu narkoba, mantan

Penyejuk Hati, Penenang Jiwa dapat menjadi

preman, anak jalanan, dan juga bangsa petunjuk bagaimana pemahamannya ter- jin. Kiai Muzakkin memaknai “pesantren hadap tasawuf yang merupakan bentuk spiritual” adalah:

spiritualitas Islam.

Ilmu tasawuf, dalam pandangan Kiai

Pesantren spiritual itu: 1) tidak ada di Indonesia bahkan di dunia, 2) adanya

Muzakkin adalah sinonim dari ilmu qulub, hanya di Pesantren Spiritual Dzikrusyifa’

ilmu asror, ilmu ma’arif, ilmu bathin, ilmu Asma’ Berojomusti, dan 3) dunia spiritu-

ahwal wa al-maqomat, ilmu suluk, ilmu thariq al itu wilayah Allah. Setiap orang berke-

dan ilmu mukasyafah. Jalan yang ditempuh sempatan untuk melakukan perjalanan untuk bertasawuf adalah dengan jalan

spiritual. Bahkan di luar Islam, Hindu dan dzauq (perasaan). Jalan ini berbeda dengan Budha melakukan perjalanan spiritual.

Jika muncul candi Prambanan di Magelang orang-orang salaf, mutakallimin dan filosof.

dalam satu malam, itu bukan hal yang aneh. Dengan mengutip imam Suhrawardi, Kiai Karena kejadian itu dilakukan melalui pros-

Muzakkin menguraikan bahwa keadaan atau es perjalanan spiritual orang Buddha dan

tingkah laku orang-orang mutashowwifin Hindu. Perjalanan spiritual itu dilakukan

(kaum sufi) ada dua sebagaimana yang seseorang akan kehendak Allah. Walaupun

terkandung dalam al-Qur’an surah As-Syuro orang tersebut tidak beragama Islam.

ayat 13: Allah menarik pada agama itu orang Jadi, menurut Kiai Muzakkin, pesantren

yang dikehendakinya dan memberi petunjuk spiritual itu mengadopsi dari rahasia ilahiah.

pada (agama) Nya orang yang kembali kepada- Ia menyatakan bahwa bagi mereka yang Nya. Lebih lanjut, ia mengungkapkan:

belum tahu dunia spiritual itu dianggap hal Keadaan atau tingkah laku yang perta- yang aneh karena mereka tidak tahu apa

ma adalah jalannya kaum mahbubun-mur- makna spiritual itu sendiri. Padahal pada

odun yaitu orang-orang yang dicintai dan diri seseorang mulai dari kandungan ibu

dikehendaki Tuhan. Mereka ini adalah

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN

orang-orang yang mendapat derajat, ke- Syariat adalah salah satu unsur yang nikmatan dan kemuliaan dengan anuger-

harus dilaksanakan, bahkan merupakan hal ah Allah tanpa dicari sebelumnya. Mereka

yang pokok bagi yang lain. Antara syariat mendapat kasyaf sebelum ijtihad (berusaha

dengan hakikat adalah dua hal yang tidak dan tekun beribadah). Setelah Allah meng-

bisa dipisahkan bagi orang bertasawuf, satu hilangkan hijab dari hati mereka, mereka

sama lain saling berpautan oleh karena itu- berijtihad dan beramal serta merasakan

lah kaum mutashowwifun berkata: “sesung- lezat atas amal perbuatannya dengan

guhnya hakikat tanpa syariat adalah batal adanya nur yaqin yang telah dianugerahkan

dan syariat tanpa hakikat adalah tak berar- Allah di dalam hatinya. Adapun yang kedua

ti. 27

adalah jalannya orang-orang yang disebut muhibbun-muridun, yaitu orang-orang yang

Bagaimana hubungan antara ketiga cinta kepada Allah dan menyiapkan dirinya

jalan yang harus ditempuh oleh kaum menuju jalan Allah. Pertama-tama mereka

mutashowwifun. Kiai Muzakkin menyatakan giat dengan ibadah, riyadhoh dan mujaha -

bahwa dalam ilmu tasawuf dikatakan dah, barulah mereka mendapat hidayah bahwa syariat itu merupakan peraturan, yakni kasyaf (tersingkapnya hijab pada hati mereka). 26 tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat

itu merupakan keadaan, dan ma’rifat itu Kiai Muzakkin sependapat dengan merupakan tujuan yang terakhir. Ia juga

Imam Junaid Al-Baghdadi bahwa kaum sufi mengumpamakan hubungan tersebut mencapai makrifah tidak dari kitab atau guru

dengan mengutip Imam Nawawi Al-Bantani tapi dengan menjalankan dan melaksanakan

yang mengatakan hubungan syariat, thariqat,

tasawuf dengan segala latihannya. Dengan dan haqiqat adalah: syariat ibarat kapal, mengutip Syeikh Zainuddin bin Ali Al-

tarekat ibarat laut, dan hakikat ibarat Malibary, ia menyatakan bahwa ada tiga jalan

permata. 28

yang harus ditempuh dalam bertasawuf, Tentang pelaksanaan cara untuk yaitu: Syariat, Tarekat, dan Hakikat. Syariat

mencapai tujuan, kaum mutashowwifun

adalah aturan atau undang-undang dari antara yang satu dengan yang lain adalah Allah bagi hambanya baik berupa peraturan

berbeda-beda. Salah satu pelaksanaan untuk

atau hukum. Tarekat adalah suatu cara mencapai tujuan melalui tiga tingkatan, atau pendakian yang ditempuh oleh kaum

yaitu: tingkatan takholli, yaitu tahkolli nafsi

mutashowwifun untuk mencapai tujuan. minal ahlaqil madzmumah (melepaskan diri Hakikat adalah keadaan salik sampai pada dari akhlak yang tercela). Dari tingkatan tujuan yaitu ma’rifatullah dan musyahadati

takholli ke tingkatan tahalli, yaitu nafsi bil nuri at-tajalli (melihat nur yang nyata).

ahlaqil mahmudah (mengisi jiwa dengan Syariat bagi kaum mutashowwifin tidak

akhlak yang terpuji). Dari tingkatan inilah bisa ditinggalkan. Terkait dengan syariat ini,

menuju tingkatan tadjalli (kenyataan tuhan). Kiai Muzakkin berkata:

Pelaksanaan cara untuk mencapai tujuan yang diuraikan Kiai Muzakkin

Lihat Kiai Muhammad Muzakkin. 2005. 27 Ibid., h. 24-25 Dzikir Menuju Tasawuf: Penyejuk Hati, Penenang Jiwa.

28 Nawawi Al-Bantani. 1359 H. Syarh Maraqi al- Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Lamongan, h. 20-21

‘Ubudiyah. Bandung: Ma’arif, h. 5

Volume 13, Nomor 1, April 2015

hampir mirip dengan Imam Ghazali yang Adapun tujuan bertasawuf yang lain menggunakan istilah muhlikat dan munjiyat.

adalah insan kamil. Menurut Kiai Muzakkin Muhlikat adalah perbuatan-perbuatan yang

dengan mengutip konsep-konsep dari Imam

membinasakan yang harus disingkirkan, Ghazali, Abi Turob An-Nachosyabi, Yahya dan munjiyat adalah perbuatan-perbuatan bin Muad, Muhammad Iqbal, mengartikan yang menyelematkan yang membawa insan kamil sebagai manusia yang berjiwa manusia kepada kebahagiaan yang harus sempurna pada sisi Allah, ia sudah dijalankan. Imam Ghazali memberikan suatu

dianggap cukup untuk memberi petunjuk latihan bertingkat yang disebut muroqobah

dan menyempurnakan hamba Allah. Ia dan muhasabah yang terdiri dari musyarotoh,

pergi kepada Allah, ruju’ ilallah, ilmuhu min

muroqobah, mujahadah, dan mu’atabah yang ‘indillah. Saya melihat Kiai Muzakkin tidak akhirnya tercapailah mukasyafah (tersing-

sependapat dengan konsep insan kamil kapnya hijab antara kholiq dan makhluk).

Ibn Arabi yang menyatakan peleburan diri Apa yang dituju dari jalan yang telah dzat Tuhan dengan pribadi insan. Meskipun

ditem puh? Artinya apa tujuan bertasawuf demikian, sebagaimana telah disebutkan, itu? Untuk masalah ini, Kiai Muzakkin Kiai Muzakkin terlihat membela Syekh menjelaskan:

Siti Jenar (syekh Lemah Abang) dengan mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar

melakukan perjalanan spiritual tingkat showwifin adalah ma’rifat billah dan insan

Adapun tujuan orang-orang muta-

tinggi. Karena itu, ungkap Kiai Muzakkin, kamil. Ma’rifat billah adalah melihat Tu-

semakin tinggi tingkat spiritualitas maka han dengan hati mereka secara jelas dan

akan semakin tidak dipahami kecuali dan nyata dengan segala kenikmatan dan

kebesaranNya, tetapi tidak dengan kaifi- oleh orang yang sama-sama mempunyai

yat. Artinya, Tuhan digambarkan seperti tingkatan perjalanan spiritual yang selevel. benda atau manusia ataupun yang lain de-

Selain para sufi, ajaran walisongo dan ngan ketentuan bentuk dan rupa sebagai

tokoh-tokoh Islam di Jawa menginspirasi jawaban kaifa (bagaimana zat Tuhan?). pemaknaan spiritualitas menurut Kiai

...Istilah lain sebagai kata ganti makrifat adalah ru’yah musyahadah dan liqo’ ru’yah.

Muzakkin. Ia mendefinisikan wali sebagai Keduanya diperoleh setelah kasyaf. Ma’ri -

berikut:

fat billah adalah tujuan utama bagi kaum mutashowwifin dan merupakan keleza-

Wali adalah ringkasan dari waliyullah, tan yang paling tinggi....Ma’rifat billah bisa

artinya orang yang dianggap dekat dengan diusahakan (kasab) dengan beberapa ting-

Tuhan. Orang keramat yang mempunyai katan, dan Ma’rifat billah bisa dicapai de-

bermacam-macam keanehan. Wali-wali ngan adanya nur yang dianugerahkan Allah

itu dianggap orang yang mula-mula meny- kepada hati yang bersih sesudah hamba itu

iarkan agama Islam di Jawa dan biasa di- terlepas dari belengu nafsu dan kotoran

namakan Wali Sembilan atau Walisongo. ma’ashi, jadi sekali-kali tidak dicapai de-

Meskipun jumlahnya banyak dan orangnya ngan pancaindra. 29 juga bermacam-macam. Kebanyakan Wa-

li-Wali itu datangnya dari negeri asing, dari 29 Kiai Muhammad Muzakkin. 2005. Dzikir Menuju

Tasawuf: Penyejuk Hati, Penenang Jiwa. Lamongan: h.

29-30

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan

SPIrItUAlItAS DAN PESANtrEN SPIrItUAl DZIKrUSSyIfA ASMA bErOJOMUStI lAMONGAN