PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PESAWAT MILITER ASING YANG DITERBANGKAN DARI KAPAL INDUK SAAT MELINTAS ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PESAWAT MILITER ASING YANG DITERBANGKAN DARI KAPAL INDUK SAAT MELINTAS ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI)

Ahmad Novam Hajaruman Pusat Penerbal TNI AL Surabaya

Abstract: The Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia is a sea lane on Indonesian waters which can be bypassed by foreign ships and aircrafts continuously, expeditiously and rapidly based on United Nation Convention on the Law Of the Sea, 1982 which Indonesia has ratified through Act Number 17 of 1985. As archipelagic state, Indonesian government has stipulated Act Number 6 of 1996 dated August 8, 1996 on Indonesian Waters. It is executed by Government Regulation Number 37 of 2002 on the Rights and Duties of Foreign Ships and Aircrafts Exercising the Right to Cross the Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia. However, there are still many aircrafts, especially foreign military aircrafts that cross the Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia beyond the existing provisions. Based on the issue, how to regulate the foreign military aircrafts as a unit of aircraft carrier to cross the Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia, and how to punish the foreign military aircrafts passing out of the predetermined route of the Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia. This work is the result of normatively legal research with statute approach and using literature study. Based on the existing provisions above, it can be concluded that the foreign military aircraft flown from the aircraft carrier when they pass the Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia is permitted with condition to comply the existing provisions. If they break rules, they will be warned and can be forcely landed according to existing procedures.

Keywords: Archipelagic Sea Lane Passage of Indonesia, military aircrafts, aircraft carrier

Abstrak: Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) adalah suatu alur laut di wilayah perairan Indonesia yang dapat dilewati oleh kapal dan pesawat udara asing secara terus menerus dan langsung serta secepat mungkin yang telah ditetapkan berdasarkan Hukum Laut Internasional /UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU Nomor 17 Tahun 1985. Sebagai Negara kepulauan Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-undang (UU) Nomor 6 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996 tentang Perairan Indonesia yang dilengkapi oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing yang melaksanakan Hak Lintas di ALKI. Namun demikian masih banyak ditemukan pesawat udara khususnya pesawat militer asing yang melaksanakan lintas ALKI di luar ketentuan yang ada. Berdasarkan permasalahan tersebut bagaimana pengaturan terhadap lintas pesawat militer asing sebagai satuan dari kapal induk di atas ALKI dan tindakan yang dapat dilakukan terhadap pesawat militer asing yang melintas keluar dari rute ALKI yang telah ditentukan. Artikel ini merupakan hasil penelitian hukum yuridis normatif dengan pendekatan perundang- undangan (statute approach) dan menggunakan studi kepustakaan. Dari ketentuan yang ada di atas maka dapat dinyatakan bahwa pesawat militer asing yang diterbangkan dari kapal induk saat melintas ALKI adalah diijinkan dengan mematuhi ketentuan yang ada dan akan diberikan peringatan apabila meyalahi aturan serta dapat diturunkan dengan paksa sesuai prosedur yang ada.

Kata kunci: Alur Laut Kepulauan Indonesia, pesawat militer, kapal induk.

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

Pendahuluan

dipergunakan sebagai alur pelayaran Secara geografis wilayah Indonesia

internasional.

berada pada posisi yang cukup strategis Sebagai suatu Negara Kepulauan di jalur lalu-lintas dunia, sehingga memi-

(Archipelagic State) yang merupakan satu liki dampak positif dalam perkembangan-

kesatuan utuh dengan perairan laut yang nya. Selain itu sebagai negara kepulauan,

mengelilinginya, berdasarkan ketetapan Indonesia terletak di antara Samudera

hukum laut internasional, Indonesia ber- Hindia dan Samudera Pasifik serta Benua

kewajiban menyediakan alur lintas di laut Asia dan Benua Australia mempengaruhi

dan udara di atasnya yang dikenal dengan tatanan kehidupan dunia yang memiliki

nama Alur Laut Kepulauan Indonesia kepentingan di wilayah ini. Sebagaimana

(selanjutnya disebut ALKI). Dengan diketahui bersama bahwa Negara

meratifikasi Konvensi Hukum Laut Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Tahun 1982, Pemerintah Indonesia telah berciri nusantara, terbentang dari Sabang

menetapkan ALKI melalui Undang- sampai Merauke 6º.04’ LU 11º.00 LS

undang (UU) Nomor 6 Tahun 1996 dan 94º.57 ’ BT sampai 141º.01’BT,

tanggal 8 Agustus 1996 tentang Perairan terdiri dari lebih dari 17.000 pulau. 1 Indonesia yang dilengkapi oleh Peraturan

Dengan batasan tersebut, Indonesia me- Pemerintah (PP) Nomor 37 tahun 2002 miliki wilayah yang sangat luas yakni se-

tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan kitar 5.193.253 Km². Luas wilayah yang

Pesawat Udara Asing yang Melaksanakan dimiliki menggambarkan tersebut meng-

Hak Lintas di ALKI. Ditinjau dari aspek andung potensi dan peluang besar dalam

ekonomi, ALKI memberikan keuntungan upaya memanfaatkan segala kekayaan

dan devisa bagi Indonesia serta secara yang dimiliki.

geografis menambah luasnya wilayah Perjuangan Indonesia guna mem-

Negara Kesatuan Republik Indonesia peroleh pengakuan masyarakat lnter-

(selanjutnya disebut NKRI). Namun di- nasional atas konsep negara kepulauan

tinjau dari aspek pertahanan dan keaman- telah berhasil dicapai dengan diterima

an, ALKI dapat menjadi potensi ke- dan dicantumkannya prinsip Negara

rawanan yang harus diwaspadai dan Kepulauan pada Bab IV Konvensi PBB

dicermati, karena selain seolah-olah Tahun 1982 tentang Hukum Laut

wilayah NKRI “dipotong-potong” secara (UNCLOS 1982). Namun demikian,

imajiner, ALKI juga merupakan jalan dalam prakteknya Indonesia harus mem-

pendekat paling aman bagi kekuatan pertimbangkan dan mengakui hak-hak

asing yang bermaksud dan mengancam negara lain dalam kepentingan perhu-

keutuhan dan kesatuan NKRI. Untuk bungan laut, terutama kapal-kapal militer

meminimalkan kerawanan yang timbul atau armada laut untuk melintas di

dan yang diperkirakan akan timbul, perairan kepulauan Indonesia yang biasa

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) sebagai unsur penegak kedaulatan dan hukum di udara telah

1 Koesnadi Kardi, Masyarakat Internasional

secara rutin melaksanakan kegiatan peng-

Wajib Menghormati Wilayah Kedaulatan Laut

amanan, pengamatan dan pengintaian

dan Udara RI, dalam Prosiding Seminar Sehari

dari udara di wilayah ALKI baik secara

Penerbangan TNI Angkatan Laut, Juanda Juni- 2004, hal. 17.

mandiri maupun bersama-sama dengan

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) sebagai penegak kedau- latan di laut. Namun apabila dicermati, kegiatan ini belum dilaksanakan secara optimal dengan masih ditemukannya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh kapal-kapal atau pesawat udara yang melalui jalur ALKI tersebut. Kendala

utama yang dihadapi di lapangan saat ini Gambar 1. Peta Alur Kepulauan Indonesia adalah rendahnya kesiapan dan keter-

sediaan alat utama sistem senjata sedang dibahas mengenai kajian ALKI lintas laut

berdasarkan PP No 37 Tahun 2002 (Saat ini

Jawa dan yang berbatasan Timor Leste) (alutsista) dan fasilitas-fasilitas pendu-

kungnya, ketidak jelasan sistem dan Dengan ditetapkan alur laut ke-

metode yang digunakan sehingga TNI pulauan Indonesia tersebut maka setiap

AU maupun TNI AL tidak mempunyai kapal asing atau pesawat udara asing

payung hukum yang kuat bila ada yang akan melintasi Indonesia harus

pelanggaraan udara maupun laut di melawati rute tersebut. Hal ini untuk

wilayah ALKI. menjamin keamanan dan pertahanan

Dengan wilayah yang dimiliki wilayah Indonesia sesuai yurisdiksi

Indonesia, maka telah ditetapkan alur laut nasional baik wilayah lautan maupun

kepulauan Indonesia untuk mengubung- daratan. Kedua wilayah tersebut memiliki

kan dua perairan bebas, yaitu Samudera

2 wilayah udara nasional merupakan ruang Hindia dan Samudera Pasifik meliputi : udara yang berada di atas darat dan laut

a. ALKI I: Selat Sunda – Selat Karimata yang ditetapkan secara hukum nasional – Laut Natuna – Laut Cina Selatan. dan diakui secara hukum internasional

b. ALKI II: Selat Lombok – Selat sebagai tatanan normatif yang dapat Makassar – Laut Sulawesi. digunakan untuk kepentingan perhubung-

c. ALKI III-A : Laut sawu – Selat Ombai – Laut Banda (Barat Pulau Buru) – an, transportasi, komunikasi dan perta-

hanan serta kepentingan manusia lainya. Laut Seram (Timur Pulau Mongole) – Hak dan kewenangan negara terhadap Laut Maluku – Samudera Pasifik. wilayah ruang udara meliputi pemanfa-

d. ALKI III-B : Laut Timor – Selat Leti – atan untuk segala kepentingannya dan Laut Banda (Barat Pulau Buru) – Laut menjaga diri dari segala kemungkinan Seram (Timur Pulau Mongole) – Laut gangguan dan ancaman yang timbul Maluku – Samudera Pasifik. berkaitan dengan penegakkan hukum

e. ALKI III-C : Laut Arafuru – Laut serta kedaulatan suatu wilayah negara.

Banda (Barat Pulau Buru) – Laut Sesuai ketentuan dalam Konvensi Seram (Timur Pulau Mongole) – Laut Chicago 1944 (rezim hukum udara) Pasal Maluku – Samudera Pasifik.

1, ruang udara mengandung pengertian “Suatu kesatuan wilayah yang utuh dan

menyeluruh bagi suatu negara .” Bagi

2 Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional: Indonesia, hal ini tidak menutup kemung-

Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi kedua, Alumni, Bandung, hal. 398.

kinan adalah pengecualian sebagai konse-

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

kuensi logis dari perkembangan hukum khusus dalam Convention On Inter- baik internasional maupun nasional.

national Civil Aviation 1944 dan bebe- Sebagai contoh negara Indonesia telah

rapa Annex (ketentuan tambahan dari melaksanakan kesepakatan dengan peme-

konvensi ini). Sedangkan rezim rute rintah Singapura mengenai kewenangan

penerbangan nasional diatur dalam pengaturan lalu lintas ruang udara

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 melalui Flight Information Region (FIR)

tentang Penerbangan dan perudang- di wilayah perbatasan Indonesia –

undangan lain mengenai keselamatan pe- Singapura tanggal 21 September 1995.

nerbangan.

Kesepakatan ini sangat rentan dengan Sebagai salah satu kasus pesawat munculnya permasalahan yang berkaitan

militer asing di atas wilayah ALKI yang dengan kedaulatan negara terhadap ruang

diterbangkan dari kapal induk adalah udara, khususnya di wilayah perbatasan.

yang terjadi pada 3 Juli 2003, di mana Begitu pula lahirnya rezim hukum laut

lima jet tempur F-18 Hornet milik internasional yakni “United Nation Con-

Angkatan Udara Amerika Serikat mela- vention on the Law Of t he Sea” (UN-

kukan manuver di atas perairan Pulau CLOS 1982) yang kemudian diratifikasi

Bawean, Jawa Timur dan dua pesawat F- oleh Indonesia melalui Undnag-Undang

16 milik TNI AU kemudian dikerahkan Nomor 17 Tahun 1985 tentang berlaku-

dari Lanud Iswahyudi, Madiun, untuk nya UNCLOS 1982 merupakan dasar

mengidentifikasi keberadaan kelima pe- hukum secara internasional maupun na-

sawat Amerika Serikat (AS) itu. sional yang mengakomodasi kepentingan

Keberadaan lima pesawat F-18 Hornet bangsa Indonesia membentuk negara

saat itu dipergoki oleh awak kokpit kepulauan sebagai kesatuan yang utuh

pesawat Boeing 737-200 Bouraq yang NKRI.

tengah melintas di Bawean pada saat Indonesia sebagai negara kepulauan

yang kemudian memiliki kewenangan terhadap peng--

yang

sama,

melaporkannya kepada menara radar di aturan lalu lintas laut maupun udara yang

Surabaya dan Jakarta. berada di bawah kedaulatan negara kita.

Keesokan harinya TNI AU terus Dengan diaturnya rute penerbangan di

mengadakan pemantauan terhadap kon- atas ALKI, maka melalui Peraturan

voi armada laut AS itu dengan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002

mengirimkan pesawat intai B737. Hasil tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan

pengintaian dan pemotretan menunjukkan Pesawat Udara Asing dalam Melak-

bahwa armada laut AS yang terdiri dari sanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan

kapal induk USS Carl Vinson, dua Melalui ALKI yang ditetapkan sebagai

Freegate dan satu Destroyer sedang rute udara, menunjukkan bahwa rezim

berlayar di antara Pulau Madura dan Huk um Laut UNCLOS ’82 ini tidak

Kangean menuju Selat Lombok. Selama hanya mengatur hal-hal yang berkaitan

operasi pengintaian itu pesawat sur- dengan masalah kelautan saja, tetapi juga

veillance B737 terus dibayangi dua F/A hal yang berkaitan dengan udara di

18 Hornet US Navy. Bahan-bahan yang atasnya. Rezim hukum yang mengatur

didapat dari misi itu kemudian dipakai rute penerbangan udara internasional

oleh pemerintah untuk melancarkan sendiri sebenarnya telah diatur secara

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

"keberatan" secara diplomatik terhadap yaran yakni hanya sebatas pelayaran pemerintah AS. 3 kapal tanpa dibarengi dengan menerbang-

Dari fakta-fakta tersebut diketahui, kan pesawat dari kapal tersebut. bahwa pelayaran pada alur laut kepulauan

Dalam kasus di atas penulis Indonesia yang dilakukan oleh kapal-

meneliti dan menemukan prinsip-prisip kapal militer negara asing sering kali

hukum internasional maupun nasional meluncurkan pesawat udaranya sebagai

berkaitan dengan konflik yang sering satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari

terjadi dalam praktek pemanfaatan laut bagian kapal untuk misi pengamanan

dan ruang udara di atasnya antar negara, jalur pelayaran. Namun dalam praktek

khususnya terhadap kapal induk yang peluncuran pesawat dan penerimaan

menerbangkan pesawat udaranya saat pesawat melalui kapal yang melintas di

melintas ALKI. Dengan demikian, alur laut kepulauan tersebut seringkali

kedaulatan negara Indonesia sebagai terjadi praktek pelanggaran yang dapat

negara kepulauan dapat dijaga dan membahayakan dan mengancam keama-

dilindungi dari segala kegiatan yang nan negara berdaulat.

dapat membahayakan wilayah yurisdiksi Kasus Bawean di atas terjadi karena

nasional.

pihak Amerika meratifikasi United Berdasarkan uraian pada latar Nations Convention on the Law Of the

belakang tersebut di atas, maka permasa- Sea (UNCLOS) tidak secara utuh dan

lahan yang dibahas dalam penelitian ini menafsirkannya berbeda. Pemerintah

adalah bagaimana pengaturan terhadap Amerika menyatakan bahwa dengan

lintas pesawat militer asing sebagai menerbangkan pesawatnya (F-18 Hornet)

satuan dari kapal induk di atas ALKI; dan dari kapal induk adalah suatu kondisi

tindakan apa yang dapat dilakukan yang normal. Sesuai ketentuan normal

terhadap pesawat militer asing yang untuk kepentingan pengawasan kapal

melintas ke luar dari rute ALKI yang induknya (class aircraft-carrier). Perbe-

telah ditentukan.

daan persepsi kondisi normal masing- masing negara khususnya seperti negara

Metode Penelitian

Amerika menganut prinsip war ship Penelitian ini merupakan penelitian carrier dengan pelayaran normal yakni

hukum yuridis normatif, yaitu penelitian pelayaran kapal induknya juga sekaligus

yang mengacu terhadap aturan-aturan dibarengi dengan menerbangkan pesawat

Hukum Internasional. Metode pengum- dari kapal untuk menjaga keamanan atau

pulan bahan hukum yang digunakan misi lain (sea survailence) pada jarak

adalah studi kepustakaan. Bahan hukum yang cukup jauh pada rute pelayaran

diperoleh dari sumber hukum primer dan kapal induk. Namun Indonesia yang tidak

sekunder yang berupa: bahan hukum menganut prinsip war ship carrier dan

primer diperoleh dari ketentuan-keten- juga tidak memiliki unsur kapal induk

tuan hukum internasional, yakni berupa menginterpretasikan kondisi normal pela-

konvensi-konvensi internasional yang berhubungan dengan permasalahan yang

3 http://rixco.multiply.com/journal/item/256/

sedang diteliti; bahan-bahan hukum se-

Kronologi Insiden Duel Udara F-16 dan Hornet,

kunder diperoleh dari literatur, bahan-

diunduh pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010 pukul 20.00 WIB.

bahan perkuliahan, buku-buku pustaka

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

lainnya atau karya-karya dari para ahli

a. Prinsip territorial, yaitu prinsip yang hukum internasional yang dapat mem-

lahir dari pendapat bahwa sebuah berikan penjelasan yang berkaitan dengan

negara memiliki kewenangan absolut ketentuan hukum internasional, khusus-

terhadap orang, benda dan kejadian- nya yang terkait dengan penggunaan

kejadian di dalam wilayahnya sehing- wilayah udara dan kedaulatan suatu

ga dapat menjalankan yurisdiksinya negara.

terhadap siapa saja dalam semua jenis Pada penelitian hukum normatif ini,

kasus hukum (kecuali dalam hal bahan hukum yang telah diperoleh

adanya kekebalan yurisdiksi seperti dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan

yang berlakukepada para diplomat cara memberikan penafsiran terhadap

asing).

bahan hukum yang diperoleh dari ber-

b. Prinsip nasional disebut juga “hu- bagai sumber. Selain itu, dalam meng-

bungan fundamental antara individu analisa bahan hukum tersebut dibantu

dengan negara nya”. dengan menggunakan metode berfikir

c. Asas Personalitas Pasif, yaitu prinsip induksi. Induksi merupakan cara berfikir

yang memberikan hak pelaksanaan yang dimulai dari hal-hal yang bersifat

yurisdiksi kepada sebuah negara khusus menuju pada hal-hal yang bersifat

untuk menghukum kejahatan yang umum.

dilakukan di luar wilayahnya, oleh pelaku dari warga negara asing, yang

Pengaturan terhadap Lintas Pesawat

korbannya adalah warga negara dari

Militer Asing sebagai Satuan dari

negara tersebut.

Kapal Induk di atas ALKI

d. Asas Protektif atau biasa juga disebut sebagai yurisdiksi yang timbul berda-

Kedaulatan atas Ruang Udara

sarkan adanya kepentingan keamanan

Nasional

sebuah negara.

e. Asas Universal, ini berbeda dengan udara di atas wilayah teritorialnya

Kedaulatan suatu negara di ruang

prinsip-prinsip sebagaimana dibahas bersifat utuh dan penuh (complete and

di atas, di sini harus ada “hubungan” exclusive sovereignty ). Ketentuan ini

antara kejahatan yang dilakukan merupakan salah satu tiang pokok hukum

dengan negara pelaksana yurisdiksi, internasional yang mengatur ruang

namun prinsip universal tidak mem- udara. 4 Salah satu aspek yang perlu diper-

butuhkan hubungan seperti itu . hatikan dalam pemanfaatan ruang udara

Dalam hubungan dengan yurisdiksi beserta sumber daya didalamnya adalah

negara di ruang udara, sangat erat hu- masalah yurisdiksi. Prinsip-prinsip dalam

bungannya dengan penegakkan hukum di yurisdiksi adalah 5 :

ruang udara tersebut. Dengan adanya yurisdiksi, negara yang bersangkutan mempunyai wewenang dan tanggung

jawab di udara untuk melaksanakan pene- Yasidi Hambali, 1994, Hukum dan Politik

gakan hukum di ruang udara.

Kedirgantaraan , Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 19.

Wilayah udara suatu negara adalah http://imanprihandono.files.wordpress.com/2008/06/

ruang udara yang berada di atas wilayah

yurisdiksi.pdf, didownload pada tanggal 26 Oktober

2010 pada pukul 21.30 WIB.

daratan, wilayah laut pedalaman, laut

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

teritorial dan juga wilayah laut negara besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai kepulauan. Kedaulatan negara di ruang

Konvensi Chicago Tahun 1944, dalam udaranya berdasarkan adagium Romawi

Pasal 1 dinyatakan bahwa setiap negara adalah sampai ketinggian tidak terbatas

mempunyai kedaulatan yang utuh dan (cujus est solum eust ad coelum). Prinsip

penuh (complete and exclusive souvereig- sampai ketinggian tidak terbatas ini sudah

nity) atas ruang udara atas wilayah tidak dapat dipertahankan lagi seiring

kedaulatannya. Pasal tersebut membe- dengan kemajuan teknologi seperti

rikan pandangan bahwa perwujudan peluncuran dan penempatan satelit di

kedaulatan yang penuh dan utuh atas ruang angkasa. 6 ruang udara di atas wilayah teritorial

Berkenaan dengan wewenang dan adalah: (1) setiap negara berhak mengelo- tanggung jawab negara dalam melaksa-

la dan mengendalikan secara penuh dan nakan penegakkan hukum di ruang udara

utuh atas ruang udara nasionalnya; (2) tidak terlepas dari muatan Pasal 33

tidak satupun kegiatan atau usaha di Undang-Undang Dasar Negara Republik

ruang udara nasional tanpa mendapatkan Indonesia Tahun 1945 ayat (3) yang

izin terlebih dahulu atau sebagaimana menyatakan bahwa “bumi, air dan keka-

telah diatur dalam suatu perjanjian udara yaan alam yang terkandung di dalamnya

antara negara dengan negara lain baik dikuasai oleh negara dan dipergunakan

secara bilateral maupun multilateral. untuk sebesar-besarnya kemakmuran rak-

Sifat kedaulatan yang utuh dan yat”. Atas dasar ketentuan tersebut, maka

penuh dari negara di ruang udara na- lahir “hak menguasai oleh negara” atas

sionalnya tersebut berbeda misalnya sumber daya alam yang ada di bumi, air

dengan sifat kedaulatan negara di laut dan kekayaan alam yang terkandung di

wilayahnya. Karena sifatnya yang demi- dalamnya (termasuk udara) dan pengua-

kian, maka di ruang udara nasional tidak saan tersebut memberikan kewajiban ke-

dikenal hak lintas damai (innocent pada negara untuk digunakan untuk

passage ) pihak asing seperti terdapat di sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

laut teritorial suatu negara. Ruang udara Makna dari Pasal 33 ayat (3) Undang-

nasional suatu negara sepenuhnya tertu- Undang

tup bagi pesawat udara asing, baik sipil Indonesia Tahun 1945 tersebut bahwa 7 maupun militer .

ruang udara sebagaimana penjelasan se- Secara yuridis formal wilayah ke- belumnya merupakan sumber daya alam

daulatan atas ruang udara nasional belum yang dikuasai negara . Istilah “dikuasai”

ada peraturan perundang-undangan yang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang

mengatur secara holistik, sampai di- Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

keluarkannya perjanjian atau konvensi 1945 bukan berarti “dimiliki” oleh

Hukum Laut PBB Tahun 1982. Sejak negara, melainkan memberikan arti ke-

ditetapkannya konvensi tersebut sebagai wenangan sebagai organisasi atau lem-

hukum internasional dan telah diratifikasi baga negara untuk mengatur dan meng-

oleh Pemerintah dengan Undang-undang awasi penggunannya untuk sebesar-

2010, Hukum Internasional: Suatu Pengantar , Raja Grafindo Persada, Jakarta., hal.

6 Sefriani,

7 Ibid .

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

Nomor 17 Tahun 1985, 8 ini menyebab- Amerika Serikat di atas ALKI Pulau kan negara Indonesia sebagai negara

Bawean yang sangat membahayakan pe- kepulauan memiliki kewajiban menyedia- 9 nerbangan sipil.

kan Alur Laut Kepulauan Indonesia- Undang-Undang Nomor 6 Tahun ALKI (archipelagic sea lane passage)

1996 tentang Perairan merupakan salah yang merupakan jalur lintas damai bagai

satu hukum nasional sebagai salah satu kapal-kapal asing. Hal tersebut juga

bentuk implementasi dari Konvensi PBB berlaku pada wilayah udara di atas alur

tentang Hukum Laut tahun 1982. Secara laut tersebut. Meskipun demikian,

horizontal wilayah kedaulatan Indonesia pemberlakuan ketentuan tersebut belum

adalah wilayah daratan yang berada di ada kesepakatan antara International

gugusan kepulauan Indonesia. Sedangkan Maritime Organization (IMO) dan Inter-

wilayah perairan, mencakup: (1) laut national Civil Aviation Organization

teritorial, yaitu jalur laut selebar 12 mil (ICAO). Akibatnya, belum ada ketentuan

laut yang diukur dari garis pangkal ke- adanya pesawat udara yang mengikuti

pulauan Indonesia; (2) perairan kepulau- alur laut tersebut.

an, yaitu semua perairan yang terletak Saat ini Indonesia sedang memper-

pada sisi dan garis pangkal lurus juangkan pengakuan internasional atas

kepulauan tanpa memperhatikan keda- ruang udara di atas Alur Laut Kepulauan

laman dan jarak dari pantai; (3) perairan Indonesia (ALKI) yang selama ini

pedalaman, yaitu perairan yang terletak di dianggap wilayah bebas menjadi bagian

mulut sungai, teluk yang lebarnya tidak dari kedaulatan wilayah Indonesia. ALKI

lebih dari 24 mil dan di pelabuhan. adalah konsekuensi dari diakuinya hak

Undang-undang lain yang terkait dengan negara kepulauan yang berhak menarik

wilayah kedaulatan adalah Undang- garis dasar lurus kepulauan dalam

undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang konvensi Hukum Laut 1982. Negara

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. kepulauan yang banyak diuntungkan oleh

Dalam undang-undang tersebut secara penerapan garis ini harus menyediakan

umum dinyatakan bahwa wilayah perair- alur laut yang aman guna menghubung-

an Indonesia juga mencakup Zona kan dua lautan bebas Samudera Hindia

Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu jalur di dan Pasifik bagi pengguna umum.

luar dan berbatasan dengan laut wilayah Sebenarnya pemerintah telah menetapkan

sebagaimana ditetapkan dalam Undang-

3 ALKI lewat PP Nomor 37 Tahun 2002 Undang Nomor 6 Tahun 1996 yang me- tentang ALKI Indonesia. Namun demi-

liputi dasar laut, tanah dibawahnya dan kian, pemerintah menyadari setiap tahun

air di atasnya dengan batas terluar 200 masih ada saja pelanggaran wilayah

(dua ratus) mil laut diukur dari garis udara Indonesia di atas ALKI oleh 10 pangkal .

pesawat asing. Salah satu kasus terkenal Dari uraian di atas, batas wilayah adalah maneuver pesawat tempur

kedaulatan atas ruang udara nasional

Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 1985 tentang

Sefriani, Op.cit., hal. 228 .

Pengesahan United Nations Convention on the Law of

the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang

Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1983 tentang Hukum Laut). Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

belum di atur dalam peraturan per- mantau frekwensi bahaya. Seperti diketa- undang-undangan yang ada, hanya di-

hui bahwa melewati ALKI berdasar nyatakan bahwa Indonesia mempunyai

ketentuan hukum “archipelagic sea lane wilayah kedaulatan atas ruang udara

passage ” (ASP) adalah lebih longar dari nasional sebagaimana ditetapkan dalam

ketentuan pelayaran berdasarkan “innon- Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang

cent passage” (IP). Adapun perbedaan Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pener-

antara ASP dan IP antara lain bahwa bangan. Kegiatan penerbangan merupa-

dalam ASP melalui ALKI kapal-kapal kan salah satu wujud kegiatan dan atau

asing diperkenankan lewat “in normal usaha terhadap wilayah kedaulatan atas

mode ” dalam arti kapal selam diper- wilayah udara yang diberi wewenang dan

kenankan lewat dibawah air, sedangkan tanggung jawab kepada Pemerintah

di IP kapal selam diwajibkan muncul ke sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6

permukaan laut dan memperlihatkan ben- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009.

deranya. Dalam IP tidak ada hak pe- Disebutkan bahwa dalam rangka penye-

nerbangan bagi kapal-kapal sipil maupun lenggaraan kedaulatan negara atas

kapal-kapal terbang militer, sedangkan wilayah udara Republik Indonesia,

dalam ASP hak terbang lintas di atas Pemerintah melaksanakan wewenang dan

ALKI diperkenankan. Hak IP setiap saat tanggung jawab pengaturan ruang udara

boleh ditangguhkan oleh negara pantai, untuk kepentingan pertahanan dan

sedangkan hak ASP melalui ALKI tidak keamanan negara, penerbangan dan

boleh ditangguhkan. Dalam IP, negara- ekonomi nasional. Dalam penjelasan

negara pantai mempunyai wewenang Pasal 5 disebutkan, bahwa wilayah udara

yang lebih luas untuk mengatur dan yang berupa ruang udara di atas wilayah

mengontrol pelayaran, sedangkan dalam daratan dan perairan Republik Indonesia

ASP melalui ALKI wewenang tersebut merupakan kekayaan nasional sehingga

lebih terbatas sesuai dengan konvensi harus dimanfaatkan bagi sebesar-besar- 11 UNCLOS 1982.

nya kepentingan rakyat, bangsa, dan Dari hasil konvensi hukum laut negara.

internasional 1982 (UNCLOS 1982) telah tercapai bahwa:

Status Hukum Penggunaan Rute

a. Negara Nusantara, termasuk Indo-

Udara di atas Alur Laut Kepulauan

nesia boleh menetapkan alur laut dan

Indonesia oleh Pesawat Militer Asing

alur udara di atasnya yang cocok

yang Diterbangkan dari Kapal Induk

untuk melintasi perairan Indonesia secara terus menerus dan cepat (Pasal

53 ayat 1) dimana “all ships and udara di atas ALKI tidak masalah

Pada dasarnya penggunaan rute

aircrafts ” memperoleh “right of ar- sepanjang mematuhi peraturan yang ada

chipelagic sea lane passage ” (bukan saat melintas ALKI dan juga tunduk pada

right of innocent passage ). Sealanes aturan ICAO dengan harapan dapat

itulah yang dinamakan ALKI (alur menjamin keselamatan penerbangan

sipil, dan supaya menjaga kontak dengan Hasjim Djalal, 1997, Perkembangan Penanganan Masalah Tiga ALKI Melalui Perairan Indonesia otorita pengawas lalu lintas udara (air , tanpa

penerbit, Jakarta, hal. 2.

traffic control) yang berwenang atau me-

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

laut kepulauan Indonesia), dan hak nal tersebut hanya boleh “adopt” sea “archipelagic sea lane passage” atau

lanes tersebut sebagaimana disepakati hak lintas alur nusantara (LAN).

dengan negara-negara kepulauan se-

b. “Archipelagic sea lane passage“ ter-

perti Indonesia.

sebut adalah hak berlayar dan terbang

g. Jika Indonesia tidak menetapkan “sea “in the normal mode”, dengan cara-

lanes ” maka hak “archipelagic sea cara yang normal, khususnya untuk

lane passage ” dapat dilakukan oleh lewat secara terus menerus, cepat dan

kapal-kapal asing melalui rute-rute tidak terganggu (Pasal 53 ayat 3).

yang biasa dipakai dalam pelayaran P engertian “normal mode” meliputi

internasional (Pasal 53 ayat 12). kemungkinan kapal selam untuk

h. Penetapan ALKI sama sekali tidak lewat di bawah air, sebab itu adalah

mengurangi kedaulatan Indonesia atas cara-cara yang biasa bagi kapal selam

perairan di atas ALKI tersebut, khu- untuk menjagaan keamanannya.

susnya dalam memanfaatkan kekaya-

c. ALKI tersebut haruslah mencakup an alamnya atau dalam mengatur semua tempat yang biasa dipakai

lingkungannya (Pasal 49 ayat 4). untuk pelayaran dan penerbangan

Penetapan ALKI telah disebutkan internasional dengan catatan bahwa

oleh Pemerintah Indonesia dalam jika di suatu tempat ada beberapa

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun tempat lewat yang kira-kira sama

2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal kemudahannya, maka cukuplah satu

dan Pesawat Udara Asing dalam melak- saja ditetapkan sebagai alur.

sanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan

d. ALKI tersebut ditetapkan dalam ben- melalui ALKI yang Ditetapkan, berikut tuk suatu garis sumbu, bukan dalam

titik-titik Penghubung Garis Sumbu Alur bentuk koridor melalui perairan

Laut Kepulauan. Pasal 53 ayat (2) Indonesia. Kapal-kapal atau pesawat

UNCLOS 1982 menyebutkan: udara yang terbang di atas sea lanes

“Semua kapal dan pesawat udara menik- tidak boleh berlayar atau terbang

mati hak lintas Alur Laut Kepulauan lebih jauh dari 25 Nm dari kedua

dalam Alur Laut dan rute penerbangan belah sisi sumbu dari ALKI, serta

demikian”.

tidak boleh terbang atau berlayar ALKI yang telah ditetapkan melalui lebih dekat ke pantai kurang dari 10%

PP Nomor 37 Tahun 2002 tersebut, jarak antara titik-titik terdekat pada

terdiri dari tiga alur yaitu ALKI I, ALKI pulau-pulau yang berbatasan dengan

II dan ALKI III. Konsep ALKI ini telah alur laut tersebut. (Pasal 53 ayat 5).

disampaikan Pemerintah RI kepada

e. Bilamana diperlukan, ALKI tersebut International Maritime Organization juga dapat diganti dengan ALKI

(IMO) pada tanggal 18 Mei 1998. Ketiga lainnya (Pasal 53 ayat 7).

ALKI memiliki cabang-cabang yang

f. Dalam menetapkan ALKI tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan hak atau menggantinya, Indonesia harus-

lintas alur laut kepulauan melintasi per- lah menyampaikan ususl-usul menge-

airan Indonesia.

nai hal tersebut kepada organisasi Sesuai dengan UNCLOS 1982 internasional yang berwenang guna

bahwa perairan ZEE berlaku penerbangan dapat diterima. Organisasi internasio-

bebas, sedangkan untuk di perairan

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

nusantara hanya dibebaskan di atas satuan-satuan kapal perang asing, di wilayah ALKI. Namun demikian, kapal-

samping kapal-kapal yang mengguna- kapal atau pesawat udara asing yang

kan tenaga nuklir, yang sedang sedang melaksanakan lintas alur laut

melewati alur laut diharapkan untuk kepulauan (archipelagic sea lanes

memberitahukan kepada Pemerintah passage ) melalui ALKI diharuskan

Indonesia (yaitu Panglima TNI) mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai

terlebih dahulu untuk kepentingan berikut 12 :

keselamatan pelayaran dan untuk

1) Kapal-kapal di ALKI tidak akan mengambil tindakan pemulaan yang mengganggu atau mengancam kedau-

diperlukan jika terjadi sesuatu yang latan, integritas teritorial atau kemer-

tidak menguntungkan. dekaan dan persatuan nasional

6) Kapal-kapal yang membawa bahan Indonesia. Kapal-kapal tersebut tidak

nuklir diharuskan mempunyai per- akan melaksanakan setiap tindakan

alatan perlindungan keamanan dan yang berlawanan dengan pirnsip-

tetap berhubungan dengan TNI AL, prinsip hukum internasional seperti

sesuai dengan konvesi perlindungan yang ditetapkan dalam piagam PBB.

fisik bahan-bahan nuklir.

2) Pesawat terbang di dalam melaksana-

7) Pesawat terbang militer asing yang kan hak lintas alur laut kepulauan

terbang di atas ALKI harus memper- tidak dibolehkan untuk terbang di luar

hatikan keselamatan penerbangan alur laut (di atas atau dengan penge-

sipil dan tetap berhubungan dengan cualian rejim ICAO) dan pesawat

ATC (Air Traffic Control) yang ber- terbang tidak diijinkan terbang terlalu

wenang di samping memantau fre- dekat dengan pulau-pulau atau darat-

kuensi darurat.

an di dalam teritorial Indonesia, ter-

8) Kapal-kapal asing atau pesawat ter- masuk daerah dalam ALKI.

bang yang sedang transit sebaiknya

3) Pesawat terbang sipil asing yang bergerak secara hati-hati di ALKI melalui ALKI harus mengikuti atur-

yang penuh dengan kegiatan ekonomi an-aturan penerbangan sipil inter-

(baik perikanan atau pertambangan). nasionl seperti yang ditetapkan oleh

Untuk itu, kapal atau pesawat terbang ICAO (International Civil Aviation

yang sedang transit memperhatikan Organization ).

aturan-aturan yang menetapkan batas

4) Kapal perang asing dan pesawat daerah pelayaran 1.250 m dari insta- terbang militer asing ketika sedang

lasi minyak dan gas, dan dilarang melewati alur laut, tidak dibolehkan

memasuki batas daerah aman 500 m melaksanakan latihan perang-perang-

sekitar instalasi minyak dan gas dan an.

selalu memperhatikan dan berhati-

5) Kapal perang asing dan pesawat ter- hati terhadap pipa dan kabel laut. bang militer asing, yang merupakan

9) Kapal-kapal ikan asing harus tetap menyimpan peralatan penangkapan

12 Berdasar Surat Keputusan Panglima TNI Nomor : ikan sewaktu transit, dan dilarang

Skep/645/VII Tahun 1999. Skep yang ditandatangani

melaksanakan kegiatan penangkapan

tanggal 2 Juli 1999 ini berisi 19 Persyaratan Melalui ALKI yang harus dipatuhi oleh kapal dan pesawat

ikan ketika transit.

udara yang melaksanakan hak lintas ALKI.

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

10) Kapal-kapal yang melintas transit vitas survei atau penelitian ilmu pe- diperairan alur laut harus berhati-hati

ngetahuan kelautan meliputi perairan dan harus menggunakan peraturan

alur laut Indonesia dan juga wilayah sistem keselamatan navigasi inter-

yang berada di atasnya. nasional, serta dapat menunjukkan

16) Kapal-kapal dan pesawat terbang kemampuan sebagaimana kapal se-

yang melintas transit dilarang mela- tempat atau sebagaimana nelayan dan

kukan pemancaran siaran-siaran yang pelaut setempat.

tidak mendapat ijin atau memancar-

11) Setiap kapal-kapal yang melintas kan gelombang elektromagnetik yang transit dilarang membuang benda-

dimungkinkan akan mengganggu sis- benda sisa beracun atau benda ber-

tem telekomunikasi nasional dan bahaya seperti sampah di perairan

dilarang mengadakan komunikasi Indonesia.

langsung dengan pihak-pihak per-

12) Setiap kapal

orangan atau kelompok-kelompok melakukan pembersihan tangki-tangki

dilarang

untuk

yang tidak memiliki ijin resmi di wi- kapal atau mengotori wilayah perair-

layah Indonesia.

an Indonesia di saat melakukan lintas

17) Kapal-kapal yang melintas transit transit.

harus selalu memenuhi peraturan ke-

13) Pada saat kapal-kapal melintas tidak selamatan navigasi internasional yang diizikan untuk berhenti atau mem-

telah ditentukan.

buang sauh atau bergerak dengan for-

18) Awak kapal yang memiliki muatan masi zig-zag berbolak-balik kecuali

kapal dapat dikenakan denda baik bila menghadapi situasi darurat atau

secara individu maupun secara ke- situasi sulit.

lompok bila menimbulkan kerusakan-

14) Kapal-kapal yang melintas transit kerusakan yang ditimbulkan oleh tidak diizinkan untuk menurunkan

mereka. Mereka harus mempunyai ni- personel, material atau melakukan pe-

lai asuransi yang cukup mampu untuk mindahan/transfer personel dari dan

membayar atas kerusakan yang ke kapal lain atau melayani ber-bagai

ditimbulkannya, termasuk kerusakan kegiatan yang bertentangan dengan

lingkungan laut sebagai akibat dari aturan-aturan keimigrasian, kepa-

kerusakan lingkungan. beanan dan perekonomian atau-pun

19) Untuk tujuan keselamatan navigasi kondisi kesehatan di wilayah Indo-

dan untuk keselamatan di wilayah nesia.

Indonesia, maka setiap kapal tanker

15) Kapal-kapal dan pesawat terbang asing, kapal penjelajah yang meng- yang melintas transit tidak diizinkan

gunakan energi nuklir, kapal penjela- untuk memberikan bantuan dan pela-

jah asing yang membawa muatan yanan pada pekerjaan survei atau pe-

yang mengandung nuklir atau ma- nelitian ilmu pengetahuan kelautan,

terial berbahaya lain, kapal ikan asing termasuk melakukan pengambilan

dan termasuk kapal perang asing yang contoh yang bertujuan untuk melaku-

melintas di perairan Indonesia dari kan penyelidikan bersamaan dengan

perairan ZEE atau dari wilayah laut saat melintas, tidak seharusnya mela-

lepas atau dari perairan ZEE menuju kukan kegiatan yang berbentuk akti-

keperairan laut lepas dan melintasi

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

perairan Indonesia hanya diijinkan lebih dekat ke pantai kurang dari 10% melintas melalui alur laut yang sudah

jarak antara titik-titik terdekat pada ditentukan.

pulau-pulau yang berbatasan dengan alur Dalam ketentuan di atas khususnya

laut tersebut. Sebagai contoh dari gambar mengenai kapal induk yang menerbang-

tersebut adalah sumbu yang terdapat pada kan pesawat militernya saat melintas

ALKI II yaitu antara Pulau Bali dan ALKI harus memenuhi ketentuan yang

Pulau Lombok, di mana jarak antara telah menjadi kesepakatan dalam

sumbu dengan Pulau Bali (yang di- UNCLOS 1982 bahwa kapal-kapal atau

contohkan) adalah ± 10 Nm, maka 10 % pesawat udara yang terbang di atas

dari 10 Nm adalah 1 Nm, begitu juga sealines tidak boleh berlayar atau terbang

dengan sisi sebelahnya yang berdekatan lebih jauh dari 25 Nm dari kedua belah

dengan dengan pulau Lombok maka sisi sumbu dari ALKI (pasal 53 ayat

harus diketahui jarak sumbu ALKI II ke 5).Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat

Pulau Lombok sehingga 10 % dari jarak pada gambar berikut.

tersebut akan ditemukan batas yang di- ijinkan saat melintas ALKI.

Gambar 2.Sumbu ALKI dengan batas 25 Nm Gambar 3.Sumbu ALKI dengan batas 10 % yang yang ditentukan

ditentukan

Apabila akan melaksanakan di luar ke- Gambar di atas adalah gambar yang

menjelaskan mengenai sumbu ALKI de- tentuan ALKI di atas seharusnya ngan ketentuan sesuai UNCLOS 1982

melapor-kan atau meminta izin kepada tidak boleh berlayar atau terbang lebih

negara Indonesia.

jauh dari 25 Nm dari kedua belah sisi Ketentuan lain yang harus dilaksa- sumbu.Artinya bahwa apabila suatu kapal

nakan ketika Kapal Induk menerbangkan atau pesawat terbang keluar dari sisi yang

pesawat militernya di atas ALKI adalah

25 Nm maka dapat dikatakan bahwa harus tetap berkomunikasi dengan air terdekat. Hal ini untuk

kapal atau pesawat terbang tersebut telah

traffic control

melanggar aturan. menghindari agar tidak timbul polemik Untuk kapal atau pesawat terbang

bahwa penerbangan yang dilaksanakan saat melewati ALKI yang posisinya ber-

tanpa berkomunikasi dengan ATC dapat dekatan dengan pulau-pulau Indonesia

menimbulkan “Hazard” atau sesuatu yang maka ketentuan yang digunakan adalah

dapat menimbulkan kerawanan seperti bahwa kapal atau pesawat terbang ter-

bahaya tubrukan di udara, karena pener- sebut tidak boleh terbang atau berlayar

bangan yang dilaksanakan berada di jalur penerbangan domestik maupun inter-

Ahmad Novam Hajaruman, Penegakan Hukum terhadap Pesawat Militer Asing yang Diterbangkan.........

nasional. Larangan penerbangan pesawat F-18 Hornet tersebut memang terbang di yang dapat membahayakan pesawat lain

atas darat Pulau Bawean. Hal itu jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1

salah dan karena itu Indonesia perlu Tahun 2009, yaitu larangan menerbang-

memperingatkannya, kecuali kalau pener- kan pesawat udara yang dapat mem-

bangan ini telah mendapat izin dari bahayakan keselamatan pesawat udara

Indonesia. Perlu dicatat bahwa aturan penumpang/barang, dan penduduk atau

penerbangan pesawat militer tidak sama gangguan keamanan dan ketertiban

dengan ketentuan penerbangan pesawat umum atau merugikan harta benda milik

sipil (yang diatur secara tersendiri orang lain. Larangan yang dimaksud

oleh International Civil Aviation Organi- dalam klausul ini misalnya terbang di luar

zation ). Untuk mengetahui bahwa di atas jalur (track) yang sudah ditentukan atau

ALKI terdapat rute penerbangan terbang tanpa memberitahukan ATC (Air

domestik maupun rute internasional dapat Traffic Control ).

kita lihat pada gambar enroute chart yang Peristiwa yang terjadi di perairan

dilengkapi dengan rute ALKI. Bawean antara pesawat tempur Angkatan

Dari gambar tersebut jelaslah Laut Amerika Serikat (F-18) dan pesawat

bahwa di atas alur laut kepulauan tempur Indonesia (F-16) merupakan suatu

Indonesia terdapat rute-rute penerbangan bentuk arogansi negara adidaya terhadap

antara bandara satu ke bandara lainnya. kedaulatan wilayah Indonesia. Selain

Apabila suatu penerbangan tidak men- maneuver berbahaya yang dilaksanakan,

jalin komunikasi dengan air traffic con- kita juga tidak mengetahui misi yang

trol terdekat maka dapat menimbulkan dilaksanakan, bisa saja pesawat tersebut

bahaya tubrukan. Terlebih lagi, pesawat melaksanakan misi mata-mata. Sebagian

tempur memiliki kecepatan tinggi dengan orang menduga manuver itu sebagai "pro-

manuver-manuver yang dilaksanakan vokasi" Amerika terhadap Indonesia.

akan sangat mengganggu kenyamanan Lalu, tak sedikit yang mengeluhkan

pesawat terbang sipil yang kebetulan me- bahwa kejadian itu membahayakan kese-

lintas di wilayah yang sama.Adapun lamatan penerbangan dari segi hukum

gambar enroute chart yang disertai rute laut.

ALKI dapat dilihat pada gambar Ada beberapa hal yang perlu 13 berikut.

dipastikan sebelum bersikap. Pertama, letak yang persis dari insiden tersebut. Dalam berita koran disebut pesawat Amerika itu berada "di atas" Pulau Bawean. Tapi ada yang mengatakan "dekat" Bawean (tanpa jelas seberapa dekatnya), dan ada juga yang menyebut "di Laut Jawa sebelah barat-laut Bawean". Kepastian ini penting karena,

13 Gambar pada enroute chart diambil data enroute menurut hukum laut dan hukum udara,

chart dari program Jepp View untuk rute ALKI adalah

pesawat terbang militer asing tidak boleh

dibuat penulis untuk

terbang di atas wilayah darat suatu negara membandingkan antara rute penerbangan yang ada

dengan ALKI sesuai dengan Peraturan Pemerintah

kecuali dengan izin. Andaikata pesawat

Nomor 37 Tahun 2002.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 45-67

laut kepulauan Indonesia (ALKI) 14 . Pada tanggal 9 Mei 199 telah ditetapkan oleh

Indonesia bersama-sama dengan Inter- national Maritime Organization (IMO) sebanyak tiga ALKI yang terbentang dari utara ke selatan di wilayah kepulauan Indonesia. Meskipun demikian, ironisnya sampai saat ini masih ada beberapa

Gambar 4.Rute Penerbangan diatas ALKI pada Enroute Chart

negara besar yang belum mengakuinya, yaitu: (1) Amerika Serikat, (2) Inggris,

Letak kejadian juga menjadi (3) Australia dan (4) Kanada. Mereka penting karena adanya perbedaan

menginginkan ALKI juga membentang penerapan yang hak archipelagic sea

dari barat ke timur.

lanes passage (ASLP) sesuai dengan

Pasal 53 Ayat 2 Konvensi Hukum Laut. Hak ini berlaku bagi kapal-kapal perang dan kapal-kapal terbang militer untuk berlayar dan terbang melalui dan di atas alur laut kepulauan di perairan Nusantara Indonesia. Setelah diakuinya Wawasan Nusantara oleh Konvensi Hukum Laut PBB 1982, pelayaran melalui perairan kita dapat dilaksanakan dalam bentuk:

(1) innocent passage di seluruh perairan Gambar 5. Peta Enroute Chart yang Indonesia (Pasal 52 Ayat 1 Konvensi

menunjukkan jalur W-31(Lingkaran hijau) Hukum Laut 1982), dan (2) ASLP yang

dan ALKI II (Merah)

agak lebih bebas dari innocent pas-

sage melalui perairan dan rute-rute yang Dalam peta enroute chart di atas biasa dipakai dalam pelayaran inter-

memang tampak jelas bahwa jarak antara nasional (Pasal 53 Ayat 4 Konvensi

ALKI II dan rute penerbangan W-31 Hukum Laut 1982).

(terdekat dengan Bawean) berjarak > 200 Menurut Koesnadi Kardi dalam

Nm, sehingga apabila pihak Amerika makalah yang disampaikan dalam

Serikat tidak mengajukan perijinan untuk seminar sehari Penerbangan TNI AL

melintas di luar wilayah ALKI maka tentang “Masyarakat Internasional Wajib

perlu dipertanyakan mengenai rute pela- Menghormati Wilayah Kedaulatan Laut

yaran yang digunakan. Selain itu, juga dan Udara RI” menyatakan bahwa kasus

bila Kapal tersebut berada di jalur ALKI Pulau Bawean yang terjadi pada tanggal

tetap dikatakan melakukan pelanggaran

3 Juli 2003 adalah kasus manuver 5 karena ketentuan yang ada yaitu dengan (lima) pesawat F-16 Hornet yang terbang

jarak 25 Nm kekanan dan kekiri dari dari kapal induk USS Carl Vinson milik

sumbu ALKI sudah tidak dipatuhi. US Navy.Kelima pesawat tersebut berada

Namun apabila pelayaran di luar jalur di luar jalur penerbangan W-31 (lihat

14 Koesnadi Kardi, Op.cit., hal. 17.

pada peta enroute chart) dan di luar alur