DINA MANGSA TAHAPAN KATILU: ÉMMA POERADIREDJA POLITICAL BIOGRAPHY, 1935-1941

DINA MANGSA TAHAPAN KATILU: BIOGRAFI POLITIK ÉMMA POERADIREDJA, 1935 - 1941 DINA MANGSA TAHAPAN KATILU : ÉMMA POERADIREDJA POLITICAL BIOGRAPHY, 1935-1941

Angga Pusaka Hidayat

Widyonugrahanto Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang km. 21

e-mail: [email protected]; [email protected]

Naskah Diterima: 10 Agustus 2018

Naskah Direvisi: 26 Oktober 2018

Naskah Disetujui: 8 November 2018

Abstrak

Tulisan ini bermaksud menunjukkan pemikiran dan peranan Émma Poeradiredja dalam pergerakan politik perempuan Indonesia. Émma Poeradiredja merupakan perempuan Sunda yang terlibat dalam pergerakan perempuan Indonesia sejak tahun 1920-an. Dia dikenal sebagai salah satu pendiri dan ketua Pasundan Istri, serta merupakan perempuan Sunda pertama yang terpilih sebagai anggota gemeenteraad. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah mencakup tahapan menemukan dan mengumpulkan sumber serta data (heuristic), kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Pendekatan sejarah politik digunakan untuk mengelaborasi pemikiran-pemikiran Émma Poeradiredja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Émma Poeradiredja, dalam kehidupan masyarakat, perempuan dapat menjalankan empat peran, yakni sebagai ibu, sebagai pemimpin dalam urusan rumah tangga, sebagai isteri, dan sebagai warga negara. Dengan demikian, pemberdayaan perempuan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, dalam rumah tangga; kedua, dalam kehidupan sosial ekonomi yang mana perempuan berada dalam posisi berdampingan dengan laki-laki dalam menjalankan kewajiban dalam masyarakat; ketiga, dalam politik, perempuan harus turut serta menerima kerja-kerja politik. Pemberdayaan perempuan ini dilakukan pertama-tama melalui pendidikan dan selanjutnya melalui gerakan politik. Émma menekankan bahwa dalam bidang politik ini peran perempuan sebagai warga negara yang berpartisipasi dalam kehidupan pemerintah dapat dijalankan.

Kata kunci: Émma Poeradiredja, pergerakan perempuan, politik kolonial

Abstract

This article intends to show the thoughts and roles of Émma Poeradiredja in the Indonesian women's political movement. Émma Poeradiredja is a Sundanese woman who has been involved in Indonesian women's movements since the 1920s. She was known as one of the founders and chairman of the Pasundan Women, and was the first Sundanese woman to be elected as a member of the gemeenteraad. In this study historical methods are used. Historical methods include the stages of finding and collecting sources and data (heuristics), source criticism, interpretation and historiography. The approach to political history was used to elaborate on the thoughts of Émma Poeradiredja. The results of this study indicate that according to Émma Poeradiredja, in people's lives, women can carry out four roles: as mothers, as leaders in household affairs, as wives, and as citizens. Thus, women's empowerment is carried out in three stages. First, in the household; second, in socio-economic life where women are in a position side by side with men in carrying out obligations in society; third, in politics, women must participate in accepting political work.

386 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402 Women's empowerment was carried out first through education and then through political

movements. Émma emphasized that in this political field the role of women as citizens who participate in government life can be carried out.

Keywords : Emma Poeradiredja, women's movement, colonial politics.

A. PENDAHULUAN

yang mengganggu peran perempuan dalam

2 Dalam masyarakat kolonial pada rumah tangga . permulaan

Memasuki dasawarsa kedua abad perempuan 1 seringkali

XX, perempuan menjadi semakin sadar terlalu menentukan. Pada masa ini, mengenai pentingnya pendidikan bagi anggapan yang umum bahwa kewajiban mereka. Pada kurun tersebut, beberapa seorang perempuan adalah mengurus perempuan mulai menganggap bahwa rumah tangga dan mengasuh serta pendidikan menjadi penting agar mereka mendidik anak-anaknya saja. Anak-anak kelak mampu menjadi istri dan ibu yang perempuan dididik hanya agar kelak baik. Kaum perempuan mulai menaruh mereka taat pada suami dan menjadi istri perhatian pada pentingnya pendidikan yang

dianggap

tidak

baik. Anak-anak

perempuan modern 3 .

kehadirannya hanya sebatas

untuk

pernikahan. Masyarakat menganggap 2

Terdapat beberapa alasan yang dianggap bahwa pernikahan bagi seorang perempuan sebagai

penghambat bagi pendidikan adalah anugerah terbesar meskipun mereka perempuan, yakni pendidikan bagi perempuan tidak mendapatkan kebahagiaan dalam dianggap tidak perlu karena belum terlihat pernikahannya itu (Santosa, 1940: 143).

kegunaannya, perempuan yang bersekolah Lingkungan pergaulan perempuan dianggap bertentangan dengan adat, perempuan

hanya sebatas rumah tangga. Akibatnya, menjadi akan terlambat menikah dan tidak pendidikan mampu lagi membantu pekerjaan rumah bagi perempuan yang

tangga, wanita dan pria yang satu sekolah tujuannya

yang dianggap sesuatu yang tidak baik, wanita akan berhubungan dengan mengurus rumah sulit memiliki jodoh karena tidak mau ke tangga, masih dianggap sebagai sesuatu dapur, pendidikan sia-sia karena pada akhirnya

di luar

hal-hal

wanita tidak akan bekerja, serta wanita akan menjadi sombong pada suami (Dirapradja, 2001: 46).

1 Pada masyarakat bumiputera pada setidaknya 3 Pada dasawarsa pertama abad keduapuluh, sampai permulaan abad XX, kaum perempuan

kehendak untuk memberikan pendidikan bagi terbagi atas empat golongan. Pertama,

luas belum dapat golongan miskin, yang mana perempuan kelas

perempuan

secara

diwujudkan. Pada 1913, pemerintah Belanda sosial ini tidak mendapat pendidikan, hidup

hanya menyediakan dana sekitar satu setengah mereka sangat keras tetapi relatif cukup bebas.

juta gulden untuk pendidikan sekitar empat Kedua, golongan menengah. Perempuan

puluh juta penduduk Hindia Belanda. Pada golongan ini tidak sekolah dan hanya belajar

1917, disediakan dana enam juta gulden untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Menikah usia

membiayai pendidikan lima puluh juta 12-15 tahun dan mampu menafkahi diri sendiri.

penduduk. Nyatanya, alokasi dana tersebut Ketiga, golongan santri, tidak bersekolah tetapi

belum mampu memenuhi kebutuhan jumlah mendapat pelajaran agama di rumah. Memiliki

murid, karena terbatasnya guru dan gedung kemampuan lebih dibandingkan golongan

sekolah. Pada 1920an, jumlah perempuan yang sebelumnya. Keempat, golongan priyayi,

bersekolah di Jawa dan Madura bertambah. Di beberapa sudah sekolah. Hidup terkekang tanpa

sekolah desa bertambah 18 persen, di sekolah kesibukan (Dirapradja, 2001: 43; Vreede-de

untuk golongan menengah bertambah 14 Stuers, 2008: 63-64).

persen, dan di sekolah lanjutan 14 persen. Jika dibandingkan dengan jumlah murid laki-laki,

Biografi Politik Émma Poeradiredja.....(Angga Pusaka, Widyonugrahanto) 387 Sejak 1920-an, gerakan emansipasi merupakan

satu penggagas perempuan menemukan bentuknya yang perkumpulan perempuan yang cukup baru. Kaum perempuan menghimpunkan penting, yakni Pasundan Istri (Pasi). Dia diri

salah

dalam organisasi-organisasi. memimpin organisasi ini selama lebih dari Perkumpulan ini banyak terlibat pada empat puluh tahun. Émma pun secara kerja-kerja sosial. Pada masa-masa ini, konsisten menyuarakan seruan agar pergerakan

perempuan memusatkan perempuan terlibat aktif dalam politik dan perhatiannya

soal menuntut pemerintah memenuhi hak-hak pendidikan dan pernikahan. Beberapa isu politik kaum perempuan. Nama Émma penting yang mengemuka antaralain adalah menjadi penting untuk dicatat, karena pemberantasan buta huruf, pendidikan dan dialah perempuan bumiputera yang pemberdayaan kaum muda, perawatan ibu pertama-tama terpilih menjadi anggota hamil dan bayi, pembentukan komite untuk Dewan

terutama

pada

Émma merupakan perempuan

Kota.

bekerja, perempuan Sunda perintis yang terpilih perlindungan anak, dan perlawanan sebagai anggota gemeenteraad Bandung. terhadap poligami.

yang

tidak

Keterlibatan Émma dalam politik Pada perkembangannya, pergerakan menjadi dapat dipahami karena dalam perempuan pun menaruh perhatian pada sebuah

tulisannya, dia pernah urusan-urusan politik. Memasuki tahun menyampaikan

pemikiran tentang 1930-an, mulai banyak perempuan yang pentingnya kaum perempuan terlibat dalam menjadi anggota organisasi-organisasi berbagai aspek kehidupan masyarakat. politik atau mendirikan perkumpulan Bagi

Émma: “...tempat istri dina perempuan yang turut bergerak dalam pakoemboehan teh kedah gentos roepi,

bidang politik. Gagasan-gagasan kaoem ibu dina alam ajeuna mah kedah kebangsaan dan kemerdekaan mulai ngiring njangga, ngiring nanggoeng diadaptasi sebagai bagian dari kerja-kerja sagala kaajaan pakoemboehan, kedah mengupayakan emansipasi bagi kaum ngiring ihtiar, ngiring didamel pikeun perempuan.

bangsa” 4 (Poeradiredja, Pada umumnya, gerakan politik 1940b: 136).

kamoeljaan

kaum perempuan

Perempuan perlu terlibat dalam kooperatif, yakni bersedia terlibat dalam upaya memajukan bangsa. Bagi Émma, struktur politik kenegaraan yang dibentuk setidaknya terdapat empat peran yang oleh pemerintah kolonial. Melalui jalan dapat perempuan jalankan, yakni sebagai kooperatif

mengambil jalan

ini, kaum perempuan ibu 5 , sebagai pemimpin dalam urusan menyuarakan tuntutan politik mereka.

Salah satu yang paling mengemuka adalah Tempat perempuan dalam kehidupan harus

tuntutan diberlakukannya hak pilih bagi berubah, kaum ibu pada masa ini harus ikut perempuan.

menyangga, ikut menanggung segala keadaan Dalam

kampanye-kampanye keidupan, ikut berikhtiar, ikut bekerja bagi menuntut hak politik bagi kaum kemuliaan bangsa. perempuan, lebih jauh lagi terkait dengan

peran politik perempuan pada masa akhir 5 Sebagai ibu berarti perempuan memiliki kolonial Hindia Belanda, ada sosok yang kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.

cukup penting untuk dibicarakan. Dia Kualitas seorang anak pertama-tama ditentukan adalah oleh ibunya, sebagai pendidik yang pertama. Émma Poeradiredja. Émma

Jadi secara kodrati, perempuan adalah pendidik. Dengan demikian, kaum perempuan

maka pada sekolah desa jumlah murid harus mampu dan diberi kesempatan untuk perempuan adalah 24 persen dari total murid,

mengakses pendidikan umum agar apa yang 22 persen pada sekolah untuk kelas menengah,

kepada anak-anaknya dan 25 persen pada sekolah lanjutan (Vreede- berkesesuaian dengan jalan pendidikan umum de Stuers, 2008: 96-97).

mereka

didikkan

itu. Hadirnya perempuan dalam pendidikan

388 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402

rumah tangga 6 , sebagai istri 7 , dan sebagai

warga negara

(staatsburgers)

(Poeradiredja, 1938b: b1). Dengan demikian, sebagai bagian dari bangsa, perempuan dapat terlibat dalam empat bidang kemasyarakatan, yakni sosial, pendidikan dan pengajaran, agama, serta politik (Poeradiredja, 1938b: b1).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi menarik untuk menelusuri gagasan apa yang pernah Émma

umum, tidak hanya sebagai siswa tapi kemudian menjadi guru, menjadikan arah pendidikan tidak hanya ditujukan demi kepentingan laki-laki saja (Poeradiredja, 1938c: b1).

6 Sebagai pemimpin dalam urusan rumah tangga, perempuan diberi wewenang untuk

mengatur segara urusan rumah tangga agar teratur dan berjalan baik. Perempuan harus mampu mengadakan pembagian kerja, menjaga kesehatan anggota rumah tangga, mengatur konsumsi keluarga, mengatur perekonomian rumah tangga, serta membagi waktu untuk dirinya sendiri dan untuk mengerjakan urusan rumah tangga. Rumah tangga itu, pada prinsipnya tidaklah berbeda dengan negara kecil.Kemampuan perempuan dalam mengurus negara kecil ini merupakan dasar dalam pengelolaan negara dalam arti sebenarnya. Dalam urusan ini perempuan memiliki perbedaan dari laki-laki. Jika laki-laki hanya memperhatikan hal-hal yang besar saja, perempuan dapat melihat hal-hal yang sifatnya lebih kecil dan detail. Sifat inilah yang sangat berguna apabila perempuan turut serta dalam upaya membangun masyarakat dan bangsa (Poeradiredja, 1938c: b1).

7 Peran sebagai istri tidak juga bisa dipandang kecil.Mereka harus menjaga suaminya agar

bahagia dan damai. Selain itu, mereka harus mampu

memberikan

masukan-masukan

berkaitan dengan pekerjaan suami. Dengan ini peran perempuan dalam masyarakat cukup besar karena mereka turut mempengaruhi keputusan kaum laki-laki. Bersama suaminya, perempuan dalam

rumah tangga

pun

berpengaruh dalam

hal

keagaamaan,

pengajaran, dan pendidikan anggota keluarga (Poeradiredja, 1938d: b1).

kemukakan mengenai peran seperti apa yang dapat perempuan jalankan dalam masyarakat, khususnya dalam politik. Oleh karena itu, tulisan ini bermaksud untuk menelusuri,

menunjukkan, dan menafsirkan pemikiran-pemikiran Émma Poeradiredja tentang perempuan dan politik, dalam hal ini dalam kedudukan perempuan sebagai warga negara dalam negara kolonial. Sebagai warga negara ini kesempatan bagi perempuan untuk beperan dalam masyarakat sebenarnya cukup terbuka, karena pada kenyataannya tidak semua perempuan mempunyai kesempatan untuk berumah tangga, menjadi istri dan ibu. (Poeradiredja, 1938e: b1).

Tulisan ini membatasi bahasannya pada pemikiran-pemikiran Émma yang dia kemukakan atau dipublikasikan pada periode 1935-1941. Pemilihan periode ini karena sejak 1935, setelah Kongres Perempuan Indonesia Kedua, tuntutan- tuntutan politik kaum perempuan menjadi semakin mengemuka, terutama tuntutan mengenai hak pilih perempuan dan keterwakilan perempuan dalam dewan- dewan. Periode inilah yang oleh Emma disebut sebagai “mangsa tahapan katilu”, fase ketiga dari gerakan perempuan yang mana perempuan turut dalam gerakan politik dengan jalan menuntut hak politik bagi perempuan yang berujung pada diberikannya hak pilih pasif bagi perempuan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Pembahasan mengenai peran dan pemikiran Émma Poeradiredja agaknya belum banyak dilakukan. Karya yang di dalamnya

membahas sosok Émma Poeradiredja sebagian besar adalah karya berbentuk

prosofografi

ataupun ensiklopedia. Paling awal, biografi singkat Émma Poeradiredja dimuat dalam Orang Indonesia Jang Terkemoeka di Djawa yang disusun oleh Gunseikanbu dan terbit pada 1943. Ulasan mengenai biografi dan kiprah Émma dimuat juga dalam Ensikopedia Sunda yang disusun oleh Ajip Rosidi dkk. Pembicaraan mengenai Émma terdapat juga dalam pustaka-pustaka yang

Biografi Politik Émma Poeradiredja.....(Angga Pusaka, Widyonugrahanto) 389 membahas tentang pergerakan perempuan peringatan hari jadi Pasundan. Tulisan

di Indonesia. Buku karya Cora Vreede-de Emma, tersebar juga dalam surat kabar Stuers yang terbit pada 2008, berjudul Sipatahoenan . Sebagian besar sumber- Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan sumber

ini diperoleh di dan Pencapaian membicarakan sosok Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Émma dan kiprahnya dalam dunia (PNRI). Sebagian sumber masih dalam pergerakan perempuan meskipun dalam bentuk aslinya, sedangkan sebagian lagi porsi yang tidak terlalu banyak.

tertulis

sudah beralih wahana dalam bentuk digital, baik berupa mikrofilm, mikrofis, ataupun

cd.

B. METODE PENELITIAN

Berdasarkan masalah dalam kurun Dalam menganalisis masalah waktu yang dibahas, penelitian ini pokok, yakni kiprah dan pemikiran politik didasarkan pada kajian literatur. Penelitian Émma Poeradiredja, selain pendekatan ini adalah penelitian sejarah sehingga sejarah, digunakan pendekatan politik. metode yang dipergunakan mulai dari Pendekatan

dapat membantu pencarian sumber sampai dengan penulisan mengungkap dinamika perilaku dan berpatokkan pada metode sejarah. Metode pemikiran politik seorang Émma dalam sejarah terdiri dari empat langkah, proses politik pada masa-masa akhir mencakup heuristik, kritik sumber, Negara Kolonial Hindia Belanda.

ini

interpretasi, serta historiografi. Kedudukan perempuan dalam Tahap pertama dari metode masyarakat merupakan isu utama dari sejarah, sekaligus langkah awal dari gerakan perempuan. Hal ini terhubung juga keseluruhan proses penulisan sejarah, dengan perjuangan hak-hak kewargaan adalah heuristik. Proses ini berarti secara dalam konteks masyarakat dan sistem efektif

kolonial. Untuk memahami mengumpulkan sumber sejarah yang dinamika gerakan perempuan dalam sistem berkaitan

mencari,

menemukan

dan politik

masalah politik kolonial tersebut perlu diketahui penelitian.

dengan

pokok

beberapa konsep, yakni partisipasi politik Penelitian ini menyandarkan diri perempuan, hak warga negara (citizenship pada sumber yang terbatas. Dalam artian rights ), dan kewargaan kolonial (colonial lokasi sumber yang terbatas, membatasi citizenship ). jenis sumber, dan terbatas secara

perempuan dalam periodisasi. Pencarian sumber dilakukan di politik merupakan tuntutan yang sifatnya beberapa perpustakaan di Indonesia, yakni universal. Tuntutan ini pada dasarnya akan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merombak divisi sosial antara laki-laki dan di Jakarta, Perpustakaan Negeri Jawa perempuann

Partisipasi

yang sebelumnya Barat, Perpustakaan Kota Bandung, menempatkan perempuan hanya pada Perpustakaan Pusat Studi Sunda di urusan rumah tangga dan urusan domestik. Bandung,

Perpustakaan Universitas Partisipasi politik perempuan merupakan Padjadjaran, dan Perpustakaan Fakultas terlibatnya perempuan dalam proses Ilmu Budaya Unpad.

pengambilan suara dan dalam menentukan Sumber yang digunakan dalam kebijakan. Perilaku politik perempuan penelitian ini adalah sumber tertulis. agak

dengan laki-laki. Sumber tertulis yang digunakan terutama Keterlibatan perempuan dalam politik adalah dokumentasi tulisan-tulisan Émma tidak hanya membawa transformasi besar Poeradiredja yang dipublikasikan pada pada kehidupan politik dengan membawa kurun 1930-an sampai awal 1940-an. pendekatan baru terhadap altruisme Dokumentasi ini kebanyakan terdapat (kerendahan hati serta lebih mementingkan dalam terbitan resmi Paguyuban Pasundan, kepentingan banyak orang) dan moralitas, seperti risalah kongres ataupun buku-buku tetapi juga tindakan politik perempuan

berbeda

390 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402 dianggap lebih konservatif daripada laki- aspek rasial, kelas, dan gender. Ketiga

laki dalam memilih preferensi partai, opsi- aspek ini berkelindan sebagai masalah opsi kebijakan, dan kandidat pemimpin yang dibicarakan dan dituntut dalam atau anggota dewan perwakilan (Giddens, aktivitas-aktivitas politik. Hampir dalam 1992: 322).

keseluruhan populasi masyarakat kolonial, Partisipasi

kaum negara kolonial membentuk suatu zona perempuan di Hindia Belanda pada empat abu-abu sebagai cara mereka memenuhi dasawarsa pertama abad keduapuluh dapat hak-hak warga negara. Negara kolonial ditempatkan dalam konteks ketika negara sejatinya tidak bisa benar-benar memenuhi kolonial sedang gencar melakukan hak warga negara karena proses konsolidasi kekuasaan dan kewilayahan. menegakkan kuasa negara ini didasari atas Dengan demikian, partisipasi politik prinsip menundukkan yang dilakukan dilakukan dalam sistem dan kehidupan negara kolonial pada warganya. Dalam politik negara kolonial yang sedang segala batasannya yang sempit, negara memperluas pengaruhnya di tanah jajahan.

politik

kolonial menawarkan hak-hak yang juga Secara garis besar, partisipasi terbatas bagi warga negara. Dalam politik perempuan di Hindia Belanda kewargaan kolonial, negara memberikan didasari oleh tuntutan mereka pada hak- hak warga negara yang tetap ditopang atas hak sebagai warga negara, yakni dasar penundukkan dan ketidaksetaraan kesetaraan dalam segala bidang kehidupan, (Locher-Scholten, 2000: 152). termasuk politik. Lebih khusus tuntutan itu

Gerakan politik kaum perempuan berupa kesetaraan dalam kesempatan bumiputera

menyuarakan gagasan memperoleh pendidikan, kejelasan dan kesetaraan yang salah satu wujudnya penguatan kedudukan perempuan dalam adalah hak memilih. Sebagai warga perkawinan dan kehidupan sosial, serta hak negara, perempuan Hindia menuntut hak pilih.

untuk dapat duduk dalam dewan-dewan Hak-hak warga negara terbagi perwakilan. Gerakan kaum perempuan ini menjadi tiga, yakni hak sipil (civil right), berkembang beriringan dengan tumbuhnya hak politik (political right), dan hak sosial nasionalisme Indonesia. (social right). Hak sipil pada dasarnya

adalah hak-hak individu dalam hukum. C. HASIL DAN BAHASAN Sedangkan hak politik, khususnya, adalah 1. Sekilas Kehidupan Emma

hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan

Poeradiredja

dan duduk sebagai pejabat publik. Hak

Poeradiredja, nama sosial berarti hak setiap individu untuk l engkapnya Raden Rachmat‟ulhadiah menikmati kesejahteraan ekonomi dan Poeradiredja, lahir di Cilimus Kuningan, keamanan dalam standar tertentu yang

Émma

13 Agustus 1902. Ayahnya adalah Raden telah ditetapkan (Giddens, 1992: 304-305). 8 Kardana Poeradiredja (1880-1968) dan

Dalam negara kolonial, penduduk terjajah ibunya Nyi Mas Siti Djariah (1885-1973) tidak memperoleh hak kewargaan penuh (Gunseikanbu, 2603/1943: 474; Suharto, dari negara induk rezim kolonial. 2002: 106; Ekadjati, 2014: 97). Keluarga Pemberian sebagian hak-hak politik Poeradiredja bisa dikatakan sebagai penduduk terjajah, pada umumnya baru diberikan pada abad keduapuluh.

Oleh karena berada dalam rezim R. Poeradiredja merupakan seorang guru kolonial, maka sistem kewargaan dan bahasa Sunda di Cilimus (1898-1910),

Jatiwangi, Tasikmalaya, segala hak di dalamnya, dibentuk atas Rangkasbitung (sebagai kepala HIS), dan

kemudian

di

dasar prinsip kewargaan kolonial yang Manonjaya. R. Puradiredja kemudian redaktur ditopang

oleh prinsip-prinsip bahasa Sunda di Balai Pustaka, 1918-1922, dan ketidaksetaraan sosial yang mencakup sejak 1922-1932 menjadi redaktur kepala.

Biografi Politik Émma Poeradiredja.....(Angga Pusaka, Widyonugrahanto) 391 kelurga yang cukup progresif untuk ukuran dia pun menjabat sebagai ketua Natipij,

masa itu. R. Poeradiredja, sang ayah, yakni organisasi kepanduan yang diadakan beberapa kali menyampaikan tulisan yang oleh JIB. Sejak 1926 sampai 1935, Émma gagasan utamanya adalah mengenai merupakan ketua Dameskring Bandung, pentingnya kebangkitan orang Sunda dan yang tujuan utamanya adalah membina Jawa. Keluarga Poeradiredja, termasuk kepemimpinan kaum perempuan. Pada Adil dan Émma, kemudian banyak terlibat 1927, Émma tercatat sebagai anggota Orde dalam kegiatan-kegiatan Pagoejoeban van Dieneren van Indie . Pada 1929, dia Pasoendan. Émma cukup dikenal karena merupakan sekretaris pertunjukan seni giat dalam Pasoendan Bagian Istri yang Hindia yang diadakan oleh organisasi kemudian menjadi Pasoendan Istri, Mardi Bekso Iromo (Pandji Poestaka, sedangkan Adil Poeradiredja merupakan 1938: 1555). ketua dari Jougdorganisatie Pasoendan yang kemudian berganti nama menjadi Jasana Obor Pasoendan, organisasi yang menaungi pemuda Sunda.

Émma termasuk perempuan Sunda yang cukup memperoleh pendidikan Barat. Setamat

HIS (Hollandsch-Inlandsche School ),

1919, Émma meneruskan pendidikannya

Uitgebreid Lager Onderwijs ) di Batavia dan tamat tahun 1921. Lantas Émma bekerja di Djawatan Kereta Api, mula-

mula di Jakarta lalu pindah ke Bandung (Gunseikanbu, 2603/ 1943: 474; Suharto,

Gambar 1: Emma Poeradiredja 2002: 106; Ekadjati, 2014: 97).

Sumber: 25 Tahoen Pagoejoeban Pasoendan Kesempatan

Pada 30 Maret 1930, Émma dan menempuh pendidikan telah membuat kawan-kawan menginisiasi

Émma

dalam

pendirian pandangannya

terhadap kedudukan Pasoendan Bagian Istri (PBI). Pada perempuan menjadi lebih terbuka dan tidak perkumpulan yang menjadi bagian PP lagi terlalu terikat dalam pandangan dalam mengurusi pemberdayaan wanita feodalistis yang menempatkan perempuan ini, Émma dipercaya sebagai ketuanya. hanya sebagai “pengikut” para pria.

Sejak Juni 1931, PBI bertransformasi Émma terlibat dalam banyak menjadi Pasoendan Istri (Pasi) dan Émma organisasi pergerakan. Mulanya Émma kembali terpilih menduduki jabatan ketua terlibat dalam Bond Inlandsche Studeeren (Amin, 2013: 82).

Dalam dunia (1917). Pada 1918, Émma bergabung kepanduan, pada 1930, Émma didaulat organisasi Jong Java. Pada organisasi menjadi leidster (pemimpin) Pandoe inilah, Émma mula-mula bertemu dengan Indonesia. Organisasi ini merupakan gagasan-gagasan mengenai kesetaraan dari anggota dari perkumpulan pandu dunia, para tokoh pergerakan nasional pada awal Wereldbeweging . Émma pun tercatat abad keduapuluh.

sebagai lidbestuur (anggota pengurus) Émma semakin intensif terlibat Meisjes-Gilde Nederlandsch Indische dalam dunia pergerakan sejak pertengahan Padvinders Vereeniging cabang Bandung. 1920-an. Pada 1925, Émma bergabung Dalam bidang sosial, Émma tercatat dengan Jong Islamieten Bond (JIB) yang sebagai pendiri sekaligus ketua Roemah dinilainya lebih progresif. Pada 1926, Piatoe di Kopoweg. Lembaga sosial yang Émma menjadi voorzitster (ketua) JIB didirikan sejak 1935 ini tercatat sebagai cabang Bandung. Pada tahun yang sama panti sosial pertama di Kota Bandung yang

392 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402 didirikan dan dikelola oleh kaum regulasi

pemungutan suara untuk perempuan bumiputera (Pandji Poestaka, pemilihan Dewan Kota pada 1925 1938: 1555).

(Locher-Scholten, 2000: 157). Memasuki tahun 1930, mulai

berkembang kesadaran bahwa emansipasi Perjuangan perempuan di Hindia bagi perempuan, sebenarnya terjadi ketika Belanda

2. Emma dan Kehidupan Politik

membahu untuk politiknya, khususnya hak pilih dapat perjuangan nasional. Sejak inilah banyak dibagi menjadi tiga fase. Pertama, 1908- organisasi

dalam

memperoleh

hak perempuan

bahu

perempuan yang 1925, ketika batas-batas legal antara laki- menghubungkan diri dengan kelompok

menempuh jalan penentuan dan pemilihan anggota dewan

laki dan perempuan ditetapkan dalam nasionalis

yang

kooperasi 9 (Locher-Scholten, 2000: 177). perwakilan yang mana perempuan belum

Émma termasuk sosok yang sadar diberikan hak pilih maupun dipilih. Kedua, betul akan pentingnya peran politik 1925-1937

dengan perempuan, meski sebelum 1938, baik munculnya tuntutan terhadap diberikannya Émma pribadi maupun Pasi secara formal hak pilih perempuan. Ketiga, 1937-1941 masih menyatakan tidak terlibat dalam saat diskusi dan perdebatan mengenai hak kegiatan politik. Pendirian dan aktivitas pilih perempuan semakin intensif dan Pasi

yang

ditandai

1930-an nampaknya akhirnya tuntutan membuahkan hasil menunjukkan juga gejala harmonisnya dengan diberikannya hak pilih pasif pada hubungan organisasi perempuan dengan perempuan (Locher-Scholten, 2000: 153).

pada

kelompok nasionalis kooperatif. Pada mulanya, hak pilih hanya

Seperi Émma ungkapkan bahwa diberikan pada pria Eropa yang membayar

kehadiran Pasi 10 yang bersama-sama pajak (1908), kemudian laki-laki dari

komuitas lain (bumiputera dan Timur

asing) diberikan hak pilih dengan Gerakan kebangsaan Indonesia berubah arah

ketentuan punya kekayaan dan mampu pada tahun 1930an, terutama pada pertengahan membaca (1917), selanjutnya semua laki- kedua

tersebut.Gerakaan laki berusia minimal 21 tahun, membayar nonkooperatif yang berkembang pesat dan

dasawarsa

pajak dengan penghasilan minimal f300 menarik banyak simpati pada tahun 1920an dan bisa baca tulis memperoleh hak pilih mengalami tekanan yang sangat besar dari (1925). Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah

kolonial.Organisasi mereka penentuan kebijakan di Hindia Belanda dibubarkan dan para tokohnya ditangkap,

hanya dilakukan oleh sebagian kecil saja dipenjarakan, dan dibuang. Tekanan ini

pada 1930an dari penduduk. Oleh karena berdasarkan gerakan kebangsaan mengalihkan jalan perjuangannya

mengakibatkan

survey tahun 1930, dari keseluruhan lebih pada gerakan yang sifatnya kooperasi populasi hanya 11% laki-laki yang bisa dengan pemerintah kolonial. baca tulis dan 2% perempuan (Locher-

Scholten, 2000: 152-153).

Istri (Pasi) merupakan Menyadari

10 Pasoendan

ini, perkembangan dari Pasundan Bagian Istri organisasi

ketimpangan

pada (PBI) yang Emma dirikan bersama Salsih pertengahan tahun 1920-an masih fokus Woelan,

perempuan

yang

Ratnawinadi, Kosami terhadap soal sosial seperti pendidikan dan Atmadinata, Haningsing Marahjani, dan Oetari

Neno

pernikahan, mulai membuka diri untuk Satjadidjaja pada 30 Maret 1930 (Poeradiredja, terlibat dalam politik. Hal ini didorong 1937a: c1; Suharto, 2002: 105-106; Amin,

2013: 82). PBI memiliki tujuan, yakni: juga oleh perubahan hukum di Belanda membangkitkan perempuan Sunda dalam

yang mulai mengakomodasi partisipasi segala bentuk kebaikan dalam rangka politik perempuan. Gejala ini menyebar ke memuliakan kesundaan; membantu serta Hindia Belanda dengan direvisinya bekerja bersama PP dalam segala bentuk usaha

yang dapat dikerjakan oleh perempuan dalam

Biografi Politik Émma Poeradiredja.....(Angga Pusaka, Widyonugrahanto) 393 dengan Pasoendan dalam mengusahakan

oentoek memperbaiki keadaan bangsa kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat,

kita itoe” (Poeradiredja, 1938d: b1). menunjukkan

“kesetaraan” antara peran perempuan dan Gagasan mengenai rendahnya laki-laki dalam gerakan kebangsaan, kedudukan bumiputera sebagai bangsa sebagaimana dituntutkan oleh kebudayaan jajahan inilah yang menjadi bibit-bibit bagi Sunda, yakni “Nji Soenda salamina aja keterlibatan

dan semakin pekanya dina

Soenda ” perempuan dalam urusan-urusan politik. (Poeradiredja, 1940b: 139). Perempuan Kaum perempuan dituntut untuk ikut Sunda berada pada posisi berdampingan berupaya memperbaiki kondisi ini. dengan laki-laki Sunda dalam menjalankan Kesadaran tentang kewajiban untuk ikut peran masing-masing. Keduanya memiliki memperbaiki keadaan anak negeri yang kontribusi yang sama besarnya bagi hadir dalam diri perempuan-perempuan kehidupan. Keduanya memiliki kewajiban bumiputera besar sekali manfaatnya bagi yang sama dalam memajukan bangsa.

gedengeung

Ki

nasional Bagi Émma, Pada

pergerakan

perjalanannya, gerakan kedudukan perempuan dalam kehidupan perempuan ini kemudian tumbuh dengan

bangsa adalah sebagai opgebouwd element, pengetahuan modern tak hanya terhadap yakni pembangun dalam setiap bagian hak perkawinan tetapi juga pada hak pilih. masyarakat kebangsaan. (Poeradiredja, Usaha-usaha dalam pendidikan dan 1938e: a1). perbaikan kedudukan perempuan dalam

berkeyakinan bahwa perkawinan ini pada mula sepenuhnya sesungguhnya kaum perempuan memiliki bersifat

Émma

setelah pengaruh besar dalam menentukan kegiatan-kegiatan oraganisasi perempuan kehidupan suatu masyarakat. Dalam ini dihubungkan dengan perlawanan penilaian Émma, perempuan, khususnya terhadap pemerintah kolonial. Dalam satu kaum ibu, adalah pihak yang sangat kesempatan, Émma pernah berpendapat berpengaruh terhadap kehidupan suatu tentang kedudukan kaum bumiputera. Dia bangsa. Dalam sebuah tulisannya, Émma menyatakan bahwa kedudukan kaum pernah menyampaikan: bumiputera dalam masyarakat Indonesia

nonpolitis,

kecuali

“... jen kaoem iboe teh kedah djadi masihlah rendah. Mereka tidak bisa

iboe bangsa anoe sampoerna, reh koe memimpin kehidupan mereka sendiri.

sadajana keoeninga, jen kaoem iboe Secara sosial politik, kedudukannya

pangaroehna di sebagai bangsa terjajah, tidak begitu

teh

ageung

pakoemboehan. Hartosna Iboe memuaskan. Dalam penuturannya, Émma

bangsa anoe sampoerna teh, njaeta menuliskan:

iboe anoe lengkep “tempat kedoedoekan kita masih

kaoem

kaoetamaanana sareng insap, jen rendah dalam masjarakat Indonesia.

kedah mangaroehan pakoemboehan Jang memegang pereconomian di

sareng sarat-sarat bangsa kita adalah orang lain, jang

sipat-sipat

kaistrian anoe oetama tea, soepaja memegang

bangsana djadi noe oetama sareng bangsa lain, pendeknja kita dalam

kepolietikan

adalah

moelja 11 (Poeradiredja, 1940b: 135). segala roepa tergantoeng pada bangsa

lain. Keadaan ini tentoelah boekan 11

keadaan jang patoeng. Keadaan ini ... bahwa kaum ibu harus menjadi ibu bangsa yang sempurna, yang semua orang tahu, bahwa

haroes beroebah! Kita haroes kaum ibu besar pengaruhnya dalam kehidupan. bekerdja dengan sekoeat-koeatnja Ibu bangsa yang sempurna berarti kaum ibu yang memiliki sifat-sifat utama serta menyadari bahwa (kaum ibu) harus memiliki sifat dan

hal pengajaran, kesejahteraan ekonomi, syarat utama itu agar bangsanya pun menjadi keperluan umum, dan kemajuan Sunda. utama dan mulia.

394 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402 kewajiban dalam kehidupan bangsa, Émma

Dalam tulisannya tersebut, Émma merumuskan kedudukan dan peran berpendapat bahwa kemajuan suatu bangsa perempuan dalam masyarakat. Pertama, akan berbanding lurus dengan kemajuan perempuan adalah satu bagian dari satu kaum perempuannya. Kaum perempuan masyarakat atau bangsa, bagaian lainnya yang memiliki kemampuan serta sadar adalah laki-laki. Kedua, sebagai bagian akan kemampuannya tersebut menjadi bangsa maka kewajiban perempuan pilar penting bagi kemajuan bangsa. terhadap bangsa sama besarnya dengan Apabila perempuan telah terdidik sehingga laki-laki. Ketiga, perempuan memiliki memiliki keterampilan dalam mengelola kewajiban memperhatikan segala bagian keluarga, mampu menyalurkan potensi masyarakat agar bisa bekerja untuk sosial ekonomi mereka, maka kehidupan memperbaiki masyarakat itu. Keempat, bangsa akan pula menjadi lebih baik.

keadaan masyarakat tergantung dari Jika perempuan telah memiliki hak keadaan masing-masing bagian masyarakat untuk menunjukkan pengaruhnya dalam itu yang termasuk perempuan di dalamnya. masyarakat, maka mereka pun punya Kelima, masyarakat menjadi gambaran kewajiban terhadap masyarakat dalam hal keadaan

bangsa. Keenam, kehidupan sosialnya, pendidikan dan memperbaiki masyarakat sama dengan pengajarannya, agama, serta politik. Peran memperbaiki keadaan bangsa oleh karena perempuan

suatu

dalam mempengaruhi itu perempuan harus ambil bagian di masyarakat dapat dimulai dalam kehidupan dalamnya. Ketujuh, segenap

kaum rumah tangga yang mana sudah sejak lama perempuan harus mendidik dirinya sendiri perempuan

yang menjadi pusatnya agar mampu menjalankan kewajibannya (Poeradiredja, 1938b: b1).

sebaik mungkin (Poeradiredja, 1938d: a1) Untuk itu, perempuan-perempuan

setelah kongres bumiputera perlu menerapkan beberapa perempuan kedua, kesadaran politik dalam prinsip

Tak

lama

dalam kehidupannya, yaitu gerakan perempuan, mulai semakin pertama, meningkatkan kehormatan yang nampak. Pada 1935, usulan mengenai hak berarti menjadi perempuan yang terpercaya pilih perempuan bumiputera sebagai dalam segala hal. Kedua, kebersihan dan anggota volksraad dikirimkan kepada kesucian hati dalam menjalankan setiap pemerintah. Pasi dan PIPB adalah dua pekerjaan. Ketiga, menjalankan prinsip perkumpulan perempuan yang paling rajin keadilan dalam setiap perkerjaan agar menyuarakan dan berusaha supaya hak jangan hanya keperluan sendiri yang untuk memilih dan dipilih diberikan diutamakan tetapi juga kepentingan seluas-luasnya bagi perempuan Indonesia masyarakat banyak. Keempat, cinta kepada (Santosa, 1940: 152; Amin, 2013: 83). Pasi bangsa harus jadi pendorong dalam bahkan telah menyuarakan tekadnya bergerak. Kelima, menjunjung masyarakat. bahwa mereka akan berjuang untuk Keenam, untuk memperbaiki keadaan memperoleh kursi dalam raad (Santosa, masyarakat, kaum perempuan harus paham 1938: 704). betul

Pada Februari 1938, pemerintah (maatschapellijk verhoudingen). Ketujuh, membuka kesempatan dan memberi hak ketahuilah benar kewajiban-kewajiban bagi perempuan di Hindia Belanda untuk perempuan pada dirinya sendiri dan pada dipilih

Staadsgemeenteraden . khalayak umum. Kedelapan, segenap Merespons kesempatan ini, Émma perempuan harus memiliki cita-cita yang mengemukakan pendapatnya bahwa hak mendorong

bagi

kemajuan memilih dan terpilih inilah yang telah (Poeradiredja, 1938d: a1-2).

ke

arah

membukakan jalan bagi perempuan untuk Untuk mempertegas keyakinan menjalankan kewajibannya sebagai satu bahwa

perempuan

turut

memiliki

Biografi Politik Émma Poeradiredja.....(Angga Pusaka, Widyonugrahanto) 395 bagian dari bangsa dalam bidang dari partai anak negeri di Hindia Belanda

pemerintahan (Poeradiredja, 1938d: a1). bermufakat bahwa pada 1938 harus ada Pada 1938, Émma menyatakan, anggota perempuan yang duduk dalam bahwa dengan adanya kesempatan terlibat raad . Setengah partai lainnya belum dalam pemilihan berbagai raad, Pasi dan berpendapat dengan alasan mereka belum pergerakan perempuan pada umumnya memiliki calon. Keberadaan perempuan telah

ketiga dalam dewan-dewan kota menjadi penting perjuangannya. Pada tahap pertama dan karena merekalah yang akan memilih kedua, pergerakan perempuan memusatkan anggota volksraad. Apabila telah ada wakil perhatiannya pada urusan rumah tangga perempuan dalam raad kota, mereka bisa dan sosial. Pada tahap ketiga ini, memilih perempuan lainnya untuk duduk pergerakan perempuan bersiap untuk turut sebagai anggota volksraad (Santoso, 1938: serta dalam bagian-bagian kenegaraan. 704). Pada KPI ketiga di Bandung, usulan Émma percaya bahwa segenap kaum mengenai hak pilih perempuan semakin perempuan harus bersiap menerima passief mengemuka (Vreede-de Stuers, 2008: kiesrecht bagi badan-badan perwakilan 138). (Poeradiredja, 1938f: b1).

sampai pada

tahap

Emma

dan Pasi terus

mengampanyekan

hak pilih bagi perempuan. Secara legal formal Pasi bukan suatu perkumpulan politik karena memang belum ikut staatkundig politiek. Baru setelah 1938, Pasi menentukan dan menunjukkan

arah politik mereka. Tindakan politik yang dipilih oleh Pasi adalah jalan kooperatif dengan tidak melanggar aturan. Sikap ini dipilih karena sejalan dengan haluan politik PP dan terutama agar kaum perempuan dapat

memperoleh hak politik dengan duduk Gambar 2: Emma (duduk kedua dari kiri) dan

perwakilan. Tujuan Pengurus Pasi

di dewan-dewan

Sumber: De Indonesische Vrouw, 1898-1948.

12 perwakilan adalah supaya kepentingan Passief kiesrecht (hak dipilih) perempuan diperhatikan oleh pemerintah

untuk gemeenteraden diberikan kepada (Poeradiredja, 1939: b1). kaum perempuan bumiputera maupun

menjelaskan bahwa perempuan Eropa, namun actieve kiesrecht menjelang dasawarsa keempat abad (hak memilih) belum diberikan (Santosa, keduapuluh, telah terjadi kemajuan yang

Émma

1938: 703; Santosa, 1940: 152). Setengah cukup berarti terkait hak politik kaum perempuan. Usaha agar perempuan

Passief kiesrecht ini meliputi hak akan dipilih memiliki hak pilih pasif untuk duduk di untuk duduk dalam bermacam-macam raad

Volksraad yang diusahakan sejak 1920-an (gemeenteraad,

memang belum cukup berhasil. Akan regentchapsraad, provincialeraad, volksraad ).

raad

kabupaten/

tetapi pada 1938, perempuan akan Dalam hal ini seorang pemilik passief kiesrecht

memiliki passief kiesrecht untuk duduk di hanya menunggu apakah dia akan dipilih oleh

orang yang memiliki hak memilih (actief gemeenteraad (dewan kota praja). Hak ini

kiesrecht ) atau tidak. Anggota gemeenteraad rencananya akan terus berkembang dengan

dan regentschapsraad dipilih oleh warga laki- diperolehnya hak pilih aktif pada 1942 laki yang telah memenuhi syarat; anggota provincialeraad dan volksraad dipilih oleh anggota raad kota dan raad kabupaten

13 Hak pilih aktif ini pada kenyataannya tak (Santoso, 1938: 703)

pernah terwujud pada masa Pemerintahan

396 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402 (Poeradiredja, 1939: b1). Dalam kongres dianggap masih mengurusi urusan dapur

Pasi VII pada 1938, sempat muncul (Poeradiredja, 1939: b1). wacana agar hak perempuan dipilih tidak

Émma menegaskan gagasannya itu hanya terbatas pada gemeenteraad saja, dengan pernyataan: tetapi meliputi seluruh locale raden, yakni

“...bangsa itoe terdjadi dari doea Regenschapsraad dan Provincieraad. Bagi

bagian jaitoe perempoean dan laki- Emma, konsekuensi dari keinginan ini

laki... djika perempoean itu satoe adalah harus dipersiapkannya anggota-

bagian daripada soeatoe bangsa, anggota yang kelak akan cakap dalam

tentoelah mereka memiliki tempat menerima hak pilih tersebut. Dina

kedoedoekan di dalam segala hal jang waktosna oerang dipaparin eta hak, kedah

berhoeboeng dengan bangsa itoe. parantos sajagi balatantara anoe tiasa

...boekanlah soeatoe bangsa baharoe sareng sawawa nampi eta hak , pada

mendjadi dewasa, djika masing- waktunya kita diserahi hak tersebut, sudah

masing bagiannja mendjadi satoe harus menyiapkan sumber daya manusia

bagian jang koeat dan patoet?” … yang mampu serta cakap menerima hak

perempoean dan tersebut (Poeradiredja, 1938: b1).

pengaroeh

pengaroeh laki-laki haroes kelihatan Émma berpendapat bahwa kaum

bertimbangan, artinya perempoean perempuan hendaknya „melek‟ politik dan

dan laki-laki ada sama harganja memiliki pendirian politik yang jelas.

(gelijkwaardig) (Poeradiredja, 1938b: Dalam berhubungan dengan politik,

b1).

sebaiknya kaum perempuan tidak lagi Kesempatan kaum perempuan merasa risih (Poeradiredja, 1939: b1). untuk terlibat aktif dalam politik semakin Perempuan dan laki-laki harus diberikan terbuka dengan dibukanya kesempatan kesempatan yang sama dalam lapangan berkontestasi

pada pemilihan politik.

Pandangan Émma tentang Gemeenteraad , 1938. Pada pemilihan kedudukan

pernah anggota dewan kota praja baru, Agustus disampaikan ketika dia berbicara dalam 1938, Émma terpilih untuk menjadi satu kesempatan rapat terbuka di Soreang anggota dewan kota praja Bandung. Émma Kabupaten Bandung pada hari Minggu 16 menjadi wanita Sunda pertama yang Juli 1939. Émma mengatakan bahwa urang terpilih menjadi anggota gemeenteraad. Sunda ajeg pangadegna pami istri sareng Pada tahun itu terpilih juga Ny. Soenarja pameget sami majeng, kiatna sareng Mangoenpospito di Semarang, Ny. insyafna (urang Sunda akan kokoh apabila Soedirman di Surabaya, Ny. Sri Oemtiti di perempuan dan lelaki sama-sama maju, 14 Cirebon, dan R.A. Sangkaningrat di

perempuan

ini

kekuatan dan kesadarannya) (Poeradiredja, 1939: b1). Masih dalam kesempatan yang

sama, Émma menekankan bahwa istri yang 14 R.A. Sangkaningrat, yang lahir pada 1907, beraktivitas di luar rumah hendaknya tetap merupakan istri dari bupati Bandung R.A.A. mengingat kodratnya sebagai seorang Wiranatakoesoemah V. Sangkaningrat adalah wanita yang punya kewajiban mengurus anak dari R.Rg.Soeriadihardja, mantan patih rumah tangga. Sikap demikian yang masih Sumedang.

juga adalah cucu mengingatkan

Dia

perempuan akan R.A.A.Martanagara, mantan bupati Bandung. kewajibannya dalam rumah tangga, Setelah tamat HBS, Sangkaningrat sempat

membuat Pasi kerap mendapat celaan dari mengikuti hulpacte IEV tetapi tidak selesai. R.A.Sangkaningrat diangkat sebagai pengganti

organisasi perempuan yang lain, karena karena Ir. Soenario tidak menerima keterpilihannya dan menolak untuk dilantik

menjadi anggota Gemeenteraad Meskipun R.A. Sangkaningrat tidak termasuk dalam

Kolonial Hindia Belanda, karena Belanda telah peserta herstemming, dia berhak menjadi lebih dahulu menyerah kalah kepada Jepang.

anggota pengganti karena dia satu-satunya

Biografi Politik Émma Poeradiredja.....(Angga Pusaka, Widyonugrahanto) 397 Bandung yang diangkat sebagai anggota untuk memilih lebih dari satu calon

pengganti karena ada anggota terpilih yang anggota gemeenteraad. Pada pemilihan mengundurkan diri (Pandji Poestaka, 1938: pertama ini, lima kandidat yang meraih 1555; Santosa, 1940: 153; Vreede-de suara terbanyak akan otomatis terpilih Stuers, 2008: 141; Amin, 2013: 83). Émma menjadi

anggota gemeenteraad . mengemban

tugas sebagai anggota Sedangkan sisa empat kursi lainnya akan gemeenteraad sampai

berakhirnya diperebutkan dalam herstemming oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, pada kandidat yang pada pemilihan pertama 1942.

menempati peringkat enam sampai tiga Terpilihnya

sebagai belas dalam jumlah perolehan suara. anggota

dikatakan sebagai pekerjaan yang mudah.

Tabel 1: Daftar Calon Anggota

Dia harus melewati pemungutan suara

Gemeenteraad Bandung 1938

ulang sampai akhirnya ditetapkan sebagai

Parindra Widegroep anggota dewan perwakilan kota. Pada

Pasoendan

(gabungan) pemungutan suara putaran, Émma harus

bersaing dengan duapuluh dua kandidat

R. Atmadinata

Ir. Rooseno R.A.

Sangkaningrat

lainnya untuk memperebutkan sembilan

Ali R. Imbi

kursi yang tersedia bagi perwakilan R. Moch. Enoch Tirtosoewirjo Djajakoesoem

ah

golongan bumiputera di dewan kota

Bandung. Pasoendan, Parindra, dan Ir. Rooseno

R. King

widegroep 15 (kelompok

gabungan)

Mev. Émma

merupakan partai

Soeselo Abdoelrachim

bumiputera di Bandung. Pasoendan R. mengajukan sembilan kandidat, Parindra

R. Idih

Prawiradipoetra

Wasar Wargakoesoe mah

dengan lima calon, dan kelompok

Said Hassan

Soenario

gabungan terdiri atas sembilan nama.

Wiratmana

Para calon anggota gemeenteraad

M. Soeparman

Sastra

ini memperebutkan suara dari 4.208 warga Soedirdja

Ir. R. Oekar

yang memiliki hak pilih. Keseluruhan pemilih ini adalah laki-laki 16

R. Husjn

merekalah warga yang secara yuridis

Kartasasmita

Djoko Said

memiliki actief kiesrecht, yakni hak untuk

memilih dan dipilih. Pemilihan pertama Sumber: “Verkiezing Gemeenteraad”, dilaksanakan pada 16 Agustus 1938. Pada

Sipatahoenan, Th. XV, No. 163, 23 Juli 1938. pemilihan tersebut, pemilih diberikan hak

Pada pemilihan dewan Kota Bandung kali ini, Pasoendan bisa

kandidat yang dimajukan oleh orang (Pandji dikatakan meraih pencapaian yang cukup Poestaka, 1938: 1555; Lubis, 1998: 297).

Lima kursi dalam 15 Widegroep merupakan kelompok gabungan

memuaskan.

gemeenteraad , yang diperebutkan dalam yang merupakan koalisi dari Parindra, PIPB,

pemilihan pertama, secara keseluruhan VoIB, dan SI penyedar.Semula Pasoendan ikut

berhasil diraih oleh kandidat-kandidat dari tergabung dalam koalisi ini. Akan tetapi, tidak

Pasoendan. Berturut-turut, yakni R. Moch. adanya kesepakatan dengan Parindra dalam hal

Enoch dengan perolehan 1.262 suara, R. pembagian jatah calon anggota dewan

Idih Prawiradipoetra yang memperoleh perwakilan, membuat Pasoendan keluar dari

1.236 suara, R. King Natawijogja dengan kelompok ini.

1180 suara, R. Atmadinata yang meraih

16 1.154, dan Ir. R. Oekar Bratakoesoemah Hak suara hanya diberikan kepada laki-laki

yang melek huruf latin dan tingkat pajak yang mampu mengumpulkan 1.152 suara penghasilannya tinggi (Ricklefs, 2016: 243). (Sipatahoenan, 1938b: a2).

398 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 385 - 402 Émma yang pada pemilihan