BAB III. MEKANISME PASAR, PERMINTAAN DAN PENAWARAN III.1 MEKANISME PASAR III.1.1 Pengertian - Buku PIE BAB III Zainal

BAB III. MEKANISME PASAR, PERMINTAAN DAN PENAWARAN III.1 MEKANISME PASAR III.1.1 Pengertian Beberapa abad yang lalu dalam sebagian besar negara industri ada kecenderungan

  dimana makin berkurangnya pengendalian langsung dari pemerintah terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Akan tetapi, jauh sebelum trend ini mencapai titik dimana pemerintah benar-benar tidak ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi, keadaan sudah berbalik ke arah lain. Dapat dikatakan bahwa sejak akhir abad ke-19 dalam semua negara industri peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi semakin meningkat.

  Pada kenyataannya perekonomian Indonesia adalah perekonomian campuran dimana lembaga swasta maupun pemerintah melaksanakan kontrol ekonomi. Dalam suatu mekanisme pasar tanpa sadar seseorang atupun organisasi berhubungan dengan ketiga masalah ekonomi yang telah diutarakan dalam bab terdahulu yakni masalah: apa, bagimana, dan untuk apa.

  Sebagai contoh misalnya kota Jakarta atau Surabaya. Tanpa mengalir arus barang-barang kebutuhan keluar-masuk kota-kota tersebut akan berada di ambang kelaparan.

  Bagaimana berjuta-juta orang dapat tidur nyenyak tanpa rasa khawatir terjadi kemacetan proses ekonomi dimana kehidupan kota tergantung padanya? Betapa besar peranan pemerintah dalam mengendalikan kegiatan ekonomi seperti: undang-undang tarif, undang- undang kebersihan makanan, undang-undang perburuhan, penetapan harga tertinggi dan terendah, kesejahteraan masyarakat dan sebagainya? Semua orang dapat mengetahuinya dengan jelas. Namun, banyak orang yang tidak tahu berapa besar kehidupan ekonomi kita berjalan tanpa campur tangan pemerintah. Berjuta-juta barang diprodusir oleh berjuta-juta orang atas kemauan sendiri. Bagaimana mekanisme pasar secara otomatis bekerja?

  Dalam membahas pemecahan ketiga masalah pokok ekonomi melalui mekanisme pasar selanjutnya, kita pakai asumsi bahwa semua kegiatan ekonomi berorientasi pada pasar atau dengan perkataan lain, berdasarkan atas kekuatan permintaan dan penawaran yang biasa disebut sistem ekonomi pasar.

  Dalam suatu ekonomi pasar, barang maupun jasa mempunyai harga. Bahkan tiap-tiap jenis tenaga kerja yang berbeda-beda pun mempunyai harga, yaitu upah/gaji. Apabila suatu barang (barang apa saja), misalnya telur, dibutuhkan lebih banyak, maka pesanan-pesanan baru akan membanjir. Dalam keadaan demikian permintaan meningkat, sehingga para konsumen atau pembeli saling berebut untuk membeli telur lebih banyak. Sebagai akibatnya para penjual akan menaikkan harga telur guna menjatah persediaan yang terbatas. Harga yang lebih tinggi akan mendorong penjual untuk memproduksi telur lebih banyak. Demikian sebaliknya apabila suatu barang, misalnya kacang hijau tersedia dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang ingin dibeli oleh masyarakat pada tingkat harga yang berlaku. Karena para penjual ingin agar persediaan kacang hijau cepat habis, akan terjadi persaingan antara pejual. Penjual akan berebut untuk mendapatkan pembeli bagi kacang hijau yang jumlahnya terlalu banyak. Karena itu para penjual akan dan harus bersedia menurunkan harga barang. Penurunan harga kacang hijau ini akan mendorong konsumen untuk membeli kacang hijau yang lebuh banyak. Tetapi sebaliknya produsen akan mengurangi produksinya karena harga yang terjadi lebih rendah.

  Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya permintaan harga akan cenderung naik pula. Demikian sebaliknya bila penawaran lebih besar, maka harga akan cenderung turun.

  Bilamana tercapai keseimbangan antara jumlah barang yang dibeli dengan jumlah yang dijual pada suatu timgkat harga (atau keseimbangan antara kekuatan permintaan dan penawaran), maka dengan demikian telah tercapai harga keseimbangan. Proses terjadinya harga keseimbangan tersebut dinamakan mekanisme pasar.

  Pemecahan Tiga Masalah Ekonomi

  Ketiga masalah pokok ekonomi apa, bagaimana, dan untuk siapa, sangat erat hubungannya dengan mekanisme pasar. Mekanisme pasar yang bekerja melalui permintaan dan penawaran, walaupun jauh dari sempurna, berfungsi memecahkan ketiga masalah apa, bagaimana dan untuk siapa. Dengan mempertemukan pembeli dan penjual (permintaan dan penawaran) pada setiap pasar, suatu perekonomian memecahkan ketiga masalah ekonomi tersebut: a.

  Barang apa yang akan diprodusir ditentukan oleh daya beli (keuangan) dari konsumen.

  Uang yang mereka bayarkan pada perusahaan untuk barang yang mereka beli, pada akhirnya merupakan sumber dana untuk membayar balas jasa faktor produksi berupa gaji, upah, sewa, dan dividenyang diterima konsumen sebagai pendapatan. Perusahaan didorong untuk memprodusir barang yang mempunyai permintaan yang tinggi karena labanya besar.

  b.

  Bagaimana barang diprodusir ditentukan oleh persaingan antara berbagai produsen.

  Satu-satunya jalan bagi produsen untuk menghadapi persaingan harga dan memaksimumkan laba adalah dengan jalan menekan seminimum mungkin biaya produksi dengan menggunakan metode produksi yang paling efisien. Metode yang paling murah akan menggantikan metode yang lebih mahal. Misalnya: mesin uap menggantikan kuda karena mesin uap dirasa lebih murah biaya per unit kerjanya. Lokomotif disel menggantikan lokomotif dengan tenaga pengggerak batu bara dan sebagainya. Contoh internasional: Bob Jones bertani secara ekstensif dengan menggunakan tenaga kerja yang relatif sedikit tanah Amerika yang relatif banyak per jam kerja; Piere Reny bertani secara intensif dengan menggunakan tenaga kerja yang relatif banyak tiap hektar tanah Perancis. Siapakah yang memerintahkan keputusan- keputusan mengenai bagaimana ini, yang benar-benar sesuai dengan kenyataan bahwa kepadatan penduduk di Prancis adalah lebih tinggi daripada di Amerika? Perserikatan Bangsa-Bangsa? Tentu saja tidak. Sistem harga adalah alat isyarat masyarakat. Ibarat seorang tuan yang memberikan hadiah dan hukuman kepada keledainya supaya bergerak maju, sistem harga menghasilkan laba dan rugi agar timbul keputusan mengenai apa, bagaimana dan untuk siapa. c.

  Untuk siapa barang diprodusir ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal). Karena pasar ini menetukan tingkat upah, sewa tanah, suku bunga dan laba yang kesemuanya merupakan pendapatan bagi setiap orang dan yang membentuk pendapatan masyarakat. Oleh karena itu distribusi pendapatan diantara penduduk ditentukan oleh sejumlah faktor seperti jam kerja per orang, luas tanah yang dimiliki dan harga faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, sewa, tanah dan sebagainya. Distribusi ini sangat tergantung pada distribusi awal dari pemilikan harta, kemampuan yang dipelajari atau kemampuan alam, rezeki dan juga ada dan tidaknya diskriminasi ras dan jenis kelamin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga maslah pokok ekonomi ini dapat dipecahkan oleh harga melalui mekanisme pasar.

III.1.2 Konsep Pasar

  Pasar adalah keseluruhan permintaan dan penawaran barang, jasa atau faktor produksi tertentu. Biasanya pasar dibedakan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana barang diperjualbelikan. Sedangkan dalam arti luas pasar adalah proses dimana pembeli dan penjual saling berinteraksi untuk menentukan / menetapkan harga jual.

  Berdasarkan jumlah pembeli dan penjual serta jenis barang yang diperjualbelikan, pasar dapat dibedakan dalam beberapa bentuk pasar, yaitu:

III.1.2.1 Pasar Persaingan Sempurna (PPS)

  Pasar persaingan sempurna adalah suatu pasar dimana (1) terdapat banyak penjual dan banyak pembeli, (2) barang yang diperjualbelikan homogen menurut anggapan konsumen, (3) ada kebebasan untuk mendirikan dan membubarkan perusahaan, (4) sumber produksi bebas bergerak ke mana pun, dan (5) pembeli dan penjual mengetahui satu sama lain dan mengetahui barang-barang yang diperjualbelikan.

  (1) Pengertian banyak penjual dan banyak pembeli disini bukan dalam arti absolut sekian ratus atau sekian ribu orang, melainkan sedemikian banyaknya sehingga baik penjula maupun pembeli secara sendiri-sendiri tidak mampu mempengaruhi harga tetapi mampu apabila itu dilakukan secara bersama-sama. Baik pembeli maupun penjual sendiri-sendiri tidak mampu menaikkan atau menurunkan harga. Jumlah yang dibeli oleh seorang pembeli sedemikian kecilnya sedangkan jumlah seluruh pembeli demikian banyaknya. Demikian juga halnya dengan penjual. Bila ia menaikkan harga maka pembelinya akan lari kepada penjual lainnya, dan atas tindakannya ini ia akan merugi sendiri. Baik penjual maupun pembeli menerima harga yang terbentuk di pasar (sebagai price taker ).

  (2) Yang dimaksud dengan barang yang diperjualbelikan homogen adalah bahwa konsumen tidak dapat membedakan barang satu dengan yang lain. Mereka menganggap barang itu sama mutunya. Dalam kenyataan barang yang homogen betul tidak ada, tetapi ada yang mendekati seperti beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya.

  (3) Yang dimaksud dengan kebebasan untuk mendirikan dan membubarkan suatu perusahaan (atau ada juga yang mengatakan: kebebasan keluar masuk suatu jenis usaha), adalah bahwa setiap orang boleh mendirikan suatu perusahaan bila ia akan memperoleh keuntungan dengan mendirikan perusahaan itu. Sebaliknya bebas pula dalam arti bebas untuk membubarkan usahanya bila dipandang rugi.

  (4) Sumber produksi bebas bergerak ke arah mana pun, artinya: tidak ada halangan bagi tenaga kerja, modal dan pengusaha untuk berpidah-pindah ke mana pun yang lebih menguntungkan.

  (5) Pembeli dan penjual mengetahui satu sam lain dan mengetahui barang-barang yang diperjualbelikan, maksudnya bahwa pembeli dan penjual mengetahui situasi pasar, misalnya tingkat harga yang berlaku, biaya, tempat, waktu barang-barang yang diperjualbelikan.

  Dalam praktek bentuk pasar persaingan sempurna ini tidak ada. Yang ada hanya mendekati saja. Misalnya, pasar beras di mana petani produsen sebagai penjual dan pedagang sebagai pembeli.

III.1.2.2 Pasar Monopoli dan Monopsoni

  Pasar persaingan sempurna merupakan bentuk pasar yang ekstrem yang hanya terdapat dalam konsep manusia tetapi tidak dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk ekstrem lain adalah pasar monopoli dan monopsoni yang walaupun terdapat dalam kehidupan sehari-hari namun jarang sekali. Pasar monopoli adalah pasar dimana hanya terdapat satu penjual saja. Seorang monopolis dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker). Kalau ingin menaikkan harga maka ia dapat mengurangi produkisnya. Contoh monopolis di Indonesia adalah PAM, PLN, PERUMTEL, dan sebagainya.

  Monopsoni berarti pembeli tunggal. Dikalangan consumen jarana sekali terdapat monopsoni, tetapi dikalangan producen cukup banyak. Sebagai contoh: BAT di Sulawesi Selatan, NTB, dan Bali mendekati kedudukan monopsonitis dalam menghadapi petani tembakau sebagai penjual. Seperti halnya monopoli maka monopsoni dapat mempengaruhi harga, karena kedudukanya sebagai penentu harga (price maker), yaitu dengan jalan menaikkan dan menurunkan jumlah faktor produksi yang dibeli. BAT mendekati monopsoni dalam pembelian tembakau, tetapi tidak bertindak sebagai monopolis dalam penjualan sigaret, karena masih ada penjual-penjual lain.

  III.1.2.3 Pasar Oligopoli dan Oligopsoni

  Pasar oligopoli adalah suatu pasar dimana terdapat penjual/produsen yang saling bersaingan. Tiap-tiap penjual (oligopolis) mempunyai pengaruh atas harga barang yang dijual, tetapi pengaruhnya tidak sebesar seperti dalam hal monopoli. Penjual/produsen saling tergantung, artinya perubahan harga ataupun jumlah yang dilancarkan oleh satu perusahaan akan mempengaruhi perusahaan lain. Karena itu setiap kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus betul-betul dipertimbangkan pengaruhnya terhadap perusahaan lain. Oleh karenanya, masing-masing perusahaan akan saling mengamati. Karena hanya terdapat beberapa penjual, maka masing-masing penjual mempunyai pengaruh terhadap harga. Cara yang biasa ditempuh untuk menguasai atau menarik konsumen adalah dengan memakai merek- merek tertentu terhadap barang-barang yang dijual. Kebanyakan konsumen sudah terikat pada suatu merek dagang tertentu. Sulit untuk melepaskan mereka. Sebagai contoh: BAT dengan merek Comodore, dan Faroka dengan merek Kansas.

  Pasar oligopsoni adalah suatu pasar dimana terdapat beberapa pembeli dan masing- masing pembeli cukup besar untuk mempengaruhi harga barang yang dibelinya. Antara monopoli dan oligopoli sebenarnya masih ada lagi bentuk pasar yang disebut duopoli, yaitu suatu pasar yang hanya ada dua penjual. Sedangkan antara monopsoni dengan oligopsoni terdapat duopsoni, yaitu suatu pasar dimana hanya terdapat dua pembeli.

  III.1.2.4 Pasar Persaingan Monopolistik

  Pasar persaingan monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada diantara dua jenis pasar ekstrem, yaitu diantara pasar persaingan sempurna dan pasar monopolistik. Pasar persaingan monopolistik mempunyai unsur-unsur monopoli (dan monopsoni) serta persaingan. Pasar persaingan monopolistik adalah suatu pasar dimana terdapat cukup banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak (differentiated products). Dalam pasar persaingan monopolistik atau persaingan monopsonitik jumlah penjual/produsen atau pembeli cukup banyak namun tidak sebanyak seperti yang terdapat pada pasar persaingan sempurna.

  Akan tetapi, pasar persaingan monopolistik dan persaingan monopsonitik masih mempunyai sedikit pengaruh atas harga. Semua bentuk pasar yang bukan pasar persaingan sempurna disebut pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition) dengan berbagai bentuk: monopoli-monopsoni, duopoli-duopsoni, oligopoli-oligopsoni, dan persaingan monopolistik- monopsonitik.

  Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah: a.

  Jumlah penjual/produsen cukup banyak, namun tidak sebanyak seperti pada pasar persaingan sempurna, namun masing-masing perusahaan masih dapat berpengaruh harga walaupun pengaruh itu tidak besar.

  b.

  Barang yang diperjualbelikan tidak homogen benar melainkan ada perbedaan walaupun hanya berbeda dalam merek, warna, mutu dan ukuran.

  c.

  Ada sedikit pembatasan atas berdirinya perusahaan baru dalam arti perusahaan baru tidak sesulit seperti dalam oligopoli dan monopoli, tetapi tidak semudah seperti pada pasar persaingan sempurna. Sebagai contoh: unilever menghasilkan sabun dengan merek yang berbeda-beda. Kemeja yang mutunya sama tetapi diberi merek yang berbeda dengan harga yang berbeda pula.

  III.2 KONSEP PERMINTAAN (DEMAND)

  III.2.1 Definisi

  Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan bahwa kuantitas suatu barang yang dibeli pada suatu waktu tergantung pada harganya. Makin tinggi harga barang, makin sedikit jumlah barang yang dibeli, semakin rendah harganya semakin besar jumlah barang yang diminta. Hal ini berlaku dengan syarat semua hal yang lain tetap sama. Permintaan akan suatu jenis barang ialah jumlah barang yang mau dibeli pada berbagai tingkat harga di pasar pada jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, permintaan yang dimaksudkan disini adalah permintaan yang berdaya beli, artinya permintaan yang disertai dengan sejumlah uang untuk membeli barang yang bersangkutan. Setiap waktu tertentu terdapat hubungan tertentu antara harga dan jumlah barang yang dibeli yang demikian disebut ”tabel permintaan ” atau ”kurva permintaan”.

III.2.2 Kurva Permintaan (Demand Curve)

  Di atas telah dijelaskan bahwa makin tinggi harga barang, makin sedikit jumlah barang yang dibeli, makin rendah harga barang makin besar jumlah barang yang hendak dibeli/diminta. Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang akan dibeli ditunjukkan dalam Tabel III.1.

  Tabel III.1: Tabel Permintaan Padi

  Harga per karung Jumlah yang Diminta (dalam ribuan Rupiah) (juta karung per bulan) P Q

  A

  5

  9 B

  4

  10 C

  3

  12 D

  2

  15 E

  1

  20 Pada setiap harga pasar, pada suatu waktu tertentu akan terdapat jumlah tertentu barang (misalnya padi) yang hendak dibeli oleh para pembeli. Pada harga yang lebih rendah jumlah yang mau dibeli/diminta bertambah, demikian sebaliknya pada harga yang lebih tinggi jumlah yang mau dibeli/diminta berkurang. Tabel III.1 memperlihatkan daftar jumlah barang (padi) yang diminta dengan berbagai tingkat harga. Pada suatu tingkat harga tertentu, misalnya Rp

  5.000 per karung terdapat suatu jumlah tertentu padi yang diminta oleh konsumen di pasar, yaitu 9 juta karung per bulan. Pada harga yang lebih rendah, misalnya Rp 4.000, jumlah yang akan diminta akan menjadi lebih banyak, yakni 10 juta karung tiap bulan. Pada harga Rp 3.000 jumlah yang diminta semakin besar lagi, yaitu 20 juta karung. Berdasar Tabel III.1 kita dapat menentukan jumlah yang diminta pada berbagai tingkat harga. Angka-angka pada Tabel III.1 pula bisa digambarkan dalam bentuk grafik. Sumbu vertikal pada Gambar III.1 menggambarkan berbagai tingkat satuan padi (dengan tanda P), sedangkan sumbu horizontal menggambarkan berbagai jumlah padi (dalam satuan waktu) yang akan diminta per bulan.

  Dalam kaitannya dengan itu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pengertian satuan. Harga yang tercantum baik dalam tabel maupun dalam grafik adalah harga per satuan.

  Satuan disini bukan berarti satuan dalam pengertian yang absolut, tetapi berupa ribuan, ratusan, lima ratusan kilogram, meter persegi, keranjang dan sebagainya, dan juga bukan harga keseluruhan. Jadi kalu dalam Tabel III.1 disebutkan bahwa pada harga Rp 4.000 yang diminta 10 karung, maka yang dimaksudkan adalah bahwa harga Rp 4.000 itu adalah harga setiap satuannya, bukan 10 karung itu seharga Rp. 4.000. Yang kedua adalah sumbu horizontal dengan sumbu Q (quantity) menggambarkan jumlah barang yang dibeli per satuan waktu.

  Satuan waktu disini dapat berarti dalam satu minggu, satu bulan, setengah tahun dan sebagainya. Untuk menentukan titik A pada Gambar III.1 yang berhubungan dengan bilangan Rp 5.000 dan 9 juta karung, kita ukurkan dari titik nol pada sumbu vertikal (sumbu harga) ke atas sebanyak 5 satuan dan kemudian ke kanan pada sumbu horizontal (sumbu quantity) sebanyak 9 satuan. Demikian halnya untuk menentukan titik B. Kita ukurkan pada sumbu vertikal sebanyak 4 satuan dan pada sumbu horizontal sebanyak 10 satuan. Hal yang sama dapat kita lakukan untuk titik C, D, dan E. Apabila titik-titik tersebut kita hubungkan terbentuk kurva permintaan (demand curve) yang kita beri tanda d.

  Gambar III.1: Kurva Permintaan Padi.

  A

  d

  P Harga

  5 (Rp 000 per karung)

  B

  4 A C

  3 B D

  2 E

  1 d 0 5 10 15 20

  Jumlah (juta karung per bulan)

  Sifat darii kurva permintaan adalah:

  Turun miring dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping to the right). Hal ini sangat erat kaitannya dengan hubungan antara jumlah dan harga yang bersifat berbanding terbalik atau mempunyai arah yang berlawanan. Q naik apabila P turun. Sifatnya pertama dari kurva permintaan ini disebut hukum permintaan yang turun miring (the law of downward

  

sloping demand ) yang menyatakan: “apabila harga satuan barang naik (sedangkan hal lainnya

  tetap konstan ) maka jumlah yang diminta menjadi berkurang”. Atau dapat pula dirumuskan di pasar bertambah, maka (bila semua hal lain tetap) hal itu hanya dapat terjual dengan harga yang lebih rendah.

  Pada harga yang lebih rendah, jumlah yang hendak dibeli bertambah. Hal ini disebabkan oleh karena dapat mendorong masuknya pembeli baru ke pasar. Sebagai contoh: apabila harga beras membubung setinggi langit, maka hanya orang kaya saja yang mampu membeli, sedang yang miskin cukup maka singkong rebus saja. Kemudian harga turun namun masih cukup tinggi walaupun tidak setinggi langit, maka orang yang berpenghasilan cukup tinggi akan mengubah menunya dengan mengganti jagung dengan nasi sehingga terdorong untuk membeli beras. Demikian seterusnya bila harga terus turun sehingga akan menambah jumlah barang yang diminta.

  Penurunan harga dapat mendorong masing-masing konsumen barang yang bersangkutan untuk memperbesar pembeliannya. Contoh: apabila harga air sangat mahal, maka segolongan masyarakat hanya akan membeli air dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan minum. Kemudian apabila harga air turun, maka segolongan masyarakat tadi akan menambah pembeliannya untuk keperluan mencuci. Pada harga yang sangat murah, segolongan masyarakat tersebut bisa meningkatkan pembelian airnya untuk keperluan menyiram bunga- bunga di halaman.

  III.3 KONSEP PENAWARAN (SUPPLY)

  III.3.1 Definisi

  Kalau dalam konsep permintaan dibicarakan tentang hubungan antara berbagai tingkat harga dengan berbagai jumlah barang yang hendak dibeli oleh para konsumen, maka yang dibicarakan dalam konsep penawaran adalah hubungan antara berbagai tingkat harga dengan berbagai jumlah barang yang hendak dijual/ditawarkan oleh produsen. Penawaran adalah jumlah barang yang mau dijual pada berbagai tingkat harga di pasar pada jangka waktu tertentu.

  III.3.2 Kurva Penawaran (Supply Curve)

  Berbeda dengan permintaan dimana hubungan antara harga jumlah barang yang diminta berbanding terbalik maka dalam penawaran hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan berbanding lurus, atau searah. Artinya pada tingkat harga yang tinggi jumlah brang yang ditawarkan banyak. Sedangkan pada tingkat harga yang rendah jumlah brang yang ditawarkan sedikit sekali. Hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan dapat digambarkan dalam bentuk Tabel III.2. Pada tabel tersebut ditunjukkan tabel penawaran padi. Angka-angka yang tertera pada kolom harga (P) adalah berbagai tingkat harga per satuan, sedangkan yang tertera pada kolom jumlah (Q) adalah berbagai jumlah barang (padi) yang akan ditawarkan.

  Tabel III.2: Tabel Penawaran Padi.

  Kemungkinan Harga per karung Jumlah yang akan ditawarkan (dalam ribuan Rupiah) (juta karung per bulan) P Q

  A

  5

  18 B

  4

  16 C

  3

  12 D

  2

  7 E

  1 Pada tingkat harga tertentu, misalnya Rp 5.000 per karung, terdapat jumlah tertentu padi yang ditawarkan di pasar, yaitu 18 juta karung per bulan. Pada harga yang lebih rendah, misalnya Rp 3.000 jumlah yang akan ditawarkan menjadi semakin rendah, yaitu 12 juta karung tiap bulan. Angka-angka pada Tabel III.2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik, dimana sumbu vertikal menunjukkan berbagai kemungkinan tingkat harga satuan padi (dengan tanda P) dan sumbu horizontal menggambarkan berbagai jumlah padi (dalam satuan waktu) yang ditawarkan per bulan.

  Gambar III.2: Kurva Penawaran Padi P S

  atau

  P Harga

  5 (Rp 000 per karung)

  4

  3

  2

  1 0 7 12 16 18 Q atau Jumlah (juta karung per bulan)

  Bentuk kurva penawaran padi pada Gambar III.2 bergerak dari kiri bawah naik miring ke kanan atas. Pada harga padi yang tinggi para petani memperbesar produksinya baik dengan menambah areal tanah yang ditanami maupun dengan menambah pupuk serta menambah tenaga kerja.

III.4 KESEIMBANGAN

  Sekarang kita akan menggabungkan permintaan dan penawaran untuk mengetahui bagaimana harga ditentukan pada pasar yang bersaing. Untuk itu kita akan mencari harga keseimbangan. Penggabungan ini dapat diperlihatkan pada Tabel III.3. Angka-angka yang tercantum dalam tabel itu adalah dengan anggapan sebagai kemungkinan, artinya ”jika harga (P) adalah sekian maka Q yang dijual adalah sekian, jika harga begini maka Q yang dijual adalah begitu demikian dan seterusnya”. Tetapi tingkat harga yang mana dari berbagai kemungkinan itu yang benar-benar dicapai serta berapa banyaknya suatu barang yang dihasilkan dan dikonsumsi? Hal ini jelas tidak dapat dipecah melalui tabel permintaan atau penawaran saja. Kita perhatikan kombinasi A pada Tabel III.3. Dapatkah harga padi sebesar Rp 5.000 per karung bertahan terus sampai periode tertentu? Jawabnya ”tidak”. Pada tingkat harga ini padi yang ditawarkan sebanyak 18 juta karung per bulan, sedangkan jumlah yang diminta konsumen hanya sebesar 9 juta karung per bulan sehingga terjadi kelebihan penawaran atau surplus sebesar 9 juta karung per bulan. Terjadinya kelebihan penawaran atau surplus ini akan mendorong para penjual saling bersaing untuk menurunkan harga seperti terlihat arah panah pada kolom 4 mengarah ke bawah, harga cenderung untuk turun, namun tidak sampai menjadi nol. Sebaliknya bagaimana apabila situasi seperti terlihat pada kombinasi titik E? Pada tingkat harga Rp 1.000 dengan jumlah padi yang ditawarkan sebanyak nol dan jumlah yang diminta sebanyak 20 karung per bulan, dapatkah keadaan ini bertahan lama? Jawabnya sama, yaitu “tidak”. Pada tingkat harga ini jumlah padi yang diminta lebih besar dari jumlah padi yang ditawarkan, sehingga terjadi kelebihan permintaan (shortage). Kelebihan permintaan ini menimbulkan persaingan dikalangan konsumen sendiri, sehingga mendorong naiknya harga. Dorongan kenaikan harga ini diperlihatkan arah panah yang mengarah ke atas kolom 4. Baik pada saat terjadi surplus dimana harga cenderung turun maupun terjadi kelebihan permintaan dimana harga cenderung naik, kesemuanya mengarah sampai tercapai harga keseimbangan. Harga keseimbangan adalah suatu tingkat harga di mana jumlah yang hendak ditawarkan dan jumlah yang hendak diminta sama besarnya. Harga keseimbangan merupakan satu-satunya harga yang dapat bertahan lama. Keseimbangan ini pasti tercapai pada titik perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran.

  Tabel III.3: Tabel Penawaran dan Permintaan Padi.

  Kemungkinan Harga Jumlah yang Jumlah yang Desakan per karung diminta ditawarkan terhadap (dalam ribuan Rupiah) (juta karung (juta karung harga per bulan) per bulan)

P Q Q

  A

  5

  9 18 ke bawah B

  4

  10 16 ke bawah C

  3

  12 12 netral D

  2

  15 7 ke atas E

  1 20 ke atas Harga keseimbangan tercapai pada tingkat harga Rp. 3.000. Pada harga keseimbangan jumlah padi yang diminta oleh konsumen sama dengan jumlah yang ditawarkan oleh para produsen. Pada harga yang lebih rendah jumlah padi yang diminta lebih besar dari jumlah padi yang ditawarkan. Pada harga yang lebih tinggi jumlah padi yang diminta lebih kecil dari jumlah padi yang ditawarkan. Harga keseimbangan tercapai pada perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran, yaitu pada titik C dimana jumlah yang ditawarkan persis sama dengan jumlah yang diminta. Pada tingkat harga (P) yang lebih tinggi, jumlah yang ditawarkan lebih besar dari jumlah yang diminta, sehingga terjadi kelebihan penawaran (surplus). Surplus ini akan mendorong harga (P) turun kembali ke tingkat keseimbangan seperti terlihat pada gambar kurva dimana anak panah mengarah ke bawah.

Gambar III.3: Bagaimana Penawaran dan Permintaan Menentukan Harga dan Jumlah.

  Pada tingkat harga (P) yang lebih rendah jumlah yang ditawarkan lebih kecil dari jumlah yang diminta sehingga terjadi kekurangan penawaran (shortage). Kekeurangan ini akan mendorong harga (P) naik kembali ke tingkat keseimbangan seperti terlihat pada gambar kurva dimana anak panah mengarah ke atas.

III.4.1 Pergeseran Penawaran dan Permintaan

  Di atas telah dijelaskan bahwa titik keseimbangan tercapai bila terjadi perpotongan antara kurva penawaran dengan kurva permintaan. Akan tetapi, apa yang terjadi apabila terdapat pergeseran kurva penawaran atau pergeseran kurva permintaan? Seorang penulis Inggris bernama Gregory King mencatat di abad ke-17 bahwa apabila panen jelek, maka harga pangan akan naik, dan bila panen baik dan melimpah, maka rendahnya harga yang diperoleh petani. Melalui gambar grafik dapat dijelaskan bagaimana bekerjanya kurva penawaran dan kurva permintaan tersebut.

III.4.1.1 Pergeseran Penawaran

  Gambar III.4 melukiskan bagaimana panenan yang buruk mengurangi jumlah yang hendak ditawarkan oleh petani pada setiap harga pasar sehingga menggeser titik keseimbangan E. Kurva penawaran (supply) S.S bergeser ke kiri atas menjadi kurva penawaran (supply) baru, yaitu S’S’ sedangkan kurva permintaan tidak berubah. Karena pergeseran kurva penawaran ini, maka perpotongan kurva penawaran baru dengan kurva permintaan berpindah pula yaitu di titik E’, harga keseimbangan baru terbentuk, dimana permintaan dan penawaran baru yang lebih sedikit dengan harga (P) yang naik. Pada keseimbangan baru ini jumlah yang ditawarkan sama dengan yang diminta.

  Apabila kurva penawaran bergeser, maka harga keseimbangan berubah. Penurunan penawaran akan menyebabkan kenaikan harga. Bila karena sesuatu hal penawaran bergeser ke kiri, perpotongan harga keseimbangan berpindah ke atas menyusur sepanjang kurva permintaan, akibatnya harga (P) menjadi lebih tinggi dan jumlah barang (Q) lebih rendah.

  Kurva penawaran bergeser ke kiri menunjukkan penurunan penawaran. Selain harga yang bersangkutan ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi penawaran suatu barang, antara lain: harga barang klain, teknologi yang ada, harga faktor-faktor produksi, harapan produsen dan jumlah produsen di pasar.

  Gambar III.4:

  Pergeseran Penawaran ”Perpindahan” dalam Gambar = ”Pergeseran”

  P Perpindahan Penawaran (S ke S’) d S

  S’ =

  H E’ a r g a

  E Q Jumlah

III.4.1.2 Pergeseran Permintaan

  Dengan menggunakan diagram kita dapat mempelajari pengaruh dan ketentuan-ketentuan yang mengubah permintaan. Kita umpamakan saja terjadi kenaikan yang banyak pada pendapatan keluarga, sehingga mengakibatkan setiap orang menginginkan jumlah beras yang lebih besar. Dalam keadaan yang demikian pada tingkat harga (P) yang sama, diminta jumlah beras(Q) yang lebih besar. Kurva permintaan akan bergeser ke kanan dari dd ke d’d’ dan keseimbangan baru terbentuk, yaitu di titik E’.

  Gambar III.5 memperlihatkan pergeseran kurva permintaan di sepanjang kurva penawaran sebagai akibat dari pertambahan permintaan. Sehingga mengakibatkan keseimbangan bergeser dari titik E ke E’ dan diikuti dengan naiknya harga(P). Apa sebabnya? Setelah kurva permintaan bergeser, pada harga yang lama, konsumen membutuhkan lebih banyak beras daripada beras yang tersedia. Akibatnya kekurangan timbul, konsumen berebut beras. Harga yang ditawar lebih tinggi sampai titik E’ dimana penawaran dan permintaan seimbang kembali. Gambar III.5: Pergeseran Permintaan ”Perpindahan” dalam Tabel = ”Pergeseran”.

  Perubahan permintaan sedangkan penawaran tidak berubah akan menyebabkan perubahan harga. Kenaikan permintaan akan menyebabkan kenaikan harga. Jika permintaan berpindah ke kanan, maka keseimbangan pun akan bergeser ke atas menyusur kurva penawaran dimana hal ini menunjukkan kenaikan permintaan. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi permintaan konsumen antara lain: pendapatan, populasi, harga barang pengganti, dan selera.

  E E’

  Jumlah d’ d =

  S Q P Perpindahan Permintaan (d ke d

  ’) H a r g a