Studi Komparasi Bacaan Riwayat Qalun dan Riwayat Hafs Q.S. al-Fatihah, al-Baqarah, dan Ali ‘Imran

Pendahuluan

Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril dan bagi yang mem- bacanya merupakan ibadah. Banyak hadis yang menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan “tujuh huruf” (al-a¥ruf as- sab‘ah). Namun, para ulama berselisih pendapat tentang makna “tujuh huruf”. Ini disebabkan adanya perbedaan penafsiran dari kata tersebut. Dengan demikian, jelas bahwa macam-macam bacaan Al-Qur’an itu sudah ada sejak Al-Qur’an diturunkan, yang pada

20 20 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

awalnya diturunkan dengan lugah Quraisy, dan selanjutnya diturunkan dengan “tujuh huruf” (al-a¥ruf as-sab‘ah).

Ketika banyak sahabat penghafal Al-Qur’an meninggal dunia karena terbunuh pada Perang Yamamah, Umar bin Khattab memin- ta kepada Khalifah Abu Bakar Siddiq untuk segera membukukan Al-Qur’an. Kemudian pada zaman Khalifah Usman bin ‘Affan, Al- Qur’an dikodifikasi ke dalam beberapa mushaf sebagaimana yang

dikenal dengan sebutan Ma¡ 1 ā¥if U£māniyyah. Sekitar akhir abad pertama sampai awal abad kedua Hijriyah,

setelah pengajaran qira’at berlangsung sedemikian lama, muncullah ulama ahli qira’at dari kalangan t ābi‘īn dan tābi‘ at-tābi‘īn. Sedangkan menurut Ibnu al-Jaz āriy, orang pertama yang dipandang telah menghimpun bermacam-macam qira’at dalam satu kitab adalah Ab ū ‘Ubaid al-Qāsim bin Sallām. Ia mengumpulkan dua puluh lima orang ulama ahli qira’at, termasuk di dalamnya imam

yang tujuh (imam-imam al-Qir 2 ā’āt as-Sab‘). Namun, penulisan qira’at pada periode ini masih terbatas pada penghimpunan riwayat

yang sampai kepada mereka, tanpa menyeleksi rawi atau materi qira’at.

Pada permulaan abad kedua Hijrah orang mulai tertarik kepada qira’at atau bacaan beberapa imam yang mereka kenal. Misalnya di Basrah orang tertarik pada qira’at Ab ū ‘Amr (w. 154 H/771 M) dan Ya‘q ūb (w. 205 H/820 M), di Kufah orang tertarik pada bacaan Hamzah ( w. 156 H/773 M) dan ‘A¡im (w. 127 H/745 M), di Syam orang memilih qira’at Ibnu ‘Amir (w. 118 H/736 M), di Mekah mereka memilih qira’at Ibnu Kasir (w. 120 H/738 M), dan di Madinah memilih qira’at N āfi’ (w. 199 H/841 M).

Di penghujung abad ketiga Hijrah, barulah Ibnu Muj āhid (w. 325 H/937 M) mencetuskan istilah al-Qir ā’āt as-Sab‘ atau Qira’at Tujuh, yaitu tujuh macam qira’at yang dipopulerkan oleh tujuh imam qira’at di atas dengan menetapkan nama al-Kis ā’i (w. 189 H/805 M), salah seorang ahli qira’at dari Kufah, dan meniadakan nama Ya’q ūb dari kelompok qari’ tersebut. Mulai saat itulah awal mula muncul istilah al-Qir ā’āt as-Sab‘ (di Indonesia secara populer

Abduh Zulfidar Akaha, Al-Qur’an dan Qiraat, Jakarta: Pustaka al- Kautsar, 1996, hlm. 53.

2 Ab ū al-asan ‘Alī bin Fāris al-Khayyā¯, at-Tab¡irah fī Qirā’āt al-A`immah al-‘Asyrah, Riy ā«: Maktabah al-Rusyd, 2007, hlm. 19.

21 21 disebut “Qira’at Sab’ah”, dan selanjutnya menggunakan istilah

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

tersebut). 3 Istilah Qira’at Sab’ah menjadi semakin kokoh dan masyhur

dengan munculnya kitab at-Taysir karya Ab ū ‘Amr al-Dāni (w. 444 H/1052 M). Yang menonjol dari kitab ini adalah penyederhanaan rawi dari setiap imam dengan hanya dua rawi, padahal rawi setiap imam biasanya berjumlah puluhan, bahkan ratusan.

Para periwayat Imam Tujuh yang masyhur ialah: [1] Q ālūn (w. 220 H/835 M) dan Warsy (w. 197 H/813 M), meriwayatkan qira’at dari Imam N āfi‘; [2] Qunbul (w. 291 H/904 M) dan al-Bazziy (w. 250 H/864 M), meriwayatkan qira’at dari Imam Ibnu Kasir; [3] Ad-

D ūriy (w. 246 H/860 M) dan as-Sūsiy (w. 261 H/875 M), meriwa- yatkan qira’at dari Imam Ab ū ‘Amr; [4] Hisyām (w. 245 H/859 M) dan Ibnu ªakw ān (w. 242 H/856 M), meriwayatkan qira’at dari Imam Ibnu ‘Amir; [5] Syu‘bah (w. 193 H/809 M) dan Haf¡ (w. 180 H/796 M), meriwayatkan qira’at dari Imam ‘A¡im; [6] Khalaf (w. 229 H/844 M) dan Khall ād (w. 220 H/835 M), meriwayatkan qira’at dari Imam Hamzah; [7] Ab ū al-Hāri£ (w. 240 H/240 M) dan

D ūri al-Kisā’i (w. 246 H/860 M), meriwayatkan qira’at dari Imam al-Kisa’iy. 4 Penyederhanaan rawi ini sangat bermanfaat untuk

memudahkan mempelajari ilmu qira’at, apalagi para rawi yang terpilih telah diakui kredibilitasnya dalam bidang qira’at oleh para ulama sezamannya.

Qira’at N āfi‘ menurut riwayat Qālūn adalah salah satu riwayat mutawatir yang tidak perlu diragukan kesahihannya seperti juga qira’at ‘Ashim menurut riwayat Haf¡ yang masyhur di Indonesia. Qiraat N āfi’ menurut riwayat Qālūn masyhur di Libya, Tunisia, dan Qatar.

Kajian ini terbatas pada perbedaan yang signifikan antara bacaan riwayat Haf¡ dan Q ālūn dalam Q.S. al-Fāti¥ah, al-Baqarah, dan ‘Ali Imr ān. Diuraikan dalam format komparasi antara keduanya menurut °ar īq asy-Syā¯ibiyyah.

Istilah dan Kaidah dalam Ilmu Qirâ’ât

1. °ar īq ُﻖْﯾِﺮَ ط adalah bacaan Al-Qur’an yang disandarkan kepada nama seseorang yang meriwayatkan dari seorang rawi atau

3 Mann ā Khalīl al-Qattān, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. (Penerjemah Drs. Mudzakir AS), Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2000, hlm. 249-250. 4

Ibid., hlm. 259-261.

22 22 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

dengan kata lain murid-murid yang belajar ilmu qira’at dari para rawi. Contoh: ¯ar 5 īq Abū Nusyai¯, ¯arīq al-Azraq dan lain-lain.

2. Kaidah Umum adalah kaidah atau rumusan dasar dalam bacaan Imam Qira’at Tujuh atau rawinya yang bersifat umum, di mana permasalahan-permasalahan yang ada dalam bacaan Al-Qur’an bisa disatukan oleh rumusan-rumusan dasar tersebut.

3. Kaidah Khusus (Farsy al-¦ur ūf) adalah kaidah suatu lafaz atau hukum tertentu untuk Imam Tujuh pada ayat atau surah tertentu pula.

Biografi Haf£ dan Q ālūn

Haf¡ – juga dikenal dengan nama Hufai¡ – lahir pada tahun 90 H/709 M bernama lengkap Ab ū ‘Umar Haf¡ bin Abī Dāwud Sulaim 6 ān bin al-Mugīrah al-Asadi al-Gā«iri al-Kūfi. Namun ada juga yang mengatakan bahwa garis nasabnya adalah Haf¡ bin

Sulaim 7 ān al-Asadiy Abū ‘Amr al-Bazzāzi al-Kūfi al-Qār al Gādiri. Haf¡ adalah putra tiri Imam ‘Ashim. Keduanya tinggal dalam satu

rumah, belajar dan menerima langsung (talaqq ī) bacaan dari Imam ‘A¡im. 8 Di antara murid-murid ‘A¡im, Haf¡-lah yang paling menge-

tahui qira’at ‘A¡im. Haf¡ pergi ke Bagdad dan Makkah untuk mengajarkan qira’at ‘A¡im kepada penduduk dua kota tersebut.

Haf¡ meninggal pada usia 73 tahun, tepatnya pada tahun 170 H. 9 Adapun Q ālūn adalah ‘Īsā bin Mīnā bin Wardān bin ‘Īsā bin

‘Abd as-Samad bin ‘Umar bin ‘Abdullah al-Zuraqiy atau Ab ū Mūsā atau al-Murry, Maula (budak atau yang bersekutu dengan) Bani Zuhrah. Nama Q ālūn adalah nama panggilan kesayangan yang diberikan oleh gurunya sendiri, yaitu Imam N 10 āfi‘.

5 Sayyid L āsyīn Abū al-Farrah dan Khālid Muhammad al-Hāfiz, Taqrīb al- Ma’ āniy , Madinah: Maktabah ad-Dār al-Zamān, 1420 H, hlm. 24.

6 Ab ū Ja’far Ahmad ibn ‘Ali bin A¥mad bin Khalaf al-An¡āriy, Kitāb al- Iqn ā’ fī Qira’āt al-Sab’, Juz I, hlm. 58, h.117.

7 Syih āb ad-Dīn A¥mad bin ‘Alī bin ¦ajar al-‘Asqallāniy, Taqrīb al-Tah§īb, Suriyah: D 8 ār al-Fikr, 1415 H, Cet ke-1, hlm. 130.

Al-Mizziy, Tah© īb al-Kamāl fī ‘Asmā’ ar-Rijāl, Beirut: Mu’assasah ar- Ris ālah, 1980 M/1400 H, juz, Juz II, h. 221. 9 Sya’b ān Mu¥ammad Ismā’īl, al-Qirā`āt: A¥kāmuhā wa Ma¡daruhā, Beirut: D ār as-Salām, 1406 H, hlm. 61. 10 Ibn Jaz āriy, Gāyah an-Nihāyah fī °abaqāt al-Qurrā’, al-Maktabah al-

Sy āmilah, juz 1, hlm. 422-423.

23 23 Q ālūn lahir pada awal abad kedua Hijriyah, tepatnya pada

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

tahun 120 H/738 M. Q ālūn berguru kepada Imam Nāfi‘ dan mengaji ilmu qira’at kepadanya semenjak tahun 150 H/767 M dan terus berguru kepadanya dalam jangka waktu lama. Pada waktu Q ālūn ditanya, “Berapa kali Anda mengkhatamkan Al-Qur’an kepada Imam N āfi‘?” Jawab Qālūn, “Tidak terhitung.” Qālūn berkata lagi, “Setelah aku mengkhatamkan Al-Qur’an, aku masih terus mengikuti Imam N 11 āfi‘ selama 20 tahun lagi”. Inilah yang menyebabkan Ibnu Muj āhid dalam kitabnya as-Sab‘ah dan ad-

D āniy dalam kitabnya at-Taysīr mengukuhkan Qālūn sebagai murid terpercaya dari Imam N āfi’ dan dijadikan salah satu dari dua rawi yang bisa dipertanggungjawabkan kesahihan bacaannya. Pemilihan ini dirasa tepat dengan melihat kedekatan Q ālūn dengan Imam N āfi‘ dan lamanya Qālūn berguru kepadanya, juga pujian Imam N āfi‘ kepada Qālūn karena bagusnya bacaan.

Bacaan Riwayat Haf£ dan Riwayat Q ālūn yang tidak sama

Perbedaan bacaan dalam riwayat Haf¡ dan riwayat Q ālūn menurut ¯ar īq asy-Syā¯ibiyyah pada Surah al-Fātihah, al-Baqarah, dan Ali ‘Imr ān dikemukakan sebagai berikut:

1. Kaidah Umum

M īm Jama‘

Apabila sesudah mim jama‘ berupa huruf hidup yang bukan hamzah qatha‘, misalnya ٌباَﺬَﻋ ﻢُﮭَﻟ maka bacaan keduanya sebagai berikut: [1] Riwayat Haf¡ membacanya dengan suk ūn mīm jama‘ yakni mim jama‘ dalam keadaan mati atau di-sukun. Misalnya ْﻢﮭﻟ

ٌباَﺬَﻋ. [2] Riwayat Qālūn mempunyai dua wajah bacaan, yaitu: [a] suk ūn mīm jama‘ yakni Mim Jama‘ dalam keadaan mati. Misalnya ٌباَﺬَﻋ ْﻢﮭﻟ. [b] ¡ilah mīm jama‘ yakni mīm jama‘ di-«ammah dan

dihubungkan (di-¡ilah-kan) dengan waw sukun laf§iyyah. 12

Misalnya, ٌباَﺬَﻋ ْﻢُﮭَﻟ dibaca ٌباَﺬَﻋ ْو ُﻢَﮭﻟ .

Namun apabila sesudah mim jama‘ huruf hidup yang berupa hamzah qa¯a‘, misalnya َنْﻮﱡﯿﱢﻣُ أ ْﻢُﮭْﻨِﻣَو maka bacaan keduanya: [1] Riwayat Haf¡ membacanya dengan suk ūn mīm jama‘ yakni mīm jama‘ dalam keadaan mati; [2] Riwayat Q ālūn mempunyai tiga

Ibid.

12 `Abd al-Fattah al-Q ā«iy, al-Wāfī fī syar¥ asy-Syā¯ibiyyah fī al-Qirā ’ āt al-

Syab‘, Madinah al-Munawwarah: Maktabah ad-D ār, 1983, hlm. 51.

24 24 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

wajah bacaan, yaitu: [a] suk ūn mīm jama‘ yakni mīm jama‘ dalam keadaan mati; [2] ¢ilah m īm jama‘ serta al-qa¡r (2 harakat); [3] ¢ilah m īm jama‘ serta at-tawassu¯ (4 harakat).

Idg ām ¢agīr

Pada tempat tertentu antara bacaan Haf¡ dan Q ālūn tidak sama, di antaranya adalah: [1] © āl mati ( ْذ ) ketika bertemu ta’ ( ث ) pada lafaz ْﻢُ ﺛ ْﺬَﺨﱠ ﺛا. Haf¡ membaca dengan al-I§har, sedangkan Qālūn membacanya dengan Idg ām. [2] Huruf ba’ (ب ) ketika bertemu mim ( م ) pada lafaz ُءﺎـَﺸَﯾ ْﻦَﻣ ُبّﺬَﻌُﯾ Surah al-Baqarah ayat 284, Haf¡ membacanya dengan rafa‘- berarti tidak ada peristiwa Idg ām ¢agīr; sedangkan Q ālūn membacanya dengan Idgām, sebab huruf ba’ (ب ) dibaca jazam (sukun) – berarti ada peristiwa Idg ām ¢agīr.

H ā’ Kināyah

Bacaan h ā’ kināyah dalam Surah al-Baqarah dan Ali ‘Imrān oleh Haf¡ dan Q ālūn pada umumnya tidak berbeda, kecuali: [1] Lafaz هِدَﺆُﯾ ( 2 tempat Surah Ali ‘Imr ān ayat 75 ), Haf¡ membacanya dengan ¡ilah h ā’ kināyah dan Qālūn membacanya tanpa ¡ilah hā’ kin āyah. [2] Lafaz ﮫِﺗْﺆُﻧ ( 2 tempat Surah Ali ‘Imr ān ayat 145), Haf¡ membacanya dengan ¡ilah h ā’ kināyah dan Qālūn membacanya tanpa ¡ilah h ā’ kināyah.

Dua hamzah dalam satu kata

Ketika terdapat dua hamzah berkumpul dalam satu kata, di mana hamzah pertama pasti berharakat fathah; sedang hamzah kedua di dalam Surah al-F ātihah, al-Baqarah, dan Āli ‘Imrān ada

dua jenis, yaitu: [1] Berharakat fathah, yaitu pada ْﻢُﮭَﺗْرَﺬْﻧَ أَء (al- Baqarah: 6) - ْﻢُﺘْﻧَ أَء (al-Baqarah:141) - ْﻢُﺘْﻤَﻠْﺳَ أَء (Ali ‘Imrān: 20) - ْﻢُﺗ ْرَﺮْﻗَ أ ا (Ali ‘Imr ān: 81) maka bacaan masing-masing: Haf¡ membaca ta¥q īq hamzah kedua dengan tanpa al-idkhāl dan Qālūn membaca tash īl hamzah kedua serta al-idkhāl. [2] Berharakat «ammah, yaitu pada ْﻢُﻜُﺌﱢﺒَﻧُؤَ أ (Ali ‘Imrān: 15), maka bacaan: Haf¡ membaca ta¥qīq hamzah kedua dengan tanpa al-idkh āl dan Qālūn membaca tashīl hamzah kedua serta al-idkh āl. Al-idkhāl ialah peristiwa masuknya alif antara dua hamzah sehingga hamzah pertama mempunyai panjang bacaan 2 harakat.

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

Hamzah dalam dua kata

Peristiwa bertemunya dua hamzah dalam dua kata di dalam ketiga surah ada dua jenis, yaitu:

1. Harakat dua hamzah tidak berbeda (sama) Pertama, peristiwa hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua juga berharakat fathah, di dalam tiga surah tersebut tidak ditemukan. Kedua, peristiwa hamzah pertama berharakat kasrah dan hamzah kedua juga berharakat kasrah, di dalam tiga

surah tersebut terdapat di Surah al-Baqarah/2:31, yaitu: ْنَإ ِء َﻻُﺆھ - di mana bacaannya: Haf¡ membaca dengan tahq īq hamzah pertama dan kedua dan Q ālūn mempunyai dua wajah bacaan, yaitu: tashīl hamzah pertama baina-baina serta al-mad (4 harakat) dan tash īl hamzah pertama baina-baina serta al-qa¡r (2 harakat). Ketiga, peristiwa hamzah pertama berharakat «ammah dan hamzah kedua juga berharakat «ammah di dalam tiga surah tersebut tidak ditemukan.

2. Harakat dua hamzah berbeda (tidak sama) [1] Peristiwa hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah

kedua berharakat kasrah, di dalam tiga surah tersebut terdapat di Surah al-Baqarah/2:133, yaitu: ذِ إ َءاَﺪـَﮭُﺷ. Haf¡ membaca dengan ta¥q īq hamzah pertama dan kedua. Qālūn membaca dengan tashīl hamzah kedua baina-baina. [2] Peristiwa hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat «ammah, di dalam tiga surah tersebut tidak ditemukan. [3] Peristiwa hamzah pertama berharakat «ammah dan hamzah kedua berharakat fathah, di dalam

tiga surah tersebut terdapat di Surah al-Baqarah/2:13, yaitu: ُءﺎـَﮭَﻔﱡﺴﻟا َ ﻷَ أ. Haf¡ membaca dengan ta¥q īq hamzah pertama dan kedua. Sedangkan Q ālūn membaca ibdāl hamzah kedua dengan wāw. [4] Peristiwa hamzah pertama berharakat kasrah dan hamzah kedua berharakat fathah, di dalam tiga surah tersebut terdapat di Surah al- Baqarah ayat 235, dan 282, yaitu : ْوَ أ ِءﺎـَﺴﱢﻨﻟا dan ْنَ أ ِءاَﺪـَﮭﱡﺸﻟا . Haf¡ membaca dengan ta¥q īq hamzah pertama dan kedua. Adapun Q ālūn membaca ibdāl hamzah kedua dengan wāw. [5] Peristiwa hamzah pertama berharakat «ammah dan hamzah kedua berharakat kasrah, di dalam tiga surah tersebut terdapat di Surah al-Baqarah

ayat 142, 213, 282 yaitu: ﻰَﻟِ إ ُءﺎـَﺸَﯾ - ﻰَﻟِ إ ُءﺎـَﺸَﯾ - اَذِ إ ُءاَﺪـَﮭﱡﺸﻟا ; dan di Surah Ali ‘Imr ān/3:13, 47 yaitu: ﱠنِ إ ُءﺎـَﺸَﯾ - اَذِ إ ُءﺎـَﺸَﯾ di mana bacaan masing- masing: Haf¡ membaca dengan ta¥q īq hamzah pertama dan kedua. Sedangkan Q ālūn mempunyai dua wajah bacaan, yaitu: tashīl hamzah kedua baina-baina dan ibd āl hamzah kedua dengan wāw

26 26 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

Bacaan lafaz ﺔﯾَرْﻮﱠﺘﻟا Lafaz ﺔﯾَر ْﻮﱠﺘﻟا terdapat di enam tempat dalam Surah Ali ‘Imr ān/3:3, 48, 50, 65, dan dua tempat dalam ayat 93. Haf¡ membaca dengan al-fat¥ pada alif sesudah r ā’. Sedangkan Qālūn

13 membaca dengan dua wajah, yaitu al-fat¥ 14 dan at-taql īl.

Y ā’ I«āfah

Y ā’ i«āfah ialah yā’ tambahan yang menunjukkah mutakallim, yakni y ā’ yang bukan sebagai lām fi‘il dan bukan sebagai kerangka kata (kalimah). 15 [1] Sesudah y ā’ i«āfah berupa hamzah qa¯a‘ yang

berharakat fathah. Dalam Surah al-Baqarah terdapat pada ayat 30 dan 33, yaitu ُﻢَﻠْﻋَ أ ﻰﱢﻧِ إ ; sedang dalam Surah Ali ‘Imr ān terdapat pada

ayat 41 dan 49, yaitu ﺔَﯾاَء dan ُﻖُ ﻠ ْﺧَ أ ﻰّﻧَ أ ﻲﻟ . Haf¡ membaca dengan suk ūn yā’ i«āfah dan Qālūn membaca dengan fathah yā’ i«āfah. [2] Sesudah y ā’ i«āfah berupa hamzah qa¯a‘ yang berharakat kasrah. Pada Surah al-Baqarah terdapat pada ayat 249, yaitu ﱠﻻِ إ ﻰﱢﻨِﻣ ; sedang dalam Surah Ali ‘Imr ān terdapat pada ayat 35 dan 52, yaitu َﻚﱠﻧِ إ ﻰﱢﻨِﻣ dan ﻰَﻟِ إ ىِرﺎـَﺼْﻧَ أ. Haf¡ membaca dengan sukūn yā’ i«āfah dan Qālūn membaca dengan fathah y ā’ i«āfah. [3]. Sesudah yā’ i«āfah berupa hamzah qa¯a‘ yang berharakat «ammah. Dalam Surah al-Baqarah terdapat pada ayat 36, yaitu ﺎَھُﺬْﯿِﻋُ أ ﻰﱢﻧِ إَو . Haf¡ membaca dengan suk ūn yā’ i«āfah dan Qālūn membaca dengan fathah yā’ i«āfah. [4] Sesudah y ā’ i«āfah berupa hamzah wa¡al yang disertai lām ta‘rīf. Dalam Surah al-Baqarah terdapat pada ayat 124, yaitu ﻦْﯿِﻤِﻠّ ﻈﻟا ىِﺪْﮭَﻋ – di mana bacaan Haf¡ dengan suk ūn yā’ i«āfah dan Qālūn dengan fathah y ā’ i«āfah

Y ā’ Zā`idah

Y ā’ zā`idah ialah yā’ yang terletak di akhir kata (kalimah), namun tidak ada rasmnya (tidak tertulis). 16 Oleh karena itu, di

antara bacaan imam qiraat berkisar antara membuang y ā’ dan i£bāt y ā’. Dalam Surah al-Baqarah terdapat pada lafaz ِعاﱠﺪﻟا dan ِنﺎَﻋَد ayat 186, di mana bacaan masing Haf¡ membaca dengan membuang y ā’

Al-fath ialah terbukanya mulut ketika pembaca Al-Qur’an mengucapkan alif, bukan alif yang berharakat fathah, sebab alif tidak pernah menerima harakat. 14 At-taql īl atau al-imālah as-sugrā: ialah bunyi alif yang diucapkan antara al-fath dan al-im ālah al-kubrā. At-taqlīl ini juga biasa disebut baina-baina. 15 Sayyid L āsyīn, Taqrīb al-Ma‘ānī, hlm.160. 16 Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, Jilid II, hlm.140.

27 27 baik wa¡al maupun waqaf. Sedangkan Q ālūn mempunyai dua

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

wajah bacaan, yaitu: ha©f y ā’ baik wa¡al maupun waqaf dan i£bāt y ā’ ketika wa¡al; namun bila waqaf ha©f yā’.

Sedangkan dalam Surah Āli ‘Imrān terdapat lafaz ِﻦَﻌَﺒﱠﺗا ayat 20. Haf¡ membaca dengan membuang y ā’ baik wa¡al maupun waqaf dan Q ālūn membaca dengan i£bāt yā’ ketika wa¡al; namun bila waqaf ha©f y ā’.

2. Kaidah Khusus (Farsy al-¦urūf)

Lafaz-lafaz yang termasuk kaidah khusus di masing-masing Surah al-F ātihah, al-Baqarah, dan Ali ‘Imrān yang tidak sama antara bacaan riwayat Haf¡ dan riwayat Q ālūn menurut ¯arīq asy- Sy ā¯ibiyyah adalah sebagaimana berikut:

Surah Al-Fatihah

No Ayat Bacaan Riwayat Haf£ Bacaan Riwayat Q ālūn Teks

1 4 ِﻚِﻟﺎ َﻣ ▫ I£b āt alif ِﻚِﻠ َﻣ ▫ Tanpa alif sesudah م

sesudah م

Surah Al-Baqarah

No Ayat Bacaan Riwayat Haf£ Bacaan Riwayat Q ālūn Teks

َنﻮُﻋِدﺎَﺨُﯾ ▫ ¬ammah ى, fathah خ dan

sukun خ dan

i£b āt alif sesudahnya, serta

tanpa alif

kasrah د

sesudahnya, serta fathah د

¬ammah ى, fathah ك, dan

sukun ك, dan

kasrah ذ yang bertasydid

kasrah ذ tanpa tasyd īd

Memakai ى yang di-«ammah,

yang difathah,

dan fathah ف

dan kasrah ف 5 61 َﻦﯿﱢﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai ى

َﻦْﯿِﺌْﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai hamzah sebagai

yang ditasyd īd

ganti, dan oleh karena sesudah huruf mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata

terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

6 62 َﻦﯿِﺌِ ﺑﺎﱠﺼﻟاَو ▫ Memakai

Tanpa memakai hamzah

hamzah

28 28 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

Ibd āl hamzah

Memakai hamzah, serta

dengan w āw,

«ammah ز baik wa¡al

serta «ammah

maupun waqaf

ز baik wasal maupun waqaf

Suk ūn ـھ 9 81 ُﮫُﺘَﺌﯿِﻄَﺧ ▫

Dalam bentuk

Dalam bentuk jama‘

mufrad

Huruf ظ tidak

Huruf ظ ditasydīd

ditasyd īd

12 85 َنﻮُ ﻠَﻤْﻌَﺗ ▫ Memakai t ā’

َنﻮُ ﻠَﻤْﻌَﯾ ▫ Memakai Yā’ Gāib

khi¯ āb

Sukun ـھ 14 91 َءﺎَﯿِ ﺒْﻧَ أ ▫ Memakai ى

َءﺎَﺌِ ﺒْﻧَ أ ▫ Memakai hamzah sebagai

sebagai

ganti ى . Oleh karena sesudah

pengganti

hamzah berupa huruf mad alif

hamzah

dan sesudahnya berupa hamzah di dalam satu kata- terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

Membuang

َﻞِﺋﺎَﻜﯿِﻣ ▫ Memakai hamzah sesudah alif

hamzah, tanpa

dengan tanpa memakai y ā’

y ā’

sesudahnya. maka terjadilah

sesudahnya –

hukum mad wajib mutta¡il

mengikuti

yang tentunya dibaca 4

Fathah ت dan jazam ل

dan rafa‘ ل

Tanpa hamzah

Memakai hamzah diantara

serta men-

dua w āw serta ص (Shâd)

tidak ditasyd īd 20 136

Tasyd īd ص

َنﻮﱡﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai ى َنْوُﺆْﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai hamzah sebagai

yang ditasydid

ganti ى . Oleh karena sesudah huruf mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata, terjadilah

hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

Memakai t ā’

Memakai y ā’ gā`ibah

khith āb

Memakai y ā’

Memakai t ā’ khithāb

G ā`ib

Kasrah ن dan

¬ammah ن dan ط

«ammah ط

27 177 ﱠﺮِ ﺒْ ﻟا َﺲْﯿﱠ ﻟ ▫ Na¡ab ر ﱡﺮِ ﺒْ ﻟا َﺲْﯿﱠ ﻟ ▫ Rafa‘ ر

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

28 177 ﱠﺮِ ﺒْ ﻟا ﱠﻦِﻜٰـَﻟَو ▫ Fathah ن yang

Sukun ن – dan demi ditasydid dan

menghindari bertemunya dua na¡ab ر

huruf mati di dalam 2 kalimah ( ِﻦْﯿَﻨِﻛﺎﱠﺴﻟا ُءﺎَﻘِﺘْ ﻟا ) huruf ن dikasrah, sedangkan ر di-rafa‘

29 184 مﺎَﻌَط ٌ ﺔَﯾْﺪِﻓ ▫ Lafaz ﺔَﯾْﺪِﻓ ِمﺎَﻌَط ُ ﺔَﯾْﺪِﻓ ▫ Lafaz ﺔَﯾْﺪِﻓ tidak ditanwin, َﻦْﯿِﻜﺴﻣ ditanwin, lafaz

َﻦْﯿِﻛﺎَﺴَﻣ lafaz ِمﺎَﻌَط dimajrurkan, lafaz مﺎَﻌَط di-rafa‘,

ﻦْﯿِﻛﺎَﺴَﻣ berbentuk jama’ yang lafaz َﻦْﯿِﻜﺴﻣ

difathah ن -nya dengan tidak berbentuk

ditanwin mufrad yang dikasrah tanwin ن -nya

َتﻮُﯿُﺒْ ﻟا ▫ ¬ammah ى َتﻮُﯿِ ﺒْ ﻟا ▫ Kasrah ى

32 189 ﱠﺮِ ﺒْ ﻟا ﱠﻦِﻜٰـَﻟَو ▫ Fathah ن yang ﱡﺮِ ﺒْ ﻟا ِﻦِﻜٰـَﻟَو ▫ Sukun ن yang tidak ber- ber-tasydid

tasydid, kemudian dikasrah dan na¡ab

demi menghindari ر

bertemunya dua huruf mati, dan na¡ab ر

ِﻢْ ﻠﱢﺴﻟا ﻲِﻓ ▫ Kasrah س ِﻢْ ﻠﱠﺴﻟا ﻲِﻓ ▫ Fathah س 35 208

َﻦﯿﱢﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai ى َﻦْﯿِﺌْﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai hamzah sebagai yang ditasydid

ganti ى . Oleh karena sesudah mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata- terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

37 214 َلﻮُ ﻘَﯾ ▫ Na¡ab ل

اًوُﺰُھ ▫ Meng-ibd āl-

Memakai hamzah serta kan hamzah

«ammah ز baik wa¡al maupun dengan w āw-

waqaf serta «ammah ز baik wa¡al maupun waqaf

ًﺔﱠﯿِﺻَو ▫ Na¡ab ت

ُﮫَﻔِﻋﺎَﻀُﯿ َﻓ ▫ Takhf īf ع -

Tasydid ع- i£bāt alif i£b āt alif

sebelumnya-serta rafa‘ ف sebelumnya- serta na¡ab ف

44 245 ُ ﻂُﺴْﺒَﯾَو ▫ Memakai س ُ ﻂُﺼْﺒَﯾَو ▫ Memakai ص 45 246

ﱟﻲِ ﺒَﻨِﻟ ▫ Memakai ى ْﺊﯿِ ﺒَﻨِﻟ ▫ Memakai hamzah sebagai yang ditasydid

ganti ى . Oleh karena sesudah huruf mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata, terjadilah

hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

30 30 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

Memakai Hamzah sebagai

yang ditasydid

ganti ى . Oleh karena sesudah hurud mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata- terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

48 248 ْﻢُﮭﱡﯿِ ﺒَﻧ ▫ Memakai ى

Memakai hamzah sebagai

yang ditasydid

ganti ى. Oleh karena sesudah hamzah berupa hurud mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata, terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

Fathah د dan

Kasrah د dan fathah ف dengan

sukun ف dan

i£b āt alif sesudahnya

tanpa alif sesudahnya

ﻲِ ﯿْﺣُ أ ﺎَﻧَ أ ▫ Membuang ﻲِ ﯿْﺣُ أ ﺎَﻧَ أ ▫ I£b āt alif-nya ﺎَﻧَ أ baik ketika

alif-nya ﺎَﻧَ أ

wa¡al maupun waqaf; oleh

ketika wa¡al

karenanya terjadi hukum mad

dan meng-

j āiz munfa¡il yang

i£b āt-kannya

mempunyai dua wajah

bila waqaf

bacaan, yaitu al-qa¡r (2 harakat) dan at-tawassu¯ (4 harakat).

ٍةَﻮْﺑَﺮِ ﺑ ▫ Fathah ر ٍةَﻮْﺑُﺮِ ﺑ ▫ ¬ammah ر 56 265

ﺎَﮭَﻠُﻛُ أ ▫ ¬ammah ك ﺎَﮭَﻠْﻛُ أ ▫ Suk ūn ك 57 271

Kasrah ن dan ع

Mempunyai dua wajah

- serta tasydid

bacaan, yaitu

(1) kasrah ن dan ikhtilās ﺎﱠﻤْﻌِﻨَﻓ ▫ kasrah ع - serta tasydīd م , (2)

kasrah ن dan Sukun ع - serta tasyd īd م

Memakai ن dan jazam ر

dan rafa‘ ر

Takhf īf ص

Na¡ab ت lafaz

Rafa‘ ت lafaz

Rafa‘ ر lafaz

Jazam ر lafaz ﺮِﻔْﻐَﯿَﻓ dan ب lafaz

ُبﱢﺬَﻌُﯾَو ▫ ﺮِﻔْﻐَﯿَﻓ dan ب

lafaz بﱢﺬَﻌُﯾَو

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

Surah Āli ‘Imrān

No Ayat Bacaan Riwayat Haf£ Bacaan Riwayat Q ālūn Teks

Memakai ت (tā’ khi¯āb)

(y ā’ gā`ib) 2 21 َﻦﯿﱢﯿِ ﺒﱠﻨﻟٱ ▫ Memakai ى

َﻦْﯿِﺌْﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai hamzah sebagai

yang ditasydid

ganti ى . oleh karena sesudah huruf mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata, terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

Takhf īf ف 4 37 (3 ) ﺎﱠﯾِﺮَﻛَز ▫

3 37 ﺎَﮭَﻠﱠ ﻔَﻛَو ▫ Tasydid ف

Al-qa¡r (2

Memakai hamzah yang di-

harakat)

rafa‘kan, maka terjadilah

dengan tanpa

hukum mad wajib mutta¡il

yang dibaca 4 harakat. 5 38 ﺎﱠﯾِﺮَﻛَز ▫

hamzah

Al-qa¡r (2

Memakai hamzah yang di-

harakat)

rafa‘kan, maka terjadilah

dengan tanpa

hukum mad wajib mutta¡il

yang dibaca 4 harakat. 6 39 َﻮُھَو ▫

hamzah

Sukun ـھ 7 39 ًﺎّﯿِ ﺒَﻧَو ▫ Memakai ى

Memakai hamzah sebagai

yang ditasydid

ganti ى . oleh karenanya terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

Sesudah ط

ً اﺮِﺋﺎَط ▫ Sesudah ط berupa alif dan

berupa ى

sesudah alif ada ى sukun; oleh

Sukun dengan

karenanya terjadi hukum mad

tanpa alif

wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

(y ā’ gā`ib)

Suk ūn ـھ 12 66 ْﻢُﺘْﻧَ ﺄٰھ ▫ Tahq īq

¬ammah ـھ

ْﻢُﺘْﻧَ ﺄٰھ ▫ Tash īl hamzah dan i£bāt alif

hamzah dan

sesudah ـھ ; maka huruf mad

i£b āt alif

disini mempunyai dua wajah

sesudah ـھ ;

bacaan, yaitu (1) at-tawassu¯

oleh karenanya

(4 harakat); (2) al-qa¡r (2

terjadi hukum

harakat)

mad j āiz munfa¡il yang dibaca 4 harakat.

13 67 ﱡﻰِ ﺒﱠﻨﻟٱ ▫ Memakai ى ُﺊـْﯿِ ﺒﱠﻨﻟٱ ▫ Memakai hamzah, dan oleh

yang ditasydid

karena sesudah hurud mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

32 32 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

memakai hamzah, dan oleh

yang ditasydid

karena sesudah huruf mad w āw berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il yang dibaca 4 harakat.

Fathah ت dan sukun ع serta

dan fathah ع

fathah ل yang tidak ber-

serta kasrah ل

tasydid

yang ditasydid

ْﻢُﻛُﺮُﻣْ ﺄَﯾ ▫ Rafa‘ ر 18 80 َﻦْﯿﱢﯿِ ﺒﱠﻨﻟٱ ▫ Memakai ى

Na¡ab ر

َﻦْﯿِﺌْﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai hamzah, dan oleh

yang ditasyd īd

karena sesudah hurud mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

19 81 َﻦْﯿﱢﯿِ ﺒﱠﻨﻟٱ ▫ Memakai ى َﻦْﯿِﺌْﯿِ ﺒﱠﻨﻟا ▫ Memakai hamzah, dan oleh

yang ditasyd īd

karena sesudah huruf mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

Memakai ن dan alif

¬ammah ت

sesudahnya

sebagai ganti tempatnya ن (nun ‘a§mah) dengan tanpa

alif

Memakai ت (tā’ khithāb) 22 83 َنﻮُﻌَﺟْﺮُﯾ ▫

Memakai ت 23 84 َنﻮﱡﯿِ ﺒﱠﻨﻟٱ ▫ Memakai ى

Memakai hamzah, dan oleh

yang ditasydid

karena sesudah hurud mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

َءﺂَﯿِ ﺒْﻧَ ﻷٱ ▫ Memakai ى َءﺂَﺌِ ﺒْﻧَ ﻷٱ ▫ Memakai hamzah; oleh

sebagai

karena sesudah hamzah

pengganti

berupa hurud mad alif dan

hamzah

sesudahnya berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

27 115 ْاﻮُ ﻠَﻌْ ﻔَﯾ ▫ Memakai ى ْاﻮُ ﻠَﻌْ ﻔَﺗ ▫ Memakai ت 28 115

ْﻢُﺘْﻧَ أﺂَھ ▫ Tahq īq ْﻢُﺘْﻧَ أﺂَھ ▫ Tash īl hamzah dan i£bāt alif

hamzah dan

sesudah ـھ ; maka huruf mad

i£b āt alif

disini mempunyai dua wajah

sesudah ـھ ;

bacaan, yaitu

oleh karenanya

(1) at-tawassu¯ dan (2) al-

terjadi hukum

qa¡r

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

mad ja’iz munfa¡il yang dibaca 4 harakat

Kasrah ض dan jazam ر

dan rafa‘ ر yang ditasyd īd

I£b āt sebelum

Membuang و sebelum س

33 146 ﱟﻰِ ﺒﱠﻧ ▫ Memakai ى ٍﺊْﯿِ ﺒﱠﻧ ▫ Memakai hamzah, dan oleh

yang ditasydid

karena sesudah hurud mad yâ’ berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

Fathah ق dan

¬ammah ق dan tanpa alif

i£b āt alif serta

sesudahnya serta kasrah ت

ﱟﻰِ ﺒَﻨِﻟ ▫ Memakai ى ِﺊْﯿِ ﺒَﻨِﻟ ▫ Memakai hamzah, dan oleh

yang ditasydid

karena sesudah huruf mad y ā’ berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

Fathah ى dan

¬ammah ى dan fathah غ

Fathah ى dan

¬ammah ى dan kasrah ز

َءﺂَﯿِ ﺒْﻧَ ﻷٱ ▫ Memakai ى َءﺂَﺌِ ﺒْﻧَ ﻷٱ ▫ Memakai hamzah; oleh

sebagai

karena sesudah hamzah

pengganti

berupa hurud mad alif dan

hamzah

sesudahnya berupa hamzah di dalam satu kata terjadilah hukum mad wajib mutta¡il.

Memakai ى dan fathah ب

dan fathah ب

Memakai ى dan fathah ب

dan fathah ب

Penutup

Dalam Surah al-F ātihah, al-Baqarah, dan Āli ‘Imrān, perbedaan bacaan riwayat Haf¡ dan Q ālūn menurut ¯arīq asy-Syā¯ibiyyah adalah sebagai berikut: temuan kaidah umum adalah hukum atau

34 34 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 19 – 35

bacaan: m īm jama‘, idgām ¡agīr pada tempat-tempat tertentu, hā’ kin āyah pada tempat-tempat tertentu, dua hamzah dalam satu kata, dua hamzah dalam dua kata, bacaan lafaz ﺔﯾَر ْوﱠﺗﻟا , yā’ i«āfah, dan y ā’ zā`idah. Temuan lafaz-lafaz yang termasuk kaidah khusus (farsy al-¥ur ūf) berjumlah 113 tempat, dengan rincian: satu tempat di Surah al-F ātihah, 64 tempat di Surah al-Baqarah, dan 48 tempat di Surah Āli ‘Imrān.[]

Daftar Pustaka

Akaha, Abduh Zulfidar, Al-Qur’an dan Qira’at. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1996.

al-An¡ āriy, Abū Ja‘far Ahmad ibn ‘Alī ibn Ahmad ibn Khalaf. Kitāb al-Iqnā‘ fī al-Qir ā’āt as-Sab‘, Damaskus: Dār al-Fikr, 1403 H.

al-‘Asqall āniy, Syihāb ad-Dīn Ahmad bin Hajar. Taqrīb al-Tah©īb, Dār al-Fikr, 1415 H.

al-Bagd ādiy, Abū al-Qāsim ‘Alī bin ‘U£mān, Sirāj al-Qāri’ al-Mubtadi’, Beirut: D ār al-Fikr, t.t.

al-Bukh āriy, Muhammad bin Ismā’īl, ¢ahīh al-Bukhāriy, Beirut: Dār Ibnu Ka£īr- al-Yam āmah, 1407 H, juz 4, Bab Dzikr al-Malā’ikah, hadis no. 4705, hlm. 1909.

al-Hafizh, Ismail Masyhuri., Ilmu Qira’atul Qur’an: Sejarah dan Pokok Perbezaan Qiraat Tujuh, Kuala Lumpur: Nurulhas, t.t.

al-H āfi§, Sayyid Lāsyīn Abū al-Farrah dan Khālid Muhammad, Taqrīb al-Ma’ānī , Madinah: Maktabah ad-D ār az-Zamān, 1420 H.

al-Khayy ā¯, Abū al-Hasan ‘Alī bin Fāris, al-Tab¡irah fī Qirā’āt al-A’immah al- ‘Asyrah, Riy ā«: Maktabah al-Rusyd, 2007.

al-Mizziy., Tah© īb al-Kamāl fī ‘Asmā’ al-Rijāl, Beirut: Mu’assasah al-Risālah, 1980 M/ 1400 H.

al-Q ā«iy, ‘Abd al-Fattā¥., al-Budūr az-Zāhirah fī al-Qirā’āt al-‘Asyr al- Mutaw ātirah min °arīqai asy-Syā¯ibiyyah wa ad-Durrah, Cet. ke I. Beirut: D ār al-Kitāb al-‘Arabiy, 1981.

-------- . al-W āfiy fī syarh asy-Syātibiyyah fī al-Qirā'āt as-Syab‘, Madinah al- Munawwarah: Maktabah ad-D ār, 1983.

al-Qa¯¯ ān, Mannā Khalīl., Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Penerjemah Drs. Mudzakir AS) Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2000.

Studi Komparasi Riwayat Q ālūn dan Haf¡ — A. Fathoni

35 35

ar-R ūmiy, Fahd bin ‘Abdurrahmān bin Sulaimān., Dirāsāt fī ‘Ulūm al-Qur’ān al- Kar īm, Riyā«: t.pn., 2004.

Ibn al-Jaz āriy, Gāyah an-Nihāyah fī °abaqāt al-Qurrâ’, al-Maktabah al- Sy āmilah, juz 1.

Fathoni, Ahmad. Kaidah Qiraat Tujuh.Jilid I & Jilid II. Jakarta: Institut PTIQ & IIQ Jakarta dan Darul ‘Ulum Press Jakarta, 2005.

Ism ā’īl, Sya‘bān Mu¥ammad. al-Qirā’āt: A¥kāmuhā wa Ma¡daruhā. Beirut: Dār as-Sal ām, 1406 H.