PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PRICE EARNINGS RATIO, DAN DIVIDEND TERHADAP STOCK REPURCHASE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA UNTUK TAHUN 2010-2014
1 Lolita Octaviani* *2 , Aida Yulia
1,2 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala e-mail: lolitaoctaviani@gmail.com *1
Abstract
The purpose of this study is to examine the effect of free cash flow, leverage, price earnings ratio and dividend on stock repurchase atmanufacturing companies listed on Bursa Efek Indonesia in the period of 2010 to 2014. Dependent variable used in this study is stock repurchase, while independent variables used in this study are free cash flow, leverage, price earnings ratio, and dividend. This study using purposive sampling method, of the companies listed on Bursa Efek Indonesia, 10 companies are selected to be sample in this study.
The data used in this research is secondary data obtained from annual reports and financial statements. Data were analyzed using statistical analysis, the multiple linear regression analysis. Then the data is processed usingthe statistical package for social science (SPSS) 22.
The results of this study indicate thatfree cash flow, leverage, price earnings ratio, and dividendjointly affectthe stock repurchase. Free cash flow and price earnings ratio have significant positive effect on stock repurchase, while leverage and dividend have significant negative on the stock repurchase.
Keywords: Free Cash Flow, Leverage, Price Earnings Ratio, Dividend, Stock Repurchase.
1. Pendahuluan
indikator tingkat keuntungan, sebagai tolok ukur Pasar modal adalah tempat bertemu antara
(benchmark) kinerja suatu portofolio, memfasilitasi pembeli dan penjual degan risiko untung dan rugi yang
pembentukan portofolio dengan strategi pasif, dan merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan
memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham
Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2009:28).
semua saham yang tercatat sebagai komponen Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
perhitungan indeks.Pergerakan IHSG memang secara atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
signifikan dipengaruhi oleh pergerakan/perubahan perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham
harga saham-saham dengan kapitalisasi besar, merupakan selembar kertas yang menerangkan bahwa
sebaliknya dalam indeks yang dihitung berdasarkan pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
rata-rata tertimbang nilai pasar, perubahan harga yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
saham-saham dengan kapitalisasi kecil nyaris tidak kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
berdampak terhadap IHSG.Hal tersebut dikarenakan penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut
timbangan bobot masing-masing saham yang berbeda (Darmadji & Hendy, 2001:5).
sehingga tidak mengherankan jika pergerakan IHSG Darmadji & Hendy (2001:95), (IHSG) Indeks
sangat ditentukan oleh saham-saham dengan Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama
kapitalisasi besar (Darmadji & Hendy, 2001:96-98). yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di
Fenomena yang terjadi pada dua bulan pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima
pertama tahun 2016 tercatat 5 emiten merencanakan fungsi, yaitu sebagai indikator trend pasar, sebagai
stock repurchase. Beberapa perusahaan yang tercatat
di (BEI) Bursa Efek Indonesia telah merencanakan
dibutuhkan dalam mempertahankan operasi yang untuk melakukan stock repurchase yang beredar di
sedang berjalan.Leverage hypothesis menjelaskan publik. Aksi korporasi itu akan dilakukan karena harga
tentang suatu kegiatan stock repurchase yang dapat saham-saham mereka sudah menurun tajam sepanjang
meningkatkan financial leverage (Brigham &
13 bulan terakhir, seiring anjloknya IHSG sebesar Houston, 2010:164). Pada saat perusahaan membagi 9,7% menjadi 4.733,15 pada penutupan 26 Februari
kelebihan jumlah kapitalnya, dalam hal ini perusahaan 2016 dari level 5.242,77 pada awal tahun 2015.
melakukan stock repurchase, maka nilai ekuitas Menanggapi kondisi pasar tersebut, (OJK)
perusahaan akan meningkat. Peningkatan ini dinilai Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan kebijakan di
pula meningkatkan leverage perusahaan. Perusahaan sektor pasar modal yang memperbolehkan emiten
akan lebih menyukai untuk melakukan stock membeli kembali saham tanpa melalui (RUPS) Rapat
repurchase jika rasio leveragenya dibawah angka yang Umum Pemegang Saham. Ketentuan tersebut
ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang ditetapkan melalui Surat Edaran OJK 21 Agustus
optimal.
2015, Nomor 22/SEOJK.04/2015 tentang “Kondisi Darmadji & Hendy (2001:140) menjelaskan lain sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara
tentang PER yang menggambarkan apresiasi pasar Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan
laba.Apabila Price Earning Ratio perusahaan tidak Publik”.
mengalami perubahan, maka harga pasar saham secara Menurut surat edaran tersebut, yang dimaksud
keseluruhan tidak mengalami perubahan. Dengan berfluktuasi adalah jika IHSG selama tiga hari
demikian yang diterima investor baik lewat pembagian berturut-turut secara kumulatif turun 15% atau lebih
dividen maupun stock repurchase adalah sama atau kondisi lain yang ditetapkan OJK. Bila kondisi
nilainya (Sartono, 2001:298).Wansley, Lane & Sarkar tersebut terjadi, emiten bisa mengeksekusi kebijakan
(1989) menjelaskan mengenai alasan-alasan yang stock repurchase tersebut sesuai peraturan OJK. Jadi
mungkin digunakan oleh suatu perusahaan ketika dengan adanya aturan itu, emiten diperbolehkan
melakukan stock repurchase, yaitu adanya dividend melakukan stock repurchase maksimal 20% dari
substitution hypothesis menjelaskan tentang pajak modal disetor tanpa persetujuan RUPS, dan tujuh hari
yang dikenakan untuk stock repurchase lebih rendah bursa setelah berfluktuasi emiten harus memberi
daripada pajak yang dikenakan untuk dividen maka, keterbukaan informasi terkait rencana tersebut.
stock repurchase menjadi alternatif yang lebih baik Pada penelitian ini mengambil 4 faktor yang
dibandingkan dengan dividen dalam mendistribusikan mempengaruhi stock repurchase yaitu free cash flow,
cashflow kepada para pemegang saham. leverage, price earnings ratio dan dividend. Faktor
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan tersebut dipilih karena mempunyai pengaruh terhadap
bagaimana variabel-variabel tersebut mempunyai stock
pengaruh terhadap stock repurchase serta ingin sebelumnya. Stock repurchase merupakan suatu
menambah referensi mengenai pengaruh free cash transaksi dimana sebuah perusahaan membeli kembali
flow, leverage, price earnings ratio dan dividend sahamnya sendiri. Selanjutnya jumlah saham beredar
terhadap stock repurchase.Selain itu karena semakin yang dimiliki oleh perusahaan akan berkurang
berkembangnya pasar modal dan semakin banyaknya sehingga akan menaikkan (EPS) Earning per Share
bermunculan para investor-investor baru, maka (Brigham & Daves, 2006:107). EPS merupakan rasio
dibutuhkan pengetahuan para investor tentang yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return)
pergerakan harga saham agar dapat membuat sebuah yang diperoleh investor atau pemegang saham per
keputusan investasi yang dapat menguntungkan. saham (Darmadji & Hendy, 2001:139). Brigham & Houston (2010:109) Free Cash
2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan
Flow ialah arus kas yang benar-benar tersedia untuk
Hipotesis
dibayarkan kepada investor (pemegang saham dan
Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Stock
pemilik utang) setelah perusahaan melakukan investasi
Repurchase
dalam aset tetap, produk baru, dan modal kerja yang
White et. al., (2003:68) mengungkapkan
penggunaan dana dimana perusahaan membayar biaya semakin besar arus kas bebas suatu perusahaan, maka
tetap (fixed cost) dengan maksud untuk meningkatkan semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki
hasil pengembalian (return) bagi para pemegang kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran
sahamnya. Kenaikan leverage juga meningkatkan hutang, dan dividen.Sebaliknya, semakin kecil nilai
risiko arus kas laba rugi bagi para pemegang saham arus kas bebas yang dimiliki perusahaan, maka
biasa. Hasil pengembalian yang lebih tinggi perusahaan tersebut bisa dikategorikan tidak sehat.
menyebabkan harga saham lebih tinggi dengan asumsi Perusahaan yang sehat tentu akan menyebabkan
bahwa semua faktor lainnya tidak berubah.Risiko yang perusahaan melakukan stock repurchase karena
lebih tinggi menyebabkan harga saham lebih rendah, tersedianya
dengan syarat faktor lainnya tetap tidak berubah.Stock sebaliknyaperusahaan yang tidak sehat menyebabkan
repurchase merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan tidak dapat melakukan stock repurchase
perusahaan apabila menggunakan utang lebih besar karena dana kas yang tersedia tidak cukup.
dalam struktur modalnya dalam merestrukturisasi Ardana & Rasyid (2013) memaparkan faktor
keuangan perusahaan (Sartono, 2001:299). free cash flow juga harus dianalisis karena
Jika dikaitkan dengan optimumleveragehypothesis menggambarkan kecukupan dana perusahaan yang
yang dinyatakan oleh Vermaelen (1981) mengatakan berupa uang tunai. Membeli kembali saham tentunya
bahwa jika dihubungkan dengan struktur modal yang dilakukan dengan cara membayar sejumlah uang
optimal, keputusan perusahaan untuk melakukan stock sebagai kompensasi atas perolehan kembali saham
repurchase adalah untuk meningkatkan rasio utang tersebut. Arus kas bersih yang mengalami peningkatan
yang berdampak terhadap penurunan pajak dan dan jumlahnya relatif besar, memungkinkan
meningkatnya nilai perusahaan. Hasil penelitian oleh perusahaan dapat membeli kembali sahamnya dan
Mastan (2012), dan Suranta et. al., (2012) menyatakan sebaliknya arus kas bersih yang mengalami penurunan
bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap stock akan menyulitkan perusahaan untuk membeli kembali
repurchase .
sahamnya. Hasil penelitian oleh Ardana & Rasyid (2013), Mastan (2012), dan Suranta et. al., (2012)
Pengaruh Price Earnings Ratio Terhadap Stock
menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif
Repurchase
terhadap stock repurchase. Price earnings ratio merupakan perbandingan antara harga saham dengan earning per share yang
Pengaruh Leverage Terhadap Stock Repurchase
digunakan oleh investor untuk melihat kemampuan Leverage ialah penggunaan aset, sumber dana
perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan
melakukan stock repurchase akan memungkinkan tujuan meningkatkan keuntungan pemegang saham.
perusahaan dapat menjaga harga saham agar tidak Rasio leverage digunakan untuk mengetahui berapa
jatuh, sehingga nilai jual saham menjadi terkoreksi banyak dana perusahaan yang dibiayai oleh utang
positif. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan (Hanafi & Abdul, 2005:194).
stock repurchase agar harga saham perusahaan Pembelian kembali dapat digunakan untuk
menjadi stabil (tidak turun).
mendistribusikan kelebihan dana kepada pemegang Pemahaman terhadap price earning ratio saham. Ketika perusahaan mendistribusikan modal ini,
penting dilakukan dan bisa dijadikan sebagai salah maka akan mengurangi ekuitas dan akan
satu indikator nilai perusahaan dalam model meningkatkan rasio leverage dengan asumsi bahwa
penelitian.Price earning ratio disebut juga sebagai rasio
pendekatan earnings multiplier, menunjukkan rasio menggunakan pembelian kembali saham hingga
leverage optimal.
Perusahaan
dapat
harga pasar saham terhadap laba.Rasio ini mencapai sasaran dalam rasio ini (Bagwell & Shoven
menunjukkan seberapa besar investor menilai harga 1998; dan Opler & Titman 1996; dalam Dittmar,
saham terhadap kelipatan laba.Manfaat analisis 2000).
instrinsik dapat dijadikan dasar penilaian sekuritas, Horne (1986:1), menyebutkan leverage
untuk mengetahui kondisi under value (nilai pasar keuangan
lebih rendah dibanding nilai instrinsiknya) dan
sebaliknyaover value yang bermanfaat untuk
dividen dan tidak akan meningkatkan pembayaran pengambilan keputusan investasi dengan tetap
kecuali mereka yakin dapat dipertahankan dengan cara memperhatikan asumsi-asumsi yang mendasari
stock repurchase . Sebagai alternatif untuk pembayaran (Harmono, 2009:57-58).Stock repurchasedilakukan
dividen, perusahaan dapat membeli kembali saham disaat harga saham lebih rendah untuk membeli
sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir tepatnya tahun kembali saham yang telah ada agar menjaga nilai
2003 perusahaan yang ada di Amerika Serikat telah saham tetap stabil.
membeli kembali saham mereka dalam jumlah besar, Kholid (2006) menjelaskan perusahaan dengan
umumnya tidak peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
menggantikan dividen. Cara ini dilakukan untuk mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan
mengembalikan kas yang tidak diinginkan kepada para ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan
pemegang saham atau untuk menghentikan ekuitas dan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya
menggantinya dengan utang.
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah Dittmar (2000) mengatakan dividen yang cenderung mempunyai price earning ratio yang
seharusnya dibayarkan secara kas dapat digantikan rendah pula.Semakin rendah price earning ratio suatu
dalam bentuk stock repurchase. Dengan dilakukannya saham maka semakin baik atau murah harganya untuk
pergantian pembayaran dividen dalam bentuk stock diinvestasikan.Hasil penelitian oleh Mastan (2012)
repurchase , maka pembayaran dividen akan semakin menyatakan bahwa price earnings ratio berpengaruh
berkurang. Pembayaran dividen lebih baik dilakukan positif terhadap stock repurchase.
ketika kenaikan free cash flow yang bersifat permanen (kenaikan konstan atau terus menerus pada periode
Pengaruh Dividend Terhadap Stock Repurchase
berjalan). Hasil penelitian oleh Suranta et. al., (2012) Free cash flow merupakan kas yang tersedia
menyatakan bahwa dividend berpengaruh negatif dan harus dibagikan kepada pemegang saham,
terhadap stock repurchase.
misalnya dengan pembayaran dividen dan pembelian kembali saham (Dittmar, 2000; Jensen, 1986).
Hipotesis
Brennan & Takhor (1990), menyatakan bahwa dividen Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah adalah cara yang paling disukai untuk pendistribusian
dipaparkan sebelumnya, hipotesis penelitian dapat dalam jumlah yang kecil, sedangkan stock repurchase
dirumuskan sebagai berikut:
untuk pendistribusian dalam jumlah yang besar.
1. Free cash flow, leverage, price earnings ratio, Jika tarif efektif pajak penghasilan perorangan
dan dividendsecara bersama-sama berpengaruh tidak terlalu tinggi, pemegang saham dengan
terhadap stock repurchase pada perusahaan kepemilikan rendah lebih menyukai dividen,
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek sedangkan pemegang saham dengan kepemilikan besar
Indonesia untuk tahun 2010-2014. dengan tarif pajak yang rendah akan lebih menyukai
2. Free cash flow berpengaruh terhadap stock stock repurchase . Terdapat beberapa persamaan dan
repurchase pada perusahaan manufaktur yang perbedaan motif mengapa perusahaan membayar
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010- dividen atau membeli kembali saham yang beredar
(Lease et. al., 2000:154-155). Persamaan motifnya
3. Leverage berpengaruh terhadap stock repurchase yaitu tidak adanya peluang investasi, adanya informasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di dari manajemen ke pasar, dan menyampaikan prospek
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. masa depan. Sedangkan perbedaan motifnya yaitu
4. Price earnings ratio berpengaruh terhadap stock adanya tarif pajak.Konsekuensinya adalah terjadi
repurchase pada perusahaan manufaktur yang perubahan dalam struktur kepemilikan perusahaan.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010- Brealey et. al., (2011:439) menerangkan ketika
manajer memutuskan dividen, perhatian utama mereka
5. Dividend berpengaruh terhadap stock repurchase tampaknya untuk memberikan pemegang saham cara
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di yang adil pembayaran atas investasi. Namun sebagian
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. besar manajer sangat enggan untuk mengurangi
3. Metode Penelitian
perusahaan yang memenuhi kriteria untuk pengamatan
Desain Penelitian
yang diambil sebagai sampel penelitian. Setiap tahun Tujuan studi yang dilakukan dalam penelitian ini
memiliki hasil penelitian yang berbeda-beda sehingga adalah pengujian hipotesis.Jenis investigasi dari
jumlah observasi penelitian ini adalah 31 data penelitian ini bersifat studi kausalitas. Penelitian ini
observasi.
menggunakan data laporan keuangan tahunan
Teknik Pengumpulan Data
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Data yang digunakan dalam penelitian ini Indonesia untuk tahun 2010-2014. Dalam penelitian
adalah data sekunder. Menurut Sekaran & Bougie ini horizon waktu yang digunakan adalah pooling
(2011:180), data sekunder yaitu data yang telah data /panel data.
dikumpulkan oleh para peneliti, yang diterbitkan, dan tidak perlu dikumpulkan oleh peneliti.
Populasi dan Sampel Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data Populasi ialah gabungan dari seluruh elemen
kuantitatif berupa neraca per 31 Desember 2010-2014 yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang
serta data kualitatif berupa catatan atas laporan memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
keuangan tahun 2010-2014.
perhatian seorang peneliti, karena itu dipandang Dalam penelitian ini, data yang digunakan sebagai sebuah semesta penelitian dan setiap anggota
merupakan laporan keuangan dan laporan tahunan dari populasi yang diamati disebut elemen populasi
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek (Ferdinand, 2006:223).Sampel menurut Ferdinand
Indonesia tahun 2010-2014. Pengumpulan data (2006:223) adalah subset dari populasi, terdiri dari
dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti, dan beberapa anggota populasi.Subset ini diambil karena
menelaah laporan keuangan perusahaan yang menjadi dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti
sampel dalam penelitian ini. Sumber data penelitian seluruh anggota populasi, oleh karena itu dibentuk
ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia sebuah perwakilan populasi yang disebut juga sebagai
(www.idx.co.id).
sampel.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar secara berturut-
Operasional Variabel Penelitian
turut di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-
Variabel Dependen
2014.Metode pengambilan sampel pada penelitian ini Variabel dependen dalam penelitian ini adalah adalah metode purposive sampling, yaitu sampel yang
stock repurchase.Stock repurchase merupakan memiliki kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria
pembelian kembali saham biasa yang dilakukan oleh dalam memilih sampel pada penelitian ini adalah:
perusahaan terhadap saham perusahaan itu sendiri.
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar berturut-
menghitung stock turut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-
Rumus
untuk
repurchase berdasarkan Brealey et. al., (2011:429- 2014.
430) adalah:
2) Perusahaan yang melakukan stock repurchase
Stock Repurchase = )
sebanyak 1 kali pada tahun 2010-2014.
3) Perusahaan yang melakukan stock repurchase S = Jumlah saham beredar sebelum stock repurchase sebanyak 2 kali pada tahun 2010-2014. Pc = Harga saham saat ini sebelum stock repurchase
4) Perusahaan yang melakukan stock repurchase n = Jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali sebanyak 3 kali pada tahun 2010-2014.
oleh perusahaan
5) Perusahaan yang melakukan stock repurchase sebanyak 4 kali pada tahun 2010-2014.
Variabel Independen
6) Perusahaan yang melakukan stock repurchase
Free Cash Flow
sebanyak 5 kali pada tahun 2010-2014. Arus kas bebas didefinisikan sebagai kas Alasan memilih perusahaan manufaktur dalam perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur
populasi dan sampel ialah karena tersedianya banyak atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek modal kerja (working capital) atau investasi pada aset
Indonesia.Berdasarkan hasil seleksi terdapat 10
tetap (Chung et. al., 2005).
Rumus yang digunakan untuk menghitung free
Dimana:
cash flow berdasarkan Brigham & Houston (2013:345) DPS it = Dividen yang dibayarkan per saham adalah:
perusahaan i periode t
Free Cash Flow =
Divpaid it = Jumlah dividen yang dibayarkan perusahaan i periode t
Leverage
Share Outstanding it = Jumlah saham yang beredar Leverage ialah penggunaan assets dan sumber
perusahaan i periode t dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki
biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
Metode Analisis
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham Metode analisis yang digunakan dalam penelitian (Sartono, 2001:257). Rasio leverage digunakan untuk ini adalah metode analisis regresi linear berganda
mengetahui seberapa banyak dana perusahaan yang meliputi statistik deskriptif, dan uji asumsi klasik.
dibiayai oleh utang. Rancangan pengujian hipotesis menggunakan Uji
Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien determinasi (R 2 ), uji signifikansi simultan leverage (Subramayam & Wild, 2013:44) adalah:
(uji statistik F) dan uji signifikansi parameter
Leverage= Debt/ Asset
individual (uji statistik t).
Dimana: Persamaan regresi yang digunakan dalam
Leverage = Kemampuan Utang perusahaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Debt = Total Utang perusahaan
Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +e
Asset = Total Aset perusahaan
Keterangan: Y
= Stock Repurchase
Price Earnings Ratio
= Kostanta
Menurut Harmono (2011:57) PER adalah nilai
b 1 ,b 2 ,b 3, b 4 = Koefisien Regresi
harga per lembar saham, indikator ini secara praktis
X 1 = Free Cash Flow telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi
X 2 = Leverage
bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan
X 3 = Price Earnings Ratio
keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia.
X 4 = Dividend
e = Epsilon ( error term ) PER (Price Earning Ratio) dalam (Darmajdi &
Rumus yang digunakan untuk menghitung
Hendy, 2001:140) adalah:
4. Hasil Dan Pembahasan
PER = Harga Saham / EPS
Statistik deskriptif
Dimana: Berdasarkan Tabeldeskriptif dapat dilihat nilai
PER = Kemampuan Laba perusahaan terendah, tertinggi, rata-rata, dan standar deviasi untuk
Harga Saham = Jumlah Saham perusahaan masing-masing variabel dengan jumlah sampel
EPS = Laba Bersih per Saham perusahaan penelitian yang digunakan sebanyak 31 data
observasi.SR (stock repurchase) merupakan variabel
Dividend
dependen, sedangkan variabel independen adalah free Darmadji & Hendy (2001:127), menjelaskan
cash flow, leverage, price earnings ratio, dan dividen merupakan pembagian sisa laba bersih
dividend .
perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang Nilai terendah dari stock repurchase sebagai saham, atas persetujuan RUPS. Dividen terbagi atas
variabel dependen adalah 36,00 rupiah per lembar dua, yaitu dividen dalam bentuk tunai (cash dividend)
saham yang dialami oleh Champion Pacific Indonesia atau dividen saham (stock dividend).
Tbk pada tahun 2012. Hal ini bermakna bahwa saham Rumus yang digunakan untuk menghitung
yang dibeli kembali oleh perusahaan tersebut mampu DPR (Dividend Payout Ratio) dalam (Darmajdi &
meningkatkan harga pasar saham sebesar 36,00 rupiah Hendy, 2001:142) adalah:
per lembar saham. Nilai tertinggi dari stock
DPS it = Divpaid it / Share Outstanding it
repurchase adalah 653,84 rupiah per lembar saham yang dialami oleh Asiaplast Industries Tbk pada tahun
2013. Hal ini bermakna bahwa saham yang dibeli
nilai rata-ratanya, artinya adalah variasi data price kembali
earnings ratio bersifat homogen. meningkatkan harga pasar saham sebesar 653,84rupiah
oleh perusahaan
tersebut
mampu
Variabel independen yang keempat adalah per lembar saham . Nilai rata-rata dari stock repurchase
DIV (dividend). Nilai DIV terendah adalah 1,36 sebesar 277,35 rupiah per lembar saham yang dimiliki
lembar saham dialami oleh Asiaplast Industries perusahaan dapat meningkatkan harga pasar saham
Tbkpada tahun 2013, sedangkan yang memiliki DIV perusahaan pada perusahaan manufaktur dari tahun
tertinggi 36,87 lembar saham adalah Champion Pacific 2010 sampai tahun 2014 adalah sebesar 653,84 rupiah
Indonesia Tbkpada tahun 2013. Nilai rata-rata DIV per lembar saham. Nilai standard deviation sebesar
adalah 13,51,artinya rata-rata DIV yang dimiliki oleh 217,05 rupiah per lembar saham lebih rendah dari nilai
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek rata-ratanya, artinya adalah variasi data stock
Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2014 repurchase bersifat homogen.
adalah sebesar 13,51 lembar saham. Nilai standard Variabel independen yang pertama adalah
deviation sebesar 10,26 lembar saham lebih rendah FCF (free cash flow). FCF dengan nilai terendah
dari nilai rata-ratanya, artinya adalah variasi data adalah 0,02 atau 2% dimiliki oleh Asiaplast Industries
dividend bersifat homogen.
Tbk pada tahun 2012, sedangkan FCF tertinggi adalah 0,76 atau 76% yang dimiliki oleh Argha Karya Prima
Hasil pengujian asumsi klasik
Ind. Tbk pada tahun 2014. Nilai rata-rata FCF sebesar
Uji Normalitas
0,45 artinya rata-rata FCF yang dimiliki perusahaan Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,883 selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah
untuk data residual, lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 45%. Nilai standard deviation sebesar 0,16
sebesar 0,05 atau 5 %. Dengan demikian, dapat atau 16% lebih rendah dari nilai rata-ratanya artinya
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan dapat adalah variasi data FCF bersifat homogen.
digunakan untuk menguji statistik lainnya. Variabel independen yang kedua adalah LEV (leverage). Nilai LEV terendah adalah 0,15 atau 15%
Uji Multikolonieritas
dialami oleh Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2014, Hasil pengujian multikolonieritas menunjukkan sedangkan yang memiliki LEV tertinggi 0,93 atau
bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai 93% adalah Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011. Nilai
tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih rata-rata LEV adalah 0,48 artinya rata-rata LEV yang
besar dari 10. Dengan demikian, dapat disimpulkan dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bahwa model regresi tersebut terbebas dari Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun
multikolonieritas antar variabel independen/bebas 2014 adalah sebesar 48%. Nilai standard deviation
dalam model regresi.
sebesar 0,22 atau 22% lebih rendah dari nilai rata- ratanya, artinya adalah variasi data leverage bersifat
Uji Heteroskedastisitas
homogen. Hasil pengujian heteroskedastisitas berdasarkan Variabel independen yang ketiga adalah PER
scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik tidak (price earnings ratio).Variabel ini menunjukkan
membentuk pola tertentu, kemudian terdapat titik-titik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
yang menyebar diatas titik nol dan dibawah titik nol. terendah sebanyak 0,24 kali dialami oleh Kalbe Farma
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Tbk pada tahun 2013, sedangkan kemampuan
glejser dengan meregresi absolute unstrandarized perusahaan dalam menghasilkan laba tertinggi yaitu
residual antar variabel independen. Dengan demikian, sebanyak 38,13 kali adalah Asiaplast Industries Tbk
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang pada tahun 2013. Nilai rata-rata PER adalah 10,55
digunakan sudah terbebas dari pelanggaran asumsi kali, artinya rata-rata PER yang dimiliki oleh
klasik dan tingkat signifikansi masing-masing variabel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
di atas 0,05 atau 5% serta uji heteroskedastisitas dapat Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2014. Nilai
diterima pada model regresi.
standard deviation sebesar 8,35 kali lebih rendah dari
Uji Autokorelasi 2 Koefisien Determinasi (R )
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa 2 Nilai adjusted R adalah sebesar 0,808 atau 80,8 pada tingkat signifikansi 5% untuk 31 sampel (n) nilai
%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen dU = 1,7352 dan 4-dU= 2,2648. Nilai Durbin
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan Watson1,980 sehingga 1,7352 < 1,980 < 2,2648, maka
sisanya sebesar 0,192 atau 19,2% dijelaskan oleh dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada
sebab-sebab lain diluar model.
data tersebut.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Rancangan pengujian hipotesis
Berdasarkan hasil uji statistik untuk variabel
Metode analisi regresi linear berganda
dependen sebesar 27,396, nilai signifikansi sebesar Persamaan regresi linier berganda yang
0,000 dan lebih kecil dari 0,05 atau 5 %, maka dapat diperoleh berdasarkan hasil perhitungan statistik
disimpulkan bahwa model yang digunakan untuk seperti yang terlihat pada tabel 4.5 adalah:
menguji variabel dependen adalah model yang fit
Y = 290,670 + 307,876X 1 – 254,329X 2 +
(layak) dan menerima hipotesis pertama (H 1 ).
7,715X 3 – 8,154X 4 +e
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat
Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
diketahui bahwa: Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.5 dapat
1) Konstanta (a) sebesar 290,760. Artinya, jika free
disimpulkan bahwa:
cash flow, leverage, price earnings ratio, dan
1) Variabel free cash flow (X 1 ) memiliki nilai dividend naik 1 kali, maka besarnya stock
signifikansi 0,021 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal repurchase perusahaan manufaktur yang terdaftar
ini menunjukkan bahwa free cash flow terbukti di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 naik
berpengaruh terhadap stock repurchase. Dengan sebesar 290,760 kali.
demikian, hipotesis kedua (H 2 ) yang menyatakan
2) Koefisien regresi free cash flow sebesar 307,876. bahwa free cash flow berpengaruh terhadap stock Artinya setiap kenaikan 1 kali free cash flow
repurchase dapat diterima.
menaikkan stock
2) Variabel leverage (X 2 ) memiliki nilai signifikansi manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
repurchase perusahaan
0,039 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini Indonesia periode 2010-2014 sebesar 307,876
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh rupiah per lembar saham.
terhadap stock repurchase. Dengan demikian,
3) Koefisien regresi leverage sebesar -254,329. hipotesis ketiga (H 3 ) yang menyatakan bahwa
leverage berpengaruh terhadap stock repurchase menurunkan
Artinya setiap kenaikan 1 kali leverage
stock
repurchase perusahaan
dapat diterima.
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
3) Variabel price earnings ratio (X 3 ) memiliki nilai Indonesia periode 2010-2014 sebesar 254,329
signifikansi 0,028 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal rupiah per lembar saham.
ini menunjukkan bahwa price earnings ratio
4) Koefisien regresi price earnings ratio sebesar berpengaruh terhadap stock repurchase. Dengan 7,715. Artinya setiap kenaikan 1 kali price
hipotesis keempat (H 4 ) yang earnings ratio menaikkan stock repurchase
demikian,
menyatakan bahwa price earnings ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
berpengaruh terhadap stock repurchase diterima. Efek Indonesia periode 2010-2014 sebesar 7,715
4) Variabel dividend (X 4 ) memiliki nilai signifikansi rupiah per lembar saham.
0,018 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini
5) Koefisien regresi dividend sebesar -8,154. Artinya menunjukkan bahwa dividend berpengaruh setiap kenaikan 1 kali dividend menurunkan stock
terhadap stock repurchase. Dengan demikian, repurchase perusahaan manufaktur yang terdaftar
hipotesis keempat (H 5 ) yang menyatakan bahwa di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014
dividend berpengaruh terhadap stock repurchase sebesar 8,154 rupiah per lembar saham.
diterima.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
2010 yang menunjukkan hasil bahwa leverage
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Stock
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Repurchase
stock repurchase.
Berdasarkan hasil pengujian statistik, secara parsial variabel free cash flow berpengaruh terhadap
Pengaruh Price Earnings Ratio terhadap Stock
stock repurchase pada perusahaan manufaktur yang
Repurchase
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat Berdasarkan hasil pengujian statistik, secara dari nilai signifikansi free cash flow yaitu 0.021
parsial variabel price earnings ratio berpengaruh (2,1%) atau berada di bawah tarif signifikansi 0.05
terhadap stock repurchase pada perusahaan (5%). Hubungan positif sebesar 2,453 yang
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. ditunjukkan oleh free cash flow terhadap stock
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi likuiditas repurchase bermakna bahwa jika semakin tinggi free
yaitu 0,028 (2,8%) atau berada di bawah tarif cash flow dalam suatu perusahaan, maka semakin
signifikansi 0,05 (5%). Hubungan positif sebesar 2,323 besar stock repurchase pada perusahaan sebesar 2,453.
yang ditunjukkan oleh price earnings ratio terhadap Free cash flow yang tinggi menyebabkan perusahaan
stock repurchase bermakna bahwa jika semakin tinggi yang memiliki kelebihan aliran kas akan melakukan
price earnings ratio dalam suatu perusahaan, maka stock repurchase yang lebih besar.
semakin besar stock repurchase pada perusahaan Hasil penelitian ini sama dengan hasil
sebesar 2,323. Perusahaan yang mempunyai price penelitian Ardana dan Rasyid (2013) yang melakukan
earnings ratio tinggi menghasilkan laba yang tinggi penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
sehingga untuk mengembalikan dana pada tingkat Efek Indonesia periode 2002-2009 yang menunjukkan
harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu hasil bahwa free cash flow dapat memprediksi
periode tertentu.
terhadap stock repurchase. Hasil penelitian ini juga Hasil penelitian ini sama dengan hasil konsisten dengan hasil penelitian Mastan (2012) yang
penelitian Mastan (2012) yang melakukan penelitian menunjukkan hasil bahwa free cash flow berpengaruh
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek secara positifterhadap stock repurchase . Hasil
Indonesia periode tahun 2002-2009 yang menunjukkan penelitian ini juga menunjukkan hasil yang sama
hasil bahwa price earnings ratio berpengaruh secara seperti penelitian-penelitian terdahulu bahwa free cash
negatif dan signifikan terhadap stock repurchase. flow berhubungan positif terhadap keputusan perusahaan melakukan shares repurchase.
Pengaruh Dividend terhadap Stock Repurchase
Berdasarkan hasil pengujian statistik, secara
Pengaruh Leverage terhadap Stock Repurchase
parsial variabel dividend berpengaruh terhadap stock Berdasarkan hasil pengujian statistik, secara
repurchase pada perusahaan manufaktur yang terdaftar parsial variabel leverage berpengaruh terhadap stock
di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai repurchase pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
signifikansi likuiditas yaitu 0,018 (1,8%) atau berada di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai
di bawah tarif signifikansi 0,05 (5%). Hubungan signifikansi profitabilitas yaitu 0,039 (3,9%) atau
negatif sebesar -2,520 yang ditunjukkan oleh dividend berada di bawah tarif signifikansi 0,05 (5%).
terhadap stock repurchase bermakna bahwa jika Hubungan negatif sebesar 2,176 yang ditunjukkan oleh
semakin tinggi dividend dalam suatu perusahaan, maka leverage terhadap stock repurchase bermakna bahwa
semakin kecil stock repurchase pada perusahaan jika semakin tinggi leverage dalam suatu perusahaan,
sebesar 2,520. Perusahaan yang mempunyai dividend maka semakin kecil stock repurchase pada perusahaan
tinggi berarti kemampuan perusahaan untuk sebesar 2,176. Leverage yang tinggi menyebabkan
pembayaran dividen akan menurunkan perusahaan semakin rendah pendanaan perusahaan yang
untuk melakukan stock repurchase. digunakan untuk melakukan stock repurchase.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Hasil penelitian ini sama dengan hasil
Suranta et al. (2012), yang melakukan penelitian pada penelitian Mastan (2012), yang melakukan penelitian
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan Manufaktur di BEI periode 2005-
pada tahun 2004-2009 yang menunjukkan hasil bahwa
dividend berpengaruh secara negatif dan signifikan
3) Penelitian ini menggunakan data sekunder terhadap stock repurchase.
sehingga tidak memperoleh persepsi dari pihak manajemen perusahaan.
5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran Kesimpulan
Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan
penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran- bahwa:
saran sebagai berikut:
1) Free Cash flow, leverage, price earnings ratio dan
1) Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk dividend secara bersama-sama berpengaruh
menambahkan beberapa variabel lainnya yang terhadap stock repurchase pada perusahaan
diduga mempengaruhi stock repurchase. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
2) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan Indonesia tahun 2010-2014.
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
2) Free Cash flow berpengaruh positif dan signifikan
penelitian selanjutnya terhadap stock repurchase pada perusahaan
Indonesia,
untuk
diharapkan dapat memperluas objek penelitian, manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja Indonesia tahun 2010-2014.
karena memungkinkan ditemukan hasil dan
3) Leverage berpengaruh negatif dan signifikan kesimpulan yang berbeda jika dilakukan pada terhadap stock repurchase pada perusahaan
objek yang berbeda.
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
3) Diharapkan kepada perusahaan manufaktur untuk Indonesia tahun 2010-2014.
memiliki free cash flow dan price earnings ratio
4) Price earnings ratio berpengaruh positif dan
jumlah stock signifikan terhadapstock
repurchase perusahaan juga tinggi. perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
repurchase pada
Diharapkan kepada perusahaan manufaktur Efek Indonesia tahun 2010-2014.
untuk dapat meningkatkan leverage dan dividend
5) Dividend berpengaruh negatif dan signifikan agar jumlah stock repurchaseperusahaan stabil. terhadapstock repurchase pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Daftar Pustaka
Indonesia tahun 2010-2014. Ang, Andrew & G. Bekaert. 2004. Stock Return Predictability: Is it There. Columbia
Keterbatasan
University and NBER . August, hal:1-53. Penelitian ini mempunyai keterbatasan-
Ardana, I Cenik & Rosmita Rasyid. 2013. Stock keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
Undervaluation, Debt to Assets Ratio, dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya sehingga
Cash Flow untuk memprediksi Stock diperoleh hasil yang lebih baik lagi di masa yang
Repurchase pada Perusahaan yang Terdaftar di akan datang, antara lain:
Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2009.
1) Pemilihan variabel independen yang diduga Jurnal Keuangan dan Perbankan
9 (2).Juni berpengaruh terhadap stock repurchase hanya
melihat empat faktor saja yaitu free Cash flow, Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan & Pasar Modal. leverage, price earnings ratio dan dividend. Hal
Yogyakarta: EKONISIA. ini memungkinkan terabaikannya faktor-faktor
Bhagwell, L.S. & J.B. Shoven. 1989. Cash distribution lain yang juga mempengaruhi stock repurchase.
to shareholders. Journal of Economic
2) Penelitian ini hanya meneliti pada perusahaan
32: 129-140. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Perspectives
Brealey, Richard A., Stewart C. Mayor, & Marcus, pada tahun 2010 hingga 2014, sehingga hasilnya
Alan J.. 2007. Dasar-Dasar Manajemen tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh
Keuangan Perusahaan. Edisi kelima Jilid 2. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Brennan, M.J. & Thakor, A.V.. 1990. Shareholder
Fransiska, D & Afri, E. N. 2013. Pengaruh Arus Kas preferences and dividend policy. Journal of
Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri, Finance 47 (4): 993-1018.
Independensi Auditor terhadap Manajemen Brigham, E.F. & Daves, P.R.. 2006. Intermediate
Laba. Jurnal akuntansi dan keuangan, 3 (2), Financial Management th .8 Edition. Thomson.
1-12.
South Western. Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariatif 2007.Essentials of Financial Management
dengan Program SPSS . Semarang: Universitas Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11
Diponegoro.
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Ginglinger, Edith & Hamon, Jacques. 2006. Actual Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. Share Repurchases, Timing and Liquidity. 2010.Fundamentals of Financial Management
31: 915-938. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10
Journal of Banking and Finance
Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics.Fourth Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Edition. New York: McGraw Hill. Cardosa, F. T., Martinez, A. L., & Teixeira. 2014. Free
Guler, Aras & Mustafa Kemal Yimaz. 2008. Price Cash Flow and Earning Management in
Earnings Ratio, Dividend Yield and Market to Brazil: The Negative Side of Financial Slack.
Book Ratio to Predict Return on Stock Global Journal of Management and Business
Market: Evidence from the Emerging Markets. Research , 14(1), 85-95.
Journal of Global Business and Technology. Cesari, D.A, Espenlaub, S., Khursed A, & Simkovic
4:18-30.
M. 2007.Insider Ownership, Institutional Hanafi, M.M & Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Ownership, and the Timing of Open Market
Keuangan . Yogyakarta: AMP-YKPN. Stock Repurchases.Journal of Financial
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan: Berbasis Economics
Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, Chung, R., Firth, M., & Kim, J. B. 2005.Earnings
85: 205-233.
dan Riset Bisnis . Jakarta: Bumi Askara. Management, Surplus Free Cash Flow, and
Horne, James C. Van. 1986. Dasar-Dasar Manajemen External Monitoring.Journal of Business
Keuangan . Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta: Research , 58(6),766-776.
Erlangga.
Darmadji, Tjiptono & Hendy M. Fakhruddin. 2001. Houcine, Rim El. 2013. The Relation between Stock Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya
Repurchase and Ownership Structure in Jawab . Jakarta: Salemba Empat.
France.International Journal of Accounting Dittmar, A. 2000. Why Do Firms Repurchase Stock?
and Financial Reporting . 3:2162-3082. Journal of Business 73 (3): 331-335.
http://www.idx.co.id/id-
Evans, John P., Robert T., & Gentry. J. A. 2003. id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuanga Decision to Repurchase Shares: A Cash Flow
ndantahunan.aspx
Story. Journal of Business and Management. http://www.bareksa.com/id/text/2016/02/29/dua- 9(2): 99-123.
bulan-pertama-tahun-2016-5-emiten-ini- Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Manajemen
rencanakan-buyback-saham/12824/news Keuangan: Teori dan Soal Jawab . Bandung:
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Alfabeta.
Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Fama, E. F. & K. R. French. 1992. The Cross-Section
Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan of Expected Stock Returns. Journal of
Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik Finance . 47:265-427.
yang Listing di BEJ). Universitas Diponegoro: Ferdinand, A. 2006.Metode Penelitian Manajemen
Semarang.
(Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Jensen, C & Meckling, C. 1976. Theory of the Firm: Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen). Edisi 2.
Managerial Behavior, Agency Costs and Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Ownership Structure. Journal of Financial Semarang.
Economics , 3: 305-360.
Jensen, M.C. 1986. Agency costs of free cash flow,
Ramakrishnan, S., R. Ravindran & Ganesa. 2007. corporate finance, and takeovers. American
Share Buyback Signalling Tool: Malaysian Economics Journal
Perspective . Working Paper. Jogiyanto.2003. Teori Portofolio dan Analisis
76: 323-329.
Ross, S. 1973. The Determinant of Financial Structure: Investasi .Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
The Incentive Signaling Approach. Bell Journal of Economics . Spring: 23-40.
Jogiyanto.2009. Teori Portofolio dan Analisis Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Investasi .Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.
Aplikasi .Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Kholid, Abdul. 2006. Analisis faktor-faktor yang
Sekaran, Uma.,& Bougie. R. 2011. Research Methods mempengaruhi price earning ratio saham-
for Business: A Skill-Building Approach . Fifth saham perusahaan yang terdaftar di Bursa
Edition. USA: Wiley.
Efek Jakarta . Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Stephens, C.P & Weisbach, M.S. 1998. Actual share Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
reacquisitions in open-market repurchase Lease, R.C., K. John, A. Kalay, U. Loewenstein, &
programs. Journal of Finance 53: 313-333. O.H. Sarig. 2000. Dividend Policy: Its Impact
Subramanyam, K. R & Wild, J. J. 2013.Analisis on Firm Value. Boston, Massachusetts:
laporan keuangan .Buku 1 edisi 10. Jakarta: Harvard Business School Press.
Salemba Empat.
Lee, Bong-Soo & Oliver Meng Rui. 2004. Time Series Sudana, I. Made. 2011. Manajemen Keuangan Behaviour of Share Repurchases and
Perusahaan Teori dan Praktik . Jakarta: Dividends. Working Paper.
Erlangga.
Maria Immaculatta, http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/ Suranta, Eddy., Pratana Puspa Midiastuty, & Ryan teori-sinyal.html,2006
Mulya Wijaya. 2012. Keputusan Perusahaan Mastan, Aloysius Aditya. 2012. Analisis Faktor-Faktor
Melakukan Share Repurchase: Free Cash yang mempengaruhi Stock Repurchase pada
Flow Hypothesis Ataukah Signaling Theory. Perusahaan Manufaktur di BEI.Berkala Ilmiah
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2 Mahasiswa Akuntansi 1 (2).Maret 2012.
(1).Februari 2012.
Mitchell, J.D. & Dharmawan, G.V. 2007. Incentives Sutedi, Adriam. 2012. Good Corporate Governance. for On-Market Buy-Backs: Evidence from a
Jakarta: sinar grafika.
Transparent Buy-Back Regime. Journal of Vermaelen, T. 1981. Common stock repurchase and Corporate Finance
market signaling: An empirical study. Journal Modigliani, Franco. & Miller, Merton. 1961. Dividend
13: 146-169.
of Financial Economics 9: 139-183. Policy, Growth, and the Valuation of Shares.
Wansley, James W., William R. Lane, & Salil Sarkar. Journal of Business , October 1961. P.411-433.
1984. Management’s View on Share Morris, Richard D. 1987. Signalling, Agency Theory,
Repurchase and Tender Offer Premiums. Accounting Policy Choice. Accounting and
Financial Management . 97-110 Business Research .Vol. 18. 69:47-56.
White, G. I & Sondhi, A. C., & Dov, F. 2003.The Mufidah, Ana. 2011. Stock Repurchase dan Faktor
Analysis and Use Of Financial Statements. yang Mempengaruhinya. Jurnal Ekonomi
New York: John Wiley and Sons, Inc. Akuntansi dan Manajemen. Fakultas Ekonomi
Wolk, H. I., James, L. D & Jhon, L. R. Universitas Jember.
2015.Accounting Theory - Conceptual issues in a Mulia. Mieta Rahma. 2009. TH Pengaruh Stock Political and Economic Environment . 18
Edition. Canifornia: SAGE.
Bondholder, dan Value Perusahaan di Indonesia Periode 2001-2007 . Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
ISSN: 1978-1520
Tabel 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
Kode No
Nama Perusahaan
Perusahaan
1. AKPI
Argha Karya Prima Ind. Tbk
2. APLI
Asiaplast Industries Tbk
3. BUDI
PT Budi Starch & Sweetener Tbk.
4. DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk
5. GJTL
Gajah Tunggal Tbk
6. IGAR
Champion Pacific Indonesia Tbk
7. JPFA
Japfa Comfeed Indonesia Tbk
8. KLBF
Kalbe Farma Tbk
9. MLIA
Mulia Industrindo Tbk
10. SOBI